Potensi Sektor Perekonomian Salatiga Menggunakan Analisis Economic Base Model Rhema Chandrawati (2110101001) A. PENDAHULUAN (30 Poin)
Potensi Sektor Perekonomian Salatiga Menggunakan Analisis Economic Base Model Rhema Chandrawati (2110101001) A. PENDAHULUAN (30 Poin)
Potensi Sektor Perekonomian Salatiga Menggunakan Analisis Economic Base Model Rhema Chandrawati (2110101001) A. PENDAHULUAN (30 Poin)
Satuan yang dapat digunakan untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah
buruh, atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria.
Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor basis dan
berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan sektor basis (sektor lokal/impor).
Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan
yang sama dengan pola permintaan nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di
setiap sektor industri di daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam industri
nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor, dan bahwa
perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah suatu perekonomian tertutup.
Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan antara lain merupakan alat analisis
sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri substitusi
impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan
industri-industri potensial (sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya
antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan
tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan
produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya
yang bisa dikembangkan di setiap daerah.
PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2018 -
2022(BPS 2022)
Dilihat dari tabel diatas PDRB Provinsi Jawa Tengah merupakan gabungan kontribusi PDRB
kabupaten/kota. Perbedaan perkembangan kegiatan ekonomi akan menentukan perbedaan
struktur ekonomi wilayah. Terdapat beberapa wilayah kabupaten/kota yang memberikan
kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB provinsi. Kota Semarang merupakan wilayah yang
memberikan kontribusi terbesar dengan sumbangan mencapai lebih dari 13 %. Tingginya
sumbangan Kota Semarang tidak terlepas perannya sebagai ibu kota provinsi dengan berbagai
kegiatan ekonomi yang berkembang, terutama sektor perdagangan dan jasa serta industri
pengolahan. Wilayah lain yang juga cukup tinggi memberikan sumbangan adalah Kabupaten
Cilacap dan Kudus. Dua wilayah kabupaten ini merupakan basis kawasan industri di Provinsi
Jawa Tengah sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Secara spasial,
wilayah bagian tengah Provinsi Jawa Tengah mulai dari wilayah selatan hingga utara,
merupakan wilayah yang tergolong rendah dalam memberikan kontribusi. Wilayah tersebut
meliputi Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, dan Batang. Basis
pertanian di wilayah kabupaten-kabupaten tersebut belum mampu mendorong kontribusi secara
signifikan. Wilayah kabupaten lain yang termasuk masih rendah kontribusinya adalah Kabupaten
Rembang. Disamping itu, terdapat pula beberapa wilayah kota yang masih rendah kontribusinya,
yaitu Kota Tegal, Pekalongan, Salatiga, dan Magelang. Skala kota yang masih terbatas
menyebabkan kontribusinya juga masih terbatas(Kurniawan, Nurchasanah, and Ali 2019)
A. Analisis Location Quotien (LQ)
Nilai Location Quotient (LQ) diperoleh dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Salatiga dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah. Dalam
perhitungan Location Quotient (LQ) bisa didapatkan kesimpulan sebagai berikut, jika hasil
perhitungan Location Quotient (LQ) mempunyai nilai sama dengan satu (LQ=1) maka sektor
yang bersangkutan disebut sektor andalan, yaitu sektor yang hanya bisa memenuhi kebutuhan
dalam daerahnya saja tetapi masih bisa dikembangkan menjadi sektor basis. Hasil perhitungan
Location Quotient (LQ) mempunyai nilai lebih dari satu (LQ>1) maka sektor yang bersangkutan
termasuk ke dalam sektor basis dimana sektor yang bersangkutan bisa memenuhi kebutuhan
dalam maupun luar daerah dan sangat berpotensi positif pada perekonomian daerah apabila
dikembangkan dengan tepat.Sedangkan nilai perhitungan Location Quotient (LQ) yang
mempunyai nilai kurang dari satu (LQ<1) maka bisa dikatakan jika sektor yang bersangkutan
merupakan sektor yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi sektor basis.
Berikut hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Salatiga secara multiyears dari tahun
2018-2022.
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotien (LQ)
di Kota Salatiga Tahun 2018-2022
Sektor Hasil Perhitungan Indeks Location Quotien (LQ) LQ Rata-rata
Perikanan 2 1 42 8
Penggalian 0.016611917 2 57
dan Gas 3 27
Pengelolaan Sampah, 5 76
Mobil
Transportasi dan 0.942758597 0.93441281 1.0236520 1.025612041 0.885215959 0.962330296
Pergudangan 71
Akomodasi dan 5 44
Makan Minum
Informasi dan 0.900825525 0.88433350 0.9022605 0.903156063 0.898329191 0.897780965
Komunikasi 6 39
Asuransi 5 7
Pemerintahan, 8 46
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1.196035855 1.17660649 1.1663674 1.164003486 1.162639497 1.173130562
1 79
Kegiatan Sosial 9 84
PDRB Lapangan 1 1 1 1 1 1
Usaha
Pembahasan:
Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Salatiga dari tahun 2018-2022 maka bisa dilihat
secara rinci jika ada sepuluh sektor di Kota Salatiga yang mempunyai nilai LQ>1 dari tahun ke
tahun, meskipun terjadi adanya fluktuasi. Dari jumlah sektor keselurhan yaitu tujuh belas sektor,
masing-masing dengan sepuluh sektor dengan nilai LQ>1, enam sektor dengan nilai LQ<1
selama tahun 2018-2022 dan satu sektor mempunyai nilai LQ=1 tahun tertentu dimana nilai LQ
sektor yang bersangkutan berubah nilai menjadi LQ<1. Sektor yang mempunyai nilai LQ>1
yaitu sektor Pengadaan Listrik dan Gas dengan nilai LQ sebesar (2; 1.91; 1.91; 1.89; 1.93) dari
tahun 2018-2022. Sektor yang kedua adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang dengan nilai LQ sebesar (1.13; 1.12; 1.0; 1.03; 1.06) dari tahun 2010. Sektor
yang ketiga adalah sektor Konstruksi dengan nilai LQ sebesar (1.35; 1.33; 1.32; 1.23; 1.22) dari
tahun 2010-2015.Sektor yang ke empat yaitu sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
dengan nilai LQ sebesar (2.39; 2.34; 2.38; 2.34; 2.29) dari tahun 2018-2022. Sektor ke lima yaitu
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai LQ sebesar (1.2; 1.2; 1.18; 1.17; 1.17) dari
tahun 2018-2022. Sektor ke enam yaitu sektor Real Estate dengan nilai LQ sebesar (2.77; 2.71;
2.7; 2.69; 2.69) dari tahun 2018-2022. Sektor ke tujuh yaitu sektor Jasa Perusahaan dengan
nilai LQ sebesar (3.16; 3.14; 3.12; 3.12; 3.1) dari tahun 2018-2022. Sektor yang kedelapan yaitu
sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan nilai LQ
sebesar (1.93; 1.93; 1.92; 1.99; 2) dari tahun 2018-2022.Sektor yang ke sembilan yaitu sektor
Jasa Pendidikan dengan nilai LQ sebesar (1.19; 1.17; 1.16; 1.16; 1.16) dari tahun 2018-2022.
Dan sektor yang ke sepuluh yaitu sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan nilai LQ
sebesar (1.8; 1.78; 1.78; 1.77; 1.78) dari tahun 2018-2022, sektor-sektor yang mempunyai
nilai LQ>1 berarti sektor yang bersangkutan termasuk ke dalam kategori sektor basis dan akan
sangat baik jika potensinya bisa dikembangkan secara tepat.
Sektor yang mengalami perubahan nilai LQ dari nilai LQ>1 menjadi nilai LQ<1 dan juga
sebaliknya di tahun-tahun tertentu yaitu seperti di tahun 2020 dan 2022 yaitu sektor Transportasi
dan Pergudangan dengan nilai LQ dari tahun 2018-2022 sebesar (0.94; 0.93; 1.02; 1.02; 0.88).
Sektor-sektor tersebut adalah sektor yang pada tahun tertentu tidak termasuk ke dalam kategori
sektor basis seperti di tahun 2018, 2019 dan 2022 karena mempunyai nilai LQ<1. Sisanya adalah
sektor yang selama tahun 2018-2022 mempunyai nilai LQ<1 dan termasuk ke dalam kategori
sektor non basis sektor- sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil, serta Informasi dan Komunikasi.