Askeb Persalinan Patol - Nina Yunita pdf-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

PADA NY. S G1P0A0 40 MINGGU T/H/I INPARTU KALA 1 FASE LATEN DENGAN
PEB DI KLINIK AL-HIKMAH

OLEH:

NINA YUNITA 2282B1576

PRODI PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PADA NY.S 40 MINGGU T/H/I INPARTU KALA I FASE LATEN
DENGAN PEB DI KLINIK AL-HIKMAH

Mahasiswa

Nina Yunita
2282B1576

Pembimbing Pendidikan

Bd. Tety Ripursari, SST.,S.Keb.,M.Kes


NIDN. 0730057801
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esasenantiasa selalu memberikan rahmat serta
hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentutakan. Makalah ini berjudul “ Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada Ny. S G1P0A0
40 minggu T/H/I Inpartu Kala I Fase Laten dengan PEB di Klinik Al-Hikmah” yang diajukan
untuk memenuhi tugas praktik klinik stase Persalinan.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala
bentuk saran dan kritik guna perbaikan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penyususn dan para pembaca pada umumnya.

Ponorogo, 16 Februari 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklamsi merupakan penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya senantiasa
tetap tinggi. Tingginya angka kejadian preeklamsi merupakan faktor utama penyebab
timbulnya eklamsi yang mengancam ibu bersalin, tingginya angka kematian ibu bersalin
sebagai akibat perkembangan dari preeklamsi yang tidak terkontrol memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian.
Dengan besarnya pengaruh preeklamsi terhadap tingginya tingkat kematian ibu
bersalin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menangani kasus-
kasus preeklamsi perawatan pada ibu bersalin dengan preeklamsi merupakan usaha nyata yang
dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komunikasi -komunikasi sebagai akibat lanjut
dari preeklamsi tersebut.
Oleh sebab itu penulis tertarik membuat asuhan kebidanan pada Ny.”S” G1P0A0 40
Minggu, T/H/I, inpartu Kala I Fase Laten dengan PEB di klinik al-hikmah . Dengan harapan
dapat memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah
keadaan yang dialami oleh ibu dalam hal ini menghindari ibu dari resiko yang mungkin terjadi
sehingga persalinan berjalan dengan lancar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
pada ibu bersalin dengan kasus PEB secara benar dan tepat sesuai dengan langkah-
langkah varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu Melaksanakan pengkajian secara lengkap meliputi data
Subjektif dan Objektif yang berkaitan dengan kegawatdaruratan ibu bersalin dengan
Pre Eklamsia Berat
2) Mahasiswa mampu Menginterpretasikan data dasar dengan merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre
Eklamsia Berat
3) Mahasiswa mampu Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk
konsultasi, kolaborasi dan merujuk pada kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre
Eklamsia Berat
4) Mahasiswa mampu Melakukan tindakan segera atau antisipasi pada
kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat
5) Mahasiswa mampu Menyusun rencana Asuhan Kebidanan secara menyeluruh pada
kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat
6) Mahasiswa mampu Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada
kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat
7) Mahasiswa mampu Melakukan evaluasi pada pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada
kegawatdaruratan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Persalinan
A. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2013). Menurut Walyani dan
Purwoastuti (2015), persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
B. Tanda-tanda persalinan
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015),tanda-tanda persalinan, adanya kontraksi
rahim, keluarnya lendir rahim bercampur darah, keluarnya air ketuban, pembukaan
serviks.
C. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), faktor-faktor yang berperan dalam
persalinan:
1) Power (kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengejan).
2) Passage (jalan lahir tulang, jalan lahir otot).
3) Passanger (janin, plasenta dan selaput ketuban).
D. Tahap-tahap persalinan Dalam proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1) Kala I persalinan (kala pembukaan) Persalinan kala I dibagi menjadi dua : fase
laten dan fase aktif.
a) Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
servik secara bertahap. Berlangsung pembukaan servik kurang dari 4 cm.
Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b) Fase aktif persalinan: Frekuansi dan lama (durasi) kontraksi uterus biasanya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi > 3 kali dalam 10 menit
dan berlangsung selama > 40 detik), pembukaan serviks dari 4 sampai
lengkap (10 cm) biasanya dengan kecepatan> 1 cm/jam, dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin.
2) Kala II persalinan (kala pengeluaran janin) Tanda dan gejala kala II persalinan
yaitu ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya,
perinium terlihat menonjol, vulva-vagina dan sfingterani terlihat membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Diagnosis kala II persalinan dapat
ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan : 1)
Pembukaan serviks telah lengkap. 2) Terlihatnya bagian kepala bayi pada
introitus vagina.
3) Kala III persalinan (kala pelepasan uri) Pada kala tiga persalinan, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus
secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta, karena tempat
implantasi menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah,
maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau bagian
atas vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-
hal di bawah ini : a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
(diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi lebih bulat
dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan). b) Tali
Pusat memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui
vulva dan vagina (tanda Ahfeld). 10 c) Semburan darah tiba-tiba. Darah yang
terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa
darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan
maternal plasenta (darah retro plasenter), keluar melalui plasenta yang terlepas.
4) Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.
5) Komplikasi persalinan normal Menurut Waliyani dan Purwoastuti (2015)
Komplikasi persalinan normal meliputi Ketuban pecah sebelum waktunya,
persalinan premature, persalinan post-matur, tidak adanya kemajuan dalam
persalinan, denyut jantung janin yang abnormal, distosia bahu, perdarahan
rahim, dan operasi Caesar.
2.2 Preeklamsia
A. Pengertian
Pre Eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan atau segera
setelah persalinan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2010). Kriteria minimum
Pre Eklamsia yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai 11 dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam atau dipstick ≥ + 1 (Nugroho, 2012).
B. Klasifikasi
Menurut Sukarni dan Sudarti (2014), mengklasifikasikan Pre Eklamsia menjadi dua,
yaitu:
1) Pre Eklamsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: Tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan
diastolic 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per
liter, kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
2) Pre Eklamsia Berat, tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau
lebih per liter atau disertai keterlibatan organ lain seperti tromboitopeni (<100.000
sel/uL), hemolysis mikroangiopati, peningkatan SGOT/ SGPT, nyeri abdomen
kuadran atas, sakit kepala, skotoma penglihatan, pertumbuhan janin terhambat dan
oligohidramnion.
C. Etiologi
Menurut Sukarni dan Sudarti (2014), penyebab preeklamsia sampai sekarang belum
diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre eklamsia,
yaitu bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa. Bertambahnya frekuensi yang makin tua nya kehamilan. Dapat
terjadinya perbaikan keadaaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Beberapa teori yang
mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1) Peran faktor imunologis.
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre
eklamsia/eklamsia.
2) Peran faktor genatik/familial.
Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklamsia/eklamsia pada
anak-anak dari ibu yang menderita pre eklamsia/eklamsia.
3) Faktor Predisposisi yaitu molahidatidosa, diabetes melitus, kehamilan ganda,
hidrops fetalis, obesitas, umur yang lebih dari 35 tahun.

D. Patofisiologi
Pada pre eklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.Keadaan iskemia
pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase
lemak dan pelepasan rennin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya
endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskuler yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati (Sukarni dan Sudarti, 2014).
E. Tatalaksana
1) Tatalaksana umum
Jika ibu hamil berada di fasilitas kesehatan tingkat dasar maka ibu hamil harus di
rujuk ke rumah sakit
2) Pencegahan dan tatalksana kejang
a) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) dan sirkulasi
cairan intravena
b) MGSo4 diberikan secara IV kepada ibu dengan eklamsia sebagai tatalaksana
kejang dan preeklamsia berat sebagai pencegahan kejang. Cra pemberiannya
pada kondisi dimana MgSo4 tidak dapat diberikan seluruhnya berikan dosisi
awal (Loading dose) lalu rujuk ke fasilitas kesehatan yang memadai.. Syarat
pemberian MgSO4 antara lain:
(a) Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit.
(b) Reflek patella (+)
(c) Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5mL/KgBB/jam
(d) Tersedianya Kalsium Glukonas 10% dalam 10 mL
Cara pemberian MgSO4: Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (10 cc larutan
MgSO440 % dan larutkan dalam aquadest) selama 15 menit. Dosis
pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam
(Prawirohardjo, 2014). Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin, dosis
awal 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24
jam. Nifedipin tidak boleh diberikan 15 sublingual karena efek vasodilatasi
sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014).
F. Cara Terminasi kehamilan yang sudah inpartu menurut Rukiyah dan Yulianti (2015),
yaitu: Kala I fase laten: 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria,
fase aktif: amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan okstosin). Kala II:
pada persalinan pervaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurangkurangnya 3 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang, bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2.3 Teori Manajemen Kebidanan
A. Pengertian Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Walyani dan Purwoastuti,2015).10
B. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Langkah I : Pengkajian Data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
a) Data Subjektif Data Subjektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
(A) Biodata Isi biodata menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), adalah : (1)
Nama : Dinyatakan dengan tujuan agar dapat mengenal pasien dan tidak keliru
dengan pasien lain. (2) Umur : Utuk mengetahui faktor resiko dilihat dari umur
pasien. (3) Suku/ bangsa : Mempermudah dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras. (4) Agama : Untuk
memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianut, agar petugas
lebih mudah dalam pendekatan dan pemberian dorongan moril pada pasien. 17
(5) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting
dalam memberikan pendidikan kesehatan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya agar motivasi yang diberikan petugas dapat diterima sesuai
dengan pengetahuan. (6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial
ekonomi. (7) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat
tinggalnya dan untuk mempermudah bila sewaktu-waktu diperlukan.
(B) Keluhan Utama Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat
bidan (Walyani, 2015). Ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat yaitu
: Ibu mengeluh lemah dan pusing, nyeri epigastrum, pandangan mata kabur
dan kadang muntahmuntah (Prawirohardjo, 2014)
(C) Riwayat Kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu,
maupun penyakit sistemik seperti jantung, ginjal asma, TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, epilepsi serta riwayat penyakit menurun/menular, riwayat
keturunan kembar, dan riwayat epilepsi (Prawirohardjo, 2013). Pada kasus ibu
bersalin dengan Pre Eklamsia Berat memiliki riwayat penyakit hipertensi
(Rukiyah, 2015).
(D) Riwayat Perkawinan Tanyakan status klien apakah sekarang ia sudah menikah
atau belum menikah, lamanya dan berapa kali menikah (Walyani, 2015). e)
Riwayat Menstruasi Data ini tidak secara langsung berhubungan, namun dari
data yang bidan peroleh, bidan akan mempunyai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya (Sulistyowati, 2015).
(E) Riwayat Kehamilan Sekarang Menurut Walyani (2015), riwayat kehamilan
sekarang meliputi: (1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Dapat digunakan
untuk mengetahui umur kehamilan (2) Hari Perkiraan Lahir (HPL) Untuk
menghitung dan mengetahui perkiraan lahir dengan menggunakan rumus
Naegele yaitu tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3. (3) ANC (
Ante Natal Care ) Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak
hamil berapa minggu, tempat ANC, berapa kali melakukan ANC selama
kehamilan. (4) Imunisasi TT Untuk mengetahui pasien sudah mendapatkan
vaksin TT berapa kali, kapan dan dimana mendapatkannya. Imunisasi TT
diberikan 1x selama hamil dengan dosis 0,5 cc pada lengan atas. Apabila ibu
belum pernah imunisasi TT atau masih ragu perlu diberikan TT sejak
kunjungan 1 sebanyak 2x dengan jadwal minimal 1 bulan atau 4 minggu. (5)
Penyuluhan yang pernah didapat Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pasien. Penyuluhan yang didapat biasanya KIE tentang persiapan persalinan,
tanda bahaya trimester III.
(F) Riwayat Keluarga Berencana Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang
digunakan serta untuk mengetahui keluhan yang dialami Ibu sebagai efek
samping dari alat kontrasepsi yang digunakan.
(G) Kebiasaan sehari-hari Mengkaji pada makan Ibu meliputi frekuensi komposisi,
kwantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk 20 mengetahui
apakah gizi Ibu baik atau buruk, pola makan ibu teratur atau tidak. Kebiasaan
sehari-hari meliputi : (1) Nutrisi Dalam nutrisi kita mengkaji pola makan. Hal
ini apakah dapat mempengaruhi peningkatan berat badan dan pemenuhan
nutrisi tubuh yang meliputi : (a) Makanan : teratur atau tidak (b) Frekuensi :
sehari makan berapa kali Jenis :Sayur : macam-macam sayur apa saja Lauk :
macam-macam lauk apa saja Kuah : macam-macam kuah apa saja (2)
Eliminasi BAB harus ada dalam 3 hari post partum dan BAK harus sudah
dilakukan spontan dalam 6 jam post partumyang meliputi : (a) BAB/ BAK :
dalam sehari berapa kali. (b) Konsistensi : lunak / cair. (3) Istirahat Istirahat
yang cukup untuk mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan, tidur siang
kurang 1 jam, tidur pada malam kurang lebih 7 jam. 21 (4) Aktifitas Hal ini
dikaji untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan ibu sehari-hari yang
berpengaruh terhadap peningkatan berat badan. Apabila aktivitas yang terlalu
berat dapat menyebabkan kelelahan akan berdampak pada perkembangan
janin. l) Psikososial Dikaji untuk mengetahui perubahan perasaan dan respon
alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, perubahan fisik dan emosional
selama beberapa bulan kehamilan.
b) Data Objektif Data objektif adalahdata yang dapat diobservasi dan diukur oleh
perawat (Nursalam, 2009)
(A) Pemeriksaan Fisik (1) Keadaan Umum Keadaan umum pasien diamati mulai
saat pertama kali bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda
vital. Keadaan Baik jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan. Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu
kurang atau memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain
dan pasien sudah tidak mampu 22 lagi untuk berjalan sendiri (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat umumnya
keadaan umum nya menurun (Prawirohardjo, 2014). (2) Kesadaran
Composmentis (sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), apatis (kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), somnolen (keadaan
kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri
tetapi jatuh tidur lagi), delirium, semi koma dan koma (kesadaran yang
menyerupai koma) (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat kesadaran composmentis
(Prawirohardjo, 2014). (3) Tanda-tanda vital Tanda tanda vital yang diukur,
meliputi: (a) Tekanan darah Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg
(Waliyani & Purwoastuti, 2015). Pada Ibu bersalin 23 dengan Pre Eklamsia
Berat memiliki tekanan darah ≥160/1100 mmHg (Nugroho, 2012). (b) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan
lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5 - 38oC
(Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia
Berat apabila terjadi syok suhu tubuh 36,5oC - 37oC (Prawirohardjo, 2014).
(c) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normal 60 – 80 x / menit (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin
dengan Pre Eklamsia Berat apabila terjadi syok maka akan terjadi takikardi
yaitu nadi 80 – 90 x/menit (Prawirohardjo, 2014). (d) Respirasi Untuk
mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas
normal 20-30 x/menit (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin
dengan Pre Eklamsia Berat apabila mengalami syok pernapasan 16 - 24 x/
menit (Prawirohardjo, 2014).14 24 b) Pemeriksaan Sistematik (1) Kepala
:Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala pada rambut untuk
menilai warna kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). (2) Muka :Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau
tidak, ada oedema dan cloasma gravidarum atau tidak (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat terjadi
oedema pada muka (Walyani, 2015). (3) Mata :Untuk mengetahui apakah
konjungtiva pucat atau tidak, sklera ikterik atau tidak, mata cekung atau tidak
(Walyani dan Purwoastuti, 2015). (4) Hidung :Untuk mengetahui apakah ada
benjolan atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). (5) Mulut dan gigi
:Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada caries dan 25 karang
gigi atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). (6) Telinga :Bagaimana
keadaan daun telinga, liang telinga, ada serumen atau tidak (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). (7) Leher :Untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar thyroid dan ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak (Walyani
dan Purwoastuti, 2015). (8) Dada :Untuk mengetahui apakah ada kelainan
bentuk atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). (9) Mammae :Untuk
mengetahui bentuk payudara kanan dan kiri simetris atau tidak, ada kelainan
atau ada bekas operasi atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). c)
Pemeriksaan khusus Obstetri (Lokalis) (1) Abdomen Ada bekas operasi atau
tidak, hal ini untuk mengetahui adanya kelainan pada abdomen (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). Jika pada ibu dengan Pre Eklamsia Berat perlu 26
diwaspadai adanya pembesaran tidak sesuai dengan umur kehamilan, karna
pada bisa terjadi peningkatan berat badan 1 kg atau lebih setiap minggu. (a)
Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan penglihatan dari ujung rambut sampai kaki
(Walyani, 2015). (b) Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan kebidanan pada
abdomen dengan menggunakan maneuver leopold untuk mengetahui keadaan
janin didalam abdomen (Walyani, 2015). Pemeriksaan palpasi yaitu meliputi:
Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri. Dengan demikian tua
kehamilan dapat diketahui. Leopold II : Untuk menentukan batas samping
uterus dan dapat pula ditentukan letak punggung janin yang membujur dari
atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala. Letak memanjang
punggung kiri/kanan. 27 Leopold III : Untuk menentukan bagian apa yang
terletak di sebelah bawah. Kepala sudah masuk panggul. Leopold IV : Untuk
menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas
panggul. (c) Auskultasi Auskultasi digunakan untuk mengetahui detak jantung
janin, lokasi punctum maksimum, tempat frekuensinya, denyut jantung normal
120 – 160 x/menit (Walyani, 2015). Pada ibu dengan Pre Eklmasia Berat perlu
diwaspadai adanya komplikasi denyut jantung janin yang abnormal yaitu 160
x/menit. (2) Genetalia Apakah oedeme, verises, pengeluaran cairan dan
kelainan atau tidak (Walyani dan Purwoastuti, 2015). (3) Anus :Untuk
mengetahui adanya haemoroid atau kelainan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
(4) Ekstremitas : Apakah ada oedema varices, atau tidak, reflek patella positif
/ negatif (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada ibu bersalin dengan Pre
Eklamsia Berat terjadi oedema pada tangan dan kaki (Walyani, 2015). 28 d)
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mengetahui kadar protein urin, pemeriksaan darah, hemoglobin dan
hematokrit, trombosit (Nugroho, 2012).
2) Langkah II : Interpretasi data Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik (Walyani, 2015).
(1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah rumusan dari hasil pengkajian
mengenai kondisi klien berdasarkan hasil analisa yang diperoleh (Walyani, 2015).
Diagnosa : Ny. XG..P..A..Umur .... tahun,dengan Pre Eklamsia Berat. Data Dasar : (a)
Data Subjektif Menurut Nursalam (2009), data subjektif ibu bersalin patologi dengan
Pre Eklamsia Berat yaitu : Ibu mengeluh lemah dan pusing, nyeri epigastrum,
pandangan mata kabur dan kadang muntah-muntah (Prawirohardjo, 2014). (b) Data
Objektif a. Keadaan umum Pada kasus ibu bersalin keadaan umumnya lemah. 29 b.
Tanda – tanda vital Tekanan darah : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu 160/110
mmHg (Nugroho, 2012). Nadi : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu 80 – 90 x/menit
(Prawirahardjo, 2014). Suhu : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu 36,5oC – 37oC
(Prawirohardjo, 2014). Respirasi : Pada kasus Pre Eklamsia Berat yaitu 16 – 24
x/menit (Prawirohardjo, 2014). c. Pemeriksaan penunjang: Proteinurine + 4 d. Urin:
produksi urin lebih dari 100 cc/4 jam (Rukiyah & Yulianti, 2015). e. Ekstremitas
muka, tangan dan kaki oedema (Walyani, 2015). (2)Masalah Permasalahan yang
muncul berdasarkan dari pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat
adalah nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, gangguan kesadaran
(Prawirohardjo, 2014) (3)Kebutuhan Berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan
fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi, 2012). Kebutuhan untuk
30 Ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat yaitu support mental dari keluarga,
miring kiri dan istirahat cukup.
3) Langkah III : Diagnosa Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang ada dan
membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan buruk yang timbul
(Walyani, 2015). Diagnosa potensial pada pasien dengan Pre Eklamsia Beratadalah
Eklamsia (Sukarni dan Sudarti,2014).
4) Langkah IV : Antisipasi dan Tindakan Segera Tindakan segera oleh bidan dan/dokter
untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain (Waliyani,
2015). Pada kasus ibu Pre Eklamsia Berat yaitu dosis awal berikan 4 gram MgSO4
secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit dan dosis pemeliharaan berikan infus 6
gram dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram secara IM selanjutnya
diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).
5) Langkah V : Rencana Tindakan Pada langkah ini untuk merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Walyani, 2015). 31
Menurut Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat yaitu: 1) Tirah baring ke
kiri secara intermitten. 2) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%. 3) Pemberian
anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan dan terapi
kejang. Syarat pemberian MgSO4: a) Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit. b)
Reflek patella (+) c) Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau
0,5mL/KgBB/jam d) Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10 mL Cara
pemberian MgSO4: Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10cc) selama 15
menit. Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam
(Prawirohardjo, 2014). 4) Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg Jenis
obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin, dosis awal 10-20
mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak
boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya
boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014). 32
6) Langkah VI : Penatalaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman (Walyani, 2015). Menurut Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat
yaitu: 1) Tirah baring ke kiri secara intermitten. 2) Infus Ringer Laktat atau Ringer
Dekstrose 5%. 3) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
sebagai pencegahan dan terapi kejang. Syarat pemberian MgSO4: a) Frekuensi
pernapasan minimal 16x/menit. b) Reflek patella (+) c) Urin minimal 30 mL/jam
dalam 4 jam terakhir atau 0,5mL/KgBB/jam d) Siapkan ampul Kalsium Glukonas
10% dalam 10 mL Cara pemberian MgSO4: Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (40%
dalam 10cc) selama 15 menit. Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam
larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram
IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014). 4) Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥
180/110 mmHg Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: 33
Nifedipin, dosis awal 10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120
mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi
sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014).
7) Langkah VII : Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan diagnosa atau masalah (Walyani, 2015). Evaluasi akhir pada kasus ibu bersalin
patologi dengan Pre Eklamsia Berat yaitu agar tidak terjadi Eklamsia
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Anamnesa dilakukan oleh : Nina Yunita
Tempat : Klinik Al-Hikmah
Tanggal : 16 Februari 2023 pukul 16.00 WIB

3.1.1 DATA Subjektif


A. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. I
Umur : 26 tahun Umur : 26 tahun
Suku/ bangsa : jawa Suku/ bangsa : jawa
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Kepuhrubuh, Siman, Ponorogo

B. Keluhan utama
Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir darah kurang
lebih sejak pukul 13.00 WIB ( 16 februari 2023).

C. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 13 tahun
2) Siklus : ±28 hari
3) Lama : ±7 hari
4) Banyaknya : ganti pembalut 3x sehari
5) Keluhan : selama mentruasi ibu tidak mengalami nyeri yang hebat, hanya
mengalami nyeri ringan di hari pertama dan tidak sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari
D. Riwayat perkawinan
1) Usia pertama menikah: 25 tahun
2) Status pernikahan : Sah
3) Lama menikah : ± 1 tahun

E. Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan KB

F. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Nif
Kehamilan Persalinan Anak
as
N
o
A
Ko
Cara SI
Usia Pen ndi
masal peno melahirka BB/PB/J masal ek Usia
kehama yuli si
ah long n&tempat K ah sl saat ini
ilan t saat
bersalin us
ini
if
1 Hamil ini

G. Riwayat hamil ini


1) Ibu mengatakan HPHTnya tanggal 11-5-2022. Selama hamil ini ibu rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan.
Pada trimester I ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 3x. 2x di dokter
SPOG dan 1x di bidan. Di awal kehamilannya ibu mengalami keluhan mual muntah
keluhan mual muntah. Ibu mendapat terapi : B6 dan asam folat
Pada trimester II ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 4x.
selama trimester II ibu jarang mengalami keluhan. Ibu mendapatkan terapi Fe
Pada Trimester III ibu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Di
Trimester III ibu mengalami keluhan sering pusing dan kram. Bidan menganjurkan
untuk istirahat cukup dan tidak boleh beraktivitas yang berlebihan. Ibu
mendapatkan vitamin FE dan Kalk

H. Riwayat kesehatan ibu


Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit seperti kurang
darah, darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, penyakit ginjal, dan ibu tidak
menderita penyakit HIV, syphilis, dan hepatitis
I. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti jantung, kencing manis,
asma, ginjal tetapi ada yang memiliki penyakit darah tinggi yaitu ibu. Dalam keluarga
juga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti batuk lama, HIV dan penyakit
kuning.
3.1.2 Data Objektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,6°c

d. Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak pucat, tidak oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih tidak ada gangguan
penglihatan
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis dan pembesaran
kelenjar tiroid
Payudara : bersih, simetris, tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal, kolostrum
+/+
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Leopold I :Pada fundus teraba lunak, kurang
bulat, kurang melenting (kesan
TFU bokong).
:31 cm ( Mc. Donald)
Leopold II :Pada sisi kanan perut ibu teraba
datar, keras, panjang seperti
papan (kesan punggung), dan
pada sisi kiri perut ibu (kesan
ektremitas).
Leopold III :Teraba bulat, keras dan
melenting(kesan kepala), susah
digoyangan (sudah masuk PAP)
Leopold IV :Divergen
Perlimaan : 4/5 bagian
TBJ : (31 – 11) x 155 = 3.100 gram
Kontraksi 10’ : 1 x 40”
Denyut Jantung Janin : 145 x/menit, reguler
Palpasi kandung kemih : Kosong
Ekstremitas : pada ektremitas bawah ada oedema pada ekstremitas kanan dan kiri, tidak
ada varises.pada ekstremitas atas tidak ada oedem dan tidak ada varises
Genetalia : nampak lendir bercampur darah, tidak ada
kondiloma, tidak oedema, tidak ada varises
Anus : tidak ada hemoroid
Pemeriksaan Dalam (Tanggal 15 Februari 2023 Pukul 16.10 WIB)
V/V : Terdapat lendir bercampur darah
Pembukaan : 2 cm
Efficement : 25%
Ketuban : utuh
Bagian terdahulu : belum teraba
Hodge :I
Bagian terendah : belum teraba
Molase : belum teraba

e. Data Penunjang
1) Laboratorium tanggal 16-1-2023
Golongan darah : A
Hemoglobin : 12.0
Protein Urine : + (positif 1)
HIV : NR
Hepatitis : NR
HBSAg : NR

3.2 Interpretasi Data


Ny. K G1P0A0 40 minggu, janin Tunggal, Hidup, Intrauteri inpartu kala 1 fase laten dengan
Pre-Eklamsia Berat (PEB).

3.3 Diagnosa Potensial


Eklamsia

3.4 Tindakan Segera


1) Melakukan stabilisai pasien
2) Kolaborasi dengan dokter

3.5 Perencanaan
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan asuhan selanjutnya yang akan diberikan
Rasional: pengetahuan tentang hasil pemeriksaan dapat menurunkan rasa takut akibat
ketidaktahuan dan meningkatkan partisipasi ibu dalam pelaksanaan intervensi serta
meningkatkan kepercayaan.
2) Dukung klien selama kontraksi dengan teknik pernafasan dan relaksasi.
Rasional : memungkinkan klien untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari istirahat,
mencegah kelelahan otot dan dapat memperbaiki aliran darah uterus. Memberikan
kesempatan untuk partisipasi aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
3) Berikan inform concent terhadap tindakan yang akan dilakukan
Rasional : Pemberian inform concent dapat memberikan rasa nyaman terhadap pasien dan
perlindungan terhadap bidan
4) Pasang cairan infus RL
Rasional: Pemberian cairan digunakan untuk mencegah terjadinya syok
5) Berikan dosis awal MgSO4 4 gram IV ( 40 % dalam 10 cc)
Rasional: Pemberian dosis awal MgSO4 bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang
6) Lakukan rujukan ke rumah sakit
Rasional : Rujukan dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang ditimbulkan
dari penyulit yang saat ini di derita oleh klien

3.6 Penatalaksanaan
1) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini kondisi janinnya sehat dan ibu saat ini ibu
memasuki fase persalinan namun terdapat masalah pada tensi yang tinggi dan terdapat
protein urin +1 sehingga perlu dilakukan pertolongan persalinan di RS.
Evaluasi: ibu mengerti dengan keadaannya dan lebih merasa lega
2) Mendukung ibu selama kontraksi dengan teknik pernapasan dan relaksasi, apabila ibu
mengalami kesakitan/ kontraksi maka ibu dapat menarik nafas dalam dari hidung dan
dikeluarkan lewat mulut.
Evaluasi : Ibu mengerti dan melaksanakannya
3) Memberikan inform concent terhadap ibu sebagai bukti persetujuan tindakan yang akan
dilakukan
Evaluasi: ibu menyetujui
4) Memasakang cairan infus RL
Evaluasi: ibu bersedia dipasang infus
5) Memberikan dosis awal MgSO4 4 gram secara IV ( 40% dalam 10 cc)
Evaluasi: ibu bersedia diberikan suntikan MgSo4 dan tidak ada keluhan selama pemberian
terapi
6) Melakukan rujukan ke RS
Evaluasi: ibu bersedia dilakukan rujukan ke rumah sakit

3.7 Evaluasi
Tanggal : 16 Februari 2023
Pukul : 16.25 WIB
Subyektif Obyektif Assessment Planning
Ibu TD : 160/100 Ny. S G1P0A0 1) Memberitahu
mengatakan mmHg 40 minggu hasil
merasakan V/V: Terdapat T/H/I Inpartu pemeriksaan
kenceng- lendir kala 1 fase laten bahwa saat
kenceng dan bercampur dengan PEB ini kondisi
mengeluarkan darah janinnya
lendir darah Pembukaan : 2 sehat dan ibu
kurang lebih cm saat ini ibu
sejak pukul Efficement: memasuki
13.00 WIB ( 25% Ketuban +, fase
16 februari H1 persalinan
2023). Protein urin: +1 namun
terdapat
masalah pada
tensi yang
tinggi dan
terdapat
protein urin
+1 sehingga
perlu
dilakukan
pertolongan
persalinan di
RS. Ibu
mengerti
2) Memasakang
cairan infus
RL. Ibu
bersedia
dilakukan
pemasangan
infus
3) Memberikan
dosis awal
MgSO4 4
gram secara
IV (40%
dalam 10 cc).
Ibu bersedia
dan tidak ada
keluhan
selama
pemberian
terapi.
4) Melakukan
rujukan ke
RS. Ibu
bersedia
dilakukan
rujukan ke
Rs
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada
Ny.K dengan Pre eklamsia Berat (PEB) dengan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori
dengan praktek yang dialami penulis saat melakukan studi kasus.

1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Menurut Nugroho (2012), data
subjektif pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) adalah ≥ 160/110 mmHg ibu
mengeluh tekanan darahnya tinggi. Pada pengumpulan data subjektif Ny.S mengatakan ini
kehamilan pertama. Keluhan utama pada waktu masuk ibu merasakan kenceng-kenceng dan
keluar lendir darah. Pada data objektif Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis,
TTV : TD : 160/100 mmHg, R: 22x/menit, N : 80x/menit, S: 36,6 C, ekstermitas bawah oedema,
pengeluaran pervaginam lendir darah, pembukaan 2 cm, Hb: 12 g/dL, protein urin: +1, golongan
darah: A, HbsAg dan hepatitis: (-). Sehingga dapat disimpulkan Pada langkah ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.
2. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang
spesifik (Walyani, 2015).Permasalahan yang muncul berdasarkan dari pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin patologi
dengan Pre Eklamsia Berat adalah nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala,
gangguan kesadaran (Prawirohardjo, 2014).Berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan fisik
ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi, 2012). Diagnosa kebidanan pada kasus
ini yaitu Ny. S G1P0A0 40 minggu T/H/I Inpartu kala I fase laten dengan Pre Eklamsia Berat
(PEB). Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang ada dan
membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan buruk yang timbul (Walyani,
2015).Diagnosa potensial pada pasien dengan Pre Eklamsia Berat adalah Eklamsia (Sukarni
dan Sudarti, 2014). Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.
4. Tindakan Segera
Tindakan segera oleh bidan dan/dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain (Waliyani, 2015). Pada kasus ibu Pre Eklamsia Berat yang terjadi
pada faskes primer maka perlu melakukan stabilisasi pasien dan segera melakukan rujukan ke
fasilitas keehatan yang lebih mumpuni. Pada kasus ini tindakan yang dilakukan yaitu
melakukan kolaborasi dan melakukan stabilisasi pasien dengan memasang cairan infus.
Sehingga tidak terdapat keenjangan antara teori dengan kasus.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) menurut Kemenkes
(2013) tatalaksana umumnya segera merujuk ke rumah sakit dengan memperhatikan
pencegahan kejang. Pada kasus pasien dilakukan rujukan ke rumah sakit dan dilakukan
stabilisasi sebelum dilakukan perjalanan dengan pemberian dosis awal MgS04. Sehingga dapat
disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
6. Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Walyani, 2015).Pelaksanaan tindakan pada kasus
ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) disesuaikan dengan perencanaan yang telah
dibuat sehingga, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.
7. Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau masalah (Walyani,
2015). Pada kasus ini evaluasi yang didapat dari Ny.S setelah diberikan asuhan yang diperoleh
hasil dengan keadaan umum : Baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu sudah merasa
nyaman dan ibu bersedia untuk dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.L dengan Pre Eklamsia
Berat (PEB) dengan menerapkan manajemen Varney dapat diambil kesimpulan :
1) Pada pengkajian Ny. S G1P0A0 40 minggu dengan Pre Eklamsia Berat (PEB)
diperoleh data subjektif dan data objektif. Dari data subjektif diperoleh keluhan utama
pada waktu masuk ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng dan keluar lender
darah sejak pukul 13.00 (16 februari 2023) , sedangkan data objektif diperoleh dari
pemeriksaan fisik, keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, TD : 160/100
mmHg, Noedema pada kaki, pengeluaran pervaginam lendir darah, pembukaan : 2 cm,
, Protein urin : +1
2) Interpretasi data diperoleh diagnosa kebidanan yaitu Ny.S G1p0A0 40 minggu T/H/I
Inpartu kala 1 laten dengan Pre EklamsiaBerat (PEB)
3) Diagnosa potensial yang mungkin akan muncul dari kegawatdaruratan tersebut yaitu
eklamsia
4) Antisipasi yang dilakukan pada kasus tersebut yaitu dengan melakukan stabilisasi dan
segera melakukan rujukan ke RS
5) Rencana tindakan yang diberikan pada kasus PEB jika terjadi di faskes dasar yaitu
melakukan stabilisasi dengan segera memberikan dosis awal MgSO4 untuk mencegah
terjadinya kejang dan tetap menjaga kenyamanan pasien serta segera melakukan
rujukan
6) Pelaksanaan pada kasus Ny.S G1P0A0 dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) telah
diberikan stabilisasi tahap awal dengan pemberian MgSO4 dan segera merujuk ke RS
7) Evaluasi dari asuhan yang diberikan klien mendapat penanganan tahap awal yang baik
yaitu pemberian dosis awal MgSO4 4 gram dan setelah dilakukan rujukan klien
mendapat perawatan yang intensif di rumah sakit sehingga tidak terjadi komplikasi.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulisakanmenyampaikan saran yang mungkin
bermanfaat yaitu :
1) Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan dalam menangani kasus atau
melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia
Berat (PEB).
2) Bagi Lahan Praktik
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan cara meningkatkan
mutu pelayanan dengan manajemen kebidanan secara tepat dan profesional, sehingga
pasien merasa puas dan nyaman dengan hasil pelayanan yang diberikan khususnya
pada kasus ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB).
3) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif untuk pemecahan masalah dan
untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan kenyataan di
lapangan.
4) Bagi Pasien Diharapkan pasien atau keluarga selama masa kehamilan melakukan
pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara teratur sehingga kasus Pre Eklamsia Berat
(PEB) dapat terdeteksi secara dini.
DAFTAR PUSTAKA

Diastuti Putri Utami. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny.U G2P1A0 Umur 36 tahun
Hamil 38+6 minggu dengan Pre Eklamsia Berat di RSUD Assalam Gemolong Sragen tahun
2014. Surakarta: STIKes PKU Muhammadiyah
Maryunani, A, Puspita, E.2013. Asuhan KegawatdaruratanMaternal & Neonatal. Jakarta Timur:
Trans Info Media
Nugroho, T.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
prawirohardjo, S.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Rukiyah, A. Y, Yulianti, L.2015. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan 4. Jakarta Timur: Trans
Info Medika
Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogjakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, E. S, Purwoastuti, E.2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai