Analisis Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit Universitas Airlangga

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Open Access Jurnal Politeknik Negeri Jember

J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan


E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN BERKAS REKAM MEDIS DI


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
Aulia Nurul Kholifah1, Novita Nuraini2, Andri Permana Wicaksono3
Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember, Indonesia 1,2,3
*e-mail: [email protected]

Abstrak
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan berkas mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang telah diberikan kepada pasien. Pengelolaan rekam medis
merupakan salah satu bentuk dari pelayanan penunjang medis. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya diketahui bahwa pada Bulan Februari 2020 sebanyak
104 berkas mengalami kerusakan sehingga formulir yang ada di dalamnya bisa robek. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor penyebab kerusakan berkas rekam medis di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Surabaya. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi
dengan menggunakan analisis unsur manajemen 5M yaitu Man, Machine, Method, Material, Money. Populasi
dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis bagian ruang filing berjumlah 5 petugas. Hasil yang didapatkan
bahwa masih banyak petugas rekam medis yang memiliki latar belakang bukan DIII rekam medis, kurangnya
sosialiasi SOP terkait pemeliharaan berkas rekam medis, rak filing yang jumlahnya terbatas, serta bahan material
map yang digunakan kurang tebal. Sehingga saran yang dilakukan oleh pihak peneliti yaitu dengan redesain map
berkas rekam medis dengan menggunakan kode warna, dan menghitung kebutuhan rak filing.

Kata Kunci: Berkas Rekam Medis, Pemeliharaan, Rumah Sakit.

Abstract
Medical records are files that contain records and documents regarding patient identity, examination results,
treatment, actions and other services that have been provided to patients. Management of medical records is one
of medical support services. Based on the results of a preliminary study conducted at Airlangga University
Hospital Surabaya it is known that in February 2020 amount 104 files were damaged so that the forms contained
in them could be torn. This research was aimed to analyze the factors that cause damage to medical record files
at Airlangga University Hospital Surabaya. This type of research uses qualitative and data collection with
interviews and observations by using the analysis of 5M management elements is Man, Machine, Method,
Material, Money. The population in this study is the medical records officer filing room section of 5 officers. The
results obtained are that there are still many medical records officers who have a background not DIII medical
records, the lack of socialization of SOPs related to the maintenance of medical record files, limited number of
rack filing, and the less used folder material. So the suggestion made by the researchers is to redesign the
medical record file folder by using a color code, and calculate the rack filing needs.

Keywords:Medical Record File, Maintenance, Hospital.

1. Pendahuluan
Bagian pengelolaan berkas rekam medis merupakan salah satu bentuk dari pelayanan
penunjang medis. Pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Sistem pengolahan
rekam medis terdiri dari beberapa subsistem, yaitu dimulai dari tempat penerimaan pasien (membuat
atau menyiapkan berkas rekam medis), dilanjutkan dengan assembling, coding, indexing, dan filing.
Dibagian filing penyimpanan dan pengembalian kembali rekam medis dilakukan (Valentina dkk.,
2018) Penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis dilakukan pada filing, yang bertujuan
untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan dan pengembalian kembali berkas rekam
medis yang tersimpan, juga melindungi berkas rekam medis dari berbagai faktor, yang diantaranya
adalah bahaya pencurian, faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu penyebab
kerusakan yang berasal dari berkas rekam medis itu sendiri, misalnya kualitas kertas, pengaruh tinta,
pengaruh perekat, dan sebagainya. Faktor ekstrinsik yaitu penyebab kerusakan yang berasal dari luar
berkas rekam medis, seperti faktor lingkungan fisik, faktor biologis berupa serangga atau hewan
perusak berkas seperti jamur, kutu, kecoa, tikus, dan rayap, dan faktor kimiawi (Yuliani, 2016)
Rumah Sakit Universitas Airlangga diresmikan pada tanggal 14 Juni 2011 dengan tipe C. Pada
tahun 2016 Rumah Sakit Universitas Airlangga memperoleh pengakuan sebagai rumah sakit yang
mampu memberikan pelayanan kesehatan setingkat rumah sakit tipe B umum oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, dengan menggunakan sistem penyimpanan sentralisasi dan sistem penomoran

364
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

seri unit numbering sistem, serta sistem penjajaran menggunakan Terminal Digit Filing (TDF).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada salah satu petugas filing, menyatakan bahwa
berkas rekam medis di RS UNAIR mudah rusak/robek dikarenakan tempat penyimpanan yang tidak
memadai, warna map yang mudah luntur, serta penggunaan staples yang terlalu banyak pada map
berkas rekam medis. Keamanan merupakan keadaan bebas dari bahaya. Untuk menjaga keamanan
isi dari berkas perlu adanya tempat atau alat yang digunakan untuk menaruh, meletakkan, meyimpan
arsip harus aman dan menjaga informasi yang terkandung di dalamnya. Pada Rumah Sakit
Universitas Airlangga penyimpanan berkas IGD dan Rawat Inap masih menggunakan kertas dimana
penyimpananannya secara sentralisasi, untuk rawat jalan telah menggunakan elektronik. Berikut
merupakan keadaan berkas rekam medis di Rumah Sakit Universitas Airlangga dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1: Berkas Rekam Medis Yang Rusak


(Studi Pendahuluan, 2020)

Gambar 1 menunjukkan bahwa kondisi berkas rekam medis rawat inap yang rusak dimana
sampul map berkas rekam medis yang mudak robek akan menyebabkan formulir yang ada
didalamnnya terlipat dan semakin lama akan robek. Pada bagian ujung map berkas rekam medis
terdapat nomor rekam medis pasien dan bagian ini rentan sekali robek karena berkas rekam medis
yang berada di rak penyimpanan tidak tertata rapi, sehingga petugas dalam mengambil berkas
tersebut agak kesulitan. Apabila bagian ujung rekam medis / lidah rekam medis hilang maka akan
kesulitan dalam mencari berkas rekam medis di rak penyimpanan jika dibutuhkan (Syah, 2015).
Kerusakan berkas rekam medis juga di sebabkan karena tidak adanya kamfer (kapur barus) untuk
melindungi berkas rekam medis dari serangga (Sahfitri, 2017). Adapun pada Gambar 1 penyimpanan
berkas rekam medis tidak sesuai dengan SOP yang berlaku dimana yang menyatakan bahwa berkas
rekam medis yang telah kembali disimpan sesuai dengan system yang telah diterapkan di Rumah
Sakit Universitas Airlangga yaitu menggunakan sistem penjajaran terminal digit filing,
Berikut hasil survei pendahuluan pada tanggal 13 – 18 Februari 2020 dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1: Jumlah kerusakan berkas rekam medis di RS UNAIR
No Tahun Jumlah Map Robek Jumlah Map Luntur
1 2015 2 1
2 2016 30 4
3 2017 32 7
4 2018 18 10
5 2019 15 5
6 2020 7 3
Jumlah 104 30
Sumber: Sub Bagian Filing, 2020

Berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2015 – 2020 terdapat 134 berkas dimana terdapat 104 berkas
yang mapnya robek dan 30 berkas yang warna mapnya luntur. Ruang penyimpanan rekam medis di
RS UNAIR terdapat banyak berkas yang tidak tertata rapi, setiap ada berkas kembali langsung di
tumpuk diatasnya tidak diurutkan sehingga dapat menyebabkan berkas rekam medis yang bagian
bawah menjadi rusak.

365
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor penyebab kerusakan berkas rekam
medis di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti
mengambil judul faktor apa saja yang menjadi penyebab dari kerusakan berkas rekam medis tersebut
dan bagaimana upaya yang akan dilakukan dalam perbaikan dan pemeliharan berkas rekam medis
agar terhindar dari kerusakan.

2. Metode Penelitian
2.1 Jenis/desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
yang digunakan untuk menganalisis factor-faktor apa saja yang menjadi penyebab dari kerusakan
berkas rekam medis tersebut dan bagaimana upaya yang akan dilakukan dalam perbaikan dan
pemeliharan berkas rekam medis agar terhindar dari kerusakan dengan menggunakan unsur
manajemen 5M yang terdiri dari man, money, material, machines, dan method.

2.2 Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini yaitu seluruh petugas Filing di Rumah Sakit Universitas airlangga
yang berjumlah 5 petugas.

2.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunkaan observasi dan
wawancara mendalam yang dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan untuk
disajikan kepada responden. Pengambilan data dilakukan selama melakukan PKL di Rumah Sakit
Universitas Airlangga Surabaya.

2.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam menelitian ini yaitu menggunkaan teknik analisis kualitatif yang
menjelaskan dari hasil observasi dan wawancara, kemudian dilakukan pemecahan masalah pada
setiap masalah yang terjadi.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Identifikasi Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis berdasarkan Faktor Man di
Rumah Sakit Universitas Airlangga
Man yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada sumber daya manusia yaitu terlibat atau
berperan secara langsung dalam kegiatan sistem penyimpanan atau filing, dimana sumber daya
mnusia yang berpengaruh terhadap penyimpanan berkas rekam medis adalah petugas rekam medis.
Variabel yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor penyebab berkas rekam medis berdasarkan
faktor man terdiri dari pengetahuan petugas, disiplin kerja dan pelatihan petugas.
a. Pengetahuan Petugas
Tingkat pendidikan petugas, berpengaruh besar dalam tingkat pengetahuan tentang pentingnya
menjaga rekam medis. Petugas rekam medis yang baik harus memiliki kompetensi yang baik pula
yaitu dengan lulusan perekam medis. Berdasarkan hasil wawancara dari 5 petugas filing di Rumah
Sakit Universitas Airlangga Surabaya pendidikan petugas filing diketahui bahwa 3 petugas
merupakan lulusan D-3 Rekam Medis dan 2 petugas merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2: Kualifikasi Pendidikan Petugas Filing


No Nama Petugas Pendidikan Petugas Jabatan
1. Narasumber 1 SMA Koordinator Filing
2. Narasumber 2 D-III Rekam Medis Petugas Filing
3 Narasumber 3 SMA Petugas Filing
4. Narasumber 4 D-III Rekam Medis Petugas Filing
5. Narasumber 5 D-III Rekam Medis Petugas Filing
Sumber : Data Sekunder di RS UNAIR Surabaya, 2020

366
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

Tabel 2 menjelaskan bahwa dari 5 petugas filing terdapat 2 patugas berpendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA), yang artinya unit rekam medis khususnya di bagian filing di Rumah
Sakit Universitas Airlangga Surabaya masih belum sesuai standart yang telah ditetapkan, dimana
Pegawai rekam medis harus memiliki kualifikasi pendidikan formal minimal DIII Rekam Medis
(Kepmenkes, 2007). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2007)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan rendah salah satunya dari segi
pendidikan.
b. Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah sikap petugas terhadap peraturan yang tercermin dalam bentuk tingkah
laku dalam melakukan suatu pekerjaan. Disiplin kerja dalam penelitian ini yaitu disiplin petugas dalam
melaksanakan tata cara pada kegiatan dibagian filing terkait pengelolaan berkas rekam medis. Hasil
wawancara tentang disiplin kerja petugas terkait kegiatan bagian pemeliharaan berkas rekam medis
didapatkan sebagai berikut : “Tidak mesti, dikerjakan kalau ada waktu senggang saja “. Hal ini di
dukung oleh hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, sebagai beriku:

Tabel 3: Observasi Disiplin Kerja Petugas Filing Terkait Pemeliharaan Berkas Rekam Medis
No Kategori Disiplin Kerja Iya Tidak Keterangan
Petugas langsung memberikan sampul Pemberian sampul dilakukan diawal
1 pada berkas rekam medis yang belum √ pendaftaran jika pasien baru
tersampul
Petugas melakukan penggantian map Petugas memilah berkas rekam medis
tiap hari jika ada map yang rusak yang rusak, setelah berkas menumpuk
2 √
baru dilakukan pergantian map berkas
rekam medis
Petugas langsung memasukkan berkas Petugas langsung memasukkan berkas
3 rekam medis apabila terdapat berkas √ rekam medis apabila berkas rekm medis
rekam medis yang ada di luar rak telah kembali
Sumber : Hasil Observasi disiplin kerja petugas filing, 2020

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa petugas filing tidak langsung mengganti map
yang rusak melainkan masih menumpuk berkas rekam medis yang rusak, jika berkas telah
menumpuk baru map diganti. Hal ini dapat dismpulkan bahwa disiplin kerja petugas filing dalam
pemeliharaan berkas rekam medis tergolong kurang. Pranata (2012) menyatakan bahwa disiplin kerja
adalah sikap ketaatan dan kesetiaan petugas terhadap peraturan tertulis/ tidak tertulis yang tercermin
dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada instansi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
c. Pelatihan Petugas
Pelatihan petugas dalam penelitian ini adalah suatu proses yang dilakukan dalam
mengembangkan kemampuan petugas terkait pelatihan kegiatan dibagian filing, penyimpanan,
pengembalian, serta peminjaman berkas rekam medis. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
kepada petugas filing yaitu itu bahwa petugas tidak pernah mengikuti pelatihan terkait kegiatan
dibagian filing. Hal ini sesuai dengan ungkapan oleh 5 petugas filling sebagai berikut: “Semua
petugas filling belum pernah mengikuti pelatihan, hanya mengikuti seminar saja “. Hal ini didukung
oleh observasi yang dilakukan oleh peneliti :

Tabel 4: Observasi Pelatihan Petugas Rekam Medis dibagian Filing


No Kategori Pelatihan Iya Tidak Keterangan
Sertifikat yang didapatkan Tidak adanya sertifikat pelatihan
1 selama pelatihan terkait kegiatan √ karena petugas belum mengikuti
berkas rekam medis. pelatihan
Sumber : Hasil Observasi pelatihan petugas filing, 2020

367
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa di
Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya belum pernah diadakan pelatihan untuk petugas
tentang rekam medis yang berkaitan dengan pemeliharaan berkas rekam medis. Pelatihan yang
dilakukan secara internal antara petugas yang lama mengajarkan ke petugas yang baru akan tetapi
petugas yang lama sebelumnya belum mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Anggraeni (2013) dalam Ganjari (2019) yang menyatakan bahwa apabila
petugas belum pernah mengikuti pelatihan tentang rekam medis maka wawasan mereka tidak
berkembang tentang rekam medis, sehingga petugas tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
rekam medis. Pelatihan rekam medis penting untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
petugas dalam penyelenggaraan pelayanan rekam medis sesuai dengan Undang-Undang No.13
tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003 Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan
untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

3.2 Identifikasi Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis berdasarkan Faktor
Machine di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Machine atau mesin merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberikan kemudahan
atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar sera menciptakan efisiensi kerja (Syah, 2015).
Machine sangat diperlukan untuk mendukung pekerjaan agar lebih mudah dalam proses pelayanan
kesehatan yaitu peralatan untuk pelayanan (Gaspersz, 2007). Bagian filing adalah salah satu bagian
dalam unit rekam medis yang berfungsi menyimpan berkas rekam medis, penyediaan berkas rekam
medis untuk berbagai keperluan, perlindungan arsip-arsip berkas rekam medis terhadap kerhasiaan
isi data rekam medis, perlindungan arsip-arsip berkas rekam medis terhadap bahaya rusak fisik,
kimiawi dan biologi (Ashim, M. dan Setyowati, 2016). Alat yang digunakan sebagai pelindung juga
mempermudah petugas dalam pengambilan maupun pengembalian berkas kembali adalah rak
penyimpanan berkas. Dalam wawancara yang dilakukan terhadap responden didapatkan sebagai
berikut : “Kalau melindungi sih iya, tapi kayaknya kalau bisa di ganti ya harus di ganti, dikarenakan
masih ada beberapa rak yang terbuat dari besi“
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa kepadatan rak yang menyebabkan kerusakan
berkas, karena padat saat dilakukan pengambilan maupun pengembalian, berkas akan ditarik
maupun dimasukkan dengan paksa, sehingga posisi berkas yang saling berhimpitan yang
menyebabkan kerusakan pada map, karena saat melakukan pengambilan berkas, bagian lidah map
berkas rekam medis ditarik sehingga banyak yang robek.

Gambar 2: Berkas Rekam Medis yg Robek


(Studi Pendahuluan, 2020)

Pada gambar 2 bahwa dapat disimpulkan terdapat berkas rekam medis yang robek pada
bagian lidah, dikarenakan penataan berkas rekam medis yang tertata terlalu rapat, dan jumlah rak
rekam medis yang terbatas. Hairani (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa lemari atau rak
penyimpanan yang terlalu rapat juga dapat merusak kertas sepert kertas menjadi robek dan lusuh
karena harus ditarik paksa untuk keluar masuk. Di RS Unair belom dilaksanakannya retensi hal ini
dibuktikan pada wawancara berikut : “Disini belom melaksanakan retensi“. Dapat disimpulkan bahwa
berkas rekam medis menjadi robek salah satunya dapat disebabkan karna rak yang terlalu padat dan
belum dilaksanakannya retensi. Satrio (2018) menuliskan bahwa penyusutan atau retensi merupakan

368
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

salah satu sarana penting untuk mengatasi masalah menumpuknya berkas rekam medis yang tidak
lagi memiliki nilai guna. Berkas tersebut sebaiknya dimusnahkan agar tersedia tempat penyimpanan
dan fasilitas pemeliharaan yang lebih baik terhadap berkas rekam medis yang masih memiliki nilai
kegunaan.

3.3 Identifikasi Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis berdasarkan Faktor
Method di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Method merupakan suatu tata cara kerja atau metode yang baik dan akan memperlancar
jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan pada sasaran, fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Meskipun metode baik, jika orang yang
melaksankannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manjemen tetap manusia (Syah, 2015).
Gabriele (2018) menjelaskan bahwa standar prosedur operasional (SPO) adalah pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan fungsi dari pekerjaan tersebut,
dengan adanya SPO semua kegiatan di suatu perusahaan dapat terancang dengan baik dan dapat
berjalan sesuai kemauan perusahaan. SPO dapat didefinisikan sebagai berkas yang menjabarkan
aktivitas operasional yang dilakukan sehari-hari, dengan tujuan agar pekerjaan tersebut dilakukan
secara benar, tepat, dan konsisten, untuk menghasilkan produk sesuai standart yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pada Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya sudah memiliki beberapa SOP yang
berlaku, misalnya SOP tentang perlindungan berkas rekam medis dari kerusakan dan pengrusakan.
Hal ini dapat di dukung dalam wawancara berikut : “Kalau SOP saya tidak tau, kayaknya tidak ada.
Tidak pernah dilakukan sosialisasi “
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petugas akan
pemeliharaan berkas dinilai kurang, karena belum pernah dilakukan sosialisasi terkain pemeliharaan
berkas maupun SPO yang berkaitan. Sehingga petugas tidak yakin bahkan tidak tahu apakah
terdapat SPO yang mengatur pemeliharaan berkas itu sendiri. Sosialisasi merupakan salah satu
kebijakan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kejelasan terhadap SPO
yang akan dilaksanakan (Sari, 2014). Untuk menjaga mutu pelayanannya rumah sakit juga
menetapkan standar pelayanan yang harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan, salah satu standar
pelayanannya tersebut tertuang didalam SPO (Bangkeling, 2017).

3.4 Identifikasi Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis berdasarkan Faktor
Material di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Material terdiri atas bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai
hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya, juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Hal ini disebabkan materi dan manusia tidak dapat
dipisahkan. Tanpa materi, hasil Tanpa materi, hasil yang dikehendaki tidak akan (Syah, 2015). Map
berkas medis di RS UNAIR sudah melindungi. Hal ini dibuktikan pada wawancara berikut ini :
“Iya dapat melindungi formulirnya yang ada didalamnya jarang sekali robek, tapi ada beberapa
map yang robek kalau raknya sudah padat, jadi waktu mengeluarkan berkas agak sulit. Dari bahan
map sudah cukup melindungi, akan tetapi yang sering robek pada bagian ujung map“.
Dapat disimpulkan bahwa bahan map yang digunakan sudah cukup tebal tetapi desain map
yang kurang memenuhi yaitu pada ujung berkas rekam medis, sehingga jika bagian ujung robek
petugas sulit mencari berkas rekam medis. Dampak dari kerusakan berkas yaitu pada keamanan,
kerapian dan keteraturan berkas rekam medis yang ada di ruang penyimpanan. Penyebab
ketidakrapian penataan berkas yaitu kurangnya rak penyimpanan berkas rekam medis pasien
(Sahfitri, 2017)

369
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

3.5 Identifikasi Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis berdasarkan Faktor Money
di Rumah Sakit Universitas Airlangga
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan, uang merupakan
alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan jumlah uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli, serta hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Syah, 2015).
Anggaran merupakan faktor yang sangat menentukan bagi rumah sakit, tanpa anggaran tentunya
rumah sakit tidak dapat menjalankan pelayanan, dan melaksanakan operasionalisasi secara
menyeluruh. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktifitas yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam bantuk angggaran (Agusalim, 2013). Hasil wawancara dari petugas
yaitu : “Terkait anggaran dana saya kurang tau, dikarenakan yang mengurus adalah pihak
pengadaan, tapi pasti ada. Dulu, kita sempat kehabisan map waktu mau akreditasi”.
Dapat disimpulkan bahwa faktor money menyebabkan kerusakan map berkas rekam medis,
karena anggaran diberikan oleh pihak pengadaan yang berupa penyediaan map berkas rekam medis
dan map tentunya tidak dapat tersedia dengan cepat saat persediaan telah habis. Proses
penganggaran di rumah sakit merupakan salah satu proses yang manajemen keuangan yang sangat
penting. Kepentingan dari proses ini dapat dilihat dari fungi suatu anggaran bagi rumah sakit, yaitu
sebagai alat perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional rumah sakit. Terpenuhinya fungsi
dari anggaran tersebut akan membantu pengelola rumah sakit dalam mencapai efisiensi dan
efektifitas pengelolaan secara keseluruhan (Andini, 2007).

3.6 Merumuskan Upaya Perbaikan Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis di Rumah
Sakit Universitas Airlangga Surabaya
Pembahasan yang sebelumnya telah didapatkan faktor penyebab berdasarkan 5M (man,
machine, method, material, money) dari kerusakan berkas rekam rekam medis, sehingga dapat
dirumuskan upaya perbaikan sebagai berikut:

370
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

Tabel 5: Masalah Dan Upaya Perbaikan Yang Diberikan

No Masalah Upaya Perbaikan


1 Man
Pengetahuan petugas terkait pemeliharaan Dilakukan sosialisai terkait pemeliharaan
berkas rekam medis terbilang kurang, berkas rekam medis yaitu dengan waktu
dikarenakan masih ada petugas yang lulusan minimal 1 bulan sekali yaitu dengan cara
SMA menyampaikan isi SOP terkait
pemeliharaan berkas rekam medis
Kedisiplinan petugas kurang karena petugas Dilakukannya evaluasi yang terjadwal yaitu
malas dalam melakukan penggantian map minimal 1 bulan sekali, untuk melihat
berkas berapa banyak berkas yang mapnya rusak.
Sehingga dapat dilakukan pemberian
Reward dan Punisment.
Petugas tidak pernah mengikuti pelatihan Pihak RS mengadakan pelatihan khusus
khusus terkait rekam medis. terkait pemeliharaan berkas rekam medis
bagi seluruh petugas rekam medis, guna
meningkatkan kinerja petugas.
2 Machine
Rak rekam medis yang jumlahnya terbatas, Menambah jumlah rak sesuai kebutuhan,
dan masih ada sebagian yang terbuat dari besi dan sebaiknya mengganti rak yang besi
dengan roll’o pack semua
Belum dilaksanakan retensi Memilah berkas rekam medis yang akan di
retensi, agar rak rekam medis sedikit
longgar
3 Method
Belom adanya sosialisasi terkait SOP Diadakan sosialisasi minimal 1 bulan sekali
pemeliharaan berkas rekam medis terkait pemeliharaan berkas rekam medis
dimana semua petugas rekam medis wajib
menjaga keamanan dan kerahasiaan
berkas rekam medis yang telah tercantum
pada SOP
4 Material
Banyaknya berkas rekam medis yang robek Dilakukan redesain pada map berkas rekam
pada bagian ujung rekam medis medis
5 Money
Tidak terdapat masalah dikarenakan telah Bagian logistik lebih mengatur dalam
terdapat anggaran dana serta Penyediaan pengajuan map berkas rekam medis
map disediakan oleh pihak pengadaan
Sumber : Hasil Observasi pelatihan petugas filing, 2020

4. Simpulan dan Saran


4.1 Simpulan
1. Faktor man
a. Pengetahuan petugas kurang terkait pemeliharaan berkas rekam medis, serta masih ada
petugas yang lulusan SMA
b. Kedisiplinan petugas yang kurang karena petugas tidak langsung mengganti map berkas
rekam medis yang rusak
c. Petugas tidak pernah mengikuti pelatihan
2. Faktor machine
Rak berkas rekam medis yang jumlahnya terbatas, serta belum dilaksanakannya retensi
3. Faktor method

371
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

Petugas Tidak mengetahui adanya SOP terkait pemeliharaan berkas rekam medis, SPO
mengenai retensi yang tidak dijalankan dengan baik oleh petugas, sehingga berkas terus
menumpuk dan akan diretensi saat rak benar-benar padat atau penuh

4. Faktor material
Bahan yang digunakan memang sudah ketentuan dari rumah sakit dan sudah cukup tebal,
karena menggunakan bahan Art Paper 120Gram
5. Faktor money
Tidak terdapat masalah dikarenakan telah terdapat anggaran dana serta Penyediaan map
disediakan oleh pihak pengadaan.

4.2 Saran
1. Faktor Man
a. Dilakukan sosialisai terkait pemeliharaan berkas rekam medis yaitu dengan waktu
minimal 1 bulan sekali yaitu dengan cara menyampaikan isi SOP terkait pemeliharaan
berkas rekam medis
b. Dilakukannya evaluasi yang terjadwal yaitu minimal 1 bulan sekali, untuk melihat berapa
banyak berkas yang mapnya rusak. Sehingga dapat dilakukan pemberian Reward dan
Punisment..
c. Pihak RS mengadakan pelatihan khusus terkait pemeliharaan berkas rekam medis bagi
seluruh petugas rekam medis, guna meningkatkan kinerja petugas.
2. Faktor Machine
a. Menambah jumlah rak sesuai kebutuhan, dan sebaiknya mengganti rak yang besi
dengan roll’o pack semua
b. Memilah berkas rekam medis yang akan di retensi, agar rak rekam medis sedikit longgar
3. Faktor Method
Diadakan sosialisasi minimal 1 bulan sekali terkait pemeliharaan berkas rekam medis dimana
semua petugas rekam medis wajib menjaga keamanan dan kerahasiaan berkas rekam medis
yang telah tercantum pada SOP
4. Faktor Material
Dilakukan redesign pada map berkas rekam medis, dengan menggunakan kode warna
5. Faktor Money
Bagian logistik lebih mengatur dalam pengajuan map berkas rekam medis

Daftar Pustaka

Agusalim, D. (2013). Analisis Mekanisme Penganggaran Sebagai Alat Pengendalian Keuangan Studi
Kasus Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2011. Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin : Makassar. Jurnal AKK, 2(1), pp. 8–17.

Andini, P. (2007). Evaluasi Penganggaran Biaya Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit Umum
Palang Merah Indonesia (RSU PMI) Bogor). Available at:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/15284/3/H07pan.pdf.

Ashim, M. dan Setyowati, M. (2016). Tinjauan Aspek Keamanan Dan Kerahasiaan Dokumen Rekam
Medis Di Ruang Filing RSUD Bendan Kota Pekalongan Tahun 2016. Available at:
http://eprints.dinus.ac.id/20261/2/jurnal_18431.pdf.

Bangkeling, Y. R. C. (2017). Rancangan Manajemen Implementasi Standar Prosedur Operasional


(SPO) Keperawatan Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Rsia Limijati
Bandung. Available at: http://repository.unpas.ac.id/27994/1/Artikel Jurnal an Yulia
Reviani.docx.

Gabriele. (2018). Analisis Penerapan Standar Operasional Prosedur (SPO) di Departemen Marketing

372
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan
E-ISSN: 2721-866X
Vol. 1 No. 3 Juni 2020

dan HRD PT Cahaya Indo Persada. Available at:


http://publication.petra.ac.id/index.php/manajemenbisnis/article/download/6499/5915.

Ganjar, Try dan Nuraini, N. (2019). Analisis Kejadian Missfile Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di
Puskesmas Bangsalsari. Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 1(1), pp. 23–30.

Gaspersz, V. (2007). Modal Strategic Menuju World Class Quality Company., Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Umum. Available at: https://books.google.co.id/books?id=k3oUfQluE-
EC&pg=PR1&lpg=PR1&dq=Model+Strategic+Menuju+World+Class+Quality+Company&source
=bl&ots=GA5obLD11u&sig=ACfU3U3dd7189Cu7amdIDIfr_7kX3zeg0A&hl=en&sa=X&ved=2ah
UKEwjWuLjM6Z_jAhVvIbcAHYF6AlcQ6AEwC3oECAkQAQ#v=onepage&.

Hairani, N. (2012). Upaya Pencegahan Bahaya Kerusakan dan Pemeliharaan Rekam Medis Rumas
Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta. Available at: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312563-
S43564-Upaya pencegahan.pdf.

Kepmenkes. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan.

Mubarok. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan.
Yogyakarta : GrahaIlmu.

Pranata, A. (2012). Implementasi Kepemimpinan Guru dalam Membina Kedisiplinan dan Mentaati
Tata Tertib Siswa di SD Negeri 01 Dukuh Ngargoyoso Karanganyar Tahun 2011/2012.
Available at: http://eprints.ums.ac.id/17229/.

Sahfitri, Y. (2017). Tinjauan Aspek Keamanan Berkas Rekam Medis Di Ruang Penyimpanan RST.
DR. Soetarjo Yogyakarta. Jurnal Perekam Dan Informasi Kesehatan.

Sari, R. Y, D. (2014). Pengaruh Sosialisasi SPO Apd Dengan Perilaku Perawat Dalam Penggunaan
APD (Handscoon, Masker, Gown) Di Rsud Dr. H. Soewondo. Available at:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/download/280/305.

Satrio, D. (2018). Pelaksanaan Kegiatan Penyusutan Arsip Rekam Medis : Studi Kasus Pada Rumah
Sakit Dr. Sutoyo. Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37801/1/DIMAS SATRIO-FAH.pdf .

Syah, M. Z. S. (2015). Manajemen Citra Kampung Jetis sebagai Sentra Batik di Sidoarjo. Available at:
http://digilib.uinsby.ac.id/4126.

Valentina & Sebayang, Sb. (2018). Faktor Penyebab Kerusakan Dokumen Rekam Medis di Ruang
Penyimpanan RSU Mitra Sejati Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Imelda.

Yuliani, N. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keamanan Berkas Rekam Medis berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo).
Available at:
https://www.ejurnalinfokes.apikescm.ac.id/index.php/infokes/article/download/146/136.

373

Anda mungkin juga menyukai