Struktur Gedung Grand Kamala Lagoon
Struktur Gedung Grand Kamala Lagoon
Struktur Gedung Grand Kamala Lagoon
Dosen Pembimbing I
Budi Suswanto, S.T., M.T., Ph.D.
ii
TUGAS AKHIR–RC14-1501
Dosen Pembimbing I
Budi Suswanto, S.T., M.T., Ph.D.
Advisor I:
Budi Suswanto, S.T., M.T., Ph.D.
ii
MODIFIKASI GEDUNG GRAND KAMALA LAGOON
BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETON
PRACETAK
Abstrak
Metode beton pracetak merupakan metode yang digunakan
dalam perancangan bangunan disamping metode konvensional
dengan cara cor ditempat. Seiring dengan perkembangannya,
metode beton pracetak kini semakin banyak diaplikasikan dalam
pembangunan bangunan seperti pada gedung, jembatan, maupun
konstruksi lainnya. Penggunaan metode beton pracetak didasari
pada beberapa keungggulan yang dimilikinya dibandingkan
metode konvensional (cor ditempat). Dalam pelaksanaannya
metode beton pracetak memiliki keunggulan dalam kecepatan
pengerjaan dan kontrol kualitas beton itu sendiri.
Struktur gedung apartemen Grand Kamala Lagoon pada
kondisi sebenarnya memakai metode cor setempat dan memiliki
tinggi 45 lantai serta basement 2 lantai akan dimodifikasi menjadi
15 lantai serta 1 lantai basement. Gedung apartemen Grand Kamala
Lagoon ini akan dirancang menggunakan metode pracetak pada
elemen balok, pelat dan kolom. Sedangkan pada elemen tangga dan
pondasi direncanakan menggunakan metode cor ditempat (cast in
situ). Jumlah jenis tipe dari elemen struktur yang berbeda sedapat
mungkin dibuat seminimal mungkin. Hal ini karena elemen
pracetak akan sangat ekonomis bila digunakan pada bangunan
yang memiliki tipe tipikal. Pondasi gedung ini akan dirancang
menggunakan pondasi tiang pancang. Gedung ini juga akan
dirancang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
iii
dengan dinding geser. Dengan demikian, beban gravitasi dan
lateral 25% dipikul oleh rangka serta 75% dipikul oleh dinding
geser.
Hasil dari perencanaan ulang gedung GKL ini meliputi
ukuran balok induk 50/70, ukuran balok anak 30/40, dan ukuran
kolom 100 x 100 cm. Perancangan gedung ini juga menggunakan
shear wall yang juga difungsikan sebagai dinding lift. Sambungan
antar elemen pracetak menggunakan sambungan basah dan konsol
pendek.
iv
MODIFICATION OF BUILDING DESIGN
GRAND KAMALA LAGOON IN BEKASI
USING PRECAST CONCRETE
Abstract
Precast concrete method is a method used in building design in
addition to conventional methods by cast in situ. Along with the
development, precast concrete method is now more widely applied
in the construction of buildings such as buildings, bridges, and
other construction. The use of precast concrete method is based on
some of its superiority compared to conventional method (cast in
situ). In the implementation the precast concrete method has an
advantage in the speed of progressing and the quality control of
the concrete itself.
v
The results of this redesign of Grand Kamala Lagoon are the
dimension of main beam 50/70, sub beam 30/40, and column 100 x
100 cm. The design of this building also uses shear wall which also
functioned as elevator wall. The connection between precast
elements uses wet connection and short console.
vi
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
viii
ix
DAFTAR ISI
x
xi
xii
xiii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
“Halaman ini sengaja dikosongkan
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas jurnal-jurnal dan
dasar teori menyangkut perencanaan Gedung Apartemen
Grand Kamala Lagoon secara umum dengan menggunakan
beton pracetak secara khusus.
2.2 Beton Pracetak
Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton
biasa. Namun yang menjadikan berbeda adalah metoda
pabrikasinya. Pada umumnya dianggap bahwa penggunaan beton
pracetak lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran
ditempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting,
mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih
sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead
yang dikeluarkan menjadi lebih kecil (Ervianto,2006).
dibandingkan cast in-situ teknologi beton pracetak mempunyai
beberapa keunggulan keunggulan yaitu:
1) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan.
2) Tenaga yang dibutuhkan tiap unit komponen lebih kecil
dikarenakan pelaksanaan pekerjaan dimungkinkan
secara seri.
3) Menggunakan tenaga buruh kasar sehingga upah relatif
lebih murah.
4) Waktu konstruksi yang relatif lebih singkat karena
pekerja lapangan (di lokasi proyek) hanya mengerjakan
cast in-situ dan kemudian menggabungkan dengan
komponen-komponen beton pracetak.
5) Beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dicapai di
lingkungan pabrik.
6) Produksinya hampir tidak terpengaruh cuaca.
7) Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih
kecil, hal ini disebabkan durasi proyek yang lebih
singkat.
8
8
9
Gambar 2.3 Pelat pracetak (a) Single Tee dan (b) Double Tees
(Sumber: PCI Design Handbook 6th Edition)
10
2.3.2 Balok
Untuk balok pracetak (Precast Beam), ada tiga jenis
balok yang sering atau umum digunakan
1) Balok berpenampang persegi (Retangular Beam):
Keuntungan dari balok jenis ini adalah sewaktu
fabrikasi lebih mudah dengan bekisting yang lebih
ekonomis dan tidak perlu memperhitungkan
tulangan akibat cor sewaktu pelaksanaan.
2.3.3 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
10
11
Kebutuhan
struktur Monolit Tidak monolit
Jenis sambungan Basah Kering
Tergolong rendah,
karena dibutuhkan
Toleransi dimensi Lebih tinggi akurasi yang tinggi
Kebutuhan waktu
agar berfungsi Perlu setting time Segera dapat
secara efektif berfungsi
Ketinggian Maksimal 25
bangunan - meter
Sumber: Wulfram I. Ervianto (2006)
12
13
Overtopping
Sengkang balok
Balok pracetak
Konsol pendek (cor di tempat)
Sengkang kolom
post-tensioning rod
grout
coupler
bearing strips
`
Gambar 2. 10 Posisi titik angkat pelat (4 buah titik angkat)
16
17
18
19
20
21
24
25
BAB III
METODOLOGI
Preliminary Design
Kontrol
Tidak
Ya
Pembebanan Struktur
Permodelan dan
Analisa Struktur Utama
Kontrol
Tidak
Ya
Kontrol
Stabilitas Tidak
Ya
Metode Pelaksanaan
Gambar Rencana
Selesai
𝑳
hmin= 𝟏𝟔 ( 3.2 )
digunakan apabila fy = 420 Mpa
𝑳 𝒇𝒚
hmin= 𝟏𝟔 (𝟎, 𝟒 − 𝟕𝟎𝟎) ( 3.3 )
digunakan untuk fy selain 420 Mpa
𝑳
hmin= (𝟏, 𝟔𝟓 − 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝒘𝒄) ( 3.4 )
𝟏𝟔
3
digunakan untuk nilai wc 1440 sampai 1840 kg/m
Dimana,
= rasio dimensi panjang terhadap pendek.
𝛼𝑚 =nilai rata - rata dari 𝛼𝑓 untuk semua balok pada tepi
dari suatu panel.
3.3.1. Perencanaan Balok Anak
Untuk penentuan dimensi balok anak perhitungan sama
dengan perhitungan balok induk.
3.3.2. Perencanaan Tangga
Perencanaan desain awal tangga mencari lebar dan tinggi
injakan.
60 cm ≤ 2t + i ≤ 65 cm ( 3.7 )
Dimana,
t = tinggi injakan
i = lebar injakan
α = sudut kemiringan tangga
(25° ≤ α ≤ 40°)
Untuk penulangan tangga, perhitungan penulangan pelat
bordes dan pelat dasar tangga dilakukan sama dengan perencanaan
tulangan pelat dengan anggapan tumpuan sederhana (sendi dan rol).
Perencanaan tebal tangga ditentukan ses uai ketentuan dalam
perhitungan dimensi awal pelat.
3.3.3. Perencanaan Struktur Atap
Konstruksi atap direncanakan berfungsi sebagai pelindung
komponen yang ada di bawahnya dalam gedung ini melindungi
mesin elevator. Atap direncanakan hanya sebagai beban bagi
konstruksi utama sehingga dalam perhitungannya dilakukan secara
terpisah.
3.3.4. Perencanaan Lift
Lift merupakan alat transportasi manusia dari satu lantai ke
lantai lain dalam sebuah gedung. Perencanaan lift disesuaikan
dengan jumlah lantai dan perkiraan jumlah penggunaan lift. Dalam
perencanaan lift, metode perhitungan yang dilakukan merupakan
analisis terhadap konstruksi ruang tempat lift dan balok penggantung
katrol lift.
Ruang landasan diberi kelonggaran (pit lift) supaya pada saat
lift mencapai lantai paling bawah, lift tidak membentur dasar
landasan, di samping itu berfungsi menahan lift apabila terjadi
30
1. Beban Mati
Beban mati adalah beban-beban yang bekerja vertikal ke
bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan,
seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan partisi yang
dapat dipindahkan. Beban mati yang digunakan pada
perancangan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983) yang tertera pada Tabel 3.3.
30
31
Langit-langit + 18 kg/m2
penggantung
Lantai ubin semen 24 kg/m2
portland
Spesi per cm tebal 21 kg/m2
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa ada atau tidak ada
pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Semua beban
hidup mempunyai karakteristik dapat berpindah atau bergerak.
Secara umum beban ini bekerja dengan arah vertikal ke bawah,
tetapi kadang-kadang dapat berarah horizontal. Beban hidup
diperhitungkan berdasarkan pendekatan matematis dan menurut
kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan konstruksi di
Indonesia. Untuk menentukan secara pasti beban hidup yang
bekerja pada suatu lantai bangunan sangatlah sulit, dikarenakan
fluktuasi beban hidup bervariasi, tergantung dan banyak faktor.
Oleh karena itu, faktor beban – beban hidup lebih besar
dibandingkan dengan beban mati. Peraturan yang digunakan
dalam perancangan beban hidup berdasarkan Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983) pada
Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Beban hidup pada struktur
Beban hidup pada lantai gedung Besar Beban
Lantai kantor, toko, hotel 250 kg/m2
Lantai dan balkon dari ruang pertemuan 400 kg/m2
Tangga, bordes tangga, dan gang 300 kg/m2
Lantai untuk: gudang, ruang alat, dan ruang
mesin 400 kg/m2
Beban pekerja 100 /m2
3.4.1 Beban Gempa
Analisa pembebanan gempa pada gedung ini mengacu pada SNI
1726-2012, dengan tinjuan lokasi gempa dari daerah Jakarta. Adapun
langkah-langkanya yaitu:
1. Menetapkan kategori risiko bangunan berdasarkan Tabel 1
halaman 14-15.
32
dengan :
𝑾𝒙 𝒉𝒙 𝒌
CVX = 𝒌 ( 3.20 )
(∑𝒏
𝒊=𝟏 𝒘𝒊 𝒉𝒊 )
Keterangan :
Cvx = Faktor distribusi vertikal
wi dan wx = Bagian dari berat total seismik efektif struktur (W)
yang ditempatkan pada tingat i atau x
hi dan hx = Tinggi dari dasar ke tingkat i atau x
k = Eksponen yang terkait dengan periode struktur yang
nilainya sebagai berikut :
- untuk struktur dengan periode ≤ 0,5 s, k =1
- untuk struktur dengan periode ≥ 2,5 s, k=2
- untuk struktur dengan periode antara 0,5 s sampai 2,5 s, k=2
atau ditetapkan dengan interpolasi antara 1 dan 2
f) Menghitung distribusi horizontal gaya di tiap lantai
dengan persamaan (3-21) (SNI-1726-2012 pasal 7.8.4)
𝑽𝒙 = ∑𝒏𝒊=𝟎 𝑭𝒊 ( 3.21 )
Keterangan :
Fi = bagian dari gaya geser dasar seismik yang terjadi pada
tingkat i
11. Melakukan analisis modal respon spektrum
Analisis modal respon spektrum dilakukan menggambar grafik
respon spektrum rencana ke dalam program analisis struktur.
Ketentuan mengenai penggambaran grafik respon spektrum
dijelaskan pada Gambar 3.2.
34
35
38
39
4. Menentukan harga m
𝒇𝒚 (3.33)
𝒎=
𝟎, 𝟖𝟓 𝒇𝒄′
5. Menentukan Rn
𝑴𝒏 (3.34)
𝑹𝒏 =
ф𝒃𝒅𝟐
Diketahui harga Ø ditentukan
(SNI 2847:2013 pasal 9.3)
6. Hitung rasio tulangan yang dibutuhkan :
𝟏 𝟐 𝒙 𝒎 𝒙 𝑹𝒏 (3.35)
𝒑= (𝟏 − √𝟏 − )
𝒎 𝒇𝒚
7. Menentukan luas tulangan (AS) dari ῤ yang didapat
𝑨𝑺
𝝆= → 𝑨𝒔 (3.36)
𝒃𝒙𝒅
=𝝆𝒙𝒃𝒙𝒅
8. Menentukan jumlah tulangan
𝑨𝒔𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑻𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 = (3.37)
𝟏 𝟐
𝟒×𝝅×∅
9. Menghitung jarak tulangan
𝒃−𝒏×∅𝑳−𝟐𝒅′ −𝟐∅𝑺 (3.38)
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑻𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 =
𝒏−𝟏
3.7.1.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok
Perencanaan penampang geser harus didasarkan sesuai SNI
2847:2013, Pasal 11.1.1 harus memenuhi
Ø𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
Dimana:
Vn = kuat geser nominal penampang
V u = kuat geser terfaktor pada penampang
Ø = reduksi kekuatan untuk geser = 0,75
Kuat geser nominal dari penampang merupakan sumbangan
kuat geser beton (𝑉𝑐 ) dan tulangan (𝑉𝑠 )
𝑽 𝒏 = 𝑽𝒄 + 𝑽𝒔 (3.39)
𝑽𝑪 = 𝟎, 𝟏𝟕 𝜶 √𝒇′ 𝒄. 𝒃𝒘 𝒅 (3.40)
40
41
fc’, fy, m, b,
dx, Mu
u
Rn 2
θ x b x dx
1 2 x Rn x m
ρ 1 1
m fy
min <
< min < max > max
Di mana:
Z ≤ 30.000 N/mm untuk penampang dalam ruangan,
Z ≤ 25.000 N/mm untuk di luar ruangan,
42
43
44
45
OVERTOPPING
COR PELAT PRACETAK
SETEMPAT
BALOK ANAK
PRACETAK
BALOK INDUK
PRACETAK
𝑓𝑦 𝛹𝑡 𝛹𝑒
𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐷 ≥ 22 ∶ 𝑙𝑑 = ( ) 𝑑𝑏 (3.50)
1,7𝜆√𝑓′𝑐
46
47
Kondisi Faktor
Selimut Beton , batang D-36 dan yang 0,70
lebih kecil dengan tebal selimut
samping (normal terhadap bidang kait)
tidak kurang dari 60 mm dan untuk kait
90 o dengan tebal selimut terhadap kait
tidak kurang dari 50 mm
Sengkang, batang D-36 dan yang lebih 0,80
kecil yang secara vertikal atau
horisontal dilindungi oleh sengkang
yang dipasang sepanjang l dh dengan
spasi tidak lebih dari 3db
Untuk kait 180 derajat dari batang 0,80
tulangan D-36 dan yang lebih kecil
yang dilingkupi dalam pengikat atau
sengkang tegak lurus terhadap tulangan
yang disalurkan tidak lebih besar dari
3db
3.9. Perencanaan Basement dan Pondasi
Struktur basement direncanakan menggunakan material
beton bertulang dengan cor di lokasi. Penulangan dinding
basement dihitung sesuai dengan yang telah diatur dalan SNI
2847:2013. Ketebalan dinding basement dikontrol sesuai dengan
yang telah diatur dalam SNI 03-1729-2013 pasal 22.6.6.3.
Kemudian, elevasi air tanah diasumsikan pada kondisi yang
paling berbahaya, yaitu sama dengan permukaan tanah.
Penulangan pelat lantai basement dhitung sesuai dengan yang
telah diatur dalam SNI 03-1729-2013.
Beban dari struktur atas akan diteruskan ke tanah melalui
pondasi. Pondasi pada gedung pada tugas akhir ini direncanakan
menggunakan tiang pancang beton pracetak. Perhitungan daya
dukung tanah vertikal menggunakan formula dari Luciano
Decourt, sedangkan kekuatan lateral dihitung dengan formula
dari Sosrodarsono dan Nakazawa (2000). Pondasi dikontrol
terhadap kekuatan bahan dan kekuatan tanah.
48
49
𝒒 𝑷 = 𝑵𝑷 + 𝑲 (3.54)
𝑸𝑺 = 𝒒𝒔 + 𝑨𝒔 (3.55)
𝑵𝑺
𝑸𝑺 = 𝒒𝒔 . 𝑨𝒔 . 𝑸𝒔 = ( + 𝟏) 𝑨𝑺 (3.56)
𝟑
3.9.2. Daya Dukung Tiang Horizontal
Daya dukung tiang horizontal dihitung berdasarkan beban
pergeseran normal yang diizinkan pada kepala tiang, yaitu
pergeseran paling maksimum pada ujung kepala tiang. Bila
besarnya pergeseran normal sudah ditetapkan, maka daya
dukung mendatar yang diizinkan dapat ditentukan. Formula
berikut diberikan oleh Sosrodarsono dan Nakazawa (2000).
𝟒𝑬𝑰𝜷𝟑
𝑯𝒂 = ( )𝜹 (3.57)
𝟏 + 𝜷𝒉 𝒂
𝟒 𝒌𝑫
𝜷= √ (3.58)
𝟒𝑬𝑰
𝒌 = 𝒌𝒂 𝒚−𝟎,𝟓 (3.60)
𝟑
𝒌𝟎 = 𝟎, 𝟐 𝑬𝟎 𝑫𝟒 (3.61)
𝑬𝟎 = 𝟐𝟖𝑵 (3.62)
Dimana:
Ha = kapasitas daya dukung horizontal tiang
E = modulus elastisitas bahan
50
Pile Cap
Tiang Pancang
Kolom
S1
S
S1
S1 S S1
50
51
𝟏 (3.66)
ф √𝒇′𝒄𝒃𝒐 𝒅 ≥ 𝑽𝒖
𝟔
52
53
BAB IV
PEMBAHASAN
54
55
56
57
b = 52 cm ≈ 100 cm
Maka dimensi kolom yang dipakai:
Lantai 1 – 5 = 100 x 100 cm
Lantai 6 – 10 = 80 x 80 cm
Lantai 11 – 15 = 75 x 75 cm
Setelah komposit
- Beban mati (DL)
Berat sendiri = 0,14 2400 = 336 kg/m2
Plafon+penggantung = 11 + 7 kg/m2 = 18 kg/m2
Ubin (t = 2 cm) = 0,02 2400 = 48 kg/m2
Spesi ( t = 2 cm) = 0,02 2100 = 42 kg/m2
Ducting AC+pipa = 10 + 5 kg/m2 = 15 kg/m2 +
DL = 459 kg/m2
- Beban hidup (LL)
Beban hidup pada lantai LL = 192 kg
(SNI 1727:2013, Tabel 4.1)
64
65
66
67
𝑀𝑢 618000
𝑅𝑛 = Ø 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑2
= 0,9 𝑥 1000 𝑥 542 = 1,27
𝟏 𝟐 𝒙 𝒎 𝒙 𝑹𝒏
𝝆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = (𝟏 − )
𝒎 𝒇𝒚
1 2 𝑥 12,35 𝑥 1,27
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − ) = 0,00𝟑
12,35 420
ρperlu = 0,00308 < ρmin = 0,0033 dipakai ρmin sehingga didapatkan
tulangan perlu sebesar :
Asperlu ρ b d
0,0033 1000 54 178 mm 2
1
𝐴𝑠1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝜋𝐷 2 = 0,25 × 𝜋 × 122 = 133 𝑚𝑚2
4
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑛𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 1,57 ≈ 2
𝐴𝑠1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Dipakai 2 D12 (As = 266,5 mm2)
𝟏 𝟐 𝒙 𝒎 𝒙 𝑹𝒏
𝝆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 = (𝟏 − )
𝒎 𝒇𝒚
1 2 𝑥 12,35 𝑥 0,707
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − ) = 0,00𝟐
12,35 420
68
69
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 266,5𝑥 420
a = (0,85 𝑥 𝑓′𝑐 𝑥 𝑏) = (0,85 𝑥 40 𝑥 1000)
= 3,29 mm
- Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral
𝑎 3,29
c= = 0,80 = 4,11
- Regangan Tarik
ɛ₀ = 0,003 berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.2.3
- Regangan Tarik netto
𝜀𝑜 𝑥 (𝑑𝑥−𝑐) 0,003 𝑥 (45−3,96)
εt = = = 0,031 > 0,005 ...OK
𝑐 3,96
terkontrol tarik, maka dipakai ∅ = 0,9
- Kekuatan lentur nominal reduksi
𝑎
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠. 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
3,29
∅𝑀𝑛 = 0,9 × 266 × 420 (114 − ) = 9598262,94 𝑁𝑚𝑚
2
ϕMn =9598262 Nmm ≥ Mu = 1860000 Nmm ...OK
70
71
Asperlu ρ b d
0,0048 1000 114 542,6 mm 2
1
𝐴𝑠1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝜋𝐷 2 = 0,25 × 𝜋 × 122 = 113 𝑚𝑚2
4
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑛𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 4,8 ≈ 5
𝐴𝑠1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Dipakai 5 D12 (As = 565 m2)
72
73
74
75
(a)
(b)
Gambar 4. 4(a) Dimensi Balok Anak Sebelum Komposit, (b)
Dimensi Balok Anak Saat Pengecoran dan Balok Anak Sesudah
Komposit
4.2.2 3 Pembebanan Balok Anak Pracetak
Beban yang bekerja pada balok anak merupakan berat sendiri
dari balok anak tersebut dan semua berat merata yang terjadi pada
pelat termasuk berat sendiri pelat dan beban hidup merata yang berada
diatas pelat. Distribusi beban pada balok pendukung sedemikian rupa
sehingga dapat dianggap sebagai beban trapesium pada lajur yang
panjang.
Beban – beban trapesium tersebut kemudian dirubah menjadi
beban merata ekuivalen untuk mendapatkan momen maksimumnya.
Untuk mempermudah pemahaman pembebana pada balok anak
berikut disajikan gambar distribusi beban yang bekerja pada balok
anak.
76
77
Sesudah Komposit
Beban mati (QDL)
Berat sendiri balok anak = 0,30 × 0,4 × 2400 kg/m2
= 288 kg/m
q pelat sesudah komposit = 459 kg/m2
1 1 lx
2
Q sesudah komposit (qDbalok ) 2 qD lx 1
3 ly
2
1 1 1,95
2
288 2 459 1,95 1
2 3 4,5
1127,0 kg/m
Beban hidup (QLL)
78
1 lx
2
1
Q L 2 qL lx 1
2 3 ly
1 1.95
2
1
2 192 1,95 1
2 3 4,5
351,0 kg/m
Kombinasi beban
Qu sesudah komposit
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 x 1127 + 1,6 x 351
= 1913,87 kg/m
5.2.4 Perhitungan Momen dan Geser
Perhitungan momen dan gaya lintang sesuai dengan ikhtisar
momen – momen dan gaya melintang dari SNI 2847:2013 pasal 8.3.3.
Momen Sebelum Komposit
Asumsi balok berada di atas 2 tumpuan sederhana (sendi-rol)
Mmax = 1/8 x (651,55 x 5²) = 2036,1 kgm
V = 1/2 x (651,55 x 5) = 407,22 kg
Momen Sesudah Komposit
Mmax = 1/8 x (2994,85 x 5²) = 5981,2 kgm
V = 1/2 x (2994,85 x 5) = 4106 kg
4.2.2.4 Perhitungan Tulangan Lentur Balok Anak
Dimensi balok anak = 30/40
Tebal selimut beton = 50 mm
Diameter tulangan utama = 16 mm
Diameter tulangan sengkang = 10 mm
Mutu beton (fc’) = 30 MPa
Mutu baja (fy) = 420 Mpa
𝑓𝑦 420
m = 0,85 𝑥 𝑓′𝑐 = 0,85 𝑥 40
= 12,35
1,4 1,4
ρ min 0,0033
fy 420
Perhitungan tulangan sebelum komposit
h efektif = 400 – 50 – 10 – ½ (16) = 289 mm
78
79
Penulangan Lentur
Mu = 2036,12 kgm = 20361200 Nmm
Dipakai koefisien faktor reduksi: ɸ = 0,9
Mu 20361200
Rn 0,68
bd 2
0,9 300 289 2
1 2 m Rn
ρ perlu 1 1
m fy
1 2 15,69 4,42
0,012
1 1
15,69 400
ρperlu = 0,012 > ρmin = 0,0035 dipakai ρperlu sehingga
didapatkan tulangan perlu sebesar :
Tulangan lentur tarik
As perlu
ρbd
= 0,012 𝑥 300 𝑥 289 = 1040,4 𝑚𝑚2
As perlu
n tulangan
As16
1040,4
1,7 2 buah
603
Digunakan tulangan lentur tarik 2D22 (As = 603 mm2)
= 0,84
- Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral
𝑎 24,8
c = ẞ = 0,84 = 30
- Regangan Tarik
ɛ₀ = 0,003 berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 10.2.3
- Regangan Tarik netto
𝜀𝑜 𝑥 (𝑑𝑥−𝑐) 0,003 𝑥 (289−81,54)
εt = 𝑐
= 81,54
= 0,008 > ɛ₀ ...OK
80
81
570,708
2,8 3 buah
200,96
Digunakan tulangan lentur tarik 3D16 (As = 602 mm2)
102,22
= 2280,8 𝑥 400 𝑥 (429 − )
2
= 344755784,6 Nmm = 34475,58 kgm
- Kekuatan lentur nominal reduksi
ϕ Mn rencana = 0,9 x 34475,58 = 31028,02 kgm
- Kontrol kekuatn lentur nominal reduksi terhadap momen
ultimit
ϕ Mn rencana > Mu → 31028,02 kgm > 30322,8 kgm ..OK
4.2.2.5 Perhitungan Tulangan Geser
o Vu = 13476,82 kg
o Sumbangan kekuatan geser beton :
Vc = 0,17 x √f’c x b x d = 0,17 x √40 x 300 x 429
= 138374 N
ɸ = 0,75 (SNI 2847 2013 pasal 9.3.2.3)
ɸ Vc = 0,75 x 138374 N = 103781 N
o Cek kondisi penampang geser :
Vu ≤ ɸ Vc
13476,82 N < 103781N...(Tulangan Geser minimum)
Digunakan spasi tulangan geser praktis untuk daerah lapangan :
d/2 = 429/2 (SNI 2847 pasal 11.4.5.1)
= 214 ≈ 200 mm
Dipakai 2D10 – 200 mm (Av = 157 mm²)
Digunakan spasi tulangan geser maksimum untuk tumpuan :
d/4 = 429/4 (SNI 2847 pasal 11.4.5.1)
= 107,25 ≈ 100 mm
Dipakai 2D 10 – 100 mm (Av = 157 mm²)
Cek gaya geser perlawanan sengkang
Vs = Av x fy x d/s
= 157 x 420 x 429/100
=282882 N
Syarat :
ɸ(Vs + Vc) > Vu
561674,66 N > 13476,82 N..............(Ok)
82
83
WX 2 L2
M
2
4Yc
1
L x tg
X
Yt 4Yc
21 1 1
Yb L x tg
Kondisi Sebelum Komposit
b = 35 cm
h = 50 cm
L = 900 cm
Perhitungan :
Yt = Yb =
50 14 18 cm
2
1
I 35 36 3 136080 cm4
12
84
Yc = Yt + 3” → 3” = 7,62 cm
Yc = 18 + 7,62 = 25,62 cm
4 25,62
1
500 tg 45 0
X 0,227
21 1 1
18 4 25,62
18 500 tg 45
X L 0,227 500 114,566 cm 1,15 m
L 2 X L 5 21,1 2,71 m
a. Pembebanan
Balok (0,35 0,36 9 2400) = 1296 kg
1,2 k W
T sin P
2
1,2 1,2 1296
2
933,1 kg
933,12
T 1096,6 kg
sin45 0
b. Tulangan Angkat Balok Anak
Pu = 1296 kg
Menurut PPBBI pasal 2.2.2. tegangan ijin tarik dasar baja
bertulang mutu fy = 400 Mpa adalah fy/1,5
tarik ijin = 4200/1,5 = 2800 kg/m2
Pu
Øtulangan angkat ≥ √σ𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑥 𝜋
Digunakan Tulangan Ø 10 mm
hari. Jadi dapat ditarik kesimpulan, balok anak tersebut aman dalam
menerima tegangan akibat pengangkatan.
86
87
88
89
Kontrol
ΣV=0
Ra + Rc – qU1.LBC – qU2.LAB = 0
2529 + 2774 – 1457x3,2 – 998x1 = 0
0 = 0......(OK)
Bidang M
Ma =0
Mb kiri = Ra.LAB - ½ . qU2. LAB²
= 2529 - ½. 998. 1² =1414 kg.m
Mmaks → Dx = 0
Rc – qU1.X1 = 0
X1 = Rc/qU1 = 2774/1457 = 1,90 m
Mmaks = Rc.X1 - ½.qU1.X1²
= 2774. 1,9- ½.1457.1,9²= 3472 kg.m
Mb kanan = Rc.LBC - ½.qU1.LBC²
= 2774.3,2 - ½.1457.3,2² = 1414 kg.m
Mc =0
1 2𝑥15,68 𝑥 2,61
= 15,68 (1 − √1 − 420
)=0,0054
min = 1,4/fy = 1,4/420 = 0,0033
pakai = 0,0054
As perlu = pakai x b x d = 0,0054 x 1000 x 253,5
= 274,36 mm²
As tulangan = ¼ x π x D² = ¼ x π x 13² = 132,6 mm²
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 274,36
Jarak =1000: (𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛) =1000: ( 132,6 )
= 179,9 mm ≈ 100 mm
92
93
D8 -200
1300
D13-200 D13-100
D13-200 2700
D10 -200
D10 -200
D10 -200
D10 -200
D13-100
1300
D13-100
640 3200 760
4600
Untuk jenis penulangan jenis tangga yang lain dapat dilihat pada tabel
berikut:
94
94
95
1 2𝑥12,35 𝑥 1,66
=
12,35
(1 − √1 − 420
) = 0,0040
min = 1,4/fy = 1,4 / 420 = 0,0033
pakai = 0,0059
As perlu = pakai x b x d
= 0,0041 x 200 x 253
= 205,56 mm²
As tulangan = ¼ x π x D²
= ¼ x π x 13²
= 132,6 mm²
n = As perlu/ As tulangan
= 205,56/132,6
= 1,55 ≈ 2 buah
Kontrol jarak spasi tulangan : S > 25 mm (SNI 2847 2013 pasal 7.6.1)
𝑏−2𝑥𝑑𝑒𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔−2𝑥𝐷−2𝑥ø
Jarak = 𝑛−1
96
200−2𝑥40−2𝑥13−2𝑥8
= 3−1
= 74 mm > 25 mm (Ok)
Maka dipasang tulangan 2D13 (Aspasang = 398mm²).
Untuk As’ lentur tekan dipakai ½ As tarik.
As’ = 398/2 = 199 mm²
n = As perlu/ As tulangan = 199/132,6
= 1,5 ≈ 2 buah
Maka dipasang tulangan 2D13 (Aspasang = 265,33 mm²).
Penulangan Geser
o Vu = ½ x qU x L = ½ x 1381 kg/m x 4,975m
=3101,7 kg
96
97
R2
R2
R2
R2
98
99
= 714,34 mm²
As tulangan = ¼ x π x D²
= ¼ x π x 16²
= 200,96 mm²
n = As perlu/ As tulangan
= 714/200,96
= 3,55 ≈ 4 buah
Kontrol jarak spasi tulangan : S > 25 mm (SNI 2847 2013 pasal 7.6.1)
𝑏−2𝑥𝑑𝑒𝑐𝑘𝑖𝑛𝑔−2𝑥𝐷−2𝑥ø 250−2𝑥40−2𝑥16−2𝑥10
Jarak = =
𝑛−1 4−1
= 39,3 mm > 25 mm (Ok)
Maka dipasang tulangan 4D16 (Aspasang = 803,8 mm²).
Untuk As’ tekan dipakai ½ As tarik
As’ = 803,8/2 = 401,92 mm²
n = As perlu/ As tulangan = 401,92/200,96
= 2 buah
Maka dipasang tulangan 2D16 (Aspasang = 401,9 mm²).
Kontrol penggunaan faktor reduksi :
𝐴𝑠′ 𝑥 𝑓𝑦
α = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 𝑥 𝑏
803,8 𝑥 420
= 0,85 𝑥 40 𝑥 250
= 39,71mm
𝑓′ 𝑐−28
β = 0,85– 0,05x 7
40−28
= 0,85- 0,05 x 7
= 0,76
Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral
𝛼 39,71
c= = = 51,96 mm
𝛽 0,76
syarat berdasarkan SNI 2847 2013 gambar S9.3.2
c ≤ 0,375 d = 0,375 x 452 = 169,5 mm
51,97 mm ≤ 169,5 mm (Ok)
Kontrol kekuatan lentur nominal rencana :
𝛼
Mn rencana = As.fy.(𝑑 − 2 )
39,71
= 803,8.420. (452 − 2
)
100
101
= 14589,61kg.m
ɸMn rencana = 0,9 x 14589,61 = 13130,65 kg.m
syarat :
ɸ Mn rencana > Mu
13130,65 kgm > 11728,41kgm (Ok)
Penulangan Geser
o Vu = 9090,0 kg
o Sumbangan kekuatan geser beton :
Vc = 0,17 x √f’c x b x d = 0,17 x √40 x 250 x 452
= 121494 N
ɸ = 0,75 (SNI 2847 2013 pasal 9.3.2.3)
ɸ Vc = 0,75 x 121494 N = 91121,03 N
o Cek kondisi penampang geser :
Vu ≤ ɸ Vc
9090,0 N>91121 N...(Perlu tulangan Geser)
Digunakan spasi tulangan geser praktis untuk daerah lapangan sesuai
SNI 2847 pasal 11.4.5.1:
d/2 = 452/2 (SNI 2847 pasal 11.4.5.1)
= 226 ≈ 200 mm
Dipakai 2 ø 10 – 200 mm (Av = 157 mm²)
Digunakan spasi tulangan geser maksimum untuk tumpuan sesuai SNI
2847 pasal 21.5.3.2 :
d/4 = 452/4 (SNI 2847 pasal 11.4.5.1)
= 113 ≈ 100 mm
Dipakai 2 ø 10 – 100 mm (Av = 157 mm²)
Cek gaya geser perlawanan sengkang
Vs = Av x fy x d/s = 157 x 420 x 452/100
= 149024 N
Syarat :
ɸ(Vs + Vc) > Vu
202889,33 N > 90090 N..............(Ok)
Denah dari struktur yang ada dalam permodelan tugas akhir penulis
adalah sebagai berikut.
102
103
Dimana:
S DS 0,607
CS 0,087
R 7
Ie 1
Nilai Cs di atas nilainya tidak perlu diambil lebih besar dari:
S D1 0,556
CS 0,0506
R 7
T 2,37
Ie 1
Maka diambil Cs = 0,0506
Dan tidak lebih kecil dari:
Cs = 0,044 SDS Ie
= 0,044 0,607 1
= 0,0506 > 0,01 (OK)
Maka diambil nilai Cs = 0,0506
108
109
110
111
Tinggi Total Story Story Drift
Elevasi Perpindahan
Lantai Lantai Drift Drift Izin Δa Cek
(m) (m) (mm) (mm) (mm) (mm)
Story16 4 61 44 3,00 16,50 80 Oke
Story15 4 57 41 3,20 17,60 80 Oke
Story14 4 53 37,8 3,20 17,60 80 Oke
Story13 4 49 34,6 3,20 17,60 80 Oke
Story12 4 45 31,4 3,30 18,15 80 Oke
Story11 4 41 28,1 3,40 18,70 80 Oke
Story10 4 37 24,7 3,30 18,15 80 Oke
Story9 4 33 21,4 3,20 17,60 80 Oke
Story8 4 29 18,2 3,20 17,60 80 Oke
Story7 4 25 15 3,00 16,50 80 Oke
Story6 4 21 12 2,80 15,40 80 Oke
Story5 4 17 9,2 2,50 13,75 80 Oke
Story4 4 13 6,7 2,30 12,65 80 Oke
Story3 4 9 4,4 1,80 9,90 80 Oke
Story2 5 5 2,6 1,70 9,35 100 Oke
Story1 5 0 0,9 0,90 4,95 100 Oke
Base 0 -5 0,00 0,00 0 Oke
Dari hasil kontrol pada tabel di atas, maka analisis struktur
Swiss Belhotel telah memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI
1726:2012 Pasal 7.9.3 dan Pasal 7.12.1.
4.3.3.5 Kontrol Sistem Ganda
Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 9point D.3 Sistem Ganda
merupakan sistem struktur yang beban lateral gempa bumi dipikul
bersama oleh dinding geser dan rangka secara proporsional. Dimana
sistem rangka pemikul momen harus didesain secara tersendiri
mampu menahan sedikitnya 25% beban lateral.
Kombinasi dari dinding gese dan rangka dapat dilihat pada tabel
berikut:
112
112
113
nantinya akan dipilih tulangan yang lebih kritis untuk digunakan pada
penulangan balok induk.
4.4 3 Data Perencanaan
Data perencanaan yang diperlukan meliputi:
Mutu beton (fc’) = 40 MPa
Mutu baja (fy) = 420 MPa
Dimensi balok = 50/70 cm & 40/60 cm
Diameter tulangan longitudinal = 19 mm
Diameter tulangan sengkang = 13 mm
Tebal decking = 50 mm
40 40
l y 460 420 cm
2 2
Beban mati
Berat balok anak = 0,3 x 0,36 x 2400 = 259 kg/m
2
Berat ekivalen = 2 1 q l x 1 1 l x
2 3 l
y
2
= 2 1 192 1,9 1 1 1,9
2 3 4,2
= 339,91 kg/m
Total beban mati balok anak (Qd)
= 259 + 339,9 = 559 kg/m
Beban hidup
Berat ekivalen pelat
2
= 2 1 q l x 1 1 l x
2
3 l y
2
= 2 1 192 2 1 1 1,9
2 3 4,2
= 355,95 kg/m
Qu = 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 (471) + 1,6 (355,95) = 1263 kg/m
Kemudian berat total dari balok anak ini dijadikan sebagai beban
terpusat (PD) pada saat pembebanan balok induk.
Pu = 1263 kg/m x 4,6 m = 5808,89 kg
1
= 2 192 1,9
4
= 182 kg/m
Total beban mati balok induk (Qd) = 403,2 + 182 = 586 kg/m
Qu = 1,2D
= 1,2 x 586
= 702,7 kg/m
Penulangan Lentur
Dipakai Ø = 0,9
𝑀𝑢 150096201,1
Mn = = = 116773556 Nmm
Ø 0,9
Mn 1667735556 ,8
Rn 1,403
b dx 2
500 488 2
0,85f' c 2 Rn
ρ perlu 1 1
fy 0,85 f' c
0,85 40 2 1,403
1 1 0,0065
420 0,85 40
ρperlu = 0,0065> ρmin = 0,0035 dipakai ρperlu sehingga didapatkan
tulangan perlu sebesar :
Tulangan lentur tarik
As ρbd
perlu
=0,0065𝑥 500 𝑥 488 = 1584,38 mm2
𝑛 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛=
𝐴𝑠 𝐷13
1584,38
5,585 6 buah
284
Digunakan tulangan lentur tarik 6D19 (As = 1701,86 mm2)
Jarak antar tulangan 1 lapis
b - (2xC) - (v) - (n - l) 500 - (2x50) - (10) - (8x13)
Smaks
(n - 1) (8 - 1)
= 44,5 < 25 mm
116
117
Penulangan Tumpuan
Mu = 403172300 Nmm
Dipakai Ø = 0,9
118
119
𝑀𝑢 403172300
Mn = Ø
= 0,9
= 447969222,2 Nmm
Mn 447969222, 2
Rn 1,25
b dx 2
500 626 2
0,85f' c 2 Rn
ρ perlu 1 1
fy 0,85 f' c
0,85 40 2 1,25
0,0030
1 1
420 0,85 40
120
121
Vu
luar
sendi
plastis Ve 2
2h
x
Gambar 4. 19 Gaya Geser Balok
Gaya Geser Luar sendi Plastis (Lapangan):
Vu lap = 18648 Kg ( dari autoCAD)
Sumbangan kekuatan geser beton:
Vc = 0,17 𝑥 √𝑓′𝑐 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
124
Data perencanaan :
Dimensi Balok Induk = 500/700 mm
Tu = 2498100 Nmm (output ETABS)
Pada struktur statis tak tentu dimana reduksi momen torsi pada
komponen struktur dapat terjadi akibat redistribusi gaya-gaya dalam
dengan adanaya keretakan. Sehingga berdasarkan SNI 2847:2013
126
a. Kontrol lendutan
Komponen struktur beton yang mengalami lentur harus dirancang
agar memiliki kekakuan cukup untuk batas deformasi yang akan
memperlemah kemampuan layan struktur saat bekerja. Sesuai SNI
2847:2013 tabel 9.5(a), syarat tebal minimum balok apabila lendutan
tidak dihitung adalah sebagai berikut :
Balok dengan dua tumpuan
1
hmin Lb
16
Lendutan tidak perlu dihitung sebab sejak preliminary design telah
direncanakan agar tinggi dari masing-masing tipe balok lebih besar
dari persyaratan hmin
b. Kontrol retak
Distribusi tulangan lentur harus diatur sedemikian hingga untuk
membatasi retak lentur yang terjadi, bila tegangan leleh rencana fy
untuk tulangan tarik melebihi 300 MPa, penampang dengan momen
positif dan negatif maksimum harus diproporsikan sedemikian hingga
nilai Z yang diberikan oleh :
Z f s dc A
Tidak melebihi 30 MN/m untuk penampang didalam ruangan.
fs = tegangan dalam tulangan yang dihitung pada beban kerja,
fs dapat diambil 0,6 fy
fs = 0,6 420 Mpa = 252 Mpa
dc = tebal selimut beton diukur dari serat tarik terluar ke pusat
126
127
d c b 74 500
A 12333,3 mm 2
n 3
Z f s dc A
Z 240 0,074 0,0123333
Z 7,6 MN/m 30 MN/m .....OK
4Yc
1
L x tg
X
Yt 4Yc
21 1 1
Yb L x tg
Kondisi sebelum komposit
b = 50 cm
h = 70 cm
L = 920 cm
Perhitungan :
Yt = Yb =
70 14 63 cm
2
Yc = 38 + 5 = 43 cm
4 43
1
920 tg 45 0
X 0,227224
38 4 43
21 1 1
38 920 tg 45
X L 0,227224 920 209 cm 2,09 m
L 2 X L 9 2 2,09 5,02 m
d. Pembebanan
Balok (0,5 0,56 9 2400) = 6182,4 kg
128
129
1,2 k W
T sin P
2
1,2 1,2 6182 ,4
2
4451,33 kg
4451,33
T 5231,3 kg
sin45 0
Momen tumpuan
WX 2 L2
M
2
1094 ,4 0,227 2 12 2
M 1,2 1468,33 kgm
2
g. Tegangan yang Terjadi
Lapangan
M 1409 ,6 10 4
f
Wt 1
400 560 2
6
= 0,674 MPa ≤ f’r = 0,7 fc ' = 4,43 MPa …..OK
Tumpuan
M 6 10 4
f
Wt 1
400 560 2
6
= 0,00287 MPa ≤ f’r = 0,7 fc ' = 4,43 MPa …..OK
Dari perhitungan momen diatas, didapatkan nilai f’ akibat momen
positif dan negatif berada dibawah nilai f’rijin usia beton 3 hari. Jadi
dapat ditarik kesimpulan, balok tersebut aman dalam menerima
tegangan akibat pengangkatan.
130
131
f 'c
Gaya aksial terfaktor Ag
10
40
1000 1000
10
4000000 N 4000 kN
Dari hasil analisa dengan menggunakan program bantu ETABS
2016 didapat gaya aksial tekan terfaktor yang terbesar adalah 8378
kN. Karena beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur telah
f 'c
melebihi Ag , maka pasal tersebut di atas berlaku.
10
Ukuran penampang terpendek 900 mm > 300 mm (Ok)
Ratio b/h = 1000/1000 = 1 > 0,4 (Ok)
4.4.4.3 Perhitungan Penulangan Kolom
Dari hasil analisa dengan program bantu ETABS 2016 didapat
data beban aksial dan momen yang terjadi, kemudian dilakukan
perhitungan penulangan memanjang kolom menggunakan program
bantu Pc Acool, didapatkan diagram interaksi antara aksial dan
momen pada kolom yaitu sebagai berikut :
5327
132
133
(2 5327 )
Ve 2477 ,67 kN
4,3
Geser pada balok :
V balok = 239000 N = 239 kN (telah dihitung sebelumnya)
Ve kolom > Ve balok
2477 ,67 kN > 239 kN …OK
Nilai gaya geser diambil nilai terbesar dari kedua nilai di atas
sehingga diambil nilai gaya geser sebesar 2477 kN.
sbc f c ' A g
Ash 0,3 1
f yt Ach
atau
sbc f c '
Ash 0,09
f yt
Keterangan :
S = jarak spasi tulangan transversal (mm)
Bc = dimensi potongan melintang dari inti kolom, diukur dari pusat
ke pusat dari tulangan pengekang (mm)
Ag = luasan penampang kolom (mm2)
Ach = luasan penampang kolom diukur dari daerah terluar tulangan
transversal (mm)
Fyt = kuat leleh tulangan transversal (Mpa)
525 921600
atau
100 453,5 40
Ash 0,09 310,97 mm 2
525
1
As 4 13 2 530,66 mm2 Ash min 310,97 mm2
4
Untuk memenuhi syarat diatas dipasang 4D13 – 100 (Ash =
530,66 mm2 > 310,97 mm2). Mengingat beban aksial terfaktor kolom
minimal 7477 kN > 3630 kN, maka Nilai Vc diambil sesuai SNI
2847:2013 pasal 11.2.1.2
136
137
N u
Vc 0,171 f c 'bw d
14 A
g
7477000
Vc 0,171 1 40 1000 935
14 1000000
Vc 15`94460 N 1594 ,46 kN
Berdasarkan Av 4D13 = 530,66 mm2 dan s terpasang = 100 mm
d = h kolom – d’ – ø sengkang – ½ dl
d = 1000 – 40 – 13 – ½ 25
d = 935 mm
Av f y d
Vs
s
530,66 525 935
Vs 2603484,29 N 2603,48 kN
100
Vn = Vs + Vc = 2603,48 + 1594,46 = 4197,95 kN
Maka Ø(Vs + Vc)
= 0,75(2603,48 + 1594,46) = 3148,5 kN > Vu = 337,1 kN
Ini berarti Ash terpasang di L0 dengan s = 100 mm cukup untuk
menahan geser. Bedasarkan SNI 2847:2013 pasal 21.5.3.2 spasi
sengkang tidak boleh melebihi yang terkecil dari :
1 1
S < d 797,5 199,375 mm
4 4
< 6 dl 6 25 150 mm
< 150 mm
∴ spasi sengkang pakai = 100 mm
Menurut PBBI pasal 2.2.2. tegangan ijin tarik dasar baja bertulang
mutu fy = 400 Mpa adalah fy/1,5
tarik ijin = 4000/1,5 = 2666,67 kg/m2
138
Pu
ijin x
Øtulangan angkat ≥
11848 ,32
Øtulangan angkat ≥
2666 ,67 x
Øtulangan angkat ≥ 1,19 cm = 11,9 mm
Digunakan Tulangan Ø 13 mm
138
139
- Untuk arah X
Pu = 19280,56 kN
Ag = 300 × 4600 = 1380000 mm2
0,8 4000 2
Pnw 0,55 0,75 40 13,8 10 1 5
32 300
= 20240000 N
= 20240 kN > Pu = 19280,56 kN …OK
- Untuk arah Y
Pu = 18367,897kN
Ag = 300 × 6000 = 18×105 mm2
0,8 4000
2
Pnw 0,55 0,75 40 18 10 5 1
32 300
= 20240000 N
= 20240 kN > Pu = 18367,87kN …OK
140
141
- Untuk arah Y
Vu = 1150,516 kN
d = 0,8 × 4600
= 3680 mm
Vn 0,75 0,83 40 600 3680
= 4346487,39 N
= 4346,48 kN > Vu = 1150,516 kN …(OK)
18367,89 3680
Vc 0,27 1 40 300 3680
4 6000
= 1889079,56 N
= 1889,07kN
Vu 0,5Vc
1150,516 kN 0,5 0,75 2464,139 kN
1150,516 kN 708,336 kN
Karena Vu 0,5Vc , maka Vn Vu .
Di mana:
Vn Vc Vs
Av f y d
Vs (SNI 2847:2013 Pasal 11.9.9.1)
s
Av = luas tulangan horizontal
s = jarak tulangan horizontal
- Untuk arah Y
Nu = Pu = 21213,1684 kN
w = 4600 mm
d = 0,8 × 4600
= 3680 mm
21213,1684 3680
Vc 0,27 1 40 300 3680
4 4600
= 1888897,02 N
= 1888,89 kN
Vu 0,5Vc
1150,516 kN 0,5 0,75 2463,230 kN
1150,516 kN 708,336 kN
Karena Vu 0,5Vc , maka Vn Vu .
Di mana:
Vn Vc Vs
Av f y d
Vs (SNI 2847:2013 Pasal 11.9.9.1)
s
142
143
Av f y d
Vs
s
157,079633 390 3680
450
539516 ,17 N 539,516178 kN
Vn = Vc + Vs
= 1889,079+ 539,5161784
= 2428,59574kN > Vu = 1583,0054 kN …OK
Maka, digunakan tulangan geser horizontal 2D10 – 450 mm.
- Untuk arah Y
Spasi tulangan geser horizontal tidak boleh melebihi yang
terkecil dari:
a) w / 5 4600 / 5 920 mm
b) 3h = 3 × 300 = 900 mm
c) 450 mm.
Maka, dipakai jarak tulangan s = 450 mm.
144
145
perlu = 1 1 1 2m Rn
m fy
= 1 1 1 2 12,35 0,25 = 0,00065326
12,35 420
min > perlu
As perlu ρ b d
0,0033 9200 227
6891,72 mm 2
Jika dipakai tulangan D22 mm,
As = 0,25 x 3,14 x 222 = 379,94 mm2
n tulangan = 6891,72 = 18,1389 buah ≈ 22 buah
379,94
9200 2 40
Smax = = 434,285 mm
22 1
As pakai = 22 x 379,94 = 8358,68 mm2
Jadi dipasang tulangan D22-450
Kontrol ketebalan minimum dinding besmen
Menurut SNI 2847:2013 pasal 15.5.3.2 yang menyatakan
bahwa tebal dinding basement eksterior dan dinding pondasi tidak
boleh kurang dari 190 mm.
Dinding basement yang dipakai 300 mm.
As perlu ρ b d
0,0036 349 9000
11275,3846 2 mm 2
Jika dipakai tulangan D22 mm,
As = 0,25 x 3,14 x 222 = 380,1327 mm2
n tulangan = 11275,38462 = 29,66170573 buah ≈ 30 buah
380,1327
9000 2 40
Smax = = 307,5862069 mm
30 1
As pakai = 30 x 380,1327 = 11403,98133 mm2
Dipasang tulangan lentur D22-300
150
151
152
153
154
155
h = 700 mm
d = 700 – 40 – 25 = 635 mm
fc’ = 40 MPa
fy = 420 MPa
av = 200 mm
Ketentuan yang digunakan dalam perencanaan konsol pendek
sesuai dengan SNI 2847:2013 Pasal 11.8. Untuk dapat menggunakan
SNI 2847:2013 Pasal 11.8, maka geometri konsol pendek serta gaya
yang terjadi pada konsol pendek tersebut harus sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh SNI 2847:2013 Pasal 11.8.1. Syarat tersebut adalah
sebagai berikut :
av/d = 200 / 635 = 0,315 < 1 …OK
Nuc ≤ Vu
Nuc = 0,2 403172,3 = 80634,46 N ≤ 403172,3 N …OK
Sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.8.3.1, syarat nilai kuat geser
Vn untuk beton normal adalah
Vu 403172,3
Vn 537563 ,07 N
0,75
b. Menentukan luas tulangan geser friksi
Sesuai dengan SNI 2847:2013 Pasal 11.8.3.2 (a), untuk beton
normal, kuat geser Vn tidak boleh diambil lebih besar daripada :
0,2 fc’bwd = 0,2 40 500 635
= 2540000 N > Vn …OK
11 bw d = 11 500 635
= 3492500 N > Vn ....OK
Vn
A vf
fy μ
537563 ,07
420 1,4
1791,88 mm 2
c. Luas tulangan lentur :
Perletakan yang akan digunakan dalam konsol pendek ini adalah
sendi- rol yang mengijinkan adanya deformasi arah lateral ataupun
horizontal, maka gaya horizontal akibat susut jangka panjang dan
158
deformasi rangka balok tidak boleh terjadi. Maka sesuai dengan SNI
2847:2013 pasal 11.8.3.4, akan digunakan Nuc mínimum.
Mu = Vu av + Nuc (h-d)
= (403172,3 200) + (80634,46 (700-635))
= 85875699,9 Nmm
fy 420
m 12,35
0,85 fc' 0,85 40
Mu 85875699,9
Rn 0,4733
0,9 b dx 2
0,9 500 635 2
1 2 m Rn
ρ perlu 1 1
m fy
1 2 12,35 0,4733
0,0011
1 1
12,35 420
ρ = 0,0011 < ρmin = 0,0035 , maka dipakai ρ = 0,0035 (Menentukan)
Af b d
A f 0,0035 500 635
A f 1111,25 mm 2
Jadi dipakai Af = 1111,25 mm2
Tulangan pokok As :
N uc 80634,46
An 255,98 mm 2
f y 0,75 420
d. Pemilihan tulangan yang digunakan
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.3.5
As = Af + An = 1111,25 + 255,98 = 1367,23 mm2
2 Avf 2 1791,88
As An 255,98 1450 ,57 mm
2
3 3
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.5
fc ' 40
As min 0,04 b d 0,04 500 635 1209 ,52 mm
2
fy 420
As = 1450,57 mm2 menentukan
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.3.4
158
159
f y t e
ld d
1,7 f ' c b
420 1,3 1
25
1,7 1 40
1269,56 mm
ld > 300 mm ….. OK
Maka dipakai panjang penyaluran tulangan tarik ld = 1269,56 mm
≈ 1270 mm
160
161
162
163
1 2 m Rn
ρ perlu 1 1
m fy
1 2 12,35 0,05
0,00011
1 1
12,35 420
ρ = 0,00011 < ρmin = 0,0035 , maka dipakai ρ = 0,0035
(Menentukan)
Af 2 b d
A f 2 0,0035 300 474
A f 2 497 ,7 mm 2
Jadi dipakai Af = 497,7 mm2
Tulangan pokok As :
N uc 4717,45
An 14,98 mm 2
f y 0,75 420
c. Pemilihan tulangan yang digunakan
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.3.5
As = Af + An = 497,7 + 14,98 = 512,68 mm2
2 Avf 2 58,49
As An 14,98 50,63 mm
2
3 3
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.5
fc ' 40
As min 0,04 b d 0,04 300 474 541,71 mm
2
fy 420
As = 513 mm2 menentukan
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.8.3.4
Ah = 0,5 ( As – An ) = 0,5 (512,68 – 14,98) = 248,85 mm2
dipakai tulangan 3D13 (As = 398,20 mm2)
Dipasang sepanjang (2/3)d = 316 = 320 mm (vertikal)
dipasang 3D13 dengan spasi 320/3 = 106,67 mm
23587 ,23
Al 924,99 mm 2
0,85 40 0,75
dipakai pelat landasan 100 200 mm2 = 20000 mm2 (t = 15 mm).
Ѱe = 1 ; λ = 1
Didapat :
0,24 1 420
l dh x 22 404,88 mm
1 40
l dh 8 22 176 mm
l dh 404,88 mm 176 mm .....OK
Maka dipakai ldh = 404,88 ≈ 400 mm dengan bengkokan minimum
panjang penyaluran yang masuk kedalam kolom dengan panjang kait
standar 90o sebesar 12 db = 12 22 = 264 mm.
166
167
f y t e
ld d
2,1 f ' c b
420 1,3 1
12
2,1 1 40
493,32 mm
ld > 300 mm ….. OK
Maka dipakai panjang penyaluran tulangan tarik ld = 493,32 mm
≈ 500 mm
Class = A2
Allowable Axial load = 522 Ton
4.6.4 Perhitungan Pondasi Tiang Pancang
4.6.4.1 Perhitungan Tiang Pancang
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu
ETABS, output reaksi perletakan akibat kombinasi 1DL+1LL+1E, output
masing-masing joint reaksi dijumlahkan untuk nantinya dijadikan
perhitungan. Berikut seperti yang terdapat pada table berikut:
No Hx Hy P Mx My Mz
170
171
Daya Dukung
Single Pile
QL (Ton)
0 500 1000
0
10
15
Kedalaman (m)
20
25
30
35
40
Series1
172
173
174
175
176
177
- Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok kantilever
dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban yang bekerja
adalah beban terpusat (P) di tiang kolom yang berasal dari gaya
perlawanan tanah (beban ijin terpusat dari tiang) dan beban terbagi
rata (q) yang berasal dari berat sendiri poer. Perhitungan gaya dalam
pada poer didapat dengan teori mekanika statis tertentu.
178
179
180
181
184
185
186
187
188
189
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perancangan struktur yang dilakukan dalam
penyusunan Tugas Akhir “Modifikasi Struktur Gedung Apartemen
GRAND KAMALA LAGOON BEKASI Dengan Metode Pracetak”
maka dapat ditarik beberapa poin kesimpulan diantaranya sebagai
berikut:
1. Berdasarkan perancangan struktur yang dilakukan dalam
Dimensi struktur utama didapatkan dimensi kolom yang
didapat dari perhitungan sebesar 100/100 cm pada lantai 1-5,
80/80 cm pada lantai 6-10 dan 75/75 cm pada lantai 11-
15(atap). Dimensi struktur sekunder hasil modifikasi sebagai
berikut:
a. Struktur Sekunder
Dimensi balok anak = 30/40 cm
Dimensi balok bordes = 30/40 cm
Dimensi balok lift = 30/40 cm
Tebal pelat = 14 cm
b. Struktur Primer
Dimensi balok induk = 50/70 cm
Dimensi kolom = 100/100 cm
Tiang pancang = D100, H = 52 m
5.2 Saran
Berdasarkan analisa selama proses penyusunan tugas
akhir ini, beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah
diantaranya:
1. Perlu pengawasan dengan baik pada saat pelaksanaan
sambungan antar elemen beton pracetak karena sambungan
beton pracetak tentu tidak semonolit seperti pada
sambungan dengan cor setempat agar nantinya pada saat
memikul beban tidak terjadi gaya-gaya tambahan yang
tidak diinginkan pada daerah sambungan akibat dari kurang
sempurnanya pengerjaan sambungan.
2. Tipe elemen pracetak sedapat mungkin dibuat seminal
mungkin untuk lebih menyeragamkan bentuk cetakan dan
detail tulangan sehingga tujuan dari konstruksi dengan
metode pracetak dapat terlaksana.
3. Masih perlu lagi pengembangan teknologi Pracetak agar
lebih inovatif dan efisien dalam penggunaannya, serta lebih
mudah dalam pengaplikasiannya.
190
191
DAFTAR PUSTAKA
Nandasari Fristi, I Gusti Putu Raka, dan Pujo Aji. 2013. Modifikasi
Desain Gedung Holyday Inn Express Surabaya Menggunakan
Sistem Struktur Pracetak. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.
1, (2013) hal 1-6.
192
193
produk parameter [kualitas baik tower crane kapasitas]
http://indonesian.alibaba.com/productgs/goodqualitytowercraneliftingcapacitysupplier60205341019.html 2/7
4/12/2016 Kapasitas angkat tower crane pemasok berkualitas baikTower craneID produk:60205341019indonesian.alibaba.com
http://indonesian.alibaba.com/productgs/goodqualitytowercraneliftingcapacitysupplier60205341019.html 3/7
4/12/2016 Kapasitas angkat tower crane pemasok berkualitas baikTower craneID produk:60205341019indonesian.alibaba.com
produk foto
http://indonesian.alibaba.com/productgs/goodqualitytowercraneliftingcapacitysupplier60205341019.html 4/7
BIODATA PENULIS
Email:
[email protected]