78-Article Text-73-1-10-20200604
78-Article Text-73-1-10-20200604
78-Article Text-73-1-10-20200604
2580 – 9466
Agus Salim
Dosen Prograam Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
[email protected]
ABSTRAK
Pendidikan karakter adalah sebuah keharusan dalam rangka
menyeimbangkan dua sisi manusia yang harus ditonjolkan
kualitasnya, yakni otak dan hati. Keberhasilan suatu lembaga
pendidikan harus memperhatikan pendidikan karakter ini kalau
tidak ingin hasil didikannya menjadi bumerang untuk mereka
sendiri. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penyebab
kegagalan suatu pendidikan adalah karena proses pendidikan hanya
memprioritaskan sisi intelektual (otak) saja, tanpa memperhatikan
sisi moral (hati) anak didik. Dalam rangka menyeimbangkan proses
pendidikan, agar menghasilkan hasil didikan yang berkualitas
dalam dua sisinya (otak dan hati), tulisan ini bermaksud
mengajukan sebuah gagasan tentang penerapan konsep moral
Ta‟liim Al-Muta‟allim dalam pendidikan karakter di lingkungan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Ta‟liim Al-Muta‟allim.
ABSTRACT
Character education is a must in order to balance the two sides of
human beings who must be highlighted the quality, namely the
brain and the heart. The success of an educational institution should
pay attention to the education of this character if they do not want
the results of his education to be a boomerang for their own. Facts
on the ground show that the cause of the failure of an education is
because the education process only prioritizes the intellectual
(brain) only, regardless of the moral side (heart) of the students. In
order to balance the educational process, in order to produce
quality educational results on two sides (brain and heart), this paper
intends to propose an idea of applying the moral concepts of
Ta'liim Al-Muta'allim in character education in the educational
environment, especially basic education.
Keywords: Character Education, Ta'liim Al-Muta'allim.
126
Niat yang baik akan yang juga cuma berani dari belakang.
menciptakan proses yang baik serta Mengempesi ban motor gurunya,
memberikan hasil yang baik. Syekh mislanya. Banyak kasus yang terjadi
Az-Zarnuji menyerukan agar ketika murid terkena masalah dengan
menyandarkan niat belajar kepada guru atau dengan pihak sekolah,
Allah SWT. Karena, Allah adalah mereka langsung pindah sekolah.
pemilik dan pemberi ilmu. Dalam Menurut hemat penulis, hal ini
hemat penulis, setiap orang akan menunjukkan ketidaksabaran pelajar
berhasil dalam melakukan pekerjaan dalam belajar. Mereka terlalu manja.
apapun apabila diawali dengan niat Tidak dapat bertahan dalam proses,
yang baik. bahkan untuk sedikit kesulitan
sekalipun. Padahal, dalam belajar
Keikhlasan sangat diperlukan dibutuhkan kesabaran dan
dalam belajar. Hal ini penting kebertahanan dalam prosesnya, agar
diperhatikan, mengingat bahwa terserapnya ilmu dari guru dan
seseorang akan bersemangat dalam kebermanfaatannya. Pelajar hendaknya
melakukan suatu pekerjaan apabila ada memiliki daya tahan yang tinggi serta
imbalan. Namun sebaliknya, apabila kesabaran yang luar biasa dalam
tidak ada imbalan, maka dia tidak menerima pelajaran dari guru, sabar
bersemangat lagi. Oleh karena itu, dalam mempelajari buku, dan tidak
pelajar hendaknya tidak merendahkan mudah berpindah-pindah tempat
diri dengan sifat tamak (mengharap belajar (sekolah) (Az-Zarnuji, 15).
pemberian) pada hal-hal yang bukan
pada tempatnya dan menjaga diri dari Fenomena kenakalan pelajar,
hal-hal yang berpotensi pelajar suka melawan kepada guru,
direndahkannya ilmu dan ahli ilmu. atau tidak ada keseriusan dalam belajar
(Az-Zarnuji, 11). Menyeimbangkan menunjukkan bahwa pelajar tidak dapat
kondisi hati pada saat belajar agar tetap mengendalikan hawa nafunya. Hawa
semangat adalah dengan menerapkan nafsu harus dikendalikan. Jangan
konsep ikhlas dalam hati. Dengan sampai kita dikendalikan hawa nafsu.
ikhlas, kita akan mendapatkan lebih Sebab, jika dalam belajar hawa nafsu
dari yang kita inginkan. tidak dikendalikan, ini akan
menyebabkan ilmu sulit terserap dan
Bertahan dalam Proses dipahami dengan baik. Pelajar
Kita seringkali mendapati para hendaknya bersabar dari keinginan
pelajar yang tidak sabaran dalam hawa nafsunya (Az-Zarnuji, 15).
belajar, mudah mengeluh, atau Pendidik perlu menjelaskan hal ini
gampang emosi. Bahkan, mereka suka kepada anak didik. Keberhasilan
tidak tahan apabila mendapat hukuman belajar mereka ada di tangan mereka
dari guru atas kesalahan mereka. sendiri. Ini harus dimengerti dengan
Akibatnya, mereka cenderung melawan baik oleh mereka.
guru. Ada yang secara langsung. Ada 132
Menurut penulis, fenomena itu karena apa yang dinyatakan Syaikh Az-
tidak adanya keseriusan mereka dalam Zarnuji; pelajar harus memiliki cita-cita
belajar. Mereka tidak memiliki yang tinggi dalam ilmu, karena
semangat dan kesungguhan dalam seseorang dapat terbang dengan cita-
belajar. Pelajar harus memiliki citanya, sebagaimana burung dapat
kesungguhan dan ketekunan yang luar terbang dengan sayapnya (Az-Zarnuji,
biasa (Az-Zarnuji, 20). Karena, dengan 23).
kesungguhan dan semangat yang tinggi
segala sesuatu, bahkan yang tersulit Bertahan dalam proses memang
sekalipun dapat dicapai. Kita ingat ada tidak mudah. Apalagi, proses yang
sebuah pepatah Arab mengatakan: dijalani itu adalah proses pendidikan.
“man jadda wajada”. Barang siapa Banyak godaan yang datang. Meraih
bersungguh-sungguh, maka ia akan cita-cita juga adalah hal yang sulit
berhasil. Sudah semestinya, pepatah ini dilakukan. Banyak rintangan dan
dijadikan konsep dan prinsip dalam halangan yang siap menghadang.
belajar. Dengan begitu, kesulitan Namun, sebagai pelajar yang baik,
belajar akan teratasi dengan baik. tentu dia akan menyadari hal itu dan
Kalau hal ini disadari benar oleh para siap berjuang untuk menaklukkannya.
pelajar, maka fenomena nongkrong Oleh karena itu, sebaiknya pelajar
atau lontang-lantung di pinggir jalan mengingat terus apa yang pernah
tidak akan ada lagi. Dapatkah hal ini dinyatakan oleh Syaikh Az-Zarnuji;
disadari dan diterapkan oleh mereka? hendaknya seorang pelajar bekerja
Semuanya terpulang kepada para keras untuk sukses dan bersungguh-
pendidik dan anak didiknya. sungguh dengan merenungkan
keutamaan-keutamaan ilmu, karena
Cita-cita itu penting. Sebuah sesungguhnya ilmu itu abadi dan harta
ungkapan yang sudah umum di akan binasa (Az-Zarnuji, 25).
kalangan masyarakat berujar:
gantungkan cita-citamu setinggi langit, KESIMPULAN
karena cita-cita yang tinggi itu akan Menyimpulkan apa yang telah
dapat membuatmu bertahan dalam penulis paparkan dari awal sampai
proses. Memiliki cita-cita akan akhir, penulis ingin mengatakan bahwa
memberikan kita keuletan, ketekunan, keberhasilan dalam proses pendidikan
dan kebertahanan dalam proses adalah manakala kualitas intelektual
pencapaiannya. Paling tidak, manfaat dan kualitas moral berjalan beriringan
memiliki cita-cita itu dapat mengatasi tampak pada diri anak didik. Siapapun
kesulitan belajar siswa. Selanjutnya, menginginkan anak didiknya pintar dan
dengan cita-cita hidup kita akan sukses, sebagai pertanda bahwa proses
terarah. Jadi, pelajar harus memiliki pendidikan yang diberikannya telah
cita-cita, karena dengan begitu mereka berhasil.
memiliki arah dan tujuan hidup yang
ingin dicapainya. Hal seiring dengan
136
REFERENSI
Afrida, Tjut. 2015. Membangun
Pendidikan Karakter di Sekolah
melalui Kearifan Lokal. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran Setia
Budhi Vol. 1 No. 1. Rangkasbitung.
Az-Zarnuji, Syaikh Nu‟man bin
Ibrahim bin Al-Khalil. ± 1197.
Ta‟liim Al-Muta‟allim. Semarang.
Pernerbit Thoha Putra.
137