Kasus Hak Cipta

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

2.

Kasus Mengenai Hak Cipta

Hak Cipta Film Dalam Perkara Perdata Di Jakarta Nomor: 93/Pdt/Sus


Hak-Cipta/2013/PN. NIAGA. JKT. PST. Kasus Film Bung Karno: Indonesia Merdeka

Pada awal perkara, Rachmawati Soekarno Putri melakukan tuntutan atas


kepemilikan dari naskah film Soekarno, atau yang lebih dikenal Bung Karno:
Indonesia Merdeka yang diambil dari pagelarang Dharma Gita Maha Guru pada
Tahun 2011 dan 2012. Sebagai anak kandung dari mantan presiden Republik
Indonesia yang pertama yaitu Soekarno yang memiliki karakter yang dikenal dengan
karisma Bung Karno, Rachmawati mempunyai inisiatif agar naskah Bung Karno:
Indonesia Merdeka dijadikan sebuah film layar lebar yang mempunyai nilai sejarah
dengan pengenalan Presiden pertama Indonesia tersebut tentang bagaimana
perjuangan pada zaman penjajahan hingga Indonesia merdeka.

Atas inisiatifnya, Rachmawati berdiskusi dengan seorang artis senior, yaitu


Widyawaty untuk pengembangan film tersebut dengan mencari para pemeran tokoh
yang dalam hal ini dikenal sebagai aktris dan aktor untuk memerankan soekarno dan
tokoh-tokoh lainnya dalam Film Soekarno atau yang dikenal Bung Karno: Indonesia
Merdeka.

Setuju dengan pendapat Rachmwati, Widyawanti memberikan saran bahwa yang


menyutradarai film tersebut adalah Hanung Bramantyo, dan pada akhirnya
Widyawanti mengenalkan Rachmawati dengan sutradara yang terkenal hebat tersebut
dalam menyutradarai film dan mencari aktor dan aktris. Kemudian, Hanung
Bramantyo mengenalkan Rachmawati dengan Ram Jendral Punjabi selaku produser
film. Hasil dari pertemuan mereka membuahkan hasil yaitu terjadinya kesepakatam
untuk membuat Film Socakrno atau Bung Karno: Indonesia Merdeka.

Sebagai pencipta dari naskah dalam pembuatan film tersebut, Rachmawati


memberikan saran, ide, dan pendapat tentang karakteristik dan hal lain yang
berhubungan dengan casting film tersebut. Content atau kegiatan produksi film yang
mana dalam hal ini PT. Tripal Multivision Plus dan Ram Jenthal Punjabi, sehingga
pelaksanaan pembuatan film tersebut dibuat dalam sebuah perjanjian kerjasama antara
PT. Tripal Multivision Plus yang diwakili Ram Jenthal Punjabi dengan Rachmawati
Soekarno Putri.

Dari naskah Soekarno yang dimiliki oleh Rachmawati, dibuat lah script skenario
pertama yang dilakukan oleh Ben Sihombing dan Hanung Bramantyo yang telah
disetujui oleh Rachmawatir. Selanjutnya scipt kedua yang diserahkan oleh Ram
Jenthal Punjabi akhirnya disetujui oleh Rachmawati. Setelah memasuki script ketiga,
terjadi kesepakatan antara Rachmawati dan Ram Jenthal Punjabi, dan Hanung
Bramantyo untuk mecari pemera tokoh film dalam hal ini adalah aktor dan artist
terutama yang dapat menjadi pemeran utama Soekarno, dari pembicaraan tersebut
diusulkan nama aktor yaitu Aryo Bayu selaku pemeran dari Soekarno.

Setelah itu Rachmawati melakukan dialog dengan Aryo Bayu yang diusulkan
sebagai pemeran tokoh Soekarno, dari dialog tersebut Aryo Bayu mengaku bahwa ia
tidak memiliki karakteristik Soekarno, dan tidak memiliki atau mendalami rasa
nasionalisme, serta tidak mengenal riwayat perjuangan Soekarno karena Aryo tinggal
di luar Negeri selama 11 tahun. Pada akhirnya Rachmawati, Hanung Bramantyo, dan
Ram Jethmal sepakat untuk tidak memakai Aryo Bayu sebagai pemeran dari Soekarno.
Tetapi, tanpa sepengathuan Rachmawati, ternyata Ram Jethmal dan Hanung
Bramantyo melakukan shooting tanpa seizin Rachmawati dalam pembuatan film
Soekarno dengan para pelaku diantaranya Aryo Bayu, Maudy Kusnadi, Lukman Sardi,
dan lain-lain, dimana perlu di ingat sudah terjadi kesepakatan untuk tidak memakai
Aryo Bayu untuk peran Soekarno.

Film Soekamo diproduksi dan tidak sesuai dengan naskah milik Rachmawati
selaku pemegang hak cipta dan diperankan oleh seorang aktor yang tidak mengenal
pribadi Soekarno, maka jelas tidak akan menghadirkan film yang sebagaimana
diharapkan, maka akan menimbulkan kerugian apabila film tersebut tetap ditayangkan
di layar lebar dan dapat merusak citra bangsa Indonesia karena tidak sesuai dengan
naskah yang sesungguhnya.

Karakteristik perjuangan Soekarno dan sejarah peruangannya sampai Indonesia


merdeka, adalah syarat utama dalam penyusunan naskah film tersebut, yang apabila
tidak sesuai maka nilai perjuangan Soekarno akan hilang. Agar film tersebut tidak
merugikan Rachmawati menyesatkan masyarakat akan perjuangan Soekarno, sudah
sepatutnya film Soekarno dihentikan peredarannya atau dicegah peredarannya atau
menyimpan bukti- bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta dan hak terkait
untuk menghindari terjadinya penghilangan barang bukti. Tindakan Hanung
Bramantyo dan Ram Jenthal merupakan pelanggran hak cipta karena mereka
melakukan penyiaran, mengumumkan, mengedarkan, atau memperbanyak film
tersebut tanpa izin dari Rachmawati.

Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, Rachmawati memohon kepada


Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk menerbitkan penetapan sementara, untuk
mencegah dan menghentikan perderan film Soekarno, dan menghentikan film
soekarno yang dilakukan oleh PT. Multivision Plus, Ram Jenthal, Hanung Bramantyo,
di layar lebar Indonesia. Tetapi, meskipun penetapan sementara telah dikeluarkan
Film Soekarno masih beredar bebas di bioskop Indonesia, dan akhirnya diperingatkan
kembali oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Akhirnya Ram Jenthal selaku produser
dan Hanung Bramantyo selaku suradara, menyerahkan master film Soekarno beserta
script film Soekarno.

Sehari sebelum dikeluarkan penetapan sementara oleh Pengadilan Niaga Jakarta


Pusat, Rachmawati melalui kuasa hukumnya, Turman M. Panggabean, SH, MH telah
mengajukan gugatan pada tanggal 9 Desember 2013 dan telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Perkara HAKI pada tanggal 10
Desember 2013 dengan nomor Perkara 93/Pdt/Sus-Hak Cipta/2013/PN.Niaga Jkt. Pst.

Sidang pertama akhirnya dilaksanakan pada Tanggal 23 Desember 2013 yang


dibuktikan dengan ada Relasi Panggilan Sidang. Selanjutnya, setelah melalui jawaban,
replik, dan duplik, akhirnya putusan akhir dicakan oleh Hakim, tanggal 10 Maret
2014 dan isinya memenangkan pihak Rachmawati.

Tidak terima dengan putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pihak PT Tripar
Mutivision, Ram Jethmal Punjabi, dan Hanung Bramantyo mengajukan kasasi di
Mahkamah Agung, dan akhrnya pada isinya memenangkan pihak PT Tripar
Mutivision, Ram Jethmal Punjabi, dan Hanung Bramantyo. Dan Rachmawati kembali
menyerahkan scipt dan master film Soekarno. Berikut pertimbangan-pertimbangan
hakim dan putusannya.

Pertimbangan Hukum oleh Hakim pada Putusan Perkara Nomor 93/Pdt.Sus.-Hak


Cipta/2013/PN.Niaga:Dalam tingkat pertama pokok perkara Nomor 93/Pdt.Sus.-Hak
Cipta/2013/PN.Niaga berhasil memenangkan pihak Ibu Racmawati. Pertimbangan
Majelis Hakim dalam pokok perkara yang pertama adalah Yang dimaksud hak cipta
adalah menurut ketentuan Pasal 1 butir (1) Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC) adalah Hak Eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk menggunakan atau memperbanyak ciptaan atau memberikan
izin untuk itu dan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut Peraturan
Perundang- undangan yang berlaku.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak kebendaan
yang bersifat khusus, hak cipta memiliki sifa dan karakter yang sedikit berbeda
dengan hak kebendaan pada umumnya. Hakekat kriteria dan sifat dari hak cipta, baik
secara implisit maupun ekspisit terkadang dalam beberapa pasal UUHC yaitu Pasal 1
ayat (1), Pasal 2, Pasal 3, dan penjelasan Pasal 4 ayat (1) yaitu:

a. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta atau
pemegang hak untuk mengumumkan dan memperbanyak atau menyewakan
ciptaannya;

b. Hak cipta timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dialihkan;

c. Hak cipta dikategorikan sebagai benda bergerak;

d. Hak cipta dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya penyalahgunaan hak cipta dapat
terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat, lisensi, atau sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Hak cipta merupakan satu kesatuan dengan penciptanya dan tidak dapat disita,
kecuali jika hak-hak tersebut diperoleh secara melawan hukum;

Yang dimaksud Pencipta menurut ketentuan Pasal 1 butir (2) UUHC menyatakan,
"Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikirannya, imajinasi,
kecakapan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi." Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir (3) UUHC, menyatakan
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

Selanjutnya mengenai pertimbangan hakim apakah penggugat sebagai pencipta


atas naskah Film Soekarno atau dikenal Bung Karno: Indonesia Merdeka yang
didasarkan pada alat bukti beserta keterangan saksi dan ahli, maka diperoleh fakta
bahwa pagelaran milik Rachmawati, yaitu Pagelaran Dharma Gita Maha Guru yang
mengisahkan tentang perjalanan hidup Soekarno dari lahir sampai meninggal ditulis
oleh penggugat yang sekaligus sebagai sutradara dan produser dari pagelaran tersebut,
karena penggugat sangat mengenal Soekarno dengan baik, hal ini dikarenakan
penggugat merupakan anak kandung dari Soekarno. Pagelaran tersebut sudah tiga kali
digelar dan selalu mendapat respon positif dari penontonnya, pertama kali pada tahun
2010, kedua 2011, ketiga 2012.

Dalam pagelaran tersebut, saksi Widyawati Sophiaan memerankan Ibu Fatmawati


baik pada pagelaran yang pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan tokoh utama yaitu
Soekarno, pada pagelara pertama dan kedua diperankan oleh Andre Djarot, dan
pagelaran terakhir diperankan oleh Anjasmara.

Dari fakta tersebut diatas, penggugat telah menciptakan sebuah karya seni yang
berbentuk khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keasliannya sebagai ciptaan yang
lahir berdasarkan kemampuan kreatifitas atau eahlian sehingga ciptaan dapat dilihat,
dibaca, atau didengar yaitu berupa pagelaran karya seni Dharma Gita Maha Guru.

Berawal dari karya seni ciptaannya, penggugat berkeinginan untuk menjadikan


film Soekarno menjadi film layar lebar, setelah itu penggugat menceritakan
keinginannya dan berkonsultasi kepada saksi, Widyawati Sophiaan. Penggugat
menanyakan siapa yang tepat untuk menyutradarai film tersebut, akhirnya saksi
Widyawati Sophiaan menyarankan Tergugat III, Hanung Bramantyo, karena saksi
pernah bekerja sama beberapa kali dengan Tergugat III dan hasilnya selalu bagus.
Pada akhirnya saksi, Widyawati Sophiaan memperkenalkan penggugat dengan
tergugat II dan tergugat III, di Hotel Kempinski untuk membicarakan tentang rencana
kerjasama pembuatan film Soekarno.

Bahwa dari bukti dapat dilihat bahwa terdapat surat bukti, yaitu diperoleh fakta
bahwa telah ada perjanjian kerja sama untuk memproduksi Film layar Lebar dengan
judul "Bung Karno" tanggal 17 Oktober 2011 antara penggugat dengan PT. TRIPAR
Multivision Plus (Tergugat I), dan Ram Jenthmal Punjabi (Tergugat II) dengan sumber
referensi dan sumber-sumber lainnya, saran-saran, ide-ide, dan pendapat sehubungan
dengan casting film, kegiatan produksi film penggugat.

Selanjutnya, naskah ciptaan yang dibuat oleh penggugat yang berasal dari
Pagelaran Dharma Gita Maha Guru, dibuat skenario film oleh Ben Sihombing selaku
penulis skenario fim bersama dengan Terugat III sebagai sutradara, sedangkan aktor
yang terpilih untuk memerankan Soekarno adalah aktor Aryo Bayu.

Didalam dunia perfilman, terdapat istilah film maker atau pembuatan film dimana
setiap negara memiliki kriteria tersendiri tentang siapa yang dapat disebut film maker.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produser film adalah sebagai the sole
author atas sebuah film, tetapi banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa
produser film dan sutradara film beserta penulis skenario film sebagai pencipta film
secara kolaborasi di Indonesia. Didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009
Tentang Perfilman disinggung tentang film maker, yaitu, "Setiap orang yang memiliki
potensi dan kompetensi dalam perfilman dan berperan dalam pembuatan film"

Dalam pertimbangan majelis hakim tingkat pertama disebutkan bahwa karya


sebuah film terdapat berbagai jenis hak cipta yang dimiliki oleh pencipta yang
berbeda-beda, misalnya hak cipta atas naskah film, dan hak cipta yang terkait dengan
musik, lagu, koreografi yang dijadikan soundtrack film, aktor dan perfoma para
pemain film dalam melaksanakan isi skenario film menjadi suatu acting sesuai dengan
karakter dari tokoh yang diperankan olehnya masing-masing mempunyai hak cipta
dari karya film tersebut adalah produser yang berkewajiban mencantumkan
nama-nama penciptanya dalam produksi film.

Selanjutnya, pertimbangan Majelis Hakim untuk pokok permasalahan yang kedua,


berdasarkan penjelasan pada bagian umum paragraph 5 UUHC, maka penggugat
selain mempunyai hak cipta atas naskah film Soekarno juga mempunyai hak moral
yang melekat pada penggugat, karena penggugat adalah salah satu anak kandung dari
Soekarno dan penggugat juga sebagai ahli waris Soekarno.

Penggugat menuntut ganti rugi materil yaitu Rp. 1,- dan kerugian immaterial Rp.
1.- hal ini didasari penggugat karena penggugat tidak mencari materi melainkan hanya
untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah yang tidak dapat dinilai dengan uang.Sesuai
dengan ketentuan didalam pasal 24 butir (1), (2), (3), dan (4) Undang-Undang Hak
Cipta menyatakan:

(1) Pencipta atau ahli warisnya berhak mewakili pemegang hak cipta supaya nama
pencipta tetap dicantumkan dalam ciptannya;
(2) Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan ahli
warisnya daam hal pencipta telah meninggal dunia;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap
perubahan judul dan anak judul ciptaan pencantuman dan perubahan nama
atau nama samara pencipta;
(4) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptannya sesuai dengan
keputusan dalam masyarakat;

Dalam pertimbangan tersebut disinggung mengenai pendapat ahli, Vincensius Henry


Soelistyo Budi bahwa sepatutnya apabila ada beberapa pihak yang mengadakan
perjanjian tentang pembuatan film dan ternyata salah satu diantaranya mengundurkan
diri maka sepatutnya pembuatan film tersebut tidak dilanjutkan maka telah terjadi
pelanggaran hak cipta Pembuatan film Soekarno ternyata tetap dilanjutkan dan tidak
mencantumkan nama penggugat sebagai pencipta naskah film Soekarno tersebut,
maka perbuatan Terugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah melanggar hak cipta
beserta hak eknomi, dan hak moral penggugat, oleh karena itu terhadap tuntutan
materil dan immateril penggugat harus dikabulkan.Putusan Hakim pada perkara
Nomor 93/Pdt. Sus.-Hak Cipta/2013/PN.Niaga Dalam eksepsi, menolak eksepsi
tergugat I, tergugat II dan tergugat III untuk seluruhnya. Dalam pokok perkara dan
konvensi:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian

2. Menyatakan Penggugat adalah pencipta atas naskah film "Bung Karno: Indonesia
Merdeka"

3.Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat bertanggung jawab secara


tanggung renteng membayar Rp. 1,-kepada Penggugat

4. Menolak gugatan selain dan selebihnya

Putusan Hakim pada perkara Nomor 305K/Pdt.Sus-HKI/2014: Mengabulkan


permohonan kasasi dari para pemohon kasasi: 1. PT TRIPAR MULTIVISION PLUS,
2 Ram jethmal Punjabi, 3. Hanung bramantyo tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
93/Pdt/Sus HAK- CIPTA/2013//PN.NIAGA JKT.PST., tanggal 10 Maret 2014. Dalam
eksepsi, Dalam eksepsi, menolak eksepsi tergugat I, tergugat II dan tergugat III untuk
seluruhnya.

Dalam pokok perkara dan konvensi:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai