Tugas Teori Akuntansi Manajemen Laba
Tugas Teori Akuntansi Manajemen Laba
Tugas Teori Akuntansi Manajemen Laba
MANAJEMEN LABA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kelompok 6 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Laba ”
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimaksih kepada Dosen DEWI PUSPA SARI ,S.E.,M.Si. selaku
dosen mata kuliah Teori Akuntansi ucapan terimaksih juga dismapaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makala ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan
adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.
Manajemen laba, akhir-akhir ini merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi di
sejumlah perusahaan. Praktik yang dilakukan untuk mempengaruhi angka laba dapat terjadi
secara legal maupun tidak legal.Praktik legal dalam manajemen laba berarti usaha untuk
mempengaruhi angka laba tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam PABU,
khususnya dalam Standar Akuntansi, yaitu dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat
estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan menggeser periode pendapatan
atau biaya.
Adapun manajemen laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial
fraud), dilakukan dengan cara-cara yang tidak diperbolehkan oleh PABU, yaitu dengan cara
melaporkan transaksi-transaksi pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark
up) atau mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan
sejumlah transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada nilai tingkat tertentu yang
dikehendaki.
Penurunan kualitas laporan keuangan merupakan dampak utama yang diakibatkan dari
adanya manajemen laba, di samping dampak-dampak lainnya. Setiawati dan Na'im (2000)
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan
dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa
tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Begitu juga menurut Widarto (2004:33) yang
merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan.
Manajemen laba bukanlah suatu hal merugikan selama dilakukan dalam koridorkondor
peluang, manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan
karena terdapatnya beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai suatu
larangan. Manajemen laba berusaha untuk mengatur kondisi perusahaan dan sebagai usaha untuk
mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen laba
2. untuk mengetahui konsep manajemen laba
3. untuk mengetahui motovasi manajer dalam melakukan manajemen laba
4. untuk mengetahui bagaimana terjadi manajemen laba melalui manajemn akuntansi
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporakan dari unit yang menjadi tanggung
jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan
profitabilitas perusahaan untuk jangka Panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat
diartikan sebagai suatu tindakan manajemen dalam mempengaruhi laba yang dilaporkan
dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam
jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.
a. Definisi sempit. Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku
manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam
menentukan besarnya earnings.
b. Definisi luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka
panjang unit tersebut.
a. Schipper (1989) : manajemen laba merupakan campur tangan pada saat pengerjaan
laporan keuangan yang bermaksud dapat mendapatkan keuntungan pribadi
d. Healy dan wahlen (1999) : manajemen laba pada saat penyusunan transaksi laporan
keuangan guna mengecoh stakeholder mengenai kinerja ekonomi suatu entitas agar
dapat mempengaruhi hasil kontrak dengan investor
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelap
oran keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment. dalam pelaporan
keuangandan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan.Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai
tujuan khusus.
Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada
para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka-angka
akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan Rosenzweig (1995) memandang earnings
management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau
menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung
jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu
badan usaha dalam jangka panjang
Manajemen ini tidak serta merta muncul begitu saja, tetapi ada faktor yang menjadi
penyebab munculnya manajemen ini.
berikut ini tiga faktor penyebab munculnya praktik manajemen laba yang perlu Anda ketahui.
1. Manajemen Akrual. Faktor pertama yang bisa menjadi penyebab munculnya praktik
manajemen akuntansi yang satu ini adalah adanya manajemen akrual. Manajemen akrual
pada umumnya berhubungan dengan semua kegiatan yang bisa berpengaruh terhadap
arus kas perusahan dan keuntungan perusahaan.
Kebijakan Akuntansi yang Wajib
2. Faktor kedua yang bisa menjadi penyebab munculnya manajemen yang satu ini adalah
kebijakan akuntansi yang wajib untuk diterapkan, seperti jika perusahaan mewajibkan
menggunakan aplikasi pembukuan dalam segala kegiatan akuntansi.
Hal ini berhubungan dengan keputusan dari manajer perusahaan dalam penerapan
kebijakan akuntansi tertentu yang sifatnya wajib.
3. Perubahan Aktiva Secara Sukarela
Faktor yang ketiga yaitu perubahan aktiva secara sukarela. Faktor yang satu ini pada
umumnya berkaitan dengan usaha manajer perusahaan dalam mengubah atau mengganti
sebuah strategi akuntansi tertentu.
C. Fungsi manajemen laba
Ada tiga fungsi manajemn laba adalah sebagai berikut :
1. Memantau Laporan Laba Rugi
Fungsi yang pertama yaitu dapat memantau laporan laba rugi dalam sebuah
perusahaan.Untuk perusahaan yang baru memulai usahanya, ini sangat penting untuk
mengihtung Break Even Point ( BEP ) mereka. Laporan laba rugi itu sendiri ada yang
mingguan, bulanan, tahunan, atau triwulan tergantung dari kebijakan masing-masing
perusahaan dalam menggunakan sofware laporan keuangan perusahaan mereka.Tapi,
setiap akuntan bisa membuat laporan laba rugi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan
dari manajemen perusahaan.Oleh karena itu, manajemen laba bermanfaat untuk memantau
laporan laba rugi ini. Anda bisa memanfaatkan manajemen ini untuk meminimalisir
kerugian dan melakukan proyeksi laba.Maka dari itu, keberadaan manajemen akuntansi
yang satu ini sangat krusial karena menyangkut laba yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan dalam periode waktu tertentu.
2. Menggabungkan Pemantauan Laporan Laba Rugi dan Pengeluaran Kas
Dalam dunia bisnis, uang adalah “raja”, tidak melihat jenis atau ukuran dari sebuah
usahanya.Manajemen laba yang bekerja efektif dapat memberikan gambaran bagaimana
cara perusahaan untuk menghemat uang atau pengeluarannya.Selain itu, manajemen ini
juga berfungsi untuk menghasilkan uang tunai serta menghindari perusahaan dari
kebangkrutan.Untuk mencapai hal tersebut, maka harus diatur dengan baik dan efisien
dalam penggunaan aplikasi akuntansi khususnya dalam hal pemantauan
pengeluaran.Selanjutnya, manajemen akuntansi yang satu ini juga berfungsi dalam
membantu sebuah usaha untuk menghemat keuangan jika dikombinasikan dengan laporan
laba rugi.Khususnya bisa membantu keuangan perusahaan ketika perusahaan sedang
mengalami masa sulit.Dengan mengkombinasikan dua strategi bisnis tersebut, maka akan
tercipta pengelolaan pendapatan usaha yang efisien dan efektif.Jadi, dapat disimpulkan
bahwa fungsi manajemen yang satu ini sangat krusial dalam sebuah perusahaan.
3. Tim Outsource untuk Manajemen Laba
Meningkatkan laba pada periode kini agar perusahaan dapat dipandang lebih baik.
Sehingga perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba
sepanjang periode yang panjang.
2. Big Bath
Strategi ini dilakukan dengan cara melakukan penghapusan (write- off) transaksi pada
satu periode. Di mana periode yang dipilih biasanya adalah periode dengan kinerja yang
buruk atau sering kali pada masa resesi di mana perusahaan lain juga melaporkan laba yang
buruk atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan
manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi “Big Bath juga sering kali dilakukan
setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya.
Teori yang digunakan dalam manajemen laba adalah teori keagenan (Agency Theory).
Teori keagenan merupakan teori yang mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(principal) dan manajemen (agent). Teori keagenan digunakan sebagai pemisah antara pengelola
perusahaan (pihak manajemen) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham) (Husnan dan Eny,
2015). Antara pemegang saham dan manajemen memiliki tujuan yang berbeda sehingga
memunculkan konflik kepentingan. Seorang pemegang saham menginginkan agar pengembalian
yang diberikan atas hasil investasi dilakukan secara cepat dengan keuntungan yang tinggi,
sedangkan seorang manajer menginginkan insentif/kompensasi sebesar-besarnya atas kinerjanya
dalam mengelola perusahaan.
Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak manajer (agen) dengan pemegang saham (prinsipal).Kedua belah pihak terkait kontrak
yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana
untuk menjalankan perusahaan, sedangkan agen memunyai kewajiban untuk mengelola apa yang
ditugaskan oleh para pemegang saham kepadanya. Untuk kepentingan tersebut, prinsipal akan
memperoleh hasil berupa pembagian laba, sedangkan agen memperoleh gaji, bonus, dan
berbagai kompensansi lainnya. Menurut Scott (2000), teori keagenan adalah pendesainan kontrak
yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Aplikasi teori keagenan dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan
secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai
mekanisma bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return,maupun risiko-risiko yang disetujui
oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerjakan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness, yaitu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan Pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari
prinsipal ke agen.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori keagenan adalah
hubungan antara dua pihak yaitu agen dan prinsipal, dimana agen adalah manajer dan prinsipal
adalah pemegang saham yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Hubungan keagenan
tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham, maka dari itu
harus terdapat kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen.
Menurut Eisenhardt (1989), tujuan dari teori keagenan adalah sebagai berikut.
Sesuai dengan agency theory, motivasi manajemen akrual dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, 2002). Pada motivasi opportunistic,
manajemen melalui kebijakan aggressive accounting menghasilkan angka laba lebih tinggi
daripada laba yang sesungguhnya. Apabila laporan laba tidak dapat menggambarkan laba yang
sesungguhnya, maka laporan laba mengarah pada overstate earnings. Laba yang mengarah pada
overstate earnings mengakibatkan laba menjadi kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang
dilakukan oleh manajemen berhubungan dengan kompensasi berdasarkan kontrak yang
disepakati dengan pihak pemilik. Pada motivasi signaling, manajemen menyajikan informasi
keuangan (khususnya laba) diharapkan dapat memberikan sinyal kemakmuran kepada para
pemegang saham. Laporan laba yang dapat memberikan sinyal kemakmuran adalah laba yang
relatif tumbuh dan stabil (sustainable)..
Teori Stewardship adalah alternatif dari teori agensi yang menawarkan prediksi
berlawanan mengenai penataan dewan yang efektif (Muth & Donaldson, 1998). Pihak agen dan
principal dalam teori ini saling bekerja sama dan menjalin hubungan komunikasi dalam sebuah
harmonisasi untuk mencapai tujuan bersama. Teori ini menjelaskan bahwa manajemen puncak
dan stakeholder saling percaya untuk mencapai tujuan tanpa menghambat kepentingan salah satu
pihak. Donaldson dan Davis (1991) menyatakan pendapat bahwa CEO sebagai seorang stewards
akan sepenuhnya mendukung perusahaan ketika mereka diberikan otoritas yang tinggi dan
keleluasaan. Stewardship adalah hasil dari perilaku kepemimpinan yang mengikat rasa tanggung
jawab pribadi untuk setiap bagian dari perusahaan demi mencapai kesejahteraan jangka panjang
baik untuk organisasi maupun masyarakat (Hernandez 2008). Ketika dihadapkan pada suatu
tindakan untuk mementingkan kepentingan bersama, manajemen akan terikat oleh rasa tanggung
jawab dan identifikasi dengan organisasi (Muth & Donaldson, 1998).
Auditor internal sebagai mitra manajemen yang mempunyai tugas pemantauan dalam
menjamin efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan termasuk ketika ada indikasi
manipulasi laporan keuangan (Baatwah & Al-Qadasi, 2019). Auditor internal harus menjamin
bahwa social ties antara CEO dan CFO menghasilkan laporan keuangan yang akurat karena
komunikasi dan arus informasi internal antara keduanya yang lancar. Auditor internal terus
berupaya untuk memantau risiko organisasi dan memastikan keandalan pelaporan keuangan
(Alzeban, 2019). Auditor internal dapat secara langsung berkomunikasi dengan dewan dan
pemangku kepentingan eksternal melalui komite audit sehingga independensi auditor internal
cukup tinggi untuk memastikan keandalan informasi (Alzeban, 2019). Selain sebagai penjamin,
auditor internal juga berperan sebagai konsultan perusahaan. Sebagai penjamin dan konsultan,
auditor internal harus terus meningkatkan keahlian dan keterampilannya sehubungan dengan
aktivitas pemantauan dan pengendalian (Moeller, 2005; Reding dkk., 2013). Kompetensi auditor
internal sehubungan dengan struktur tata kelola perusahaan tidak diragukan lagi karena auditor
internal sebagai assurance harus memahami proses bisnis perusahaan. Sebagai mitra manajemen,
auditor internal akan berusaha untuk memberi nilai tambah perusahaan termasuk memberikan
rekomendasi atas permasalahan perusahaan. Oleh karena itu, kompetensi auditor internal
diharapkan dapat memperkuat pengaruh negatif CEO-CFO social ties terhadap aktivitas
manajemen laba
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut, maka hubungan antara agency theory dan manajemen laba
(earnings management) dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, atas dasar agency theory
maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen mengandung kebijakan yang mengarah
pada manajemen laba. Manajemen dimotivasi oleh perilaku opportunistic dan signaling. Pada
motivasi opportunistic, manajemen cenderung menyajikan laba lebih tinggi daripada laba yang
sesungguhnya sehingga mengarah pada kekaburan laba (earnings opacity). Pada motivasi
signaling, manajemen cenderung menyajikan laporan laba yang mengandung persistensi laba
sehingga laba lebih informatif. Motivasi opportunistic berhubungan dengan kompensasi yang
akan diterima oleh pihak manajemen; sedangkan motivasi signaling berhubungan dengan
kemakmuran para pemegang saham (principals).
Kedua, dalam teori pesinyalan ini berdampak negatif bagi manajemen laba karena teori
sinyal dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi
melalui Laporan Keuangan dan menunjukan bahwa mereka telah menerapkan kebijakan
akuntansi yang konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba atau yang sering kita sebut
dengan istilah Manajemen Laba dan menyajikan laba serta aktiva yang tidak overstate.
Ketiga, Sejalan dengan teori stewardship, bahwa CEO dan CFO social ties adalah
pelayan perusahaan yang kinerjanya adalah memenuhi ekspektasi stakeholder dengan
menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
manajemen level atas dan pemilik perusahaan saling percaya satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama tanpa berperilaku egois dan oportunis. Membuktikan bahwa CEO-CFO social
ties mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Alzeban, A. (2019). Influence of internal audit reporting line and implementing internal audit
recommendations on financial reporting quality. Meditari Accountancy Research.
Beaver, W.H. 2002. “Perspectives on Recent Capital Market Research.” The Accounting
Review, Vol. 77, No. 2, April: 453 – 474.
Donaldson, L., & Davis, J. H. J. A. J. o. m. (1991). Stewardship theory or agency theory: CEO
governance and shareholder returns. 16(1), 49-64.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency
costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-360.
Kuang, Y. F., Liu, X. K., Paruchuri, S., & Qin, B. (2020). CFO social ties to non-CEO senior
managers and financial restatements. Accounting Business Research, 1-35.
Muth, M., & Donaldson, L. J. C. G. A. I. R. (1998). Stewardship theory and board structure: A
contingency approach. 6(1), 5-28.
Setiawati, L. dan A, Na’im 2000. Manajemen Laba . Journal Ekonomi dan Bisnis.
Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition: Prentice Hall, Canada Inc.