Bab I
Bab I
Bab I
Latar Belakang
Bawah lima tahun yang sering kita dengar dengan sebutan balita ,adalah generasi penerus
bangsa yang dapat menjadi sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas pada masa yang
akan datang. Pada masa ini sering disebut dengan ‘’usia emas’’ karena di usia ini merupakan usia
dalam pembentukan sumber daya manusia berupa pertumbuhan fisik, maupun kecerdasasan
(Rona firmana dkk.2015)
Menurut Kemenpppa 2019,jumlah penduduk di Indonesia yang berusia 0-17 tahun 79,55
juta jiwa terdiri dari usia 7-12 tahun sebesar (33,4%)dan usia 0-5 tahun sebesar (27,6%). Angka
kematian neonatal di desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak sebanyak 83.447 jiwa (Kemkes,
2019). Dari data tersebut berkisaran 10 juta anak meninggal dan lebih dari 200 juta anak tidak
sesuai berkembang dengan potensinya yang dipicu oleh pengasuhan orangtua yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar balita agar dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal.
World Health Organization (WHO) tahun 2018 melaporkan bahwa data prevalensi balita
yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah 28,7% dan Indonesia
termasuk ke dalam Negara ke tiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara.
Berdasarkan hasil Riskesdes (2018) terlihat bahwa dari 82,661 balita yang dilakukan
penimbangan berat badan secara Nasional, terdapat prevalensi berat kurang (underweight)
sebanyak 19,6% yaitu terdiri dari 5,7% gizi buruk, dan 13,9% gizi kurang.
Pola asuh adalah suatu proses interaksi orang tua dengan anak untuk mendukung
perkembangan fisik,emosi,social,intelektual dan spiritual anak sejak dalam kandungan sampai ia
dewasa (Sukiman dkk,2016). Pola asuh terdiri dari tiga kategori yaitu pertama pola asuh
otoriter,pola asuh tersebut akan menciptakan karakteristik anak yang penakut dan suka menteng
norma-norma yang ada. Kedua pola asuh permisif,pola asuh tersebut cenderung menghasilkan
anak dengan karakter yang impulsive,agresif,mau menang sendiri,kurang mandiri,kurang
tanggung jawab, serta kurang matang secara social. Ketiga pola asuh demokratif, anak dengan
pola asuh demokratif menciptakan karakteristik anak yang mandiri ,dapat mengontrol
diri,kooperatif terhadap teman-teman dan orang lain (Jural Ilmiah Kebidanan,2013).
Salah satu faktor dalam perkembangan anak yaitu lingkungan pengasuhan.Peran orang
tua sangat penting dalam pengasuhan untuk memantau agar anak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik .Orang tua perlu mengetahui dan mengenali ciri-ciri dan prinsip perkembangan
seorang anak. Interaksi antara anak dan orang tua sangat bermanfaat bagi proses perkembangan
anak secara keseluruhan.Pertumbuhan dan perkembangan baik pada anak akan menjamin
kelangsungan hidup yang baik untuk masa yang akan datang (Maryam,2015).
Maka penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui lebih dalam tentang Pola
Asuh Orangtua Dapat Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita 1-5 Tahun
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini
“adakah hubungan pola suh orang tua terhadap perkembangan anak balita.
a. Tujuan Penilitian
1) Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perkembangan Anak Balita”
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pola asuh orang tua pada anak balita di desa Batu XII Kecamatan Cot
Girek.
2.Mengatahui perkembangan anak balita di desa Batu XII Kecamatan Cot Girek.
3.Menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak balita di desa
Batu XII Kecamatan Cot Girek.
Peneliti diharapkan bias menambah pengetahuan dan wawasan terkait pola asuh orang
tua terhadap perkembangan anak balita serta dapat menerapkan metedologi penelitian secara
tepat dan benar. Hasil penelitian dapat menjadi bahan untuk peneliti-peneliti selanjutnya.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pola asuh orang tua
terhadap perkembangan anak balita,agar anak dapat berkembang secara normal sesuai dengan
usianya. Dan sebagai masukan kepada para orang tua untuk memperhatikan perkembangan
anaknya.
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus ,bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
(Kementerian Kesehatan RI,2014).
Berhungan dengan kemampuan anak untuk melihat sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil,tetapi memerkukan
koordinasi yang cermat.
3.Bahasa(Languange)
Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi antara anak dengan
orang tua atau orang dewasa lainnya
Contoh:mengucap nama,bersuara.
Menurut Kementerian Kesehatan RI ,2014 secara umum terdapat dua factor utama yang
berpengaruhi terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
a) Faktor Dalam(Internal)
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki factor hereditor ras/bangsa
Indonesia,begitu pula sebaliknya
2.Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang tinggi,pendek,gemuk atau
kurus.
3.Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa
remaja.
4.Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-
laki.Tetapi setelah melalui pubertas ,sedangkan pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan anak perempuan.
5.Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
6. Kelainan kromosom
Pada setiap periode tumbuh kembang anak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi:
1.Faktor Prenatal
a.gizi
b.mekanis
c.toksin/zat kimia
d.endokrin
e.radiasi
f.infeksi
g.kelainan imunologi
h,anoksia embrio
i.psikologi ibu
2.Faktor persalinan
Komplikasi persalinanseperti asfiksi dan trauma kepala menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3.Faktor pascapersalinan
a.gizi
d. psikologis
e.endokrin
f. sosial ekonomi
g.lingkungan pengasuhan
h.simulasi
i.obat-obatan
Perkembangan anak mencakup 4 aspek yaitu motorik kasar,motorik halus ,bahasa dan personal
sosial.
a.Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan oleh seluruh atau sebagianbesar anggota
tubuh.Gerakan motoric kasar memrlukan tenaga yan besar karena melibatkan otot-otot besar
b.Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu. Gerakan
motorik halus ,biasanya tidak begitu memerlukan tenaga, tetapi nmemerlukan koordinasi yang
cermat.
c.Bahasa
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi ,baik yang disampaikan dalam bentuk
lisan,tulisan,isyarat,gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
d.Persnonal Sosial
Perkembangan social dapat diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok ,moral,tradisi,dan meleburkan diri menjadi satu serta saling
menjalin kerja sama dan komunikasi.
Menurut Djamarah (2014), pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten
dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja.Pola asuh orang tua
merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam
berinteraksi,berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.Orangtua memiliki cara
dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anaknya.
pola asuh orang tua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otoriter/otoritarian
(authoritarian), authoritative (authoritative), dan permisif (permissive)(Athfal et al,.2021)
a.Authoritarian (Otoriter)
pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anak
dengan aturan yang ketat,sering kali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya(orang
tua),kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi ,anak jarang diajak berkomunikasi
dan diajak ngzobrol,bercerita, bertukar pikiran dengan orang tua.
b.Authoritative (Demokratis)
Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan
anak-anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua.Sedikit
memberikan kebebasan pada anak untuk memilih apa yang terbaik pada dirinya,anak
didengarkan pendapatnya.
c.Permissive (Permisif)
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanopa batas pada anak umtuk
berperilaku sesuai dengan keinginnannya sendiri ,orang tua tidak pernah memberikan aturan dan
pengarahan terhadap anak ,sehingga anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri
walaupun terkadang bertentangan dengan norma sosial.
Landasan Teori