Makalah Penyulit Neonatus Pada Bayi Resiko Tinggi Dosen Pengampuh: Nurhaeda, SST., M.Keb

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENYULIT NEONATUS PADA BAYI RESIKO TINGGI

DOSEN PENGAMPUH : NURHAEDA , SST., M.Keb

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Grattia Prandinda Allodya Palalu (202114052)

Efera (202114047)

Iin Anace (202114057)

Anggreani Andulaa (202114043)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN BISNIS GRAHA ANANDA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta hidayah – Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PENYULIT NEONATUS PADA BAYI RESIKO TINGGI"

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan – kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dari kami.

Palu, 4 Februari 2023

Kelompok 3

DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1 Neonatus dengan Risiko Tinggi................................................................5

2.2 Kategori Neonatus dengan Risiko Tinggi.................................................5

BAB III..................................................................................................................31

PENUTUP..............................................................................................................31

3.1 Kesimpulan..............................................................................................31

3.2 Saran........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi
di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dar kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.

Bidan sebagai kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi
ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya akan berakibat fatal
bagi keselamatan bagi ibu dan bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa neonatus dengan resiko tinggi?

2. Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?

.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Neonatus dengan Risiko Tinggi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologis.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan
tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada
waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.

2.2 Kategori Neonatus dengan Risiko Tinggi

A. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2.500gram (sarnpai dengan 2.499 gram). (Sarwono, 2006 :376)
BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang
dari berat semestinya menurut masa kehamilannya. (Sarwono, 2007 :771)
 Etiologi
a. Persalinan kurang bulan/ prematur (UK 28 - 36 minggu) pada umumnya
disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin, gangguan selama hamil
lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya, semakin mudah umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prorositnya semakin kurnag
baik, kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gertasi kurang.
b. Bayi baru lahir untuk masa kehamilan ini disebabkan karena ada hambatan
pertumbuhan saat dalam kehamilan (janin tumbuh lambat) sitardasi
pertumbuhan intra uteri berhubungan dengan keadaan yang mengganggu
sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan Janin,
kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat
lahirnya kecil. (Bari, Abdul, Maternal Neonatal. 2002).
b. Faktor Ibu :
- Paritas.
- Infertilitas.
- Abortus spontan sebelumnya
- Bahan teratogonik (alkohol, radiasi, obat).
- Penyakit kronis.
-Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal,
paru.hipertensi dan lain-lain).
c. Faktor Plasenta:
- Penyakit Vaskuler.
- Kehamilan ganda.
- Malformasi.
- Tumor.
- Plasenta privea.
d. Faktor Janin:
- Kelainan kromosom.
- Malformasi.
- Infeksi kongenital (misal : Rubella).
- Kehamilan ganda.
- Ketuban pecah dini.
 Patofisiologi
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu ibu
hamil yang kemudian secara otomatis juga mernyebabkan kurangnya asupan
gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.Apabila
dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil ganda yang
mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,maka
nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama dengan janin
tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeks
dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan
janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
 Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR :
a. Berdasarkan BB lahir:
- BBLR: BB < 2500 gr.
- BBLSR : BB 1000 - 1500 gr.
- BBLASR: BB <1000 gr.
b. Berdasarkan Umur Kehamilan
1. Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB - SMK).
2. Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post
term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB - KMK),
3. Neonatus
Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB - KMK), Neonatus Lebih
Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB - KMK).
 Tanda-Tanda Klinis-
a. Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat kurang dari 2500 gram.
 Panjang kurang dari 45 cm.
 Lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Kepala lebih besar. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang.
 Otot hipotonik lemah.
 Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea. Eksremitas : Paha abduksi, sendi
lutut/ kaki fleksi-lurus.
 Kepala tidak mampu tegak.
 Pernafasan 40 - 50 kali / menit.
 Nadi 100 - 140 kali/ menit.
 Gambaran klinis BBLR secara khusus:

Umur kehamilan kurang dari 37 ma

 Kepala relatif lebih besar dari pada ada badannya.


 Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
 Kepala mengarah ke satu sisi,
 Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang sering
tampak peristaltik usus.
 Tulang rawan dan daun telinga imatur.
 Puting susu belum terbentuk dengan baik.
 Pergerakan kurang dan lemah.
 Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
 Tangisrnya lemah dan jarang. pernafasan masih belun teratur.
 Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lunus,
 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita) dan testis belum turun (pada laki laki).
 Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
Preterm sama dengan bayi prematur.
 Term dan post term :
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit / kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
 Pencegahan
1. Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera
melakukankonsultasi dan merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah.
3. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
4. Anjurkan lebih banyak istrahat, bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat
baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari keadaan normal kehamilan.
5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
B. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak bernapas dengan
segara, secara spontan dan setelah lahir.
 Etilogi
1. Faktor Ibu: hipoventilasi ibu, gangguan aliran darah uterus (hipertoni.
hipotoni, atau tetani uterus), hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan
atau hipert.
2. Faktor Plasenta: solusio plasenta, plasenta previa.
3. Faktor Janin: kompresi umbilicus pada tali pusat yang melilit leher.
4. Faktor neonatus: trauma lahir, aspirasi cairan amnion, kelainan kongenital.
 Tanda dan Gejala
1. Ketidakmampuan bernapas.
2. Denyut jantung janin (DJJ) :
a. Bradikardia (kurang dari 100x menit) untuk gejala asfiksia berat.
b. Takhikardia (lebih dari 140x/menit) untuk gejala asfiksia ringan.
3. Warna
a. Pucat dan ada tanda-tanda syok (untuk tanda asfiksia berat).
b. Sianosis (untuk tanda asfiksia ringan)
4. Tonus otot: hipotonia hebat dan bila dirangsang tidak ada reaksi.
5. Mekoneum dalam air ketuban pada presentasi kepala. (Ditemukan mekoneum
pada air ketuban menunjukkan kemungkinan adanya gangguan oksigenisasi
janin dalam kandungan).
 Penanganan Secara Umum:
1. Tindakan yang akan dilakukan bergantung dari nilai APGAR dan sesuai
dengan prinsip-prinsip resusitasi, yaitu pembebasan jalan napas, usaha
bernapas, perbaikan sirkulasi, pemberian obat-obatan dan evaluasi.
2. Segera tali pusat dipotong
3. Membersihkan jalan napas
4. Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan:
a. Bila bayi tidak memperlihatkan usaha bernapas 20 detik setelah lahir,
dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pernapasan.
b. Perangsangan dapat dilakukan dengan pengisapan lendir melalui nasofaring.
c. Pengaliran oksigen yang cepat ke dalam mukosa hidung merangsang refleks
pernapasan
d. Rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki, menekan tendon
archiles.
5. Pengontrolan suhu: dicegah kehilangan panas dari kulit, misalnya dengan
pemakaian sinar lampu yang cukup kuat dan pengeringan tubuh bayi untuk
mengurangi evaporasi.
C. Hypotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36,5°C Suhu normal
bayi, baru lahir berkisar 365C + 37.5C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia
apabila suhu < 36C atau kedua kaki, dan tangan teraba dingin. Bila tubuh bayí
teraba dingin, maka bayi sudah nengalami hipotermi sedang(Suhu 32C- 36 C)
suhu aksila. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh <32C. Hipotermia
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan
teriadinya metoblis anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen,
mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.
Hipoterni dibedakan atas :
1. Stres dingin (36-36,5 C)
2. Hipotermi sedang (32 -36°C)
3. Hipotermi berat (dibJenis-jenis Hipotermi).
 Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
1. Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35C.
2. Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung
terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
3. Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sis-temik
(seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadinya di musim dingin (salju)
dan iklim dingin.
 Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas
Yaitu penurunan suhu tubuh 1 -2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu tubuh
akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4 - 8 jam, bila suhu
lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR. hipoksia
(suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi Pada Neonatus, Bayi Dan
Balita untuk keperluan sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang
dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan
(kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang
bersalin.

2. Hipotermia akut

Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6 - 12 jam.


Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin,
inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu
diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya
adalah lemah, gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki
dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam
inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan
telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

3. Hipotermia sekunder

Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernafasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia perdarahan intra-kranial tranfusi tuka, penyakit
jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia.
Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.

Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus
dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu
tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk
sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury

Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu
berkisar antara 29,5 - 35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis.

Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu:

1. Bayi kurang bulan/ prematur.


2. Bayi berat lahir rendah.
3. Bayi sakit.

Mekanisme Hilangnya Panas pada Bayi Baru Lahir :

BBLR dapat mengalami hipoternmi melalui beberapa mekanisme, yang


berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjag keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas yaitu :

1. Penurunan produksi panas


Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi
penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan
produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal
ataupun pituitari.
2. Peningkatan panas yang hilang

Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan tubuh


kehilangan panas. Mekanisme tubuh yang kehilangan panas dapat terjadi secara :

a. Radiasi: Dari objek ke panas bayi


Perpindahan suhu dari suatu objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan
suhu yang hangat dikelilingi lingkungan yang lebih dingin. Sumber
kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu
inkubator yang dingin. Contoh : Timbangan bayi dingin tanpa alas.
b. Evaporasi: Karena penguapancairan yang melekat pada kulit
Panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus
repiratoris. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah
lahir,atau pada waktu dimandikan. Contoh : Air ketuban pada tubuh bayi, baru
lahir tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi: Panas tubuh diambil olehsuatu permukaan yang melekat di tubuh
Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedan suhu antara kedua
obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL
dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada
BBL yang berada pada permukaan / alas yang dingin, seperti pada waktu
proses penimbangan. Contoh : Pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveki: Penguapan dari tubuh ke udara
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan
kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber
kehilangan panas disini dapat berupa : Inkubator dengan jendela yang terbuka.
atau pada waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit. Contoh : Angin dari
tubuh bayi baru lahir.
 Penilaian Hipotermia

Bayi Baru Lahir

Gejala hipotermia bayi baru lahir:

1. Bayi tidak mau minum/menete.


2. Bayi tampak lesu dan mengantuk.
3. Tubuh bayi teraba dingin.
4. Dalam keadan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras.
 Tanda-Tanda Hipotermi
Tanda-tanda hipotermia sedang

1. Aktifitas berkurang, letargis.


2. Tanginas lemah.
3. Kulit berwarna tidak rata (cutisma lviorata).
4. Kemampuan menghisap lemah.
5. Kaki teraba dingin.
6. Hipotermi berlanjut akan timbul cidera dingin.
 Penyebab dan Risiko

Penyebab utamanya adalah kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari


tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin.

Resiko untuk terjadinya hipoermia :

a. Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir.


b. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
d. Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan
pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.
 Faktor Pencetus

Faktor pencetus terjadinya hipotermia :

a. Faktor lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
d. Gangguan endokrin metabolic.
e. Kurang gizi.energi protein (KKP).
f. Obat-obatan.
g. Aneka cuaca.
 Prinsip Dasar Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir dan Mencegah
Hipotermi :
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir. Bayi lahir dengan tubuh
basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela / pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas
tubuh. Merupakan gejala awal hipotermi untuk mencegah terjadinya serangan
dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering
dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Setelah
tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi / tutup kepala,
kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup di atas
dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan bayi.
b. Menunda memandikan bayi bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu /keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi.
c. Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat > 2.500 gram
melangsung menangis kuat, maka memandikan bayi, ditunda selama + 24 jam
setelah kelahiran.
d. Pada bayi lahir dengan resiko (tidak termasuk kriteria di atas), keadaan bayi
lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram, sebaiknya bayi,jangan
dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila
suhu tubuh bayi, stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI
dengan baik.
 Hipotermi Sedang

Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah
mengqunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.

1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat.
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada
dalam satu selimut atau kain hangat yang di setrika terlebih dahulu.
3. Ulangi sampai panas tubuh ibu berkurang, segera ganti dengan selimut/kain
yang hangat.

Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :

1. Memberi tutup kepala/ topi bayi.


2. Mengganti kain/ popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat
 Hipotermi berat
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat.
2. Segera hangatkan tubuh bayi denganmetode kanguru, bila perlu ibu dan bayi
berada dalam satu selimut atau kain hangat. Bila selimut atau kain mulai
mendingin. segera ganti dengan selimut atau lainya ulangi sampai tubuh ibu
menghangatkan tubuh bayi .
 Mencegah Bayi Kehilangan Panas dengan cara
1. Memberi tutup kepala/topi kepala.
2. Mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau hangat.
3. Bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkin dapat
lebih sering selama bayi menginginkan. Bila terlalu lemah hingga tidak dapat
atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan menggunakan NGT. Bila
tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60±80 ml/ kg /
liter.
4. Segera rujuk di RS terdekat.
 Pengobatan Hipotermi

Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara:

1. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan
tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena
terjadi kontak kulit langsung. Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa
ditambahkan selimut.
2. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau
hangatkan diatas tungku.
3. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 - 60 watt yang dilete letakkan
pada jarak setengah meter di atas bayi.
4. Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
5. Dirujuk ke rumah sakit.
 Pencegahan Hipotermi

Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu :

1. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering, bersih, penerangan


cukup.
2. Memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah melahirkan agar
bayi memperoleh kalori.
3. Mempertahankan kehangatan pada bayi.
4. Memberi perawatan bayi baru lahir yang memadai.
5. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan / perawatan
bayi baru lahir.

Menunda memandikan bayi baru lahir :

1. Pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.


2. Pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih lama lagi.
D. Hipertermi

Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh karena
mekanisme pengaturan panas hipotalamus, mungkin disebabkan oleh
meningkatnya produksi panas Endogen (misalnya: Saat olahraga berat,
Hipertermia mallana, Neuleptik mallana, Hiperteroidisme lapis), keracunan
Atropin atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat panas). (ilmu
kesehatan anak). Infeksi Sistemik selalu dipertanyakan pada bayi dengan kenaikan
suhu inti tubuhnya. Seharusnya dipertimbangkan juga pemberian lingkungan
yang merubah kontrol panas, tidak jarang ditemukan kenaikan suhu inti mengikuti
kenaikan pemasukan panas pada reduksi Bilirubin, juga dapat terjadi pada
inkubator yang diletakkan di bawah sinar matahari. Bayi yang bersuhu tinggi
akibat lingkungan akan vasodildtasi untuk menghilangkan panas, ekstrimitas dan
bayi akan mempunyai suhu yang hampir sama, bayi yang terkena sepsis
vasokontriksinya dan ekstrimitasnya lebih dingin dari pada bagian tubuh lainnya.
Kadang-kadang disebut Gradien "Perut Jari Kaki" (Tummy Toe) Saat kaki 2 -
3°C lebih dingin dari perut, waktunya dilakukan fungsi spinal. Lingkungan yang
terlalu panas juga cukup berbahaya bagi neonatus.

 Macam-Macam Hipertemi
1. Hipertermia Maligna

Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa terjadi saat terjadi
pajanan pada lingkungan yang sangat panas atau pada penderita Miopati.

2. Sindrom Neuroleptik Maligna


3. Terjadi pasca pajanan agen-agen mirip Fenil Azin dan dapat dibedakan
dengan Hipertermia Maligna.
4. Demam Obat

Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 - 43°C. Agen yang sering
menimbulkan demam obat adalah Antibiotik (Penisilin, sefalosporin),
Antikovulsan (fenitoin), apabila demam obat terjadi maka tindakan pertama
adalah segera hentikan pemberian obat. Demam ini biasanya akan sembuh dalam
72 jam setelah penghentian pemberian obat.

 Tanda Gejala Hipertermi pada bayi baru lahir


1. Suhu tubuh lebih dari 37,5° Celcius.
2. Frekuensi pernafasan lebih dari 60 x/menit.
3. Berat badan turun, turgor kulit kurang, banyaknya urine berkurang
E. Sindroma gangguan/distres pernapasan dan Penanganan Secara Umum
1. Sindrom distres pernapasan merupakan penyebab kematian terbanyak
dibanding penyakit lainnya.
2. Sindrom distres pernapasan mengenai sebagian besar bayi prematur, bayi
dengan ibu diabetes, bayi lahir dengan tindakan caesar.
 Etiologi:
1. Bayi yang lahir sebelum paru-parunya siap berfungsi dengan efisien sebagai
organ pertukaran gas atau karena sistem surfaktan yang belum matur.
2. Surfaktan bertindak sebagai deterjen untuk mengurangi tekanan permukaan
cairan yang melapisi alveoli dan saluran pernapasan.
3. Hal ini memungkinkan ekspansi keseluruhan paru dan mencegah kolaps paru-
paru setiap kali setelah bernapas.
4. Tanpa surfaktan,bayi harus bekerja keras untuk mengembangkan kembali
kantung udara setiap kali bernafas.
5. Sehingga bisa terjadi atelektasis (kolaps paru-paru),hipoksemia (oksigen
dalam darah tidak adekuat), dan hiperkapnea (kelebihan karbondioksida).
 Tanda dan Gejala:
1. Ciri khas bayi dengan sindrom distres pernapasan adalah dilahirkan tanpa
distres pernapasan yang jelas.
2. Dalam beberapa menit atau jam, bagaimanapun membran terbentuk dalam
paru-paru.
3. Frekuensi pernapasan menjadi cepat sampai 60 kali permenit atau lebih dan
bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan oksigen.
4. Terjadi retraksi, dan terdapat ekspirasi ngorok, menangis lemah, mulut
berbusa dan sianosis semakin berat.
5. Bila tidak ditangani, lebih dari setengah bayi meninggal dalam 18 jam setelah
lahir.
 Penanganan Secara Umum:
1. Tindakan Pencegahan:
a. Tindakan pencegahan prenatal membantu mengurangi Kematian bayi.
b. Hal ini meliputi pengawasan kadar lestin prenatal dalam cairan amnion
bayi, seperti bayi ibu diabetes. (Informasi ini menandakan maturitas paru-
paru janin).
c. Beberapa dokter memberikan steroid pada ibu 1 sampai 2 hari sebelum
kelahiran yang di perkirakan.
d. Steroid memasuki aliran darah janin melalui plasenta dan merangsang
paru-paru untuk membentuk surfaktan (dengan demikian, kecenderungan
bayi untuk mengalami sindrom distes pernapasan berkurang).
F. Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan tali pusat adalah Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa
timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali
pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi. Sedangkan Kejang
pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik
maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak.

Perdarahan tali pusat pada bayi baru lahir adalah trauma yang di sebabkan
ikatan tali pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang
normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada
neona Ins dan infeksi lokal maupun sisternik. lali pusat harus diawasi terus-
menerus pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat ditanggulangi
secepatnya.

1. Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena:


a. Partus precipitates. Pada partus presipitatus selain perdarahan dari
umbilikus mungkin ditemukan gejala perdarahan intrakranial akibat tidak
tertangkapnya bayi saat mnelahirkan dan kemudian jatuh ke lantai.
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat atau pendeknya tali pusat pada partus
normal.
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang
berlebihan pada saat persalinan.
d. Kelainan penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya
dinding umbikalikus atau placenta sewaktu sectio secarea.
2. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena:
a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut
pecah namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam plasenta.
Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat menimbulkan kematian pada
bayi.
b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut
pecah.
c. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran
pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan
atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah. Pada aneurisme
pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh dan mudah pecah.
3. Robekan pembuluh darah abnormal

Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma,
hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah
seperti:

a. Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan
tidak ada perlindungan jely Wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi
pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya
dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini
sering terdapat pada kehamilan ganda atau multipel.
c. Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang
mengnubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta karena
bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.
4. Perdarahan akibat lacenta previa dan abrotio placenta

Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan


bayi. Pada kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan
pada kasus brutio placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin
karena dapat terjadi anoreksia.Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk
menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir,pada bayi baru lahir dengan
kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan hemoglobin Secara berkala.

 Penatalaksanaan
a. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi.
b. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
c. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk
dilakukan rujukan.
d. Jaga agar tali pusat tetap keringsetiap saat.
e. Kenakan popok di bawah tali pusat.
f. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
g. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti popok.
Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.\
h. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat dan
tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan
tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan
tali pusat dengan allkohol dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga
akan mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
i. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas,
dimana seharusnya tali pusat akan terlepas dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu
dingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
j. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat. Segera hubungi
dokter jika:
1. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.
2. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
3. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
4. Bayi menderita demam.
5. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
6. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
7. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
8. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi ikuran
luasan uang logam.
9. Perdarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah ditekan,
a. Pada perdarahan umbilikus akibat ikatan yang longgar, dapat dikencangkan
kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh jepitan
atau tarifan dari kiem. Jika perdarahan tidak berhenti setelah 15-20 menit
maka tali pusatnya harus segera dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas
pemotongan tersebut.
b. Perdarahan umbilikus akibat robekan umbilikus harus segera
dijahit.Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan lain seperti kelainan anatomik pembuluh darah sehingga dapat segera
dilakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.
c. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan bidan hams
segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan
tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan
sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar
d. Perawatan Tali Pusat.

Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah:

1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
2. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membesihkan tali pusat.
3. Selama belum tali pusatnya putus, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air apapun
4. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan membuatnya menjadi
lembab.
G. Ikterus dan penanganan secara umum

Ikterus adalah warna kuning yang dikulit, konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meingkatnya kadar bilirubin dalam darah (Deples, 1995).
 Etiologi:

Ikterus disebabkan oleh kelebihan jumlah bilirubin dalam jaringan.

1. Bilirubin adalah pigmen yang ditemukan pada hemoglobin dan empedu.


2. Bilirubin dipecah lebih cepat bila terdapat cahaya dan sebagian dibuang
bersama urine. bila kadar bilirubin meningkat, maka kelebihannya disimpan
dalam berbagai jaringan tubuh.
3. Pada kulit penumpukan ini menyebabkan warna kuning disebut ikterus.
4. Pada otak menyebabkan kerusakan jaringan syaraf yang disebut 'kern ikterus'
dimana dapat menyebakan retardasi mental dan bahkan kematian.
 Terdapat 2 macam ikterus, yaitu fisiologis dan patologis:
1. Ikterus fisiologis, terjadi karena reduksi normal sejumlahsel-sel darah merah
setelah lahir.
a. Sebagai akibatnya kadar bilirubin bebas meningkat yang karena lebih
banyak sel-sel darah merah dihancurkan.
b. Disebut ikterus fisiologis apabila meningginya kadar bilirubin tidak
menimbulkan gangguan fungsi dan kerusakan organ.
2. Ikterus patologis, terjadi karena kondisi abnormal sepertieritroblastosis fetalis,
kelainan duktus empedu, atau septikemia.
a. Hepar memiliki peran penting dalam penghancuran bilirubin, sehingga
bilirubin dapat dibuang keluar tubuh.
b. Karena hepar bayi imatur, bayi prematur kurang mampu untuk
membuang kelebihan bilirubin dibanding dengan bayi yang aterm.
c. Oleh karena itu, bayi prematur lebih mudah mengalamII ikterus dan
hiperbilirubinem.
 Tanda dan gejala :
1. Tanda dan gejala ikterus fisiologis:
a. Adanya ikterus yang timbul pada hari ke-2 atau 3, dan menghilang tidak
lebih dari 10 hari.
b. Keadaan umum bayi baik, minum ASI baik, berat badan naik, tidak ada
pembesaran hati atau limpa, buang air kecil dan buang air besar biasa.
2. Tanda dan Gejala Ikterus patologis/ hiperbilirubinemia:
Disebut hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total serum meningkat
dengan cepat sampai > 10 mg% disertai tanda-tanda hemolisis.
 Penanganan secara Umum:
1. Pemeriksaan ikterus dilakukan, dengan cara:
a. Melakukan observasi pada kulit dan bagian putih dari mata dengan
menggunakan cahaya putih.
b. Warna kuning pada kulit dapat dilihat dengan menekan jari telunjuk pada
tempat-tempat yang tulangnya menonjol, seperti tulang hidung, tulang
dada, lutut dan lain-lain.
c. Pengukuran bilirubin yang lebih akurat dengan pemeriksaan laboratorium
darah.
2. Penanganan umum ikterus fisiologis:
a. Jaga suhu tubuh bayi (36,5 - 375 derajat Celcius).
b. Beri ASI sedini mungkin dengan jumlah yang mencukupi. (adanya
makanan dalam usus akan meninggikan motilitas usus dan mengikat
bilirubin sehingga tidak terjadi penguraian oleh & Gilkoronidase menjadi
bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke dalam darah (sirkulasi
latero-hepatik).
c. Setiap pagi dijemur selama 1 jam, antara jam 07.00 -08.00 dengan posisi
mata jangan menghadap matahari.
d. Bila keadaan umum bayi memburuk (tidak mau minum/kurang mau
minum, berat badan turun, hati/limfa membesar, kencing dan buang air
besar tidak seperti biasanya), bila di klinik/puskesmas segera rujuk ke
rumah sakit.
3. Penanganan umum ikterus patologis:
a. Bila di klinik/puskesmas segera rujuk ke rumah sakit dengan membawa
contoh darah ibu untuk uji ulang /cross-cek.
b. Penanganan di rumah sakit untuk bayi yang hiperbilirubinemia ini
biasanya menggunakan blue light therapy (lampu dengan spektrum cahaya
biru) untuk mempercepat penghancuran bilirubin.
c. Adakalanya diberikan juga infus cairan intravena dan transfusi tukar bila
masalah berhubungan dengan diskrasia darah seperti eritroblastosis fetalis.
d. Bayi diletakkan di bawah loe light therapy dengan mata untuk mencegah
kerusakan ditutup, yang tujuannya retina.
H. Hypoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna di bawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa
darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau
ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus
umur 1 - 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi
glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70 - 110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi: pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.

 Hipoglikemi Menurut Usia

Hipoglikemia dapat dibagi menurut usia, yaitu hipoglikemia pada neonates


dan hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar.

1. Hipoglikemia pada neonatus


a. Bersifat sementara dan biasanya tejadi pada bayi baru lahir, misalnya
karena masukan glukosa yang kurang (starvasi, kelaparan), hipotermia,
syok dan pada bayi dari ibu diabetes.
b. Bersifat menetap atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi
hormone, hiperinsulinisme, serta kelainan metabolisme karbohidrat dan
asam amino.
2. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar

Pada balita atau anak yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat
starvasi terutama bila cadangan glikogen rendah,prediabetes, obat-obatan
misalnya insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit sistemik berat dan
Hipoglikemi menurut usia :

Hipoglikemia dapat dibagi menurut usia, yaitu hipoglikemia pada neonatus


dan hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar.

a. Hipoglikemia pada neonatus Bersifat sementara dan biasanya terjadi pada bayi
baru lahir, misalnya karena masukan glukosa yang kurang (starvasi,
kelaparan),hipotermia, syok dan pada bayi dari ibu diabetes. Bersifat menetap
atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi hormone, hiperinsulinisme,
serta kelainan metabolisme karbohidrat dan asam amino.
b. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar Pada balita atau anak
yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat starvasi terutama bila
cadangan glikogen rendah,prediabetes, obat-obatan misalnya insulin pada
pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit sistemik berat dan pada gangguan
endokrin atau metabolisme pada gangguan endokrin atau metabolisme.
c. Hipoglikemia yang Tidak Berhubungan dengan Obat Lebih Jauh Dapat Dibagi
Lagi Menjadi :
1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa.
2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat.
3. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain
(sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan
kadar gula darahnya.
4. Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa
terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
5. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia
berat.
 Cara Pengobatan Hipoglikemi
1. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu.
2. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten.
3. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula dikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit).
4. Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan alukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
5. Seseorang vang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon.
6. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat
di dalamn hati.
7. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit.
8. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
9. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor.
10. Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipogikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
11. Hipoglikernia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL. atau
kadar glukosa darah, <80 mg/dL, dengan gejala klinis.
 Faktor-Faktor Penyebab Hipoglikemia Adalah:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas sehingga menurunkan kadar
gula darah. Dosis insulin terlalu inggi yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
2. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
3. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
4. Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).
 Penyebab lainnya adalah:
a. Prematuritas.
b. Post-maturitas.
 Tanda dan Gejala
a. Letargi.
b. Tidak mau menyusu.
c. Kejang.
d. Penurunan tingkat kesadaran.
 Pencegahan Penting yang Dilakukan :
a. Pengendalian suhu yang adekuat - tetap hangat.
b. Menyusu sejak awal (dalam 1 jam kelahiran) dengan 100 ml / kg/ jika
diberikan susu formula.
c. Pemberian susu secara sering (setiap 3 jam atau kurang).
d. Pemeriksaan glukosa darah segera sebelum pemberian air susu kedua kalinya
dan kemudian setiap 4-6 jam.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Dengan adanya
kesehatan, manusia dapat menjalankan segala aktivitas. Menjaga kesehatan
diri dapat dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
timbul penyakit yang dapat menyerang. Selain itu, pemerintah telah
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat yang terserang penyakit. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
social dan 12 ekonomis.
b. Kesehatan Reproduksi, Yang dimaksud kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah kondisi sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara sempurna, serta
bukan hanya terhindar dari kesakitan dan kecacatan, baik alat, system, fungsi
proses reproduksi sehingga memungkinkan setiap hidup produktif secara
biologis, sosial dan ekonomis. Sedangkan, Keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera.
c. Program Keluarga Berencana merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
masalah kependudukan karena dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk
secara alamiah melalui pengaturan kehamilan. Kewenangan normal
merupakan kewenangan yang dimiliki oleh setiap bidan. Kewenangan bidan
untuk menjalankan program pemerintah merupakan kewenangan khusus
bagi bidan yang bekerja untuk pemerintah dalam mensukseskan program
pemerintah. Sedangkan kewenangan bidan yang tidak memiliki dokter
pada daerah tertentu merupakan kewenangan pelimpahan bagi bidan namun
kewenangan tersebut akan dicabut apabila di daerah tersebut sudah
terdapat dokter.
d. Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.
e. Kategori neonates dengan risiko tinggi, yaitu: BBLR, Asfiksia Neonatorum,
Hypotermi, Hipertermi, Pendarahan Tali Pusat, Ikterus dan Hypoglikemia.

3.2 Saran

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 1996. Manajemen Pelayanan Kesehatan, Banacipta:Jakarta

BKKBN. (2016). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015

Indrie Lutfiana, Ni Ketut Ayu Wulandari. 2020. ASPEK HUKUM


PELAKSANAAN KEWENANGAN BIDAN DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN. STIKES BULELENG

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Data dan Informasi 2015 Profil


Kesehatan Indonesia(D. Budijanto, Yudianto, B. Hardhana, & T. A.
Soenarti (eds.)). PUSDATIN Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Nurjasmi, E. (2014). Peran Bidan dalam Pelayanan KIA-KB di Era JKN

Anita Lockhart RN.MSN, Dr. Lyndon Saputra, (2014). Asuhan Kebidanan


Neonatus Normal dan Patologis, Binarupa Aksara Publisher: Tangerang
Selatan

Anik Maryunani, (2016), Asuhan Neonatus , Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah,
tumbuh kembang, kebutuhan dasar, dan penanganan secara umum
penyulitb dan komplikasi neonates, bayi, balita dan anak pra-sekolah, In-
Media: Bogor

Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi., M.Kes, Pongki Jaya, S.Kep, NS., M.Kes.
(2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra-Sekolah, Cv. Trans Info Media: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai