Pembuatan Pupuk Organik Cair (Poc) Dari Bonggol Pisang Melalui Proses Fermentasi
Pembuatan Pupuk Organik Cair (Poc) Dari Bonggol Pisang Melalui Proses Fermentasi
Pembuatan Pupuk Organik Cair (Poc) Dari Bonggol Pisang Melalui Proses Fermentasi
CANDRA ADITYA
NRP. 2313 030 044
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc
CANDRA ADITYA
NRP. 2313 030 044
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc
CANDRA ADITYA
NRP. 2313 030 044
Supervisor
Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc
iv
6. Ibu Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, M.Sc sebagai Dosen
pembimbing yang selalu mengawasi dan membantu
dalam menyelesaikan tugas akhir.
7. Segenap Dosen, staff dan karyawan Program Studi DIII
Teknik Kimia, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
8. Rekan-rekan seperjuangan, angkatan 2014 Program Studi
DIII Teknik Kimia, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Tugas Akhir yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak jika dalam proses dari
awal sampai akhir penulisan penelitian Tugas Akhir ini ada kata-
kata atau perilaku yang kurang berkenan. Terima kasih atas
perhatiannya dan kerjasamanya.
Penulis
v
“PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)
DARI BONGGOL PISANG MELALUI PROSES
FERMENTASI”
ABSTRAK
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik
yang organik maupun yang kimia dengan maksud untuk
mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan
lingkungan yang baik. Secara umum pupuk dibagi menjadi dua
jenis yaitu pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia saat ini
sering digunakan umumnya oleh petani. Padahal penggunaan
pupuk kimia secara terus menerus mampu meningkatkan
ketidakseimbangan hara dalam tanah, bahkan dapat
menimbulkan masalah sosial dan berdampak buruk terhadap
kesehatan. Maka dari itu digunakan pupuk organik sebagai solusi
alternatif untuk meningkatkan produksi tanaman dengan aman.
Salah satu bahan baku pupuk organik adalah bonggol pisang
yang mengandung cukup banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman. Dengan penambahan molases, air cucian beras, dan air
kelapa lalu difermentasi dalam bentuk cair dapat menambah
unsur hara pada pupuk organik cair (POC) tersebut.
Sedangkan untuk tahapan yang digunakan pada penelitian
ini antara lain menyiapkan bahan dengan menghancurkan
bonggol pisang menjadi ukuran lebih kecil. Selanjutnya ke tahap
proses memasukkan bonggol pisang ke dalam reaktor, setelah itu
menuangkan air cucian beras, air kelapa dan molases kedalam
reaktor, lalu mengaduk bahan tersebut hingga merata, kemudian
menutup reaktor dan membiarkan proses fermentasi selama 7
hari lalu menyaring campuran tersebut sehingga mendapatkan
i
cairan saja. Untuk proses analisa kadar N menggunakan labu
Kjehdal, analisa kadar P menggunakan Spektrofotometri UV
Visible, analisa kadar K menggunakan Spektofotometri Serapan
Atom
Pupuk organik cair yang memiliki kualitas paling optimum
adalah pada variabel perbandingan larutan dan padatan, 3 : 3
dengan menggunakan starter dimana pada uji analisa didapatkan
kandungan makro N sebanyak 101.41 ppm, P2O5 sebanyak
233.84, dan K2O sebanyak 2007.74 ppm
ii
"MAKING OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER (POC)
FROM BANANA SHOOTS USING FERMENTATION
PROCESS"
ABSTRACT
Fertilizers are materials that are supplied to both organic
and chemical soil with the intent to replace nutrient losses from
the soil and aim to increase crop production in good
environmental conditions. In general, fertilizer is divided into two
types: organic fertilizer and chemical fertilizer. Chemical
fertilizers today are commonly used by farmers. Whereas the use
of chemical fertilizers continuously able to increase the nutrient
imbalance in the soil, can even cause social problems and
adversely affect health. Therefore, organic fertilizer is used as an
alternative solution to increase crop production safely. One of the
basic ingredients of organic fertilizer is a banana shoots that
contains enough nutrients needed by the plant. With the addition
of molasses, rice washing water, and coconut water then
fermented in liquid form can add nutrients to the liquid organic
fertilizer (POC).
As for the stages used in this study, among others,
prepare the material by destroying the banana bonggol into
smaller size. Next to the process stage of entering the banana
hump into the reactor, then pour the laundry water of rice,
coconut water and molasses into the reactor, then stir the
material evenly, then close the reactor and let the fermentation
process for 7 days then filter the mixture to get the fluids . For the
process of N content analysis using Kjehdal flask, P-content
iii
analysis using UV Visible Spectrophotometry, K content analysis
using Atomic Absorption Spectotometry
Liquid organic fertilizer which has the most optimum
quality is the variable of solution and solid ratio, 3: 3 by using
starter where in the analysis test obtained the macro N content of
101.41 ppm, P2O5 as much as 233.84, and K2O 2007.74 ppm
iv
DAFTAR ISI
iv
BAB V NERACA MASSA
5.1 Neraca Massa Bahan ................................................... 1
BAB VI NERACA PANAS
6.1 Data Heat Capacity ..................................................... 1
6.2 Neraca Panas Proses .................................................... 1
BAB VII ANALISA KEUANGAN
7.1 Fixed Cost ................................................................... 1
7.2 Variable Cost .............................................................. 1
7.3 Analisa Biaya .............................................................. 1
DAFTAR NOTASI ................................................................... ix
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ x
BIOGRAFI PENULIS .............................................................. xi
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
BAB I Pendahuluan
II.1 Pupuk
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik
yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk
mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan
untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan
lingkungan yang baik (Indranada, 1989).
Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu
faktor dalam peningkatan produksi komoditas pertanian. Hal ini
menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang strategis. Untuk
menyediakan pupuk ditingkat petani diupayakan memenuhi 6
azas tepat yaitu: Tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga
yang layak sehingga petani dapat menggunakan pupuk sesuai
kebutuhan (Marsono. 2001).
Berdasarkan atas pembentukannya, pupuk dapat
dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam
adalah pupuk yang langsung di dapat dari alam misalnya pupuk
organik (pupuk kandang dan kompos) dan sebagainya. Jumlah
dan jenis unsur hara dalam pupuk alam terdapat secara alami.
Pupuk buatan adalah pupuk yang di buat di pabrik dengan jenis
dan kadar unsur hara sengaja di tambahkan kedalam pupuk
tersebut dalam jumlah tertentu. Pupuk anorganik misalnya: Pupuk
N (Urea), P (TSP), KCL dan lain-lain (Harjowigeno, 1995).
I-1
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
2. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi
pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagianbagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan
akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat
pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Fungsi
nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut:
3. Fosfor
Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H 2PO4-, dan
HPO4. Secara umum, fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman
dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Dapat mempercepat pertubuhan akar.
b. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
tanaman muda menjadi tanaman dewasa.
c. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan
buah, biji atau gabah.
4. Kalium
Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman
muda). Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian
tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak
mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah
larut dan hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat
Kalium yang tidak diberika secara cukup, maka efisiensi N
5. Kalsium
Kalsium diserap dalam bentuk Ca++, sebagian besar
terdapat dalam daun berbentuk kalsium pektat yaitu bagian
lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga pada batang,
berpengaruh baik dalam pertumbuhan ujung dan bulu-bulu
akar. Kalsium terdapat pada tanaman yang banyak
mengandung protein. Beberapa fungsi kalsium yaitu:
a. Kalsium dapat menetralkan asam-asam organik yang
dihasilkan pada metabolisme.
b. Kalsium penting bagi pertumbuhan akar.
c. Kalsium dapat menetralkan tanah asam, dapat
menguraikan bahan organik, tersedianya pH dalam
tanah tergantung pada kalsium.
6. Magnesium
Magnesium diserap dalam bentuk Mg++, merupakan
bagian dari klorofil. Mg ini termasuk unsur yang tidak mobil
dalam tanah. Kadar Mg di dalam bagianbagian vegetatif dapat
dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam
bagian-bagian generatif malah sebaliknya. Mg banyak
terdapat dalam buah dab juga dalam tanah. Ada beberapa
faktor seperti temperatur, kelembapan pH, dan beberapa
faktor lainnya dapat mempengaruhi tersedianya Magnesium
di dalam tanah. Defisiensi Mg menimbulkan gejala-gejala
yang tampak pada bagian daun, terutama daun-daun tua.
Klorosis tampak diantara tulang-tulang daun, sedangkan
tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di
antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi
kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan. Daun-daun
ini mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak
mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang yang
berubah warnamenjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut.
Defiensi Mg menimbulkanpengaruh pertumbuhan biji.
7. Sulfur (S)
Sulfur diserap dalam bentuk SO42-. Sulfur yang larut
dalam air akan segera diserap akar tanaman, karena zat ini
sangat diperlukan tanaman (terutama tanaman-tanaman
muda) pada pertumbuhan pemula dan perkembangannya.
Pada kenyataannya S yang dibutuhksn banyak terdapat
didalam tanah, sehingga tanahjarang menderita kekurangan S,
bahkan terjadi kadang-kadang keracunan S. Pada tanah
pertanian banyak ditemukan bentuk senyawa belerang
lainantara lain, belerang organis, sulfat yang larut dalam air,
sulfat yang terabsorbsi, sulfat yang tidak larut (BaSO 4) dan
sulfat yang tidak larut yang bersenyawa dengan CaCO3.
Defisiensi S gejalanya klorosis terutama pada daun-daun
muda, perubahan warna tidak berlangsung serempak,
melainkan pada bagian daun selengkapnya, warna hijau
makin pudar berubah menjadi hijau sangat muda, kadang
mengkilap keputih-putihan dan kadang perubahannya tidak
merata tetapi berlangsung padabagian daun selengkapnya.
Menurut (Sutejo, 1995), yang termasuk unsur hara mikro
adalah:
a. Besi (Fe)
Zat besi penting dalam pembentukan hijau daun
(klorofil), pembentukan zat karbohidrat, lemak,
protein, dan enzim. Tersedianya zat besi dalam tanah
secara berlebihan, misalnya karena pemupukan
dengan zat ini yang overdosis, dapat membahayakan
bagi tanaman yaitu keracunan. Sebagai pupuk zat besi
ini dipakai dalam bentuk larutan yang disemprotkan
melalui daun atau dalam bentukbubuk yang
diinjeksikan pada tanah. Gejala defisiensi Fe tampak
pada daun muda, mula-mula tidak secara bersamaan
berwarna hijau muda pucat atau hijau kekuningan,
sedangkan tulang daun serta jaringannya tidak mati.
Kemudian tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya
hijau menjadi kuning dan adapula yang menjadi putih.
Dan jika terjadi pada musim kemarau, daun-daun
muda banyak yang menjadi kering danberjatuhan.
b. Borium
Borium diserap tanaman dalam bentuk BO 3 dan
berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama
pada titik tumbuh pucuk, juga dalam pertumbuhan
tepungsari, bunga dan akar. Kekurangan unsur ini
dapatberpengaruh pada kuncup-kuncup pucuk yang
tumbuh dan akibatnya dapat mematikan. Juga
pertumbuhan meristem akan terganggu, dapat
menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam
pembentukan berkas pembuluh. Sehingga
pengangkutan makanan menjadi terganggu, dan
pembentukan tepung sarinya menjadi jelek.
Kekurangan Borium banyak terjadi pada tanah
berpasir dan tanahtanahyang kaya akan kapur.
c. Mangan (Mn)
Mangan diserap tanaman dalam bentuk Mn+.
Mangan diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan
zat protein dan vitamin terutama vitamin C. Mn juga
penting untuk mempertahankan kondisi hijau daun
pada daun yang tua. Tersedianya Mn bagi tanaman
tergantung pada pH tanah, dimana pH rendahMangan
akan banyak tersedia. Kelebihan Mn bisa dikurangi
dengan cara menambah zat fosfor dan kapur.
defisiensi Mn gejalanya daun-daun muda diantara
tulang-tulang daun secara bersamaan terjadi klorosis,
dari warna hijau menjadi kuning dan selanjutnya
putih.
d. Tembaga (Cu)
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam
bentuk Cu++. Tembaga sangat diperlukan dalam
pembentukan enzim-enzim dan juga pembentukan
hijau daun (klorofil). Pada umumnya tanah jarang
sekali kekurangan Cu, apabila terjadimaka akan
berpengaruh pada daun yaitu daun bercoreng-coreng
(belang), ujungdaun memutih, dan juga pada
dikonsumsi (%)
(Maudi, 2008)
Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan
organik. Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang
bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah
diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp.,
Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang
biasa menguraikan bahan organik. Mikrobia pada MOL bonggol
pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang
akan dikomposkan (Suhastyo, 2011).
1. Hidrolisis
Selama hidrolisis, bakteria mmengubah partikulat substrat
organik menjadi cairan monomer dan polimer, misalnya
protein, karbohidrat dan lemak diubah menjadi asam
amino, monosakarida, dan asam lemak. Persamaan reaksi
1 mencontohkan reaksi hidrolisis dimana sampah organic
dipecah menjadi gula, dalam hal ini, glukosa.
C6H10O5 + H2O C6H12O6 + 2H2
2. Asidogenesis
Pada tahap ke 2, bakteri asidogenesis mengubah produk
dari reaksi hidrolisis menjadi asam dengan ikatan pendek
yang volatile, keton, alcohol, hydrogen, dan karbon
dioksida. Produk utama dari asidogenesis adalah asam
propanoate (CH3CH2COOH), asam butirat
(CH3CH2CH2COOH), asam asetat (CH3COOH), asam
formiat (HCOOH), asam laktat (C 3H6O3), etanol (C2H5-
OH) dan methanol (CH3OH), dan lainnya. Dari produk
ini, hydrogen, karbondioksida, dan asam asetat akan
langsung menuju proses ke tiga, asetogenesis, dan akan
dimanfaatkan secara langsung pada proses selanjutnya
oleh bakteri metanogenik. Persamaan reaksi 1, 2, dan 3
menunjukkan contoh 3 reaksi asidogenesis umum di
mana glukosa dikonversi menjadi etanol, propionat dan
asam asetat.
3. Asetogenesis
Pada tahap 3, asetogenesis, sisa produk
asidogenesis, misalnya asam propanoat, asam butirat, dan
alcohol diubah oleh bakteri asetogenik menjadi hydrogen,
karbon dioksida dan asam asetat. Hydrogen memiliki
4. Methanogenesis
Tahap ke empat, sebagai tahap terakhir disebut
metanogenesis. Selama tahap ini, mikroorganisme
mengubah hydrogen dan asam asetat yang dibentuk oleh
pembentuk asam menjadi gas metana dan
karbondioksida. Bakteri yang bertanggungjawab dalam
konversi ini disebut metanogen dan anaerob yang
sempurna. Penstabilan sampah dicapai ketika gas metan
dan karbondioksida dihasilkan
(Makiyah, 2013)
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi ammonium sulfat dipecah
menjadi amonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai
alkalis dan dipanaskan. Agar selama dititrasi tidak terjadi
superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya
gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam
seng (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan
ditangkap oleh asam klorida atau asam borat 4% dalam
jumlah yang berlebihan. Agar kontak antara asam dan
ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung 24
destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebih maka diberi
indikator misalnya metilen blue dan pp. Reaksi yang terjadi
pada tahap ini:
(NH4)2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2NH4OH
2NH4OH → 2NH3 + 2H2O
4NH3 + 2H3BO3 → 2(NH4)2BO3+ H2
(Makiyah, 2013)
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida
maka sisa asam klorida yang bereaksi dengan ammonia
dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda
dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator
pp. Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka
banyak asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1 N
dengan indikator brom cresol green dan metil merah. Akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru
menjadi merah muda. Setelah diperoleh % N, selanjutnya
dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor.
Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung
pada presentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan
(Makiyah, 2013).
(Makiyah, 2013)
II.8.3 Analisis Kandungan K menggunakan Spektrofotometr
Serapan Atom
Penentuan kadar K menggunakan spektrofotometer
serapan atom (SSA). Sebelum dianalisis terlebih dahulu sampel
didestruksi dengan tujuan mengoksidasi senyawa organik yang
terdapat dalam sampel dengan menggunakan asam kuat HNO3
dan HClO4. Pada saat destruksi timbul asap berwarna kuning
kecoklatan kemudian dilanjutkan hingga sampel tersisa 0,5 mL
pada labu ukur 50 mL. Kemudian setelah dingin diencerkan
dengan aquades hingga tanda batas agar tidak mengkristal.
Setelah itu didiamkan semalaman agar mengendap setelah itu
diambil 1 mL dimasukan kedalam labu ukur 25 mL dan
diencerkan dengan aquades sampai tanda batas sehingga didapat
larutan yang jernih kemudian diukur dengan spektrofotometer
serapan atom (Makiyah, 2013).
I-1
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Mulai
Selesai
A
a
Departemen Pembuatan Pupuk Organik Cair
Teknik Kimia Industri FV-ITS Dari Bonggol Pisang Melalui
Proses Fermentasi
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
A
a
Menambahkan molases/gula
Selesai
b. Penentuan N-NH4
1. Menimbang teliti 1 g sampel, memasukan ke dalam
labu didih destilator, menambah sedikit batu didih,
0,5 mL parafin cair, dan 10 mL aquades. Blangko
adalah 100 mL aquades ditambah batu didih dan
parafin cair.
c. Penentuan N-NO3
1. Sisa penetapan N-NH4 dibiarkan dingin lalu ditambah
aquades (termasuk blanko) hingga volume semula.
2. Menyiapkan penampung destilat yaitu 10 mL asam
borat 1% dalam erlenmeyer 100 mL yang ditambah
dengan 3 tetes indikator conway.
3. Mendestilasi dengan menambahakan 2 g devarda
alloy. Destialasi dimulai tanpa pemanasan agar buih
tidak meluap setelah buih hampir habis pemanasan
dimulai dari suhu rendah setelah mendidih suhu
dinaikan menjadi normal. Destilasi selesai setelah
cairan mencapai 75 mL.
4. Mentitrasi distilat dengan larutan baku H 2SO4 0,05N
hingga titik akhir (warna larutan berubah dari hijau
menjadi merah muda) mL titran ini dinamakan C mL,
kemudian dilakukan juga pada blanko mL titran ini
disebut C1 mL.
Perhitungan:
Kadar N (%) = (A mL – A1 mL) × 0,05 x 14 × 100/mg
contoh × fk
Kadar N-NH4(%) = (B mL – B1 mL) × 0,05 × 14 ×
100/mg contoh × fk
Perhitungan:
Kadar P (%) = ppm kurva × mL ekstrak/1000 mL ×
100/mg contoh × fp ×
31/95 × fk
Keterangan:
Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva
regresi hubungan
antara kadar deret standar dengan
pembacaannya setelah dikurangi blanko
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - %
kadarair)
fp = faktor pengenceran
100 = faktor konversi ke %
31 = bobot atom P
95 = bobot molekul PO4
Perhitungan:
Kadar K (%) = ppm kurva x mL ekstrak/1000 mL x
100/mg contoh x fk
Keterangan:
Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva
regresi hubungan
antara kadar deret standar dengan
pembacaannya setelah
dikurangi blanko
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)
100 = faktor konversi ke %
IV-1
IV-2
BAB IV Hasil Percobaan, Analisa, dan Pembahasan
Variabel pH pH
Starter Perbandingan Bahan Awal Akhir
1:3 5 4
Tanpa
2:3 6 4
penambahan
3:3 5 5
1:3 6 4
Dengan
2:3 7 4
Penambahan
3:3 5 4
Variabel
Perbandingan T Awal T Akhir
Starter
Bahan
1:3 28 30
Tanpa
2:3 29 29
penambahan
3:3 29 29,5
1:3 31 29
Dengan
2:3 31 27
Penambahan
3:3 30 30
Variabel
P2O5 K2 O
Perbandingan N (ppm)
Starter (ppm) (ppm)
Bahan
1:3 98.06 141.11 1606.44
Tanpa
2:3 150.56 143.56 2410.26
penambahan
3:3 67.84 136.18 2651.28
1:3 84.93 139.46 2007.74
Dengan
2:3 90.85 155.88 2169.23
Penambahan
3:3 101.41 233.84 2007.74
PERMENTAN No. 30000 - 30000 - 30000 -
70/Permentan/SR.140/10/2011 60000 60000 60000
IV.2 PEMBAHASAN
5
Hari ke-1
4
Hari ke-7
3
pH
0
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
3
2
1
0
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
30
29,5
29 Hari ke-1
28
27,5
27
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
32
31
30
29 Hari ke-1
28 Hari ke-7
Suhu (˚C)
27
26
25
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
80 Dengan
Starter
60
40
20
0
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
250
200
P2O5 (ppm)
150 Tanpa
Starter
Dengan
100 Starter
50
0
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
2500
2000 Tanpa
Starter
K2O (ppm)
1500 Dengan
Starter
1000
500
0
1:3 2:3 3:3
Perbandingan Komposisi Bahan
I-1
V-2
BAB V Neraca Massa
Aliran 1: Aliran 3:
Bonggol Pisang Pupuk Organik Cair
TANGKI FERMENTOR
(PROSES BATCH)
Aliran 2: Aliran 4:
- Cairan Ampas (Padatan)
(Air Kelapa + Air Leri)
- Air + Gula
( )
MASUK KELUAR
Massa Massa
Komp Kad Massa Kompo Massa
Komp Kadar Komp
onen ar Masuk nen Keluar
onen (%) onen
Masuk (%) (g) Keluar (g)
(g) (g)
ALIRAN 1 ALIRAN 3
3246.5
Air 6.78 8.274 Air 94.985
71
0.9445 0.0101 0.3466
N 0.774 N
9 4 2
0.5772 0.0102 0.3489
P 0.473 P
122.04 492 1 3418 8
12.39 5.6943
K 15 K 0.1666
4 9
Kandu
Kandun
ngan 79.58 97.118 4.83 165
gan Lain
Lain
TOTAL ALIRAN 1 122 TOTAL ALIRAN 3 3418
ALIRAN 2 ALIRAN 4
1758.9 378.588
Air 97.718 Air 70
25 1
0.00813 0.1463 0.137
N N 0.7444
3 94 46
1800 541.5
0.061
P 0.00582 0.1048 P 0.333
5
2.207
K 0.14 2.52 K 11.9512
06
Kan
dun Kandung 149.883
2.13 38.304 28
gan an Lain 2
Lain
Total 1800
Glu
100 180 180 TOTAL ALIRAN 3 541.5
kosa
Air 100 180 180
TOTAL ALIRAN 2 2160 Pengurangan Massa Air* 1677.96
TOTAL MASUK 2282 TOTAL KELUAR 2282
Catatan:
- Kadar N, P, dan K pada 'aliran masuk-keluar' didasarkan
pada hasil analisis
- *Pengurangan kadar air sebanyak 93.22% dari berat
Bonggol Pisang Basah dikarenakan hitungan neraca
massa berbasis 'berat bahan bonggol pisang kering'
sedangkan produk merupakan hasil dari penggunaan
Bonggol Pisang Basah.
(
)
Neraca Massa N
( ) ( )
( ) ( )
Neraca Massa P
( ) ( )
( ) ( )
Neraca Massa K
( ) ( )
( ) ( )
VI-1
VI-2
BAB VI Neraca Panas
<2>
<1> <3>
Fermentasi
Bonggol Pisang Pupuk
VII-1
VII-2
BAB VII Estimasi Biaya
HPP
Harga Jual
1 - %Mark up
48.372,99
(1 - 0,5)
Rp.96.743,98, -
FC
BEP Kg =
P VC
Rp. 25.107.833 ,-
BEP Kg =
(Rp. 96.743/Kg Rp.13.500/Kg)
BEP Kg = 301,6 Kg
Biaya tetap
BEP (dalam rupiah) =
Biaya variabel
1
Penjualan bersih
Rp. 25.087.833 ,00
BEP (dalam rupiah) =
Rp.13500,00
1
Rp. 69.655.666 ,00
BEP (dalam rupiah) = Rp. 25.112.700,-
35000000
30000000
25000000
20000000
IDR
15000000
10000000
5000000
0
0 100 200 300 400
Produk
Jadi dilihat dari grafik diatas, titik kembali modal atau titik
impas perusahaan diperoleh pada volume penjualan 301 Kg.
Apabila perusahaan telah mencapai angka penjualan tersebut,
maka dapat diartikan bahwa perusahaan telah mencapai titik
dimana perusahaan tidak mengalami kerugian atau memperoleh
keuntungan.
VIII-1
VIII-2
BAB VI Kesimpulan
xi
DAFTAR PUSTAKA
iv
Samudro, J. (2015). Manfaat Air Kelapa Untuk Pertanian Organik.
Retrieved from Organikilo.
Setyorini, Diah, Suriadikarta A. Didi, & Hartatik Wiwik (2004).
Uji Mutu dan Efektifitas Pupuk Alternatif Anorganik. New
York: Balai Penelitian Tanah
Suhastyo, A. A. (2011). Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia
Mikroorganisme Lokal (MOL) yang Digunakan Pada
Budidaya Padi Metode SRI. Bogor: Bogor Agricultural
University.
Sutanto, R. (2005). Penerapan Pertanian Organik
Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta
Sukasa, I. M. (1996). Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian.
Pengaruh Lama Fermentasi Media Bonggol Pisang
Terhadap Aktivitas Glukoamilase dari Aspergillus niger
NRRL.
Nurfitria, Arif (2013). Karakteristik dan Uji Potensi Bionutrien
PBAG yang Diaplikasikan pada Tanaman Padi. Jakarta:
Repository UPI Education
Wiswasta, I. G. (2016). Mikroorganisme Lokal (MOL) Sebagai
Pupuk Organik Cair dari Limbah Pertanian dan Kaitannya
dengan Ketersediaan Hara Makro dan Mikro. Seminar
Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Denpasar: LPPM UNMAS DENPASAR.
Wulandari, R. R. (2009). Penerapan MOL (Mikroorganisme
Lokal) Bonggol Pisang Sebagai Biostarter Pembuatan
Kompos. Surakarta: Universiras Sebelas Maret.
v
APPENDIKS
Variabel
Perbandingan P (ppm) P2O5 (ppm)
Starter
Bahan
1:3 61.61 141.11
Tanpa
2:3 62.68 143.56
penambahan
3:3 59.46 136.18
1:3 60.89 139.46
Dengan
2:3 68.06 155.88
Penambahan
3:3 102.1 233.84
⁄ ⁄
⁄
xii-1
APPENDIKS xii-2
2. Konversi dari K menjadi K2O
Variabel
Perbandingan K (ppm) K2O (ppm)
Starter
Bahan
1:3 1333 1606.44
Tanpa
2:3 2000 2410.26
penambahan
3:3 2200 2651.28
1:3 1666 2007.74
Dengan
2:3 1800 2169.23
Penambahan
3:3 1666 2007.74
⁄ ⁄
⁄
APPENDIKS xii-3
APPENDIKS A
PERHITUNGAN NERACA MASSA
Aliran 1: Aliran 3:
Bonggol Pisang Pupuk Organik Cair
TANGKI FERMENTOR
(PROSES BATCH)
Aliran 2:
Aliran 4:
- Cairan
Ampas (Padatan)
(Air Kelapa + Air Leri)
- Air
- Gula
Gambar V.2 Diagram Aliran Bahan Proses Fermentasi
Pembuatan POC
MASUK KELUAR
Massa Massa
Komponen Masuk Komponen Keluar
Komponen (g) Komponen (g)
ALIRAN 1 ALIRAN 3
Bonggol Pisang 122.04 Pupuk Organik Cair 3418
TOTAL ALIRAN TOTAL ALIRAN
122 3418
1 3
ALIRAN 2 ALIRAN 4
Cairan (Air Kelapa
1800
+ Air Cucian Beras)
TOTAL ALIRAN
Gula 180 541.5
3
Air 180
TOTAL ALIRAN Pengurangan Massa
2160 1677.96
2 Air*
TOTAL MASUK 2282 TOTAL KELUAR 2282
APPENDIKS xii-5
( )
( )
( )
( )
Neraca Massa N
( ) ( ) ( ) ( )
APPENDIKS xii-7
Neraca Massa P
( ) ( ) ( ) ( )
Neraca Massa K
( ) ( ) ( ) ( )
APPENDIKS xii-8
APPENDIKS B
PERHITUNGAN NERACA PANAS
(source: Geankoplis,2003)
APPENDIKS xii-9
B.2 Tahap Percobaan
B.2.1. Fermentasi
Fungsi:
Proses terjadinya reaksi secara anaerobik guna
meningkatkan unsur hara mikro (N, P, & K) dan
meningkatkan mikroorganisme pada pupuk
Kondisi Operasi:
T = 30ºC
P = 1 atm
t = 7 hari
Tref = 25ºC
Air kelapa &
Air cucian beras
<2>
<1> <3>
Fermentasi
Bonggol Pupuk
Pisang
Q loss
Fosfor
Massa Fosfor = 0,5772492 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 0,5772492 . 5,497 . 5
∆H = 15,86569426 cal
Kalium
Massa Kalium = 15,1256376 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 15,1256376 . 6,214 . 5
∆H = 469,9535602 cal
Air
Massa air = 8,274312 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 8,274312 . 0.9987 . 5
∆H = 41,31777697
Nitrogen
Massa Nitrogen = 0,146394gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 0,146394 . 7,887 . 5
∆H = 5,77304739 cal
Fosfor
Massa Fosfor = 0,104778 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 0,104778. 7,409. 5
∆H = 3,88150101 cal
Kalium
Massa Kalium = 2,52 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 2,52 . 7,887. 5
∆H = 99,3762 cal
Air
Massa air = 1758,925269 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 1758,925269 . 0.9987 . 5
∆H = 8783,193331 cal
APPENDIKS xii-12
Tabel B.4 Enthalphy Aliran 2
H Masuk
Masuk
(Cal)
Nitrogen 5,77304739
Fosfor 3,88150101
Kalium 99,3762
Air 8783,193331
Total 8892,224079
Nitrogen
Massa Nitrogen = 0,484082763 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 0,484082763. 7,887 . 1
∆H = 3,5879845 cal
Fosfor
Massa Fosfor = 0,061504968 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 0,061504968 . 5,49700. 1
∆H = 0,3380928 cal
Kalium
Massa Kalium = 2,207063638 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 2,207063638 . 6,21400. 1
∆H = 13,71469345 cal
APPENDIKS xii-13
Air
Massa air = 3477,408366 gram
∆H = m . cp . dt
∆H = 3477,408366. 0.9987 . 1
∆H = 3472,8877351cal
PENULIS I
Azizul Pradna Qoidani.
Dilahirkan di Surabaya 1 Apri
1996, merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis telah
menempuh pendidikan formal
yaitu di TK ABA 36, SD
Muhammadiyah 12 , SMP
Muhammadiyah 2, dan SMA
Mujahidin. Setelah lulus dari
SMA Mujahidin pada tahun 2014,
penulis mengikuti Seleksi Ujian
Masuk D3 ITS dan diterima di
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS dan terdaftar dengan
NRP. 2314 030 062. Selama menjadi mahasiswa penulis juga
aktif dalam organisasi di Himpunan Mahasiswa D3 Teknik Kimia
FTI-ITS dan Lembaga Dakwah Jurusan FUKI AL-Ikrom ITS.