Bab 3 - Landasan Teori
Bab 3 - Landasan Teori
Bab 3 - Landasan Teori
LANDASAN TEORI
11
12
roda dapat menyebar secara baik pada tumpuan di bantalan. Selain itu,
fungsi lain dari rel adalah menyalurkan listrik untuk tujuan
persinyalan pada kawasan sirkuit jalan rel.
b. Persyaratan Umum Rel
Rel harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Minimum perpanjangan (elongation) 10%;
2) Kekuatan tarik (tensile strength) minimum 1175 N/mm²;
3) Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 320 BHN.
Pada tabel 3.2 dijelaskan dimensi penampang rel berdasarkan tipe rel
yang digunakan di Indonesia.
Tabel 3.2. Dimensi penampang rel
Besaran Tipe Rel
Geometri Rel R 42 R 50 R 54 R 60
H (mm) 138,00 153,00 159,00 172,00
B (mm) 110,00 127,00 140,00 150,00
C (mm) 68,50 65,00 70,00 74,30
D (mm) 13,50 15,00 16,00 16,50
E (mm) 40,50 49,00 49,40 51,00
F (mm) 23,50 30,00 30,20 31,50
G (mm) 72,00 76,00 74,79 80,95
R (mm) 320,00 500,00 508,00 120,00
A (cm²) 54,26 64,20 69,34 76,86
W (kg/m) 42,59 50,40 54,43 60,34
Ix (cm4 ) 1369 1960 2346 3055
Yb (mm) 68,50 71,60 76,20 80,95
A = Luas Penampang
W = Berat Rel Permeter
Ix = Momen Inersia Terhadap Sumbu X
Yb = Jarak Tepi Bawah Rel Ke Garis Netral
Sumber: PM No. 60 tahun 2012
2. Penyambung Rel ( Fish Plate )
a. Pengertian Umum
Penyambung (fish plate) adalah suatu penyangga sambungan
rel kereta api dengan panjang rel yang sudah ditentukan (diambil).
Fish plate biasanya dijebitkan 4 - 6 baut pada kedua rel yang
disambung.
13
b. Persyaratan Umum
1) Penyambungan rel dengan plat sambung harus digunakan apabila
tidak diperkenankan melakukan pengelasan terhadap rel.
Sambungan rel terdiri dari:
Dua plat sambung kiri dan kanan;
Enam baut dengan mur, ring pegas atau cincin pegas dari
baja, dipasang hanya empat baut untuk menjaga pemanasan
rel akibat cuaca.
2) Pemberian tanda pada plat sambung dilakukan sekurang-
kurangnya, meliputi:
Identitas pabrik pembuat;
Dua angka terakhir tahun produksi;
Terdapat stempel dari pabrik yang melakukan proses
perlakuan panas, stempel ini tidak perlu dicantumkan apabila
proses produksi plat sambung dilakukan produsen plat
sambung sendiri.
3. Penambat Rel
a. Pengertian Umum
Penambat rel adalah suatu kompenen yang menahan/menambat
rel pada bantalan sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh
dan kuat. Alat penambat yang digunakan adalah alat penambat jenis
elastis yang terdiri dari sistem elastis tunggal dan elastis ganda.
Sebelum ini, Indonesia (PJKA) menggunakan tipe PR PR 300
dengan gaya jepit sekitar 650 kgf. Saat ini, untuk jalan rel yang
menggunakan R54 dengan bantalan beton, digunakan tipe Pandrol e
1800 atau e 2000 dengan gaya jepit mencapai 1200 kgf (Surakim,
2014).
b. Persyaratan Umum
a. Alat penambat harus mampu menjaga kedudukan kedua rel agar
tetap dan kokoh berada di atas bantalan;
b. Clip harus mepunyai daya jepit 900 – 1100 kgf;
14
b. Fungsi Utama
Balas memiliki fungsi utama yaitu untuk meneruskan dan
menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar, mengokohkan
kedudukan bantalan dan meloloskan air sehingga tidak terjadi
penggenangan air disekitar bantalan dan rel. Balas memiliki
kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1 : 2.
c. Persyaratan Material
Dalam penyusunan balas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Balas harus terdiri dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki
kapasitas ketahan yang baik, ketahanan gesek yang tinggi dan
mudah dipadatkan;
2) Material balas harus bersudut banyak dan tajam;
3) Porositas maksimum 3%;
4) Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm²;
5) Specific gravity minimum 2,6;
6) Kandungan tanah,lumpur dan organik maksimum 0,5%;
7) Kandungan minyak maksimum 0,2%;
8) Keausan balas sesuai dengan test Los Angeles tidak boleh lebih
dari 25%.
7. Sub – Balas (Sub – Ballast)
a. Pengertian Umum
Sub – balas adalah lapisan yang berfungsi sebagai lapisan filter
antara tanah dasar dan lapisan tanah balas dan harus dapat
mengalirkan air.
b. Persyaratan Material
Lapisan sub - balas yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Material sub – balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau
kumpulan agregat pecah dan pasir.
17
c. Persyaratan Umum
1) Kandungan mangan (Mn) pada jarum mono blok harus berada
dalam rentang (11 – 14)%.
2) Kekerasan pada lidah dan pada bagian lainnya sekurang-kurangnya
sama dengan kekerasan rel.
3) Celah antara lidah dan rel lantak harus kurang dari 3 mm.
4) Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada posisi terbuka tidak
boleh lebih dari 125 mm.
5) Celah (gap) antara rel lantak dan rel paksa pada ujung jarum 34
mm.
9. Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Daya dukung tanah dasar harus lebih besar dari seluruh beban yang
ada di atasnya, termasuk beban kereta api, beban konstruksi jalan rel
bagian atas dan beban timbunan untuk badan jalan di daerah timbunan.
Untuk syarat kedalaman maksimum di daerah galian adalah 10 m
apabila kedalaman galian lebih dari 10 m maka perlu di buat Berm tiap 6
m ketinggian, dan di daerah timbunan syarat ketinggian maksimum adalah
6 m, apabila ketinggian timbunan lebih dari 6 m maka perlu dibuat Berm
tiap 6 m ketinggian. Salah satu cara memproteksi lereng atau tanah dasar
adalah dengan metode vegetasi, yaitu menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai alternatif proteksi lereng pada daerah galian atau timbunan.
Apabila dipandang masih kurang memadai maka alternatif lainnya adalah
dinding penahan tanah (Retaining Wall)
Konstruksi dinding penahan tanah (retaining wall) biasanya
dibangun pada daerah yang merupakan urugan ataupun pada daerah
galian, daerah sekitar pangkal jembatan, ROW yang terbatas, daerah
rawan erosi ataupun karena gangguan manusia. Pada umumnya dinding
penahan tanah ini menggunakan pasangan batu kali ataupun beton.
19
B. Perancangan Geometri
1. Alinemen Horizontal
Alinemen Horizontal merupakan 2 jalur saling membentuk sudut
dan dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk Iingkaran, dengan atau
tanpa lengkung-Iengkung peralihan. Pada tabel 3.3 dijelaskan jari – jari
minimum yang dapat digunakan sesuai kecepatan rencana, dan dengan
atau tanpa lengkung peralihan.
Tabel 3.3 Jari-jari minimum yang diijinkan pada lengkung horizontal
Kecepatan R minimum lengkung R minimum lengkung
Rencana (Km/Jam) lingkaran tanpa lengkung lingkaran yang diijinkan
peralihan (m) dengan lengkung peralihan
(m)
120 2370 780
110 1990 660
100 1650 550
90 1330 440
80 1050 350
70 810 270
60 600 200
Sumber: PM No. 60 Tahun 2012
20
Pada peralihan jalan dari satu arah ke arah yang berbeda dalam
alinemen horizontal harus ada belokan (lengkung) dengan jari-jar (radius)
tertentu. Ketika melewati lengkung, KA seakan-akan terlempar ke luar
menjauhi titik pusat lengkung akibat gaya sentrifugal. Untuk berbagai
keceptan rencana, besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari 2
kondisi, yaitu :
a. Gaya berat = Gaya sentrifugal
𝑚 𝑉²
G sinα = cos α (3.1)
𝑅
𝐺 𝑉²
G sinα = cos α (3.2)
𝑔𝑅
𝑉²
tan α = (3.3)
𝑅
ℎ
jika : tan α = 𝑊 (3.4)
𝑚 𝑉²
cos α = G sinα (3.5)
𝑅
𝑊𝑉²
h= (3.6)
𝑔𝑅
GV²
G tanα =[ gR − H] (3.11)
H
Jika : tanα = W (3.12)
G
Dan, H = m.a = g a (3.13)
Maka :
V² h
a= − gW (3.14)
R
V³.t
L= (3.18)
a.R
d. Peninggian Rel
Gaya sentrifugal cenderung membuat kereta keluar dari
belokan atau lengkung maka diperlukan peninggian rel untuk
mengimbangin gaya sentrifugal pada kereta. Salah satu cara untuk
mereduksi gaya sentrifugal yang membebani kereta api adalah
meninggikan rel luar terhadap rel bagian dalam di lengkung
horizontal.
1) Peninggian Rel Minimum
Persamaan dasar :
Gaya Sentrifugal = Gaya Berat + Komponen Rel
mV²
. cosα = G.sinα + H.cosα (3.22)
R
GV²
G sinα =[ gR − H] cos α (3.23)
H
Jika : tanα = W (3.24)
G
Dan, H = m.a = g a (3.25)
Maka :
V² h
a= − gW (3.26)
R
𝑉²
tan α = (3.30)
𝑅
23
ℎ
jika : tan α = 𝑊 (3.31)
𝑚 𝑉²
cos α = G sinα (3.32)
𝑅
𝑊𝑉²
h= (3.33)
𝑔𝑅
Maka :
8,8 𝑉²
hnormal = (dalam mm) (3.34)
h
k = 5,95
jadi peningian rel normal ditentukan sebagai :
𝑉²
hnormal = 5,95 . h
E. Perancangan Potongan
Perancangan potongan adalah perancangan detail struktur jalur rel
mulai dari kepala rel hingga tanah dasar, secara vertikal dan horizontal dari
jalur rel kereta api. Perancangan potongan dibagi atas 2, yaitu:
1. Potongan Memanjang
Potongan memanjang merupakan gambar detail strukur jalur rel
secara horizontal. Pada studi ini diperoleh 16 gambar potongan
memanjang tiap gambarnya memiliki bentang 1 km. Data yang diperoleh
dari gambar ini antara lain, peta topografi jalur rel, elevasi tanah asli dan
elevasi rel rencana, kemudian kondisi jalur rel kereta api yaitu rail
elevation, gradient, straight curve, ground height, dan formation level.
2. Potongan Melintang
Potongan melintang merupakan gambar potongan detail struktur
jalur rel secara vertikal. Potongan melintang ini di ambil tiap 100 m. Data
yang dapat diperoleh yaitu, elevasi tanah asli, elevasi rel rencana, elevasi
struktur badan rel, elevasi ballast, elevasi sub-ballast, elevasi tanah
dasar, dan tabel satuan jarak struktur badan rel.
Pada potongan melintang dapat diketahui nilai volume galian dan
timbunan pada jalur rel. Pada studi hanya terdapat 1 gambar potongan
timbunan. Untuk galian memiliki nilai yang lebih bervariasi mulai dari
galian tinggi, galian sedang, dan galian rendah.
a. Galian Tinggi
Galian tinggi adalah suatu daerah pada jalur kereta api dimana
selisih antara elevasi tanah asli dengan rel rencana lebih dari atau
sama dengan 10 m, pada kasus ini biasanya diperlukan proteksi
lereng. Dapat menggunkan metode vegetasi atau menggunakan
dinding penahan tanah (Retaining Wall).
b. Galian Sedang
Galian sedang adalah suatu daerah pada jalur kereta api
dimana selisih antara elevasi tanah asli dengan rel rencana kurang
dari 10 m, pada daerah ini tidak dperlukan proteksi lereng.
26
c. Galian Rendah
Galian rendah adalah suatu daerah pada jalur kereta api dimana
selisih antara elevasi tanah asli dengan rel rencana hampir
mengdekati struktur badan rel. Pada daerah tidak perlu dibuatkan
proteksi lereng.
F. Estimasi Volume Kerja dan Rencana Anggaran Biaya
Estimasi volume pekerjaan adalah tahapan dalam menentukan pekerja-
pekerjaan apa saja yang harus dilakukan dalam perancangan, dan
mengestimasi kebutuhan yang di perlukan.
Rencana anggaran biaya adalah estimasi atau perkiraan pendanaan
yang diperlukan dalam merealisasikan studi pada proyek dilapangan. Rencana
anggaran biaya ini menggunakan harga satuan kerja.