Makalah Penyulit Neonatus Pada Bayi Resiko Tinggi Dosen Pengampuh: Nurhaeda, SST., M.Keb
Makalah Penyulit Neonatus Pada Bayi Resiko Tinggi Dosen Pengampuh: Nurhaeda, SST., M.Keb
Makalah Penyulit Neonatus Pada Bayi Resiko Tinggi Dosen Pengampuh: Nurhaeda, SST., M.Keb
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Efera (202114047)
FAKULTAS KESEHATAN
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta hidayah – Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PENYULIT NEONATUS PADA BAYI RESIKO TINGGI"
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan – kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................31
PENUTUP..............................................................................................................31
3.1 Kesimpulan..............................................................................................31
3.2 Saran........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi
di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dar kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.
Bidan sebagai kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi
ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya akan berakibat fatal
bagi keselamatan bagi ibu dan bayi.
.
BAB II
PEMBAHASAN
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologis.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan
tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada
waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
2. Hipotermia akut
3. Hipotermia sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernafasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia perdarahan intra-kranial tranfusi tuka, penyakit
jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia.
Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.
Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus
dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu
tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk
sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury
Yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih
dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu
berkisar antara 29,5 - 35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta
kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat;
pengerasan jaringan subkutis.
a. Faktor lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
d. Gangguan endokrin metabolic.
e. Kurang gizi.energi protein (KKP).
f. Obat-obatan.
g. Aneka cuaca.
Prinsip Dasar Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir dan Mencegah
Hipotermi :
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir. Bayi lahir dengan tubuh
basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela / pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas
tubuh. Merupakan gejala awal hipotermi untuk mencegah terjadinya serangan
dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering
dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Setelah
tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi / tutup kepala,
kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup di atas
dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan bayi.
b. Menunda memandikan bayi bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu /keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi.
c. Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat > 2.500 gram
melangsung menangis kuat, maka memandikan bayi, ditunda selama + 24 jam
setelah kelahiran.
d. Pada bayi lahir dengan resiko (tidak termasuk kriteria di atas), keadaan bayi
lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram, sebaiknya bayi,jangan
dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila
suhu tubuh bayi, stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI
dengan baik.
Hipotermi Sedang
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubator
gunakan sesuai ketentuan. Apabila tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah
mengqunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran lampu.
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat.
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada
dalam satu selimut atau kain hangat yang di setrika terlebih dahulu.
3. Ulangi sampai panas tubuh ibu berkurang, segera ganti dengan selimut/kain
yang hangat.
1. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan
tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena
terjadi kontak kulit langsung. Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa
ditambahkan selimut.
2. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau
hangatkan diatas tungku.
3. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 - 60 watt yang dilete letakkan
pada jarak setengah meter di atas bayi.
4. Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
5. Dirujuk ke rumah sakit.
Pencegahan Hipotermi
Hipertermi adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh karena
mekanisme pengaturan panas hipotalamus, mungkin disebabkan oleh
meningkatnya produksi panas Endogen (misalnya: Saat olahraga berat,
Hipertermia mallana, Neuleptik mallana, Hiperteroidisme lapis), keracunan
Atropin atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi (sangat panas). (ilmu
kesehatan anak). Infeksi Sistemik selalu dipertanyakan pada bayi dengan kenaikan
suhu inti tubuhnya. Seharusnya dipertimbangkan juga pemberian lingkungan
yang merubah kontrol panas, tidak jarang ditemukan kenaikan suhu inti mengikuti
kenaikan pemasukan panas pada reduksi Bilirubin, juga dapat terjadi pada
inkubator yang diletakkan di bawah sinar matahari. Bayi yang bersuhu tinggi
akibat lingkungan akan vasodildtasi untuk menghilangkan panas, ekstrimitas dan
bayi akan mempunyai suhu yang hampir sama, bayi yang terkena sepsis
vasokontriksinya dan ekstrimitasnya lebih dingin dari pada bagian tubuh lainnya.
Kadang-kadang disebut Gradien "Perut Jari Kaki" (Tummy Toe) Saat kaki 2 -
3°C lebih dingin dari perut, waktunya dilakukan fungsi spinal. Lingkungan yang
terlalu panas juga cukup berbahaya bagi neonatus.
Macam-Macam Hipertemi
1. Hipertermia Maligna
Gangguan autosom dengan sifat dominan. Hal ini biasa terjadi saat terjadi
pajanan pada lingkungan yang sangat panas atau pada penderita Miopati.
Kenaikan suhu pada demam obat antara 38 - 43°C. Agen yang sering
menimbulkan demam obat adalah Antibiotik (Penisilin, sefalosporin),
Antikovulsan (fenitoin), apabila demam obat terjadi maka tindakan pertama
adalah segera hentikan pemberian obat. Demam ini biasanya akan sembuh dalam
72 jam setelah penghentian pemberian obat.
Perdarahan tali pusat adalah Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa
timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali
pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi. Sedangkan Kejang
pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik
maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak.
Perdarahan tali pusat pada bayi baru lahir adalah trauma yang di sebabkan
ikatan tali pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang
normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada
neona Ins dan infeksi lokal maupun sisternik. lali pusat harus diawasi terus-
menerus pada hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat ditanggulangi
secepatnya.
Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma,
hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah
seperti:
a. Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan
tidak ada perlindungan jely Wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi
pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya
dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini
sering terdapat pada kehamilan ganda atau multipel.
c. Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang
mengnubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta karena
bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.
4. Perdarahan akibat lacenta previa dan abrotio placenta
Penatalaksanaan
a. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi.
b. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat.
c. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk
dilakukan rujukan.
d. Jaga agar tali pusat tetap keringsetiap saat.
e. Kenakan popok di bawah tali pusat.
f. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
g. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti popok.
Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.\
h. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat dan
tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan
tidak menyengat. Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan
tali pusat dengan allkohol dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga
akan mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusat.
i. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas,
dimana seharusnya tali pusat akan terlepas dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu
dingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
j. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat. Segera hubungi
dokter jika:
1. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu.
2. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
3. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
4. Bayi menderita demam.
5. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
6. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
7. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
8. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi ikuran
luasan uang logam.
9. Perdarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah ditekan,
a. Pada perdarahan umbilikus akibat ikatan yang longgar, dapat dikencangkan
kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh jepitan
atau tarifan dari kiem. Jika perdarahan tidak berhenti setelah 15-20 menit
maka tali pusatnya harus segera dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas
pemotongan tersebut.
b. Perdarahan umbilikus akibat robekan umbilikus harus segera
dijahit.Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan lain seperti kelainan anatomik pembuluh darah sehingga dapat segera
dilakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.
c. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan bidan hams
segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan
tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan
sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar
d. Perawatan Tali Pusat.
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
2. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membesihkan tali pusat.
3. Selama belum tali pusatnya putus, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air apapun
4. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan membuatnya menjadi
lembab.
G. Ikterus dan penanganan secara umum
Ikterus adalah warna kuning yang dikulit, konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meingkatnya kadar bilirubin dalam darah (Deples, 1995).
Etiologi:
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara
bermakna di bawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa
darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau
ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus
umur 1 - 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi
glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula
darah antara 70 - 110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi: pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.
Pada balita atau anak yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat
starvasi terutama bila cadangan glikogen rendah,prediabetes, obat-obatan
misalnya insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit sistemik berat dan
Hipoglikemi menurut usia :
a. Hipoglikemia pada neonatus Bersifat sementara dan biasanya terjadi pada bayi
baru lahir, misalnya karena masukan glukosa yang kurang (starvasi,
kelaparan),hipotermia, syok dan pada bayi dari ibu diabetes. Bersifat menetap
atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi hormone, hiperinsulinisme,
serta kelainan metabolisme karbohidrat dan asam amino.
b. Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar Pada balita atau anak
yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat starvasi terutama bila
cadangan glikogen rendah,prediabetes, obat-obatan misalnya insulin pada
pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit sistemik berat dan pada gangguan
endokrin atau metabolisme pada gangguan endokrin atau metabolisme.
c. Hipoglikemia yang Tidak Berhubungan dengan Obat Lebih Jauh Dapat Dibagi
Lagi Menjadi :
1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa.
2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat.
3. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain
(sulfonilurea) yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan
kadar gula darahnya.
4. Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa
terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
5. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia
berat.
Cara Pengobatan Hipoglikemi
1. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu.
2. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan
memberikan sejumlah gula yang konsisten.
3. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula dikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit).
4. Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk
memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan alukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
5. Seseorang vang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat
sebaiknya selalu membawa glukagon.
6. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat
di dalamn hati.
7. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit.
8. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
9. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor.
10. Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat
menghindari serangan hipogikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
11. Hipoglikernia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL. atau
kadar glukosa darah, <80 mg/dL, dengan gejala klinis.
Faktor-Faktor Penyebab Hipoglikemia Adalah:
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas sehingga menurunkan kadar
gula darah. Dosis insulin terlalu inggi yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
2. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
3. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
4. Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah (yang disimpan dalam bentuk glikogen).
Penyebab lainnya adalah:
a. Prematuritas.
b. Post-maturitas.
Tanda dan Gejala
a. Letargi.
b. Tidak mau menyusu.
c. Kejang.
d. Penurunan tingkat kesadaran.
Pencegahan Penting yang Dilakukan :
a. Pengendalian suhu yang adekuat - tetap hangat.
b. Menyusu sejak awal (dalam 1 jam kelahiran) dengan 100 ml / kg/ jika
diberikan susu formula.
c. Pemberian susu secara sering (setiap 3 jam atau kurang).
d. Pemeriksaan glukosa darah segera sebelum pemberian air susu kedua kalinya
dan kemudian setiap 4-6 jam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Dengan adanya
kesehatan, manusia dapat menjalankan segala aktivitas. Menjaga kesehatan
diri dapat dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
timbul penyakit yang dapat menyerang. Selain itu, pemerintah telah
memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat yang terserang penyakit. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
social dan 12 ekonomis.
b. Kesehatan Reproduksi, Yang dimaksud kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah kondisi sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara sempurna, serta
bukan hanya terhindar dari kesakitan dan kecacatan, baik alat, system, fungsi
proses reproduksi sehingga memungkinkan setiap hidup produktif secara
biologis, sosial dan ekonomis. Sedangkan, Keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera.
c. Program Keluarga Berencana merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
masalah kependudukan karena dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk
secara alamiah melalui pengaturan kehamilan. Kewenangan normal
merupakan kewenangan yang dimiliki oleh setiap bidan. Kewenangan bidan
untuk menjalankan program pemerintah merupakan kewenangan khusus
bagi bidan yang bekerja untuk pemerintah dalam mensukseskan program
pemerintah. Sedangkan kewenangan bidan yang tidak memiliki dokter
pada daerah tertentu merupakan kewenangan pelimpahan bagi bidan namun
kewenangan tersebut akan dicabut apabila di daerah tersebut sudah
terdapat dokter.
d. Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.
e. Kategori neonates dengan risiko tinggi, yaitu: BBLR, Asfiksia Neonatorum,
Hypotermi, Hipertermi, Pendarahan Tali Pusat, Ikterus dan Hypoglikemia.
3.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryunani, (2016), Asuhan Neonatus , Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah,
tumbuh kembang, kebutuhan dasar, dan penanganan secara umum
penyulitb dan komplikasi neonates, bayi, balita dan anak pra-sekolah, In-
Media: Bogor
Vidia Atika Manggiasih, SST, S.Psi., M.Kes, Pongki Jaya, S.Kep, NS., M.Kes.
(2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra-Sekolah, Cv. Trans Info Media: Jakarta