Fix SPM Mini Riset

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN : UKURAN PERUSAHAAN, KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN


DAN STRATEGI (SEBAGAI VARIABEL ANTESEDAN) KAPABILITAS
PERUSAHAAN (SEBAGAI VARIABEL INTERVENING)

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pengaruh sistem pengendalian
manajemen terhadap kinerja perusahaan: ukuran perusahaan, ketidakpastian lingkungan dan
strategi (sebagai variabel anteseden) kapabilitas perusahaan (sebagai variabel intervening).
Penelitian ini menggunakan metode sensus sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi, dan respondennya adalah Chief Financial Officer (CFO),
perwakilan mereka dan Kepala Departemen Keuangan/Akuntansi. dan Auditor Internal di 143
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner yang dikirim dalam bentuk
Softfile/google form (melalui email) ke masing-masing perusahaan. Teknik analisis data
menggunakan model SEM (Structural Equation Modeling) dengan bantuan program WarpPLS
6.0. . Selain itu, untuk menguji hipotesis ketujuh digunakan metode VAF untuk menguji
variabel intervening dalam hipotesis. Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap sistem pengendalian
manajemen, (2) ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap sistem pengendalian
manajemen, (3) strategi berpengaruh terhadap sistem pengendalian manajemen, (4 ) SPM
berupa sistem keyakinan, sistem batas, sistem kontrol diagnostik, dan sistem kontrol interaktif
berpengaruh terhadap kapabilitas perusahaan, (5) kapabilitas perusahaan berupa orientasi
pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap
perusahaan kinerja, (6) MCS terdiri dari sistem keyakinan, sistem batas, sistem kontrol
diagnostik, dan sistem kontrol interaktif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (7) pengaruh
MCS terhadap kinerja perusahaan dengan kapabilitas perusahaan sebagai variabel intervening.
Kata kunci: Ukuran perusahaan, ketidakpastian lingkungan, strategi, sistem pengendalian
manajemen, kapabilitas perusahaan, kinerja perusahaan.
ABSTRACT
This research aims to determine the competence of influence of management control system to
firm performance: company size, environmental uncertainty and strategy (as antecedent
variable) company capability (as intervening variable). This research used sampling census
method. The population in this study are all manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX).Sampel in this research is the whole of the population, and respondents: Chief
Financial Officer (CFO), representatives them and Head of the Department of Finance /
Accounting and Internal Auditor at 143 manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). Data collection techniques used is by distributing questionnaires sent in the
form of Softfile / google form (by email) to each company. Data analysis technique using SEM
model (Structural Equation Modeling) with the help of WarpPLS 6.0 program. . In addition, to
test the seventh hypothesis, the VAF method is used to test the intervening variables in the
hypothesis. The results of testing the hypothesis in this study indicate that (1) the company size
does not influence the management control system, (2) uncertainty of the environment
influence the management control system, (3) strategies influence the management control
system, (4) SPM in the form of beliefs systems, boundary system, diagnostics control system,
and control systems interactive effect to capability company, (5) capability company in the
form of market orientation, innovation, organizational learning, and entrepreneurship has a
positive effect to firm performance, (6) MCS consists of the beliefs system, boundary system,
diagnostic control system, and interactive control system have an effect to firm performance
(7) MCS influence to firm performance with company capability as intervening variable.
Keywords: Company size, environmental uncertainty, strategy, management control system,
company capability, firm performance.

LATAR BELAKANG PENELITIAN


SPM adalah suatu mekanisme, secara formal didesain untuk menciptakan kondisi,
yang mampu meningkatkan peluang dan pencapaian harapan serta memperolah hasil (output)
yang di inginkan dengan memfokuskan pada tujuan yang akan di capai oleh organisasi dan
perilaku yang diinginkan partisipan. Kemudian SPM merupakan sarana pengumpulan dan
pengguna informasi untuk membantu dan mengkoordinasikan proses pembuatan
perencanaan.
Peneliti akuntansi manajemen berpendapat bahwa salah satu cara perusahaan
dapat terus meremajakan diri untuk bertahan hidup dan berhasil dalam lingkungan
yang kompleks dan tidak pasti adalah untuk memahami peran Sistem Pengendalian
Manajemen (SPM) dalam menciptakan keunggulan kompetitif (Simons, 2000;
Widener 2007).
Simon (1995) memperkenalkan SPM yang dikenal dengan sebutan levers of control.
Sistem ini terdiri dari empat sistem yaitu sistem beliefs, sistem boundary, sistem
pengendalian diagnostik dan sistem pengendalian interaktif. Keempat elemen sistem
pengendalian ini memiliki tujuan yang berbeda-beda, namun untuk menghasilkan
pengendalian yang efektif, keempat sistem ini harus diterapkan secara bersama-sama
(Simon, 1995). Sistem beliefs menjelaskan tentang nilai-nilai dan arah perusahaan agar dapat
dikomunikasikan dengan baik. Sistem boundary,menjelaskan bahwa anggota organisasi dapat
mengetahui aturan-aturan dan batasan-batasan di dalam perusahaan yang harus ditaati.
Selanjutnya, sistem pengendalian diagnostik dapat digunakan untuk memantau organisasi dan
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Terakhir, sistem pengendalian
interaktif, dapat digunakan oleh manajer untuk melibatkan diri secara teratur dalam
pengambilan keputusan.
Literatur akuntansi manajemen banyak yang menyelidiki peran SPM dalam
perumusan strategi dan pelaksanaan. Dengan demikian penelitian ini memandang kapabilitas
perusahaan sebagai strategi yang digunakan dalam mempertahankan keberlangsungan
perusahaan.
Beberapa peneliti yang menginvestigasi kapabilitas perusahaan dalam bidang
akuntansi manajemen misalnya memandang kapabilitas perusahaan sebagai pembelajaran
organisasi dilakukan oleh Kloot (1997) dan Widener (2007). Kapabilitas perusahaan sebagai
inovasi dalam hubungan dengan produk dilakukan oleh Bisbe dan Otley (2004). Sedangkan
Henri (2006) memandang kapabilitas perusahaan dari empat elemen yaitu market orientation,
innovative, organizational learning, dan entrepreneurship.
Henri (2006) menggunakan dua tipe sistem pengendalian manajemen berasal dari
Simons (1995) yaitu sistem pengendalian diagnostik dan sistem pengendalian interaktif
ditambah interaksi kedua tipe tersebut yang dikenal dengan sistem pengendalian bersama.
Ketiga bentuk pengendalian ini dihubungkan dengan kapabilitas perusahaan. Menggunakan
perusahaan pemanufakturan di Kanada sebagai populasi, sedangkan Lekatompessy meneliti
tipe SPM dari Simon (1995) secara utuh yaitu sistem beliefs, sistem boundary, DCS, dan ICS
menggunakan perusahaan pemanufakturan di BEI. Dalam penelitian ini penulis tetap
menggunakan tipe SPM Simon (1995) secara utuh yaitu beliefs system, boundary system,
DCS, dan ICS.
Chenhall (2003) yang mengutip enam faktor yang mempengaruhi desain SPM dalam
akuntansi manajemen berbasis kontingensi: lingkungan, teknologi, struktur, ukuran, strategi,
dan budaya., sedangkan variabel konsekuensi SPM adalah kinerja keuangan perusahaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor kontekstual atau variabel kontinjensi
mempengaruhi SPM dan juga memoderasi hubungan SPM dengan kinerja keuangan
perusahaan.
Dengan demikian faktor-faktor kontekstual pada dasarnya akan sangat tergantung
pada kondisi perusahaan. Faktor-faktor kontekstual dalam penelitian Fauzi dan Hussain
(2008) dijadikan sebagai variabel anteseden dan variabel moderasi. Untuk itu penelitian ini
akan menambahkan ukuran, ketidakpastian lingkungan, dan strategi sebagai sebagai salah
satu faktor kontekstual yang dijadikan variabel anteseden hubungan antara SPM dan
kapabilitas perusahaan. Ketika perubahan lingkungan, baik dilakukan untuk kompleksitas
atau perubahan dalam ukuran perusahaan, keputusan manajemen sering mendelegasikan
kepada manajer tingkat yang lebih rendah. Ini membutuhkan SPM yang lebih sangat canggih
untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan yang berbeda. Budaya suatu negara didalam suatu
perusahaan beroperasi juga akan berdampak pada pengambilan keputusan dan strategi dalam
lingkungan bisnis telah berubah secara pesat, radikal dan serentak dengan meningkatnya
globalisasi, semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang mengadopsi strategic quality
management dan juga semakin meluasnya revolusi manajemen diseluruh penjuru dunia.
Perubahan lingkungan yang pesat saat ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan pun
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang ada dengan melakukan perubahan strategi
serta pengendalian manajemen yang lebih baik (Lisa, 2014).

KAJIAN PUSTAKA
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. besar kecilnya
usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan . Penentuan skala besar
kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasrkan total penjualan, total asset, rata-rata
tingkat penjualan (Seftianne, 2011). Perusahaan besar/kecil memperhatikan efisiensi.
Perusahaan besar/kecil memperhatikan efisiensi Efisiensi perusahaan
tampaknya meningkatkan dengan pertumbuhan perusahaan karena lebih banyak
kesempatan untuk spesialisasi dan pembagian kerja. Sebagai organisasi besar, mulai
meningkatkan pengendalian untuk menangani jumlah yang lebih besar dari informasi
(Chenhall, 2003).
Ketidakpastian Lingkungan
Menurut Noreen (2000:9) ketidakpastian lingkungan mempengaruhi praktik
akuntansi manajerial.Dimana kondisi ini sangat menguntungkan bagi para konsumen
karena persaingan yang semakin intensif mendorong harga lebih rendah, kualitas yang
lebih tinggi dan semakin banyak pilihan.Ini disebabkan oleh para perusahaan yang
saling berkompetisi dalam berbagai alat pemenuhan kebutuhan dan langkah-langkah
inovasi jasa dan produk perusahaan.
Strategi
Strategi adalah suatu pilihan tentang apa yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi di masa depan dan bagaimana cara mencapai sasarannya melalui hubungannya
yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu,2004).
Konsep strategi adalah bagaimana suatu perusahaan mencapai keadaan finansial yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pesaing-pesaing mereka. Hal ini yang mendasari hubungan
antara strategi dan system pengendalian manajemen diimplementasikan sesuai dengan
strategi yang dipilih.
Kinerja Perusahaan
Curristine (2005) menyatakan kinerja adalah hasil dari aktivitas yang dilaksanakan
yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. tujuannya adalah untuk menguatkan
pemerintah dalam mencapai tujuan mereka. Kinerja juga merupakan gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan organisasi dalam
mewujudkan tujuan organisasi, outcome hasil kerja organisasi dalam mewujudkan tujuan
strategis yang ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan, serta kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat.
Sistem Pengendalian Manajemen (SPM)
SPM merupakan sesuatu yang sangat luas yang meliputi pengendalian yang
didasarkan atas informasi akuntansi dari perencanaan, pemantauan aktivitas, pengukuran
kinerja dan mekanisme integrative (Langfield-Smith, 1997).
Simon (1995) memperkenalkan model SPMnya yang disebut dengan levers of
control, yaitu model SPM yang terdiri dari sistem beliefs, sistem boundary, sistem
pengendalian diagnostic, dan sistem pengendalian interaktif.
Sistem beliefs adalah serangkaian definisi organisasi yang secara eksplisit
dikomunikasikan oleh para manajer senior secara formal dan ditegakkan secara sistematis
untuk memberikan nilai-nilai dasar, tujuan dan arah bagi organisasi (Simons, 1995). Simons
(1995) mendefinisikan sistem boundary sebagai sistem formal yang membatasi domain atau
wilayah yang bisa diterima dari aktivitas strategik untuk para anggota organisasi. Sistem
boundary digunakan oleh manajer puncak untuk membentuk batasan-batasan berupa aturan
dan mengkomunikasikannya dengan tindakan yang harus dihindari oleh karyawan.
Diagnostics control system merupakan sistem umpan balik formal yang digunakan untuk
memantau hasil organisasi dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari
standar kinerja yang ditetapkan sebelumnya (Simons, 2000).
Tujuan SPM adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian, dan evaluasi (Kaplan, 1983; Widener,
2007).

Kapabilitas Perusahaan
Kapabilitas perusahaan merupakan konsep penting yang perlu dipertimbangkan dalam
semua perusahaan. Oleh karena itu Teece, et al. (1997) dan Jones, et al. (2005) berpendapat
bahwa konsep kapabilitas perusahaan memiliki fondasi dalam keungulan kompetitif. Teori
recourse-based view (RBV) juga memandang bahwa kapabilitas perusahaan dapat dipakai
untuk mempertahankan keunggulan bersaing.
Setiap perusahaan seharusnya memiliki kapabilitas perusahaan yang berbeda untuk
dapat bertahan dalam kompetisi sehingga menjadikan perusahaan itu lebih unggul
dibandingkan dengan pesaing. Bila hal ini ada dalam setiap perusahaan, maka akhirnya
perusahaan akan memperoleh kinerja yang tinggi pula. Bentuk strategi yang digunakan adalah
kapabilitas utama dengan empat dimensi penting yaitu innovativeness, organizational
learning, market orientation, dan entrepreneurship (Henri,2006). Orientasi pasar merupakan
aktivitas atau proses dengan tiga unsur penting yaitu intelejen pemasaran, intelejen
diseminasi, dan tanggungjawab kepada pelanggan. Intelejen pemasaran merupakan titik
awal dalam orientasi pemasaran. Intelejen pasar merupakan konsep yang lebih luas dari
pelanggan karena berkaitan dengan kebutuhan dan preferensi (Kohli dan Jaworski,1990).
Inovasi merupakan sebuah istilah yang ditunjukkan dengan perkembangan yang terjadi dalam
sebuah perusahaan, baik yang berkaitan dengan produk, proses atau administrasi dan juga
kinerja. Hal ini sangat beralasan karena dengan inovasi maka perusahaan dapat mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia nyata (Lekatompassy, 2012). Narver dan Slater
(1995) mengatakan bahwa pembelajaran organisasi merupakan proses dinamis dimana setiap
individu akan melakukan kegiatan pendalaman pemahaman (intuiting), interpretasi
(interpretating), penggabungan (integrating) dan institualization, sehingga setiap individu
yang berinteraksi akan bertambah baik tingkat kompetensinya.. Stevenson dan Jarillo (1990)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai suatu proses dimana seseorang baik di dalam maupun
di luar organisasi berusaha untuk mengejar peluang tanpa memperhatikan sumberdaya yang
sedang dikuasai.

Kerangka Pemikiran
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Sistem Pengendalian Manajemen
Kelebihan tersebut yaitu perusahaan yang besar akan mudah menjadi
perusahaan terbuka atau go public (Sawir, 2004). Sehinga ketika perusahaan sudah
go public maka sistem control harus dapat dihandalkan, agar tujuan perusahaan
tercapai sesuai dengan yang ditargetkan.
Efisiensi perusahaan tampaknya dapat meningkat dengan pertumbuhan
perusahaan karena ada lebih banyak kesempatan untuk spesialisasi dan pembagian
kerja. Sebagai organisasi besar, mereka mulai meningkatkan pengendalian untuk
menangani jumlah yang lebih besar dari informasi (Chenhall, 2003). Efisiensi dan
efektivitas organisasi yang kesemua ini berada pada sistem pengendalian manajemen.
Argumen ini konsisten dengan Merchant (1981) yang mendefinisikan ukuran
sebagai kompleksitas dalam bisnis dan menyimpulkan bahwa ketika kompleksitas
meningkat, penggunaan anggaran untuk alat pengendalian akan tumbuh.Hal ini
membawa kita pada hipotesis berikut:
H1: Ukuran dari suatu organisasi akan berhubungan secara positif dengan SPM yang
berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan
sistem pengendalian interaktif
Pengaruh Ketidak Pastian Lingkungan Terhadap Sistem Pengendalian Manajemen
Ketidakpastian lingkungan akan mempengaruhi SPM yang diimpelmentasikan,
hal ini menunjukkan bahwa manajemen tidak mampu meramalkan lingkungan dengan
baik (Chenhall, 2003). Jika lingkungan perusahaan tidak dapat diprediksi maka
perusahaan akan kesulitan utnuk meramalkan target perusahaan tercapai atau tidak,
hal ini membawa kita pada hipotesis berikut: H2: Tinggi tingkat ketidakpastian
lingkungan akan dikaitkan dengan SPM yang berupa sistem beliefs, sistem boundary,
sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif.
Pengaruh Strategi terhadap Sistem Pengendalian Manajemen
Ketika organisasi dihadapkan dengan perubahan atau lingkungan yang sangat
kompetitif, strategi menjadi tingkat lebih intens dan lebih sofistik dari SPM.
Chenhall (2003) mencatat bahwa SPM tradisional berhubungan dengan, strategi
konservatif, orientasi pasar dan kepemimpinan biaya. Berdasarkan penelitian
sebelumnya saya mengusulkan hipotesis berikut : H3: Tinggi tingkat strategi akan
dikaitkan dengan SPM yang berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem
pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif
Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kapabilitas Perusahaan
Kapabilitas organisasi merupakan salah satu faktor strategik dalam perusahaan.
Ferdinand (2003) mengatakan bahwa kapabilitas sangat penting karena dapat digunakan
untuk menghadapi persaingan yang terjadi di pasar Henri (2006) mengatakan bahwa inovasi,
orientasi pasar, pembelajaran organisasi dan kewirausahaan merupakan kapabilitas utama
perusahaan yang dapat dipakai untuk membangun keunggulan bersaing.
Sistem pengendalian manajemen sangat penting dalam perumusan dan
pengimplementasian sebuah strategi. Sistem pengendalian manajemen harus bisa diterapkan
secara serempak dalam setiap perusahaan agar memiliki kekuatan (Simons, 1995; 2000).
Penerapan sistem pengendalian manajemen yang baik dan serempak akan mendorong
terciptaanya pengimplementasian kapabilitas sebagai sebuah strategi dengan sukses. Oleh
karena itu, hipotesis penelitian diformulasikan sebagai berikut.
H4: Sistem pengendalian manajemen berupa sistem beliefs, sistem boundary, sistem
pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh positif terhadap
kapabilitas perusahaan.
Pengaruh Kapabilitas Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan
Orientasi pasar sering dipakai sebagai dasar yang kuat untuk memperbaiki kinerja
(Jaworski dan Kohli, 1993). Muffatto (1998) menunjukkan bahwa proses inovasi akan
menciptakan iklim inovasi dan berkaitan dengan pengetahun profesional dan kapabilitas yang
diperlukan untuk mendukung aktivitas inovasi.
Memiliki hubungan positif antara pembelajaran organisasi dan kinerja telah dijelaskan
melalui teori resource-based view yang menunjukkan bahwa keunggulan bersaing
perusahaan disebabkan oleh keunikan sumberdaya yang dimiliki olehperusahaan. Studi yang
dilakukan oleh Hult dan Ketchan (2001) membuktikan bahwa orientasi pasar dan
kewirausahaan yang merupakan kapabilitas perusahaan berkontribusi untuk menciptakan
sumberdaya yang unik sebagai keunggulan positif. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua
bentuk kapabilitas tersebut secara positif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Dari uraian-uraian di atas dapat dikatakan bahwa sebagai kapabilitas utama, maka
orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan akan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Untuk itu hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H5: Kapabilitas perusahaan berupa orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan
kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Organisasi
Sistem pengendalian manajemen memberikan peranan yang sangat penting bagi
perusahaan. Gagalnya penerapan sistem pengendalian manajemen akan memberikan dampak
yang besar bagi sebuah perusahaan misalnya kerugian keuangan yang sangat besar, rusaknya
reputasi perusahaan, dan berakhir pada kegagalan organisasi (Merchant dan Van der Stede
(2007).
Dengan demikian dapat dipredikasikan bahwa sistem pengendalian manajemen
yang terdiri atas sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan
sistem pengendalian interaktif akan berimplikasi pada peningkatan kinerja perusahaan.
Untuk itu, hipotesis kelima dirumuskan sebagai berikut.
H6: Sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas sistem beliefs, sistem boundary,
sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian interaktif berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan.

SPM terhadap Kinerja Perusahaan dengan dimediasi oleh Kapabilitas


Perusahaan
Berdasarkan hipotesis ,4, 5 dan 6 di atas dapat disimpulkan bahwa SPM yang ada
pada suatu perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan SPM diterapkan
ketika kapabilitas mempengaruhi SPM itu sendiri. Berdasarkan argument di atas, maka
hipotesis ketujuh adalah:
H7: Hubungan antara SPM dan kinerja perusahaan dimediasi oleh Kapabilitas

Perusahaan( sebagai variabel intervening)


Gambar 1
Model Penelitian

METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini seluruh Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
metode sensus sampling, dimana sampel yang akan digunakan adalah keseluruhan dari
populasinya, jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh responden yaitu Chief
Financial Officer (CFO), dan Wakil-wakil Mereka dan Kepala Departemen Keuangan
/ Akuntansi serta Auditor Internal di 143 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban
atas kuesioner yang dikirimkan dalam bentuk Softfile/google form (melalui email)
pada masing-masing Corporate Secretary masing-masing perusahaan. Kemudian
Corporate Secretary meneruskan kepada masing-masing Chief Executive Officer
(CEO), dan Wakil-wakil Mereka dan Kepala Departemen Keuangan / Akuntansi serta
Auditor Internal di 143 perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


1. Ukuran Perusahaan: Tindakan Perusahaan dalam ukuran kompleksitas perusahaan
(Merchant, 1981). Seiring dengan peningkatan kompleksitas dalam sebuah perusahaan,
total aset, karyawan, dan penjualan sering meningkat. Sebagai banyak perusahaan
manufaktur di Indonesia, informasi mengenai penjualan tidak tersedia untuk umum,
sehingga konsisten dengan penelitian sebelumnya penelitian ini menggunakan jumlah
karyawan dan jumlah aktiva untuk mengukur ukuran (Merchant, 1981). Subjek diminta
untuk memasok jumlah aktiva dan jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan mereka.
2. Ketidakpastian Lingkungan: didefinisikan dalam penelitian ini sebagai ketidakpastian
bisnis termasuk membangun tindakan pesaing, teknologi, desain produk, permintaan
pasar, regulasi pemerintah dan tindakan serikat pekerja (Miles dan Snow 1978).
Responden diminta persepsi mereka tentang bagaimana enam faktor ini berhubungan
dengan perusahaan tempat mereka bekerja.
3. Strategi dioperasionalkan oleh Govindarajan dan Fisher (1990) sebagai tingkat
persaingan dan termasuk kategori kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan pangsa pasar.
Item yang termasuk dalam hal ini meliputi membangun brand image produk, harga yang
kompetitif, pengendalian biaya operasi dan biaya overhead, standar kulitas,
mengembangan/mempertahankan produk yang sudah ada.
4. SPM direfleksikan dengan 22 item pernyataan yang digunakan untuk mengukur SPM,
empat item pernyataan untuk mengukur sistem beliefs, empat item pernyataan untuk
mengukur sistem boundary, sebelas item pernyataan untuk mengukur sistem
pengendalian diagnostik, dan tiga item pernyataan untuk mengukur sistem pengendalian
interaktif. Skala yang digunakan adalah skala likert sembilan skor, skor satu untuk
tanggapan sama sekali tidak setuju (SSTS) dan sembilan untuk tanggapan sangat setuju
sekali (SSS).
5. Adapun indikator-indikator dari konstruk kinerja perusahaaan yaitu keseluruhan kinerja
organisasi, keseluruhan profitabilitas organisasi, Pangsa pasar, pertumbuhan penjualan,
pengembanagan investasi, jumlah produk baru yang dipatenkan, kualitas produk
efisiensi produk, kepuasan karyawan, pengaduan pelanggan Widener (2007).
6. Kapabilitas perusahaan terdiri atas empat dimensi yaitu orientasi pasar,inovasi,
pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan.

Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif di dalam penelitian ini adalah mengunakan tabel distribusi
frekuensi yang menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan
standar deviasi yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai
variabel-variabel penelitian yang terdiri dari Ukuran Perusahaan, Ketidakpastian Lingkungan,
Strategi, SPM, Kapabilitas Perusahaan dan Kinerja Perusahaan. Sedangkan untuk
mendeskripsikan demografi responden yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan, lama
bekerja, jabatan, lama menjabat di posisi terakhir dan usia digunakan tabel distribusi dan
persentase. Demikian juga untuk mendeskripsikan tingkat pengembalian kuesioner,
digunakan tabel distribusi dan persentase.

Analisis Statistik Inferensial


Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah
dirumuskan, dimulai dari pengukuran model (outer model), struktur model (inner model) dan,
pengukuran variabel pemediasi, pengujian hipotesis. Konstruk laten dalam penelitian ini
merupakan konstruk dengan multidimensi yaitu terdiri dari first order construct dan second
order construct.

Pengujuan Outer Model


Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan
reliabilitas model.Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan
realibilitas angket agar teruji kesahihan sehingga diperoleh data yang dipercaya.
Uji Validitas
Ada dua cara pengujian validitas, yaitu validitas konvergen dan validitas
diskriminan. Uji Convergent Validity dapat dilihat pada nilai loading atau AVE,
apabila seluruh indikator konstruk menghasilkan nilai loading faktor > 0,70, maka
seluruh indikator konstruk dikatakan valid atau jika nilai AVE yang dihasilkan > 0,50,
maka konstruk memenuhi persyaratan valid (Latan dan Ghozali,2012:78-79).
Discriminant validity dinilai dari cross loading pengukuran dengan konstruk.
Konstruk late, akan memprediksi indikatornya lebih baik daripada konstruk lainnya
jika korelasi konstruk dengan pokok pengukuran (setiap indikator) lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya.

Uji Realibilitas
Uji reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua metode, yaitu cronbach’s
alpha dan composite reliability. Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha
nilainya > 0,70 dapat dikatakan reliabel (Mahfud dan Dwi, 2013: 73). Sedangkan
menurut Hartono (Bambang Purnomosidhi, 2014) suatu instrumen dinyatakan reliabel
apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,6 dan nilai composite reliability > 0,7.
Pendapat lain dinyatakan oleh Chin (Sofyan Yamin, 2009) cronbach’s alpha dalam
PLS dikatakan baik apabila ≥ 0,5 dan dikatakan cukup apabila ≥ 0,3. Apabila suatu
konstruk telah memenuhi dua kriteria tersebut maka dapat dikatakan bahwa konstruk
reliabel atau memiliki konsistensi dalam instrument penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data yang digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh dari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner didistribusikan dalam bentuk
Softfile/google form (melalui email) pada masing-masing Corporate Secretary masing-
masing perusahaan kemudian Corporate Secretary meneruskan kepada masing-masing Chief
Executive Officer (CEO), Wakil-wakil Mereka dan Kepala Departemen Keuangan /
Akuntansi serta Auditor Internal di 143 perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Dari 429 kuesioner yang dikirim, 80 kuesioner yang diterima. Dan dari 80
kuesioner yang diterima, 4 kuesioner tidak dapat diolah, sehingga yang dapat diolah
sebanyak 76 kuesioner. Persesntase kuesioner yang dapat diolah sebanyak 17,72%
dinilai cukup memadai.

Uji Validitas Data


Keseluruhan variable penelitian terdiri dari 72 pernyataan apabila seluruh
indikator konstruk dikatakan valid atau jika nilai AVE yang dihasilkan > 0,50, maka
konstruk memenuhi persyaratan valid. Jika dilihat dari nilai AVE, konstruk SPM,
kapabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, strategi, ketidakpastian lingkungan, dan
kinerja perusahaan telah memenuhi kriteria validitas convergent yaitu nilai AVE lebih
dari 0,50.
Tabel 1
Nilai Average Variances Extracted (AVE)
Average variances extracted

SPM KAP SZ S KL KP
0.908 0.789 0.54 0.55 0.50 0.50
2 9 7 2
Sumber : Data Olahan WarpPLS 6.0, (2017)

Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil dari composite reliability dan cronbach’s alpha, Dapat
disimpulkan bahwa masing – masing konstruk memiliki realibility yang tinggi dimana
hal ini dapat dilihat dari nilai composite realibility dan cronbach’s alpha seluruh
konstruk lebih besar (>) dari 0.70.Artinya seluruh item pertanyaan yang terkait dengan
variabel penelitian adalah reliabel atau dapat dipercaya.
Evaluasi Model Struktural (inner model).
Evaluasi struktural (inner model) meliputi uji kecocokan model (model fit), path
coefficient, dan R2. Uji kecocokan model (model fit) harus dilakukan sebelum
melakukan uji signifikansi path coefficient dan koefisien determinasi (R2). Uji
kecocokan model (model fit) ini digunakan untuk mengetahui apakah suaru model
memiliki kecocokan dengan data. Pada uji kecocokan model (model fit) ini, terdapat
3 indeks pengujian, yaitu average path coefficient (APC), average R – squared (ARS),
dan average variances factor (AVIF) dengan kriteria APC dan ARS diterima dengan
syarat p – value < 0.1 dan AVIF lebih kecil dari 5. Berikut adalah hasil output model
fit indices dari program WarpPLS 6.0 :

Tabel 2
Model Fit Indices

Indeks P-Value
APC 0.455 P < 0.001
ARS 0.470 P < 0.001
AVIF 2.074 Good if < 5, ideally ≤ P < 0.001
3.3
Sumber : Data Olahan WarpPLS 6.0, (2017)
Hasil output diatas, menjelaskan bahwa APC memiliki indeks sebesar 0.455 dengan
nilai p – value < 0.001. Sedangkan ARS memiliki indeks sebesar 0.470 dengan p – value
< 0.001. P – value kedua indeks menunjukan hasil dibawah 0.1 yang berarti memenuhi
kriteria APC dan ARS. AVIF juga menunjukan indeks dibawah 5 dengan indeks ideal
3.3 yaitu sebesar 2.074. Kesimpulannya adalah model sudah fit dengan data sehingga
dapat melanjutkan pengujian berikutnya. Berdasarkan informasi pada tabel 2, dapat
diketahui bahwa total variabel laten pada penelitian ini sejumlah 6 variabel, dimana
variabel teramati (variabel manifest) sejumlah 29 indikator dengan rincian 4 indikator
untuk SPM, 4 indikator untuk Kapabilitas Perusahaan, 2 indikator untuk Ukuran
Perusahaan, 3 indikator untuk Strategi, 6 indikator untuk Ketidakpastian lingkungan,
dan 10 indikator untuk Kinerja.
Pengaruh Langsung (direct Effect)
Tabel 3
Direct Effect
Kriteria SPM KAP SZ S K K
L P
SPM - 0.520 0.260
0.140
KAP 0.810
Path SZ
coefficients S
KL
KP 0.224 0.790
SPM 0.110 <0.001 <0.001
KAP <0.001
P values SZ
S
KL
KP 0.02 <0.001
Effect sizes for SPM 0.031 0.334 0.128
path KAP 0.650
SZ
S
KL
KP 0.098 0.47
Sumber : Data Olahan WarpPLS 6.0 (2017)
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
(SZ atau Ukuran Perusahaan) P - value = 0.110 > 0.1, maka H1 ditolak dan H0 diterima.
Variabel Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel SPM (Sistem Pengendalian Manajemen). Hal tersebut didukung penuh karena
pengaruh negatif antara Ukuran Perusahaan terhadap SPM dapat diamati melalui nilai
koefisien jalur yang bernilai negatif yaitu -0.140 untuk ukuran perusahaan. Pada tabel effect
size dapat dilihat nilai R2, dimana nilai tersebut sebesar 0.031 untuk ukuran perusahaan.
Angka tersebut dapat diartikan bahwa variable ukuran perusahaan tidak mempengaruhi
variabel SPM sebesar 3.1%.
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
(KL atau ketidakpastian lingkungan) P - value = 0.001 < 0.1, maka H0 ditolak dan H2
diterima.
Variabel ketidakpastian lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel SPM (Sistem Pengendalian Manajemen). Hal tersebut didukung penuh karena
pengaruh positif antara ketidakpastian lingkungan terhadap SPM dapat diamati melalui nilai
koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0.260 untuk ketidakpastian lingkungan. Pada
tabel effect size dapat dilihat nilai R2, dimananilai tersebut sebesar 0.128 untuk ketidakpastian
lingkungan. Angka tersebut dapat diartikan bahwa variable ketidakpastian lingkungan
mempengaruhi variabel SPM sebesar 12.8%.
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
(S atau Strategi) P - value = 0.001 < 0.1, maka H0 ditolak dan H3 diterima.
Variabel Strategi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel SPM
(Sistem Pengendalian Manajemen). Hal tersebut didukung penuh karena pengaruh
positif antara ketidakpastian lingkungan terhadap SPM dapat diamati melalui nilai
koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0.520 untuk Strategi. Pada table
effect size dapat dilihat nilai R2, dimana nilai tersebut sebesar 0.334 untuk Strategi.
Angka tersebut dapat diartikan bahwa variable Strategi mempengaruhi variabel SPM
sebesar 33.4%.
Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
(SPM terhadap KAP) P - value = 0.001 < 0.1, maka H0 ditolak dan H4 diterima.
Variabel SPM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Kapabilitas
Perusahaan. Hal tersebut didukung penuh karena pengaruh positif antara SPM
terhadap Kapabilitas Perusahaan dapat diamati melalui nilai koefisien jalur yang
bernilai positif yaitu sebesar 0.810. Angka tersebut menunjukan Pada tabel effect size
dapat dilihat nilai R2, dimana nilai tersebut sebesar 0.650 untuk SPM. Angka tersebut
dapat diartikan bahwa variable SPM mempengaruhi variable Kapabilitas Perusahaan
sebesar 65%. Serta sisanya yaitu sebesar 45% dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar
penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis Kelima
(KAP terhadap KP) P - value = 0.001 < 0.1, maka H0 ditolak dan H5 diterima.
Variabel Kapabilitas Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Kinerja Perusahaan. Hal tersebut didukung penuh karena pengaruh positif
antara Kapabilitas Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan dapat diamati melalui
nilai koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0.790. Pada tabel effect size
dapat dilihat nilai R2, dimana nilai tersebut sebesar 0.47 . Angka tersebut dapat
diartikan bahwa variable Kapabilitas Perusahaan mempengaruhi variable Kinerja
Perusahaan sebesar 47%. Serta sisanya yaitu sebesar 53% dipengaruhi oleh variabel
lainnya diluar penelitian ini.
Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)
Hasil Pengujian Hipotesis Ketujuh
H7 menyatakan bahwa Hubungan antara SPM dan kinerja perusahaan (KP)
dimediasi oleh Kapabilitas Perusahaan (KAP). Hasil uji dengan perhitungan VAF
ditunjukkan pada tabel 4.
Hasil perhitungan VAF dalam pengujian kapabilitas perusahaan sebagai
intervening menunjukkan nilai sebesar 0,74 atau 74%. Nilai ini dipandang mendekati
80% sehingga menunjukkan kapabilitas perusahaan sebagai pemediasi penuh dengan
demikian hipotesis Ha7 diterima.
Tabel 4
Perhitungan VAF untuk Kapabilitas Perusahaan
Pengaruh tidak langsung = 0,81 * 0,79 (SPM => KAP = 0,81; KAP=> KP = 0,79)
0,64
Pengaruh langsung. (SPM => KP; tanpa memasukkan KAP sebagai intervening
0,22
Pengaruh total = 0,64 + 0,22 0.86
VAF = pengaruh tidak langsung/pengaruh total = 0,64/0.860
KESIMPULAN
1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap SPM.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa ketidakpastian lingkungan
berpengaruh terhadap SPM.
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa strategi berpengaruh
terhadap SPM
4. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa SPM berupa sistem beliefs,
sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem pengendalian
interaktif berpengaruh terhadap kapabilitas perusahaan.
5. Hasil pengujian kelima menunjukan bahwa Kapabilitas perusahaan berupa
orientasi pasar, inovasi, pembelajaran organisasi, dan kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
6. Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukan bahwa SPM yang terdiri atas
sistem beliefs, sistem boundary, sistem pengendalian diagnostik, dan sistem
pengendalian interaktif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
7. Hasil pengujian hipotesis ketujuh menunjukan bahwa SPM berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan melalui kapabilitas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Bisbe, J., and Otley, D. 2004. The Effects of the Interactive Use of Management Control
Systems on Product Innovation. Accounting, Organizations and Society, Vol. 29, No.
6, pp. 709-737.

Chenhall, R. H. 2003. Management Control System Design Within Its Orgaizational Context:
Finding from Contigency-based Research and Directions for The Future. Accounting,
Organizations and Society. Vol. 28, No. 1, pp. 127-168.
Curristine, Teresa. 2005. Government Performance Leasons and Cahllenges”.
OECD Journal of Budgeting
Fauzi, H., and Hussain, M. M. 2008. Relationship between Contextual Variables and
Management Control Systems: Experience with Indonesian Hospitality Industry,
Working Paper, pp. 1-34.

Ferdinand, A. 2003. Sustainable Competitive Adventage: Sebuah Eksplorasi Model


Konseptual. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Ghozali, imam dan Fuad. 2012. Structural Equation Modeling: Teori, Konsep, dan Aplikasi
dengan Lisrel 8.80. Semarang: UNDIP.

Henri, JF.. 2006. Management Control Systems and Strategy: A Resource-based Perspective.
Accounting, Organizations and Society. Vol. 31, No. 4, pp. 529-558.

Hult, G. T. M., and Ketchen, D. J. 2001. Does Market Orientation Matter?: A Test of the
Relationship Between Positional Adventages and Performance. Strategic
Management Journal, Vol. 22, No. 6, pp.899-906.

Jones, R. A., Jimmieson, N. L., and Griffiths, A. 2005. The Impact of Organizational Culture
and Reshaping Capabilities on Change Implementation Success:

Anda mungkin juga menyukai