LP Igd Kejang Demam
LP Igd Kejang Demam
LP Igd Kejang Demam
KEJANG DEMAM
OLEH :
YULI SAFIRA
14420212185
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
4. Penyimpangan KDM
Infeksi Ekstrakranial : Suhu tubuh meningkat
KEJANG
Akumulasi sekret
Obstruksi trakeabronkial
Bersihan Jalan
Napas Tidak
Efektif
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada pasien dengan kejang
demam adalah sebagai berikut :
a. Demam tinggi >390C
b. Bola mata naik ke atas
c. Gigi terkatup
b. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadikaku,kepala terkulai
kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat
a. Gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol
b. Lidah dapat seketika tergigit
c. Lidah berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan
d. Saat periode kejang, terjadi kehilangan kesadaran, (Nishiyama, 2021).
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dari penyakit kejang demam ini
adalah sebagai berikut :
a. Gangguan tingkah laku
b. Penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik
c. Epilepsy
d. Kematian, (Rofiqoh, Pratiwi, & Hidayati, 2021).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
penyakit kejang demam adalah sebagai berikut:
a. Laboratorium darah
Pemeriksaan laboratorium darah berupa darah lengkap, kultur darah,
glukosa darah, elektrolit, magnesium, kalsium dan fosfor dilakukan
untuk mencari etiologic kejang demam.
b. Urinalisis
Urinalisis direkomendasikan untuk pasien-pasien yang tidak ditemukan
focus infeksinya.
c. Fungsi lumbal
Fungsi lumbal direkomendasikan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
d. Radiologi
Neuroimaging dipertimbangkan jika terdapat gejala klinis gangguan
neurologis.
e. Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi(EEG)direkomendasikanuntuk
menyingkirkankemungkinan epilepsi, (Syarifatunnisa, 2021).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan penyakit
kejang demam adalah sebagai berikut :
a. Farmakologi: Anti konvulsan
b. Non farmakologi: pertahankan jalan napas, lindungi anak dari trauma
dan cedera, longgarkan pakaian atau lepas pakaian yang tidak perlu,
(Fitriana & Wanda, 2021).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan
kejang
demam adalah(Andriyani, 2021):
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan
biodata orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak
meliputi nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya
keluhan yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami
kejang pada saat panas diatas > 37,5°C
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan,
apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang
mengantar mengetahui kejang yang dialami oleh anak.
2) Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang,
maka diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi
penting dalam terjadinya bangkitan kejang pada anak.
3) Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang
merasakan waktu berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang
dapat kita ketahui respon terhadap prognosa dan pengobatan.
4) Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran
lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal,
tonik atau klonik. Pada kejang demam sederhana kejang ini
bersifat umum.
5) Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan
berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik
apabila timbul kejang pertama kali pada umur muda dan
bangkitan kejang sering terjadi.
6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang
perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang
dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana
menjalamya. Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah
penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada
paralise, menangis dan sebagainya.
7) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare,
trauma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-
lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pemah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat
kejang teljadi untuk pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma
kepala, radang selaput otak, OMA dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien
(25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah
anggota keluarga yang mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau
Penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan texjadinya kejang
demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma
perdarahan pervagina sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan maupun
jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar,
spontan atau dengan tindakan (forcep/ vakum), perdarahan ante partum,
asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas,
diare, muntah, tidak mau netek dan kejang kejang.
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang
dapat menimbulkan kejang.
h. Riwayat perkembangan
Kemampuan perkembangan Anak meliputi:
1) Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2) Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda dan lain-lain.
3) Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang
perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
j. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakanmedis. Bagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota keluarga
yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
k. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak,
makanan apa saja yang disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan
anak, berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari
l. Pola eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta
tanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
m. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya,
berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang
disukai.
n. Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam
berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.
o. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,
tekanan darah,respirasi, nadi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan didapatkan suhu tinggi sedang kesadaran setelah kejang akan
kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
p. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan secara menyeluruh dari ujung
kepala hingga ujung kaki untuk mendapatkan data objektif tentang
kondisi pasien.
1) Kepala
Tanda-tanda mikro atau makro sepali, adakah dispersi bentuk
kepala, apakah tanda- tanda kenaikan tekanan intrakranial, yajtu
ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum.
2) Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang
jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
3) Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik
ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus,
apakah ada gangguan nervus cranial.
4) Mata
Saat serangan kejang teljadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil
dan ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaan sklera,
konjungtiva.
5) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tandatanda adanya
infeksi sepertipembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6) Hidung
Adakah ada pemafasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan
nafas, apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya Jumlahnya.
7) Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus, bagaimana keadaan lidah, adakah
stomatitis, berapa jumlah gigi yang tumbah, apakah ada carries gigi.
8) Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil, adakah tandatanda infeksi
faring.
9) Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembasaran kelenjar tyroid,
adakah pembesaran vena jugularis.
10) Thorax
Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernafasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi dada. Pada
auskultasi adakah suara nafas tambahan.
11) Jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah
bunyi tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
12) Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada abdomen,
bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus, adakah tanda
meteorismus, adakah pembesaran hepar.
13) Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun wamanya,
apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor
kulit.
14) Ekstremitas
15) Apakah terdapat kelaianan bentuk, apakah dapat digerakkan atau
tidak.
16) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang demam
adalah(PPNI, 2017):
a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
(gangguan kejang)
3. Intervensi
Diagnosa
No Intervensi Keperawatan Rasional Tindakan
Keperawatan
1. Hipertermia ManajemenHipertermia MANAJEMENHIPERTERMIA
berhubungan Observasi 1. Peningkatansuhutubuh>37,50Cmenggambark
dengan 1. Monitor suhu tubuh ankondisistatuskesehatansecaraumumdanma
peningkatan Terapeutik mpumenjadiindikatorhipertermiaMemungkin
laju 2. Berikancairanoral kanmendukungkebutuhancairantubuhsehingg
metabolisme 3. Berikan kompres hangat amenurunkankemungkinanterjadinya
Edukasi dehidrasi
4. Anjurkan tirah baring 2. Pemberiankompreshangatakanmembantumel
Kolaborasi ebarkan(vasodilatasi)pembuluhdarahsehingg
5. Kolaborasi pemberian intravena adapatterjadievaporasidanmenurunkanpanast
Manajemen Kejang ubuh
Observasi 3. Tirahbaringdapatmembantudalammanajemen
1. Monitor terjadinya kejang berulang energy
2. Monitor karakteristik kejang 4. Menggantikankehilangancairantubuhdenganc
3. Monitor status neurologis epat
4. Monitor tanda vital MANAJEMENKEJANG
Terapeutik 1. Kejangberulangakanberisikomenyebabkanke
5. Berikan alas empuk dibawah kepala matian
6. Dampingi selama periode kejang 2. Karakteristikkejangdapatberupaaktivitasmoto
7. Catat durasi kejang ricdan progresikejang
Edukasi 3. Statusneurologisdapatberupareaktifitaspupil,
8. Anjurkan keluarga menghindari GCS,tingkatorientasi
memasukkan apapun kedalam mulut 4. Peningkatansuhutubuh>37,50Cmenggambark
pasien saat periode kejang ankondisistatuskesehatansecaraumumdanma
9. Anjurkan keluarga tidak menggunakan mpumenjadiindikator hipertermia
kekerasan untuk menahan gerakan pasien 5. Menghindari terjadinya benturan
Kolaborasi akibatkejangdemam
10. Kolaborasipemberian medikasi 6. Mengurangikepanikankeluargapasien
antikonvulsan 7. Mempermudah pemberian
terapimedikasidan perawatan
8. Mengurangirisikopenyumbatanjalannapas
9. Menghindari terjadinya
cederasaatperiodekejang
10. Antikonvulsan (anti kejang)
merupakanobatyangdigunakandalammencega
hdan/ataumengatasi kejang
2. Bersihan jalan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
napas tidak Observasi 1. Menilai keadekuatan pernapasan
efektif 1. Monitor pola napas (frekuensi, 2. Melihat banyaknya produksi sputum
berhubungan kedalaman, usaha napas) 3. Membantu meningkatkan ventilasi
dengan spasme 2. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 4. Minum hangat membantu mengeluarkan sekret
jalan napas Terapeutik 5. Membantu membebaskan jalan napas
3. Posisikan semi fowler atau fowler 6. membantu menurunkan spasme bronchus
4. Berikan minum hangat dengan mobilisasi sekret
Edukasi
5. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak terkontraindikasi
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Pola napas Pemantauan Neurologis Pemantauan Neurologis
tidak efektif Observasi 1. Mengobservasi respon mata klien
berhubungan 1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan 2. Tanda-tanda vital yang berada di luar rentang
dengan dan reaktifitas pupil normal dapat menjadi tanda adanya gangguan
gangguan 2. Monitor tanda-tanda vital kesehatan yang dialami
neurologis 3. Monitor kekuatan pegangan 3. Mengobservasi respon motorik klien
(gangguan 4. Monitor adanya tremor 4. Mengobservasi gerakan yang tidak terkontrol
kejang) Terapeutik dan tidak terkendali pada satu atau lebih
5. Tingkatkan frekuensi pemantauan bagian tubuh
neurologis jika perlu 5. Membantu menilai tingkat kesadaran
6. Dokumentasikan hasil pemantauan 6. Sebagai data rujukan untuk tindakan
Edukasi selanjutnya
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 7. Memberikan pemahaman terkait tindakan
8. Informasikan hasil pemantauan yang dilakukan
8. Memberikan pemahaman terkait hasil dari
tindakan yang dilakukan
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, (Wilkinson, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan
dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses keperawatan
meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data
yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai
suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan, (Wilkinson, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, S. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Surabaya: Yayasan Kita
Menulis.
Bizly, A. A., & Cahaya, N. (2021). Evaluasi Etiologi Kejang Demam Di Rumah Sakit
Umum Haji Medan. Jurnal Ilmiah Simantek, 157-161.
Canpolat, M. (2018). Investigating the prevalence of febrile convulsion in Kayseri,
Turkey: An assessment of the risk factors for recurrence of febrile convulsion
and for development of epilepsy. Seizure, 36-47.
Fitriana, R., & Wanda, D. (2021). Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Kejang
Demam Pada Anak. Jurnal Telenursing, 491-498.
Kaya, M. A. (2021). Changes of HMGB-1 and sTLR4 levels in cerebrospinal fluid of
patients with febrile seizures. Epilepsy Research, 1-5.
Nishiyama, M. I. (2021). Prediction of AESD and neurological sequelae in febrile
status epilepticus. Brain and Development, 50-62.
PPNI, T. S. (2017). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Rofiqoh, S., Pratiwi, Y. S., & Hidayati, N. (2021). Counseling on Febrile Seizures in
the Group of Mothers Under Five in Kedungwuni District, Pekalongan
Regency. Community Empowerment, 1056-1060.
Syarifatunnisa, S. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Rekurensi Kejang Demam
Pada Balita. Jurnal Medika Hutama, 1713-1717.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan : Diagnosis NANDA-1, Intervensi
NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC.