78-Article Text-73-1-10-20200604

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

ISSN.

2580 – 9466

MENANAMKAN KONSEP MORAL TA’LIIM AL-MUTA’ALLIM


DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI LINGKUNGAN
PENDIDIKAN DASAR

Agus Salim
Dosen Prograam Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
[email protected]

ABSTRAK
Pendidikan karakter adalah sebuah keharusan dalam rangka
menyeimbangkan dua sisi manusia yang harus ditonjolkan
kualitasnya, yakni otak dan hati. Keberhasilan suatu lembaga
pendidikan harus memperhatikan pendidikan karakter ini kalau
tidak ingin hasil didikannya menjadi bumerang untuk mereka
sendiri. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penyebab
kegagalan suatu pendidikan adalah karena proses pendidikan hanya
memprioritaskan sisi intelektual (otak) saja, tanpa memperhatikan
sisi moral (hati) anak didik. Dalam rangka menyeimbangkan proses
pendidikan, agar menghasilkan hasil didikan yang berkualitas
dalam dua sisinya (otak dan hati), tulisan ini bermaksud
mengajukan sebuah gagasan tentang penerapan konsep moral
Ta‟liim Al-Muta‟allim dalam pendidikan karakter di lingkungan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Ta‟liim Al-Muta‟allim.

ABSTRACT
Character education is a must in order to balance the two sides of
human beings who must be highlighted the quality, namely the
brain and the heart. The success of an educational institution should
pay attention to the education of this character if they do not want
the results of his education to be a boomerang for their own. Facts
on the ground show that the cause of the failure of an education is
because the education process only prioritizes the intellectual
(brain) only, regardless of the moral side (heart) of the students. In
order to balance the educational process, in order to produce
quality educational results on two sides (brain and heart), this paper
intends to propose an idea of applying the moral concepts of
Ta'liim Al-Muta'allim in character education in the educational
environment, especially basic education.
Keywords: Character Education, Ta'liim Al-Muta'allim.

126

Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi


Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Pendahuluan pelajar dan penyalahgunaan obat-


obatan terlarang di kalangan mereka
Pada tahun 2002, Suparno (Mustari, 2011: vii).
mencatat maraknya degradasi moral
yang menjangkiti para pelajar sekolah. Jika pada tahun 2002 dan 2011
Tawuran pelajar menjadi fenomena saja para pelajar sudah menunjukkan
keseharian. Lebih dari itu, para pelajar degradasi nilai yang sedemikian rupa,
sudah berani secara rombongan tidaklah jauh kiranya apa yang ditemui
membajak dan merusak bus kota. pada para pelajar belakangan ini.
Narkoba sudah biasa menjadi konsumsi Apalagi, kalau menyaksikan tayangan-
para pelajar. Pada tingkat yang lebih tayangan di televisi dan membaca
serius, bahkan ada siswa yang berita-berita di media sosial. Dengan
memperkosa teman sendiri. Menurut meminjam kalimat yang dipakai oleh
Suparno, para pelajar itu sudah tidak salah seorang praktisi dan pakar
memiliki sopan santun lagi, terhadap pendidikan di Indonesia, bahwa:
orang lain, terhadap orang tua, bahkan pendidikan negeri ini semakin
terhadap gurunya sendiri. Sampai- menampakkan diri sebagai sebuah
sampai, ada beberapa siswa yang sistem yang tidak jelas arahnya. Di
secara berani menyekap gurunya di sekolah, anak-anak kita diajarkan
almari sekolah. Di beberapa tempat, pendidikan pancasila dan
siswa ikut-ikutan orang tua saling kewarganegaraan (PPKn) yang luhur,
bermusuhan dan bahkan ikut dalam tetapi di jalanan tawuran pelajar hampir
saling membunuh kelompok yang tidak terjadi setiap hari. Hal tersebut
disukainya (Suparno dalam Kartono, menyadarkan kita, pasti ada kesalahan
2002: ix). dalam sistem dan metode pendidikan
yang kita biarkan berjalan terus
Pada tahun 2011, Mustari (Kartono, 2002: 3). Tulisan ini
mencatat enam persoalan terkait bermaksud mengajak para praktisi
dengan degradasi nilai secara makro. pendidikan atau para pendidik untuk
Pertama, disorientasi dan belum merenungkan, mengamati dan
dihayatinya nilai-nilai pancasila mengoreksi hasil dari model
sebagai ideologi bangsa. Kedua, pendidikan yang dijalankan selama ini
keterbatasan perangkat kebijakan yang tampak pada anak didik.
terpadu nilai esensi pancasila. Ketiga,
bergesernya nilai etika dalam KESALAHAN DALAM
kehidupan berbangsa dan bernegara. ORIENTASI PENDIDIKAN
Keempat, memudarnya kesadaran nilai-
nilai budaya bangsa. Kelima, ancaman Menurut Mustari (2011: 129),
disintergrasi bangsa. Keenam, praksis pendidikan dari jenjang sekolah
melemahnya kemandirian bangsa. Pada dasar sampai pendidikan tinggi
tataran mikro, khususnya di lingkungan menganut supremasi IQ alias
pendidikan, degradasi itu tampil dalam pendewaan akal.
persoalan-persoalan seperti tawuran 127
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Sementara perasaan tidak Proses Pendidikan


pernah digarap secara formal strategis.
Harus ada keseimbangan antara akal Penting disadari oleh orang tua
dan perasaan (hati). Seringkali, tanpa dan guru bahwa pendidikan semestinya
disadari, lembaga pendidikan dan para memberikan dua hal, yaitu nilai dan
praktisinya lebih menonjolkan kualitas kebebasan. Nilai dan kebebasan itu
akal daripada kualitas hati. Mereka diibaratkan sebagai akar dan sayap.
lebih mementingkan hasil didikannya Nilai yang dimaksud adalah bekal yang
berhasil dalam kualitas akal, walaupun akan menolong para siswa menghadapi
dengan mengesampingkan ketajaman badai kehidupan yang tidak
hati nurani mereka. Model pendidikan terhindarkan. Kebebasan dimaknai
ini bagus dalam satu sisi, tetapi sebagai usaha tiada kunjung henti
menghasilkan lulusan yang tidak dalam diri yang secara bertanggung
memiliki integrasi moral yang jawab memilih nilai-nilai yang kita
membanggakan. hargai, kita junjung tinggi di dalam
hati, serta selalu setia membela nilai-
Pada saat yang sama, lembaga nilai itu (Gleeson dalam Mustari, 2011:
pendidikan seringkali 155-156).
mengorientasikan tujuan
pendidikannya hanya untuk Ada sebuah ungkapan berbunyi
mempersiapkan siswa didiknya dapat “memanusiakan manusia”. Ungkapan
melanjutkan pendidikan ke tingkat tersebut biasa digunakan oleh para ahli
yang lebih tinggi. Hal ini seperti yang filsafat dan para sastrawan, termasuk di
diungkapkan Kartono (2002: 73) antaranya adalah Gus Mus, yang
bahwa mutu atau keberhasilan sekolah merupakan seorang sastrawan
diukur menurut persentasi lulusan, sekaligus tokoh NU. Dalam kaitannya
angka Nilai Ebtanas Murni (NEM) dengan dunia pendidikan, Profesor
yang fantastis, atau besarnya jumlah Driyarkara SJ juga menggunakan
lulusan yang melanjutkan ke Perguruan ungkapan itu untuk menyebut proses
Tinggi Negeri (PTN). Orientasi bahwa pendidikan. Menurut beliau, proses
lembaga pendidikan adalah sebuah pendidikan adalah sebuah proses
wahana untuk pembentukan pemanusiaan manusia muda (Mustari,
kepribadian siswa dilupakan sama 2011: 143). Proses pendidikan harus
sekali. Menurut pendapat penulis, ini menciptakan keseimbangan antara hati
merupakan kesalahan dalam orientasi dan otak. Hati dan otak harus berjalan
pendidikan. Kalau dibiarkan berlarut- beriringan. Sehingga, ada sebuah
larut, ini akan berakibat pada hilangnya peribahasa “berotak Jepang, berhati
kualitas pribadi dari siswa didik, dan Mekah”. Ungkapan tersebut berarti
ini jelas merupakan kesalahan yang bahwa pendidikan yang dijalani siswa
fatal. didik menciptakan mereka cerdas
dalam otak, sekaligus juga cerdas
PENDIDIKAN DASAR DAN dalam hati dan perasaan.
PENDIDIKAN KARAKTER 128
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Dengan demikian, proses seorang tokoh yang mempengaruhi diri


pendidikan seharusnya menjadikan dan pribadi peserta didiknya baik di
siswa didik sebagai manusia yang dalam sekolah maupun di luar sekolah
berkepribadian utuh, yang terintegrasi bahkan selama hidup mereka. Guru
antara kualitas otak dan kualitas bagaikan pemahat kehidupan anak
hatinya. didiknya, mereka memahatkan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi masa
Guru dan Pendidikan Karakter depan mereka.
Pendidikan yang bermutu Di atas telah disebutkan bahwa
adalah pendidikan yang guru harus memiliki standar kualitas
mengintegrasikan antara otak dan hati. pribadi tertentu. Berbicara mengenai
Pendidikan yang bermutu dunia pendidikan akan juga mengaitkan
menghasilkan lulusan yang cerdas kualitas pribadi yang harus dimiliki
otaknya sekaligus memiliki moral yang oleh baik guru sebagai seorang
baik. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidik, terlebih murid sebagai orang
pendidikan, para guru memiliki peran yang sedang dalam proses pendidikan.
yang sangat besar. Guru merupakan Terkait dengan hal itu, pembicaraan
seseorang yang langsung berinteraksi harus juga mengemukakan persoalan
dengan peserta didik dan melaksanakan mengenai pendidikan budi pekerti.
transfer ilmu pengertahuan (transfer of Sementara, lembaga pendidikan berikut
knowledge) kepada mereka (Wahyudi, para praktisinya seringkali
2012:119). menganggap pendidikan nilai (baca
Guru adalah pendidik. Mereka pendidikan karakter) sebagai anak tiri
mendidik anak didiknya agar menjadi kurikulum pendidikan mereka.
generasi penerus bangsa yang dapat Pendidikan nilai dianggap tidak begitu
dibanggakan. Sebagai pendidik, guru penting, sehingga dinomorduakan atau
adalah tokoh, figur yang memiliki bahkan dilupakan dalam proses
pengaruh besar dalam kehidupan anak pendidikan anak didik. Dalam tulisan
didik. Guru merupakan panutan, figur ini, penulis menyerukan agar semua
yang digugu dan ditiru anak didiknya pihak yang terlibat dalam dunia
dalam banyak hal (kalau tidak semua pendidikan harus sepakat bahwa masih
hal). Guru juga merupakan identifikasi dibutuhkan (dan akan terus dibutuhkan)
begi para peserta didik, yakni figur nilai-nilai moral atau pendidikan
yang model hidupnya diingini oleh karakter dalam proses “pemanusiaan
mereka karena kemuliaannya. Oleh manusia” anak didik untuk dasar hidup
karena itu, tidaklah berlebihan kiranya dan bekal hidup di masa mendatang.
kalau Wahyudi (2012:120) mengatakan Menurut Afrida (2015:1), istilah
bahwa guru harus memiliki standar karakter diambil dari bahasa yunani
kualitas pribadi tertentu, yang yang berarti “to mark” (menandai).
mencakup tanggung jawab, wibawa, Karakter merujuk kepada dua
mandiri dan disiplin, karena dia adalah pengertian. 129
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Pertama, merujuk kepada harus disampaikan, diajarkan, dan


behavior, tingkah laku. Apa yang ditanamkan kepada siswa didik untuk
tampak sebagai tindakan, perbuatan, dipakai dalam proses belajar-mengajar.
dan tingkah laku seseorang, itulah yang Diperlukan adanya kesimbangan antara
dirujuk oleh karakter dalam pengertian dua hal itu sehingga menjadi sebuah
pertama. Kedua, merujuk kepada personal integrity. Maka, sekolah yang
personality, kepribadian, yakni nilai- baik adalah sekolah yang menerapkan
nilai hidup yang bersifat pribadi yang knowledge and skill teaching
dimiliki seseorang, terlepas dari baik- (pengajaran ilmu dan keterampilan)
buruknya. Dari dua pengertian itu, kita sekaligus moral education (pendidikan
mengambil sebuah kesimpulan bahwa moral) sehingga tercipta anak didik
karakter adalah kualitas pribadi yang yang memiliki skill of competence
dimiliki seseorang yang tampak pada (baca: keterampilan hidup) dan skill of
sikap dan perilaku hidupnya. Maka, integrity (baca: akhlaq yang baik)
melihat dari pengertian itu sebenarnya (meminjam isltilah Afrida). Dalam
istilah karakter masih bebas nilai, terminologi agama, lulusan yang
dalam artian tidak bisa disebutkan baik dihasilkan oleh sekolah seperti itu akan
atau buruknya selama belum ada sukses di dunia dan sukses di akhirat.
kaidah-kaidah yang menyebutkan hal Dengan demikian, keilmuan yang
itu baik atau buruk. Oleh karena itu, dihasilkannya berkah, hidup
suatu karakter disebut baik apabila merekapun berkah. Hal ini karena
sesuai dengan kaidah moral yang semasa belajar mereka menerapkan
menilainya. Dan, karakter buruk akhlak mulia; ta‟dzhim terhadap guru
tentunya jika menyimpang atau tidak dan ilmu. Sehingga, kebiasaan itu
sesuai dengan kaidah moral tertentu. terbawa sampai di kehidupan nyata
mereka setelah lulus sekolah.
Sekolah atau lembaga
pendidikan adalah tempat yang baik Ada sebuah riset yang pernah
untuk transfer of knowledge, dilakukan oleh seorang pakar
penyampain pengetahuan dan keilmuan pendidikan. Riset tersebut dilakukan
(Afrida, 2015). Sekolah juga terkait hubungan antara kualitas moral
merupakan kawah candradimuka untuk (akhlak) dengan kesuksesan hidup.
penggemblengan nilai-nilai hidup. Hasil dari riset tersebut menyatakan
Seyogyanya, sekolah tidak hanya bahwa ada hubungan yang sangat kuat
mengorientasikan proses antara akhlak yang baik dengan
pendidikannya pada kebutuhan pasar kesuksesan seseorang. Bahkan,
atau dunia kerja (market orientation). dinyatakan bahwa keandalan dan
Sekolah harus juga mengorientasikan pengendalian perasaan seseorang
proses pendidikan pada bagaimana (baca: akhlak yang baik) merupakan
menciptakan anak didik yang memiliki modal hidup sukses secara pribadi
integritas tinggi dalam moral. Dari sini, maupun maupun masyarakat (Mustari,
dibutuhkan seperangkat nilai yang 2011: 128).
130
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Kiranya, kita tidak merasa Ta‟liim Al-Muta‟allim. Beliau bernama


heran dengan hasil riset di atas. Kita asli Syaikh Nu‟man bin Ibrahim bin
juga bahkan sepakat dengan hal itu. Al-Khalil Az-Zarnuji. Beliau lahir
Kalau kita lihat buku-buku atau video- sekitar tahun 570 H, dan wafat sekitar
video motivasi yang disampaikan oleh tahun 620 H
pakar-pakar motivasi (motivator), (www.hakamabbas.blogspot.com).
sekaliber Mario Teguh misalnya, kita
dapati bahwa yang menjadi faktor Ta‟liim Al-Muta‟allim dikarang
utama kesuksesan hidup adalah good oleh Syekh Az-Zarnuji sekitar tahun
character (akhlak yang baik). 593 H atau sekitar tahun 1197 M
(www.hakamabbas.blogspot.com).
Terkait dengan apa yang telah Kitab tersebut, sesuai dengan namanya,
dipaparkan penulis di atas, tulisan ini berisi tentang ajaran akhlak yang
bermaksud menggagas untuk diperuntukkan bagi para pelajar. Di
dimasukkannya nilai-nilai moral (good antara yang ditulis adalah bagaimana
character) yang pernah ditulis oleh seorang pelajar bersikap dan
seorang islamic scholar („ulama) berperilaku terhadap guru, ilmu, dan
bernama Syaikh Az-Zarnuji dalam buku. Dalam kitab tersebut juga
kitabnya Ta‟liim Al-Muta‟allim di diajarkan tentang pembentukan
sekolah-sekolah. Penerapan itu bisa karakter anak didik ketika belajar
dilakukan dengan menggunakan kitab maupun untuk kehidupan di
tersebut sebagai bahan ajar, sebagian masyarakat. Selain dari itu, kitab
atau seluruhnya, baik dengan tersebut juga memaparkan kiat-kiat
sumbernya langsung (kitab aslinya) untuk kemudahan belajar dan kiat
ataupun dengan terjemahannya. Penulis hidup sukses.
menginginkan terciptanya
keseimbangan dan integrasi pada siswa Niat yang Baik (Good Intention) dan
didik dalam hal kualitas intelektual dan Keikhlasan
kualitas moral. Sehingga, diharapkan Para pendidik hendaknya
kehidupan mereka berkah, sukses di memperhatikan niat dari para anak
dunia dan sukses di akhirat. Sebagian didiknya untuk menimba ilmu di
dari beberapa hal yang diajarkan dalam lembaga pendidikan mereka. Pada saat
kitab Ta‟liim Al-Muta‟allim yang belajar, pelajar hendaknya berniat
penulis anggap berhubungan dengan mencari ridho Allah, mencari akhirat,
tulisan ini akan dipaparkan dalam sub- menghilangkan kebodohan diri sendiri
judul berikutnya. dan orang lain, menghidupkan agama,
dan melestarikan Islam. Karena
MENANAMKAN KONSEP
lestarinya Islam itu dengan ilmu (Az-
TA’LIIM AL-MUTA’ALLIM DI
Zarnuji, 10). Niat menjadi penting pada
PENDIDIKAN DASAR
saat akan melakukan pekerjaan baik
Syaikh Az-Zarnuji adalah apapun.
seorang „ulama yang mengarang kitab
131
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Niat yang baik akan yang juga cuma berani dari belakang.
menciptakan proses yang baik serta Mengempesi ban motor gurunya,
memberikan hasil yang baik. Syekh mislanya. Banyak kasus yang terjadi
Az-Zarnuji menyerukan agar ketika murid terkena masalah dengan
menyandarkan niat belajar kepada guru atau dengan pihak sekolah,
Allah SWT. Karena, Allah adalah mereka langsung pindah sekolah.
pemilik dan pemberi ilmu. Dalam Menurut hemat penulis, hal ini
hemat penulis, setiap orang akan menunjukkan ketidaksabaran pelajar
berhasil dalam melakukan pekerjaan dalam belajar. Mereka terlalu manja.
apapun apabila diawali dengan niat Tidak dapat bertahan dalam proses,
yang baik. bahkan untuk sedikit kesulitan
sekalipun. Padahal, dalam belajar
Keikhlasan sangat diperlukan dibutuhkan kesabaran dan
dalam belajar. Hal ini penting kebertahanan dalam prosesnya, agar
diperhatikan, mengingat bahwa terserapnya ilmu dari guru dan
seseorang akan bersemangat dalam kebermanfaatannya. Pelajar hendaknya
melakukan suatu pekerjaan apabila ada memiliki daya tahan yang tinggi serta
imbalan. Namun sebaliknya, apabila kesabaran yang luar biasa dalam
tidak ada imbalan, maka dia tidak menerima pelajaran dari guru, sabar
bersemangat lagi. Oleh karena itu, dalam mempelajari buku, dan tidak
pelajar hendaknya tidak merendahkan mudah berpindah-pindah tempat
diri dengan sifat tamak (mengharap belajar (sekolah) (Az-Zarnuji, 15).
pemberian) pada hal-hal yang bukan
pada tempatnya dan menjaga diri dari Fenomena kenakalan pelajar,
hal-hal yang berpotensi pelajar suka melawan kepada guru,
direndahkannya ilmu dan ahli ilmu. atau tidak ada keseriusan dalam belajar
(Az-Zarnuji, 11). Menyeimbangkan menunjukkan bahwa pelajar tidak dapat
kondisi hati pada saat belajar agar tetap mengendalikan hawa nafunya. Hawa
semangat adalah dengan menerapkan nafsu harus dikendalikan. Jangan
konsep ikhlas dalam hati. Dengan sampai kita dikendalikan hawa nafsu.
ikhlas, kita akan mendapatkan lebih Sebab, jika dalam belajar hawa nafsu
dari yang kita inginkan. tidak dikendalikan, ini akan
menyebabkan ilmu sulit terserap dan
Bertahan dalam Proses dipahami dengan baik. Pelajar
Kita seringkali mendapati para hendaknya bersabar dari keinginan
pelajar yang tidak sabaran dalam hawa nafsunya (Az-Zarnuji, 15).
belajar, mudah mengeluh, atau Pendidik perlu menjelaskan hal ini
gampang emosi. Bahkan, mereka suka kepada anak didik. Keberhasilan
tidak tahan apabila mendapat hukuman belajar mereka ada di tangan mereka
dari guru atas kesalahan mereka. sendiri. Ini harus dimengerti dengan
Akibatnya, mereka cenderung melawan baik oleh mereka.
guru. Ada yang secara langsung. Ada 132

Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi


Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Selektif dalam Bergaul pedagang ikan asin, maka kitapun akan


ikut berbau amis”.
Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang dalam Hormat/Ta’dhim terhadap Ilmu dan
bersikap dan berperilaku. Termasuk ke Ahli Ilmu
dalam lingkungan itu adalah teman
bergaul. Ada sebuah sya‟ir Arab Dalam kitab Ta‟liim Al-
berujar: Muta‟allim, Syaikh Az-Zarnuji
mengatakan bahwa beliau banyak
“Tentang seseorang, jangan mendapati para pencari ilmu di
tanyakan siapa dan bagaimana dia. zamannya tidak mendapatkan
Lihatlah temannya# kebermanfaatan dan keberkahan dari
Sesungguhnya seseorang akan
ilmu. Ternyata, setelah beliau teliti,
mengikut temannya#
Apabila dia jahat/tidak baik, salah satu factor penyebabnya adalah
jauhilah segera# kurangnya atau tidak adanya
Apabila dia baik, maka resepek/apresiasi/ta‟dzim dari para
bergaullah dengannya, engkau akan pencari ilmu itu terhadap ilmu, ahli
mendapat petunjuk#” ilmu, dan guru. Kondisi itu terjadi pada
zaman dahulu, pada zaman kitab
Sya‟ir di atas mengingatkan
Ta‟liimul Muta‟allim dikarang.
kepada kita bahwa teman yang kita
Pertanyaannya, bagaimanakah kondisi
miliki akan mempengaruhi kita. Baik-
pelajar di zaman kita sekarang? Tentu,
buruk kita sedikit banyak disebabkan
jawabannya lebih pariah lagi. Kita
oleh pengaruh dari teman. Pelajar
banyak mendapati para pelajar sudah
hendaknya memilih teman yang rajin,
tidak apresiatif lagi terhadap buku,
yang bisa menjaga diri dan sikap, yang
ilmu, dan guru. Bahkan, mereka sudah
memiliki karakter yang stabil dan
berani melawan guru mereka sendiri
memiliki pemahaman yang bagus
untuk berkelahi atau sekedar
dalam ilmu. Sebaliknya, ia hendaknya
mengempesi ban motornya.
menjauh dari teman yang pemalas,
Ketahuilah, pelajar tidak akan
suka lontang-lantung, banyak bicara,
mendapatkan ilmu dan mendapatkan
jail (suka mengganggu) dan suka
kemanfaatan dari ilmu kecuali dengan
memfitnah (suka menjelek-jelkkan
mengagungkan ilmu, ahli ilmu dan
orang) (Az-Zarnuji, 15). Oleh karena
mengagungkan guru (Az-Zarnuji, 16).
itu, carilah teman yang baik untuk
Lebih jauh Syaikh Az-Zarnuji berkata,
bergaul, karena dari teman yang baik
sebagian dari mengagungkan ilmu
kita akan mendapat petunjuk dan
adalah mengagungkan buku (kitab),
manfaat darinya. Sekedar ilustrasi yang
oleh karena itru pelajar hendaknya
terucap dari mulut ke mulut (atau
tidak memegang buku kecuali dengan
bahkan ini adalah sebuah ujaran dari
bersuci dahulu (berwudhu) (Az-
orang bijak, “bergaul dengan pedagang
Zarnuji, 18). Berkaitan dengan hal
minyak wangi maka kita kan ikut
yang telah dipaparkan di atas, ada
wangi. Sebaliknya, bergaul dengan
sebuah ungkapan: 133
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

“Orang yang sukses “Aku adalah hambanya


tidaklah akan sukses orang yang telah
kecuali dengan mengajarkanku satu
memiliki sikap hormat
huruf; jika dia
(ta‟dzhim), dan orang
yang gagal tidaklah menghendaki, maka dia
akan gagal kecuali bisa saja menjualku,
dengan meninggalkan memerdekakanku atau
sikap hormat.” (Az- menjadikanku budak.”
Zarnuji, 16) (dalam Az-Zarnuji, 16).
Bahkan ada sebuah ungkapan Pernyataan itu menunjukkan
yang dikutip oleh Syaikh Az-Zarnuji, betapa hebatnya pengakuan dan
berbunyi: penghormatan sahabat „Ali
Karromallahu Wajhahu kepada guru.
“Hormat itu lebih baik
Jika, sahabat „Ali saja, yang dijuluki
dari pada taat.
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
Sesungguhnay manuisa
„pintunya ilmu‟, memiliki prinsip dan
tidak akan menjadi
sikap sedemikian rupa kepada guru,
kufur dengan sebab
maka sudah seharusnya kitapun meniru,
melakukan maksiat.
bahkan kalau bisa melebihi apa yang
Dia akan menjadi kufur
dilakukan oleh beliau, mengingat
hanya dengan
derajat kita yang tidak ada apa-apanya
meninggalkan hormat
dibanding beliau.
(Az-Zarnuji, 16).
Kita dianjurkan untuk
Dari kutipan-kutipan maqoolah
menghormati guru kita. Yang menjadi
(ungkapan) yang disebutkan di atas,
pertanyaan, apa alasan yang bisa
kita pahami bahwa demikian hebatnya
diterima akal, sehingga kita mau
sikap ta‟dzhim
melakukannya tanpa beban? Guru kita
(hormat/respek/apresiasi) yang harus
adalah orang yang telah mengajarkan
ditanamkan kepada anak-anak didik,
kita ilmu. Melalui merekalah, Allah
sehingga, sebagai pendidik, kitapun
memberikan kita ilmu. Betapa
perlu mengetahui hal ini dan
mulianya mereka, karena telah
menyampaikannya kepada mereka. Hal
menjadikan kita orang yang mulia.
ini ditekankan semata-mata untuk
Ilmu adalah mulia, Demikan juga orang
kebermanfaatan ilmu mereka dan
yang memilikinya. Orang yang
keberkahan hidup mereka. Sebuah
menjadikan kita mulia dengan ilmu,
pernyataan yang luar biasa untuk
maka orang itu adalah juga orang
penguatan sikap ta‟dzhim ini
mulia. Jadi, sudah sepantasnya kita
dilontarkan oleh seorang sahabat Nabi
menghormati dan ta‟dzhim kepada guru
Muhammad SAW, yakni Sahabat Ali
kita, karena dengan demikian kita
Karromallahu Wajhahu:
mendapatkan ridhonya.
134

Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi


Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Sebagaimana sebuah Hadits m), karena hal itu lebih dekat


menyebutkan “ridho Allah ada dalam kepada ke-takdzhim-an.
ridhonya orang tua”. Maka, kita pun
dapat mengambil sebuah pengiasan Adapun sebagian bentuk-bentuk
“ridho Allah ada dalam ridho guru”. penghormatan terhadap ilmu dan buku
Jika Allah sudah ridho, maka kita akan yang dijelaskan Syaikh Az-Zarnuji
mudah mendapatkan ilmu serta adalah sebagai berikut:
merasakan manfaat dan berkahnya. 1. Tidak menyelonjorkan kaki ke
Intinya adalah mencari ridho guru, arah buku (kitab).
menghindari marahnya, dan menuruti 2. Meletakkan kitab tafsir di atas
perintahnya dalam hal-hal yang selain kitab-kitab yang lain.
maksiat kepada Allah SWT, karena 3. Tidak meletakkan benda
tidak ada ketaatan kepada makhluk apapun di atas kitab/buku.
dalam bermaksiat kepada Khaliq (Allah 4. Memeperindah tulisan buku dan
SWT) (Az-Zarnuji, 17). tidak memperkecilnya.
Di antara bentuk-bentuk 5. Sebaiknya tidak menggunakan
ta‟dzhim/hormat kepada guru yang tinta yang berwarna merah di
dideskripsikan oleh Syaikh Az-Zarnuji dalam buku.
dalam kitab Ta‟liim Al-Muta‟allim 6. Menghargai teman-teman
adalah sebagai berikut: sekelas dan orang-orang yang
belajar kepada guru kita.
1. Tidak berjalan di depan guru. 7. Mendengarkan ilmu dan
2. Tidak duduk di tempat guru. hikmah dengan ta‟dzhim dan
3. Tidak memulai pembicaraan hormat.
saat bersama guru kecuali 8. Tidak memilih sendiri jenis
dengan izinnya dan tidak ilmu yang ingin ditekuni dan
memperbanyak pembicaraan dikuasainya, tetapi
bersamanya. memasrahkan hal itu kepada
4. Tidak menanyakan sesuatu guru, karena guru adalah orang
pada saat guru sudah bosan. yang sudah berkompeten dan
5. Tahu waktu dan tidak mengetuk teruji dalam hal itu, serta
pintu melainkan bersabar mengetahui apa yang pantas
sampai guru keluar. bagi seorang murid dan apa
6. Menghormati anak-anak guru yang cocok untuk karakternya.
dan orang-orang yang memiliki
hubungan dengannya. Bersungguh-Sungguh dan Bercita-
7. Tidak duduk terlalu dekat Cita Tinggi
dengan guru ketika belajar Kita sering menemui pelajar
kecuali darurat. Namun, yang nongkrong di pinggir jalan, di
hendaknya ada jarak antara jembatan, di warnet, di warung-warung
dirinya dan guru kurang lebih atau di mal-mal pada saat belajar.
jarak sepanjang tombak (± 1,5
135
Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi
Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Menurut penulis, fenomena itu karena apa yang dinyatakan Syaikh Az-
tidak adanya keseriusan mereka dalam Zarnuji; pelajar harus memiliki cita-cita
belajar. Mereka tidak memiliki yang tinggi dalam ilmu, karena
semangat dan kesungguhan dalam seseorang dapat terbang dengan cita-
belajar. Pelajar harus memiliki citanya, sebagaimana burung dapat
kesungguhan dan ketekunan yang luar terbang dengan sayapnya (Az-Zarnuji,
biasa (Az-Zarnuji, 20). Karena, dengan 23).
kesungguhan dan semangat yang tinggi
segala sesuatu, bahkan yang tersulit Bertahan dalam proses memang
sekalipun dapat dicapai. Kita ingat ada tidak mudah. Apalagi, proses yang
sebuah pepatah Arab mengatakan: dijalani itu adalah proses pendidikan.
“man jadda wajada”. Barang siapa Banyak godaan yang datang. Meraih
bersungguh-sungguh, maka ia akan cita-cita juga adalah hal yang sulit
berhasil. Sudah semestinya, pepatah ini dilakukan. Banyak rintangan dan
dijadikan konsep dan prinsip dalam halangan yang siap menghadang.
belajar. Dengan begitu, kesulitan Namun, sebagai pelajar yang baik,
belajar akan teratasi dengan baik. tentu dia akan menyadari hal itu dan
Kalau hal ini disadari benar oleh para siap berjuang untuk menaklukkannya.
pelajar, maka fenomena nongkrong Oleh karena itu, sebaiknya pelajar
atau lontang-lantung di pinggir jalan mengingat terus apa yang pernah
tidak akan ada lagi. Dapatkah hal ini dinyatakan oleh Syaikh Az-Zarnuji;
disadari dan diterapkan oleh mereka? hendaknya seorang pelajar bekerja
Semuanya terpulang kepada para keras untuk sukses dan bersungguh-
pendidik dan anak didiknya. sungguh dengan merenungkan
keutamaan-keutamaan ilmu, karena
Cita-cita itu penting. Sebuah sesungguhnya ilmu itu abadi dan harta
ungkapan yang sudah umum di akan binasa (Az-Zarnuji, 25).
kalangan masyarakat berujar:
gantungkan cita-citamu setinggi langit, KESIMPULAN
karena cita-cita yang tinggi itu akan Menyimpulkan apa yang telah
dapat membuatmu bertahan dalam penulis paparkan dari awal sampai
proses. Memiliki cita-cita akan akhir, penulis ingin mengatakan bahwa
memberikan kita keuletan, ketekunan, keberhasilan dalam proses pendidikan
dan kebertahanan dalam proses adalah manakala kualitas intelektual
pencapaiannya. Paling tidak, manfaat dan kualitas moral berjalan beriringan
memiliki cita-cita itu dapat mengatasi tampak pada diri anak didik. Siapapun
kesulitan belajar siswa. Selanjutnya, menginginkan anak didiknya pintar dan
dengan cita-cita hidup kita akan sukses, sebagai pertanda bahwa proses
terarah. Jadi, pelajar harus memiliki pendidikan yang diberikannya telah
cita-cita, karena dengan begitu mereka berhasil.
memiliki arah dan tujuan hidup yang
ingin dicapainya. Hal seiring dengan
136

Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi


Vol. 1 No. 2 Januari 2018
ISSN. 2580 – 9466

Namun, keberhasilan satu sisi Kartono, St. 2002. Menebus


saja dengan mengenyampingkan Pendidikan yang Tergadai.
keberhasilan moral tidaklah membuat Yogyakarta. Galang Press.
Mustari, Mohamad. 2011. Nilai
para pendidik merasa bangga. Malahan,
Karakjter; Refleksi untuk Pendidkan
justru hal itu membuat mereka sedih. Karakter. Yogyakarta. LaksBang
Kita tidak menginginkan hal itu terjadi PRESSindo.
pada anak didik kita. Nandika, Dodi. 2007. Pendidikan di
Tengah Gelombang Perubahan.
Pendidikan karakter mutlak Jakarta. Penerbit Pustaka LP3ES
diperlukan, agar keseimbangan akal Indonesia.
dan hati dapat diciptakan. Menutup Wahyudi, Imam. Pengembangan
mata terhadap pendidikan karakter Pendidikan; Strategi Inovatif &
berarti menjadikan diri sendiri dan Kreatif dalam Mengelola
Pendidikan secara Komprehensif.
lembaga pendidikan untuk menjadi
Jakarta. Penerbit Prestasi
korban dari hasil didikannya. Oleh Pustakaraya.
karena itu, kemampuan para pendidik Www.Hakamabbas.Blogspot.Com
untuk menggali berbagai sumber
sebagai bahan ajar pendidikan karakter
mutlak diperlukan. Kitab Ta‟limul
Muta‟allim adalah sebuah buku
berbahasa Arab yang dapat dipakai
sebagai bahan ajar untuk pendidikan
karakter di lembaga-lembaga
pendidikan manapun. Artinya,
kemampuan guru untuk menguasai
bahasa Arab juga dibutuhkan. Sebagai
penutup, penulis mengusulkan agar
kitab Ta‟liim Al-Muta‟allim ini
dijadikan sebagai bahan ajar di
sekolah-sekolah, khususnya di tingkat
pendidikan dasar.

REFERENSI
Afrida, Tjut. 2015. Membangun
Pendidikan Karakter di Sekolah
melalui Kearifan Lokal. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran Setia
Budhi Vol. 1 No. 1. Rangkasbitung.
Az-Zarnuji, Syaikh Nu‟man bin
Ibrahim bin Al-Khalil. ± 1197.
Ta‟liim Al-Muta‟allim. Semarang.
Pernerbit Thoha Putra.

137

Jurnal Pendidikan Dasar Setia Budhi


Vol. 1 No. 2 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai