Kasus Hak Cipta
Kasus Hak Cipta
Kasus Hak Cipta
Dari naskah Soekarno yang dimiliki oleh Rachmawati, dibuat lah script skenario
pertama yang dilakukan oleh Ben Sihombing dan Hanung Bramantyo yang telah
disetujui oleh Rachmawatir. Selanjutnya scipt kedua yang diserahkan oleh Ram
Jenthal Punjabi akhirnya disetujui oleh Rachmawati. Setelah memasuki script ketiga,
terjadi kesepakatan antara Rachmawati dan Ram Jenthal Punjabi, dan Hanung
Bramantyo untuk mecari pemera tokoh film dalam hal ini adalah aktor dan artist
terutama yang dapat menjadi pemeran utama Soekarno, dari pembicaraan tersebut
diusulkan nama aktor yaitu Aryo Bayu selaku pemeran dari Soekarno.
Setelah itu Rachmawati melakukan dialog dengan Aryo Bayu yang diusulkan
sebagai pemeran tokoh Soekarno, dari dialog tersebut Aryo Bayu mengaku bahwa ia
tidak memiliki karakteristik Soekarno, dan tidak memiliki atau mendalami rasa
nasionalisme, serta tidak mengenal riwayat perjuangan Soekarno karena Aryo tinggal
di luar Negeri selama 11 tahun. Pada akhirnya Rachmawati, Hanung Bramantyo, dan
Ram Jethmal sepakat untuk tidak memakai Aryo Bayu sebagai pemeran dari Soekarno.
Tetapi, tanpa sepengathuan Rachmawati, ternyata Ram Jethmal dan Hanung
Bramantyo melakukan shooting tanpa seizin Rachmawati dalam pembuatan film
Soekarno dengan para pelaku diantaranya Aryo Bayu, Maudy Kusnadi, Lukman Sardi,
dan lain-lain, dimana perlu di ingat sudah terjadi kesepakatan untuk tidak memakai
Aryo Bayu untuk peran Soekarno.
Film Soekamo diproduksi dan tidak sesuai dengan naskah milik Rachmawati
selaku pemegang hak cipta dan diperankan oleh seorang aktor yang tidak mengenal
pribadi Soekarno, maka jelas tidak akan menghadirkan film yang sebagaimana
diharapkan, maka akan menimbulkan kerugian apabila film tersebut tetap ditayangkan
di layar lebar dan dapat merusak citra bangsa Indonesia karena tidak sesuai dengan
naskah yang sesungguhnya.
Tidak terima dengan putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pihak PT Tripar
Mutivision, Ram Jethmal Punjabi, dan Hanung Bramantyo mengajukan kasasi di
Mahkamah Agung, dan akhrnya pada isinya memenangkan pihak PT Tripar
Mutivision, Ram Jethmal Punjabi, dan Hanung Bramantyo. Dan Rachmawati kembali
menyerahkan scipt dan master film Soekarno. Berikut pertimbangan-pertimbangan
hakim dan putusannya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak kebendaan
yang bersifat khusus, hak cipta memiliki sifa dan karakter yang sedikit berbeda
dengan hak kebendaan pada umumnya. Hakekat kriteria dan sifat dari hak cipta, baik
secara implisit maupun ekspisit terkadang dalam beberapa pasal UUHC yaitu Pasal 1
ayat (1), Pasal 2, Pasal 3, dan penjelasan Pasal 4 ayat (1) yaitu:
a. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta atau
pemegang hak untuk mengumumkan dan memperbanyak atau menyewakan
ciptaannya;
d. Hak cipta dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya penyalahgunaan hak cipta dapat
terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat, lisensi, atau sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Hak cipta merupakan satu kesatuan dengan penciptanya dan tidak dapat disita,
kecuali jika hak-hak tersebut diperoleh secara melawan hukum;
Yang dimaksud Pencipta menurut ketentuan Pasal 1 butir (2) UUHC menyatakan,
"Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikirannya, imajinasi,
kecakapan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas
dan bersifat pribadi." Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir (3) UUHC, menyatakan
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Dari fakta tersebut diatas, penggugat telah menciptakan sebuah karya seni yang
berbentuk khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keasliannya sebagai ciptaan yang
lahir berdasarkan kemampuan kreatifitas atau eahlian sehingga ciptaan dapat dilihat,
dibaca, atau didengar yaitu berupa pagelaran karya seni Dharma Gita Maha Guru.
Bahwa dari bukti dapat dilihat bahwa terdapat surat bukti, yaitu diperoleh fakta
bahwa telah ada perjanjian kerja sama untuk memproduksi Film layar Lebar dengan
judul "Bung Karno" tanggal 17 Oktober 2011 antara penggugat dengan PT. TRIPAR
Multivision Plus (Tergugat I), dan Ram Jenthmal Punjabi (Tergugat II) dengan sumber
referensi dan sumber-sumber lainnya, saran-saran, ide-ide, dan pendapat sehubungan
dengan casting film, kegiatan produksi film penggugat.
Selanjutnya, naskah ciptaan yang dibuat oleh penggugat yang berasal dari
Pagelaran Dharma Gita Maha Guru, dibuat skenario film oleh Ben Sihombing selaku
penulis skenario fim bersama dengan Terugat III sebagai sutradara, sedangkan aktor
yang terpilih untuk memerankan Soekarno adalah aktor Aryo Bayu.
Didalam dunia perfilman, terdapat istilah film maker atau pembuatan film dimana
setiap negara memiliki kriteria tersendiri tentang siapa yang dapat disebut film maker.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produser film adalah sebagai the sole
author atas sebuah film, tetapi banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa
produser film dan sutradara film beserta penulis skenario film sebagai pencipta film
secara kolaborasi di Indonesia. Didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009
Tentang Perfilman disinggung tentang film maker, yaitu, "Setiap orang yang memiliki
potensi dan kompetensi dalam perfilman dan berperan dalam pembuatan film"
Penggugat menuntut ganti rugi materil yaitu Rp. 1,- dan kerugian immaterial Rp.
1.- hal ini didasari penggugat karena penggugat tidak mencari materi melainkan hanya
untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah yang tidak dapat dinilai dengan uang.Sesuai
dengan ketentuan didalam pasal 24 butir (1), (2), (3), dan (4) Undang-Undang Hak
Cipta menyatakan:
(1) Pencipta atau ahli warisnya berhak mewakili pemegang hak cipta supaya nama
pencipta tetap dicantumkan dalam ciptannya;
(2) Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan ahli
warisnya daam hal pencipta telah meninggal dunia;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap
perubahan judul dan anak judul ciptaan pencantuman dan perubahan nama
atau nama samara pencipta;
(4) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptannya sesuai dengan
keputusan dalam masyarakat;
2. Menyatakan Penggugat adalah pencipta atas naskah film "Bung Karno: Indonesia
Merdeka"
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
93/Pdt/Sus HAK- CIPTA/2013//PN.NIAGA JKT.PST., tanggal 10 Maret 2014. Dalam
eksepsi, Dalam eksepsi, menolak eksepsi tergugat I, tergugat II dan tergugat III untuk
seluruhnya.