52-Article Text-244-1-10-20210506
52-Article Text-244-1-10-20210506
52-Article Text-244-1-10-20210506
Email1 : [email protected]
Abstrak
Appendictomy merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi atau pengangkatan usus buntu yang terinfeksi.
Salah satu tindakan nonfarmakologi yang efektif dan efisien dalam mengurangi komplikasi pasca pembedahan adalah
dengan mobilisasi dini. Mobilisasi sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit tertentu yang
telah merubah cara hidupnya yang normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan
Klien Post Operasi Appendictomy dengan Mobilisasi Dini di RS Graha Husada Bandar Lampung Tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi pasien post operasi appendictomy yaitu sebanyak 36 orang. Uji
statistik menggunakan uji chi square.Hasil uji square didapatkan nilai ρ value sebesar 0.985 (α > 0.005) dan nilai OR
1.012 yang dapat disimpulkan bahwa hasil uji analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat kecemasan pada pasien post operasi appendictomy dengan mobilisasi dini di RS Graha Husada Tahun 2018.
Abstract
Appendictomy is a treatment through a surgical procedure or removal of a protected appendix. One of the non-
pharmacological actions that is effective and efficient in reducing post-surgical complications with early mobilization.
Mobilization as an effort to correct a certain disease that has been changed in a normal way. The purpose of this study
was to study the relationship of Client's Anxiety Level after Operation Appendictomy with Early Mobilization in Graha
Husada Bandar Lampung Hospital in 2018. This study used a descriptive analytic design using cross sectional. The
number of samples used in this study is the total population of patients after the operation of appendictomy as many as
36 people. The statistical test uses the chi square test. The results of the quadratic test are obtained by the value ρ value
of 0.985 (α> 0.005) and OR 1.012 which can be refuted from the results of analysis tests that do not correspond to a
significant relationship between the increase in post operative appendictomy and early mobilization. at Graha Husada
Hospital in 2018.
Di Amerikan Serikat lebih dari 250.000 pembedahan yang seseorang jalani dapat
apendiktomi dikerjakan tiap tahunnya meningkatkan tingat kecemasan seseorang.
(Cetrione, 2009) Respon kecemasan berfluktuatf antara respon
Menurut Sjamsuhidajat (2010) bahwa adaptif dan maladaptif yang meliputi
metode operasi dapat memunculkan berbagai kecemasan ringan, kecemasan sedang,
keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri. kecemasan berat dan panik (Stuart dan
Usaha untuk mencegah atau meminimalkan Sundeen, 2009).
komplikasi post operasi apendiktomi yang Berdasarkan hasil studi pendahuluan
efektif dan efisien adalah mobilisasi dini di ruang rawat inap RS Graha Husada Bandar
(early mobilization). Mobilisasi dini Lampung dengan melakukan observasi dan
merupakan suatu aspek penting pada fungsi wawancara terhadap 5 orang pasien pasca
fisiologis karena merupakan komponen operasi apendiktomi diperoleh data bahwa 4
esensial guna mempertahankan kemandirian pasien (80%) hanya terlentang di tempat tidur
sehingga diharapkan mampu mempercepat dan mengatakan bahwa ia tidak berani/cemas
proses penyembuhan luka apendiktomi untuk melakukan pergerakan karena takut
(Carpenito, 2009) luka jahitannya terlepas dan bertambah nyeri
Pelaksanaan mobilisasi dini dapat walaupun dokter dan perawat sudah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu memberitahu untuk melakukan pergerakan
pengetahuan, faktor demografi, faktor sedangkan 1 (satu) pasien (20%) terkadang
fisiologis, gaya hidup, dukungan sosial serta mengubah posisi miring kanan dan kiri
faktor emosional yang salah satunya dengan wajah tampak meringis dan takut
kecemasan (Widuri, 2010). Menurut untuk mlakukan pergerakan. Berdasarkan
Hernawilly (2012) menyatakan bahwa kondisi observasi di lapangan dan uraian diatas
psikologis seseorang dapat menurunkan menunjukkan bahwa pasien pasca
kemampuan untuk melakukan pergerakan pembedahan apendiktomi memiliki tingkat
(mobilisasi), seseorang yang mengalami kecemasan yang cukuo tinggi untuk
perasaan tidak aman dan nyaman, melakukan mobilisasi dini pasca operasi
kebahagiaan, kepercayaan, tidak termotivasi sehingga pasien masih enggan dan khawatir
akan mudah mengalami perubahan dalam untuk melakukan pergerakan.
melakukan pergerakan (mobilisasi). Tujuan umum pada penelitian ini
Menurut Wong (2009) diagnosis adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
penyakit dan prosedur pengobatan seperti kecemasan klien post operasi apendiktomi
pemeriksaan laboratorium, pemasangan dengan mobilisasi dini di RS Graha Husada
intravena, pemasangan kateter serta tindakan Bandar Lampung. Tujuan khusus adalah
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil kondisi fisik dan psikologis pasien..
survey Lestari (2014) yang menyatakan semakin baik keadaan fisik maupun
pasien pasca pembedahan ekstremitas psikologis maka mobilisasi yang
bawah dan ditangani dengan dilakukan juga semakin variatif
pembedahan, kebanyakan dari mereka sebaliknya bagi pasien yang mempunyai
kurang atau tidak mau melakukan kondisi fisik dan psikologis yang tidak
mobilisasi setelah pembedahan. Jenis baik, maka mobilisasi dilaksanakan
kelamin, tingkat pedidikan serta usia semakin sederhana.
mampu mempengaruhi kemauan pasien
untuk melakukan mobilisasi dini. Jenis Hasil uji analisis yang didapat nilai ρ
kelamin juga dapat mempengaruhi respon value sebesar 0.935 > α = 0.005 dapat
terhadap nyeri dan mobilisasi dini. disimpulkan bahwa hasil uji analisis
bivariat menunjukkan bahwa tidak ada
4. Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien hubungan yang signifikan antara tingkat
Post Operasi Apendiktomi dengan kecemasan pada pasien post operasi
Mobilisassi Dini apendiktomi dengan mobilisasi dini di RS
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan Graha Husada Bandar Lampung
pada gejala cemas sebanyak 19 orang
(52.8%) dengan 10 orang (27.8%) tidak Penelitian ini tidak sejalan dengan
melakukan mobilisasi dini dan9 orang penelitian yang dilakukan oleh
(25%) melakukan mobilisasi dini. Hernawilly (2012) hasil penelitian ini
Sedangkan pada pasien yang tidak ada menyatakan adanya hubungan yang
gejala cemas sebanyak 17 orang (47.2%) bermakna antara faktor emosional dengan
dengan 9 orang (25%) tidak melakukan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien
mobilisasi dini dan pada 8 orang (22.2%) post operatif ekstremitas bawah.
melakukan mobilisasi dini. Pada pelaksanaannya tidak semua pasien
pasca pembedahan dapat segera
Gambaran tersebut menunjukkan melakukan mobilisasi dini, umunya
bahwa sebagian besar responden kurang pasien post operasi setelah 24 jam lebih
memiliki kemauan untuk melakukan memilih untuk diam ditempat tidur,
mobilisasi dini pos operasi apendiktomi namun bedrest selama 24 jam setelah
dalam rangka memulihkan kondisi pemebedahan tidak dianjurkan lagi (Perry
sesegera mungkin. Implementasi & Potter, 2010)
mobilisasi dini disesuaikan dengan
Hal ini memungkinkan tidak ada Berdasarkan uji chi square didapatkan
hubungan yang signifikan antara tingkat ρ value sebesar 0.935 yang dapat disimpulkan
kecemasan pada pasien post operasi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
apendiktomi dengan mobilisasi dini di RS antara tingkat kecemasan pada pasien post
Graha Husada Bandar Lampung Tahun operasi apendiktomi dengan mobilisasi dini di
2018 yaiu jenis kelamin, tingkat RS Graha Husada Bandar Lampung Tahun
pendidikan dan usia. Dari hasil yang 2018.
didapat bahwa jenis kelamin laki-laki
Saran
lebih banyak dibanding dengan jenis
kelamin perempuan. Berkaitan dengan Bagi institusi pendidikan penelitian ini
kecemasan pada laki-laki dan perempuan, bisa dijadikan sebagai salah satu sumber
perempuan lebih cemas akan referensi berkaitang dengan tingkat
ketidakmampuannya dibandingkan laki- kecemasan dan mobilisasi dini
laki. Laki-laki cenderung lebih aktif dan Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
eksplorasif sedangkan perempuan lebih bisa menjadi bahan acuan dan informasi
sensitif (Myers 1983 dalam Mubarak, tambahan dengan melakukan penelitian lain
2015) menggunakan variabel tingkat kecemasan.
Bagi instansi pelayan kesehatan hasil
Kesimpulan penelitian ini diharapkan mampu memebrikan
Berdasarkan Distribusi responden masukan kepada tenaga kesehatan utnuk
yang telah dilakukan makan didapatkan data meningkatkan penyuluhan kesehatan
dan fakta mengenai tingkat kecemasan pasien mengenai tingkat kecemasan dan pentingnya
post operasi apendiktomi di RS Graha Husada mobilisasi dini pada pasien pasca
Bandar Lampung sebanyak 19 orang pembedahan.
mengalami gejala kecemasan .
Distribusi responden berdasarkan Referensi
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post
Hawari D. 2009. Stres, cemas dan depresi.
operasi apendiktomi dengan mobilisasi dini di Jakarta: FKUI
Ibrahim, Ayub Sani. 2012. Panik Neurosis
RS Graha Husada Bandar Lampung Tahun
dan Gangguan Cemas. Tanggerang:
2018 didapatkan sebanyak 19 responden Jelajah Nusa
Kesumawati, Farida & Hartono, Yudi. 2012.
(52.8%) melakukan mobilisasi dini sedangkan
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
17 responden (47.2%) melakukan mobilisasi Salemba Medika
Mubarak & Nurul. 2008. Buku Ajar
dini.
Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:
EGC