Min Luhulima-Lp Prematur Kontraksi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

Premature kontraksi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Nama : Min Luhulima


Nim : 1490122134

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2023
A. Konsep Dasar Prematur
1. Definisi
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur
kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Sulistiarini & Berliana, 2016). Terdapat subkategori usia
kelahiran prematur berdasarkan kategori WHO, yaitu:
a. Extremely preterm (< 28 minggu)
b. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
c. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
2. Faktor Resiko
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran
prematur dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten
serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala
panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan
penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal).
6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.

6
9) Bekerja yang terlalu berat dan jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor
rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta,
seperti plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi
atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
3. Tanda Gejala
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala
yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
e. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
f. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
g. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
h. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
i. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki).
j. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
k. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
l. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
m. Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur
menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan
lemah, yaitu sebagai berikut:
a. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a. Kulit tipis dan mengkilap.
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk
dengan sempurna.
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada daerah punggung.
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis
kadang belum turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i. Aktivitas dan tangisan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
b. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):
i. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
kurang dari 2500 gram.
ii. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
iii. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
iv. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
v. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil.
4. Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas
pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui
peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil
pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan
rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap
rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang
menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres
dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia
tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan
keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang.
Keadaaan ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini
bersamaan dengan metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam
sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan
metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari pada
metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia.
Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit,
sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Surasmi,
dkk, 2003).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi
lain juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan
pada fungsi anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya
kelainan atau penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal karena pusat
pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen
dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak
subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang
atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh
melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang
(Surasmi, dkk, 2003)
5. WOC

Prematuritas

Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin

Dinding otot rahim bagian dalam lemah

bayi lahir prematur (BB <2500 gram)

Permukaan tubuh Jaringan lemak Penurunan daya Fungsi organ


relative lebih luas subkutan lebih tipis tahan tubuh belum baik

Pemaparan dengan Mk: Resiko Infeksi


suhu luar

Kehilangan panas kekurangan cadangan energi


Malnutrisi
Mk: Hipotermia
Mk: Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah

Mk: Ikterus Neonatus Hiperbilirubin Konjungsi bilirubin Hati


belum baik
Penyakit Membran Insuf Pembentukan vaskuler Paru
hailin pernapasan paru belum sempurna

kelemahan otot pernafasan Mk: Pola Nafas Tidak Efektif

Mk: Menyusui Tidak Efektif Reflek menelan belum sempurna Otak

Mk: Defisit Nutrisi


Peristaltik belum sempurna Pengosongan lambung belum baik Usus

Mk: Disfungsi Motilitas


Gastrointestinal
Skema 2.1 WOC
Sumber : Martin (2011), Meleis, (2007), SDKI (2016), Rukiyah & Yulianti (2012)
6. Masalah yang Terjadi pada Bayi Prematur
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang
dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Masalah jangka pendeknya antara lain adalahsebagai berikut:
1. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut:
a. Hipotermia
Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan
pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang
rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai
makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang, maka
dapat menyebabkan sel- sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi
kecerdasan bayi kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat
cairan glukosa berlebihan secara intravena.
d. Masalah pemberian ASI
Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan
keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak
dapat mengisap.
2. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut:
a. Gangguan imonologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar Ig G maupun
gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi yang belum baik.
b. Kejang saat dilahirkan
Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal), perdarahan
intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
c. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)
Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup bulan
pada umumnya.
3. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut:
a. Sindroma gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah perkembangan
imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada
paru-paru.
b. Asfiksia
Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi terhadap
pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu lahir dan
membutuhan resusitasi.
c. Apneu periodik (henti napas)
Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna
menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur berhentibernapas.
d. Paru-paru belum berkembang
Organ paru-paru yang belum berkembang menyebabkan bayi mengalami
sesak napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi dengan cepat.
e. Retrolental fibroplasias
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan
berat badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan
konsentrasi tinggi atau lebih dari 40%
Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur menurut
Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara lain adalah sebagai berikut:
a. Masalah psikis antara lain gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada bayi
prematur pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lebih lambat karena
berkaitan dengan maturitas otak bayi.
b. Gangguan bicara dan komunikasi
c. Gangguan neurologi dan kognisi
d. Gangguan neurologis yang sering dialami adalah cerebral palsy. Makin kecil usia
kehamilan bayi, maka semakin tinggi resikonya.
Masalah fisik antara lain penyakit paru kronis yang dapat disebabkan oleh
infeksi, kebiasaan ibu yang merokok selama kehamilan dan radiasi udara
lingkungan.
a. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau
penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat.
Bayi prematur mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat.
Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi.
Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi
harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
Konsep Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Prematur

a. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin: biasanya paling banyak laki-laki, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta
tanggal masuk RS.
2. Keluhan Utama
Menangis, refleks menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Umur kehamilan ≤37minggu, berat badan ≤2.500gram, lapisan lemak
subkutan sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih besar
dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1
sampai 5.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu memiliki riwayat kelahiran premature, kehamilan ganda.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB paru,
Hipertensi, dll.
b. Kebutuhan Pola
1. Pola nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
2. Pola Istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia.
3. Pola Personal hygiene : tahap awal tidak dimandikan.
4. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas.
5. Pola Eliminasi : BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah.
c. Pemeriksaan Fisik
1. kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi
jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan
capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2. Sistem pernapasan
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping
hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
3. Sistem gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik
usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelandan megisap yang lemah.
4. Sistem genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5. Sistem neurologis dan musculoskeletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi
atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
6. Sistem thermogulasi (suhu)
Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7. Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur
dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8. Pemeriksaan fisik
Berat badan ≤2500 gram, panjang badan ≤46 cm, lingkar kepala
≤33 cm, lingkar dada ≤dari 30 cm, keadaan rambut tipis, halus,
33

lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada
laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
kulit keriput
1. Pemeriksaan fisik neonatus
a. Kulit
Bayi lahir dengan panjang badan 30 cm, berat badan 1.100 gram,
warna kulit pucat kebiruan, seluruh tubuh sianosis, tidak ada
kemerahan, turgor kulit kurang dari 3 detik, suhu kulit 36.60c, dan
terdapat lanugo pada kulit bayi.
b. Kepala leher
Lingkar kepala 25 cm, fontanel anterior lunak, sutura sagitalis
normal, gambaran wajah simetris, telinga simetris, kartilago tampak
belum sempurna, hidung normal, tidak ada pernafasan cuping hidung,
sclera tidak ikterik, bentuk bibir normal kelembapan mulut kering,
terpasang OGT. Telinga semetris kiri dan kanan, tidak ada cairan,
membran timpani normal. Bentuk leher normal tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
c. Dada dan paru-paru
Bentuk simetris kiri kanan, suara nafas ronchi, respirasi 76x/menit
nilai down score 5 dengan penilaian tsb :
Nilai 0 1 2

Frekuensi nafas ˂60x/menit 60-80x/menit ˃80x/menit

Retraksi Tidak ada Retraksi Retraksi berat


ringan
Sianosis Tidak ada Hilang Menetap
dengan O2 dengan O2
Air entry (udara Ada Menurun Tidak
34

masuk) terdengar

Merintih Ada Terdengar Terdengar


dengan tanpa alat
stetoskop bantu
Pada pemeriksaan menggunakan Down Score didapatkan hasil
frekuensi nafas 76 x/menit, retraksi dada ringan, terdapat sianosis
dan hilang saat diberikan O2, udara masuk menurun dan terdengar
suara merintih jika didengarkan menggunakan stetoskop. Sehingga
nilai yang didapatkan pada pemeriksaan ini adalah 5 yang artinya
gawat nafas.
d. Jantung
Waktu pengisian kapiler (CRT) : < 3 detik, denyut nadi 142 x/menit
e. Abdomen
Lingkar perut 25 cm, umbilikus/tali pusat masih dalam perawatan
(belum lepas), kulit abdomen sedikit keriput tidak ada lesi, warna kulit
merata.
f. Ektremitas
Gerakan lemah, ekstremitas atas Lengkap kanan dan kiri, ekstremitas
bawah lengkap kanan dan kiri.
g. Musculoskeletal
Tidak ada kelainan tulang, spinal/tulang belakang tidak ada kelainan,
aktifitas tonus lemah, ada menangis.
h. Pemeriksaan Reflek :
Reflek moro Ada respon sedikit ditandai dengan cara
dikejutkan secara sangat pelan dan tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah.
Reflek mengisap Sangat lemah ditandai dengan bayi mau
menghisap dot tetapi daya hisap masih lemah
sehingga bayi dibantu dengan OGT.
Reflek menelan Sangat lemah ditandai dengan
ketidakmampuan bayi menelan sehingga bayi
35

dibantu dengan OGT


Babinsky Positif ditandai dengan semua jari hiper
ekstensi dengan jempol kaki dorsi pleksi
ketika diberikan stimulus dengan
menggunakan ujung bolpoint pada telapak
kaki.
Reflek rooting Positif tapi masih lemah ditandai dengan
kepala bayi mengikuti stimulus yang di
tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir
bawah dagu hanya tetapi bayi hanya
mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Reflek ketuk Positif ditandai dengan adanya reaksi kedipan
gilabella mata.
Reflek mata Positif ditandai dengan bola mata bergerak
boneka ketika kepala di tolehkan ke kanan dan ke
kiri.
Reflek palmar Positif ditandai dengan adanya ranggsangan
grasping menggenggam saat di berikan benda di
bagian tanggan.
Reflek plantar Positif ditandai dengan jari-jari kaki menekuk
ketika menggosokan sesuatu di telapak kaki.
Reflek blinking Positif ditandai dengan bayi menutup mata
saat terkena cahaya.

i. Skrining nyeri : Iya. Menggunakan skala nyeri NERI –NIPS


No Kategori Skor

1 Ekspresi wajah

Otot wajah rilek, ekspresi netral 0

Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang dan dagu 1


mengunci
2 Tangisan
36

Tenang, tidak menangis 0

Mengerang, sebentar-sebentar menangis 1

Terus menerus menangus, menangis kencang, 2


melengking

3 Pola nafas

Rileks, nafas regular 0

Pola nafas berubah : tidak teratur lebih cepat dari 1


biasanya, tersedak, menahan nafas
4 Tangan

Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang fleksi/ekstensi 0


yang kaku, meluruskan tangan tapi dengan cepat
melakukan fleksi/ekstensi yang kaku
5 Kaki

Rileks, otot kaki tidak kaku, kadang bergerak tak 0


beraturan
Fleksi/ekstensi yang kaku, meluruskan kaki tapi 1
dengan cepat melakukan fleksi/ekstensi yang kaku
6 Kesadaran

Tidur pulas atau cepat bangun, alergi dan tenang 0

Rewel, gelisah dan meronta-ronta 1

Total skor 1

B. Analisa Data
No. Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS : - Imaturitas neurologis Pola nafas tidakefektif


DO :
Keadaan umum lemah
bayi tampak pucat,
sesak nafas, RR
72x/menit, O2
Terpasang 1
liter/menit, sesak
tampak bertambah
dengan posisi bayi
fleksi, stidor dan
ronchi basah yang
nyaring.
37

2 DS : - Lemahnya daya cerna Risiko nutrisi kurang


DO : makanan dari kebutuhan tubuh
Bayi mengalami
kesulitan menelan dan
menggunakan pipa
lambung/OGT untuk
pemenuhan nutrisi
3 DS : - Ketidakadekuatan Risiko infeksi
DO : pertahanan tubuh primer
Riwayat KPSW, BB
1.100 gram, HR
142x/menit, suhu
36.6oc , RR 76x/menit
, Leukosit 3, terpasang
infus di tangan kanan.
38

Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Imaturitas neurologis
2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Risiko infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
B. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi NIC:


b.d Imaturitas keperawatan, diharapkan 1. Monitor TTV pasien 1. Mempertahankan
neurologis pasien: 2. Posisikan untuk ventilasi
NOC: Status Pernafasan meringankan sesak napas 2. Posisi semi fowler
dipertahankan di level 4 3. Motivasi pasien untuk menggunakan gaya
ditingkatkan ke level 5 bernapas pelan, dan dalam Gravitasi untuk
1: Deviasi Berat 4. Auskultasi suaran napas, membantu
2: Deviasi Cukup Berat catat area ventilasi pengembangan paru dan
3. Deviasi Sedang menurun, atau tidak ada mengurangi tekanan
4. Deviasi Ringan dan suara tambahan dariabdomen pada
5. Tidak Ada Deviasi 5. Identifikasi kebutuhan diagfragma.
Kriteria hasil : aktual/potensial pasien 3. Memaksimalkan
1. Frekuensi, irama, untuk memasukkan alat ventilasi dan mencegah
kedalaman pernapasan membuka jalan napas terjadinya kelelahan
dalam batas normal (40-60 4. Suara nafas menurun
x/menit) atau tidak ada
2. Tidak menggunakan otot menunjukkan tidak
bantu pernapasan masuknya O2 ke paru
3. Tanda Tanda vital dalam paru
rentang normal (tekanan 5. Pasien dengan
darah, nadi, pernafasan) penurunan kesadaran
(TD 70-50/90-50 mmHg, dengan suara snoring
nadi 120-130 x/menit, RR membutuhkan alat bantu
: 30-40 x/menit, suhu 36,5 napas untuk membuka
– 37,5⁰C) jalan napas
6. Kelola udara atau oksigen
Ditandai dengan indikator : 6. Membantu
1. Ekstream yang dilembabkan memaksimalkan udara
2. Berat 7. Letakkan bayi terlentang yang masuk ke paru
dengan alas yang datar, 7. Memberi rasa nyaman
3. Sedang
kepala lurus, dan leher
4. Ringan dan mengantisipasi flexi
5. Tidak ada gangguan sedikit tengadah/ekstensi leher yang dapat
dengan meletakkan bantal
Hasil yang diharapkan 4-5 mengurangi kelancaran
atau selimut diatas bahu jalan nafas
bayi sehingga bahu 8. Deteksi dini adanya
terangkat 2-3cm kelainan
8. Observasi gejala kardinal 9. Monitor keadekuatan
dan tanda-tanda sianosis pernapasan
tiap 4 jam
9. Monitor kecepatan, ritme,
kedalaman dan usaha
pasien saat bernafas

2 Risiko defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi NIC :


ketidakmampuan keperawatan, diharapkan 1. Lakukan observasi BAB 1. Deteksi adanyakelainan
mencerna makanan pasien: dan BAK jumlah dan pada eliminasibayi dan
NOC: Status Nutrisi Bayi frekuensi serta konsistensi segera mendapat
dipertahankan di level 4 2. Monitor turgor dan tindakan /perawatan
ditingkatkan ke level 5 mukosa mulut yang tepat
1: Tidak Adekuat 2. Menentukan derajat
2: Adekuat dehidrasi dari turgor
3. Cukup Adekuat dan mukosa mulut
4. Sebagian Besar 3. Monitor intake dan output 3. Mengetahui
adekuat 4. Beri ASI sesuai keseimbangan cairan
5. Sepenuhnya adekuat kebutuhan tubuh (balance)
Kriteria Hasil : 5. Lakukan control berat 4. Kebutuhan nutrisi
1. Intake nutrisi tercukupi. badan setiap hari Terpenuhi secara
2. Asupan makanan dan 6. Auskultasi bising usus, adekuat
cairan tercukupi perhatikan adanya \ 5. Penambahan dan
3. Penurunan intensitas distensi abdomen penurunan berat badan
terjadinya mual muntah 7. Lakukan pemberian dapat di monitor
4. Penurunan frekuensi makan oral awal sebanyak 6. Indikator yang
terjadinya mual muntah. 5-10 ml menunjukan neonatus
5. Pasien mengalami lapar
peningkatan berat badan 7. Pemberian makanan
Ditandai dengan indikator : awal membantu
1. Ekstream memenuhi kebutuhan
2. Berat kalori dan cairan
3. Sedang khususnya pada bayi
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi NIC :
Ketidakadekuatan keperawatan, diharapkan 1. Kaji TTV dan tanda 1. Menentukan intervensi
pertahanan tubuh pasien: infeksi lebih lanjut
primer NOC: Kontrol Infeksi 2. Lakukan perawatan tali 2. Mencegah terjadinya
dipertahankan di level 4 pusat infeksi dan
ditingkatkan ke level 5 3. Anjurkan ibu mencuci mempercepat
1: Tidak Pernah tangan sebelum kontak pengeringan tali pusat
Menunjukkan kontrol 3. Meminiimalkan
infeksi terjadinya infeksi silang
2: Jarang Menunjukkan dengan bayi ibu dan bayi
kontrol infeksi 4. Kolaborasi pemeriksaan 4. Leukosit tinggi
3. Sering Menunjukkan laboratorium (leukosit) mengidentifikasi adaya
kontrol infeksi 5. Bersihkan lingkungan infeksi
4. Kadang dengan baik setelah 5. Lingkungan yang bersih
Menunjukkan kontrol digunakan untuk setiap dapat mencegah
infeksi pasien terjadinya infeksi
5. Sepenuhnya 6. Ganti peralatan perawatan 6. Peralatan yang tidak
Menunjukkan kontrol perpasien sesuai protokol dirawat dapat
infeksi institusi menimbulakan banyak
Kriteria Hasil : 7. Isolasi pasien yang bakteri dan
1. TTV normal mempunyai penyakit meningkatkan terjadinya
2. Tidak ada tanda letargi menular infeksi
8. Batasi jumlah pengunjung 7. Penyakit menular akan
9. Ajarkan cara cuci tangan cepat terjadi penularan
bagi tenaga kesehatan jika tidak segera di
isolasi
8. Terlalu banyak
pengunjung dapat
membuat penyebaran
virus dari luar yang
menyebabkan infeksi
9. mencegah terjadinya
infeksi baik pada tenaga
kesehatan maupun
pasien
10. Anjurkan pengunjung 10. Agar terhindari dari
unttuk cuci tangan pada virus yang dibawa dari
saat memasuki dan luar
meninggalkan ruangan 11. Untuk mencegah
pasien terjadinya infeksi
11. Cuci tangan sebelum dan 12. Sarung tangan steril
sesudah kegiatan akan menghindari kita
perawatan pasien dari infeksi dan penyakit
12. Pakai sarung tangan steril menular
dengan tepat 13. Agar membersihkan
13. Gosok kulit pasien dengan kulit dari bakteri yang
agen antibakteri yang menyebabkan infeksi
sesuai 14. Mencegah terjadinya
14. Jaga lingkungan aseptik infeksi yang di dapatkan
yang optimal selama dari rumah sakit
pemasukan disamping
tempat tidur dari saluran
penghubung
A. Implementasi
Implementasi merupakan komponen proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi menuangkan rencana asuhan
keperawatan kedalam tindakan setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan
kebutuhan dan prioritas pasien, perawat melakukan intervensi keperawatan
spesifik, yang mencakup tindakan keperawatan (Potter dan Perry, 2007).
Pada kasus ini implementasi dilakukan sesuai dengan masing-masing
diagnosa yang telah direncanakan. Pada tanggal hari pertama implementasi
yang dilakukan untuk diagnosa 1 adalah memonitor ttv bayi, mengatur posisi
pasien dengan posisi terletang dan kepala menggunakan bantal,
mengauskultasi suara nafas, mengatur posisi bayi dengan cara terlentang
dengan alas datar, kepala lurus dan leher sedikit mengadah ke atas dengan
meletakan selimut diatas bahu bayi setinggi 2-3cm, membersihkan jalan nafas
bayi, mengobservasi tanda-tanda sianosis tiap 4 jam, melakukan kolaborasi
pemberian o2, memonitor kecepatan pernafasan bayi.
Untuk diagnosa 2 implementasi yang dilakukan adalah Melakukan
observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi, Memonitor
turgor dan mukosa mulut bayi, Memonitor intake dan output bayi,
Memberikan makanan menggunakan OGT sesuai kebutuhan, Mengontrol
berat badan setiap hari, Mengauskultasi bising usus, Memberikan makanan
pemberian oral menggunakan OGT sebanyak 60 ml/kgbb. Pada diagnosa 3
implementasi yang dilakukan adalah mengkaji ttv dan tanda infeksi,
melakukan perawatan tali pusat, menganjurkan ibu mencuci tangan sebelum
kontak dengan bayi, membersihkan lingkungan dengan baik setelah
digunakan pasien, mengganti peralatan pasien, membatasi jumlah
pengunjung, mengajarkan cara cuci tangan kepada keluarga bayi,
menganjurkan keluarga cuci tangan sebelum dan sesudah masuk ke ruangan
pasien, menggosok kulit pasien dengan agen antibakteri yang sesuai.

B. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapapaian tujuan
(Potter, 2007). Evaluasi pada By Ny.N dilakukan dengan metode SOAP. Pada
evaluasi hari pertama penulis belum mampu mengatasi masalah keperawatan
pola nafas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan resiko infeksi karena masa penyebuhan pada By Ny.N masih
memerlukan waktu dan juga karena keterbatasan waktu penulis yang tidak
bisa mengobservasi pasien selama 24 jam.
Evaluasi hari pertama dilakukan pada tanggal 22 mei 2019 pada
diagnosa pertama didapatkan hasil keadaan umum lemah HR 145x/menit, RR
77x/menit, suhu 36.5oc, posisi pasien terlentang dengan alas datar kepala
lurus dan leher sedikit mengadah keatas serta meletakan selimut di atas bahu,
suara nafas ronchi, pasien tampak sianosis, o2 terpasang 4liter/menit, dan
kecepatan nafas teratur. Diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh didapatkan hasil BAB berwarna hitam, konsistensi
lunak, frekuensi sering. Sedangkan BAK tidak terlihat karena tercampur oleh
BAB. Turgor kulit jelek, mukosa bobir kering, kesulitan menelan, makanan
menggunakan OGT 60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.100 gram, dan bising usus
(+). Pada diagnosa ketiga didapatkan hasil HR 145x/menit RR 77x/menit
suhu 36.3oc, tali pusat seikit basah, orang tua selalu mecuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan infus terpasang di kaki sebelah kanan.
Evaluasi kedua pada tanggal 23 mei 2019 pada diagnosa pertama
didapatkan hasil keadaan umum lemah, HR: 152x/menit, RR: 75 x/menit,
Suhu : 36.3oc, posisi pasien terlentang dengan alas datar, kepala lurus dan
leher sedikit mengadah ke atas dan meletakan selimut daitas bahu bayi, suara
nafas ronchi, pasien tampak sianosis, O2 terpasang 4 liter/menit, kecepatan
nafas teratur. Pada diagnosa kedua BAB berwarna hitam, konsistensi lunak,
frekuenasi sering. BAK warna tak terlihat karena tercampur oleh BAB dan
frekuensi sering, turgor kulit jelek dan mukosa bibir kering, bayi masih
mengalamai kesulitan menelan, makanan masuk menggunakan OGT sebayak
60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.100 gram, bising usus (+). Diagnosa ketiga
didapatkan hasil HR: 152x/menit, RR: 75 x/menit, Suhu : 36.3 oc, tali pusat
sedikit basah, orang tua selalu cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, infus terpasang di kaki sebelah kanan.
Evaluasi ketiga pada tanggal 24 mei 2019 pada diganosa pertama
didapatkan hasil keadaan umum baik, HR: 154x/menit, RR: 72 x/menit, Suhu
: 36.7oc. posisi pasien terlentang dengan alas datar, kepala lurus dan leher
sedikit mengadah ke atas dan meletakan selimut daitas bahu bayi, suara nafas
vesikuler, tidak ada lagi sianosis, O2 terpasang 4 liter/menit dan kecepatan
nafas teratur. Diagnosa kedua BAB berwarna hitam, konsistensi lunak,
frekuenasi sering. BAK warna tak terlihat karena tercampur oleh BAB dan
frekuensi sering, turgor kulit jelek dan mukosa bibir kering, bayi masih
mengalamai kesulitan menelan, makanan masuk menggunakan OGT sebayak
60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.200 gram, bising usus (+). Diagnosa ketiga HR
154x/menit, RR: 72 x/menit, Suhu : 36.7oc, tali pusat kering, orang tua selalu
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, infus terpasang di
kaki sebelah kanan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2008). Pengantar konsep dasar keperawatan. Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan dasar manusia (oksigenasi). Tangerang: Graha


Ilmu

Berman, Snyder, Kozier, Erb. (2009). Buku ajar keperawatan klinis. Edisi 5.
Jakarta: EGC

Gupte, (2004). Periodontal disease and upper genital tract inflammation in early
spontaneous preterm birth. Obstet Gynecol 104:777

Hidayat, A. (2008). Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Martin, (2011). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan Human


Labor and Birth. Terjemahan M. Hakimi. Jakarta : Andi publishers

RSUD Hasanuddin Damrah, Medical Record RSUD Damrah, 2018

Meleis, (2007). Gray’s Anatomy Fortieth Edition: The Anatomical Basis of


Clinical Practice. hal. 1286 -1312. London: Elsevier Saunders.

NANDA (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10. editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Potter, Pactricia A. & Anne, G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1


Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika

Proverawati, A dan Isamawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).


Yogjakarta: Nuha Medika.

Riskesdas, (2013). Laporan Nasional Riskesadas 2013. https://www.


k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007
.pdf diunduh pada tanggal 8 April 2019 pukul 13.00 WIB

Rohsiswatmo, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah & Yulianti (2012). Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta:


Trans Info Media

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
62

Sulistiarini & Berliana, (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran


Prematur di Indonesia : Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal
WIDYA Kesehatan dan Lingkungan, 1(2), 109-112

Suradi, R.(2008). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru.
Health Technology Assessment Indonesia.

Surasmi, dkk, (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wilkinson, Judith M., dan Nancy, Ahern R., (2011). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC

WHO (2012). Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm Birth
46
47

Anda mungkin juga menyukai