Min Luhulima-Lp Prematur Kontraksi
Min Luhulima-Lp Prematur Kontraksi
Min Luhulima-Lp Prematur Kontraksi
Premature kontraksi
Disusun Oleh:
6
9) Bekerja yang terlalu berat dan jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara
lain kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor
rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta,
seperti plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi
atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan,
pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
3. Tanda Gejala
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala
yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
e. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
f. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
g. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
h. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
i. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki).
j. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
k. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
l. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
m. Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), bayi prematur
menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan
lemah, yaitu sebagai berikut:
a. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a. Kulit tipis dan mengkilap.
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk
dengan sempurna.
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada daerah punggung.
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis
kadang belum turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i. Aktivitas dan tangisan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
b. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):
i. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
kurang dari 2500 gram.
ii. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
iii. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
iv. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
v. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil.
4. Patofisiologi
Menurut Surasmi, dkk (2003), neonatus dengan imaturitas
pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui
peningkatan metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil
pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan
rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap
rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang
menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres
dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia
tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin
yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan
keefektifan ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang.
Keadaaan ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini
bersamaan dengan metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam
sehingga meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan
metabolisme anaerob meghilangkan glikogen lebih banyak dari pada
metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia.
Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit,
sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat (Surasmi,
dkk, 2003).
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi
lain juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan
pada fungsi anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya
kelainan atau penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal karena pusat
pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen
dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak
subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang
atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh
melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang
(Surasmi, dkk, 2003)
5. WOC
Prematuritas
a. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin: biasanya paling banyak laki-laki, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta
tanggal masuk RS.
2. Keluhan Utama
Menangis, refleks menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Umur kehamilan ≤37minggu, berat badan ≤2.500gram, lapisan lemak
subkutan sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih besar
dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1
sampai 5.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu memiliki riwayat kelahiran premature, kehamilan ganda.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB paru,
Hipertensi, dll.
b. Kebutuhan Pola
1. Pola nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
2. Pola Istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia.
3. Pola Personal hygiene : tahap awal tidak dimandikan.
4. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas.
5. Pola Eliminasi : BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah.
c. Pemeriksaan Fisik
1. kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi
jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan
capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2. Sistem pernapasan
Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping
hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
3. Sistem gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik
usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelandan megisap yang lemah.
4. Sistem genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5. Sistem neurologis dan musculoskeletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi
atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
6. Sistem thermogulasi (suhu)
Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7. Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur
dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8. Pemeriksaan fisik
Berat badan ≤2500 gram, panjang badan ≤46 cm, lingkar kepala
≤33 cm, lingkar dada ≤dari 30 cm, keadaan rambut tipis, halus,
33
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada
laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
kulit keriput
1. Pemeriksaan fisik neonatus
a. Kulit
Bayi lahir dengan panjang badan 30 cm, berat badan 1.100 gram,
warna kulit pucat kebiruan, seluruh tubuh sianosis, tidak ada
kemerahan, turgor kulit kurang dari 3 detik, suhu kulit 36.60c, dan
terdapat lanugo pada kulit bayi.
b. Kepala leher
Lingkar kepala 25 cm, fontanel anterior lunak, sutura sagitalis
normal, gambaran wajah simetris, telinga simetris, kartilago tampak
belum sempurna, hidung normal, tidak ada pernafasan cuping hidung,
sclera tidak ikterik, bentuk bibir normal kelembapan mulut kering,
terpasang OGT. Telinga semetris kiri dan kanan, tidak ada cairan,
membran timpani normal. Bentuk leher normal tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
c. Dada dan paru-paru
Bentuk simetris kiri kanan, suara nafas ronchi, respirasi 76x/menit
nilai down score 5 dengan penilaian tsb :
Nilai 0 1 2
masuk) terdengar
1 Ekspresi wajah
3 Pola nafas
Total skor 1
B. Analisa Data
No. Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Imaturitas neurologis
2. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Risiko infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
B. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
B. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapapaian tujuan
(Potter, 2007). Evaluasi pada By Ny.N dilakukan dengan metode SOAP. Pada
evaluasi hari pertama penulis belum mampu mengatasi masalah keperawatan
pola nafas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh dan resiko infeksi karena masa penyebuhan pada By Ny.N masih
memerlukan waktu dan juga karena keterbatasan waktu penulis yang tidak
bisa mengobservasi pasien selama 24 jam.
Evaluasi hari pertama dilakukan pada tanggal 22 mei 2019 pada
diagnosa pertama didapatkan hasil keadaan umum lemah HR 145x/menit, RR
77x/menit, suhu 36.5oc, posisi pasien terlentang dengan alas datar kepala
lurus dan leher sedikit mengadah keatas serta meletakan selimut di atas bahu,
suara nafas ronchi, pasien tampak sianosis, o2 terpasang 4liter/menit, dan
kecepatan nafas teratur. Diagnosa kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh didapatkan hasil BAB berwarna hitam, konsistensi
lunak, frekuensi sering. Sedangkan BAK tidak terlihat karena tercampur oleh
BAB. Turgor kulit jelek, mukosa bobir kering, kesulitan menelan, makanan
menggunakan OGT 60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.100 gram, dan bising usus
(+). Pada diagnosa ketiga didapatkan hasil HR 145x/menit RR 77x/menit
suhu 36.3oc, tali pusat seikit basah, orang tua selalu mecuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan infus terpasang di kaki sebelah kanan.
Evaluasi kedua pada tanggal 23 mei 2019 pada diagnosa pertama
didapatkan hasil keadaan umum lemah, HR: 152x/menit, RR: 75 x/menit,
Suhu : 36.3oc, posisi pasien terlentang dengan alas datar, kepala lurus dan
leher sedikit mengadah ke atas dan meletakan selimut daitas bahu bayi, suara
nafas ronchi, pasien tampak sianosis, O2 terpasang 4 liter/menit, kecepatan
nafas teratur. Pada diagnosa kedua BAB berwarna hitam, konsistensi lunak,
frekuenasi sering. BAK warna tak terlihat karena tercampur oleh BAB dan
frekuensi sering, turgor kulit jelek dan mukosa bibir kering, bayi masih
mengalamai kesulitan menelan, makanan masuk menggunakan OGT sebayak
60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.100 gram, bising usus (+). Diagnosa ketiga
didapatkan hasil HR: 152x/menit, RR: 75 x/menit, Suhu : 36.3 oc, tali pusat
sedikit basah, orang tua selalu cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, infus terpasang di kaki sebelah kanan.
Evaluasi ketiga pada tanggal 24 mei 2019 pada diganosa pertama
didapatkan hasil keadaan umum baik, HR: 154x/menit, RR: 72 x/menit, Suhu
: 36.7oc. posisi pasien terlentang dengan alas datar, kepala lurus dan leher
sedikit mengadah ke atas dan meletakan selimut daitas bahu bayi, suara nafas
vesikuler, tidak ada lagi sianosis, O2 terpasang 4 liter/menit dan kecepatan
nafas teratur. Diagnosa kedua BAB berwarna hitam, konsistensi lunak,
frekuenasi sering. BAK warna tak terlihat karena tercampur oleh BAB dan
frekuensi sering, turgor kulit jelek dan mukosa bibir kering, bayi masih
mengalamai kesulitan menelan, makanan masuk menggunakan OGT sebayak
60 ml/KgBB per 2 jam, BB 1.200 gram, bising usus (+). Diagnosa ketiga HR
154x/menit, RR: 72 x/menit, Suhu : 36.7oc, tali pusat kering, orang tua selalu
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, infus terpasang di
kaki sebelah kanan.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Snyder, Kozier, Erb. (2009). Buku ajar keperawatan klinis. Edisi 5.
Jakarta: EGC
Gupte, (2004). Periodontal disease and upper genital tract inflammation in early
spontaneous preterm birth. Obstet Gynecol 104:777
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
62
Suradi, R.(2008). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru.
Health Technology Assessment Indonesia.
Wilkinson, Judith M., dan Nancy, Ahern R., (2011). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
WHO (2012). Born Too Soon: The Global Action Report on Preterm Birth
46
47