IPA
IPA
DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. I WAYAN SUASTRA,. M.PD.
DR. I MADE GUNAMANTHA, S.T., M.M.
OLEH:
NI KADE DWY KURNIA YUDANTARI
NIM/Kelas: 2229041018/ A
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Tabel
iv
“Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SD Kelas III”
A. RASIONAL
1
terhadap jalannya suatu proses pembelajaran agar dapat
mengarahkan peserta didik mencapai kompetensi.
Mengarahkan peserta didik menuju suatu kompetensi
tentunya juga membutuhkan usaha – usaha tertentu. Seorang
pendidik dapat melakukan usaha – usaha tersebut dengan
memberikan inovasi – inovasi baru dalam proses
pembelajaran. Inovasi dalam proses pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan menggunakan strategi dan metode yang
tepat dengan materi pembelajaran.
Tujuan pendidikan nasional dapat di tempuh melalui
pendidikan formal, informal dan non formal. Kususnya
Pendidikan formal yaitu, pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah pada umumnya yang mendapatkan beberapa mata
pelajaran sebagai mana yang diatur pada Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 37 Ayat 1 yang menyebutkan, bahwa kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib memuat 10
mata pelajaran. Salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
IPA merupakan rumpun ilmu, memilki karakteristik
khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual
(factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian
(events) dan hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan
ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif) (Asih, 2014: 22).
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-
kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu
2
pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu
pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science
itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.
Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini (Usman, 2011: 3). Piaget mengatakan bahwa
pengalaman langsung yang memegang peran penting sebagai
pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman
langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak
lahir) sampai berumur 12 tahun (Trisno, 1996: 28 dalam
Samatowa, 2011: 5).
Struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan
dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu
diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-
keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasi sesuai
dengan tahap perkembangan kognitifnya. Keterampilan
proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam
Samatowa, 2011: 5-6) adalah (1) mengamati, (2) mencoba
memahami apa yang diamati, (3)mempergunakan
pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4)
menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk
melihat apakah ramalan tersebut benar.
Mata pelajaran IPA dimasukkan di dalam suatu
kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi
suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang
tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
melatih/ mengambangkan kemampuan berpikir kritis,
misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode
3
“menemukan sendiri”. (3) Bila IPA diajarkan melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak,
maka IPA tidaklah merupakan mata pelajran yang bersifat
hafalan, belaka, (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-
nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan (Samatowa, 2011: 6).
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu
khusus yang mempelajari tentang fenomena alam. Ilmu
Pengetahuan alam ini ilmu yang mempelajari yang ada di
alam. Pembelajaran ini sangat berguna untuk pembelajaran
di sekolah yang mengetahui alam sekitar.pembelajaran IPA
di SD hendaknya dirancang agar sesuai dengan kebutuhan
siswanya yang sesuai dengan karakteristik siswa SD.
Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran IPA, namun kenyataannya masih belum mencapai
hasil belajar yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan
metode yang monoton seperti ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Hal ini dikarenakan materi pelajaran sangat banyak.
Sementara aktivitas peserta didik menjadi rendah karena
peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan
guru. Penggunaan metode yang monoton mengakibatkan
peserta didik cenderung menjadi pasif dan menciptakan
pembelajaran menjadi kurang optimal karena terbatasnya
media yang seharusnya digunakan untuk menunjang
pembelajaran. Hal ini tersebut mengakibatkan kurangnya
keaktifan siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa
rendah.
Seperti yang kita ketahui bahwa tugas guru dalam
proses pembelajaran ialah menjadi mediator dan fasilitator.
4
Sebagai fasilitator, guru bertugas menyiapkan fasilitas yang
diperlukan untuk peserta didik. Sebagai mediator, guru
dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup terkait media pembelajaran (Maemunawati, 2020).
Kegiatan pembelajaran tersebut harus mampu melibatkan
siswa secara langsung dalam pembelajaran sekaligus
membuat siswa lebih aktif dengan memilih model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang akan
digunakan harus memiliki persyaratan atau kriteria
melibatkan siswa secara aktif, menggugah rasa penasaran
siswa dalam mengikuti pembelajaran, menarik, inovatif,
menyenangkan, menanamkan pemahaman konsep dan
penguasaan materi bertahan lama dalam memori siswa, serta
mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA.
5
B. INTERAKSI
6
C. DAMPAK LANGSUNG DAN PENGIRING
Dampak Langsung:
Dampak iringan:
7
Adapun beberapa tahapan pembelajarn inquiry learning
adalah menurut yaitu:
1) Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini
guru mongkondisikan agar peserta didik siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang
dan mengajak peserta didik untuk berpikir
memecahkan masalah.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan
peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang peserta didik untuk berpikir
memecahkan teka-teki tersebut karena masalah
tersebut pasti ada jawabannya sehingga peserta didik
didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
3) Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis merupakan proses menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
8
atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis sehingga dapat mencapai
kesimpulan yang akurat.
Tabel 1.
Sintak Model Pembelajaran Inquiry Learning
Kegiatan Guru
9
Tahap 3 Guru memberikan
kesempatan pada
Merancang percobaan siswa untuk langkah-
langkah yang sesuai
dengan hipotesis
yang akan dilakukan.
Guru membimbing
siswa mengurutkan
langkah-langkah
percobaan.
Tahap 4 Guru membimbing
siswa mendapatkan
Melakukan percobaan untuk informasi melalui
memperoleh informasi percobaan.
Tahap 5 Guru memberi
kesempatan pada tiap
Mengumpulkan dan kelompok untuk
menganalisis data menyampaikan hasil
pengelolaan data
yang terkumpul
Tahap 6 Guru membimbing
Membuat kesimpulan siswa dalam
membuat kesimpulan.
10
E. VEKTOR KEGIATAN YANG TERJADI
Berfikir, Konsentrasi
bekerja, dan
belajar
Penilaian Disiplin
11
Model pembelajaran yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran IPA, disini saya mengambil model
pembelajaran Inquiry. Dimana pada model pembelajaran ini
untuk mendorong siswa untuk menemukan jawaban dari
masalah yang dihadapi. Sehingga dalam proses
pembelajaran, siswa dituntut untuk mau berpikir secara kritis
dan analitis. Model pembelajaran Inquiry atau inquiry
learning adalah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan
penyelidikan atau pencarian, eksperimen atau penelitian
secara mandiri untuk mendapatkan pengetahuan yang
mereka butuhkan. Dalam model ini, peserta didik diarahkan
agar dapat mencari tahu sendiri materi yang disajikan dalam
pembelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan
investigasi mandiri.
Pengertian di atas senada dengan pendapat Priansa &
Donni (2017, hlm. 258) yang mengungkapkan bahwa Inquiry
learning adalah model pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
simpulan dari prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman
dan kegiatan praktis. Artinya, pembelajaran ini menuntut
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan
yang mereka butuhkan, lewat pertanyaan, meminta
keterangan, atau penyelidikan.
Secara makna bahasa, inkuiri berasal dari bahasa
Inggris, yakni inquiry yang bermakna penyelidikan atau
meminta keterangan. Seperti yang diungkapkan Anam
(2016, hlm. 7) bahwa secara bahasa, inkuiri berasal dari kata
inquiry yang merupakan kata dalam bahasa Inggris yang
12
berarti; penyelidikan atau meminta keterangan; terjemahan
bebas untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari
dan menemukan sendiri”. Istilah inquiry atau “meminta
keterangan” ini adalah istilah yang sering digunakan oleh
pihak berwajib seperti detektif untuk memintai keterangan
dari saksi atau tersangka dalam penyelidikannya.
Sementara itu, Bell (dalam Priansa & Donni,
2017, hlm. 258) menyatakan bahwa pembelajaran inquiry
merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil kegiatan
peserta didik dalam memanipulasi, membuat struktur, dan
mentransformasikan informasi sedemikian rupa sehingga ia
menemukan informasi baru.
Tujuan dari penggunaan model inquiry dalam
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berfikir
secara sistimatis, logika dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
Dengan demikian, dalam model inkuiri siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang
dimilikinya secara optimal. Model inquiry merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
siswa (student centered approach).
Berdasarkan permasalahan yang diajukan maka siswa
akan mulai menemukan jawaban atas permasalahan-
permasalahan tersebut. Sehingga siswa akan menemukan
banyak jawaban atas permasalahannya. Pembelajaran
Inquiry pada mata pelajaran IPA ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar karena model
ini melibatkan siswa secara langsung sehingga pembelajaran
13
akan lebih menyenangkan.
F. ALAT UKUR
1. Alat Evaluasi Untuk Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana, (2011 : 22) hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Tes menurut Nana
sebagai alat penilaian adalah pertanyaan pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa
dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes
yang digunakan berupa pilihan ganda. Pilihan ganda
merupakan tes tertulis yang diberikan guru kepada siswa
dimana siswa harus memilih salah satu jawaban yangtersedia
pada soal. Pada soal dibawah ini terdapat pilihan jawaban a,
b, c atau d.
14
Tabel 1. Kisi-kisi Hasil Belajar
Kunci
No KD Indikator Pertanyaan Ranah Kognitif Jawaban
C1 C2 C3 C4 C5 C6
√ A
4. Perhatikan gambar berikut.
√
5. Benda-benda yang dapat
menguap karena sinar
matahari adalah...
a. Tanah, pasir, dan batu
b. Emas, perak, dan
perunggu C
c. Air, sirop, dan susu
d. Besi, seng, dan
aluminium
15
3.1.2Mengidentifikasi 6. Berikut ini perubahan kayu √ D
informasi yang terkait dibakar, kecuali ….
dengan perubahan a. arang
wujud mencair. b. abu
c. asap
d. api
16
DAFTAR PUSTAKA
17