Laporan Komprehensif Balita 48 Bulan Dengan Diare Abil
Laporan Komprehensif Balita 48 Bulan Dengan Diare Abil
Laporan Komprehensif Balita 48 Bulan Dengan Diare Abil
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA “A” USIA 48 BULAN DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN
DI PUSKESMAS PAKISAJI
Dosen Pembimbing
Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar (>3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir darah
sehingga dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras. Bila penderita diare banyak kehilangan cairan
tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan balita. Penyebab utama
kematian ini adalah akibat tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun disarana kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan tata laksana yang cepat dan tepat pada kasus diare untuk
menurunkan jumlah kematian bayi dan balita akibat diare sesuai dengan targaet Indonesia pada
SDG’s 2030 yaitu menunrunkan angka kematian balita akibat penyakit yang dapat dicegah menjadi
25 per 1000.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS menangani balita sakit menggunakan suatu algoritma, program ini dapat
mengklasifikasi penyakit-penyakit secara tepat, mendeteksi semua penyakit yang diderita oleh
balita sakit, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi
dan memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu, bagi ibu balita juga
diberikan bimbingan mengenai tata cara memberikan obat kepada balitanya di rumah, pemberian
nasihat mengenai makanan yang seharusnya diberikan kepada balita tersebut dan memberi tahu
kapan harus kembali ataupun segera kembali untuk mendapat pelayanan tindak lanjut, sehingga
MTBS merupakan paket komprehensif yang meliputi aspek preventif, promotif, kuratif, maupun
rehabilitative. Sehingga optimalisasi penggunaan MTBS dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan
dasar.
1.2 Tujuan
Mampu memberikan asuhan komprehensif pada balita sakit dengan diare dehidrasi ringan melalui
manajemen asuhan kebidanan
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif pada balita sakit
2. Mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah actual pada balita sakit
3. Mampu mengidentifikasi diagnose potensial dan masalah potensial yang mungkin muncul
pada balita sakit
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada balita sakit
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh sesuai
kebutuhan pada balita sakit
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai
kebutuhan pada balita sakit
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada balita sakit
1.3 Manfaat
1.4 Sistematika:
1. BAB 1 Pendahuluan
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada
judul laporan pendahuluan dikaji
2. BAB 2 Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan pada judul laporan
pendahuluan itu dikaji
3. BAB 3 Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan
Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan kebidanan, yaitu asuhan
kebidanan teoritis
4. BAB 4 Asuhan kebidanan Pada Balita Sakit
Bagian ini berisi data-data dari keseluruhan manajemen asuhan kebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang didokumentasikan dengan metode S-O-A-P
5. BAB 5 Pembahasan
Bagian ini berisi analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari data yangdiperoleh
dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari kasus, dan hasil penyelesaian masalah pada
kasus
6. BAB 6 Kesimpulan dan Saran
Berisi rangkuman keseluruhan Laporan Komprehensif dan rekomendasi bagi pihak terkait
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta kualitas
pelayanan kesehatan anak. Manajemen terpadu balita sakit ( MTBS ) dilakukan pada anak usia 2
bulan – 5 tahun dan pelaksanadilaksanakan dalam bentuk menejemen secara terpadu. Manajemen
Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan
secara terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan terhadap
penyakit pada balita. MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dan bidan di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar (Kosasih dkk, 2015)
MTBS menangani balita sakit menggunakan suatu algoritme, program ini dapat
mengklasifikasi penyakit-penyakit secara tepat, mendeteksi semua penyakit yang diderita oleh
balita sakit, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi
dan memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu, bagi ibu balita juga
diberikan bimbingan mengenai tata cara memberikan obat kepada balitanya di rumah, pemberian
nasihat mengenai makanan yang seharusnya diberikan kepada balita tersebut dan memberi tahu
kapan harus kembali ataupun segera kembali untuk mendapat pelayanan tindak lanjut, sehingga
MTBS merupakan paket komprehensif yang meliputi aspek preventif, promotif, kuratif, maupun
rehabilitative (Munawaroh, 2015)
2.3 Diare
2.3.1 Definisi
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam). Dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan
sering. Apabila buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare, begitu
juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu
bukan diare.
Sedangkan Gary, et al (2022) mendefinisikan diare menurut
A. Frekuensi
Didefiniskan sebagai diare apabila terdapat peningkatan frekuensi buang air besar menjadi
dua kali lipat dari jumlah biasanya per hari pada bayi dan konsistensi feses encer.
B. Konsistensi dan warna
Konsistensi dan warna feses anak biasanya berubah seiring bertambahnya usia, sehingga
penting mengetahui konsistensi dan warna yang normal pada anak. Perubahan feses yang
encer, berair, atau mengandung lendir merupakan perubahan signifikan yang harus
dipantau. Adanya darah atau feses yang berwarna hitam merupakan tanda tidak normal
dan membutuhkan perhatian medis
2.3.2 Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan diare kronik :
(Hartati, dkk 2019)
A. Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu
kurang dari 2 minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,
gradasi penyakit diare dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
- Diare tanpa dehidrasi
- Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari berat badan
- Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat
badan
- Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10% dari berat
badan.
B. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare
akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
C. Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama dengan penyebab non-
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat
menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih
A. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap meyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bahan tersebut
berupa larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di
dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang
diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah sehingga terjadi diare.
B. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya
enterotoksin yang menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
C. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula
A. Infeksi virus
Infeksi virus adalah penyebab utama diare pada anak-anak. Virus yang menginfeksi yaitu
Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus. Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut
pada anak Gejala infeksi virus dapat meliputi demam (suhu lebih tinggi dari 38°C atau
100,4°F), diare berair, muntah, kram perut, nafsu makan berkurang, sakit kepala, dan nyeri
otot. Infeksi virus biasanya dimulai 12 jam sampai 5 hari setelah terpapar dan sembuh
dalam tiga sampai tujuh hari. Tidak ada pengobatan antivirus yang khususuntuk virus
penyebab diare. Anak-anak dengan diare akibat infeksi virus paling baik diobati dengan
tindakan suportif (larutan rehidrasi oral; diet sesuai usia, membatasi makanan tinggi lemak
dan gula sederhana; dan istirahat). Muntah adalah ciri utama gastroenteritis yang
disebabkan oleh Norovirus, dan obat-obatan untuk mencegah muntah dapat diresepkan,
dengan pembatasan dan tindakan pencegahan khusus usia, untuk membantu anak dengan
rehidrasi oral. (Garry et all, 2022)
B. Infeksi bakteri
Bakteri yang menginfeksi yaitu Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella compylobacter,
Yersinia, Aeromonas. Infeksi bakteri kadang sulit dibedakan dengan infeksi virus. Infeksi
bakteri lebih sering terjadi di lokasi di mana tidak terdapat sanitasi air yang baik dan
penanganan limbah yang buruk. Demam tinggi yang persisten (lebih tinggi dari 40 ° C atau
104 ° F) dan diare yang berdarah atau mengandung lendir lebih sering terjadi pada diare
bakteri. Sebagian besar anak dengan infeksi bakteri tidak memerlukan antibiotik dan akan
membaik seiring waktu dan tindakan suportif. Namun, pengobatan mungkin diperlukan
dalam situasi tertentu (Garry et all, 2022)
C. Infeksi parasite
Cacing, Protozoa, Jamur Infeksi parasit lebih sering terjadi di lokasi di mana terdapat air
minum yang tidak aman dan penanganan limbah yang buruk. Infeksi parasit jarang terjadi
di negara maju tetapi dapat terlihat pada anak-anak yang baru saja menelan air yang
terkontaminasi (termasuk dari kolam bayi) atau yang telah melakukan perjalanan ke atau
tinggal di negara dengan sumber daya terbatas. Diare akibat infeksi parasit dapat
berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan (Garry et all, 2022)
D. Diare Terkait Antibiotik
Beberapa antibiotik dapat menyebabkan diare pada anak-anak dan orang dewasa. Diare
biasanya ringan dan biasanya tidak menyebabkan dehidrasi atau penurunan berat badan.
Dalam kebanyakan kasus, antibiotik tidak boleh dihentikan dan pola makan anak tidak
perlu diubah. Diare biasanya sembuh satu sampai dua hari setelah antibiotik habis.
Hubungi penyedia layanan kesehatan jika anak yang menggunakan antibiotik mengalami
diare yang parah, mengandung darah, atau tidak sembuh setelah antibiotik dihentikan
(Garry et all, 2022)
E. Faktor susunan makanan
Faktor susunan makanan dapat terdiri dari Osmolaritas makanan baik berupa formula susu
ataupun makanan padat yang memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat
menimbulkan diare, malabsorsbi kandungan nutrient makanan berupa karbohidrat
maupun protein dapat menimbulkan intolenrnsi malabsorbsi sehingga terjadi diare pada
anak, dan kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat
merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare
F. Faktor Linkungan
Faktor lingkungan berupa sarana air bersih, jamban, saluran pembungan air limbah,
keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas air dan kepadatan tempat tinggal
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses cair dan mungkin disertai lendir
atau darah. Warna feses makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa
atau elektrolit.
Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin
tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan
tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik
Diagnosis diare berdasarkan gejala klinis yang muncul, riwayat diare membutuhkan
informasi tentang kontak dengan penderita gastroenteritis, frekuensi dan konsistensi buang air
besar dan muntah, intake cairan dan urin output, riwayat perjalanan, penggunaan antibiotic dan
obat-obatan lain yang bisa menyebabkan diare. Pemeriksaan fisik pada diare akut untuk
menentukan beratnya penyakit dan derajat dehidrasi yang terjadi. Evaluasi lanjutan berupa tes
laboratorium tergantung lama dan beratnya diare, gejala sistemik, dan adanya darah di feses.
Pemeriksaan feses rutin untuk menemukan leukosit pada feses yang berguna untuk mendukung
diagnosis diare, jika hasil tes negative, kultur feses tidak diperlukan.
A. Oralit
Pada anak dengan diare perlu segera diberikan oralit sampai diare berhenti . Larutan Oralit
mengandung glukosa (gula) dan elektrolit (natrium, kalium, klorida) dalam proporsi yang
tepat untuk menggantikan air dan elektrolit yang hilang pada anak-anak dengan muntah
dan diare. Jika anak menolak untuk menerima oralit karena muntah dan/atau mengalami
dehidrasi sedang hingga berat, lesu, atau menunjukkan ciri-ciri lain, anak tersebut
memerlukan evaluasi dan pengobatan profesional, yang mungkin termasuk rehidrasi
intravena.
Berkurangnya kesempatan
Merangsang usus usus untuk menyerap Merangsang usus
mengeluarkannya makanan mengeluarkannya
Diare
Pemberian Oralit Pemberian Zinc 10 hari Optimalisasi asupan nutrisi KIE Perawatan Diare
Berturut-turut anak (sebanyak anak mau) dirumah dan Hygine
BAB 3
Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan yang diberikan kepada
klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat obstetri dan diagnosa pemeriksaan klien
(Varney, 2008)
Hari/tanggal dan waktu pengkajian: mengetahui tanggal pengkajian saat ini, tanggal dilakukan
pemeriksaan guna menentukan jadwal kembali untuk periksa selanjutnya.
Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal penerimaan pasien dapat
dijadikan indikator penanganan pasien
I. PENGKAJIAN DATA
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dasar, data subjektif,
data objektif dan data penunjang untuk memberikan gambaran keadaan kesehatan balita
A. Data Subjektif
Identitas Balita dan Orang Tua
1. Nama Balita
Diperlukan untuk memastikan bahwa balita yang diperika benar-benar balita yang
dimaksud. Menggunakan nama inisial untuk tetap menjaga privasi balita
2. Tanggal Lahir
Bidan perlu menanyakan tanggal lahir hal ini dilakukan untuk mengetahui usia
3. Usia Balita
Bidan perlu menanyakan usia balita saat ini untuk menentukan penilaian pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usianya.
4. Jenis Kelamin
Bidan perlu menayakan terkait jenis kelamin untuk melengkapi data dasar pasien
5. Anak ke
Bidan perlu menanyakanterkait anak ke untuk melengkapi dara dasar balita dan
mengetahui jumlah keluarga pasien
6. Alamat
Bidan perlu menanyakan terkait alamat untuk mempermudah menghubungi klien dan
memudahkan pencarian informasi.
7. Identitas Orang Tua
Bidan perlu menanyakan terkait identitas orang tua untuk mengetahui biodata orang yang
menjadi bertanggung jawab terhadap pasien, meliputi nama dan usia.
Keluhan Utama
Bidan perlu menanyakan terkait keluhan yang dirasakan oleh ibu mengenai bayinya yang
menyebabkan adanya gangguan dan dasar penegakkan diagnosis. Pada Balita fisiologis biasanya
tidak ada keluhan yang disampaikan pada ibu.
Riwayat Prenatal
Ibu perlu ditanya apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil seperti infeksi torch,
berat badan tidak bertambah selama hamil,pre eklampsia dan lain-lain. demikian juga pemeriksaan
saat kehamilanya apakah dilakukan secara berkala. kehamilan resiko tinggi yang tidak ditangani
dengan benar atau tidak terdeteksi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
yang dapat berdampak pada kehidupan selanjutnya (Susilaningrum dkk, 2013).
Riwayat Imunisasi
Bidan perlu menanyakan terkait riwayat imunisasi yang telah didapatkan oleh pasien
untuk mengetahui apakah sudah lengkap dan sesuai dengan usia balita saat ini
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu missal untuk melihat tanda atau
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA (Otitis Media Akut), tonsilitas, faringitis
bronco, dan pneumonia (hartati, 2019)
Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang apakah balita pernah mengalami
sakit diare dengan dehidrasi yang ditandai dengan bayi gelisah, rewwl, mata cekung, haus, minum
dengan lambar, turgor kulit kembalinya lambat.
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat riwayat penyakit hipertensi,
TBC, Hepatitis, Jantung, dll. Karena penyakit-penyakit tersbut mempunyai pengaruh negative
terhadap balita misalnya dapat menganggu metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasukan makanan bayi
B. DATA OBJEKTIF
H. Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk mengetahui keadaan umum Balita, antropometri, dan TTV
I. Keadaan umum
Untuk menilai keadaan bayi baik atau buruk. Penialian keadan umum pada kasus bayi sakit diare
keadaan umumnya baik
J. Antropometri:
Untuk mengetahui ukuran tubuh Balita
K. TTV
- Suhu : Normalnya 36,5 – 37,50C. pada bayi dengan dehidrasi sedang ditandai dengan
peningkatan suhu > 380C
- Nadi : Menilai kecepatan irama. Nadi berkisar antara 120-160 kali permenit (Susilaningrum
dkk, 2013).
- Pernafasan : Memastikan sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam menit normalnya 40-
60x/menit (Susilaningrum dkk, 2013).
Pemeriksaan Fisik
V. INTERVENSI
Intervensi
2. Berikan Terapi diare dehidrasi ringan pada anak (oralit dan zinc)
R/ Terapi diberikan untuk menggantikan cairan dan elektroliy yang terbuang dari tubuh saat diare
dan menggantikan zinc yang hilang selama diare, membantu penyembuhan serta menjaga agar
anak tetap sehat
4. Berikan KIE tentang kapan kunjungan ulang dan KIE perawatan anak dirumah
R/ Agar ibu mengetahui kapan harus segera membawa anaknya ke faskes dan bagaimana merawat
anak diare dirumah
I. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya secara
menyeluruh dengan efisien dan aman.
II. Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan evaluasi asuhan kebidanan
yang meliputi catatan perkembangan. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk
SOAP.
S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
A : Assessment
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
P : Penatalaksanaan
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat
BAB 4
ASUHAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS PAKISAJI
Tempat : Puskesmas
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Usia : 48 Bulan
Anak ke 1
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa anaknya rewel merasa haus terus-menerus dan mengalami bab lebih dari
5x sejak semalam
4. Riwayat Kesehatan
ibu mengatakan bahwa anaknya rewel, harus terus menerus, dan buang air besar lebih dari 5x
sehari dengan konsistensi cair , tidak ada daraha didalamnya dan belum mendapat perawatan
apapun dirumah sehingga dibawa ke bidan.
Tidak demam batuk ataupun pilek
1. Riwayat Alergi
Jenis Makanan : Tidak ada
Debu : Tidak Ada
Obat : Tidak Ada
2. Riwayat Imunisasi
BCG : Lengkap
Hep B : Lengkap
Polio : Lengkap
Pentabio : Lengkap
Campak : Lengkap
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah sakit berat, operasi dan sakit seperti ini sebelumnya
Ibu mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada riwayat penyakit menahun dan menular seperti
darah tinggi, diabetes, hepatitis dan HIV
Orangtua tidak percaya terhadap adanya mitos yang beredar dikalangan masyarakat yang
berhubungan dengan perawatan anak
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit:
Ibu mengatakan anaknya biasanya makan 3x/hari dengan porsi sedang dan snack buah 1x serta
minum susu formula dan air putih
Setelah sakit:
Ibu mengatakan anaknya makan dengan porsi sedikit dan tidak habis dan selalu haus
b. Pola Eliminasi :
Sebelum sakit
BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2X sehari dengan konsistensi feces tidak lembek
Selama Sakit
BAB : Ibu mengatakan selama sakit anaknya BAB 5 kali/hari dengan konsistensi cair tidak ada
darah dalam Tinja
c. Pola Aktivitas
Sesudah sakit : Ibu mengatakan selama sakit aktivitas anaknya sedikit tidak banyak bermain seperti
biasanya
d. Pola Istirahat :
sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya tidur siang mulai pukul 11.30-13.00 dan tidur malam
mulai pukul 20.00 – 05.30 WIB nyenyak tidak ada gangguan
setelah sakit : ibu mengatakan tidur anaknya sering terbangun karena harus ke kamar mandi
e. Personal Hygine
ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari dan ganti baju serta pakaian dalam 2x/hari
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 37 C
Nadi : 100 kali/menit
RR : 30 kali/menit
2. Pemeriksaan Antropometri
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
• Rambut : Warna rambut hitam, rambut lebat, dan kulit kepala bersih
• Wajah : Wajah tampak sedikit lesu
• Mata : mata simetris, tidak ada tanda anemia, dan kelopak mata tidak cekung
• Hidung : bersih tidak terdapat cairan atau secret dan simetris
• Telinga : bersih tidak ada serumen, kanan dan kiri simetris
• Mulut : Keadaan mulut agak kering, Gigi bersih, tidak ada caries pada gigi, tidak ada
stomatitis, tidak ada epulis, lidah bersih
b. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
c. Dada
Simetris, tidak ada retraksi intercostae pada dada, bunyi nafas normal regular, tidak ada rokhi
maupun wheezing
d. abdomen
Tidak ada distensi pada abdomen, tidak ada nyeri tekan, perut kembung
e. kulit
Tidak ada sianosis, tidak oedem, tidak ada kesulitan dalam pergerakan sendi, akral hangat
4. Pemeriksaan Penunjang
Ds : Ibu mengatakan anak rewel, merasa haus terus menerus dan BAB > 5x sehari dengan
konsistensi cair
DO :
MASALAH :
KEBUTUHAN:
Tidak ada
Kolaborasi :-
V. INTERVENSI
DS : Ibu mengatakan bahwa anaknya rewel, merasa haus terus menerus dan mengalami BAB>5x
sehari dengan konsisntensi encer
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi dan
diare dengan dehidrasi sembuh
Kriteria Hasil
Intervensi
R/ Agar orang tua mengetahui kondisi anaknya dan kooperatif terhadap pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Berikan Terapi diare dehidrasi ringan pada anak (oralit dan zinc)
R/ Terapi diberikan untuk menggantikan cairan dan elektroliy yang terbuang dari tubuh saat diare
dan menggantikan zinc yang hilang selama diare, membantu penyembuhan serta menjaga agar
anak tetap sehat
4. Berikan KIE tentang kapan kunjungan ulang dan KIE perawatan anak dirumah
R/ Agar ibu mengetahui kapan harus segera membawa anaknya ke faskes dan bagaimana merawat
anak diare dirumah
VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan Hasil Pemeriksaan kepada orangtua bahwa anak mengalami diare dengan dehidrasi
ringan
2. Memberikan terapi oralit pada anak pada 3 jam pertama yaitu (BBx75gr) (1000ml)
3. Menganjurkan Ibu untuk memberikan banyak minum susu dan makan pada anak sebanyak anak
mau untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak
5. Memberikan KIE tentang kapan kunjungan ulang yaitu 3 hari setelah ini apabila keadaan anak
tidak membaik atau segera apabila terdapat perburukan keadaan seperti diare berdarah, anak
tidak mau atau menolak makan, terjadi dehidrasi berat yang ditandai dengan kesadaran anak
memburuk.
KIE perawatan dirumah yaitu memberikan larutan oralit pada anak setiap kali anak BAB,
memberikan tablet zinc ke anak selama 10 hari untuk menggantikan kandungan zinc tubuh yang
hilang dan mempercepat penyembuhan diare dan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air yang mengalir .
Berikan oralit pada anak setiap kali anak BAB sebanyak 100-200 ml dengan meminumkan sedikit-
dikit tapi sering dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap
dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan.
VII. EVALUASI
Subjektif
Objektif
Assesment
Planning :
1) Menganjurkan ibu untuk mengontrolkan anaknya 3 hari lagi apabila diare dengan dehidrasi
tidak membaik atau segera ke faskes apabila ada tanda-tanda perburukan keadaan
e/ ibu mengerti anjuran yang disampaikan dan bersedia untuk datang kembali jika keadaan anak
tidak membaik
CATATAN PERKEMBANGAN
S : Ibu mengatakan anak sudah tidak diare dan datang untuk kontrol terkait kondisi anaknya
O : KU Cukup
P:
- Memberikan KIE bahwa pemberian oralit sudah bisa dihentikan karena diare anak
sudah sembuh
- Memberikan KIE bahwa pemberian tablet zinc tetap dilanjutkan sampai jumlah yang
diberikan sebelumnya habis yaitu 10 tablet diminum 1x sehari
- Memberikan KIE terkait pencegahan diare pada anak
BAB V
PEMBAHASAN
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi klien mengenai kesehatan baik fisik, psikososial, dan spiritual.
Pada kasus yang penulis temui dilahan, pengkajian data dilakukan dengan anamnesis kepada
wali/orangtua karena pasien masih berusia 48 bulan. Pertanyaan wawancara dilakukan secara
terfokus pada keluhan atau masalah pasien. Pengkajian data objektif dilakukan dengan
pemeriksaan keadaan umum, antropometri, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
Berdasarkan pengkajian data subjektif anak “A” didapatkan hasil bahwa anak A mengalami diare
dengan dehidrasi ringan. Pada kasus An “A” pengkajian sudah dilakukan sesuai dengan teori
dimana pengkajian anamnesa dilakukan secara menyeluruh dan terfokus pada keluhan yang dilami
pasien. Berdasarkan data subyektif diperoleh data bahwa klien mengalami BAB >5x sehari dan
rewel. Data ini dapat digunakan untuk pengkajian dan pemeriksaan lebih lanjut sehingga dapat
disusun diagnose serta penatalaksanaan yang sesuai dengan masalah klien
Pengkajian data obyektif pada An “A” dengan diare dehidrasi ringan dilakukan secara menyeluruh
mulai pemeriksaan keadaan umum, kesadaran,pemeriksan tanda tanda vital, pemeriksaan
antropometri, serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang
ada bahwa pada saat klien datang harus dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Pada
pemeriksaan didapatkan hasil bahwa keadaan umum anak cukup kesadaran composmentis, TTV :
(suhu 37.C, N 100x/menit, P 30X/menit), pada pemeriksaan antropometri didapatkan bahwa
terdapat penurunan BB anak sebanyak 5%, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit
kembali lambat.
Pada tinjauan pustaka disebutkan bawha pada penegakan Diagnosis diare dilakukan berdasarkan
gejala klinis yang muncul yaitu frekuensi dan konsistensi buang air besar dan muntah, penggunaan
antibiotic dan obat-obatan lain yang bisa menyebabkan diare. Pemeriksaan fisik pada diare akut
untuk menentukan beratnya penyakit dan derajat dehidrasi yang terjadi. Evaluasi lanjutan berupa
tes laboratorium tergantung lama dan beratnya diare, gejala sistemik, dan adanya darah di feses.
Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian data pada An “A” dimana An “A” rewel, mengalami haus terus
menerus dan mengalami peningkatan frekuensi BAB 2x lipat dari biasanya menjadi >5x sehari
dengan konsistensi cair dan sedang tidak mengkonsumsi obat apapun. Selain itu berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik didapatkan terjadi penurunan BB sebanyak 5% dan mulut kering sehingga diare
pada An “A” dapat diklasifikasikan dengan diare dehidrasi ringan sesuai tinjauan pustakan dimana
tanda dari diare dengan dehidrasi ringan yaitu anak mengalami rewel, anak merasa haus terus
menerus, mulut kering,terdapat penurunan BB sebanyak 2-5% (MTBS,2015).
Masalah yang terjadi pada kasus An “A” yaitu Anak rewel dan Berat badan menurun . Dengan
teridentifikasinya diagnose dan masalah pada kasus maka bidan dapat memberikan asuhan yang
tepat terhadap kasus tersebut.
Pada penatalaksanaan balita sakit sesuai dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat
diketahui bahwa An “A” harus mendapatkan cairan tambahan melalui oralit dan makanan sesuai
dengan rencana terapi
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus An “A” dilahan tidak teridentifikasi adanya masalah
potensial karena berdasarkan pengkajian data subyektif dan objektif yang telah dilakukan
didapatkan bahwa tidak ada tanda dan gejala yang mengarah pada kondisi kegawat daruratan.
Berdasarkan data tidak ditemukan adanya indikasi untuk dilakukan tindakan segera, berdasarkan
studi kasus An “A” dilahan dapat diketahui bahwa An “A” dalam kondisi diare dehidrasi ringan dan
tidak ada kealinan yang menyertai sehingga tidak diperlukan adanya tindakan segera
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif disusun untuk mengatasi
masalah yang dialami oleh anak. Rencana tinfakan harus dengan persetujuan klien dan semua
tindakan harus berdasarkan rasioal dan relevan serta diakui kebenarannya. Pada kasus An “A” usia
48 bulan dengan dehidrasi ringan penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose
yang telah ditegakkan yaitu melakukan penatalaksanaan diare dehidrasi ringan dengan pemberian
cairan oralit pada 3 jam pertama dan tablet zinc untuk mengganti jumlah cairan yang telah keluar
dari tubuh, menganjurkan ibu untuk memberikan banyak minum susu, dan memberikan KIE pada
ibu terkait kapan harus segera kembali dan perawatan diare anak dirumah.
Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat diketahui bahwa untuk penanganan diare
dehidrasi ringan yaitu dengan meberikan cairan, tablet zinc, dan nasihati terkait kapan harus
kembali segera dan kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan. Sehingga dapat disimpulkan
dari rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan pada kasus An “A” sudah sesuai dengan teori
yang ada baik pada tinjuan teori maupun MTBS
Pada studi kasus An “A” usia 48 bulan dengan diare dehidrasi ringan di Puskesmas Pakisaji rencana
penatalaksaan dapat diimplementasikan secara keseluruhan oleh bidan karena ibu dan keluarga
telah mengerti penjelasan yang telah diberikan bidan sebelumnya dan bersedia menerapkan
anjuran tenaga kesehatan.
5.7 Evaluasi
Berdasarkan studi kasus An “A” usia 48 bulan dengan diare dehidrasi ringan diketahuia bahwa
tidak ada data yang menyimpang dari teori yang ada, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada
tahan implementasi klien dan keluarga bersikap kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan oleh
bidan sehingga penatalaksaan dapat dialakukan sesuai rencana dan kewenangan yang ada
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Data subyektif dapat diidentifikasi melalui anamnesa kepada ibu yaitu anak mengalami
BAB >5x sehari dengan konsistensi encer dan anak rewel sejak semalam. Data obyektif
didapatkan keadaan umum anak cukup kesadaran composmentis
2. Indentifikasi diagnose pada kasus adalah Balita usia 48 Bulan dengan diare dehidrasi ringan
3. Pada kasus tidak terdapat masalah potensial
4. Pada kasus tidak teridentifikasi adanya kebutuhan segera
5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah melakukan penatalaksanaan diare
dehidrasi ringan dengan pemberian cairan oralit pada 3 jam pertama dan tablet zinc untuk
mengganti jumlah cairan yang telah keluar dari tubuh, menganjurkan ibu untuk
memberikan banyak minum susu, dan memberikan KIE pada ibu terkait kapan harus segera
kembali dan perawatan diare anak dirumah.
6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa intervensi yang direncanakan dapat
dilaksanakan sesuai rencana
7. Pada evaluasi kasus dapaat didindentifikasi bahwa tidak ada data yang menyimpang dari
tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai seluruhnya sesuai dengan
implementasi.
6.2 Saran