LK Nifas Siska
LK Nifas Siska
LK Nifas Siska
Disusun Oleh :
Siska Dwiyanti 2250351049
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
STASE NIFAS
Bdn Sri Yuniarti, MKM Nina Herdiana ST., Bdn Siska Dwiyanti
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia limpahan, rahmat taufik serta
hidayah-Nya. Sehingga tugas makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Penulisan makalah dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas stase bayi baru
lahir. Penulis menyadari isi laporan kasus ini banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Semoga Allah SWT Allah senantiasa menjadikan kita sebagai umat yang mau selalu
berusaha dan menuntut ilmu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
pembaca dan bagi ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perineum merupakan bagian penting pada saat proses persalinan yang sangat
sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan pada saat proses persalinan
secara alami. Selain itu, perineum juga berfungsi sebagai pengontrol aktivitas buang air
besar (BAB), buang air kecil (BAK) dan aktivitas seksual bagi ibu pasca melahirkan.
Robekan atau ruptur yang terjadi pada saat proses persalinan disinyalir dapat
mengakibatkan gangguan fungsi dasar otot panggul yang dapat mempengaruhi aktivas
kontrol BAB, BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan (Sulistyawati, 2016).
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat meluas
ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2015).
Dalam persalinan sering terjadi perlukaan pada perineum baik itu karena robekan
spontan maupun episiotomi. Di Indonesia laserasi perineum dialami oleh 75% ibu
melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran
spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan
29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013). Ruptur perineum adalah perlukaan
jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak
menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan
bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi
fakum, trauma alat dan episiotomi. (sumarah, 2014). Rupture perineum terjadi pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala
janin terlahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro,
2015). Ruptur perineum dapat mengakibatkan dampak jangka panjang dan pendek pada
ibu. Inkontinensia anal merupakan dampak jangka panjang pada cedera perineum yang
dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan perempuan yang mengarah ke
ketidaknyamanan, rasa malu dan penarikan diri dari lingkungan sosial (Sumarah, 2014).
Perdarahan adalah dampak jangka pendek dari ruptur perineum yang terjadi pada setiap
persalinan melalui vagina. Selama tahun 2010 – 2013 penyebab tertinggi angka kematian
ibu adalah perdarahan. Penyebab perdarahan utama pasca persalinan adalah atonia uteri
sedangkan robekan jalan lahir terutama ruptur penineum merupakan penyebab kedua
1
(Wiknjosastro, 2015) Luka pada perineum akibat ruptur atau laserasi merupakan daerah
yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Bila proses penyembuhan
luka tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan tidak sempurnanya
penyembuhan luka ruptur tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan tidak dapat
berhenti dengan baik ataupun menyebabkan terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab sangat menunjang
untuk perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung
kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir, tetapi sangat kecil
kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik (Bahiyatun, 2016). Perawatan
perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea
dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat
pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir. Waktu
penyembuhan luka pada jalan lahir dipengaruhi oleh faktorfaktor diantaranya yaitu faktor
internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya adalah usia ibu, personal hygiene, gizi.
Adapun faktor eksternal antara lain lingkungan, tradisi, pengetahuan, status ekonomi,
penanganan petugas. Tingkat pengetahuan seorang ibu berpengaruh bagaimana seorang
ibu dalam melakukan perawatan luka pada jalan lahir dan bagaimana seorang ibu
memperhatikan kesehatannnya dengan memilih makanan- 4 makanan yang memiliki
nilai gizi yang berguna untuk mempercepat proses penyembuhan lukanya (Prawiroharjo,
2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil studi kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Nifas 10 jam di Puskesmas Cipongkor.
B. Tujuan
C. Manfaat
1. Manfaat praktis
Secara praktis hasil dari studi kasus ini dapat menjadi masukan bagi tenaga
kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. Dan bagi pihak lain
2
laporan kasus ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi untuk
2. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dan menambah kajian ilmu kebidanan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masa Nifas
1. Definisi nifas
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa
persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah
berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42
hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan (Azizah dan Rosyidah, 2019).
1. Puerperium dini
2. Puerperium intermediate
3. Puerperium remote
Remote puerperium yakni masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian ibu dapat mengalami fase-
1
a. Fase taking in
sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya pasif dan tergantung,
proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung
skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak
ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari
ibu.
c. Fase letting go
barunya yang berlangung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu agar lebih mandiri dalam
2
Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang
terjadi.
pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi kesehatan dll termasuk
administrator.
nifas
perdarahan berlanjut.
berhasil dilakukan.
3
Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
Involusi rahim
4
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari bawah pusat.
keadaan sebelum hamil. Pada ibu yang telah mempunyai anak biasanya
uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai
anak. Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil,
permukaan kasar, tidak rata dan kira – kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya sebesar
Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja, dan
Perubahan pada cairan vagina (lochia) Dari cavum uteri keluar cairan
5
a. Lochia Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel, yang
menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
c. Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada
yang meregang selama kehamilan. Ibu nifas akan mengalami beberapa derajat
tingkat diastatis recti, yaitu terpisahnya dua parallel otot abdomen, kondisi ini
diastatis recti bergantung pada kondisi umum wanita dan tonus ototnya,
abodimalnya atau tidak. Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu
6
dapat mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya akan
bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5 hari post partum. Hal ini
akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa urine dan trauma pada
periode post partum. Bisa trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek
Anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri
perineum terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal
diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum
minggu ke empat
Muskuloskeletal
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2
stria menetap
Endokrin
7
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset
pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum. Pada hormon pituitary
minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3. Lamanya seorang wanita
kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen
Kardiovaskular
perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak menurun dan Selama
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun dan faktor pembekuan darah
meningkat. Perubahan tanda- tanda vital yang terjadi masa nifas a. Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 – 380C)
sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirka, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila dalam keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembekuan ASI. b. Nadi Denyut
nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi
setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
8
Hematologi Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih
hingga 15.000 selama proses persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari
pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih meningkat
hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita mengalami
kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml, seksio secaria 1000
ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang hingga akhir masa
postpartum sebanyak 1500 ml, yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800
Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses laktasi
dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-800 kal/ hari.
Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe) diminum untuk
melalui ASI.
Mobilisasi
Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat tidur,
miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur ½ duduk, turun dari tempat
tidur setelah 24 jam Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa
9
lebih sehat dan kuat, Faal usus dan kandung kemih lebih baik, Ibu juga dapat
merawat anaknya
Eliminasi
terganggu, Infeksi. Miksi normal dalam 2-6 jam PP dan setiap 3-4 jam Jika
BAB harus dilakukan 3-4 hari PP Jika tidak →laksan atau parafin
/suppositoria. Ambulasi dini dan diet dapat mencegah konstipasi. Agar BAB
teratur : diet teratur, pemberian cairan yang banyak, latihan dan olahraga.
Personal hygiene
Ibu nifas rentan terhadap infeksi, unttuk itu personal hygiene harus dijaga,
yaitu dengan
Seksual
Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang biasa pada 6
minggu PP, secara fisik, aman, setelah darah dan dapat memasukkan 2-3 jari
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Penelitian pada 199 ibu multipara hanya 35
% ibu melakukan hubungan seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri
persalinan.
B. Luka perineum
1. Pengertian
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Rukiyah,2010; h.361)
Rupture adalah robek. dan perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila
di lipat dari bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior dan region
anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositasiskia secara horizontal.
Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum merupakan robekan jalan lahir baik di
sengaja ataupun tidak untuk memperluas jalan lahir.
2. Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu di
lahirkan kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirakan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat
dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.
Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5- 6 cm tengah
membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter
kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi terjadinya robekan.
Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat atau bernafas dengan cepat pada
waktunya.(Winkdjosastro,2008; h.46).
11
1) Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di tolong (sebab
paling sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3) Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang
berlebihan
4) Edema dan kerapuhan perineum Varikositas vulva yang melemahkan
jaringan perineum
5) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior
6) Perluasan episiotomy.
b. Faktor-faktor janin
1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal
3) Kelahiran bokong
4) Ekstrasi forceps yang sukar
5) Distosia bahu
6) Anomali kongenital seperti hidrosepalus.
(Oxorn,2010; h.451)
5. Luka perineum
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu :
a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara almiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
12
persalinan. Biasanya ruptur bentuknya tidak teratur sehingga jarinagn yang
robek sulit dilakukan jahitan.(Rukiyah,2010; h.361)
b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perinium untuk memperbesar
muara vagina yang dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir. (Rukiyah,
2010; h.361)
6. Perawatan Luka Perinium
a. Pengertian perawatan luka perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan
anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi
luka jalan lahir/ episiotomi.
b. Tujuan Perawatan Perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan.
Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan perineum dan
memberikan rasa nyaman pada pasien. (Maryuni,2011; h.696)
c. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut).
7. Waktu Perawatan
a. Pada saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian
pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b. Pada saat buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni pada rektu akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Pada saat buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
13
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
Perawatan perinium dengan laserasi selama 10 hari, yaitu :
a. Ganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik
sehinga tidak bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari depan kebelakang sehingga menghindari penyebaran
infeks dari anus ke vagina.
c. Aliran atau bilas dengan air hangat/cairan antiseptik pada area perineum setelah
defekasi. Keringkan dengan air pembalut atau ditepuk-tepuk, dari arah vagina ke
anal.
d. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.
e. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak nyaman, atasi dengan mandi
berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah
diinginkan.
f. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada
daerah tersebut.
g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah
disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun
saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan
pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
14
kemampuan dalam sekresi insulin dapat di hambat, sehingga dapat
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
c. Sarana Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptic.
d. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,
misalnya kebiasaan kerak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi
asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. ikan
protein-kalori. (Rukiyah,2010; h.361-362)
9. Tindakan Perawatan Luka
a. Alat- alat dan bahan
1) Botol
2) Baskom dan gayung atau shower air hangat
3) Handuk bersih
4) Air hangat
5) Pembalut nifas
6) antiseftik
b. Persiapan pasien
1) Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan
2) Jaga privasi pasie
3) Beri posisi dorsal recumbent.
c. Tindakan
1) Mencuci tangan
2) Mengisi botol plastic yang dimiliki dengan air hangat
3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastic.
4) Berkemih dan BAB ke toilet.
5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
7) Pasang pembalut dari depan ke belakang.
8) Cuci kembali tangan.
d. Evaluasi
1) Perineum tidak lembab
2) Posisi pembalut tepat
3) Ibu merasa nyaman (Rukiyah,2010; h.364)
15
10. Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
berikut ini :
a. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembang biakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.
b. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih
lemah (http://Perawatan Luka Perineum)
16
karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraselular. Juga, histamin
dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi,
plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular
selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan
nyeri.
2) Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel
yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka;
kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi
jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3 %
sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai
59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80%
kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu
dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
3) Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka.
Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan
parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus
berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi
tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.
17
nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERIODE POST NATAL
I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny.K Nama Suami : Tn.H
Umur : 38 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku/Kebangsaan : Sunda/Indo Suku/Kebangsaan : Sunda/Indo
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat rumah : kp. Cimaja 5/5Desa Sirnagalih
Telp : Telp :
No Jaminan Kesehatan : 0003176012xxx
B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 07-02-2023 Pukul : 09.00 WIB
2. Keluhan – keluhan : ibu mengatakan masih nyeri luka jahitan.
C. Riwayat Kehamilan:
1. Keluhan yang dirasakan pada kehamilan yang lalu ( bila ada jelaskan ) :
a) Rasa Lelah : tidak
b) Mual dan muntah yang lama : tidak
c) Nyeri perut : tidak
d) Panas, menggigil : tidak
e) Sakit kepala berat/ terus menerus : tidak
f) Penglihatan kabur : tidak
g) Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak
h) Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tidak
i) Pengeluaran cairan pervaginam : keputihan gatal, tidak berbau, tidak
berwarna
j) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak
k) Oedem : tidak
2. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita : tidak
3. Riwayat penyakit keluarga : tidak
D. Riwayat Persalinan
1
1. Ibu
a. Waktu Persalinan : 13-02-2023 Jam 09.42 WIB
b. Tempat melahirkan : Poned Puskesmas Cipongkor
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Persalinan Ke :7
e. Jenis persalinan : Spontan, belakang kepala √
Lain – lain ………………………………….
Kala IV : tidak
Lengkap √
Kelainan : tidak
i. Perineum : Utuh.
√ Robekan tingkat : derajat 2
Episiotomi : …………………….
Anestesi : ………………………
j. Perdarahan : Kala I : 50 ml
Kala II : 150 ml
Kala IV : 50 ml
Kala II : 42 Menit
Kala IV : 2 Jam
2. Bayi.
a. Lahir tgl : 13-02-2023 Pukul : 09.42 WIB
b. BB : 3500 gr PB : 50 cm
c. Nilai APGAR : 9/10
d. Catat Bawaan : tidak
e. Masa Gestasi : 39-40 minggu
Keramas : 2x/minggu
3
Perawatan payudara : setiap mandi
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
4
Kesadaran : compos mentis
2. Kepala
Rambut : bersih
3. Leher
a. Dada
b. Payudara.
Lain-lain : ………………………………………………….
5
5. Abdomen
a. Uterus
Varices : tidak
Kemerahan : tidak
Edema : tidak
8. Genetalia
Lochea
Konsistensi : kental
Jumlah Pengeluaran : 3 cc
Vulva/Vagina
Haematoma : tidak
Edema : tidak
Varices : tidak
Perineum
Laserasi : derajat 2
6
9. Anus
Haemoroid : tidak
B. Data Penunjang
Laboratorium.
III. ANALISA
1. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan
ini dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk semula dan sedangkan nyeri
luka jahitan adalah hal yang wajar karena pada perineum ibu baru saja dilakukan
penjahitan dan memberitahu ibu agar tidak usah takut untuk bergerak.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu belajar miring kiri, miring kanan dan
7
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan bounding attachment yaitu rawat gabung antara
ibu dan bayinya agar terjalin ikatan batin antara ibu dan bayi
8. Menjelaskan pada ibu tentang perawtan luka perineum yaitu siapkan alat-
alatnya:botol, baskom, dan gayung atau shower air hangat, handuk bersih, air hangat,
pembalut nifas.Periapan pasien : beritahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan, jaga privasi pasien, dan beri poisi dorsal recumbent.Tindakan yang
dilakukan yaitu: mencuci tangan terlebih dahulu, mengii botol plastic yang dimiliki
dengan air hangat, buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah
mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung plastic,
berkemih dan BAB ketoilet, semprotkan ke seluruh perineum dengan air,
keringankan perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakanag, pasang
pembalut dari depan ke belakang, dan cuci tangan kembali.
8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum yaitu
Ny. K umur 38 tahun P7A0 di Puskesmas Cipongkor pada tahun 2023, maka penulis
dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Telah dilakukan pengkajian data pada ibu nifas dengan luka perineum terhadap Ny.
K usia 38 tahun P7A0 di Puskesmas Cipongkor tahun 2013.
luka perineum terhadap Ny. K usia 38 tahun P1A0 10 jam post partum normal, yang
diperoleh dari data subjektif dan data objektif, yaitu dengan masalah luka perineum
dengan kebutuhan perawatan luka perinueum
3. Tidak didapatkan Identifikasi diagnosa/masalah asuhan kebidanan ibu nifas normal
tahun P1A0 dengan perawatan luka perineum di Puskesmas Cipongkor tahun 2023
6. Telah dilaksanakan Asuhan Kebidanan ibu nifas terhadap Ny. K usia 38 tahun
terhadap Ny. K usia 38 tahun P7A0 dengan perawatan luka perineum di Puskesmas
Cipongkor tahun 2023 bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksanakan
dan dievaluasi dengan hasil yang baik yaitu keadaan ibu dalam keadaan baik.
B. Saran
1
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, A.2020.Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Terhadap Bayi Ny.E di PMB Dona
Marisa Desa Cahyou Randu Wilayah Tulang Bawang Barat.Diploma
Thesis.Tanjungkarang
Hamidah, Febi.2017.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah.Jakarta
Herman.2020. The Relationship Of Family Roles And Attitudes In Child Care With Cases Of
Caput Succedeneum In Rsud Labuang Baji, Makassar City In 2018.Jurnal institusi
Penelitian.Vol.1(2)
Juliarti dan Choerunnisa.2022.Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal di PMB Hasna
Dewi Kota Pekanbaru. Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal).Vol.2(1)
Kemenkes RI. 2019.Permenkes RI No. 4 Tahun 2019 Tentang Izin dan Penyelengaraan Bidan.
Maternity D, dkk.2018.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita Dan Anak Prasekolah.Andi
Yogyakarta
Sondakh J. 2017.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Erlangga
Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 2019
Wahyuni ED.2018.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta.Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.