Perancangan Apartemen Sosial Dengan Metode Hybrid Di Kawasan Urban Yogyakarta
Perancangan Apartemen Sosial Dengan Metode Hybrid Di Kawasan Urban Yogyakarta
Perancangan Apartemen Sosial Dengan Metode Hybrid Di Kawasan Urban Yogyakarta
M. Galieh Gunagama,ST.,M.Sc. Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D Yulianto P. Prihatmaji, Dr., IPM., IAI
Diketahui Oleh :
Acknowledged by
Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur
Head of Architecture Undergraduate Program
I
CATATAN DOSEN PEMBIMBING
Proyek Studio Akhir Desain Arsitektural yang Berjudul :
Final Architectural Desgn Studio Entitled
Sehingga dengan buku ini, direkomendasikan/tidak direkomendasikan untuk menjadi acuan produk tugas akhir
M. Galieh Gunagama,ST.,M.Sc.
II
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Judul Studio Akhir : Perancangan Apartemen Sosial Menggunakan Metode Hybrid di Kawasan Urban Yogyakarta
Saya menyatakan bahwa laporan studio akhir desain arsitektur ini adalah karya saya kecuali karya yang disebutkan dalam referensinya, tidak ada
bantuan dari pihak lain baik seluruhnya atauun sebagian dalam proses penulisan dan penyusunannya. Saya juga menyatakan tidak ada konflik hak
kepemilikan intelektual atas karya ini dan menyerahkan kepada Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia agar karya ini digunakan bagi
kepentingan pendidikan dan publikasi.
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjattkan kepada Tuhan, Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, saya sebagai penulis mampu menyelesaikan
Studio Akhir Desain Arsitektur (SADA) dengan judul “Perancangan Apartemen Bernilai Sosial pada Kawasan Urban Yogyakarta Menggunakan
Metode Hybrid”. Penulis berharap tugas akhir SADA ini dapat memberikan manfaat serta pembelajaran ilmu arsitektur yang terus berkembang dari
zaman ke zaman.
Penulis sadar betul jika proses penulisan tugas akhir ini turut melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Mereka yang telah membantu dalam
melewati berbagai macam kesulitan selama ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir ini Studio Akhir
Desain Arsitektur ini dapat saya selesaikan dengan cukup baik.
2. Orang tua saya, Bapak Ismu Widodo dan Ibu Sari Respatiningtyas atas bimbingan dan dorongan selama ini sekaligus seluruh anggota
keluarga saya yang turut memberikan dukungan pada waktu-waktu sulit selama penulisan tugas akhir ini.
3. Bapak M. Galieh Gunagama,ST., M.Sc. selaku dosen pembimbing saya dalam penulisan tugas akhir SADA ini, terimakasih atas seluruh
waktu yang telah diluangkan, ilmu, kritik dan saran, terimakasih juga atas pengertian dan kesabaran yang senantiasa anda tunjukkan
selama membimbing saya, kala menghadapi janji-janji manis akan progress yang tidak jarang saya abaikan, kala menghadapi sifat
keras kepala dan egois saya. Saya akan senantiasa menengok kembali bagaimana bapak menunjukkan kepada saya cara menjadi
pribadi yang lebih baik.
4. Bapak Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI dan Ibu Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak
ilmu, kritik dan masukan agar tugas akhir Studio Akhir Desain Arsitektur ini dapat menjadi sedikit lebih baik.
5. Ibu Dyah Hendrawati, ST., M.Sc, GP, selaku selaku koordinator Studio Akhir Desain Arsitektur yang turut membimbing dan memberi saya
banyak kesempatan berharga, Pak Sarjiman dan Mas Nasrullah atas segala jenis bantuan dan perhatiannya selama beberapa bulan
terakhir kami mengerjakan tugas akhir ini di studio.
6. Teman-teman seperjuangan SADA - Azhary Nur Sabilla, Fajrul Fadli, Nandana Ega, Dimas Mbajeng, Noor Shanty, Nurul, Hanief, Shanty dan
beberapa sahabat lain yang dengan cara mereka masing-masing selalu memberikan dukungan dan dorongan untuk terus bergerak
maju dalam penyusunan tugas akhir ini.
7. Seluruh teman-teman Arsitektur UII Angkatan 2017 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, masing-masing dari kalian telah dengan
beberapa cara - turut merubah diri saya menjadi pribadi yang terus berkembang.
IV
BAB I BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 2
1.1.1 Housing Backlog & Ekspansi Area Urban 3
1.1.2 Urban Heat Island 4
1.1.3 Climate Change 5
1.1.4 Isu Pesatnya Pembangunan Perumahan di Yogyakarta 6
1.1.5 Isu Pembangunan Apartemen di Yogyakarta 7
1.1.6 Nilai Sosial Yang Memudar pada Bangunan Apartemen Modern 8
1.1.7 Segmentasi Pasar 10
1.1.8 Pemilihan Lokasi 11
1.2 PERMASALAHAN & TUJUAN 15
1.2.1 Permasalahan Umum 16
1.2.2 Permasalahan Khusus 16
1.2.3 Batasan Perancangan 16
1.3 KERANGKA BERPIKIR 17
1.4 PETA KONFLIK 18
1.5 PETA PEMECAHAN PERMASALAHAN 19
1.6 METODE PERANCANGAN 20
1.6.1 Identifikasi Permasalahan Desain 20
1.6.2 Pengumpulan Data 20
1.6.3 Penelusuran Permasalahan & Solusi Pemecahan Permasalahan 20
1.6.4 Metode Desain 20
1.6.5 Metode Pengujian Desain 20
1.7 ORIGINALITAS & KEBARUAN 21
1.8 GAMBARAN AWAL PERANCANGAN 22
BAB 2
KAJIAN PERSOALAN DESAIN 25
2.1 APARTEMEN 25
2.1.1 Pengertian Apartemen 25
2.1.2 Apartemen Berdasarkan Jenis Arsitektur Bangunannya 26
2.1.3 Apartemen Berdasarkan Tipe Unitnya 26
2.1.4 Apartemen Berdasarkan Sistem Penyusunan Lanti Huniannya 26
2.1.5 Apartemen Berdasarkan Bentuk Massa Bangunannya 27
2.1.6 Apartemen Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontalnya 27
2.1.7 Apartemen Berdasarkan Jenis Kepemilikannya 27
2.1.8 Kesimpulan 28
DAFTAR ISI V
2.2 RUANG PUBLIK 29
2.2.1 Komunitas Urban 30
2.2.2 Perancangan Ruang Publik 33
2.2.3 Kesimpulan 36
2.3 BERPIKIR MERUANG 38
2.3.1 Kesimpulan 40
2.4 URBAN HEAT ISLAND DAN SOLUSI GBCI 42
2.4.1 Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) 43
2.4.2 Kesimpulan 44
2.5 HYBRID ARCHITECTURE 45
2.5.1 Definisi Hybrid 45
2.5.2 Metode Perancangan Hybrid 47
2.5.3 Kesimpulan 48
2.6 KAJIAN PRESEDEN BANGUNAN 49
2.6.1 The 8 House 49
2.6.2 Dorthevej Residence 53
2.6.3 VM House 57
2.7 KAJIAN LOKASI : GAMPING - YOGYAKARTA 61
2.7.1 Konteks Site 62
2.7.2 Ketetanggaan 63
2.7.3 Aksebilitas 65
2.7.4 Kondisi Tapak 67
2.7.5 Peta Guna Lahan 68
2.7.6 Kondisi Iklim 69
2.7.7 Sirkulasi dan Kondisi Lalu Lintas 72
2.7.8 Kesimpulan Rumusan Permasalahan Perancangan 76
BAB 3 BAB 3
PEMECAHAN PERSOALAN PERANCANGAN 77
3.1 PENYELESAIAN GUBAHAN MASSA 78
3.1.1 Eksplorasi gubahan 1 79
3.1.2 Eksplorasi gubahan 2 81
3.1.3 Eksplorasi gubahan 3 83
3.2 PENYELESAIAN RUANG DAN TATA RUANG 86
3.2.1 Pengguna 86
3.2.2 Aktivitas pengguna 87
3.2.3 Kebutuhan ruang 88
VI
DAFTAR ISI
3.2.4 Konsep organisasi ruang 90
3.2.5 Prakiraan awal property size 91
3.2.6 Zonasi dan hubungan ruang 92
3.3 PENYELESAIAN SELUBUNG BANGUNAN 93
3.4 PENYELESAIAN LANSEKAP 94
3.4.1 Sirkulasi dalam tapak 95
3.4.2 Penataan ruang publik pada lansekap 96
3.5 PENYELESAIAN STRUKTUR 97
3.6 PENYELESAIAN INFRASTRUKTUR 97
3.6.1 Tangga 97
3.6.2 Elevator 97
BAB 4 BAB 4
HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 98
4.1 RANCANGAN SKEMATIK GUBAHAN MASSA 99
4.2 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG 100
4.2.1 Tata ruang 101
4.2.2 Sirkulasi ruang dalam 102
4.3 SELUBUNG BANGUNAN 104
4.3.1 Shading 104
4.3.2 Tektonika gubahan 104
4.4 LANSEKAP 105
4.5 STRUKTUR BANGUNAN 107
4.6 INFRASTRUKTUR BANGUNAN 109
4.7 UJI DESAIN 111
4.7.1 Pembuktian integrasi metode hybrid 111
4.7.2 Pembuktian penanganan isu UHI 113
BAB 5 BAB 5
DESKRIPSI HASIL RANCANGAN 120
5.1 PROPERTY SIZE 121
5.2 PROPERTY SIZE UNIT 123
5.3 SITUASI 124
5.4 SITEPLAN 125
5.5 RANCANGAN BANGUNAN 126
5.5.1 Denah 126
5.5.2 Tampak 131
5.5.3 Potongan 133
VIII
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Kelangkaan hunian khususnya pada area perkotaan berkembang seperti Yogyakarta telah menjadi permasalahan lama. Kondisi
inimengakibatkan semakin melambungnya harga hunian di perkotaan dan semakin mendorong ekspansi kawasan urban menuju daerah
penyangga dipinggirannya. Fenomena ini dikenal dengan istilah urbanisasi spasial. Situasi ini dapat terus berlanjut, namun hanya dengan
melakukan percobaan pikiran sederhana, konsekuensinya terhadap lingkungan akan fatal - dalam skala regional serta global. Isu seperti urban
heat island serta pemanasan global menjadi semakin familiar ditelinga masyarakat, dampak dari pembangunan peradaban manusia yang
tidak berkelanjutan. Kawasan pinggiran penyangga perkotaan harus dilestarikan, namun, keterbatasan lahan pada area perkotaan mendesak
pada perubahan dalam strategi penyediaan hunian yang lebih efisien.
Pembangunan kompleks-kompleks perumahan eksklusif baru yang menjamur diseluruh penjuru DIY menunjukkan masih tingginya permintaan
masyarakat akan hunian. Hunian tapak layaknya perumahan memiliki nilai eksklusif tersendiri bagi masyarakat. Meskipun sebagian penduduk
telah beralih menuju hunian susun memiliki rumah jelas memiliki nilai tambah tersendiri. Hunian susun layaknya apartemen walaupun bersifat lebih
privat serta menggunakan lahan secara lebih efisien dibanding membangun rumah individu, memiliki banyak perbedaan dibanding hunian
rumah. Hunian apartemen pada umumnya, dikenal kaku dalam konteks sosial, tipikal satu dengan yang lain hingga tidak merangkul komunitas
warga disekitar area pendiriannya.
Hunian susun apartemen mampu menjadi solusi dari pesatnya ekspansi area pemukiman kawasan urban Yogyakarta. Strategi ini tentu dengan
melakukan pencarian ulang terhadap aspek-aspek mendasar tipologi bangunan apartemen. Proposal perancangan memilih pendekatan
hybrid architectue untuk meleburkan komponen unggulan pada hunian perumahan dengan komponen unggulan dari tipologi bangunan
apartemen. Aspek yang disasar oleh proposal perancangan ialah bangunan apartemen yang bernilai sosial terhadap penghuni serta komunitas
sekitarnya, juga adaptif terhadap perubahan yang ditimbulkan permasalahan lingkungan perkotaan khususnya urban heat island.
PREMIS PERANCANGAN
PENDAHULUAN IX
ABSTRACT
The scarcity of housing, especially in developing urban areas such as Yogyakarta, has been a longstanding problem. This condition has resulted in
soaring housing prices in urban areas and has further encouraged the expansion of urban areas towards buffer zones on the outskirts. This
phenomenon is known as spatial urbanization. This situation could continue, but just by carrying out a simple thought experiment, the
consequences for the environment would be dire - on a regional as well as global scale. Issues such as urban heat islands and global warming are
becoming increasingly familiar to the public, the impact of unsustainable development of human civilization. Urban buffer suburbs must be
preserved, however, limited land in urban areas calls for changes in strategies for providing more efficient shelter.
The construction of new exclusive housing complexes that are mushrooming throughout DIY shows that the public's demand for housing is still high.
Tread occupancy like housing has its own exclusive value for the community. Although some residents have switched to flats, owning a house
clearly has its own added value. Flats like apartments, although they are more private and use land more efficiently than building individual houses,
have many differences compared to residential houses. Apartment housing in general, is known to be rigid in a social context, typical of one
another so that it does not embrace the community of residents around the area of its establishment.
Apartment flats can be a solution to the rapid expansion of the urban area of Yogyakarta. This strategy is of course by re-searching the basic aspects
of the typology of apartment buildings. The design proposal chooses a hybrid architectue approach to combine the superior components of
residential housing with the superior components of the apartment building typology. Aspects targeted by the design proposal are apartment
buildings that have social value to residents and the surrounding community, as well as adaptive to changes caused by urban environmental
problems, especially urban heat islands.
PREMIS PERANCANGAN
X
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Isu Arsitektural
Tipologi bangunan apartemen yang
cenderung mengesampingkan faktor
sosial baik terhadap antara penghuninya
serta hubungannya dengan komunitas
setempat disekitarnya
PERMASALAHAN UMUM
Merancang bangunan
apartemen bernilai sosial di
Isu Non kawasan urban Yogyakarta
Arsitektural menggunakan pendektan Isu Lokasi
Permintaan rumah yang semakin tinggi arsitektur hybrid. Semakin berkurangnya lahan hijau akibat
dipicu stigma yang berkembang pada pembukaan lahan besar-besaran
masyarakat terkait keharusan memiliki
hunian tapak Minimnya area terbuka publik yang
tersedia disekitar lokasi
Ekspansi area perkotaan secara masif
akibat dari pembukaan lahan-lahan
hunian
Gambar - Peta UHI kawasan urban Yogyakarta hingga radius 1 kilometer disekitarnya
(Sumber : Measuring Urban Heat Island using Remote Sensing, Case of Yogyakarta City.
Fawzi, Ihsan 2017)
Gambar - Proyeksi Penduduk Kabupaten serta Kota di DIY pada Tahun 2010-2020
(Sumber : Uogyakarta.bps.go.id)
Pertumbuhan kompleks perumahan di Yogyakarta merupakan salah satu faktor utama pesatnya pembangunan
kawasan fisik perkotaan Yogyakarta. Gencarnya pembangunan infrastruktur di Provinsi DIY dalam beberapa tahun
mendatang (Proyek Bandara YIA hingga jalan tol) akan menyokong sektor perekonomian Provinsi secara keseluruhan
serta daerah-daerah disekitarnya. Efeknya akan semakin mendorong urbanisasi terutama terhadap daerah urban
Yogyakarta serta pada prosesnya mempercepat laju akselerasi pembangunan fisik kawasan perkotaan Yogyakarta.
Pesatnya pembangunan sektor perumahan di DIY bukannya tanpa dampak negatif yang terjadi. Berkembangnya kawasan perumahan
eksklusif cenderung homogen dan telah terprivatisasi dengan pembatasan akses melalui penerapan sektor keamanan menciptakan
ketimpangan sosial serta mereproduksi ketidaksetaraan. Istilah Gated Community digunakan untuk mendeskripsikan kondisi ini.
perkembangan gated community di kawasan urban Yogyakarta mencegah interaksi sosial serta integrasi di kota, menciptakan ruang
eksklusif, memprivatisasi lingkup ruang kota tertentu dan mendorong nilai-nilai hidup yang lebih individualistis, serta memecah ruang kota
dan menghambat mobilitas kendaraan.
Gated community pada perumahan ini menjadikan ketimpangan sosial khususnya pendapatan terihat jauh lebih mencolok di area
perkotaan. Kondisi ini juga turut berkontribusi pada ketimpangan sosial lainnya semacam segregasi sosial serta ekonomi.
Dampak negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari pengembangan apartemen hingga penolakan yang
kerap dilakukan oleh komunitas masyarakat disekitar lokasi dibangunnya apartemen menjadi salah satu rintangan
utama bisnis apartemen di Yogyakarta.
Permasalahan lingkungan paling umum yang disebabkan oleh pembangunan kompleks apartemen adalah isu krisis air bersih. Untuk
menghidupi aktivitas didalamnya, bangunan seperti apartemen tentu memerlukan pasokan air yang tidak sedikit dimana isu ini kerap
diselesaikan dengan memanfaatkan air tanah secara berlebih. Kondisi ini mengurangi cadangan air tanah dalam lingkup lokal secara
masif yangmana berdampak pada krisis kekurangan hingga menurunnya kualitas air bersih bagi masyarakat setempat.
Selain isu lingkungan, pembangunan apartemen cenderung menciptakan permasalahan sosial seperti segregrasi sosial.
Pengembangan kompleks apartemen dipandang tidak akan membawa dampak positif terhadap masyarakat lokal. Stigma negatif yang
telah melekat dibangunan apartemen semakin diperkuat oleh berbagai dampak negatif yang ditimbulkan bangunan apartemen yang
telah berdiri di Yogyakarta. Berbagai pihak dalam lapisan masyarakat kerap mengkritisi ketimpangan infrastuktur yang terjadi dalam
lingkup kawasan dimana sebuah kompleks apartemen berdiri.
Bukan menjadi rahasia apabila kehidupan masyarakat urban telah berkembang menjadi pola hidup yang
cenderung bersifat individualistik. Tiap individu dituntut harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing
tanpa bergantung kepada orang lain. Kondisi ini tanpa dipungkiri merupakan dampak dari cepatnya kehidupan
perekonomian perkotaan. Pola pikir logis dan rasional yang berkembang cenderung mendorong individu untuk fokus
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa keharusan memikirkan kondisi individu lainnya.
Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya akan selalu memiliki dorongan untuk membangun interaksi sosial dengan indvidu
lainnya. Aktivitas yang selama ini telah terpinggirkan prioritasnya di bangunan hunian modern seperti apartemen. Bangunan apartemen
umumnya berdiri pada kawasan padat sebagai solusi alternatif hunian, desainnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang akan
menempatinya. Ketika kualitas sosial bukan lagi menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat urban elemen pendukung pada bangunan
apartemen yang berguna untuk mendukung interaksi sosial dihilangkan demi memaksimalkan kuantitas unit hunian.
Bangunan-bangunan apartemen kini dirancang dengan efisiensi terhadap penggunaan lahan yang luar biasa. Tipologi tower menjulang
tinggi diperhitungkan untuk dapat menampung sebanyak mungkin pemukim didalamnya, penuh dengan kehidupan namun tidak
‘hidup’. Kehidupan dalam hunian apartemen modern kini cenderung bersifat statis tanpa adanya interaksi yang berarti dalam
komunitasnya.
Bukan menjadi rahasia bila kehidupan masyarakat perkotaan atau ‘komunitas urban’ semakin bersifat individuaistik.
Sikap masyarakat Indonesia yang dikenal secara luas seperti ramah, saling bertegur sapa, tolong menolong dan suka
bekerja sama semakin terkikis seiring perkembangan zaman, khususnya di kawasan perkotaan. Kepentingan keluarga
dan diri sendiri diutamakan sementara individu lain kerap terlupakan. Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kemampuan, kebutuhan, dan kebiasaan untuk berkomunikasi dan berhubungan
serta berorganisasi dengan individu lainnya. Pada kodratnya, manusia selalu memiliki dorongan untuk berinteraksi
dengan orang lain.
Dimanapun manusia tinggal, meskipun dalam kekangan privasi, apartemen tidak seharusnya menghilangkan budaya kebersamaan
yang ada dalam jati diri masyarkat khususnya masyarakat Indonesia. Perlu ada perubahan dari pengelola untuk menghancurkan dinding
ego individualistik yang berkembang di masyarakat perkotaan khususnya yang hidup di apartemen. Efisiensi pada desain hunian kita
bukan berarti mengorbankan jiwa sosial dalam diri manusia.
Pasar apartemen di Yogyakarta memang terus menerus mengalami peningkatan signifikan. Sejauh ini ,sebagian
besar dari statistik tersebut merupakan para mahasiswa serta pelajar yang mencari rumah hunian dengan harga
terjangkau. Namun demikian, pertumbuhan penduduk di Yogyakarta diprediksikan akan terus berakselerasi, sebagian
besar dari sektor pekerja serta para keluarga muda. Tingkat pertumbuhan penduduk serta arus mobilitas manusia
didalam hingga menuju Provinsi DIY yang akan semakin tinggi seiring dengan berkembangnya infrastruktur akan
mengubah kawasan perkotaan Yogyakarta menjadi kawasan metropolitan dalam waktu dekat. Pesatnya kemajuan
perekonomian DIY akan meningkatkan angka urbanisasi yang ada akhirnya berdampak pada perubahan fisik kota.
Perubahan fungsi guna lahan dari lahan hijau serta pertanian menjadi pemukiman berpotensi memperparah kondisi ruang perkotaan,
mengacaukan kebutuhan dengan ketersediaan lahan yang kemudian berdampak pada kawasan perkotaan yang padat dan kumuh. Sejauh
ini, pemenuhan kebutuhan hunian diatasi dengan pengembangan ratusan kompleks perumahan pada kawasan pinggiran kota namun siklus
ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama.
Pembangunan vertikal pada kawasan urban menjadi solusi efektif yang dapat segera diimplementasikan pada penyediaan hunian. Sejauh ini,
telah banyak perusahaan yang memiliki serta mengembangkan properti apartemennya di Yogyakarta. Nama-nama besar sektor perusahan
swasta seperti PT Inti Hosmed Development, Jogja Graha Selaras, Sahid Group hingga Saraswanti group telah aktif membangun serta
mengakuisisi banyak sektor properti di Yogyakarta.
Pemilihan lokasi untuk perancangan tugas akhir ini mengambil tempat di cangkupan kawasan perkotaan Yogyakarta. Menjamurnya
pembangunan apartemen serta sektor perumahan baru beberapa decade belakangan menunjukkan bahwa Yogyakarta tidak
lagi dilihat sebagai kota transit oleh para pendatang. Hal ini mengindikasikan semakin diminatinya Yogyakarta sebagai provinsi untuk
ditinggali.
Dengan melihat sekilas foto satelit daerah perkotaan di Yogyakarta, dapat dikatakan Kawasan padat penduduk semakin meluas
kearah pinggiran. Citra satelit dari tahun ke tahun menunjukkan semakin berkurangnya lahan dengan fungsi pertanian serta
pendukung lainnya kea rah pinggiran kota. Jika rancangan bertekad untuk mencegah dampak urban heat island serta perubahan
iklim, bangunan harus mengambil lokasi paling tidak dekat dengan area perkotaan padat penduduk.
Selain seluruh factor diatas, perlu dipertimbangkan prospek pembangunan infrastruktur provinsi DI Yogyakarta setidaknya satu
dekade kedepan. Keberadaan proyek-proyek nasional seperti pembangunan bandara baru di Kulonprogo serta pembangunan
jalan tol Jogja-Bawen yang menghubungkannya. Kondisi pembangunan infrastruktur seperti ini diyakini mampu mendukung
pertumbuhan ekonomi provinsi secara menyeluruh. Arah pembangunan yang tentu akan semakin merubah wajah area perkotaan
DIY.
PERSEBARAN PERUMAHAN
DI KAWASAN GAMPING
SITE
Permasalahan kependudukan terkait pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal menjadi pekerjaan rumah yang seakan tiada hentinya.
Permintaan akan properti yang terus ada setiap tahunnya pada akhirnya akan terbentur dengan keterbatasan luas lahan yang tersedia maupun
denga ketentuan lahan yang diperuntukkan sebagai area pemukiman. Alih guna fungsi lahan sejauh ini telah menjadi penyelesaian
permasalahan ini meskipun jelas solusi ini bukanlah penyelesaian yang berkelanjutan, baik terhadap pembangunan hingga ekosistem secara
luas. Provinsi DIY memiliki luas yang relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya di pulau Jawa. Dengan luas 3.133 km persegi, DIY memiliki populasi
sebesar 3.689.000 jiwa menurut badan pusat statistik. Kota Yogyakarta dengan luas 32.5 km persegi atau hanya sekitar 1% total luas provinsi
memiliki populasi sebesar 435.936 penduduk pada tahun 2020(Badan Pusat Statistik Prov DIY). Kepadatan pada area perkotaan Yogyakarta
merupakan yang tertinggi dibanding kabupaten lainnya di DIY. Pengamatan melalui citra satelit(Google Earth) turut memperlihatkan gencarnya
pengembangan kawasan fisik Kabupaten Sleman dan Bantul pada daerah yang bersinggungan langsung dengan kawasan perkotaan
Yogyakarta. Sebagai denyut jantung utama pariwisata Provinsi DIY, Kota Yogyakarta telah menjadi magnet bagi penduduk serta sumbu
pembangunan perekonomian di DIY.
Urbanisasi yang terjadi sebab alasan diatas mendorong akselerasi pembangunan fisik area urban Yogyakarta. Keterbatasan lahan y pada Kota
Yogyakarta mendesak pembangunan menuju daerah pinggirannya. Alih fungsi lahan yang semakin kerap ditemui untuk menambah area
pemukiman membawa isu baru. Urban heat island merupakan peningkatan suhu secara lokal terutama pada area perkotaan dibanding
kawasan yang relatif lebih ‘hijau’ yang mengelilinginya (Akbari dan Konopacki 2005). Singkatnya, UHI disebabkan oleh perubahan besar-besaran
permukaan alami seperti vegetasi, tanah, pohon, dengan material yang memiliki kecenderungan lebih dalam menyerap radiasi matahari. Aspal,
jalan, beton, atap, dinding hingga permukaan kaca gedung-gedung bertingkat seluruhnya berperan dalam perubahan iklim lokal kawasan
perkotaan.
Langkah penyelesaian yang dapat ditempuh ialah dengan memaksimalkan pembangunan fisik pada kawasan urban dengan tujuan
melindungi area-area hijau beserta fungsinya yang menyokong kawasan urban. Perancangan hunian bersusun seperti apartemen dapat
memaksimalkan efisiensi penggunaan lahan pada kawasan urban sebagai area pemukiman. Rancangan bangunan apartemen digambarkan
dapat membawa manfaat bagi lingkungan serta komunitas sekitarnya. Konsep hybrid architecture diimplementasikan untuk menciptakan suatu
alternatif bangunan apartemen dengan yang menanggapi permasalahan lahan hijau serta UHI perkotaan, juga mampu memberikan nilai sosial
bagi penghuni serta komunitas sekitar.
TUJUAN
Merancang bangunan apartemen sosial berbasis komunitas di kawasan urban Yogyakarta menggunakan metode hybrid
design.
Ÿ Bagaimana merancang layout penataan sirkulasi, massa hingga ruang dalam bangunan yang dapat meningkatkan
interaksi antar individu.
SASARAN
Ÿ Merancang selubung bangunan menggunakan perhitungan OTTV dengan tujuan mengurangi dampak urban heat island
yang ditimbulkan bangunan
Ÿ Merancang tipologi alternatif bangunan apartemen menggunakan metode hybrid design, hybrid yang dimaksud ialah
bagaimana bangunan apartemen dapat terepresentasikan sebagai urban community dalam ruang tiga dimensi
dibanding hanya sekedar objek arsitektural.
Ÿ Metode pendekatan hybrid architecture digunakan hanya untuk menyelesaikan permasalan sosial yang berkaitan
dengan komunitas urban perkotaan. Integrasi teori hybrid terhadap elemen-elemen desain akan diterapkan terutama
pada penataan-penentuan kebutuhan ruang serta perancangan bentuk gubahan massa bangunan.
Ÿ Keberhasilan metode hybrid dalam menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat perkotaan akan ditentukan dengan
kesuksesan sistem sirkulasi serta penataan ruangnya yang memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih banyak.
LINGKUNGAN LOKASI
Ekspansi area perkotaan yang berdampak Isu sosial yang menyangkut komunitas
pada urban heat island setra perubahan terdampak pembangunan apartemen
iklim.
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan apartemen bernilai sosial di lingkup kawasan urban Yogyakarta sebagai upaya menekan laju ekspansi area
perkotaan.
PERMASALAHAN KHUSUS
Ÿ Bagaimana merancang bangunan apartemen hunian yang mampu mernanggapi permasalahan urban heat island melalui perancangan selubung bangunan.
Ÿ Bagaimana merancang layout penataan sirkulasi, massa hingga ruang dalam bangunan yang dapat meningkatkan interaksi antar individu.
KAJIAN
KAJIAN SITE SOLUSI UHI BERDASARKAN EEC KAJIAN APARTEMEN SOCIAL VALUE KAJIAN HYBRID DESIGN
Ÿ Strategi pemilihan site Ÿ Kajian urban heat island serta Ÿ Kajian umum tipologi apartemen Ÿ Kajian Spatial Design Ÿ Kajian pendekatan hybrid
Ÿ Kondisi Eksisting Site solusi penyelesaiannya dalam Ÿ Kajian standar hunian apartemen Ÿ Kajian teori dasar perilaku meruang Ÿ Kajian metode perancangan
Ÿ Building code dan peraturan GBCI Ÿ Kajian preseden bangunan & hubungan pengguna dengan ruang hybrid
Kajian perilaku meruang
Kondisi iklim site apartemen inovatif Ÿ Kajian preseden bangunan
Ÿ
Ÿ
apartemen hybrid
ANALISA
Ÿ Bentuk gubahan & lansekap
Ÿ Sirkulasi & tata letak/organisasi ruang
SINTESIS
Merancang apartemen dengan penataan ruang Mengatur penataan gubahan masa serta Merancang selubung bangunan yang memiliki
serta gubahan massa yang mampu mendorong merancang fasad dengan berfokus pada resistensi terhadap radiasi panas matahari
terjadinya interaksi antar pengguna bangunan-- penyediaan pencahayaan serta penghawaan dengan parameter keberhasilan melalui uji
dengan tetap menjamin kualitas privasi penghuni alami pada tiap sudut bangunan OTTV, sekaligus mampu menjamin kualitas
pencahayaan alami
KONSEP DESAIN
UJI DESAIN
Ÿ Pengujian nilai OTTV
SKEMATIK DESAIN Ÿ Ckecklist hasil rancangan secara teoritis
DESAIN
TAPAK - LOKASI
DAMPAK URBAN HEAT ISLAND PADA BAGAIMANA MERANCANG
KAWASAN PERKOTAAN PADAT APARTEMEN BERNILAI SOSIAL TAMPAK
YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE
HYBRID SEBAGAI UPAYA SOCIAL APARTMENT WITH SELUBUNG
KURANGNYA IKATAN SOSIAL ANTAR MENAKAN LAJU EKSPANSI HYBRID METHOD
PENGHUNI HUNIAN SUSUN - APARTEMEN AREA PERKOTAAN POTONGAN
SERTA DENGAN KOMUNITAS SEKITARNYA IMPLEMENTASI NILAI SOSIAL DIAMBIL UNTUK MERESPONS ISU SOSIAL DALAM
BANGUNAN APARTEMEN SERTA SEGREGASI SOSIAL YANG KERAP TERJADI TERHADAP
KOMUNITAS DIEKITAR PENGEMBANGAN BANGUNAN APARTEMEN. INTEGRASI ASPEK
SOSIAL MENUJU BANGUNAN APARTEMEN INI MENERAPKAN METODE HYBRID.
PERMASALAHAN URAN HEAT ISLAND DITANGANI MELALUI BERBAGAI ASPEK
TATA LANSEKAP
SEGREGASI SOSIAL YANG KERAP PERANCANGAN SEPERTI TATA LETAK GUBAHAN, TATA RUANG HINGGA PERANCANGAN
SELUBUNG DENGAN BERBASIS PERHITUNGAN OTTV
Judul : PERANCANGAN APARTEMEN DI TAMBAKBAYAN, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN HIJAU
Penulis : Ramadhanti Suci
Tahun : 2019
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana desain hunian vertikal berupa apartemen di Tambakbayan yang dapat menjawab permasalahan
keterbatasan lahan dan ruang hijau secara umum dan permasalahan tapak secara khusus?
Judul : PERANCANGAN APARTEMEN TERJANGKAU UNTUK MAHASISWA DENGAN KONSEP CO-LIVING DI SETURAN YOGYAKARTA
Penulis : Sekar Pratiwi Pudita
Tahun : 2019
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana merancang apartemen yang terjangkau bagi mahasiswa di Seturan dengan konsep co-living?
1.7 ORIGINALITAS
ORIGINALITAS & KEBARUAN 21
Desain apartemen sebagai produk akhir proposal bertujuan untuk
memberi sedikit solusi terhadap issue kebutuhan hunian di Yogyakarta
yang terus meroket. Selebihnya, produk tulisan diharap mampu
menjadi acuan atau referensi pada pengembangan perancangan
sejenis (hunian susun bernilai sosial) dimasa depan.
PENELUSURAN PERSOALAN
PERANCANGAN
24
2.1.1 PENGERTIAN BANGUNAN APARTEMEN
Gambar - 79&Park
(Sumber : www.archilovers.com)
Multi Tower
Apartemen multi tower memiliki lebih dari satu massa bangunan.
Beberapa massa bangunan ini dapat dikoneksikan menggunakan
semacam massa penghubung layaknya jembatan maupun hanya
sebatas pedestrian pada lantai dasar.
Core
Pa d a t i p e a p a r t e m e n i n i, s i r k u l a s i v e r t i ka l d a l a m
bangunan(tangga/elevator) terkumpul dalam core dan dikelilingi oleh
unit-unit hunian. Tipe ini kerap dijumpai pada nbangunan apartemen
dengan bentuk massa tower.
Corridor
Pada tipe apartemen ini, sirkulasi vertikal tangga terletak pada kedua
ujung koridor. Bentuk koridor memanjang dengan unit hunian yang
berada disatu sisi atau kedua sisi koridor. Metode penataan ini kerap
dijumpai pada bangunan apartemen dengan bentuk slab. Metode
ini memungkinkan jumlah unit hunian yang maksimal pada satu lantai
bangunan.
Bentuk massa slab memungkinan eksplorasi bentuk gubahan yang lebih Sementara sistem kepemilkan berupa kondominium memungkinkan
fleksibel ketimbang gubahan dengan bentuk tower. Dengan semakin penghuni memiliki unit apartemen sepenuhnya. Ini dalam artian,
luasnya eksplorasi yang dapat dilakukan pada tahap pengembangan penghuni juga yang bertanggung jawab sendiri atas bagaimana
desain kedepan diharap mampu memberi solusi kreatif terhadap isu mereka mengelola ‘ruang’ yang mereka miliki dalam bangunan
serta tema yang diangkat proposal perancangan. hunian susun apartemen. Tipe kepemilikan ini juga dapat menjadi
alternatif investasi para pemiliknya ketika mereka sudah tidak
TIPE UNIT APARTEMEN menghuni unit mereka dan hendak menyewakannya dengan calon
Berdasarkan segmentasi pasar yang dituju proposal penghuni lain. Namun demikian, nilai jual kondominium ini lebih
perancangan(keluarga muda serta pekerja kantoran pendatang), jenis mahal dibanding sekedar menyewa, statistik ini tentu mempersempit
unit dalam apartemen akan terdiri atas unit studio, satu bedroom jangkauan pasar yang hendak dituju proposal perancangan.
dan dua bedroom.
Bersifat Teritorial
Salah satu elemen utama khas yang menunjukkan keberadaan
sebuah komunitas sosial adalah daerah yang sama dimana
kelompok tersebut berada. Dari sinilah asal komunitas kerap disebut
sebagai ‘masyarakat setempat’. Berada pada tempat yang sama
memberi kemungkinan yang lebih bagi sebuah kelompok untuk
memiliki pandangan, kepentingan, watak hingga tujuan yang sama.
Contoh umumya adalah kelompok sosial yang berada di lingkungan
RT, RW, dukuh dan seterusnya. Namun begitu, komunitas tidak
mengandung pengertian dalam skala yang luas seperti kabupaten
atau provinsi.
Pola pikir yang didasarkan atas perhitungan eksak yang lebih berguna
pada realita kehidupan kota ini yang melahirkan cara berfikir rasional
di kalangan masyarakat perkotaan. Pola pikir rasional inilah yang
menjadi salah satu faktor utama dari kurangnya interaksi antar individu
perkotaan. Jalan pikiran rasional ini yang menyebabkan interaksi yang
terjadi pada masyarakat kota lebih sebagai akibat dari kepentingan
semata dibanding keinginan dari faktor pribadi. Gambar - Gambaran Komunitas Urban
(Sumber : neurosciencenews.com)
Terdapat nilai lebih yang mereka beri terhadap objek tersebut yang
melegakan dahaga masyarakat modern untuk menunjukkan
eksistensinya di dunia yang semakin bising ini. Saya dapat melanjutkan ini
selama berjam-jam sungguh, namun anda menangkap maksud saya.
Ada alasan psikologis dari mengapa papan jalan yang sama memiliki
daya tarik yang lebih saat ini dibanding dua dekade yang lalu. Aspek
Kini, dengan semua kemudahan yang ada, entah bagaimana
daya tarik akan keistimewaan ini yang akan menjadi fokus perancangan
masyarakat modern tidak menunjukkan nilai-nilai luhur yang dimiliki
ruang publik modern dalam ruang 3 dimensi ini.
‘golongan tua’. Terlepas dari fakta bahwa hampir semua orang telah
memiliki tv layar datar dan dengan sekali pencet, seluruh
Strategi ini mungkin bisa menjadi pondasi berpikir dalam merancang
pesanan/belanjaan mereka dapat sampai di depan pintu.
area publik yang mampu menjaring sebanyak mungkin pengguna.
Anda lihat, semata-mata tersedinya area publik pada bangunan
Piramida hirarki kebutuhan oleh psikolog berkebangsaan Amerika
apartemen mungkin tidak langsung menjaring orang untuk berkunjung.
Serikat Abraham Maslow mendeskripsikan kondisi ini dengan lebih
Akar permasalahan, esensi yang dicari masyarakat modern sekarang
baik. Dengan semakin majunya teknologi serta kualitas hidup
adalah keistimewaan : Bagaimana merancang ruang publik dalam
manusia, kebutuhan masyarakat kita kini tidak lagi berdiam pada level
apartemen dengan secara 3 dimensi yang belum pernah ada di
dasar seperti sandang, pangan, kemanan atau kesehatan,
Yogyakarta sebelumnya. Sesederhana itu, namun sungguh ini sama
Kebutuhan masyarakat modern kini berada pada level psikologis
sekali tidak mudah.
dalam ranah eksistensial, mencoba sebisa mungkin menonjolkan diri
pada dunia yang semakin ramai.
Interaksi menjadi suatu ukuran keberhasilan dalam pembentukan Hubungan serta interaksi antara bangunan dengan ruang luar
komunitas dalam gedung. Interaksi dapat terjadi dalam bentuk diperoleh melalui pengolahan bentuk massa bangunan,
saling sapa, mengobrol bersama hingga melakukan aktivitas orientasinya dan dimensinya. Bangunan dapat dirancang
bersama. Terciptanya sebuah komunitas biasa dilandasi oleh dengan elemen-elemen yang menghubungkannya dengan
kesamaan point of interest, lingkungan tempat tinggal, pola pikir, lingkungan luar. Contoh yang umum adalah dengan
kepentingan, kondisi perekonomian bahkan hingga kepercayaan memperbanyak elemen transparan/kaca pada bangunan
serta kubu politik. untuk merepresentasikan bangunan dengan aktivitas sekitar
lingkungan luarnya.
Berbagai persamaan subjektif yang dimiliki tiap individu mampu
membawa mereka bersama. Dalam dunia arsitektur, dari seluruh Contoh lain yang mungkin diterapkan adalah dengan
kondisi diatas aspek ruang-lah yang dapat ditekankan tingkat menyediakan elemen fisik bangunan yang mampu
keeefektifannya dalam membentuk sebuah komunitas. Ruangan menghubung gedung secara keseluruhan dengan lingkungan
sebagai wadah terjadinya aktivitas wajib bersifat cukup “terbuka” disekitarnya. Contoh adalah dengan merancang bentuk
namun tetap nyaman serta kondusif untuk memungkinkan terjadinya gubahan massa bangunan yang merespons kondisi lingkungan
interaksi antar individu. setempat atau bahkan aktivitas komunitas disekitarnya.
Bangunan dapat dirancang untuk lebih mengintegrasikan
2.4.3 INTERAKSI MANUSIA DENGAN BANGUNAN elemen dari lingkungan luar untuk meningkatkan nilai
keberadaannya terhadap lingkungan tetangganya, sekaligus
Hubungan antara manusia dengan bentuk dan ruangan didapatkan meningkatkan kualitas aktivitas yang berlangsung didalamnya.
melalui pengalaman meruang yang mereka alami. Pengalaman
meruang merangsang berbagai indra manusia dari aspek visual, fisik 2.4.5 INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN DILUARNYA
hingga psikologi, pengalaman ini bisa didapatkan dengan emainkan
elemen yang ada pada objek arsitektural. Misalnya dengan Konseks antara manusia dengan lingkungan luar dapat
memainkan dimensi ukuran sebuah ruang, memainkan hirarki- diperoleh dengan memperbanyak total area terbuka dalam
elevasi antar ruang atau sekedar memainkan repetisi menjadi lingkup site. Area terbuka ini nantinya akan dimaksimalkan
sebuah pola untuk menarik perhatian indra visual manusia. fungsinya menjadi area komunal mengkomodir berbagai
aktivitas serta interaksi sosial. Pengadaannya dapat melingkupi
Bangunan dapat memberikan semacam irama, proporsi serta elemen dalam bangunan hingga elemen pada area lansekap
dimensi pada pengolahan bentuk meruangnya. Integrasi dari yang lebih luas.
permainan meruang disesuaikan dengan sifat, fungsi hingga
ambience suasana yang ingin diberikan pada suatu ruang. Contoh Integrasinya area terbuka dapat dilakukan dengan melakukan
pada ruang komunal, interaksi manusia dalam bangunan dapat manipulasi serta modifikasi pada berbagai elemen bangunan.
dihasilkan dengan bantuan elemen natural. Penyediaan perspektif Permainan repetisi pola serta permainan elevasi dapat
terhadap ruang luar akan mampu memberi suasana meruang yang dilakukan untuk memicu rangsangan visual, meruang serta
unik dan berbeda pada pengguna untuk lebih mendorong mereka psikologi terhadap indera manusi. Selain itu, penambahan
melakukan interaksi. elemen-elemen seperti vegetasi dan air dapat menjadi
penjembatan untuk lebih mempererat hubungan manusia dan
Situasi ini dapat diaplikasikan pada skala yang lebih besar pada bangunan dengan lingkungan alamnya.
bangunan, contohnya pemberian courtyard pada desain gedung.
Selain mampu meningkatkan kualitas pencahayaan alami dalam
bangunan, courtyard memberikan kondisi dimana para pengguna
bangunan dapat melihat satu sama lain serta mengenali lingkungan
mereka dengan lebih baik. Efek psikologis yang diberikan dapat
menyiratkan perasaan aman dan nyaman karena mereka dilinaungi
serta ternaungi oleh sebuah komunitas bersama.
Lansekap dapat menjadi solusi dalam upaya mempererat Pengalaman meruang melalui berbagai interaksi antara manusia
pengalaman meruang manusia dengan lingkungan luarnya. Solusi dengan lingkungan luar, bangunan dan tentunya dengan manusia
yang dapat dilakukan diantaranya dengan menambah memerlukan lebih dari satu aspek arsitektural dalam
keanekaragaman elemen alam terhadap lansekap. Eksekusinya penyelesaiannya. Bentuk gubahan dapat memberikan
dapat dengan melakukan kombinasi elemen hardscape seperti pengalaman meruang yang substansial antara manusia dengan
batu-batuan, kerikil hingga paving, elemen softscape yakni elemen bangunan. Pengalaman semacam apa yang ingin ditekankan pada
kortikultura hingga elemen air. Semakin beragamnya elemen alam pengguna kembali lagi pada permasalahan, tema yang diangkat
pada lansekap berarti semakin baik juga kualitas interaksi dan yang terpenting - temuan sepanjang proses kajian.
manusia dengan ‘ekosistem’ buatan ini.
Urban Heat Island telah menjadi masalah yang umum di kawasan Berbagai fenomena kebencanaan tersebut tidak pernah terlepas jauh
perkotaan. Kondisinya mempengaruhi ekosistem serta pola hidup dari aktivitas peradaban manusia tahun ke tahun sejak masa revolusi
masyarakat yang tinggal dalam lingkup kawasannya. Campur industri. Aktivitas manusia mulai dari transportasi perjalanan, kegiatan
tangan aktivitas manusia mulai dari gencarnya laju pembangunan industri, penggundulan hutan, penggunaan energi serta sumber daya
infrastruktur dan bangunan-bangunan baru hingga tinggginya berlebih, besarnya angka produksi ternak hingga perilaku konsumtif
mobilitas masyarakat kota memainkan peran vital dalam perubahan masyarakat saling mengambil peran dalam perubahan dalam
skala luas ini. Objek buatan manusia seperti jalan, trotoar serta lingkungan yang lebih besar. Tiap aktivitas diatas berhubungan erat
bangunan gedung bersifat memantulkan panas lebiih efektif dengan pola hidup kita sebagai spesies, sebagian telah diteliti dan
dibanding softscape vegetasi. Lebih dari 80% luas permukaan diketahui pasti langkah penanganannya. GBCI memberikan banyak
kawasan perkotaan digunakan untuk bangunan serta area solusi integrasi permasalahan ini kedalam berbagai tipologi bangunan
penunjang aktivitas manusia. Kawasan kota pada dasarnya gedung kita.
mereplikasi fungsi sebuah microwave dengan memerangkap panas
yang diterima dari matahari menjadi sebuah lingkup kawasan.
Efisiensi penggunaan energi dalam bangunan menjadi poin penting Desain gedung harus dapat mengurangi panas yang masuk namun
dalam perancangan desain bangunan hijau. Energi listriyang tetap memberikan pencahayaan alami dengan optimal. Perhitungan
digunakan oleh sistem penghawaan, pencahayaan serta elevator OTTV (Overall Thermal Transfer Value) memperhitungkan proporsi selimut
menjadi salah satu dari sekian konsumsi energi dalam bangunan bangunan berdasarkan luas, orientasi, kemampuan konduksi hingga
yang mengambil bagian paling besar. Konsumsi energi yang tidak tingkat penyerapan radiasi panas. Metode ini memberikan arsitek
efisien tidak hanya akan berdampak kepada pemborosan biaya batasan serta guideline dalam merancang bangunan dengan tampak
operasional bangunan, pengoperasian sistem dalam bangunan berestetik serta mampu secara optimal memanfaatkan sinar matahari.
yang tidak efisien akan berhubungan langsung dengan fenomena metode dalam EEC 2 akan mampu mengurangi ketergantungan
perubahan iklim dan pemanasan global. Perlu diketahui bahwa bangunan terhadap penggunaan sistem penerangan dan pendinginan
pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar buatan, mengurangi penggunaan energi serta mengurangi emisi
minyak atau batu bara yang melepaskan emisi karbon dioksida karbon oleh bangunan.
dengan jumlah yang tidak sedikit ke atmosfir, menimbulkan efek
rumah kaca dalam prosesnya. EEC 2 - Pencahayaan Alami
Total minimal 30% dari ruang aktif ditekankan mendapat pencahayaan
Perlu diintegrasikannya praktik-praktik serta inovasi baru untuk alami dengan intensitas sebesar 300 lux. Sinar matahari dapat
meningkatkan efisiensi dalam konsumsi energi bangunan, baik sejak dimanfaatkan dengan memanfaatkan penempatan bukaan kaca
tahap perancangan hingga operasional. Sebagai contoh, pada yang diintegrasikan dengan orientasi arah massa serta bentuk fasad
tahap perencanaan dapat difokuskan kepada penggunaan bangunan. Pemilihan jenis kaca yang mampu menahan radiasi
teknologi dengan efisiensi energi yang tinggi sedangkan pada tahap matahari ditekankan sebab cahaya matahari yang masuk berpotensi
operasional, dapat dilakukan prosedur standar pemantauan dan meningkatkan suhu dalam ruangan dan menambah beban energi
pencatatan konsumsi listrik hingga sosialisasi untuk mengurangi yang diperlukan untuk penghawaan buatan.
penggunaan peralatan listrik yang berlebih seperti AC atau lampu
pada siang hari. EEC 3 - Ventilasi
Solusi EEC 3 adalah bagaimana mengurangi beban penghawaan
EEC Prasyarat 2 - Perhitungan OTTV buatan dengan mengurangi area yang memerlukan pengkondisian
Aspek dalam EEC 2 ini bertujuan agar perancangan bangunan udara khusus. Ruangan-ruangan seperti tangga, koridor, lobi lift hingga
mampu merespons kondisi iklim serta lokasi setempat. Langkah ini ruang WC dapat ditiadakan penggunaan AC-nya. Selanjutnya,
diambil agar pengelolaan gedung kelak mampu memanfaatkan perletakan ventilasi harus diatur secara strategis untuk memberi kualitas
sumber daya dengan lebih efisien sesuai kebutuhan. penghawaan alami yang optimal.
SHADING
Ukuran bukaan yang lebar harus disertai dengan penyediaan
sistem shading yang memadai pada tiap orientasi gubahan
massa. Perancangan shading device ditekankan pada
penggunaan sistem single blade horizontal mengingat
perancangan sirkulasi apartemen yang nantinya akan menghasilkan
banyak area balkon dan selasar kantilever terbuka.
GUBAHAN KANTILEVER
Selain penambahan courtyard, eksplorasi terhadap tektonika
permukaan bangunan dapat berperan sebagai solusi perhitungan OTTV
disamping. Penggunaan struktur kantilever selain mampu memberi
irama terhadap bentuk gubahan juga dapat dimanfaatkan sebagai
shading bagi lantai dibawahnya.
Jika anda pernah mendengar istilah mix use building, mungkin anda
akan menyadari terdapat beberapa konsep serupa yang dapat
ditemukan dalam bangunan hybrid. Persamaan tersebut terletak
pada bagian “menggabungkan beberapa program” dalam satu
bangunan. Meskipun begitu terdapat perbedaan substansial yang
memisahkan kedua tipe bangunan ini yakni bagaimana penataan
ideal ruang-ruang dalam bangunan tersebut serta pertimbangan
terhadap interaksi pengguna.
Alur pengguna, kualitas view, aksebilitas hingga letaknya terhadap unit Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah memasukkan elemen
hunian--setiap manipulasi pada bentuk gubahan massa dilakukan sosial semacam jalur publik dalam skala makro jelas akan menimbulkan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor substansial yang umum konflik dengan tujuan umum pembangunan apartemen - memberikan
ditemukan dalam suatu ruang publik. Kriteria-kriteria ini akan kualitas kenyamanan serta privasi yang layak bagi penghuni apartemen.
mengambil peran penting dalam perancangan bentuk massa
disamping faktor-faktor pada umumnya seperti kondisi iklim Keberhasilan metode hybrid dapat ditentukan dengan melihat
setempat. efektifitas alur ruang publik dengan tetap menyediakan faktor
privasi terhadap penghuni apartemen.
The 8 House terletak pada sisi selatan Ørestad, tepat disebelah kanal Untuk memaksimalkan masing-masing fungsi serta memastikan
Copenhagen dengan panorama luas terhadap area terbuka hijau area apartemen memiliki pemandangan serta pencahayaan
pada daerah Kalvebod Fælled. Bangunan dengan luasan total alami yang terbaik, fungsi apartemen diletakkan ditingkat atas
60.000 meter persegi ini merupakan salah satu proyek privat terbesar sementara area ritel serta kantor pada elevasi yang lebih
di Denmark, termasuk perumahan serta area perkantoran untuk rendah. Sebagai hasilnya, tiap tingkatan mencapai kualitas
perdagangan dan perekonomian kota. mereka masing-masing, privasi pada apartemen menjadi
terjamin sementara area kantor menyatu dengan lingkup
kehidupan komunitasnya dengan akses langsung dari jalan.
THE 8 HOUSE
Kompleks apartemen dilayout layaknya sebuah perkampungan
urban. Alih alih menggunakan penataan blok secara tradisional,
bangunan ini enumuk seluruh komposisi lingkungan urban k menjadi
tipologi bangunan tiap lantainya. Tiap layer tipologi ini kemudian
dihubungkan oleh jalur pesepeda serta pejalan khaki yang bersifat
menerus hingga lantai paling atas (lsantai 10). Kondisi ini menciptakan
lingkungan perkampungan tiga dimensi dimana energi perkotaan,
perumahan urban dan lingkungan hidup secara berdampingan.
Penataan massa unit hunian apartemen dirancang dengan
menempatkan innercourt sebagai langkah awalnya. Keberadaan
innercourt selain mempertimbangkan kualitas view, pencahayaan
atau penghawaan alami, juga memperkuat ikatan komunitas antar
penghuni melalui kontak visual.
BANGUNAN HIJAU
Gambar - Sisi selatan The 8 House yang menyingkap view kawasan persawahan
(Sumber : https://arquitecturaviva.com/)
Dalam inisiatif ‘Homes for All’ tahun 2010 oleh Lejerbo (asosiasi nirlaba Bangunan melengkung dengan elegan pada bagian
yang berjalan dalam penyediaan perumahan terjangkau di tengahnya, menciptakan ruang untuk plaza publik sebagai
Denmark), BIG dipercaya merancang desain bangunan hunian susun akses terhadap akses jalan disisi selatan dan area hijau disisi
seluas 6.800 meter persegi pada lingkungan multikultural sisi barat utara. Modular hunian berepetisi mengikuti lengkungan serta
kota Copenhagen. ditumpuk menyesuaikan ketinggian bangunan disekitarnya.
Pada level permukaan tanah, massa bangunan terbuka untuk
memungkinkan penghuni serta masyarakat umum melintas
dengan nyaman menuju area courtyard.
BUILDING MASS
Koridor juga jauh dari definisi ruang mati yang hanya berfungsi
sebagai area transit. Area sirkulasi dirancang lebar dan penuh
dengan elemen sosial(ex:Koridor diwarnai dengan warna-warna cerah,
dilengkapi bangku yang terintegrasi dengan dinding etc.) yang
memungkinkan terjadinya interaksi antar penghuni dalam apartemen.
Menurut rencana pembangunan jangka panjang pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta 2005-2025, pembangunan di DIY akan
dilakukan tidak hanya dari sektor infrastruktur namun juga mencakup pembangunan ekonomi masyarakat. Ini berkesinambungan
dengan sistem perencanaan pembangunan nasional berupa infrastruktur bandara baru serta pengadaan jalan tol menuju Provinsi DIY
dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu, ditekankan bahwa pembangunan dalam provinsi dilaksanakan berdasarkan kondisi
serta potensi yang dimiliki masing-masing daerah dan menyesuaikan dinamika perkembangan daerah maupun nasional.
No.Km. 6, Jl. Wates, Depok, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55294
-7.803364515975792, 110.30979968151719
Ÿ Lokasi site berada pada wilayah strategis yang merupakan Ÿ Kawasan yang merupakan daerah transisi perkotaan tidak
transisi area perkotaan menuju area sub-urban. menyediakan ruang terbuka publik yang cukup. Jarak menuju
Ÿ Site memiliki fungsi lahan pemukiman. fasilitas taman publik sendiri relatif jauh dan harus menempuh
Ÿ Tapak memiliki kualitas view yang baik dengan hamparan area perjalanan ke pusat kota terlebih dahulu.
persawahan di sebelah utaranya. Ÿ Iklim setempat memberikan temperatur yang cukup tinggi
Ÿ Akses menuju dan keluar site mudah, lokasinya juga berada pada siang hari sepanjang tahunnya.
pada pinggir jalan antar kabupaten yang menjadi keunggulan Ÿ Banyaknya kawasan perumahan disekitar lokasi, menunjukkan
tersendiri. besarnya persaingan untuk menarik pemukim agar mereka
Ÿ Fasilitas kota di sekitar site sudah cukup memadai, telah memilih untuk tinggal di apartemen.
terdapat juga moda transportasi publik berupa bis trans jogja. Ÿ Peraturan bangunan yang cukup mengekang untuk standar
Ÿ Belum banyak apartemen di sekitar lokasi site, terdapat potensi tipologi bangunan apartemen
untuk membuka pasar apartemen baru di lokasi.
Tapak yang terletak pada persimpangan Jalan Jogja-Wates dan Posisi tapak cukup strategis karena bangunan yang terletak pada
Jalan PS Hewan. Tapak merupakan lahan dengan peruntukan persimpangan jalan cenderung mendapat sorotan yang lebih. Batasan
permukiman sementara penggunaan lahan pada sisi utara Jalan site cukup tegas dengan menjadikan gang eksisting sebagai wujud fisik
Jogja-Wates masih dominan untuk area sawah irigasi. Sisi utara dan batas tersebut. Gang yang telah ada dapat dioptimalkan perannya
timur tapak berbatasan langsung dengan jalan raya sementara sisi dalam lingkungan, penataan lansekap dapat menjadikan area
barat dan selatan tapak berbatasan langsung dengan kawasan yang berbatasan dengan gang tersebut sebagai acuan.
perkampungan.
Contohnya, gang pada sisi barat yang memiliki lebar tidak lebih dari 2
Sisi selatan tapak berbatasan dengan perumahan dan SMA meter dapat diperluas memanfaatkan area tapak. Lansekap pada
Muhammadiyah dan hanya dipisahkan oleh gang selebar 5 meter. orientasi ini dapat ditekankan fungsinya sebagai penjembatan
Sementara batas tapak pada sisi barat bersebelahan langsung aktivitas sosial antara lingkungan luar dengan dalam kompleks
dengan perumahan warga serta masjid yang hanya dipisahkan oleh apartemen. Eksekusinya daoat dengan menempatkan taman publik
gang dengan ukuran tidak lebih dari 1,5 meter. bahkan dengan memberikan area bagi pedagang keliling yang kerap
mangkal di lapangan pada umumnya.
>PERMUKIMAN
>PERMUKIMAN
Lokasi disekitar tapak merupakan daerah transit antar kabupaten Area pada lantai dasar bangunan dapat memanfaatkan potensi ini
sekaligus provinsi. Banyak area-area yang terkonsentrasi menjadi dengan menyediakan beberapa fasilitas yang ada pada kawasan
restoran dan minimarket sepanjang Jalan Jogja-Wates. Sekitar 100 transit tanpa mengganggu fungsi utamanya sebagai apartemen.
meter ke arah timur, terdapat terminal keberangkatan bus efisiensi Lansekap dirancang dengan area parkir luar. Penataan berupa
dan ruko-ruko yang menjual tiket. Disebelah timurnya, terdapat pusat taman terbuka publik memaksimalkan vegetasi serta elemen
batik, oleh-oleh dan kerajinan Ambarketawang disertai restoran juga perindang lainnya sekaligus area untuk duduk-beristirahat.
stasiun pengisian bahan bakar. Penataan lansekap dapat mempertimbangkan orientasi terhadap
area permukiman agar lebih menyatukan kompleks apartemen
Kawasan sepanjang Jalan PS Hewan relatif hanya digunakan sebagai dengan lingkungannya sekaligus mengaburkan segregasi yang
area pemukiman dan usaha kecil masyarakat. Sebagai kawasan ada. Fasilitas semacam restaurant cepat saji dan foodcourt di lantai
transit, akses terhadap ruang publik yang tertata nyaris nihil dalam dasar dapat dimanfaatkan seluruh kalangan. Sistem franchising dapat
rentang 4 kilometer. Desain dapat mengambil perannya sebagai digunakan untuk memasukkan brand restaurant ternama agar lebih
penjembatan dua zona yang berbeda tersebut dengan mengambil menarik pengunjung sementara pedagang kecil-menengah dari unit
peluang yang ada. warga mengisi area foodcourt. Area komersil semacam retail juga dapat
diintegrasikan disela-sela beragam fasilitas diatas.
2.8.2 KAJIAN LOKASI
64
KETETANGGAAN
COMMUNITY ACCESIBILITY
1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
1. RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH...................................................950 M Site memiliki keterjangkauan akses terhadap infrastruktur kota. Akses jalan
2. PASAR INDUK GAMPING...................................................................1,5 KM menuju lokasi site merupakan jalan arteri penghubung kabupaten
3. SPBU AMBARKETAWANG....................................................................400 M dengan lebar jalan 14 meter. Kawasan merupakan daerah transit pada
4. AMBARKETAWANG RESTO..................................................................300 M tepian perkotaan sebelum bertransisi menuju kawasan sub-urban dan
5. BALAI DESA AMBARKETAWANG..........................................................800 M
area rural. Karena letaknya yang relatif dekat dengan daerah perkotaan,
6. BANK BRI UNIT GAMPING...................................................................1,1 KM
telah banyak tersedia fasilitas umum sekaligus infrastruktur kota dengan
7. JNE PASEKAN....................................................................................800 M
8. GAMPING SECTOR POLICE................................................................400 M jarak kurang dari 2 kilometer dari lokasi. Jarak ke pusat kota relatif dekat
9. WARUNG SS JALAN WATES..................................................................120M sejauh 5 kilometer yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15
10, AYONGE CAFÉ & RESTO..................................................................1,7 KM menit.
11. LAPANGAN SEPAK BOLA BALECATUR..................................................850M
12, BAMBU RUNCING PET SHOP..............................................................500M
100 METER
UKURAN TAPAK
SITUASI
Site terletak tepat pada persimpangan di jalan nasional antar kabupaten Dengan luas lahan seluas 8000 meter persegi, strategi
Yogya-Wates. Lokasi site yang terpilih sebagian besar terdiri dari lahan kosong pemilihan site difokuskan pada tujuan proposal perancangan
di kawasan Gamping, Sleman. Batas-batas site antara lain dalam menyelesaikan permasalahan lokasi serta lingkungan.
Utara : Jalan Yogyakarta-Wates, rumah makan, usaha warga area Ukuran site yang luas diharapkan mampu memberikan kantung-
persawahan
kantung ruang hingga publik bagi masyarakat setempat.
Timur : Jalan Ps Hewan, perumahan warga, SMP Muhammadiyah
Disamping itu, ukuran lahan yang luas juga akan ditujukan untuk
Gamping
Selatan : Perumahan warga, SMK Muhammadiyah Gamping fungsi penyediaan softscape serta penataan landscape pada
Barat : Perumahan Warga, Masjid At-Taqwa titik yang strategis ini. Rancangan dalam proposal dapat
menjadi identitas wilayah yang melebur dalam sebuah
kesatuan dengan lingkup kawasan sekitarnya.
LUAS SITE KOEFISIEN DASAR KOEFISIEN DASAR KOEFISIEN TAPAK GSJ GSB
8030 M2 BANGUNAN HIJAU KLB BANGUNAN 7 METER 4 METER
60% MIN 20% 4,8-6 LUAS LANTAI 70%
BUILDING CODES
2.8.6 KAJIAN LOKASI
KONDISI SITE 67
PETA GUNA LAHAN
Site terletak pada lahan kosong serta sebagian petak Pertumbuhan perekonomian daerah secara signifikan dari situasi ini
perumahan. Fungsi guna lahan yang digunakan telah termasuk diharapkan oleh pemerintah. Dengan RPJP DIY yang ingin lebih fokus
kriteria lahan dengan peruntukan pemukiman. Dengan kata lain, membangun sisi barat Yogyakarta, lokasi yang diusulkan proposal
tidak ada pembukaan lahan baru dari fungsi guna lahan lain. perancangan akan dengan maksimal mengambil momentum
Pe n e m p a t a n s i t e m e n g i n c a r t i t i k s t r a t e g i s d e n g a n tersebut. Sementara pertumbuhan ekonomi akan memakan waktu,
mempertimbangkan perkembangan infrastruktur di Provinsi DIY lokasi site relatif masih terletak dekat dengan pusat perekonomian DIY(
setidaknya dalam beberapa tahun kedepan. Pengembangan kota Yogyakarta) saat ini.
aerocity di daerah Wates serta pengembangan JLS serta jalan tol
akan mengkoneksikan DIY dengan provinsi lainnya secara lebih
erat dibanding sebelumnya.
Kondisi sirkulasi menuju lokasi tapak merupakan faktor penting terkait Perbandingan kondisi kepadatan lalu lintas pada hari-hari kerja serta akhir
bagaimana kemudahan akses pengguna dan pengunjung. Tapak pekan. Sebagai kawasan transit, arus lalu lintas sepanjang kawasan
yang terletak pada persimpangan memberi keunggulan akses. Lokasi persimpangan Jalan Jogja-Wates dengan Jalan PS Hewan relatif ‘cukup’
dapat dicaai melalui Jalan Jogja-Wates dari arah barat-timur serta cepat. Kepadatan juga merata pada jam-jam diatas jam 8 pagi
Jalan PS Hewan dari arah utara-selatan. dengan adanya sedikit lonjakan arus kendaraan pada jam berangkat
dan pulang kerja sepanjang hari senin-jumat. Akses menuju tapak
Jalan Jogja-Wates merupakan jalan arteri dengan lebar lebih kurang dapat memanfaatkan sistem satu arah dengan perletakan pintu
14 meter yang juga berfungsi sebagai penghubung kabupaten dan masuk dan pintu keluar pada ruas jalan yang berbeda. Sistem ini
kota. Jalan PS Hewan merupakan jalan kolektor dua arah dengan akan mencegah terjadinya antrian kendaraan yang berlebih dalam
lebar lebih kurang tujuh meter. Memasuki lingkungan perkampungan tapak sekaligus memaksimalkan potensi lokasi. Pintu masuk dan pintu
terdapat akses gang yang membatasi tapak pada sisi barat dan keluar diletakkan sejauh mungkin dari persimpangan untuk
selatan dengan ukuran lebar masing-masing lima dan dua meter. mencegah terjadinya kesemrawutan arus kendaraan disekitar
tapak.
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan apartemen bernilai sosial di lingkup kawasan urban Yogyakarta sebagai upaya menekan laju
ekspansi area perkotaan.
PARAMETER
2.9.4 SITEPLAN
Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada siteplan
dan tata lansekap meliputi :
Ÿ Tata lansekap memanfaatkan elemen softscape, hardscape
hingga air/kolam untuk menciptakan atmosfir ruang luar yang
rindang serta nyaman
PEMECAHAN PERSOALAN
PERANCANGAN
77
Keunggulan dari bangunan hunian susun Gambar adalah ketinggiannya
1.21 VIA 57 New Yorkyang Orientasi dari gubahan massa beradaptasi menyesuaikan bentuk tapak. Sesuai hasi
memungkinkan view optimal bagi penghuni. Selain view, ketinggian juga dapat
(Sumber : www.thorntontomasetti.com) kajian sebelumnya, gubahan akan dirancang mengelilingi sebuah innercourt dengan
menjadi elemen segregasi terhadap fungsi serta kualitas privasi. Ruangan dengan area rooftopnya yang berfungsi mewadahi ruang publik. Penggunaan innercourt akan
fungsi publik biasa diletakkan pada ketinggian lebih rendah sementara ruang hunian memberikan kualitas view ruang dalam, penghawaan dan pencahayaan alami yang
yang membutuhkan kualitas privasi diletakkan pada ketinggian lebih tinggi. Disisi lain, lebih baik pada massa bangunan dengan tipe slab.
peraturan pendirian bangunan tidak mengizinkan tinggi bangunan lebih dari ukuran
setara sepuluh lantai. Massa bangunan tidak dapat mengambil bentuk tower yang Untuk membagi ruang publik agar lebih menghubungkan lantai bangunan, elevasi
merupakan tipologi apartemen pada umumnya sehingga perancangan massa rooftop dibagi menjadi beberapa level yang berbeda. Menerapkan metode hybrid,
gubahan lebih ditekankan menuju arah horizontal sebagai bentuk slab. eksplorasi dapat dilakukan untuk menentukan bentuk gubahan dengan skema
pembagian ruang publik yang paling efektif. Langkah ini selain berfungsi untuk
menciptakan skema ruang publik yang terbaik pada massa bangunan juga mampu
mengoptimalkan view-kualitas pengalaman meruang dalam bangunan.
Orientasi bangunan diputar 90 derajat Sisi bangunan yang menghadap dibuat berirama Massa bangunan pada sisi timur dibuka sebagai
dengan sisi utara memiliki ketinggian memanfaatkan sistem kantilever, terlebih lagi kini sisi gerbang masuk serta sentra ruang publik dalam
massa paling rendah, langkah ini dilakukan barat memiiki luas permukaan paling besar apartemen, langkah ini diambil sebagai upaya
dengan mempertimbangkan view serta dibanding massa bangunan pada arah mata angin memasukkan komunitas disekitar bangunan
arah angin yang maksimal pada sisi utara. lainnya. Area roof pada massa bangunan disisi timur kedalam bangunan. massa yang berfungsi sebagai
Sisi timur kini memiliki ketinggian yang lebih akan dikonsentrasikan pemakaiannya sebagai area ruang publik akan dikonsentrasikan pada massa timur
tinggi dari massa pada sisi utara namun taman publik penghuni serta pengunjung, sementara area hunian tetap terfokus pada massa
tetap relatif lebih rendah dibanding massa paling tinggi pda sisi barat serta selatan.
pada sisi selatan dan barat agar tetap
maksimal memasukkan sinar matahari
kedalam kompleks apartemen.
untuk merespons kondisi iklim termasuk massa bagian timur bangunan dibuat Untuk memaksimalkan penghawaan
sudut datang sinar matahari serta arah berundak untuk memanfaatkan alami pada sisi barat bangunan, massa
angin, massa bangunan di-mirror-kan orientasinya terhadap arah matahari pada sisi tersebut dilubangi untuk
sehingga letak sisi-sisi rendah dan terbit. Selain itu langkah ini juga dilakukan memberikan penetrasi angin serta akses
tingginya sekarang terlihat berkebalikan. untuk memaksimalkan view terhadap sinar matahari langsung pada ruangan-
Untuk merespons angin yang dominan arah timur laut dengan memangkas ruangan yang berada ppada sisi barat.
dari arah timur, massa disisi timur massa bangunan pada sudut tersebut area yang kosong juga nantinya dapat
direndahkan serta dibuka sebagian untuk memaksimalkan view. bukaan dimanfaatkan sebagai ruang-ruang
untuk memaksimalkan penghawaan angin pada sisi timur diperbesar sebagai publik multifungsi yang mampu
alami dalam kompleks bangunan yang gerbang memaksimalkan terjadinya mewadahi terjadinya interaksi antar
n an t i n y a dapat be r pe r an dal am interaksi bagi komunitas dalam serta luar penghuni bangunan.
menciptakan iklim mikro. bangunan
Konsep bentuk gubahan kurang lebih Massa dinaikkan elevasinya hingga 7 lantai Tiap sisi gubahan yang menghadap arah
mirip dengan alternatif nomor 2, bentuk untuk memenuhi kebutuhan ruang yang mata angin berbeda diatur elevasinya
massa lebih merespons kebutuhan pada akan diwadahinya. Bangunan apartemen merespons potensi yang berbeda pada
lansekap dengan tetap memiliki angka rentable area setidaknya 70 tiap arah mata angin. Massa sisi timur
mempertimbangkan efisiensi perletakan hingga 80 persen dari keseluruhan luas dibuat relatif rendah untuk memasukkan
struktur, serta kenyamanan pengalaman bangunan. sinar matahari pagi dan massa sisi barat
ruang dalamnya. dan utara ditinggikan untuk
mengakomodasi kebutuhan ruang. Sisi
Dilain sisi, perancangan proposal desain apartemen menyesuaikan paradigma yang ada di
masyarakat khususnya di kawasan perkotaan berkembang di Yogyakarta. Sementara
apartemen mungkin telah menjadi pilihan efektif pada kawasan perkotaan padat, pola pikir ini
Pengguna apartemen secara garis besar yang sepertinya belum menjadi solusi utama terlebih pada kawasan dimana terdapat banyak
meliputi pemukim, pengelola serta lahan hunian perumahan yang tersedia. Proposal desain apartemen akan merespons
pengunjung. Berdasarkan segmentasi fenomena yang terjadi di masyarakat ini kedalam sebagai salah satu fokus permasalahan yang
pasar, penghuni apartemen yang disasar menentukan arah perancangan.
adalah para pekerja kantoran serta
pengunjung
keluarga muda lokal maupun
pendatang.
Pengguna apartemen lainnya adalah Pengunjung bervariasi dari tamu formal, calon pembeli unit apartemen maupun masyarakat
pengelola yang terdiri dari unit-unit yang publik sektempat yang dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada di apartemen.
lebih spesifik dalam menangani peran Pengunjung/tamu pada umumnya merupakan individu yang memiliki relasi maupun
mereka menjalankan bisnis apartemen. kepentingan dengan penghuni apartemen, namun pola kunjungan seperti ini sangat jelas tidak
Pengunjung pada arah proposal desain membawa dampak positif bagi masyarakat di sekitar kawasan apartemen. Apartemen menjadi
ini akan dapat lebih dileluasakan pada kerap dipandang dengan stigma miring terutama pada aspek relasi dengan masyarakat
kawasan apartemen, tentu saja dengan setempat disekitar apartemen. Layaknya individu dalam sebuah komunitas yang saling
tetap menjaga kualitas privasi bagi para bergantung dan terikat satu sama lain, apartemen harus dapat beradaptasi serta turut
penghuni. Selain pengunjung yang berpartisipasi terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya.
berkepentingan dengan penghuni,
pengunjung yang ada dalam bayangan
arah perancangan adalah masyarakat
disekitar apartemen. Bangunan pengelola
apartemen diharapkan mampu memiliki Pengelola memastikan jalannya bisnis apartemen serta kualitas pelayanan yang ada dalam
fungsi sebagai semacam public garden apartemen. Pengelola terbagi menjadi beberapa section, masing-masing mengurus
untuk menopang fungsi komunitas dalam kepentingan sesuai dengan spesifikasi keahlian mereka. Secara garis besar, pengelola terbagi
skala yang lebih luas. menjadi divisi pengelola umum yang terdiri atas general manager serta sekretaris, divisi non-
teknik yang terdiri atas sie pemasaran serta administrasi, divisi teknis yang mengurus
maintenance alat dan mesin dalam bangunan, divisi keamanan dan terakhir divisi pelayanan
umum yang mencakup cleaning servis, pegawai retail, pegawai café, pegawai restaurant,
tukang kebun dll.
Makan di restoran/cafe
Perancangan apartemen ditujukan bagi
para masyarakat perkotaan dengan tipe Menggunakan co working
space
unit kamar studio, 1 kamar tidur dan 2
kamar tidur. Tipe unit hunian yang Mencuci di Laundry
pengelola
disediakan merupakan respons dari
aktivitas serta profesi yang umum
dilakukan oleh masyarakat urban.
Pendekatan hybrid yang diterapkan
beribadah, istirahat,
dalam proses perancangan berusaha Parkir Masuk menuju area kerja makan
m e n g e m b a l i ka n n i l a i s o s i a l p a d a
bangunan apartemen, oleh sebab itu Aktivitas kantor
(pengelola, pengurus, marketing)
perancangan tata ruang serta Menjaga keamanan,
penyediaan ruang dalam apartemen mengawasi CCTV
Pulang Bertugas
bertujuan untuk memberikan wadah Berjualan, retail, café, resto jaga
minimarket
interaksi bagi komunitas. Menjaga kebersihan bangunan,
merawat peralatan MEP
Apartemen menyediakan akses ruang
publik yang terintegrasikan ke dalam
pengunjung
bangunannya. Akses sirkulasi
diintegrasikan dengan pengadaan ruang Jogging Menikmati fasilitas penunjang ruang publik
komunal untuk mewadahi interaksi sosial
Berinteraksi-bercengkerama pada kawasan sirkulasi publik
antar individu. Disediakan juga fasilitas- dalam bangunan
fasilitas bersama penunjang fungsi
bangunan apartemen berupa restoran, Parkir Memakai fasilitas pendukung
café,co working space, fitness center,
taman terbuka publik hingga jogging Datang menuju Makan di restoran
track. lobby/ruang komunal
Olahraga, indoor fitness
melalui ruang
terbuka publik Makan di foodcourt
Makan di restoran/cafe
pulang
mandi, buang air kecil, buang air besar kamar mandi privat
makan, minum dan bersantai bersama café, restaurant, common room publik
pengelola maintenance sistem mekanikal ruang kontrol MEE, kontrol pendingin privat
serta elektrikal bangunan udara, ruang pompa
Area Publik
Area Semi Private/Semi Publik
Selasar Lt 5 Hunian Lt 5 Area Publik
Selasar Lt 4 Hunian Lt 4
Public Alley
& Communal Selasar Lt 3 Hunian Lt 3
Terrace
Marketing Office Area Foodcourt Mushola Laundry Gym Food Tennant Minimarket Restaurant
Bentuk gubahan tidak simetris dan memiliki banyak ‘irama’ pada tiap sisinya sebagai
respon terhadap potensi tapak serta kondisi iklim lokal. Integrasi nilai sosial kedalam
apartemen menghasilkan selasar dan balkon terbuka kantilever pada setiap sisi
gubahan massa. Selasar-selasar ini memiliki ukuran selebar dua hingga maksimal tiga
meter. Ketinggian antara plat lantai berjarak empat meter--dengan catatan sebesar
2,7 meter merupakan jarak antara lantai dengan plafon, jarak satu meter
diperuntukkan bagi struktur balok dan jarak 30 cm dimanfaatkan sebagai ruang
menaruh sistem utilitas dan jaringan perpipaan.
Setiap selasar dan balkon kantilever berfungsi sebagai shading cantilever, jarak antara
plat lantai dengan plafon dibawahnya turut memberikan panel tambahan yang
menambah keefektifan shading. Variasi dapat dilakukan pada kluster unit tertentu yang
membutuhkan perlakuan khusus terkait tipe shadingnya.
Pemilihan material kaca yang memiliki tingkat reflektivitas yang baik juga mampu
mengurangi intensitas panas matahari kedalam ruangan dengan tetap menyediakan
jangkauan view luar bangunan yang luas. Kedua faktor ini menjadi elemen utama
pembentuk fasad bangunan serta strategi utama perancangan dalam menurunkan
angka OTTV sebagai penyelesaian isu urban heat island yang diangkat proposal.
Gambar 1.13 Elemen shading sebagai pembentuk fasad - The 8 House
(Sumber : https:archdaily.com)
Penataan lansekap dari aspek ini mengambil pertimbangan terhadap kondisi Sebagai daerah tropis, tapak mendapatkan lama penyinaran matahari relatif
lingkungan serta iklim daerah setempat. Area lansekap sendiri diproyeksikan menjadi sama sepanjang tahunnya. Penggunaan elemen vegetasi perindang
sebuah ruang terbuka publik yang mempererat koneksi lingkungan sekitar tapak dimaksimalkan untuk memberikan lingkungan luar yang sejuk dan teduh.
dengan keberadan apartemen. Area courtyard pada lansekap berfungsi untuk Elemen softscape berupa vegetasi perindang juga turut berperan dalam
meringankan bentuk gubahan sekaligus menjadi penghubung ruang dalam penanganan permasalahan urban heat island dalam skala lingkungan
apartemen dengan lingkungan luarnya. Pada perancangan ruang luar, elemen tapak. Penggunaan elemen softscape ttidak terbatas pada lingkungan luar
softscape seperti vegetasi dan air sekaligus hardscape seperti perkerasan dan batu lansekap. Area courtyard dapat ditata sebagai ruang hijau ‘dalam’ gubahan
dimanfaatkan untuk menciptakan kombinasi penataan lansekap yang harmonis yang dapat turut meningkatkan kualitas pengalaman meruang individu
dengan situasi lingkungan disekitarnya. dengan lingkungan luarnya. Tingkat curah hujan yang juga tinggi pada
daerah tropis mendorong penggunaan perkerasan yang mampu
Elemen air-kolam ditempatkan pada orientasi timur dan utara tapak dimana angin meneruskan air kedalam tanah sekaligus memperluas area tanah terekspos
berhembus secara konstan sepanjang tahunnya berdasarkan data windrose yang dapat berfungsi sebagai daerah resapan.
meteoblue. Ini dilakukan untuk meningkatkan terjadinya kondensasi dalam
lingkungan tapak sehingga menyejukkan suhu lingkungan luar. Perlakuan ini
ditambah dengan kehadiran courtyard ditengah gubahan massa yang berongga
dapat sekaligus meningkatkan kualitas penghawaan terhadap ruang dalam
apartemen.
Pola penataan sirkulasi kendaraan memanfaatkan sistem satu arah Sebagai daerah transit, daerah disekitar tapak memiliki keterbatasan
untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan dan antrian kendaraan akses terhadap ruang terbuka publik yang memadai. Perancangan
dalam tapak. Memanfaatkan posisi site yang strategis, akses keluar ruang publik mempertimbangkan aspek ketetanggaan untuk
dan masuk menuju tapak diletakkan pada sisi persimpangan jalan mendapatkan potensi-potensi yang dapat dioptimalkan dalam
yang berbeda. Akses masuk dan keluar ditempatkan pada titik terjauh prosesnya. Perancangan ruang publik harus dapat mengambil
dari persimpangan untuk mencegah timbulnya kemacetan yang perannya dalam masyarakat sebagai generator sosial dalam
ditimbulkan dari aktivitas keluar-masuk kendaraan menuju tapak. komunitas lokal sekaligus menjadi magnet yang menarik kalangan
masyarakat luas untuk mengunjungi apartemen.
Tapak harus menyediakan akses yang memadai untuk keluar masuk Sebagai permulaan, area tapak pada sisi barat yang dimanfaatkan
kendaraan darurat seperti truk pemadam kebakaran. Sisi selatan dan untuk menambah lebar jalan berbatasan langsung dengan
barat tapak bersebelahan dengan gang yang berbatasan langsung perkampungan warga maka perancangan lansekap dapat
dengan area perkampungan warga. Gang pada sisi selatan relatif mengambil arah sebagai ruang terbuka publik. Area lansekap yang
cukup lebar sebagai akses kendaraan darurat namun akses jalan dimanfaatkan untuk memperlebar jalan dapat fungsi komersil dapat
pada sisi timur memerlukan penyesuaian dikarenakan jalan memiliki diintegrasikan dengan menyediakan area bagi pedagang keliling.
lebar tidak lebih dari dua meter. Area tapak dapat dimanfaatkan Selain berfungsi untuk menarik pengunjung, strategi ini juga dapat
dalam penambahan lebar jalan. Namun begitu, penataan lansekap mengaburkan kesenjangan infrastruktur dimana bangunan
tidak boleh membiarkan area yang berbatasan dengan masyarakat apartemen seolah hanya bersifat eksklusif bagi kalangan tertentu.
hanya sekedar menjadi jalanan biasa. Perancangan lansekap bercita-cita memasukkan sebanyak mungkin
elemen masyarakat yang beragam dalam rangka rancangan
memainkan perannya ditengah komunitas masyarakat.
Bentang 12 x 12 meter
Balok Induk Tinggi : 1/12 x 12 = 1 meter
Lebar : 1/2 x 1 = 0.5 meter
98
Bentuk dasar dari plat lantai mengambil bentuk tapak sebagai acuan utama.
Pengembangan bentuk gubahan bangunan secara vertikal merupakan hasil
pertimbangan berbagai aspek diantaranya kondisi iklim setempat, view,
sunpath, windrose serta integrasi nilai sosial. Untuk kondisi fisik tapak dan
lingkungan sekitarnya, setiap orientasi mata angin memiliki potensi dan
tantangan yang berbeda. Hasil rancangan bentuk gubahan yang tidak
simetris merupakan hasil tanggapan terhadap faktor tersebut.
Lantai ground floor memiliki area seluas 2620 meter persegi dengan Lantai dasar pada dasarnya merupakan area publik yang didominasi fungsi
ketinggian antar lantai sebesar 4.4 meter. Dengan fungsi pokok sebagai komersil. Pintu masuk utama mengharuskan pengunjung melalui berbagai ritel
area publik komersil, lantai ground floor tersusun atas ruang-ruang sebagai komersil sebelum mencapai lobby lift. Para pengunjung juga dapat melalui alur
berikut : yang berbeda dan fleksibel dalam menembus kawasan bangunan. Area ritel
maupun ruang tertutup ditarik kedalam bangunan, menghasilkan area selasar
1. Lounge semi terbuka pada pinggir-pinggir bangunan.
2. Marketing & Office
3. Retail Kedai Makanan Lantai dasar bangunan turut berperan sebagai penjembatan aktivitas dengan
4. Foodcourt Area lingkungan ketetanggaan disekitarnya. Posisi tapak di pinggir persimpangan
5. Gym menjadikannya titik strategis untuk dilalui pengunjung. Pada sisi timur, diletakkan
6. Minimarket & ATM Center genetator aktivitas sosial berupa ruang terbuka sekaligus restaurant dengan
7. Laundry Area area semi terbuka untuk menambah daya tarik. Terdapat innercourt sebagai
8. Innercourt & Park zona transit yang turut yang berfungsi sebagai taman terbuka publik didalam
9. Fast Food Restaurant gubahan. Area foodcourt melengkapi hubungan yang diciptakan area resto-
10. Lift Lobby & Core innercourt dengan taman publik pada sisi barat lansekap. Area foodcourt
diletakkan pada orientasi ini untuk mengoptimalkan posisinya yang
bersebelahan langsung dengan kawasan ketetanggaan warga.
Sirkulasi pada konsepnya bertujuan menciptakan pengalaman meruang Terdapat area teras bersama setiap beberapa unit hunian sebagai wadah
terhadap pengguna apartemen. Pengalaman meruang tersebut interaksi antar penghuni apartemen. Setiap selasar pada masing-masing lantai
mencakup hubungan individu dengan individu, serta individu dengan hunian terhubung dengan area publik berupa teras komunal yang terkluster
ruangannya. pada orientasi timur gubahan. Teras komunal pada tiap lantai tersebut saling
terhubung dan berfungsi sebagai wadah interaksi penghuni sekaligus
Sistem sirkulasi horizontal pada tiap lantai hunian memanfaatkan pengunjung apartemen. Penataan area teras komunal sekaligus sirkulasinya
p e n g g u n a a n s e l a s a r t e r b u k a . Pe n g g u n a a n s e l a s a r t e r b u k a yang terintegrasi dalam proses perancangan bentuk gubahan menghasilkan
mengoptimalkan aspek visual antar pengguna bangunan. Selasar juga bentuk bertingkat yang turut memberi kualitas pengalaman meruang dalam
dibuat lebar setidaknya 2-3 meter untuk mendorong timbulnya interaksi skala ruang luar.
hingga aktivitas ketimbang hanya berperan sebagai area transit.
Selasar-teras terbuka pada lantai enam merupakan batas ruang publik yang
melibatkan interaksi antara penghuni sekaligus pengunjung apartemen.
Orientasi timur dan utara selasar menyajikan kualitas view terhadap area
persawahan yang masih umum ditemukan di area sekitar lokasi. Kedua lantai
paling atas apartemen dirancang hanya untuk penghuni apartemen saja.
Kualitas pengalaman meruang yang hendak diberikan tetap berupaya dalam
mendorong interaksi sosial tetapi dibatasi pada interaksi antara penghuni
dengan penghuni.
Sistem selubung bangunan memanfaatkan overhang shading seabagai Sebagai bangunan dengan bentuk asimetris, peracanagan selubung tidak
eleman utama pembentuk pola fasad. Setiap lantai memiliki balkon/selasar dapat dibuat senada pada seluruh orientasi bangunan terhadap arah mata
kantilever sepanjang 2 meter dari balok struktur. Ini merupakan respons angin yang berbeda. Pada dasarnya sisi bangunan yang menghadap
terhadap perhitungan OTTV yang kedepannya akan dilakukan untuk lingkungan luar memiliki ukuran overshadow yang sedikit lebih panjang
menentukan kesuksesan rancangan dalam menangkal dampak urban dibanding sisi bangunan yang menghadap ke arah innercourt.
heat island.
Pengecualian dilakukan terhadap sisi bangunn yang menghadap kearah timur
Sebagian besar dari penataan unit apartemen bersifat single-bank dengan dimana potensi pencahayaan pagi dimanfaatkan untuk menyediakan area
akses sirkulasi yang turut ‘menembus’ permukaan massa bangunan. teras publik yang terkoneksikan langsung dengan sistem public alley yang
Perlakuan ini dimaksudkan untuk memaksimalkan faktor kualitas diimpleentasikan rancangan.
pencahayaan dan penghawaan alami. Terdapat 6 saja tipe bukaan
jendela pada bangunan yang mana perletakannya praktis hanya mengikuti Tiga lantai teratas juga dirancang untuk bebas dari overhang yang terekspos
pola penataan unit apartemen, menyesuikan luasnya bukaan terhadap untuk menghasilkan tatanan gubahan yang berhierarki dimana respons
kebutuhan pencahayaan serta view tiap unit apartemen. terhadap sunpath lebih ditekankan pada penataan ruang dalamnya.
Perancangan area taman publik secara khusus sebagai hasilnya diletakkan Penataan sirkulasi kendaraan dalam tapak dibuat searah untuk mencegah
pada orientasi barat dan selatan tapak sebagai orientasi yang berbatasan terjadinya penumpukan kendaraan. Akses keluar dan masuk menuju tapak
langsung dengan kawasan perkampungan. Selain itu, area lansekap pada diletakkan sejauh mungkin dari persimpangan dan pada ruas jalan yang
orientasi utara dan timur tapak dirancang dengan tujuan menarik lebih berbeda. Ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan dan
banyak pengunjung. Perancangan lansekap yang mampu memberi penumpukan kendaraan pada akses keluar-masuk yang kerap terjadi pada
sorotan lebih menuju kompleks bangunan apartemen melalui penataan sistem satu pintu masuk-keluar.
ruang hijau serta elemen softscape.
PERKESARAN PAVING
SOFTSCAPE
KOLAM
SIRKULASI KENDARAAN
BALOK 100 X 50 CM
KOLOM 60 X 60 CM
PONDASI FOOTPLAT
BOREPILE D : 40 CM
SHAFT DARURAT
TANGGA
ELEVATOR
JALUR EVAKUASI
TANGGA DARURAT
TITIK KUMPUL
SHAFT DARURAT
TANGGA
ELEVATOR
JALUR EVAKUASI
Titik kumpul pada lansekap diletakkan pada areh barat laut, timur laut dan
tenggara. Ketiga orientasi ini berhadapan dengan sisi gubahan massa bukan
pada ketinggian maksimalnya. Kemudahan akses juga terjamin sebab letak titik
kumpul bersebelahan langsung dengan jalan raya.
Sirkulasi pada lantai-lantai hunian apartemen dirancang dengan Masing-masing lantai hunian memiliki semacam area rooftop yang
memanfaatkan penggunaan selasar terbuka dan meminimalkan berfungsi sebagai public space bagi para penghuni. Untuk semakin
penggunaan koridor. Pola penataan selasar tidak monoton dengan mendorong terbentuknya komunitas, diimplementasikan suatu skema
kombinasi dua layout sirkulasi setiap dua lantai. Area selasar pada public alley dimana pada intinya terdapat sebuah jalur publik utama
setiap lantai sendiri memiliki lebar setidaknya dua meter dengan view yang mengkoneksikan sebagian besar lantai rancangan bangunan
menuju arah innercourt serta view ke arah luar. Strategi ini apartemen. Skema public alley dirancang untuk menghubungkan area
dimaksudkan untuk memberikan aspek visual antara penghuni rooftop - communal space - lantai residensial dari lantai 2 hingga 6.
apartemen, menekankan nilai yang lebih dalam bahwa mereka Strategi ini ditujukan untuk menciptakan interaksi serta mewadahi
hidup bersama pada satu tempat - sebagai suatu komunitas dalam berbagai aktivitas dengan menjadikan mobilitas dan pergerakan
ruang 3 dimensi. pengguna bangunan semakin fleksibel.
Setiap lantai memiliki area publik berupa teras komunal yang saling terhubung satu dengan yang lain. Setiap teras komunal terintegrasikan
dengan sistem sirkulasi horizontal yang saling menghubungkan unit apartemen. Terdapat skema yang secara substansial telah diimplementasikan
dalam perancangan bentuk gubahan dan tata ruang, menjadikan kedua proses ini saling berkesinambungan dimana pengambilan keputusan
desainnya saling menguatkan. Kualitas spasial experience--yang mencakup hubungan antara sesama individu, hubungan antara individu
dengan bangunan hingga hubungan antara individu dengan lingkungan luar-- yang merupakan pencarian awal proposal perancangan
TERAS KOMUNAL
TANGGA
AREA HUNIAN
BASEMENT
Perhitungan OTTV merupakan asumsi penggunaan energi pada Kualitas kenyamanan dalam ruang apartemen seperti view terhadap
ruang dalam per meter persegi luas permukaan selubung. ruang luar, pencahayaan-penghawaan alami dapat terpenuhi dengan
Perhitungan ini menunjukkan parameter keberhasilan perancangan menyediakan ventilasi yang lebar. Tugas dari perancangan selubung
selubung bangunan dalam menangkal intensitas radiasi matahari sekarang adalah bagaimana mempertahankan kualitas-kualitas diatas
berdasarkan standar yang ditentukan pihak berwenang. Efisiensi yang sekaligus memenuhi parameter perhitungan OTTV.
penggunaan energi merupakan poin yang hendak dicapai melalui
perhitungan ini dimana angka pemakaian energi dalam ruang yang Strategi penyelesaian masalah yang diambil proposal perancangan
memenuhi standar harus berada dibawah angka 45 watt/meter untuk mencapai parameter OTTV adalah dengan menekankan
persegi luas selubung. penggunaan elemen shading--kantilever, ventilasi dsb--sebagai
komponen utama penyusun selubung bangunan.
Selain kuantitas dan luas ventilasi yang memadai, bentuk gubahan Tiap unit hunian memiliki bukaan lebar relatif terhadap permukaan
massa mengambil peran penting dalam pemenuhan kualitas dinding yang berorientasi ke arah luar dimana selain penting untuk
pencahayaan serta penghawaan alami. Gubahan dengan massa memaksimalkan kualitas pencahayaan dan penghawaan alami, juga
yang masif memiliki tingkat penetrasi oleh angin dan sinar matahari bertujuan memberikan sudut pandang dari dalam ruang yang
yang buruk. Massa gubahan dirancang memngelilingi courtyard memadai terhadap lingkungan luar. Terdapat 5 jenis bukaan jendela
ditengahnya. pada rancangan serta satu tipe curtain wall. Permukaan bangunan,
meskipun dihiasi dengan ventilasi dan bukaan secara merata juga
Courtyard/innercourt selain berperan sebagai aspek sosial dan visual memiliki sistem overhang yang memadai. Memanfaatkan penggunaan
juga berfungsi untuk memasukkan pencahayaan alami secara lebih struktur kantilever untuk selasar dan balkon, ruangan dibawahnya
merata kedlam bangunan. Massa gubahan dirancang ramping dinaungi oleh overhang sepanjang dua meter.
sehingga unit hunian dapat diletakkan melintang menembus
gubahan. Ini dilakukan untuk memaksimalkan kuaitas penghawaan 2 METER
2 METER
120
Property size rancangan telah memenuhi peraturan setempat menyangkut pendirian bangunan. Ukuran KDB hanya menggunakan sekitar 33%
dari peraturan maksimal 60%. Penerapan area courtyard/innercourd pada perancangan bentuk gubahan massa mampu mengurangi luas
area yang digunakan untuk lantai dasar sekaligus menambah presentase area terbuka hijau/KDH dari dalam bangunan. Ukuran KDH pada level
permukaan tanah mencapai angka 29% dari setidaknya luas sebesar 20 persen yang dianjurkan peraturan. Area softscape pada lansekap
tersebut kebanyakan diperuntukkan bagi fungsi ruang terbuka publik. Area kolam menggunakan total area 388 meter persegi atau total 4% dari
keseluruhan luas tapak. Penataan elemen kolam dilakukan dengan mempertimbangkan manfaat serta potensinya terhadap elemen lansekap
lainnya. Kolam diletakkan pada orientasi utara dan timur tapak dimana menurut data meteoblue memiliki potensi angin relatif stabil sepanjang
tahun. Strategi ini dilakukan untuk mendorong semakin banyak terjadinya kondensasidi udara yang mampu menurunkan suhu pada kawasan
tapak.
GROUND FLOOR
Lantai dasar berperan untuk mewadahi
fungsi ruang-ruang komersil serta publik.
Fungsi ruang komersil meliputi retail-retail,
area foodcourt, restaurant, café hingga
minimarket. Fungsi komersil ditempatkan
pada lantai dasar untuk mengoptimalkan
potensi apartemen sebagai bangunan
sosial sekaligus untuk menjaring lebih
banyak pengunjung. Lantai dasar juga
terintegrasi secara langsung dengan
penataan lansekap yang mengitarinya.
Courtyard yang terletak ditengah-tengah
gubahan berfungsi untuk
menghubungkan taman pubik pada sisi
barat dengan ruang terbuka pada sisi
timur gubahan.
2ND FLOOR
La n t a i 2 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik
bermula dari lantai ini yang mana bagian
ini saling terhubung dengan fungsi serupa
lantai diatasnya. Teras publik tersebut juga
terintegrasi dengan sistem sirkulasi
horizontal selasar terbuka pada tiap lantai.
Terdapat 29 unit hunian apartemen pada
lantai ini yang terdiri atas 15 tipe unit yang
berbeda. Terdapat area teras bersama
pada setiap beberapa unit hunian yang
dapat dimanfaatkan sebagai zona
interaksi antar sesama penghuni
apartemen.
4TH FLOOR
La n t a i 4 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik pada
lantai ini terintegrasi dengan sistem
sirkulasi selasar terbukanya sekaligus
terhubung dengan teras publik lantai
l a i n n y a. Te r d a p a t 2 4 u n i t h u n i a n
apartemen pada lantai ini dengan 14 tipe
unit yang berbeda. Terdapat area teras
bersama pada setiap beberapa unit
hunian yang dapat dimanfaatkan
sebagai zona interaksi antar sesama
penghuni apartemen.
6TH FLOOR
La n t a i 5 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Lantai ini merupakan
batas terjauh/tertinggi dimana area teras
publiknya dapat diakses oleh pengunjung
dari luar. Terdapat 19 unit hunian
apartemen pada lantai ini dengan 9 tipe
unit yang berbeda. Sekitar 14 unit hunian
merupakan tipe mezanin yang terhubung
dengan lantai diatasnya(lantai 7).
8TH FLOOR
La n t a i 8 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial sekaligus komersil dengan
akses pengunjung dari luar yang telah
dibatasi. Teras publik pada lantai ini
bersifat eksklusif bagi lantai yang
ditempatinya. Terdapat 5 unit hunian
apartemen pada lantai ini semua
dengan 5 tipe unit yang berbeda. Selain
area residensial, terdapat penthouse
sebagai fungsi komersil yang dapat
disewakan untuk beragam aktivitas.
NORTH
SOUTH
SECTION 2
SECTION 4
GROUND FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
5.6.2HASIL RANCANGAN
136
STRUKTUR KOLOM BALOK
1ST FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
2ND FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
5.6.2HASIL RANCANGAN
STRUKTUR KOLOM BALOK 137
3RD FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
4TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
5.6.2HASIL RANCANGAN
138
STRUKTUR KOLOM BALOK
5TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
6TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
5.6.2HASIL RANCANGAN
STRUKTUR KOLOM BALOK 139
7TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
8TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.
Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.
5.6.2HASIL RANCANGAN
140
STRUKTUR KOLOM BALOK
PERSPEKTIF SISI TIMUR LAUT
EVALUASI RANCANGAN
150
Evaluasi perancangan dikerjakan setelah melakukan sidang pendadaran yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2022 bersama dosen penguji
1 Ibu Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D dan dosen penguji 2 yaitu Bapak Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI. Dari hasil sidang tersebut ditemukan
beberapa aspek perancangan yang perlu ditambahkan, diperbaiki serta dipertimbangkan agar benang merah penulisan dapat lebih tegas dan
pembuktian desain semakin jelas. Didapatkan banyak masukan, kritik serta saran dari kedua dosen penguji untuk memperbaiki rancangan
apartemen sosial di kawasan urban Yogyakarta ini.
No Komentar Tanggapan
Keselamatan dalam bangunan publik yang memutuhkan strategi Memperjelas skema jalur evakuasi, memberikan detail elemen
1 tersendiri keselamatan pada area teras rooftop sekaligus menambahkan
contoh gambar rencana perlindungan kebakaran dalam bangunan
Terdapat railing pada tiap sudut area teras rooftop dengan ketinggian
80 cm. Tangga yang menghubungkan tiap teras rooftop berfungsi
sebagai akses dua arah dan memiliki lebar 2 meter. Tangga memiliki
ukuran riser setinggi 19 centimeter dan ukuran tread sepanjang 29
centimeter. Untuk aspek inklusifitas rancangan, elevator dapat turut
diakses pengunjung dengan kursi roda.
Lantai dasar pada gambar diatas memiliki empat akses keluar masuk
bangunan pada setiap orientasi sisinya. Sisi barat pada area foodcourt,
sisi utara pada lounge, sisi timur pada area courtyard-restaurant serta sisi
selatan pada zona komersil. Penataan gubahan dengan courtyard juga
berperan dalam merampingkan massa bangunan sehingga jarak
tempuh jalur evakuasi dapat diperpendek.
Akses elevator ini juga bersifat terbuka untuk pengguna kursi roda yang
merupakan pengunjung luar apartemen dan ingin memanfaatkan
ruang publik pada teras rooftop. Area selasar merupakan zona publik
yang terkoneksikan langsung dengan teras rooftop.
GWT
ZONA 3
Contoh rencana sistem distribusi air bersih pada lantai 2. Terdapat total
28 unit hunian pada lantai ini dengan skema pembagian distribusi air
berdasarkan shaft : Shaft 1 menyalurkan air bersih menuju 9 unit, shaft 2
menyalurkan air bersih menuju 10 unit serta shaft 3 menyalurkan air bersih
menuju 9 unit.
Tu j u a n u m u m d a r i p r o p o s a l p e r a n c a n g a n a d a l a h u n t u k
mengintegrasikan fungsi sosial publik kedalam bangunan bertipologi
apartemen. Sementara fungsi komersil telah umum dijumpai pada
beragam desain apartemen, fungsi sosial jelas akan sangat
mempengaruhi dinamika kehidupan penghuni dalam bangunan
apartemen.
Integrasi hybrid mencakup banyak aspek proposal perancangan ini. Sederhananya, rancangan berupaya memodifikasi sirkulasi horizontal
Pertama terdapatnya 2 atau lebih fungsi dalam satu bangunan. dalam tipologi apartemen - koridor - menjadi semacam generator sosial
Rancangan apartemen terdiri atas fungsi residensial, fungsi publik- dalam bangunan. Kemudian, idenya adalah bagaimana
sosial sekaligus fungsi komersil. Ketiga fungsi ini tidak mampu berdiri mentransformasi ruang transit yang minim interaksi dengan
sendiri dan keberadaan salah satu fungsi saling berkesinambungan mengkombinasikannya dengan elemen ruang publik. Implementasi
dengan fungsi yang lain. Faktanya, faktor inilah yang paling desain apartemen terhadap elemen sosial ini dilakukan pada tahap
membedakan bangunan hybrid dengan bangunan mix-used. perancangan gubahan serta perancangan konsep tata ruang.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Karya ilmiah yang bersangkutan di atas telah melalui proses cek plagiasi menggunakan Turnitin
dengan hasil kemiripan (similarity) sebesar 1 (Satu) %.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 3/18/2022
Direktur
LAMPIRAN
160
CEK PLAGIASI
LAMPIRAN
APREB 161
LAMPIRAN
162
APREB
LAMPIRAN
APREB 163
LAMPIRAN
164
APREB
LAMPIRAN
APREB 165
PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR