Perancangan Apartemen Sosial Dengan Metode Hybrid Di Kawasan Urban Yogyakarta

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 178

STUDIO AKHIR DESAIN ARSITEKTUR

PERANCANGAN APARTEMEN SOSIAL DENGAN


METODE HYBRID DI KAWASAN URBAN YOGYAKARTA

AKE WIDYASTOMO PUTRO / 17512074


DOSEN PEMBIMBING : M. GALIEH GUNAGAMA,ST.,M.SC.

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR


Perancangan Apartemen Sosial Menggunakan Metode Hybrid
di Kawasan Urban Yogyakarta

Social Apartment Design Using Hybrid Method


in the Urban Area of Yogyakarta

Ake Widyastomo Putro / 17512074


Dosen Pembimbing : M. Galieh Gunagama,ST., M.Sc.

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR


HALAMAN PENGESAHAN
Proyek Studio Akhir Desain Arsitektural yang Berjudul :
Final Architectural Desgn Studio Entitled

Perancangan Apartemen Sosial Menggunakan Metode Hybrid di Kawasan Urban Yogyakarta


Social Apartment Design Using Hybrid Method in the Urban Area of Yogyakarta

Nama Lengkap Mahasiswa : Ake Widyastomo Putro


Student’s Full Name

Nomor Mahasiswa : 17512074


Student’s Identification Number

Telah Diuji dan Disetujui Pada : Yogyakarta, 1 Maret 2022


Has Been Evaluated and Agreed On

Dosen Pembimbing Penguji 1 Penguji 2


Supervisor 1st Jury 2nd Jury

M. Galieh Gunagama,ST.,M.Sc. Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D Yulianto P. Prihatmaji, Dr., IPM., IAI

Diketahui Oleh :
Acknowledged by
Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur
Head of Architecture Undergraduate Program

Yulianto P. Prihatmaji, Dr., IPM., IAI

I
CATATAN DOSEN PEMBIMBING
Proyek Studio Akhir Desain Arsitektural yang Berjudul :
Final Architectural Desgn Studio Entitled

Perancangan Apartemen Sosial Menggunakan Metode Hybrid di Kawasan Urban Yogyakarta


Social Apartment Design Using Hybrid Method in the Urban Area of Yogyakarta

Nama Lengkap Mahasiswa : Ake Widyastomo Putro


Student’s Full Name

Nomor Mahasiswa : 17512074


Student’s Identification Number

Kualitas pada Buku Laporan Akhir :

Sedang Baik Baik Sekali

Sehingga dengan buku ini, direkomendasikan/tidak direkomendasikan untuk menjadi acuan produk tugas akhir

Yogyakarta, Maret 2022


Dosen Pembimbing
Supervisor

M. Galieh Gunagama,ST.,M.Sc.

II
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Lengkap Mahasiswa : Ake Widyastomo Putro

Nomor Mahasiswa : 17512074

Program Studi : Arsitektur

Judul Studio Akhir : Perancangan Apartemen Sosial Menggunakan Metode Hybrid di Kawasan Urban Yogyakarta

Saya menyatakan bahwa laporan studio akhir desain arsitektur ini adalah karya saya kecuali karya yang disebutkan dalam referensinya, tidak ada
bantuan dari pihak lain baik seluruhnya atauun sebagian dalam proses penulisan dan penyusunannya. Saya juga menyatakan tidak ada konflik hak
kepemilikan intelektual atas karya ini dan menyerahkan kepada Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia agar karya ini digunakan bagi
kepentingan pendidikan dan publikasi.

Yogyakarta, 13 Maret 2022

Ake Widyastomo Putro

III
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjattkan kepada Tuhan, Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, saya sebagai penulis mampu menyelesaikan
Studio Akhir Desain Arsitektur (SADA) dengan judul “Perancangan Apartemen Bernilai Sosial pada Kawasan Urban Yogyakarta Menggunakan
Metode Hybrid”. Penulis berharap tugas akhir SADA ini dapat memberikan manfaat serta pembelajaran ilmu arsitektur yang terus berkembang dari
zaman ke zaman.

Penulis sadar betul jika proses penulisan tugas akhir ini turut melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Mereka yang telah membantu dalam
melewati berbagai macam kesulitan selama ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan tugas akhir ini Studio Akhir
Desain Arsitektur ini dapat saya selesaikan dengan cukup baik.
2. Orang tua saya, Bapak Ismu Widodo dan Ibu Sari Respatiningtyas atas bimbingan dan dorongan selama ini sekaligus seluruh anggota
keluarga saya yang turut memberikan dukungan pada waktu-waktu sulit selama penulisan tugas akhir ini.
3. Bapak M. Galieh Gunagama,ST., M.Sc. selaku dosen pembimbing saya dalam penulisan tugas akhir SADA ini, terimakasih atas seluruh
waktu yang telah diluangkan, ilmu, kritik dan saran, terimakasih juga atas pengertian dan kesabaran yang senantiasa anda tunjukkan
selama membimbing saya, kala menghadapi janji-janji manis akan progress yang tidak jarang saya abaikan, kala menghadapi sifat
keras kepala dan egois saya. Saya akan senantiasa menengok kembali bagaimana bapak menunjukkan kepada saya cara menjadi
pribadi yang lebih baik.
4. Bapak Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI dan Ibu Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak
ilmu, kritik dan masukan agar tugas akhir Studio Akhir Desain Arsitektur ini dapat menjadi sedikit lebih baik.
5. Ibu Dyah Hendrawati, ST., M.Sc, GP, selaku selaku koordinator Studio Akhir Desain Arsitektur yang turut membimbing dan memberi saya
banyak kesempatan berharga, Pak Sarjiman dan Mas Nasrullah atas segala jenis bantuan dan perhatiannya selama beberapa bulan
terakhir kami mengerjakan tugas akhir ini di studio.
6. Teman-teman seperjuangan SADA - Azhary Nur Sabilla, Fajrul Fadli, Nandana Ega, Dimas Mbajeng, Noor Shanty, Nurul, Hanief, Shanty dan
beberapa sahabat lain yang dengan cara mereka masing-masing selalu memberikan dukungan dan dorongan untuk terus bergerak
maju dalam penyusunan tugas akhir ini.
7. Seluruh teman-teman Arsitektur UII Angkatan 2017 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, masing-masing dari kalian telah dengan
beberapa cara - turut merubah diri saya menjadi pribadi yang terus berkembang.

IV
BAB I BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 2
1.1.1 Housing Backlog & Ekspansi Area Urban 3
1.1.2 Urban Heat Island 4
1.1.3 Climate Change 5
1.1.4 Isu Pesatnya Pembangunan Perumahan di Yogyakarta 6
1.1.5 Isu Pembangunan Apartemen di Yogyakarta 7
1.1.6 Nilai Sosial Yang Memudar pada Bangunan Apartemen Modern 8
1.1.7 Segmentasi Pasar 10
1.1.8 Pemilihan Lokasi 11
1.2 PERMASALAHAN & TUJUAN 15
1.2.1 Permasalahan Umum 16
1.2.2 Permasalahan Khusus 16
1.2.3 Batasan Perancangan 16
1.3 KERANGKA BERPIKIR 17
1.4 PETA KONFLIK 18
1.5 PETA PEMECAHAN PERMASALAHAN 19
1.6 METODE PERANCANGAN 20
1.6.1 Identifikasi Permasalahan Desain 20
1.6.2 Pengumpulan Data 20
1.6.3 Penelusuran Permasalahan & Solusi Pemecahan Permasalahan 20
1.6.4 Metode Desain 20
1.6.5 Metode Pengujian Desain 20
1.7 ORIGINALITAS & KEBARUAN 21
1.8 GAMBARAN AWAL PERANCANGAN 22
BAB 2
KAJIAN PERSOALAN DESAIN 25
2.1 APARTEMEN 25
2.1.1 Pengertian Apartemen 25
2.1.2 Apartemen Berdasarkan Jenis Arsitektur Bangunannya 26
2.1.3 Apartemen Berdasarkan Tipe Unitnya 26
2.1.4 Apartemen Berdasarkan Sistem Penyusunan Lanti Huniannya 26
2.1.5 Apartemen Berdasarkan Bentuk Massa Bangunannya 27
2.1.6 Apartemen Berdasarkan Sistem Sirkulasi Horizontalnya 27
2.1.7 Apartemen Berdasarkan Jenis Kepemilikannya 27
2.1.8 Kesimpulan 28

DAFTAR ISI V
2.2 RUANG PUBLIK 29
2.2.1 Komunitas Urban 30
2.2.2 Perancangan Ruang Publik 33
2.2.3 Kesimpulan 36
2.3 BERPIKIR MERUANG 38
2.3.1 Kesimpulan 40
2.4 URBAN HEAT ISLAND DAN SOLUSI GBCI 42
2.4.1 Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) 43
2.4.2 Kesimpulan 44
2.5 HYBRID ARCHITECTURE 45
2.5.1 Definisi Hybrid 45
2.5.2 Metode Perancangan Hybrid 47
2.5.3 Kesimpulan 48
2.6 KAJIAN PRESEDEN BANGUNAN 49
2.6.1 The 8 House 49
2.6.2 Dorthevej Residence 53
2.6.3 VM House 57
2.7 KAJIAN LOKASI : GAMPING - YOGYAKARTA 61
2.7.1 Konteks Site 62
2.7.2 Ketetanggaan 63
2.7.3 Aksebilitas 65
2.7.4 Kondisi Tapak 67
2.7.5 Peta Guna Lahan 68
2.7.6 Kondisi Iklim 69
2.7.7 Sirkulasi dan Kondisi Lalu Lintas 72
2.7.8 Kesimpulan Rumusan Permasalahan Perancangan 76
BAB 3 BAB 3
PEMECAHAN PERSOALAN PERANCANGAN 77
3.1 PENYELESAIAN GUBAHAN MASSA 78
3.1.1 Eksplorasi gubahan 1 79
3.1.2 Eksplorasi gubahan 2 81
3.1.3 Eksplorasi gubahan 3 83
3.2 PENYELESAIAN RUANG DAN TATA RUANG 86
3.2.1 Pengguna 86
3.2.2 Aktivitas pengguna 87
3.2.3 Kebutuhan ruang 88

VI
DAFTAR ISI
3.2.4 Konsep organisasi ruang 90
3.2.5 Prakiraan awal property size 91
3.2.6 Zonasi dan hubungan ruang 92
3.3 PENYELESAIAN SELUBUNG BANGUNAN 93
3.4 PENYELESAIAN LANSEKAP 94
3.4.1 Sirkulasi dalam tapak 95
3.4.2 Penataan ruang publik pada lansekap 96
3.5 PENYELESAIAN STRUKTUR 97
3.6 PENYELESAIAN INFRASTRUKTUR 97
3.6.1 Tangga 97
3.6.2 Elevator 97
BAB 4 BAB 4
HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 98
4.1 RANCANGAN SKEMATIK GUBAHAN MASSA 99
4.2 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG 100
4.2.1 Tata ruang 101
4.2.2 Sirkulasi ruang dalam 102
4.3 SELUBUNG BANGUNAN 104
4.3.1 Shading 104
4.3.2 Tektonika gubahan 104
4.4 LANSEKAP 105
4.5 STRUKTUR BANGUNAN 107
4.6 INFRASTRUKTUR BANGUNAN 109
4.7 UJI DESAIN 111
4.7.1 Pembuktian integrasi metode hybrid 111
4.7.2 Pembuktian penanganan isu UHI 113
BAB 5 BAB 5
DESKRIPSI HASIL RANCANGAN 120
5.1 PROPERTY SIZE 121
5.2 PROPERTY SIZE UNIT 123
5.3 SITUASI 124
5.4 SITEPLAN 125
5.5 RANCANGAN BANGUNAN 126
5.5.1 Denah 126
5.5.2 Tampak 131
5.5.3 Potongan 133

DAFTAR ISI VII


5.6 RANCANGAN SISTEM STRUKTUR 135
5.6.1 Pondasi 135
5.6.2 Kolom balok 136
5.7 VISUALISASI - 3D CAPTURE EKSTERIOR 141
BAB 6
EVALUASI PERANCANGAN 150
6.1 FAKTOR KESELAMATAN DALAM BANGUNAN PUBLIK 151
6.2 DETAIL SELUBUNG KANTILEVER 154
6.3 DESAIN INKLUSIF 155
6.4 DISTRIBUSI AIR BERSIH 156
6.5 INTEGRASI HYBRID DALAM RANCANGAN 158
REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA 159
LAMPIRAN 160

VIII
DAFTAR ISI
ABSTRAK

Kelangkaan hunian khususnya pada area perkotaan berkembang seperti Yogyakarta telah menjadi permasalahan lama. Kondisi
inimengakibatkan semakin melambungnya harga hunian di perkotaan dan semakin mendorong ekspansi kawasan urban menuju daerah
penyangga dipinggirannya. Fenomena ini dikenal dengan istilah urbanisasi spasial. Situasi ini dapat terus berlanjut, namun hanya dengan
melakukan percobaan pikiran sederhana, konsekuensinya terhadap lingkungan akan fatal - dalam skala regional serta global. Isu seperti urban
heat island serta pemanasan global menjadi semakin familiar ditelinga masyarakat, dampak dari pembangunan peradaban manusia yang
tidak berkelanjutan. Kawasan pinggiran penyangga perkotaan harus dilestarikan, namun, keterbatasan lahan pada area perkotaan mendesak
pada perubahan dalam strategi penyediaan hunian yang lebih efisien.

Pembangunan kompleks-kompleks perumahan eksklusif baru yang menjamur diseluruh penjuru DIY menunjukkan masih tingginya permintaan
masyarakat akan hunian. Hunian tapak layaknya perumahan memiliki nilai eksklusif tersendiri bagi masyarakat. Meskipun sebagian penduduk
telah beralih menuju hunian susun memiliki rumah jelas memiliki nilai tambah tersendiri. Hunian susun layaknya apartemen walaupun bersifat lebih
privat serta menggunakan lahan secara lebih efisien dibanding membangun rumah individu, memiliki banyak perbedaan dibanding hunian
rumah. Hunian apartemen pada umumnya, dikenal kaku dalam konteks sosial, tipikal satu dengan yang lain hingga tidak merangkul komunitas
warga disekitar area pendiriannya.

Hunian susun apartemen mampu menjadi solusi dari pesatnya ekspansi area pemukiman kawasan urban Yogyakarta. Strategi ini tentu dengan
melakukan pencarian ulang terhadap aspek-aspek mendasar tipologi bangunan apartemen. Proposal perancangan memilih pendekatan
hybrid architectue untuk meleburkan komponen unggulan pada hunian perumahan dengan komponen unggulan dari tipologi bangunan
apartemen. Aspek yang disasar oleh proposal perancangan ialah bangunan apartemen yang bernilai sosial terhadap penghuni serta komunitas
sekitarnya, juga adaptif terhadap perubahan yang ditimbulkan permasalahan lingkungan perkotaan khususnya urban heat island.

Kata Kunci : Apartemen, Sosial, Komunitas, Hybrid, Urban Heat Island

PREMIS PERANCANGAN
PENDAHULUAN IX
ABSTRACT

The scarcity of housing, especially in developing urban areas such as Yogyakarta, has been a longstanding problem. This condition has resulted in
soaring housing prices in urban areas and has further encouraged the expansion of urban areas towards buffer zones on the outskirts. This
phenomenon is known as spatial urbanization. This situation could continue, but just by carrying out a simple thought experiment, the
consequences for the environment would be dire - on a regional as well as global scale. Issues such as urban heat islands and global warming are
becoming increasingly familiar to the public, the impact of unsustainable development of human civilization. Urban buffer suburbs must be
preserved, however, limited land in urban areas calls for changes in strategies for providing more efficient shelter.

The construction of new exclusive housing complexes that are mushrooming throughout DIY shows that the public's demand for housing is still high.
Tread occupancy like housing has its own exclusive value for the community. Although some residents have switched to flats, owning a house
clearly has its own added value. Flats like apartments, although they are more private and use land more efficiently than building individual houses,
have many differences compared to residential houses. Apartment housing in general, is known to be rigid in a social context, typical of one
another so that it does not embrace the community of residents around the area of its establishment.

Apartment flats can be a solution to the rapid expansion of the urban area of Yogyakarta. This strategy is of course by re-searching the basic aspects
of the typology of apartment buildings. The design proposal chooses a hybrid architectue approach to combine the superior components of
residential housing with the superior components of the apartment building typology. Aspects targeted by the design proposal are apartment
buildings that have social value to residents and the surrounding community, as well as adaptive to changes caused by urban environmental
problems, especially urban heat islands.

Keywords: Apartment, Social, Community, Hybrid, Urban Heat Island

PREMIS PERANCANGAN
X
PENDAHULUAN
BAB 1

PENDAHULUAN

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

1
Isu Arsitektural
Tipologi bangunan apartemen yang
cenderung mengesampingkan faktor
sosial baik terhadap antara penghuninya
serta hubungannya dengan komunitas
setempat disekitarnya

PERMASALAHAN UMUM
Merancang bangunan
apartemen bernilai sosial di
Isu Non kawasan urban Yogyakarta
Arsitektural menggunakan pendektan Isu Lokasi
Permintaan rumah yang semakin tinggi arsitektur hybrid. Semakin berkurangnya lahan hijau akibat
dipicu stigma yang berkembang pada pembukaan lahan besar-besaran
masyarakat terkait keharusan memiliki
hunian tapak Minimnya area terbuka publik yang
tersedia disekitar lokasi
Ekspansi area perkotaan secara masif
akibat dari pembukaan lahan-lahan
hunian

Dampak urban heat island yang semakin


meluas yang akan turut mempengaruhi
laju perubahan iklim pada skala global.

1.1 LATAR BELAKANG


2
LATAR BELAKANG
Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
D.I. Yogyakarta 3.802.872 3.842.932 3.882.288
Kulonprogo 425.758 430.221 434.483
Bantul 1.006.692 1.018.402 1.029.997
Gunungkidul 736.21 742.731 749.274
Sleman 1.206.714 1.219.640 1.232.598
Housing backlog telah menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai, tak Kota Yogyakarta 427.498 43.1939 435.936
terkecuali di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Angka pertumbuhan Gambar - Proyeksi Penduduk Kabupaten serta Kota di DIY pada Tahun 2010-2020
(Sumber : Uogyakarta.bps.go.id)
penduduk yang senantiasa bertambah setiap tahunnya turut menambah
kebutuhan masyarakat akan hunian yang layak. Sebagai statistik singkat,
menurut data Badan Pusat Statistik, penduduk di DIY telah mengalami
pertumbuhan sebesar 12% selama satu dekade terakhir. Itu adalah
‘lompatan’ pertambahan 414.799 penduduk. Laju pariwisata serta
perekonomian DIY yang berkembang pesat mengikuti revolusi industri 4.0
turut menjadi alasan terjadinya urbanisasi menuju kawasan urban
Yogyakarta, dari dalam maupun luar provinsi DIY. Kondisi ini masih belum
ditambah dengan penduduk tidak yang tidak menetap - ambil contoh
singkat para pelajar mahasiswa yang menimba ilmu diberbagai institusi
pendidikan di DIY.

Permintaan akan hunian hampir pasti akan selalu melampaui angka


permintaan tahun-tahun sebelumnya. Setiap kepala menginginkan rumah
pribadinya sendiri, terlebih dengan stigma pada masyarakat mengenai
keharusan memiliki rumah sebagai refleksi nilai sosial mereka yang tinggi.
Terbatasnya luas lahan serta tingginya angka permintaan hunian
mengakibatkan kelangkaan, secara langsung melambungkan properti Gambar - Angka kekurangan rumah di DIY
menjadi suatu barang dengan harga jual yang tinggi. Ini dapat dengan
jelas diamati pada pusat perekonomian suatu daerah terutama sektor
perkotaan/urbannya. Kondisi tersebut menjadikan pengalihan fungsi lahan
menuju area permukiman menjadi pemandangan yang umum terjadi,
terutama pada daerah pinggiran pendukung perkotaan. Pembangunan
perumahan eksklusif di area sekitar perkotaan Yogyakarta semakin gencar
dengan laju perubahan yang dapat teramati melalui citra satelit. Situasi
yang dapat berdampak positif dengan menyetarakan akses terhadap
infrastruktur serta fasilitas bagi komunitas disekitarnya atau berdampak
negatif dengan semakin mempertegas kesenjangan sosial dan ekonomi
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita.

Gambar - Persebaran perumahan di kota Yogyakarta serta kawasan pinggirannya


(Sumber : Google Earth)

1.1.1 LATAR BELAKANG


HOUSING BACKLOG & EKSPANSI AREA URBAN 3
Urbanisasi berdampak pada akselerasi pembangunan fisik kota
menjadi area yang terbangun. Pengalihan fungsi lahan menjadi area
pemukiman menjadi salah satu dampak yang paling kentara.
Dampak langsung sebagai efek dari alih fungsi lahan menjadi
kawasan suburban seiring meluasnya kawasan perkotaan adalah
urban heat island. Istilah urban heat island diberikan pada fenomena
Gambar - Ilustrasi dari fenomena urban heat island pada kawasan perkotaan peningkatan suhu dalam kawasan lokal khususnya pada lingkungan
(Sumber : https://urbanland.uli.org)
perkotaan dibandingkan dengan suhu ruang hijau disekitarnya (Akbari
dan Konopacki 2005).

Efek dari urban heat island umumnya ditimbulkan oleh penggantian


permukaan alami seperti pepohonan, rerumputan, tanah hingga air,
dengan permukaan yang cenderung menyerap radiasi matahari
dalam jumlah besar. Material semacam ini memiliki peran yang
signifikan dalam pembentukan wajah area perkotaan dalam bentuk
tanah yang tertutup beton, jalanan beraspal, atap dan permukaan
dinding bangunan.

Citra suhu permukaan oleh sensor satelit (Nurul. Ihsan 2017)


memperlihatkan distribusi tingkat urban heat island pada kawasan
perkotaan Yogyakarta serta diperluas dengan jarak 1 km dari batas
wilayah kota. Penelitian yang dilakukan menunjukkan angka intensitas
UHI sebesar 2.5 derajat celsius pada area Kota Yogyakarta. Kawasan
Gambar - Foto udara kawasan perkotaan Yogyakarta dengan denyut perekonomian serta pariwisata yang kencang seperti
(Sumber : https://urbanland.uli.org)
kawasan sepanjang jalan malioboro memiliki potensi terjadinya UHI
dengan tingkat yang relatif lebih tinggi, selain itu sebagian besar area
dalam batas wilayah kota cenderung memiliki tingkat potensi UHI
yang lebih tinggi dibanding daerah penyokong disekitarnya. Seiring
cepatnya pembangunan area perkotaan Yogyakarta, dampak UHI
akan dirasakan dalam cakupan area yang semakin luas.

Gambar - Peta UHI kawasan urban Yogyakarta hingga radius 1 kilometer disekitarnya
(Sumber : Measuring Urban Heat Island using Remote Sensing, Case of Yogyakarta City.
Fawzi, Ihsan 2017)

1.1.2 LATAR BELAKANG


4
URBAN HEAT ISLAND
Perubahan iklim diakibatkan oleh pemanasan global manusia serta
perubahan pola cuaca skala besar. Meskipun begitu, perubahan
dalam beberapa abad terakhir mengalami akselerasi jauh lebih
cepat dibanding peristiwa lain dalam sejarah bumi. Salah satu
katalis utama dalam proses menuju kehancuran ini adalah emisi
gas rumah kaca khususnya karbon dioksida. Statistik
memperlihatkan apabila kita terus berjalan di jalur yang sama sejak Gambar - Proyeksi Penduduk Kabupaten serta Kota di DIY pada Tahun 2010-2020
awal revolusi industri, permukaan planet akan mengalami (Sumber : Uogyakarta.bps.go.id)

peningkatan suhu rata-rata sebesar 2 derajat celsius hanya dalam


rentang waktu beberapa dekade mendatang. Peningkatan suhu
tertinggi yang tercatat sejak awal revolusi industri pada
pertengahan abad ke-19.

Dalam penyebab utama perubahan iklim, bangunan adalah


kontributor terbesar, Laporan status global tahun 2019 untuk
bangunan dan konstruksi yang dikoordinasikan oleh PBB
memperlihatkan bahwa sektor bangunan serta konstruksi
menyumbang sekiranya 36% dari total penggunaan energi dan
39% emisi Co2 dari proses pengerjaannya pada tahun 2018. Dan,
dengan kepadatan penduduk sebesar 13.007 jiwa per kilometer
persegi pada tahun 2017(Badan Pusat Statistik) untuk luas wilayah
yang hanya 32,5 kilometer persegi, kota Yogyakarta merupakan
kontributor penghasil gas rumah kaca dengan potensi UHI yang
tinggi.
Gambar - Proyeksi Penduduk Kabupaten serta Kota di DIY pada Tahun 2010-2020
(Sumber : Uogyakarta.bps.go.id)
Tantangan ini merupakan kesempatan untuk kota-kota pada negara
berkembang (dalam kasus ini Yogyakarta), untuk menghentikan
kesalahan-kesalahan pada pengembangan pembangunan area
perkotaanya bahkan sebelum terjadi. Langkah ini dapat dimulai
dengan menerapkan pembangunan berkelanjutan yang lebih
merespons kondisi lingkungannya.

Gambar - Proyeksi Penduduk Kabupaten serta Kota di DIY pada Tahun 2010-2020
(Sumber : Uogyakarta.bps.go.id)

1.1.3 LATAR BELAKANG


CLIMATE CHANGE 5
Gambar - Artikel yang membahas permasalahan yang dtimbulkan oleh gencarnya pembangunan perumahan di Yogyakarta
(Sumber : Google.com)

Pertumbuhan kompleks perumahan di Yogyakarta merupakan salah satu faktor utama pesatnya pembangunan
kawasan fisik perkotaan Yogyakarta. Gencarnya pembangunan infrastruktur di Provinsi DIY dalam beberapa tahun
mendatang (Proyek Bandara YIA hingga jalan tol) akan menyokong sektor perekonomian Provinsi secara keseluruhan
serta daerah-daerah disekitarnya. Efeknya akan semakin mendorong urbanisasi terutama terhadap daerah urban
Yogyakarta serta pada prosesnya mempercepat laju akselerasi pembangunan fisik kawasan perkotaan Yogyakarta.

Pesatnya pembangunan sektor perumahan di DIY bukannya tanpa dampak negatif yang terjadi. Berkembangnya kawasan perumahan
eksklusif cenderung homogen dan telah terprivatisasi dengan pembatasan akses melalui penerapan sektor keamanan menciptakan
ketimpangan sosial serta mereproduksi ketidaksetaraan. Istilah Gated Community digunakan untuk mendeskripsikan kondisi ini.
perkembangan gated community di kawasan urban Yogyakarta mencegah interaksi sosial serta integrasi di kota, menciptakan ruang
eksklusif, memprivatisasi lingkup ruang kota tertentu dan mendorong nilai-nilai hidup yang lebih individualistis, serta memecah ruang kota
dan menghambat mobilitas kendaraan.

Gated community pada perumahan ini menjadikan ketimpangan sosial khususnya pendapatan terihat jauh lebih mencolok di area
perkotaan. Kondisi ini juga turut berkontribusi pada ketimpangan sosial lainnya semacam segregasi sosial serta ekonomi.

1.1.5 LATAR BELAKANG


6
ISU PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI YOGYAKARTA
Gambar - Artikel yang membahas permasalahan tipologi bangunan apartemen khususnya di Yogyakarta
(Sumber : Google.com)

Dampak negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari pengembangan apartemen hingga penolakan yang
kerap dilakukan oleh komunitas masyarakat disekitar lokasi dibangunnya apartemen menjadi salah satu rintangan
utama bisnis apartemen di Yogyakarta.

Permasalahan lingkungan paling umum yang disebabkan oleh pembangunan kompleks apartemen adalah isu krisis air bersih. Untuk
menghidupi aktivitas didalamnya, bangunan seperti apartemen tentu memerlukan pasokan air yang tidak sedikit dimana isu ini kerap
diselesaikan dengan memanfaatkan air tanah secara berlebih. Kondisi ini mengurangi cadangan air tanah dalam lingkup lokal secara
masif yangmana berdampak pada krisis kekurangan hingga menurunnya kualitas air bersih bagi masyarakat setempat.

Selain isu lingkungan, pembangunan apartemen cenderung menciptakan permasalahan sosial seperti segregrasi sosial.
Pengembangan kompleks apartemen dipandang tidak akan membawa dampak positif terhadap masyarakat lokal. Stigma negatif yang
telah melekat dibangunan apartemen semakin diperkuat oleh berbagai dampak negatif yang ditimbulkan bangunan apartemen yang
telah berdiri di Yogyakarta. Berbagai pihak dalam lapisan masyarakat kerap mengkritisi ketimpangan infrastuktur yang terjadi dalam
lingkup kawasan dimana sebuah kompleks apartemen berdiri.

1.1.6 LATAR BELAKANG


ISU PEMBANGUNAN APARTEMEN DI YOGYAKARTA 7
Gambar - jurnal dan artikel yang membahas permasalahan nilai sosial pada tipologi bangunan apartemen
(Sumber : Google.com)

Bukan menjadi rahasia apabila kehidupan masyarakat urban telah berkembang menjadi pola hidup yang
cenderung bersifat individualistik. Tiap individu dituntut harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing
tanpa bergantung kepada orang lain. Kondisi ini tanpa dipungkiri merupakan dampak dari cepatnya kehidupan
perekonomian perkotaan. Pola pikir logis dan rasional yang berkembang cenderung mendorong individu untuk fokus
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa keharusan memikirkan kondisi individu lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya akan selalu memiliki dorongan untuk membangun interaksi sosial dengan indvidu
lainnya. Aktivitas yang selama ini telah terpinggirkan prioritasnya di bangunan hunian modern seperti apartemen. Bangunan apartemen
umumnya berdiri pada kawasan padat sebagai solusi alternatif hunian, desainnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang akan
menempatinya. Ketika kualitas sosial bukan lagi menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat urban elemen pendukung pada bangunan
apartemen yang berguna untuk mendukung interaksi sosial dihilangkan demi memaksimalkan kuantitas unit hunian.

Bangunan-bangunan apartemen kini dirancang dengan efisiensi terhadap penggunaan lahan yang luar biasa. Tipologi tower menjulang
tinggi diperhitungkan untuk dapat menampung sebanyak mungkin pemukim didalamnya, penuh dengan kehidupan namun tidak
‘hidup’. Kehidupan dalam hunian apartemen modern kini cenderung bersifat statis tanpa adanya interaksi yang berarti dalam
komunitasnya.

1.1.7 LATAR BELAKANG


8
NILAI SOSIAL YANG MEMUDAR PADA APERTEMEN MODERN
Gambar - Artikel mengenai kurangnya minat masyarakat provinsi berkembang untuk tinggal dibangunan hunian susun/apartemen
(Sumber : Google.com)

Bukan menjadi rahasia bila kehidupan masyarakat perkotaan atau ‘komunitas urban’ semakin bersifat individuaistik.
Sikap masyarakat Indonesia yang dikenal secara luas seperti ramah, saling bertegur sapa, tolong menolong dan suka
bekerja sama semakin terkikis seiring perkembangan zaman, khususnya di kawasan perkotaan. Kepentingan keluarga
dan diri sendiri diutamakan sementara individu lain kerap terlupakan. Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kemampuan, kebutuhan, dan kebiasaan untuk berkomunikasi dan berhubungan
serta berorganisasi dengan individu lainnya. Pada kodratnya, manusia selalu memiliki dorongan untuk berinteraksi
dengan orang lain.

Dimanapun manusia tinggal, meskipun dalam kekangan privasi, apartemen tidak seharusnya menghilangkan budaya kebersamaan
yang ada dalam jati diri masyarkat khususnya masyarakat Indonesia. Perlu ada perubahan dari pengelola untuk menghancurkan dinding
ego individualistik yang berkembang di masyarakat perkotaan khususnya yang hidup di apartemen. Efisiensi pada desain hunian kita
bukan berarti mengorbankan jiwa sosial dalam diri manusia.

1.1.7 LATAR BELAKANG


NILAI SOSIAL YANG MEMUDAR PADA APERTEMEN MODERN 9
Gambar - Meningkatnya minat pengembang properti khususnya apartemen untuk melebarkan sayapnya ke Yogyakarta
(Sumber : Google.com)

Pasar apartemen di Yogyakarta memang terus menerus mengalami peningkatan signifikan. Sejauh ini ,sebagian
besar dari statistik tersebut merupakan para mahasiswa serta pelajar yang mencari rumah hunian dengan harga
terjangkau. Namun demikian, pertumbuhan penduduk di Yogyakarta diprediksikan akan terus berakselerasi, sebagian
besar dari sektor pekerja serta para keluarga muda. Tingkat pertumbuhan penduduk serta arus mobilitas manusia
didalam hingga menuju Provinsi DIY yang akan semakin tinggi seiring dengan berkembangnya infrastruktur akan
mengubah kawasan perkotaan Yogyakarta menjadi kawasan metropolitan dalam waktu dekat. Pesatnya kemajuan
perekonomian DIY akan meningkatkan angka urbanisasi yang ada akhirnya berdampak pada perubahan fisik kota.

Perubahan fungsi guna lahan dari lahan hijau serta pertanian menjadi pemukiman berpotensi memperparah kondisi ruang perkotaan,
mengacaukan kebutuhan dengan ketersediaan lahan yang kemudian berdampak pada kawasan perkotaan yang padat dan kumuh. Sejauh
ini, pemenuhan kebutuhan hunian diatasi dengan pengembangan ratusan kompleks perumahan pada kawasan pinggiran kota namun siklus
ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama.

Pembangunan vertikal pada kawasan urban menjadi solusi efektif yang dapat segera diimplementasikan pada penyediaan hunian. Sejauh ini,
telah banyak perusahaan yang memiliki serta mengembangkan properti apartemennya di Yogyakarta. Nama-nama besar sektor perusahan
swasta seperti PT Inti Hosmed Development, Jogja Graha Selaras, Sahid Group hingga Saraswanti group telah aktif membangun serta
mengakuisisi banyak sektor properti di Yogyakarta.

1.1.8 LATAR BELAKANG


10
SEGMETASI PASAR
Gambar - Skema pengembangan infrastruktur jalan tol di DIY
(Sumber : Tribunnews.com)

Pemilihan lokasi untuk perancangan tugas akhir ini mengambil tempat di cangkupan kawasan perkotaan Yogyakarta. Menjamurnya
pembangunan apartemen serta sektor perumahan baru beberapa decade belakangan menunjukkan bahwa Yogyakarta tidak
lagi dilihat sebagai kota transit oleh para pendatang. Hal ini mengindikasikan semakin diminatinya Yogyakarta sebagai provinsi untuk
ditinggali.

Dengan melihat sekilas foto satelit daerah perkotaan di Yogyakarta, dapat dikatakan Kawasan padat penduduk semakin meluas
kearah pinggiran. Citra satelit dari tahun ke tahun menunjukkan semakin berkurangnya lahan dengan fungsi pertanian serta
pendukung lainnya kea rah pinggiran kota. Jika rancangan bertekad untuk mencegah dampak urban heat island serta perubahan
iklim, bangunan harus mengambil lokasi paling tidak dekat dengan area perkotaan padat penduduk.

Selain seluruh factor diatas, perlu dipertimbangkan prospek pembangunan infrastruktur provinsi DI Yogyakarta setidaknya satu
dekade kedepan. Keberadaan proyek-proyek nasional seperti pembangunan bandara baru di Kulonprogo serta pembangunan
jalan tol Jogja-Bawen yang menghubungkannya. Kondisi pembangunan infrastruktur seperti ini diyakini mampu mendukung
pertumbuhan ekonomi provinsi secara menyeluruh. Arah pembangunan yang tentu akan semakin merubah wajah area perkotaan
DIY.

1.9 LATAR BELAKANG


PEMILIHAN LOKASI 11
P E N G E M B A N G A N
PERUMAHAN BARU
DI KAWASAN GAMPING
Setidaknya ada puluhan kompleks perumahan baru yang sedang
dikembangkan dalam lingkup Kecamatan Gamping. Pembangunan
yang sedang terjadi kerap mengambil lahan non pemukiman dengan
fungsi resapan atau irigasi sehingga pembukaan lahan baru dengan
menggunduli ekosistem yang ada bukan menjadi pemandangan baru
disini.

Kondisi ini memperkuat perlunya perubahan paradigma pada


masyarakat dalam memilih bangunan hunian mereka. Keharusan untuk
memiliki rumah hunian sudah bukan menjadi solusi berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan hunian masyarakat. Pengadaan hunian harus
mengambil langkah pemanfaatan lahan yang lebih efisien untuk
mencegah beragam permasalahan yang mungkin terjadi kedepan.

Disinilah letak urgensi pengembangan bangunan hunian susun-dalam


kasus ini apartemen. Bangunan dengan tipe hunian bersama yang
mampu menampung jumlah penghuni yang dapat disetarakan
dengan kompleks perumahan pada luas lahan yang jauh lebih kecil.

1.9 LATAR BELAKANG


I2
PEMILIHAN LOKASI
10 Kilometer

PERSEBARAN PERUMAHAN
DI KAWASAN GAMPING

SITE

Dengan menyandingkan kondisi dari foto satelit dengan peta


guna lahan Kabupaten Sleman, ditunjukkan bahwa area yang
semestinya berfungsi sebagai kawasan irigasi-persawahan
mengalami pengalihan fungsi lahan menjadi fungsi pemukiman-
hunian. Kondisi dilapangan ini belum ditembah dengan
pengembangan lokasi-lokasi perumahan baru pada kawasan ini.

1.9 LATAR BELAKANG


PEMILIHAN LOKASI 13
SEGREGASI SOSIAL
PA D A K O M P L E K S
PERUMAHAN
Selain dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pengembangan
kompleks perumahan, terdapat dampak sosial yang dihadapi
komunitas masyarakat disekitarnya. Ketimpangan infrastruktur yang
terlihat diantara kompleks perumahan ‘eksklusif dengan kawasan
disekitarnya menunjukkan segregasi sosial yang terjadi terjadi pada
masyarakat kita.

Situasi ini juga yang mengakibatkan kerapnya protes hingga penolakan


masyarakat terhadap pengembangan perumahan-hunian eksklusif
dimana mereka kerap dirugikan oleh keberadaan tipe hunian semacam
ini. Pembangunan yang diadakan mestinya dapat membawa manfaat
bagi seluruh lapisan masyarakat dan bukannya mempertegas
kesenjangan ekonomi yang terjadi.

Latar belakang ini yang melandasi urgensi pendekatan sosial berbasis


arsitektur hybrid dalam proposal perancangan apartemen ini. Desain
yang mampu membawa dampak positif bagi sektor ekonomi,
lingkungan serta sosial akan eksis lebih lama didunia yang senantiasa
berubah serta semakin menuntut pembangunan yang ‘berkelanjutan’.

1.9 LATAR BELAKANG


I4
PEMILIHAN LOKASI
Isu Non
Arsitektural Isu Arsitektural Isu Lokasi
Permintaan rumah yang semakin tinggi
Semakin berkurangnya lahan hijau akibat
dipicu stigma yang berkembang pada
pembukaan lahan besar-besaran
masyarakat terkait keharusan memiliki
hunian tapak Tipologi bangunan apartemen yang Minimnya area terbuka publik yang
cenderung mengesampingkan faktor tersedia disekitar lokasi
Ekspansi area perkotaan secara masif sosial baik terhadap antara penghuninya
akibat dari pembukaan lahan-lahan serta hubungannya dengan komunitas
hunian setempat disekitarnya

Dampak urban heat island yang semakin


meluas yang akan turut mempengaruhi
laju perubahan iklim global.baru

Permasalahan kependudukan terkait pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal menjadi pekerjaan rumah yang seakan tiada hentinya.
Permintaan akan properti yang terus ada setiap tahunnya pada akhirnya akan terbentur dengan keterbatasan luas lahan yang tersedia maupun
denga ketentuan lahan yang diperuntukkan sebagai area pemukiman. Alih guna fungsi lahan sejauh ini telah menjadi penyelesaian
permasalahan ini meskipun jelas solusi ini bukanlah penyelesaian yang berkelanjutan, baik terhadap pembangunan hingga ekosistem secara
luas. Provinsi DIY memiliki luas yang relatif kecil dibandingkan provinsi lainnya di pulau Jawa. Dengan luas 3.133 km persegi, DIY memiliki populasi
sebesar 3.689.000 jiwa menurut badan pusat statistik. Kota Yogyakarta dengan luas 32.5 km persegi atau hanya sekitar 1% total luas provinsi
memiliki populasi sebesar 435.936 penduduk pada tahun 2020(Badan Pusat Statistik Prov DIY). Kepadatan pada area perkotaan Yogyakarta
merupakan yang tertinggi dibanding kabupaten lainnya di DIY. Pengamatan melalui citra satelit(Google Earth) turut memperlihatkan gencarnya
pengembangan kawasan fisik Kabupaten Sleman dan Bantul pada daerah yang bersinggungan langsung dengan kawasan perkotaan
Yogyakarta. Sebagai denyut jantung utama pariwisata Provinsi DIY, Kota Yogyakarta telah menjadi magnet bagi penduduk serta sumbu
pembangunan perekonomian di DIY.

Urbanisasi yang terjadi sebab alasan diatas mendorong akselerasi pembangunan fisik area urban Yogyakarta. Keterbatasan lahan y pada Kota
Yogyakarta mendesak pembangunan menuju daerah pinggirannya. Alih fungsi lahan yang semakin kerap ditemui untuk menambah area
pemukiman membawa isu baru. Urban heat island merupakan peningkatan suhu secara lokal terutama pada area perkotaan dibanding
kawasan yang relatif lebih ‘hijau’ yang mengelilinginya (Akbari dan Konopacki 2005). Singkatnya, UHI disebabkan oleh perubahan besar-besaran
permukaan alami seperti vegetasi, tanah, pohon, dengan material yang memiliki kecenderungan lebih dalam menyerap radiasi matahari. Aspal,
jalan, beton, atap, dinding hingga permukaan kaca gedung-gedung bertingkat seluruhnya berperan dalam perubahan iklim lokal kawasan
perkotaan.

Langkah penyelesaian yang dapat ditempuh ialah dengan memaksimalkan pembangunan fisik pada kawasan urban dengan tujuan
melindungi area-area hijau beserta fungsinya yang menyokong kawasan urban. Perancangan hunian bersusun seperti apartemen dapat
memaksimalkan efisiensi penggunaan lahan pada kawasan urban sebagai area pemukiman. Rancangan bangunan apartemen digambarkan
dapat membawa manfaat bagi lingkungan serta komunitas sekitarnya. Konsep hybrid architecture diimplementasikan untuk menciptakan suatu
alternatif bangunan apartemen dengan yang menanggapi permasalahan lahan hijau serta UHI perkotaan, juga mampu memberikan nilai sosial
bagi penghuni serta komunitas sekitar.

1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN


PERMASALAHAN & TUJUAN 15
1.2.1 PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan apartemen bernilai sosial di lingkup kawasan urban Yogyakarta sebagai upaya
menekan laju ekspansi area perkotaan.

TUJUAN
Merancang bangunan apartemen sosial berbasis komunitas di kawasan urban Yogyakarta menggunakan metode hybrid
design.

1.2.2 PERMASALAHAN KHUSUS


Ÿ Bagaimana merancang bangunan apartemen hunian yang mampu merespons permasalahan urban heat island melalui
perancangan bentuk gubahan serta selubung bangunan.

Ÿ Bagaimana merancang layout penataan sirkulasi, massa hingga ruang dalam bangunan yang dapat meningkatkan
interaksi antar individu.

SASARAN
Ÿ Merancang selubung bangunan menggunakan perhitungan OTTV dengan tujuan mengurangi dampak urban heat island
yang ditimbulkan bangunan

Ÿ Merancang tipologi alternatif bangunan apartemen menggunakan metode hybrid design, hybrid yang dimaksud ialah
bagaimana bangunan apartemen dapat terepresentasikan sebagai urban community dalam ruang tiga dimensi
dibanding hanya sekedar objek arsitektural.

1.2.3 BATASAN PERANCANGAN


Ÿ Langkah yang diambil untuk menangani urban heat island adalah dengan melakukan perhitungan OTTV untuk
merancang fasad bangunan yang estetis namun tetap merespon kondisi lingkungannya dengan optimal, perancangan
fasad mencakup intensitas bukaan, penyediaan overhang hingga penggunaan secondary skin. Langkah ini penting
dilakukan untuk melakukan integrasi efisiensi penggunaan energi kedalam bangunan lebih lanjutnya. Perancangan
selubung bangunan yang efisien akan mampu mempengaruhi kualitas sirkulasi udara serta pencahayaan alami.

Ÿ Metode pendekatan hybrid architecture digunakan hanya untuk menyelesaikan permasalan sosial yang berkaitan
dengan komunitas urban perkotaan. Integrasi teori hybrid terhadap elemen-elemen desain akan diterapkan terutama
pada penataan-penentuan kebutuhan ruang serta perancangan bentuk gubahan massa bangunan.

Ÿ Keberhasilan metode hybrid dalam menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat perkotaan akan ditentukan dengan
kesuksesan sistem sirkulasi serta penataan ruangnya yang memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih banyak.

1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN


16
PERMASALAHAN & TUJUAN
ISU LATAR BELAKANG MASALAH

LINGKUNGAN LOKASI
Ekspansi area perkotaan yang berdampak Isu sosial yang menyangkut komunitas
pada urban heat island setra perubahan terdampak pembangunan apartemen
iklim.

PERMASALAHAN

PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan apartemen bernilai sosial di lingkup kawasan urban Yogyakarta sebagai upaya menekan laju ekspansi area
perkotaan.

PERMASALAHAN KHUSUS
Ÿ Bagaimana merancang bangunan apartemen hunian yang mampu mernanggapi permasalahan urban heat island melalui perancangan selubung bangunan.
Ÿ Bagaimana merancang layout penataan sirkulasi, massa hingga ruang dalam bangunan yang dapat meningkatkan interaksi antar individu.

KAJIAN

KAJIAN SITE SOLUSI UHI BERDASARKAN EEC KAJIAN APARTEMEN SOCIAL VALUE KAJIAN HYBRID DESIGN
Ÿ Strategi pemilihan site Ÿ Kajian urban heat island serta Ÿ Kajian umum tipologi apartemen Ÿ Kajian Spatial Design Ÿ Kajian pendekatan hybrid
Ÿ Kondisi Eksisting Site solusi penyelesaiannya dalam Ÿ Kajian standar hunian apartemen Ÿ Kajian teori dasar perilaku meruang Ÿ Kajian metode perancangan
Ÿ Building code dan peraturan GBCI Ÿ Kajian preseden bangunan & hubungan pengguna dengan ruang hybrid
Kajian perilaku meruang
Kondisi iklim site apartemen inovatif Ÿ Kajian preseden bangunan
Ÿ
Ÿ
apartemen hybrid

ANALISA
Ÿ Bentuk gubahan & lansekap
Ÿ Sirkulasi & tata letak/organisasi ruang

SINTESIS

Merancang apartemen dengan penataan ruang Mengatur penataan gubahan masa serta Merancang selubung bangunan yang memiliki
serta gubahan massa yang mampu mendorong merancang fasad dengan berfokus pada resistensi terhadap radiasi panas matahari
terjadinya interaksi antar pengguna bangunan-- penyediaan pencahayaan serta penghawaan dengan parameter keberhasilan melalui uji
dengan tetap menjamin kualitas privasi penghuni alami pada tiap sudut bangunan OTTV, sekaligus mampu menjamin kualitas
pencahayaan alami

KONSEP DESAIN
UJI DESAIN
Ÿ Pengujian nilai OTTV
SKEMATIK DESAIN Ÿ Ckecklist hasil rancangan secara teoritis

DESAIN

1.3 KERANGKA BERPIKIR


KERANGKA BERPIKIR 17
KAJIAN SUB KAJIAN ASPEK ARS KRITERIA PERSOALAN KONSEP

Perletakan sirkulasi vertikal dalam bangunan apartemen


yang strategis serta efektif, perancangan tipe sirkulasi
Sirkulasi horizontal yang beradaptasi dengan bentuk lantai
gubahan
Apartemen Tata Ruang Dalam
B a g a i m a n a
Penataan ruang dalam terutama unit hunian yang
mengintegrasikan nilai
Layout Ruang mengikuti standar kebutuhan ruang sekaligus
sosial pada desain
mempertimbangkan kualitas privasi penghuni
apartemen dalam bentuk
penataan ruang publik 3
dimensi-dengan tetap
perancangan ruang interior yang mendorong terjadinya mempertimbangkan
interaksi, kegiatan hingga aktivitas antar pengguna privasi penghuni
Interior bangunan Desain apartemen
yangmengoptimalkan
penggunaan lahannya
Pengalaman
Social Value secara efisien
meruang Perancangan sirkulasi yang memiliki nilai ketetanggaan
antara penghuni apartemen, sirkulasi(khususnya
Sirkulasi horizontal) yang tidak sekedar menjadi ruang ‘mati’ Desain apartemen dengan
namun dapat menjadi zona interaktif antar individu penataan ruang publik yang
Bagaimana merancang
mendorong interaksi dan
desain apartemen dengan
aktivitas sosial.
Perancangan apartemen penataan ruang yang
efisien serta efektif
sosial menggunakan Penataan ruang publik serta alurnya yang terintegrasi dalam
Sirkulasi & tata ruang lingkup 3D bangunan apartemen Desain apartemen dengan
metode hybrid di kawasan
urban Yogyakarta
ruang publik 3D perancangan selubung yang
berorientasi pada
Hybrid Design Quotation, manipulasi kemampuannya menangkal
& unifikasi intensitas radiasi panas
Integrasi penyediaan elemen ruang publik dalam proses matahari
Gubahan perancangan bentuk gubahan massa apartemen

Desain apar temen yang


perancangan lansekapnya
mampu mengambil peran
Perancangan fasad selubung bangunan yang berfokus
Bagaimana ditengah lingkungan
pada elemen-elemen yang mampu mengurangi angka
Selubung Tampilan Fasad perhitungan OTTV (shading) sekaligus mampu merancang elemen ketetanggaannya
mengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami, perancangan(gubahan,
Bangunan meminimalisir ornamentasi namun tetap estetik dan lansekap dan selubung)
modern bangunan apartemen yang
dapat mengoptimalkan
potensi ketetanggaan
Bentuk gubahan yang merespons potensi tapak dari sekitarnya sekaligus aspek-
Tata & Bentuk aspek sosial komunitas setempat hingga aspek kondisi aspek tapak seperti kondisi
Kondisi Tapak Gubahan iklim setempat(ex : arah angin & sunpath) iklim, view dsb.
Gubahan

Penataan lansekap yang merespons potensi pada setiap


orientasi tapaknya, potensi dapat berupa aspek
Tata Ruang Luar Tata Lansekap ketetanggaan dan sosial komunitas hingga aspek kondisi
iklim setempat(ex : arah angin)

1.4 PETA PERMASALAHAN


18
PETA KONFLIK
ISU NON ARSITEKTURAL APARTMENT TATA MASSA

APARTEMEN SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI


EKSPANSI AREA URBAN YANG DIDORONG
TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK DI KAWASAN URBAN,
OLEH PESATNYA PEMBANGUNAN DENAH
KAWASAN HUNIAN-PERUMAHAN
ISU ARSITEKTURAL TIPOLOGI APARTEMEN TATA RUANG

TAPAK - LOKASI
DAMPAK URBAN HEAT ISLAND PADA BAGAIMANA MERANCANG
KAWASAN PERKOTAAN PADAT APARTEMEN BERNILAI SOSIAL TAMPAK
YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE
HYBRID SEBAGAI UPAYA SOCIAL APARTMENT WITH SELUBUNG
KURANGNYA IKATAN SOSIAL ANTAR MENAKAN LAJU EKSPANSI HYBRID METHOD
PENGHUNI HUNIAN SUSUN - APARTEMEN AREA PERKOTAAN POTONGAN
SERTA DENGAN KOMUNITAS SEKITARNYA IMPLEMENTASI NILAI SOSIAL DIAMBIL UNTUK MERESPONS ISU SOSIAL DALAM
BANGUNAN APARTEMEN SERTA SEGREGASI SOSIAL YANG KERAP TERJADI TERHADAP
KOMUNITAS DIEKITAR PENGEMBANGAN BANGUNAN APARTEMEN. INTEGRASI ASPEK
SOSIAL MENUJU BANGUNAN APARTEMEN INI MENERAPKAN METODE HYBRID.
PERMASALAHAN URAN HEAT ISLAND DITANGANI MELALUI BERBAGAI ASPEK
TATA LANSEKAP
SEGREGASI SOSIAL YANG KERAP PERANCANGAN SEPERTI TATA LETAK GUBAHAN, TATA RUANG HINGGA PERANCANGAN
SELUBUNG DENGAN BERBASIS PERHITUNGAN OTTV

DITIMBULKAN OLEH PENGEMBANGAN SITEPLAN


SPATIAL EXPERIENCE
HUNIAN EKSKLUSIF
TATA RUANG PUBLIK DALAM
STRUKTUR
TATA RUANG PUBLIK LUAR

PENYELESAIAN UHI - GBCI

1.5 PETA PEMECAHAN MASALAH


PETA PEMECAHAN MASALAH 19
Metode perancangan yang digunakan dalam proses penyusunan 1.4.4 METODE DESAIN
proposal ini meliputi identifikasi masalah, pengumpulan kajian literasi, Desainn akan dilakukan baik secara manual melalui sketsa-sketsa
analisis, perumusan konsep, serta eksplorasi hingga menggunakan pemodelan 3 dimensi dengan
memanfaatkan software arsitektural seperti sketch up hingga
1.4.1 PENGENALAN SERTA IDENTIFIKASI MASALAH archicad. Penyusunan dalam bentuk kliping majalah seperti yang
Mengidentifikasi issue-issue yang terdapat pada lingkup kawasan ditampilkan sekarang ini dilakukan dengan memanfaatkan
perancangan - Gamping. Pemilihan lokasi merupakan respons dari coreldraw 2018.
berbagai issue yang terjadi pada kawasan urban Yogyakarta.
1.4.5 METODE PENGUJIAN DESAIN
Masalah yang akan diusut dalam proposal ini meliputi issue arsitektural, Pengujian dilakukan untuk menelusuri keberhasilan desain terhadap
issue non arsitektural serta issue lokasi. Ketiga jenis permasalahan ini permasalahan yang diangkat.
menghasilkan tema sekaligus menjadi baseline perancangan.
Pengujian desain dilakukan dengan membuat desain bangunan
1.4.2 PENGUMPULAN DATA - LITERASI apartemen sesuai tema serta baseline perancangan yang telah
Pengumpulan data terkait kebutuhan informasi terkait rancangan ditetapkan sebelumnya. Konsep-konsep dikristalkan berdasar analisa
sebagian besar dilakukan melalui pengamatan serta studi literatur terhadap berbagai aspek - penghuni, issue, lokasi dsb. Eksplorasi
secara tidak langsung memanfaatkan internet dan berbagai fiturnya. terhadap berbagai alternatif dilakukan secara manual dengan
merasionalkan kerangka berpikir serta menggambarkan alternatif
Pengumpulan data dilakukan dengan mengakses berbagai website penyelesaian kemudian menggambarkannya melalui sketsa-sketsa.
pemerintah untuk menelusuri building codes setempat serta data
kependudukan sipil. Jurnal, referensi hingga artikel arsitektural terkait Gambaran gubahan sirkulasi, denah hingga struktur tersebut
tema bangunan apartemen, bangunan hijau(Khusus terhadap kemudian direpresentasikan dalam bentuk pemodelan 3 dimensi
penanganan UHI), spatial design serta hybrid architecture. Yang terakhir, dengan memanfaatkan software sketch up dan archicad.
memanfaatkan google earth, google maps serta google streetview
untuk melakukan pengamatan terhadap lokasi site. Pengujian keberhasilan penanganan UHI oleh selubung bangunan
dilakukan menggunakan perhitungan OTTV. Pengujian keberhasilan
1.4.3 PENELUSURAN PERSOALAN & PEMECAHAN PERSOALAN hybrid architecture ini dilakukan dengan melakukan uji teoritis. Yaitu
Penelusuran permasalahan desain dilakukan dengan menganalisis dengan melakukan pengecekan aspek-aspek dalam desain yang
rentetan kajian terkait tema - ekspansi perkotaan, urban heat island, sesuai dengan baseline perancangan hybrid dar - apartemen
climate change, permasalahan perumahan, dst. Permasalahan dengan bangunan yang memberikan wadah interaksi sosial. Aspek
diskemakan secara runtut untuk menciptakan benang merah yang berupa denah, sirkulasi, tampak hingga siteplan dicocokkan dengan
teratur dan logis dalam penyusunan tema perancangan hingga pola perkawinan hybrid “bangunan dengan efisiensi tinggi
proposal perancangan secara keseluruhan. apartemen, dengan bangunan dengan nilai sosial tinggi”.

pemecahan permasalahan dilakukan dengan mensintesa data dari PENGEMBANGAN DESAIN


hasil analisis sehingga mendapatkan intisari konsep yang akan Hasil dari evaluasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
diimplementasikan dalam rancangan. serta referensi dalam pengembangan desain serupa oleh orang-
orang kreatif lainnya kedepan.

1.6 METODE PERANCANGAN


20
METODE PERANCANGAN
Telah banyak laporan perancangan yang mengangkat topik hingga memiliki judul proposal perancangan yang senada. Persamaan paling
umum dapat dilihat paling dari tipologi bangunan yakni apartemen. Berikut beberapa judul proposal perancangan yang memiliki kemiripan dari
tema hingga bangunannya:

Judul : PERANCANGAN APARTEMEN DI TAMBAKBAYAN, SLEMAN, YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN HIJAU
Penulis : Ramadhanti Suci
Tahun : 2019
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana desain hunian vertikal berupa apartemen di Tambakbayan yang dapat menjawab permasalahan
keterbatasan lahan dan ruang hijau secara umum dan permasalahan tapak secara khusus?

Judul : PERANCANGAN APARTEMEN TERJANGKAU UNTUK MAHASISWA DENGAN KONSEP CO-LIVING DI SETURAN YOGYAKARTA
Penulis : Sekar Pratiwi Pudita
Tahun : 2019
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana merancang apartemen yang terjangkau bagi mahasiswa di Seturan dengan konsep co-living?

Judul : APARTEMEN TRANSIT DI SEMARANG UTARA


Penulis : Purwitasari Dhian
Tahun : 2018
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana merancang hunian vertikal transit(apartemen) yang terintegrasi dengan pendekatan bioklimatik dan zero run off
sehingga dapat mengurangi penyebab UHI?

Judul : APARTEMEN MAHASISWA DI SETURAN YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN BIOPHILIC DESAIN


Penulis : Relia Defri
Tahun : 2018
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana merancang apartemen mahasiswa di Seturan Yogyakarta dengan pendekatan biophilic desain?

Judul : HIGH RISE APARTEMEN DI KAWASAN MAGUWOHARJO


Penulis : Dwi Mairani Mana
Tahun : 2018
Institusi : Universitas Islam Indonesia
Permasalahan : Bagaimana merancang high-rise apartemen dengan konsep green building sebagai sebuah solusi kebutuhan hunian yang
nyaman dan layak huni yang dapat menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan kawasan?

1.7 ORIGINALITAS
ORIGINALITAS & KEBARUAN 21
Desain apartemen sebagai produk akhir proposal bertujuan untuk
memberi sedikit solusi terhadap issue kebutuhan hunian di Yogyakarta
yang terus meroket. Selebihnya, produk tulisan diharap mampu
menjadi acuan atau referensi pada pengembangan perancangan
sejenis (hunian susun bernilai sosial) dimasa depan.

Gambaran awal perancangan ditekankan pada pertanyaan:


bagaimana menciptakan bangunan hunian susun dengan tipologi
apartemen yang mampu mewadahi aktivitas sosial? Solusi
diharapkan tidak sebatas pada penyelesaian satu dimensional
dalam arti satu atau dua elemen desain dapat menyelesaikan
keseluruhan issue. Solusi desain yang baik akan mampu
mengintegrasikan seluruh elemen perancangan dalam proses
perumusannya.

Bangunan sejatinya dipandang sebagai sebuah organisme secara


utuh yang hidup dimana setiap elemennya saling mendukung satu
dengan yang lain. Metode hybrid secara spesifik dipilih untuk dapat
mengkombinasikan bermacam elemen perancangan terhadap
penyelesaian isu sosial pada bangunan apartemen modern.
Gambar 1.22 Sketsa Pengembangan Bentuk VIA 57 oleh Bjarke Ingels Sejatinya, hybrid berarti mengadaptasi dua atau lebih elemen
(Sumber : www.pinterest.com) arsitektur yang telah ada, merekonsiliasinya untuk selanjutnya
‘dileburkan’ untuk menghasilkan sebuah solusi desain yang familiar
namun baru.

Contoh dari penerapan metode hybrid pada bangunan VIA 57 di


Pulau Manhattan, New York oleh BIG Architect. Konsep bangunan
dengan courtyard/innercourt direkonsiliasi dengan gedung pencakar
langit. Keunggulan dari tiap-tiap tipologi selanjutnya dimanipulasi
elemen-elemenya sebelum dikombinasikan menjadi sebuah bentuk
baru dengan keunggulan kedua tipologi bangunan diawal tadi.
Menghasilkan sebuah bentuk baru bangunan apartemen yang
memberi manfaat-efisiensi courtyard terhadap bangunan, ditambah
keunggulan view yang dimiliki gedung pencakar langit.

Gambar - VIA 57 New York


(Sumber : www.thorntontomasetti.com)

1.8 GAMBARAN AWAL PERANCANGAN


22
MIMPI PERANCANGAN
Metode hybrid ditekankan terhadap kombinasi dua elemen utama,
pengalaman meruang bernilai sosial layaknya ‘kampung’ pada
umumnya--dengan efisiensi penggunaan lahan serta penataan ruang
tipologi bangunan apartemen.

Tipologi bangunan apartemen modern menekankan efisiensi


penggunaan lahan yang merupakan aspek terpenting perancangan di
area perkotaan padat penduduk dengan keterbatasan lahan. Kondisi
ini--ditambah kehidupan masyarakat urban yang telah bertransisi
menuju pola hidup individualis--tidak lagi memberi alasan mengapa
desain bangunan hunian susun di kawasan padat penduduk harus
mempertimbangkan aspek sosial penghuninya.

Kehidupan di kampung sebaliknya kental akan nilai sosial yang


ditunjukkan oleh ketergantungan masyarakat satu sama lain. Kehidupan
di kampung bahkan kerap dianggap tidak mungkin jika anda tidak
pernah keluar bersosialisasi atau sekedar bertegur sapa dengan
tetangga anda. Nilai-nilai ini yang coba diambil esensinya untuk
kemudian diterjemahkan menjadi bentuk fisik elemen perancangan.

Implementasi metode hybrid terhadap proses perancangan diharap


mampu memberikan alternatif bangunan apartemen yang memiliki
keunggulan pengalaman meruang yang memiliki nilai sosial. Kombinasi
keunggulan dua aspek diatas akan menghasilkan sebuah desain hunian
susun apartemen dengan efisiensi penggunaan lahan yang baik
Gambar 1.23 & 1.24 Kompleks Perumahan Elite serta unit hunian apartemen
sekaligus mampu mendorong timbulnya aktivitas sosial di dalamnya. (Sumber : www.connectcre.com, feng-shui.lovetoknow.com)
Desain yang mampu mengakomodasi kebutuhan hunian yang memiliki
esensi sosial layaknya kampung/perumahan, dengan perbandingan
penggunaan lahan yang jauh lebih kecil.

1.8 GAMBARAN AWAL PERANCANGAN


MIMPI PERANCANGAN 23
BAB 2

PENELUSURAN PERSOALAN
PERANCANGAN

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

24
2.1.1 PENGERTIAN BANGUNAN APARTEMEN

Pengertian apartemen menurut KBBI berbunyi seperti berikut : Tempat


tinggal ( yang terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi,
dapur, dsb ) yang berada pada 1 lantai bangunan bertingkat. Atau
Bangunan bertingkat, terbagi dalam beberapa tempat tinggal.

Menurut Neifert, apartermen merupakan bangunan untuk hunian


yang terbagi-bagi secara vertical maupun horizontal. Tipe bangunan
ini mencakup bangunan bertingkat rendah hingga tinggi. Bangunan
apartemen juga dilengkapi dengan bermacam fasilitas yang
disesuaikan dengan standar-standar yang ditentukan.( Ernst Neufert,
1980, p : 86 )

Menurut dictionary of real estate Wiley(1996) apartemen adalah


sebuah unit hunian yang merupakan bagian dari struktur hunian
vertikal maupun horizontal yang dirancang untuk dihuni oeh lebih dari
satu keluarga, pemukim tidak dapat memiliki hak atas kepemilikan
hunian(hanya berfungsi sewa) dan pengelolaannya dilakukan oleh
pengelola properti

Sementara menurut pasal 1 UURS no.16 tahun1985, apartemen


diartikan sebagai gedung bertingkat dalam sebuah kawasan yang
distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal dan vertikal.
Unit-unit huniannya dapat dimiliki dn digunakan secara terpisah serta
dilengkapi dengan tanah bersama, bagian bersama, serta
kepemilikan benda bersama.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik garis besar bahwa


apartemen merupakan hunian bersama yang terdiri atas beberapa
unit kamar dalah satu gedung bersusun, vertikal maupun horizontal.
Tiap unit hunian bangunan dapat secara terisah namun tetap
dengan menyediakan bagian, benda serta ruang bersama.
Apartemen merupakan bangunan yang disewakan(sebagai hak
guna bangunan bukan sebagai hak milik) pada perorangan bahkan
pada kelompok. Tipologi bangunan apartemen biasanya
diimplementasikan pada daerah dengan issue keterbatasan lahan.

Kelebihan apartemen adalah bangunannya yang didukung


berbagai fasilitas penunjang, contohnya berupa fitness center,
restaurant, café, retail komersil bahkan hingga jogging area serta
taman publik. Fasilitas ini dapat digunakan secara bersama oleh para
pengguna bangunan apartemen, baik penghuni maupun
pengunjung masyarakat dari luar. Disamping seluruh fasilitas
penunjang ini, apartemen tetap harus memberikan perasaan
nyaman, aman serta yang terpenting, privasi bagi para penghuninya.

Gambar - 79&Park
(Sumber : www.archilovers.com)

2.1. KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


KAJIAN BANGUNAN APARTEMEN 25
2.1.2 BERDASARKAN JENIS ARSITEKTUR BANGUNAN 2.1.3 BERDASARKAN TIPE UNITNYA

Walked Up Apartment Studio


Jenis apartemen ini biasa diperuntukkan bagi keluarga dengan Unit apartemen dengan tipe ini hanya terdiri dari satu ruang dengan
jumlah anggota yang besar misal keluarga inti ditambah orang fungsi yang beragam. Ruang bersifat multifungsi dan dapat
tua mereka sekaligus. Ketinggian bangunannya hanya digunakan sebagai kamar tamu, kamar tidur, ruang santai,dapur serta
mencapai 2 hingga 4 lantai dengan jumlah unit apartemen ruang makan. Semua ruang terbuka tanpa dibatasi partisi.
yang dibatasi. Sistem sirkulasi vertikal apartemen tipe ini kadang
menggunakan lift namun dapat juga hanya menggunakan 1,2,3 Kamar
tangga. Pembagian ruangan pada unit apartemen ini dilakukan layaknya
rumah hunian. Area kamar tidur terpisah sementara ruang duduk,
Low Rise Apartemen ruang makan, dapur serta ruang tamu berada dalam satu ruangan
Jenis apartemen ini memiliki ketinggian yang relatif rendah. atau terpisah. Luas dari unit apartemen tipe ini sangat bervariasi
Wajarnya, tinggi maksimal dari low rise apartemen hanya tergantung jumlah kamar hingga ruang yang dimilikinya.
mencapai tiga hingga maksimal delapan lantai saja. Sistem
sirkulasi vertikal apartemen tipe ini mengguakan lift atau dapat Pethouse
menggunakan lift saja. Unit apartemen tipe ini terletak di lantai paling atas. Luasannya lebih
luas dibanding unit-unit lain dibawahnya. Tipe unit ini cenderung lebih
Medium Rise Apartemen mewah serta bersifat leih privat karena perletakannya dipuncak yang
Apartemen tipe ini terdiri atas tujuh hingga sepuluh lantai. Sistem minim distraksi.
sirkulasi verikal apartemen tipe ini menggunakan lift namun
terkadang juga tetap dilengkapi tangga sebagai pilihan Mezanin
kenyamanan pengguna. Kelebihan apartemen tipe ini adalah Unit ini memiliki ruangan yang lebih tinggi, mezanin dalam satu unit
view yang lebih baik serta fasilitas pendukung yang lebih lengkap apartemen. Tipe unit apartemen ini memiliki sirkulasi udara yang leih
sebagai dampak dari jumlah lantai yang lebih banyak. Tipologi baik serta kualitas view yang lebih dinamis.
apartemen semacam ini kerap dijumpai pada kota satelit
maupun kota-kota di negara berkembang.
2.1.4 BERDASARKAN SISTEM PENYUSUNAN LANTAI HUNIANNYA
High Rise Apartemen
Apartemen tipe ini dapat tersusun hingga lebih dari sepuluh Simplex Apartment
lantai. Kerap dijumpai di pusat perkotaan padat dimana Pada tipe ini, seluruh ruangan unit apartemen berada pada satu lantai
permintaan hunian yang tinggi harus dipenuhi dengan jumlah saja. Biasanya kerap dijumpai di daerah perkotaan dengan
lahan yang terbatas. Perancangan apartemen tipe ini kepadatan tinggi. Kelemahan dari tipe ini adalah banyaknya ruang
memperhitungan penggunaan lahan dengan seefisien yang terbuang hanya untuk koridor.
mungkin. Desain unit apartemen cenderung lebih standar
dengan sistem struktur apartemen yang lebih kompleks. Fasilitas Duplex Apartment
pendukung serta kemanan lebih penuh lenkap dengan area Pada tipe ini setiap unit apartemen terbagi menjadi dua lantai.
parkir bawah tanah. Sdengan sau sistem sirkulasi yang dikelilingi dua unit hunian, sistem ini
dapat memanfaatkan ruang yang mestinya digunakan untuk sirkulasi
Garden Apartments sebagai ruang hunian yang lebih luas.
Tipe apartemen ini terdiri dari 2 hingga 4 lantai. Bangunan
memiliki halaman serta taman sebagai salah satu faasilitas Triplex Apartment
prioritas disekitarnya. Garden Apartment memiliki koefisien dasar Hampir sama dengan tipe duplex apartemen dengan tipe ini tersusun
bangunan (KD) yang rendah serta penyediaan kawasan hijau atas 3 lantai hunian untuk masing-masing sirkulasinya. Biasanya
yang lebih banyak dari luas lahan yang digunakan untuk fisik diperuntukkan untuk kalangan pasar dengan kondisi perekonomian
bangunan. Untuk perbandingan, apartemen tipe ini menengah ke atas.
memanfaatkan 20% dari total luas lahandan 80% untuk
kebutuhan taman serta penghijauan.

2.1. KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


26
KAJIAN BANGUNAN APARTEMEN
2.1.5 BERDASARKAN BENTUK MASSA BANGUNANNYA 2.1.7 BERDASARKAN KEPEMILIKANNYA

Slab Apartemen Sewa


Pada tipe apartemen ini, lebar serta tinggi bangunan memiliki Pemilik apartemen membiayai proses pembangunan, operasional,
perbandingan dimenti yang sama sehingga bangunan cenderung serta maintenance bangunan, sementara pemukim membayar biaya
berbentuk kotak. Bentuk dari apartemen ini yang membuat sewa sepanjang jangka waktu yang telah disetujui.
apartemen jenis ini biasanya memiliki koridor yang memanjang
dengan unit-unit apartemen yang berada disalah satu sisi atau Apartemen Koperasi
dikedua sisi koridor. Apartemen jenis ini dimiliki oleh koperasi sementara pemukim
memegang saham sesuai dengan unit hunian yang ditinggali. Biaya
Tower operasional serta perawatan ditanggung oleh koperasi. Apabila ada
Tipe apartemen ini memiliki dimensi ketinggian yang lebih besar penghuni yang pindah, sesuai dengan kesepakatan koperasi mereka
dibandingkan rasio lebar dan panjangnya. Bangunan memuliki dapat menjual kepemilikan saham mereka tersebut kepada calon
bentuk seperti tiang dengan ketinggian umumnya mencapai lebih penghuni baru maupun koperasi.
dari 20 lantai. Sistem sirkulasi vertikalnya menggunakan lift sementara
sirkulasi menuju unit-unit apartemennya efektif dengan menggunakan Apartemen Kondominium
sistem core. Variasi bentuk tower dibedakan menjadi single tower dan Disini, pemukim apartemen membeli ditambah mengelola unit yang
multi tower. telah menjadi milik mereka. Penghuni dapat menyewakan atau bahkan
menjual kembali unit hunian miliknya kepada penghuni baru. Tidak ada
Single Tower batasan bagi penghuni apartemen untuk mengelola kepemilikan unit
Apartemen single tower hanya tersusun atas satu masa bangunan. hunian mereka. Penghuni akan membayar uang operasional serta
Core pada sistem apartemen ini berada ditengah. Unit-unit hunian perawatan ruang bersama dimana pengelolaanya tetap menjadi
diatur agar berada sedekat mungkin dengan tangga dan lift tanggung jawab pemilik gedung.
sehingga luas koridor dapat diminimalkan.

Multi Tower
Apartemen multi tower memiliki lebih dari satu massa bangunan.
Beberapa massa bangunan ini dapat dikoneksikan menggunakan
semacam massa penghubung layaknya jembatan maupun hanya
sebatas pedestrian pada lantai dasar.

2.1.6 BERDASARKAN SIRKULASI HORIZONTALNYA

Core
Pa d a t i p e a p a r t e m e n i n i, s i r k u l a s i v e r t i ka l d a l a m
bangunan(tangga/elevator) terkumpul dalam core dan dikelilingi oleh
unit-unit hunian. Tipe ini kerap dijumpai pada nbangunan apartemen
dengan bentuk massa tower.

Corridor
Pada tipe apartemen ini, sirkulasi vertikal tangga terletak pada kedua
ujung koridor. Bentuk koridor memanjang dengan unit hunian yang
berada disatu sisi atau kedua sisi koridor. Metode penataan ini kerap
dijumpai pada bangunan apartemen dengan bentuk slab. Metode
ini memungkinkan jumlah unit hunian yang maksimal pada satu lantai
bangunan.

2.1. KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


KAJIAN BANGUNAN APARTEMEN 27
KESIMPULAN Pilihan diambil untuk memperluas segmentasi penghuni yang
diproyeksikan akan menghuni apartemen kelak. Pangsa pasar
TIPE ARSITEKTUR APARTEMEN apartemen di Yogyakarta didominasi oleh kalangan pendatang yang
Berdasarkan peraturan pendirian bangunan daerah Gamping, Sleman umumnya terdiri atas pelajar, pekerja perorangan, hingga keluarga
Yogyakarta, desain apartemen akan terdiri tidak lebih dari maksimal muda. Pembagian penataan unit dapat dilakukan menyesuaikan
sepuluh lantai. Apartemen dengan tipe medium rise memiliki ketersediaan ruang pada setiap sudut lantai hunian. Strategi ini
ketinggian relatif menengah(tujuh hingga sepuluh lantai), tidak terlalu memungkinkan fleksibilitas dalam perancangan bentuk serta dimensi
tinggi untuk ‘menjulangi’ bangunan disekitarnya sekaligus tidak terlalu ukuran setiap unit.
rendah dengan tujuan agar pemanfaatan penggunaan lahan dapat
dilakukan seoptimal mungkin. TIPE PENYUSUNAN UNIT HUNIAN
Perancangan apartemen bertujuan untuk menyediakan sebanyak
mungkin permintaan akan kebutuhan hunian dimana selain
memaksimalkan jumlah unit yang dapat dijual, juga bertujuan untuk
memanfaatkan kondisi keterbatasan lahan dengan sebaik-baiknya.

Dengan ketinggian jumlah lantai yang terbatas(medium rise building),


penyusunan lantai unit hunian yang berfokus pada tipe simplex(unit
dengan satu lantai) memungkinkan perletakan unit dengan kuantitas
optimal dalam satu lantai hunian. Ini tidak menutup kemungkinan
adanya variasi dalam proses perancangan nantinya. Unit dengan
tipe duplex/mezanin dapat ditempatkan pada lantai puncak
sebagai unit eksklusif.

TIPE SIRKULASI HORIZONTAL


Untuk mengatasi isu kurangnya permasalahan sosial dalam
Tipe medium rise apartemen juga akan lebih berbaur dengan lebih bangunan apartemen modern, desain akan mengadaptasi
baik dengan lingkungan ketetanggaan sekitarnya--tujuan yang yang penataan sirkulasi horizontal menggunakan selasar. Penggunaan
diharapkan dari pemecahan permasalahan yang diangkat proposal koridor yang mengelilingi core selain kurang efektif pada bentuk
perancangan. Tipologi apartemen semacam ini juga sesuai dengan massa gubahan slab juga memiliki kesan terisolir dan kaku terhadap
peraturan mendirikan bangunan setempat serta umum dijumpai pada segala jenis aktivitas sosial.
kawasan perkotaan berkembang layaknya Yogyakarta.
KEPEMILIKAN UNIT
TIPE MASSA BANGUNANNYA Untuk kawasan perkotaan berkembang layaknya Yogyakarta,
Posisi tapak yang terletak pada persimpangan jalan dengan luas yang besarnya jumlah pendatang dengan pesatnya mobilitas para
tidak terlalu besar ditambah peraturan bangunan yang cukup penghuni apartemen yang kerap berpindah-pendah lokasi hingga
mengekang untuk bangunan dengan tipe tower mendorong hunian, kepemilikan unit dengan sistem sewa mungkin akan
perancangan massa bangunan dengan tipe slab. berperan dengan lebih efektif.

Bentuk massa slab memungkinan eksplorasi bentuk gubahan yang lebih Sementara sistem kepemilkan berupa kondominium memungkinkan
fleksibel ketimbang gubahan dengan bentuk tower. Dengan semakin penghuni memiliki unit apartemen sepenuhnya. Ini dalam artian,
luasnya eksplorasi yang dapat dilakukan pada tahap pengembangan penghuni juga yang bertanggung jawab sendiri atas bagaimana
desain kedepan diharap mampu memberi solusi kreatif terhadap isu mereka mengelola ‘ruang’ yang mereka miliki dalam bangunan
serta tema yang diangkat proposal perancangan. hunian susun apartemen. Tipe kepemilikan ini juga dapat menjadi
alternatif investasi para pemiliknya ketika mereka sudah tidak
TIPE UNIT APARTEMEN menghuni unit mereka dan hendak menyewakannya dengan calon
Berdasarkan segmentasi pasar yang dituju proposal penghuni lain. Namun demikian, nilai jual kondominium ini lebih
perancangan(keluarga muda serta pekerja kantoran pendatang), jenis mahal dibanding sekedar menyewa, statistik ini tentu mempersempit
unit dalam apartemen akan terdiri atas unit studio, satu bedroom jangkauan pasar yang hendak dituju proposal perancangan.
dan dua bedroom.

2.1. KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


28
KAJIAN BANGUNAN APARTEMEN
2.2.1 PENGERTIAN KOMUNITAS

Komunitas adalah suatu kelompok sosial dalam sebuah lingkungan


yang pada dasarnya memiliki keterikatan berdasar kesukaan,
ketertarikat serta lingkungan yang sama. Individu di dalam komunitas
memiliki kebutuhan, kepercayaan serta preferensi dari berbagai hal
yang dapat dikatakan serupa.

Menurut WHO (1974) suatu komunitas ditentukan oleh batasan


wilayah, nilai-nilai kepercayaan serta minat yang sama. Dalam
komunitas, terdapat rasa saling mengenal dan interaksi antara
individual yang satu dengan lainnya.

Menurut Iriantara (2004 : 22) suatu komunitas merupakan sekelopok


individu yang endiami lingkungan tertentu dengan kepentingan serta
kebutuhan yang relatif sama.

Menurut Koentjaraningrat (1980) Komunitas ialah sebuah kesatuan


dalam kehidupan manusia yang mendiami suatu kawasan nyata
yang saling berinteraksi menurut suatu sistem norma adat maupun
istiadat yang terikat oleh sebuah rasa identitas bersama.

Menurut Mcmillan & Chavis (1986) Komunitas adalah kumpulan


individu yang memiliki rasa saling terikat dan memiliki, baik satu sama
lain maupun terhadap perkumpulan mereka. Komunitass berbagi
rasa percaya bahwa kebutuhan tiap indiividu akan terpenuhi selama
para anggota memiliki komitmen untuk terus bersama.
Gambar - Gambaran Komunitas Sosial
(Sumber : www.homageproject.org)

2.2 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


KOMUNITAS URBAN 29
2.2.2 CIRI CIRI KOMUNITAS SOSIAL

Kesatuan Hidup Bersifat Tetap dan Teratur


Kounitas singkatnya adalah suatu kelompok sosial. Komunitas
merupakan suatu kesatuan hidup antar satu individu manusia dengan
yag lain yang bersifat konstan dan teratur. Hubungan diantara
anggota komunitas berjalan secara akrab, saling mengenal serta
saling tolong menolong.

Bersifat Teritorial
Salah satu elemen utama khas yang menunjukkan keberadaan
sebuah komunitas sosial adalah daerah yang sama dimana
kelompok tersebut berada. Dari sinilah asal komunitas kerap disebut
sebagai ‘masyarakat setempat’. Berada pada tempat yang sama
memberi kemungkinan yang lebih bagi sebuah kelompok untuk
memiliki pandangan, kepentingan, watak hingga tujuan yang sama.
Contoh umumya adalah kelompok sosial yang berada di lingkungan
RT, RW, dukuh dan seterusnya. Namun begitu, komunitas tidak
mengandung pengertian dalam skala yang luas seperti kabupaten
atau provinsi.

2.2.3 PENGERTIAN KOMUNITAS URBAN

Kota merupakan sebuah jaringan peradaban manusia dimana


tingkat kepadatan penduduk sangt tinggi. Kehidupan masyarakat
kota cenderung bersifat materialistik dengan strata ekonomi yang
heterogen. Penekanan ‘urban’ pada kalimat komunitas kota
mengimplikasikan betapa berkembang dan berubahnya ciri serta
sifat dari kehidupan masyarakat disana.

Masyarakat memiliki tatanan hidup yang heterogen sehingga


hubungan antar individu serta kelompoknya lebih dinamis. Pada
dasarnya, seorang individu harus dapat mengurus dirinya sendiri
tanpa perlu bergantung kepada orang lain. Selain itu, kurangnya
interaksi masyarakat perkotaan dapat diakibatkan oleh cepatnya
jalan kehidupan kota. Kondisi inilah yang mendorong masyarakat
perkotaan untuk dengan teliti mengatur pembagian waktunya demi
memenuhi berbaga kebutuhan individu mereka. Dalam prosesnya
mengorbankan waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk
bermasyarakat atau sekedar bertegur sapa satu sama lain.

Pola pikir yang didasarkan atas perhitungan eksak yang lebih berguna
pada realita kehidupan kota ini yang melahirkan cara berfikir rasional
di kalangan masyarakat perkotaan. Pola pikir rasional inilah yang
menjadi salah satu faktor utama dari kurangnya interaksi antar individu
perkotaan. Jalan pikiran rasional ini yang menyebabkan interaksi yang
terjadi pada masyarakat kota lebih sebagai akibat dari kepentingan
semata dibanding keinginan dari faktor pribadi. Gambar - Gambaran Komunitas Urban
(Sumber : neurosciencenews.com)

2.2 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


30
KOMUNITAS URBAN
MENCIPTAKAN SUATU KOMUNITAS URBAN 3D MELALUI Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa aspek sosial pada
PENYEDIAAN SERTA PENATAAN RUANG PUBLIK level substansial layaknya menjaga hubungan yang baik dengan
tetangga tidak lagi menjadi suatu kebutuhan utama.
MENTALITAS MASYARAKAT MODERN
PENATAAN RUANG PUBLIK DALAM RUANG 3 DIMENSI
Bagi suatu masyarakat urban modern, pola kehidupan individualis
Minimnya area publik khususnya pada area perkotaan Yogyakarta
telah menjadi gaya hidup keseharian namun bukan berarti mereka
membawa dampak paradoks dimana area terbuka publik yang tersedia
tidak pernah berpartisipasi dalam sebuah komunitas. Berdasarkan
kini ramai diserbu masyarakat dari seluruh lapisan. Area publik semacam
definisi sebuah komunitas sebelumnya, sekedar tinggal pada satu
menjadi komoditas langka yang entah bagaimana keberadaannya
ruang lingkup yang sama (contoh:apartemen) telah menjadi salah
menjadi lebih spesial dan istimewa karena kelangkaannya.
satu ciri sebuah komunitas.
Istimewa- adalah kata kuncinya. Sebuah pelarian, jalan keluar tersendiri
Mudah untuk mengkomparasi masyarakat dulu dan sekarang. Ambil
untuk mengatasi krisis eksistensial yang ada dalam moral masyarakat
contoh masyarakat Indonesia beberapa dekade lalu saja,
modern. Pesatnya informasi pada dunia maya hingga sosial media
pembentukan suatu masyarakat yang saling akrab, peduli serta
mengkatalis situasi ini. Ini juga yang mungkin menjadi salah satu alasan
tolong menolong lebih mudah sebab permasalahan yang kerap
orang berlomba-lomba berfoto pada sebuah papan nama jalan
dihadapi pada masa itu adalah permasalahan ekonomi--
populer yang fungsi keberadaannya selama ini tidak lebih hanyalah itu :
bagaimana lepas dari jerat ‘kemiskinan’. Kondisi yang mendorong
papan nama jalan.
sikap ketergantungan antar individu yang mau tidak mau
membutuhkan skill dalam interaksi sosial.
Malioboro mendapat sorotan yang didapatkan sekarang selain sebab
kawasannya yang tertata, ia memiliki nilai istimewa tersendiri : Jalan
legendaris pada lokasi yang juga penuh makna filosofis di Yogyakarta.
Apabila setiap sepanjang satu kilometer terdapat jalan dengan
branding-penataan layaknya Malioboro berdasarkan percobaan pikiran
diatas saya yakin kawasan semacam ini akan kehilangan magnet daya
tariknya. Hanya sebatas jalanan yang dipenuhi tempat berbelanja
sepanjang kanan-kiri pada umumnya.

Terdapat nilai lebih yang mereka beri terhadap objek tersebut yang
melegakan dahaga masyarakat modern untuk menunjukkan
eksistensinya di dunia yang semakin bising ini. Saya dapat melanjutkan ini
selama berjam-jam sungguh, namun anda menangkap maksud saya.
Ada alasan psikologis dari mengapa papan jalan yang sama memiliki
daya tarik yang lebih saat ini dibanding dua dekade yang lalu. Aspek
Kini, dengan semua kemudahan yang ada, entah bagaimana
daya tarik akan keistimewaan ini yang akan menjadi fokus perancangan
masyarakat modern tidak menunjukkan nilai-nilai luhur yang dimiliki
ruang publik modern dalam ruang 3 dimensi ini.
‘golongan tua’. Terlepas dari fakta bahwa hampir semua orang telah
memiliki tv layar datar dan dengan sekali pencet, seluruh
Strategi ini mungkin bisa menjadi pondasi berpikir dalam merancang
pesanan/belanjaan mereka dapat sampai di depan pintu.
area publik yang mampu menjaring sebanyak mungkin pengguna.
Anda lihat, semata-mata tersedinya area publik pada bangunan
Piramida hirarki kebutuhan oleh psikolog berkebangsaan Amerika
apartemen mungkin tidak langsung menjaring orang untuk berkunjung.
Serikat Abraham Maslow mendeskripsikan kondisi ini dengan lebih
Akar permasalahan, esensi yang dicari masyarakat modern sekarang
baik. Dengan semakin majunya teknologi serta kualitas hidup
adalah keistimewaan : Bagaimana merancang ruang publik dalam
manusia, kebutuhan masyarakat kita kini tidak lagi berdiam pada level
apartemen dengan secara 3 dimensi yang belum pernah ada di
dasar seperti sandang, pangan, kemanan atau kesehatan,
Yogyakarta sebelumnya. Sesederhana itu, namun sungguh ini sama
Kebutuhan masyarakat modern kini berada pada level psikologis
sekali tidak mudah.
dalam ranah eksistensial, mencoba sebisa mungkin menonjolkan diri
pada dunia yang semakin ramai.

2.2 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


MENTALITAS MASYARAKAT URBAN MODERN 31
KESENDIRIAN DALAM SIKAP INDIVIDUALIS MASYARAKAT Seleksi alam menganugerahi nenek moyang sebab kemampuan
MODERN mereka untuk saling bekerja sama dan membangun hubungan sosial
satu dengan lain. Otak kita terus mengatur dirinya untuk lebih baik
memahami apa yang mungkin dipikirkan atau dirasakan orang lain dan
Setiap orang pasti pernah merasakan kesendirian. Saat kita tidak
untuk mendambakan ikatan sosial yang baik. Menjadi makhluk sosial
memiliki teman semeja untuk diajak makan siang, saat kita berkarir
telah menjadi bagian dari kondisi biologis kita. Bagi seorang manusia
dan pindah ke kota baru atau saat tidak ada seorangpun dari teman
pada zaman purba, mencari makan, membesarkan keturunan,
kita yang memiliki waktu untuk menanggapi ajakan keluar kita saat
menjaga diri tetap aman dan hangat sangatlah mustahil bila dilakukan
akhir pekan. Namun dalam beberapa dekade belakangan,
sendiri. Maka sangatlah penting bagi seorang individu untuk dapat
perasaan keseharian ini telah menjadi kronis untuk jutaan orang. Di
bergaul dengan individu lainnya. Mekanisme ini telah mendorong kita
Inggris, 60% dari populasi berumur 18-34 tahun melaporkan kalau
agar saling terhubung untuk sebagian besar sejarah manusia dengan
mereka sering merasa kesepian (Griffin, J The lonely society?, 2010).
cukup baik, setidaknya sampai manusia mulai memutuskan untuk
Sementara di Amerika Serikat, 46 persen dari keseluruhan populasi
membangun dunianya sendiri.
mengatakan bahwa mereka sehari-harinya sering merasa
kesepian(Cigna U.S. Loneliness Index 2018).
Kesepian yang saat ini telah menjadi pandemi sebenarnya baru dimulai
sejak akhir zaman renaisans. Kebudayaan barat mulai berfokus pada
Kita hidup pada zaman yang paling terhubung sepanjang sejarah
kesejahteraan individual. Trend ini semakin berakselerasi seiring manusia
kehidupan manusia. Saat ini, kita dapat saling bertatap muka tanpa
memasuki revolusi industri. Orang-orang meninggalkan kampung
harus benar-benar bersama, menuliskan cerita kehidupan kita tanpa
halaman mereka untuk bekerja di pabrik-pabrik. Komunitas yang telah
memerlukan pena dan kertas, serta mengetahui peristiwa dibelahan
terbangun selama ratusan tahun perlahan menghilang dimana pada
dunia lain beberapa puluh detik setelah itu terjadi. Fitur-fitur yang
saat yang bersamaan perkotaan berkembang dan bangunan
tersedia sekarang memungkinkan kehidupan orang lain terpapar jeas
menjulang semakin tinggi menuju angkasa.Dan dengan dunia modern
pada kita hanya dengan satu sentuhan pada layar, namun begitu
yang berkembang dengan pesat, proses ini terus berakselerasi dari
banyak diantara kita yang merasa terisolasi.
tahun ke tahun.
Kesepian berbeda dengan sendirian. Kita bisa saja dipenuhi
Sebagian besar populasi mengalami kesendirian yang kronis melalui
kebahagiaan saat sedang sendiri namun sebaliknya membenci tiap
ketidaksengajaan. Anda memasuki fase dewasa ditambah dunia
menit yang kita lalui saat dikelilingi teman teman kita. Kesepian
modern yang semakin terkoneksi berarti semakin banyak juga hal yang
adalah perasaan yang subjektif terhadap seorang individu, jika anda
menuntut untuk diperhatikan, dari perkuliahan, tagihan, pekerjaan,
merasa kesepian maka anda kesepian, titik. Stereotip yang kerap
hingga jadwal seri mingguan dinetflix yang selalu anda tunggu. Sejatinya
disalahartikan adalah bahwa kesepian sangat tergantung dengan
terlalu banyak hal untuk dilakukan berbanding terbalik dengan sedikitnya
skill sosial yang dimiliki seseorang. Namun studi berbasis populasi
waktu yang ada. Kebanyakan orang memilih untuk mengorbankan
menunjukkan kalau skill sosial sama sekali tidak memberi perbedaan
hubungan sosial mereka dalam kasus ini, setidaknya sampai mereka
ketika dihubungkan dengan jumlah hubungan sosial yang dimiliki
bangun pada suatu hari dan benar-benar merasa terisolasi.
seseorang(NPR 2015).
Celakanya semakin kita menjadi dewasa semakin kita sulit menemukan
Kesepian dapat dialami oleh siaapun, kaya, tua, muda, rupawan,
pertemanan yang benar-benar bekerja, dampaknya kesepian dapat
terkenal, penguasa, seseorang dengan kepribadian yang menarik,
menjadi semakin parah. Faktanya, meskipun orang merasa tertarik dan
tidak ada yang bisa melindungi manusia dari perasaan kesendirian
bersemangat ketika mendengar topik-topik seperti roket, smartphone
karena ini telah menjadi bagian dari sifat biologis kita. Layaknya saat
dengan inovasi terbaru atau film superhero, otak kita pada dasarnya
kita merasa lapar, kesepian merupakan indikator tubuh yang
masih memiliki mekanisme yang sama seperti 50 ribu tahun yang lalu.
mendambakan hubungan sosial. Tubuh kita peduli akan hal tersebut
Tidak dapat dipungkiri, seluruh penemuan kita telah menjadikan
sebab ratusan ribu tahun yang lalu hubungan sosial yang baik
kehidupan manusia menjadi lebih baik. Namun dari seluruh mesin
mungkin menjadi salah satu indikator utama terkait kemungkinan kita
menakjubkan hingga benda berkilauan yang kita diciptakan, rasanya
untuk bertahan hidup di alam liar(Hawkley.,Cacioppo J. AoBM, 2010).
tidak ada yang mampu menggantikan kebutuhan fundamental kita
sebagai manusia akan hubungan sosial yang baik.

2.2 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


32
WABAH KESENDIRIAN PADA DUNIA MODERN
2.3.1 DEFINISI RUANG PUBLIK

Ruang komunal/publik, merupakan manipulasi pada sebuah


kawasan ruang yang dipengaruhi oleh tiga elemen dasar selain unsur
fisiknya. Ketiga elemen itu adalah manusia sebagai pelaku, kegiatan
serta pikiran perasaan manusia (Purwanto, 2007)

Menurut Rustam (1987), ruang publik/komunal merupakan suatu


ruang/area yang berfungsi untuk menampung aktivitas manusia baik
secara kelompok ataupun individu. Bentuk serta ukuran ruang publik ini
sangat tergantung pada pola penataan dan penyusunan bentuk
massa bangunan.

Carr dalam Carmona (1992) mengungkapkan, tipologi dari ruang


publik/komunal sangat dipengaruhi oleh penekanan jenis kegiatan
yang akan dinaunginya. Carr membagi tipologi dari ruang publik
menjadi diantaranya : Taman bermain, Jalur hijau, jalan,
perbelanjaan indoor, ruang spontan dalam lingkup kawasan hunian,
plaza dan semacamnya, waterfront serta ruang terbuka komunitas.

Menurut Shirvani (1985), ruang komunal merupakan sebuah wadah


sebagai sarana penghuni untuk berkumpul dan bersosialisasi satu
sama lain. Ruang komunal sendiri dapat mengambil bentuk dari
pedestrian bersama hingga taman bermain anak maupun tempat
untuk melakukan aktivitas public lainnya.

Segala macam bentuk faktor sosial merupakan persyaratan utama


yang dibutuhkan untuk menghidupkan suatu ruang publik.
Singgungan antar individu memungkinkan terjadinya interaksi antar
penghuni, salah satu parameter terjadinya kehidupan bermasyarakat
yang lebih baik. Pemanfaatan ruang publik melibatkan dua jenis
interaksi, yakni pasif dan aktif. Ruangan sebagai area yang mewadahi
individu berperan besar sebagai pengatur jenis interaksi yang
diwadahinya. Ruangan harus memberikan skenario yang tepat serta
situasi yang optimal untuk memungkinkan terjadinya interaksi sosial.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, interaksi yang terjadi


dapat berupa aktivitas aktif seperti saling bertegur sapa,
berbincang/berkumpul bersama, hingga melakukan aneka ragam
aktivitas bersama. Disamping itu, Interksi dapat terjadi dalam bentuk
pasif atau terjadi antara lingkungan dengan penggunanya.

Gambar - Superkilen Karya BIG


(Sumber : Archdaily.com)

2.3 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


RUANG PUBLIK 33
2.2.4 BEBERAPA KEBUTUHAN MENDASAR YANG HARUS
DIPERTIMBANGKAN DALAM PERANCANGAN RUANG PUBLIK

Kenyamanan, terdiri atas faktor kenyamanan faktor fisik seperti


lansekap, furnitur dsb, faktor lingkungan seperti arah sudut datang
angin serta pencahayaan matahari, faktor psikologi seperti
ketenangan, ambience serta provasi, dan kenyamanan sosial. Faktor
kenyamanan ini dapat diidentifikasi tingkatnya dari lamanya waktu
pengguna kala menghabiskan waktu di suatu ruang komunal.

Passive engangement, atau penggunaan pasif adalah jenis interaksi


yang dilakukan oleh pengguna tanpa adanya kontak dengan
individu lain, kegiatan dapat berupa mengamati situasi atau sekedar
menikmati ambience yang ada. Penataan skenario dalam ruang
publik harus dapat berperan sebagai arena yang mengatur alur
aktivitas penggunanya.

active engangement, atau penggunaan oleh pengguna secara


aktif. Jenis kegiatan ini terjadi sebagai interaksi secar langsung antar
individu layaknya saling bertegur sapa dan membahas topik
pembicaraan tertentu hingga melakukan kegiatan bersama.Interaksi
ini dapat terjadi secara spontan maupun secara triangulasi.

Keanekaragaman dalam fitur desain, ketertarikan pengguna untuk


menggunaan ruang publik dapat ditingkatkan dengan memperkaya
faktor pengalaman ruangnya. Metode ini dapat diimplementasikan
dalam pola desain lansekap, view panorama yang disajikan hingga
menyediakan berbagai fasilitas penunjang sepanjang kawasan
ruang publik.

Ruang Personal, aspek dalam ruang ini menentukan kualitas interaksi


yang terjadi antar satu individu dengan individu lainnya.

Gambar - Superkilen Karya BIG


(Sumber : www.arquitecturaviva.com)

2.3 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


34
RUANG PUBLIK
CETAK BIRU PERANCANGAN RUANG PULIK PADA KOTA-KOTA DI Letaknya yang dekat dengan pusat pemerintahan serta masjid tidak
INDONESIA lebih merupakan langkah yang diambil untuk mempersingkat jarak
dalam melakukan beragam aktivitas rakyat hingga upacara ritual
keagamaan. Keberadaan pusat perekonomian layaknya pasar,
merupakan konsekuensi dari besarnya denyut aktivitas rakyat pada
lingkup kawasan ini.

Saat ini, alun-alun lebih berfungsi sebagai ikon kota/kabupaten yang


menyediakan beragam sarana publik seperti area bermain, taman
kota serta tempat ibadah. Keberadaan alun-alun sebagai public
space juga mampu berperan sebagai upaya pemerintah
menyediakan sebagai area hijau, menjaga kesehatan mental
penduduknya bahkan pada tingkatan tertentu, menjadi identitas
suatu daerah.

RUANG PUBLIK YANG MENYOKONG DENYUT PEREKONOMIAN


Besarnya jumlah massa yang pada ruang-ruang publik di Indonesia
hampir pasti dimanfaatkan oleh pedagang yang menjajakan
barang dagangannya. Kondisi ini bisa diamati pada bermacam
skala, dari lapangan, monumen bahkan sekedar area pedestrian
dengan lebar yang mencukupi untuk mendirikan tenda kaki lima.

Longgarnya sistem hukum di Indonesia yang mengatur perkara ini,


lemahnya pengawasan hingga pembiaran yang dilakukan pihak
berwenang menjadi akar ‘permasalahan’ ketidakteraturannya
pedagang liar pada ruang-ruang publik kita. Satu hal yang kerap
luput dari perhatian adalah bagaimana penataan kawasan yang
baik sebenarnya mampu menciptakan keberadaan ruang publik
dengan sektor perekonomian yang harmonis dan saling
ALUN-ALUN, MASJID DAN PUSAT PEREKONOMIAN menguntungkan.
Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki pola penataan kawasan
pusat perkotaan yang serupa. Pola yang dapat teramati yaitu dengan Sebagai contoh, keberadaan pedagang sepanjang area
adanya alun-alun yang keberadaannya selalu disertai dengan masjid Malioboro hingga menjadi sebuah komunitas dengan jumlah
(atau rumah ibadah lainnya), lokasinya berdekatan dengan kantor anggota mencapai ratusan tidak lain merupakan akibat dari
pemerintahan daerah setempat, serta pada umumnya berdekatan pembiaran yang dilakukan pihak berwenang. Namun begitu,
dengan pusat perekonomian--pasar. relokasi besar-besaran pedagang liar sepanjang area pedestrian
Malioboro menunjukkan bahwa ruang publik dan sektor
Alun-alun dahulu berfungsi sebagai tempat berkumpulnya warga perekonomian dapat berada bersamaan dengan lebih harmonis,
masyarakat melangsungkan bermacam kegiatan aktivitas--terutama tertata juga nyaman.
upacara keagamaan. Sementara jauh pada masa kerajaan, alun-alun
juga berperan menjadi tempat persebaran agama dan bertemunya Mungkin ini yang dapat menjadi definisi ruang publik secara lokal.
pemimpin daerah atau pemuka agama dengan warga. Inilah Suatu kawasan dimana pihak-pihak dari berbagai latar belakang
mengapa alun-alun hampir ada di setiap kota di Indonesia. mampu mengambil manfaat dari keberadaannya. Sebuah ladang
kesempatan yang tidak terbatas bagi komunitas disekitarnya.
Sebuah kondisi yang perlu digaris bawahi adalah bahwa ruang
publik di Indonesia pada umumnya kurang mempertimbangkan
kenyataan di lapangan ini dalam proses perancangannya.

2.3 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


RUANG PUBLIK 35
PENATAAN LANSEKAP INTEGRASI RUANG PUBLIK
Sebagai zona yang berbatasan langsung dengan area Apartemen merupakan tipologi bangunan yang umumnya menihilkan
perkampungan warga, perancangan lansekap harus mengambil keberadaan elemen sosial didalamnya. Fokus perancangan
situasi serta potensi beragam pada setiap orientasi sebagai acuan. apartemen ialah efisiensi penggunaan lahan dengan memaksimalkan
Secara garis besar, area perkampungan disekitar wilayah tapak penataan unit hunian pada area lahan yang terbatas. Didalamnya
apartemen merupakan sebuah kantung dengan fungsi guna lahan sendiri, ruang lain para penghuni dapat saling bertemu/berpapasan
perumahan yang dikelilingi wilayah dengan fungsi guna lahan umumnya adalah koridor dimana ukurannya relatif sempit dan secara
persawahan/irigasi. Lingkungan di sekitar tapak merupakan daerah garis besar berfungsi sebagai ruangan transit belaka. Tanpa bermaksud
transit dimana terdapat banyak rumah makan, pusat oleh-oleh, mengaburkan fakta yang ada--MEMANG terdapat apartemen dengan
tempat transit hingga rest area. tipe mix-use building yang mampu memasukkan fungsi selain hunian
kedalam bangunan(umumnya komersil). Namun integrasi fungsi/nilai
Itu adalah sebuah cara lain untuk mengatakan area publik bukan publik kedalam apartemen membutuhkan konsep-solusi yang
merupakan sebuah fasilitas prioritas yang keberadaanya nampaknya sederhana namun sulit proses menterjemahkannya dalam
tersedia di sekitar lokasi. Situasi ini dapat dilihat sebagai rintangan bentuk elemen arsitektural.
atau justru sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan dalam proses
perancangan lansekap. Ketetanggaan/hubungan yang harmonis PENATAAN RUANG DAN SIRKULASI
dengan lingkungan merupakan salah satu poin yang jarang Privasi dan kenyemanan merupakan sebuah kualitas yang wajib
dipertimbangkan dalam perancangan apartemen. Kenyataan terjamin dalam bangunan apartemen tak peduli konsep apa yang
dilapangan bahkan menunjukkan kerapnya terjadi penolakan dalam diangkat perancangannya. Oleh karena itu penempatan dan
segala bentuk oleh masyarakat yang lingkungannya terdampak penataan ruang publik harus memiliki batasan-batasan yang jelas.
pembangunan apartemen. Pada sisi lain, integrasi ruang publik kadang hanya berkesan separuh-
separuh. Contohnya : ada pintu masuk masing-masing koridor
Perancangan ruang publik pada lansekap yang dapat diakses ditempatkan ruang komunal sebagai wadah interaksi penghuni. Solusi
dan dimanfaatkan berbagai kalangan masyarakat mampu diatas mungkin terdengar menyelesaikan permasalahan yang ada
menjadi jalan keluar penyelesaian isu tersebut--memanfaatkan namun benar-benar tidak menyelesaikan isu yang sebenarnya terjadi.
minim/nihilnya fasilitas ruang publik yang dapat diakses masyarakat--
dengan mengambil peran tersebut. Mungkin tidak menyelesaikan Ini layaknya mengganti seluruh mobil berbahan bakar fosil yang ada
permasalahan pada skala besar, namun setidaknya memberikan dengan mobil listrik untuk menanggulani perubahan iklim, semua akan
sedikit kontribusi dalam pertimbangan perancangan bangunan sia-sia apabila sumber dari energi listrik yang digunakan untuk mengisi
apartemen yang lebih merespons aspek sosial ketetanggaan mobil-mobil tersebut masih berasal dari industri batu bara(yang
kedepannya. menghasilkan emisi lebih besar dibanding seluruh kendaraan dimuka
bumi). Solusi terhadap integrasi ruang publik kedalam apartemen
Berbagai elemen arsitektur dapat dimodifikasi serta memerlukan pendekatan yang lebih mendasar, pendekatan yang
dikombinasikan dalam proses perancangan ruang publik diatas. mampu mengubah elemen yang telah ada dan menyesuaikannya
Penataan alur sirkulasi dalam tapak dan penataan perletakan dengan tema sosial yang diangkat.
gubahan yang mampu menyokong aktivitas/mobilitas masyarakat
sekaligus menarik lebih banyak pengunjung kedalam kompleks Manipulasi elemen ini dapat dimulai dari mana saja. Contoh : koridor
apartemen dalam prosesnya. Area lansekap dapat didominasi merupakan elemen vital sirkulasi yang harus selalu ada dalam
oleh penataan elemen softscape seperti kolam dan vegetasi apartemen, jadi mengapa tidak merancang koridor yang lebih
perindang melihat lokasinya yang merupakan daerah transit akan ‘terbuka’ dan fleksibel dengan lebar yang memungkinkan terjadinya
menjadi tempat pemberhentian untuk beristirahat yang interaksi antar penghuni. Merubahnya dari ruang transit yang sepi
sempurna. Setelah berhasil menjaring pengunjung, kantung-kantung aktivitas menjadi wadah interaksi-ruang publik baru tanpa perlu
area pedagang keliling/kecil disediakan untuk mengoptimalkan menambah sebuah ruang baru dalam bangunan. Innercourt
manfaat ruang publik bagi komunitas disekitarnya. memang umumnya digunakan sekedar untuk mengoptimalkan
kualitas pencahayaan dan penghawaan, namun secara tidak
langsung innercourt merupakan ruang publik cuma-cuma ditengah
massa bangunan. Perancangannya yang menarik mampu
menjadikannya magnet dalam menarik lebih banyak individu untuk
saling bertemu hingga melakukan aktivitas bersama.

2.3 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


36
KESIMPULAN : RUANG PUBLIK 3 DIMENSI
GUBAHAN MASSA
Implementasi elemen sosial--dalam kasus ini ruang publik--dalam Lantas bagaimana ruang publik dapat diintegrasikan dengan sistem
proses perancangan gubahan mampu memberi novelty sirkulasi untuk menciptakan perubahan pola interaksi individu dalam
tersendiri terhadap bentuk massa sebuah bangunan. Dengan bangunan? bagaimana ruang publik mampu mempertemukan individu
memanfaatkan metode hybrid, langkah ini akan menghasilkan dari elevasi yang berbeda apabila letaknya hanya terdapat pada area
rancangan yang memiliki keterikatan pada level substansial. rooftop? Dengan metode hybrid yang diangkat, solusi rasional yang
Gubahan massa dapat lebih dahulu menyediakan area bagi ruang dapat diambil ialah dengan memanipulasi bentuk gubahan
publik yang akan diwadahi. Proses ini umumnya dapat diamati ketika menyesuaikan alur penataan ruang publik. Menarik kebawah setiap
sebuah bangunan tower memiliki area plaza beberapa lantai setelah elevasi area rooftop mengikuti grid struktur yang telah ditentukan,
tanah. menciptakan semacam ‘hierarki ruang’ yang saling berhubungan antar
lantai.
Poin penting yang perlu diperhatikan ialah bagaimana bentuk
gubahan tetap menjamin kualitas privasi penghuni dimana pada Penyelesaian semacam ini selain cukup radikal juga memberi salah satu
saat yang bersamaan mampu menciptakan sebuah kompleks aspek yang sempat dibahas pada kajian sebelumnya : nilai dari
ruang publik 3 dimensi dengan ciri keistimewaan sendiri. keistimewaan. Semakin menonjol dan berbeda sebuah rancangan dari
Implementasi aspek sosial dalam perancangan bentuk gubahan tipologi pada umumnya--berdasarkan teori kurva lonceng--akan
memiliki beragam keunggulan dibanding meletakkan ruang publik semakin menarik perhatian pula, semakin banyak pula nilai yang
pada gubahan yang sudah terlebih dahulu jadi. diberikan oleh masyarakat. Andaikata anda belum memahami apa
yang saya coba sampaikan, biarkan saya menarik kesimpulan.
Terdapat beberapa aspek yang menentukan kualitas sebuah
ruang publik. Active engagement, passive engagement serta Perancangan ruang publik yang berbeda, satu-satunya, spesial dan
keanekaragaman fitur desain merupakan salah-tiga diantaranya. ‘istimewa’ akan menarik mental masyarakat urban modern untuk turut
Perancangan bentuk gubahan yang mempertimbangkan ketiga berpartisipasi didalamnya. Entah dengan alasan awal apa mengapa
aspek tersebut akan memberikan solusi perancangan yang lebih mereka memilih mengunjunginya--menunjukkan eksistensi, sekedar
substansial, lebih mendasar sekaligus sifatnya lebih menyeluruh. agar kekinian, mengikuti trend, benar-benar ingin menikmati fasilitas
ruang terbuka publik yang ada--pada akhirnya akan menciptakan reaksi
Sebagai contoh : passive engagement merupakan jenis interaksi berantai yang turut menghidupkan kawasan tersebut.
individu dengan lingkungan seperti alur penataan ruang, view,dan
ambience. Melihat beberapa kualitas yang harus dipenuhi masuk
akal jika solusi yang diambil ialah menempatkan ruang publik pada
area rooftop atau ditepian massa gubahan dimana beberapa poin
diatas memiliki kualitas lebih baik.

Active engagement mendorong perancangan yang


mengutamakan kualitas interaksi antar individu serta bagaimana
mereka dapat bertemu. Pertama, dengan menciptakan sistem
sirkulasi dalam apartemen yang terintegrasikan dengan elemen
sosial/ruang publik dalam skala gubahan massa. Lalu bagaimana
melakukan unifikasi antara sirkulasi yang terintegrasi dengan ruang
publik ini dengan bentuk gubahan? Berdasarkan kajian sebelumnya
dengan mempertimbangkan kualitas privasi penghuni, ruang publik
pada gubahan diletakkan pada area rooftop saja.

2.3 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


KESIMPULAN : RUANG PUBLIK 3 DIMENSI 37
2.4.1 HUBUNGAN RUANG DENGAN PENGGUNA

Dalam keseharian, manusia selalu bergerak melalui rentetan ruang


dengan berbagai jenis serta skala yang sangat beragam. Misalnya,
manusia mampu merasakan luasnya suatu lansekap dengan
bergerak melaluinya. Dalam suatu perancangan suatu ruang,
komposisi bangunan, titik fokus/point of interest hingga hubungan
antara kepadatan dan keterbukaan menentukan ekspresi dari suatu
tempat.

Ruang-ruang yang terbentuk dengan identitas yang berbeda akan


mengundang orang-orang untuk betah berlama-lama daripada
hanya sekedar menjadi tempat transit. Tempat atau bangunan yang
menciptakan rasa identitas tersendiri menjadi esensi dari akar budaya
kita sebagai manusia. Identitas pada suatu tempat berperan sebagai
titik referensi, sebuah pondasi yang memantapkan pijakan kita
ditengah dunia global yang akan terus berubah.

Setiap orang mengalami ruang-ruang dengan cara yang berbeda.


Namun pada akhirnya, terlepas dari karakteristik sosial, budaya hingga
pandangan politik yang mempengaruhi persepsi kritis orang-orang,
satu hal yang pasti ialah ruang fisik memberikan kesan sensorik yang
dirasakan setiap individu. Ruangan mempengaruhi cara pengguna
bertindak serta perasaan mereka. Realita inilah yang menjadikan tiap
ruang unik dilihat dari cara masing-masing mengoptialkan potensi
spasialnya dengan memahami kebutuhan pengguna/masyarakat
yang akan diwadahinya. Pada akhirnya, ruang yang dianggap sukses
dibedakan oleh kemampuannya dalam mendapatkan penerimaan
dari orang-orang yang berinteraksi dengannya.

Gambar - Urban Bloom Karya AIM Architecture + URBAN MATTERS


(Sumber : www.archdaily.com)

2.4 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


38
BERPIKIR MERUANG
2.4.2 INTERAKSI ANTARA MANUSIA DENGAN MANUSIA 2.4.4 INTERAKSI BANGUNAN DENGAN RUANG LUAR

Interaksi menjadi suatu ukuran keberhasilan dalam pembentukan Hubungan serta interaksi antara bangunan dengan ruang luar
komunitas dalam gedung. Interaksi dapat terjadi dalam bentuk diperoleh melalui pengolahan bentuk massa bangunan,
saling sapa, mengobrol bersama hingga melakukan aktivitas orientasinya dan dimensinya. Bangunan dapat dirancang
bersama. Terciptanya sebuah komunitas biasa dilandasi oleh dengan elemen-elemen yang menghubungkannya dengan
kesamaan point of interest, lingkungan tempat tinggal, pola pikir, lingkungan luar. Contoh yang umum adalah dengan
kepentingan, kondisi perekonomian bahkan hingga kepercayaan memperbanyak elemen transparan/kaca pada bangunan
serta kubu politik. untuk merepresentasikan bangunan dengan aktivitas sekitar
lingkungan luarnya.
Berbagai persamaan subjektif yang dimiliki tiap individu mampu
membawa mereka bersama. Dalam dunia arsitektur, dari seluruh Contoh lain yang mungkin diterapkan adalah dengan
kondisi diatas aspek ruang-lah yang dapat ditekankan tingkat menyediakan elemen fisik bangunan yang mampu
keeefektifannya dalam membentuk sebuah komunitas. Ruangan menghubung gedung secara keseluruhan dengan lingkungan
sebagai wadah terjadinya aktivitas wajib bersifat cukup “terbuka” disekitarnya. Contoh adalah dengan merancang bentuk
namun tetap nyaman serta kondusif untuk memungkinkan terjadinya gubahan massa bangunan yang merespons kondisi lingkungan
interaksi antar individu. setempat atau bahkan aktivitas komunitas disekitarnya.
Bangunan dapat dirancang untuk lebih mengintegrasikan
2.4.3 INTERAKSI MANUSIA DENGAN BANGUNAN elemen dari lingkungan luar untuk meningkatkan nilai
keberadaannya terhadap lingkungan tetangganya, sekaligus
Hubungan antara manusia dengan bentuk dan ruangan didapatkan meningkatkan kualitas aktivitas yang berlangsung didalamnya.
melalui pengalaman meruang yang mereka alami. Pengalaman
meruang merangsang berbagai indra manusia dari aspek visual, fisik 2.4.5 INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN DILUARNYA
hingga psikologi, pengalaman ini bisa didapatkan dengan emainkan
elemen yang ada pada objek arsitektural. Misalnya dengan Konseks antara manusia dengan lingkungan luar dapat
memainkan dimensi ukuran sebuah ruang, memainkan hirarki- diperoleh dengan memperbanyak total area terbuka dalam
elevasi antar ruang atau sekedar memainkan repetisi menjadi lingkup site. Area terbuka ini nantinya akan dimaksimalkan
sebuah pola untuk menarik perhatian indra visual manusia. fungsinya menjadi area komunal mengkomodir berbagai
aktivitas serta interaksi sosial. Pengadaannya dapat melingkupi
Bangunan dapat memberikan semacam irama, proporsi serta elemen dalam bangunan hingga elemen pada area lansekap
dimensi pada pengolahan bentuk meruangnya. Integrasi dari yang lebih luas.
permainan meruang disesuaikan dengan sifat, fungsi hingga
ambience suasana yang ingin diberikan pada suatu ruang. Contoh Integrasinya area terbuka dapat dilakukan dengan melakukan
pada ruang komunal, interaksi manusia dalam bangunan dapat manipulasi serta modifikasi pada berbagai elemen bangunan.
dihasilkan dengan bantuan elemen natural. Penyediaan perspektif Permainan repetisi pola serta permainan elevasi dapat
terhadap ruang luar akan mampu memberi suasana meruang yang dilakukan untuk memicu rangsangan visual, meruang serta
unik dan berbeda pada pengguna untuk lebih mendorong mereka psikologi terhadap indera manusi. Selain itu, penambahan
melakukan interaksi. elemen-elemen seperti vegetasi dan air dapat menjadi
penjembatan untuk lebih mempererat hubungan manusia dan
Situasi ini dapat diaplikasikan pada skala yang lebih besar pada bangunan dengan lingkungan alamnya.
bangunan, contohnya pemberian courtyard pada desain gedung.
Selain mampu meningkatkan kualitas pencahayaan alami dalam
bangunan, courtyard memberikan kondisi dimana para pengguna
bangunan dapat melihat satu sama lain serta mengenali lingkungan
mereka dengan lebih baik. Efek psikologis yang diberikan dapat
menyiratkan perasaan aman dan nyaman karena mereka dilinaungi
serta ternaungi oleh sebuah komunitas bersama.

2.4 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


BERPIKIR MERUANG 39
PENINGKATAN KUALITAS INTERAKSI MANUSIA DENGAN RUANG LUAR PEINGKATAN KUALITAS INTERAKSI MANUSIA DENGAN BANGUNAN MELALUI
MELALUI PENATAAN LANSEKAP PEMBENTUKAN GUBAHAN MASSA

Lansekap dapat menjadi solusi dalam upaya mempererat Pengalaman meruang melalui berbagai interaksi antara manusia
pengalaman meruang manusia dengan lingkungan luarnya. Solusi dengan lingkungan luar, bangunan dan tentunya dengan manusia
yang dapat dilakukan diantaranya dengan menambah memerlukan lebih dari satu aspek arsitektural dalam
keanekaragaman elemen alam terhadap lansekap. Eksekusinya penyelesaiannya. Bentuk gubahan dapat memberikan
dapat dengan melakukan kombinasi elemen hardscape seperti pengalaman meruang yang substansial antara manusia dengan
batu-batuan, kerikil hingga paving, elemen softscape yakni elemen bangunan. Pengalaman semacam apa yang ingin ditekankan pada
kortikultura hingga elemen air. Semakin beragamnya elemen alam pengguna kembali lagi pada permasalahan, tema yang diangkat
pada lansekap berarti semakin baik juga kualitas interaksi dan yang terpenting - temuan sepanjang proses kajian.
manusia dengan ‘ekosistem’ buatan ini.

Penataan elemen diatas dapat mengambil acuan dari aspek


potensi pada tapak hingga kondisi iklim setempat. Perletakan
kolam sebagai upaya menciptakan iklim mikro pada kompleks
bangunan dapat didasarkan pada data windrose setempat. Sisi
barat-selatan yang berbatasan dengan kawasan perumahan
dapat memanfaatkan elemen softscape dan hardscape untuk
menciptakan suatu area taman publik sebagai upaya
mengintegrasikan aspek sosial kedalam kompleks bangunan
apartemen,

Dalam skala luas, gubahan massa dapat merepresentasikan


‘siapa’ dan aktivitas apa yang akan diwadahi didalamnya.
Dengan nilai sosial yang ditekankan pada perancangan, massa
bangunan mungkin dapat direpresentasikan dengan menarik
dan menonjol agar memilki kesan ‘stand out’ dan ‘inviting’. Bentuk
massa dapat dirancang menyesuaikan kondisi serta potensi pada
setiap orientasi pada tapak. Lalu massa dapat dimodifikasi untuk
menciptakan ruang gerak bagi pengguna yang akan
diwadahinya.

TATA RUANG DAN SIRKULASI


Organisasi serta zonasi antar ruang dapat menerjemahkan tujuan
yang dikandung oleh tema perancangan. Dengan tema
apartemen sosial menggunakan pendekatan hybrid yang diangkat,
konsep tata ruang yang terkandung harus memberi pengalaman
meruang dalam lingkup sosial yang tidak ditemukan pada
tipologi bangunan apartemen pada umumnya.

Pengalaman meruang antara penghuni misalnya dapat


dilakukan melalui penyediaan ruang publik yang terintegrasi
dengan sistem sirkulasi horizontal yang mengkoneksikan unit-unit
hunian. Penyediaan ruang publik komunal dapat diintegrasikan
dengan aspek arsitektur lain misalnya dengan perancangan bentuk
gubahan. Pembentukan gubahan massa dapat
mempertimbangkan penyediaan ruang publik dalam prosesnya.

2.4 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


40
KESIMPULAN : SPATIAL EXPERIENCE RUANG PUBLIK
Unifikasi yang harmonis antara bentuk massa bangunan dengan
penataan ruang (khususnya publik) yang diwadahinya akan
meningkatkan kualitas pengalaman meruang pengguna bangunan
sekaligus mewujudkan mimpi perancangan apartemen sosial
dengan metode hybrid yang diangkat.

PENINGKATAN KUALITAS INTERAKSI MANUSIA DENGAN MANUSIA MELALUI


PENATAAN SIRKULASI

Penataan sirkulasi dalam kompleks apartemen mampu mempengaruhi


kualitas hubungan manusia dengan bangunan. Dengan tema
perancangan apartemen ‘sosial’ yang diangkat, penataan sirkulasi
layaknya tipologi apartemen pada umumnya tidak akan mampu
menyelesaikan permasalahan perancangan.

Sistem sirkulasi horizontal pada lantai hunian apartemen juga dapat


dirancang terbuka untuk memberikan view terhadap lingkungan
luar dengan optimal, meningkatkan kualitas aspek visual antar
penghuninya.

Sementara untuk menumbuhkan hubungan antara pengguna


bangunan, lebar area sirkulasi dapat dimaksimalkan untuk
memberikan wadah interaksi juga aktivitas sosial. Sirkulasi tidak harus
menjadi koridor kaku yang sekedar menjadi ruang transisi menuju unit
hunian namun sekaligus dapat berperan sebagai generator sosial
pada masing-masing lantai.

2.4 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


KESIMPULAN : SPATIAL EXPERIENCE RUANG PUBLIK 41
Penanganan Urban Heat Island Menggunakan Upaya Tepat
Guna Lahan (ASD), Efisiensi Energi (EEC)

Urban Heat Island telah menjadi masalah yang umum di kawasan Berbagai fenomena kebencanaan tersebut tidak pernah terlepas jauh
perkotaan. Kondisinya mempengaruhi ekosistem serta pola hidup dari aktivitas peradaban manusia tahun ke tahun sejak masa revolusi
masyarakat yang tinggal dalam lingkup kawasannya. Campur industri. Aktivitas manusia mulai dari transportasi perjalanan, kegiatan
tangan aktivitas manusia mulai dari gencarnya laju pembangunan industri, penggundulan hutan, penggunaan energi serta sumber daya
infrastruktur dan bangunan-bangunan baru hingga tinggginya berlebih, besarnya angka produksi ternak hingga perilaku konsumtif
mobilitas masyarakat kota memainkan peran vital dalam perubahan masyarakat saling mengambil peran dalam perubahan dalam
skala luas ini. Objek buatan manusia seperti jalan, trotoar serta lingkungan yang lebih besar. Tiap aktivitas diatas berhubungan erat
bangunan gedung bersifat memantulkan panas lebiih efektif dengan pola hidup kita sebagai spesies, sebagian telah diteliti dan
dibanding softscape vegetasi. Lebih dari 80% luas permukaan diketahui pasti langkah penanganannya. GBCI memberikan banyak
kawasan perkotaan digunakan untuk bangunan serta area solusi integrasi permasalahan ini kedalam berbagai tipologi bangunan
penunjang aktivitas manusia. Kawasan kota pada dasarnya gedung kita.
mereplikasi fungsi sebuah microwave dengan memerangkap panas
yang diterima dari matahari menjadi sebuah lingkup kawasan.

Radiasi panas matahari yang diterima permukaan disalurkan dari


gedung ke gedung serta dari jalanan beraspal hingga area tanah
yang sepenuhnya tertutupi beton ke udara. Pada akhirnya, radiasi ini
umumnya akan melarikan diri ke luar angkasa, namun angka polusi
udara yang relatif tinggi terutama pada kawasan kota secara efektif
memperparah efek dari kondisi ini. Gas polutan manusia seperti
karbon dioksida (Co2), Nitro Oksida (Nox), Sulfur Oksida (Sox), Metana
(CH4), Chloroflurocarbon (CFC), Hydrofluorocarbon (HFC) serta gas
rumah kaca lainnya berkumpul di atmosfer, tingginya kadar gas
rumah kaca ini kemudian menyerap sinar matahari dan radiasi
matahari yang memantul dari permukaan bumi. Radiasi tersebut
terkonsentrasi pada lapisan atmosfir selama berpuluh-puluh tahun
perlahan-lahan turut mengambil andil pada perubahan skala besar
yang secara langsung terhubung dengan fenomena urban heat
island, perubahan iklim.

World Meteorogical Organization memaparkan bahwa sejak awal


masa revolusi industri, telah terjadi peningkatan suhu rata-rata global
sebesar 1,5 derajat celsius.Di Indonesia sendiri, telah terjadi
peningkatan suhu rata-rata sebesar 0,58 derajat celcius pada 2019
sendiri, angka yang terpanas sejak rentang kenaikan suhu tahun 1981
hingga 2010 tertingga hanya dari tahun 2016. Berbagai respon dari
alam sebagai akibat meningkatnya suhu permukaan bumi seperti
badai yang semakin tidak dapat diprediksi, kekeringan, banjir
bandang, semakin parahnya pencairan es di kutub utara dan
selatan bumi, kenaikan permukaan air laut hingga angka kebakaran
hutan semakin meningkat intensitasnya satu dekade terakhir saja.

2.5 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


42
URBAN HEAT ISLAND & SOLUSI GBCI
Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC)

Efisiensi penggunaan energi dalam bangunan menjadi poin penting Desain gedung harus dapat mengurangi panas yang masuk namun
dalam perancangan desain bangunan hijau. Energi listriyang tetap memberikan pencahayaan alami dengan optimal. Perhitungan
digunakan oleh sistem penghawaan, pencahayaan serta elevator OTTV (Overall Thermal Transfer Value) memperhitungkan proporsi selimut
menjadi salah satu dari sekian konsumsi energi dalam bangunan bangunan berdasarkan luas, orientasi, kemampuan konduksi hingga
yang mengambil bagian paling besar. Konsumsi energi yang tidak tingkat penyerapan radiasi panas. Metode ini memberikan arsitek
efisien tidak hanya akan berdampak kepada pemborosan biaya batasan serta guideline dalam merancang bangunan dengan tampak
operasional bangunan, pengoperasian sistem dalam bangunan berestetik serta mampu secara optimal memanfaatkan sinar matahari.
yang tidak efisien akan berhubungan langsung dengan fenomena metode dalam EEC 2 akan mampu mengurangi ketergantungan
perubahan iklim dan pemanasan global. Perlu diketahui bahwa bangunan terhadap penggunaan sistem penerangan dan pendinginan
pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan bahan bakar buatan, mengurangi penggunaan energi serta mengurangi emisi
minyak atau batu bara yang melepaskan emisi karbon dioksida karbon oleh bangunan.
dengan jumlah yang tidak sedikit ke atmosfir, menimbulkan efek
rumah kaca dalam prosesnya. EEC 2 - Pencahayaan Alami
Total minimal 30% dari ruang aktif ditekankan mendapat pencahayaan
Perlu diintegrasikannya praktik-praktik serta inovasi baru untuk alami dengan intensitas sebesar 300 lux. Sinar matahari dapat
meningkatkan efisiensi dalam konsumsi energi bangunan, baik sejak dimanfaatkan dengan memanfaatkan penempatan bukaan kaca
tahap perancangan hingga operasional. Sebagai contoh, pada yang diintegrasikan dengan orientasi arah massa serta bentuk fasad
tahap perencanaan dapat difokuskan kepada penggunaan bangunan. Pemilihan jenis kaca yang mampu menahan radiasi
teknologi dengan efisiensi energi yang tinggi sedangkan pada tahap matahari ditekankan sebab cahaya matahari yang masuk berpotensi
operasional, dapat dilakukan prosedur standar pemantauan dan meningkatkan suhu dalam ruangan dan menambah beban energi
pencatatan konsumsi listrik hingga sosialisasi untuk mengurangi yang diperlukan untuk penghawaan buatan.
penggunaan peralatan listrik yang berlebih seperti AC atau lampu
pada siang hari. EEC 3 - Ventilasi
Solusi EEC 3 adalah bagaimana mengurangi beban penghawaan
EEC Prasyarat 2 - Perhitungan OTTV buatan dengan mengurangi area yang memerlukan pengkondisian
Aspek dalam EEC 2 ini bertujuan agar perancangan bangunan udara khusus. Ruangan-ruangan seperti tangga, koridor, lobi lift hingga
mampu merespons kondisi iklim serta lokasi setempat. Langkah ini ruang WC dapat ditiadakan penggunaan AC-nya. Selanjutnya,
diambil agar pengelolaan gedung kelak mampu memanfaatkan perletakan ventilasi harus diatur secara strategis untuk memberi kualitas
sumber daya dengan lebih efisien sesuai kebutuhan. penghawaan alami yang optimal.

Solusi yang diambil pada EEC prasyarat 2 ini adalah dengan


menggunakan desain pasif dalam membangun bangunan. Desain
pasif memanfaatkan sumber daya alam secara langsung tanpa
perlu menggunakan peralatan mekanik atau elektrik. Pemanfaatan
‘selimut’ kulit bangunan menjadi fokus utama poin EEC 2, ini ditujukan
untuk mencegah berbagai faktor eksternal yang tidak dikehendaki
seperti misal, radiasi sinar uv hingga infra merah berlebih memasuki
bangunan.

2.5 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


URBAN HEAT ISLAND & SOLUSI GBCI 43
SELUBUNG BANGUNAN Perancangan sistem selubung berupa ventilasi serta shading diatas
pada akhirnya harus dibultikan efektifitasnya dalam menangkal
VENTILASI BESAR DENGAN SHADING MEMADAI radiasi matahari melalui perhitungan worksheet OTTV. Perancangan
Perancangan selubung bangunan yang memungkinkan selubung bangunan akan dianggap memenuhi apabila mencapai
masuknya sinar matahari dalam intensitas yang memadai untuk angka overall thermal transfer value dibawah 45 watt per meter
menerangi satu ruangan sesuai standar. Perletakan ventilasi yang perseginya.
lebar pada masing-masing unit apartemen selain berperan dala
meningkatkan kualitas pencahayaan alami dalam ruang juga GUBAHAN MASSA
berfungsi sebagai ventilasi untuk penyediaan penghawaan alami.
COURTYARD PADA MASSA BANGUNAN SEBAGAI UPAYA ‘MERINGANKAN’
BENTUK GUBAHAN
Perancangan bentuk gubahan yang memungkinkan penetrasi oleh
pencahayaan serta penghawaan alami. Berdasarkan pertimbangan
jenis gubahan apartemen serta building codes setempat
sebelumnya, gubahan tidak dapat mengambil bentuk tower dan
harus mengambil alternatif gubahan dengan tipe slab. Bentuk
gubahan dengan tipe ini dikandung sebagai massa yang tebal serta
tidak ramping. Tipe gubahan ini juga terkesan sulit untuk dipenetrasi
faktor eksternal seperti sinar matahari serta penghawaan alami.

SHADING
Ukuran bukaan yang lebar harus disertai dengan penyediaan
sistem shading yang memadai pada tiap orientasi gubahan
massa. Perancangan shading device ditekankan pada
penggunaan sistem single blade horizontal mengingat
perancangan sirkulasi apartemen yang nantinya akan menghasilkan
banyak area balkon dan selasar kantilever terbuka.

Ukuran bentang kantilever sendiri akan menyesuaikan beberapa


aspek. Arah orientasi sisi gubahan massa terhadap mata angin
menjadi salah satu pertimbangan agar radiasi matahari pada jam-
jam kritis tidak mampu memasuki ruang dalam. Pertimbangan
lainnya secara meruang terkait penyediaan bentang selasar serta Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan ‘meringankan’ bentuk
balkon yang sesuai acuan standar ruang. gubahan slab ini. Penambahan courtyard atau innercourt ditengah
gubahan telah terbukti mampu memaksimalkan kualitas
pencahayaan hingga penghawaan alami pada gubahan tipe slab.
Bentuk serta ukuran courtyard dapat menyesuaikan bentuk tapak serta
kebutuhan ruang yang diperlukan dalam perancangan. Courtyard
selain mengatasi issue diatas juga dapat dimanfaatkan sebagai
ruang ‘terbuka’ publik dalam bangunan yang akan turut berperan
menyelesaikan issue sosial lain yang diangkat proposal
perancangan.

GUBAHAN KANTILEVER
Selain penambahan courtyard, eksplorasi terhadap tektonika
permukaan bangunan dapat berperan sebagai solusi perhitungan OTTV
disamping. Penggunaan struktur kantilever selain mampu memberi
irama terhadap bentuk gubahan juga dapat dimanfaatkan sebagai
shading bagi lantai dibawahnya.

2.5 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


44
KESIMPULAN : PENYELESAIAN UHI
2.6.1 PENGERTIAN HYBRID

Konsep hybrid secara etimologis merupakan penggabungan dari


dua atau lebih elemen yang berbeda (saling berlawanan) dalam
kasus ini, dunia arsitektural.

Kisho Kurokawa mengungkakan, hybrid memiliki arti menggabungkan


atau mencampurkan unsur-unsur terbaik dari cabang pemikiran atau
budaya yang berbeda. Unsurbyang digabungkan dapat bersifat
diakronik atau melintasi waktu (budaya masa lalu dengan masa
sekarang) atau sinkronik (dari masa yang sama). Hybrid dimata
Kurokawa berarti penggunaan banyak referensi yang tidak terbatas
budaya, tradisi atau sejarah.

Charles Jenks berendapat bahwa hybrid adalah sebuah metode


yang digunakan untuk menemukan sebuah keluaran baru dengan
menggunakan pola-pola serta tradisi yang telah ada (sejarah), Pola-
pola lama ini digabungkan menggunakan pendekatan serta teknik
yang berbeda dari sebelumnya, tentu saja dengan tetap menarik
benang merah dari sejarah.

Hybrid architecture adalah salah satu metode perancangan yang


berfokus pada adaptasi dua atau lebih elemen/aspek desain yang
telah ada sebelumnya kemudian menyilangkannya untuk
mendapatkan keluaran produk baru dengan nilai novelty tersendiri.
Mulai giat dikembangkan pada masa postmodern, prinsip dasar dari
hybrid architecture adalah dengan mencampurkan,
menggabungkan serta mengkombinasikan dua atau lebih elemen
arsitektur yang berbeda untuk menciptakan kemungkinan alternatif
penyelesaian baru dalam proses desain.

Arti dara kata hybrid meliputi berbagai metode seperti persilangan,


percampuran serta penggabungan. Persilangan dalam hybrid
dimaknai dengan dekonstruksi antara dua atau lebih elemen/unsur
yang saling bertentangan. Persilangan memberikan beberapa
alternatif kemungkinan keluaran desain, masing-masing fungsi saling
direkosiliasi dengan memopertimbangkan aspek dominan serta
keunggulannya. Metode ini kerap disebut sebagai
crossprogramming. Percampuran pada sisi lain juga merupakan
penyatuan dari dua atau lebih unsur yang berbeda, hal yang
membedakan dari persilangan adalah masing-masing fungsi saling
mempengaruhi atau dalam kata lain, tidak ada fungsi yang
mendominasi.

Gambar - VIA 57 West


(Sumber : https://archello.com)

2.6 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


HYBRID ARCHITECTURE 45
Hybrid berperan layaknya ‘diplomat’ antara dua atau lebih elemen
desain, metode ini dapat disebut dengan dissprograming. Terakhir
adalah penggabungan, dimana hybrid dalam metode ini berfungsi
untuk melebur masing-masing unsur menjadi satu.

Jika anda pernah mendengar istilah mix use building, mungkin anda
akan menyadari terdapat beberapa konsep serupa yang dapat
ditemukan dalam bangunan hybrid. Persamaan tersebut terletak
pada bagian “menggabungkan beberapa program” dalam satu
bangunan. Meskipun begitu terdapat perbedaan substansial yang
memisahkan kedua tipe bangunan ini yakni bagaimana penataan
ideal ruang-ruang dalam bangunan tersebut serta pertimbangan
terhadap interaksi pengguna.

Gambar 1.13 CoppenHill Energy Plant & Recreation Center


(Sumber : https://structureanddesignzim.com)

Arsitek Josepf Fenton berasumsi perbedaan utama antara hybrid


building dengan mixed-use building adalah bagaimana program-
program dalam bangunan hybrid saling terkoneksi satu dengan yang
lain sekaligus memiliki penekanan/intensitas yang merata.

Holl dalam bukunya Hybrids ll berpendapat bahwa dalam bangunan


mixed-use, keterikatan antar elemen tidak terjadi. Tidak ada aktivitas
yang saling bersilangan atau ‘dicangkokkan’. Percampuran atau
hubungan antar fungsi yang ada dalam bangunan mixed-use tidak
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas interaksi atau pertukaran
sosial antar individu. Disisi lain, hybrid bergantung dengan bagaimana
organisasi bermacam elemen arsitektur secara keseluruhan dalam
bangunan. Hybrid dapat mengatur ulang interaksi hingga dimensi
sosial dalam bangunan.

“Bangunan hybrid mampu mewadahi keintiman kehidupan pribadi


sekaligus keramahan kehidupan sosial-publik dibawah naungan atap
yang sama. Keberlangsungan dua value yang berbeda tersebut
menciptakan aktivitas yang konstan, menjadikannya sebuah
bangunan yang bekerja penuh waktu. Ini bukan tentang pengaturan
disiplin dalam bangunan tetapi pemusatan kepentingan, tidak
berdasarkan tradisi namun lebih kepada masa depan serta
Gambar - VIA 57 West
kelangsungan hidup yang bergantung pada persetujuan umum”.
(Sumber : https://greenroofs.com)
(This is Hybrid, Holl Steven)

2.6 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


46
HYBRID ARCHITECTURE
2.6.2 METODE HYBRID

Metode hybrid dilakukan dengan melalui langkah-langkah yaitu


quotation, manipulasi serta unifikasi. Hibrid dilakukan dengan
memperhatikan bagian-bagian unsur fundamental sebelum
mengintegrasikannya menjadi suatu kesatuan utuh yang lebih besar.

Eklektik atau quotation


Quotation berarti menyelidiki serta memilih unsur, bentuk hingga gaya
arsitektur yang telah ada mana yang memiliki nilai keunggulan untuk
diterapkan kembali. Quotation dapat juga diartikan dengan
mencuplik elemen atau unsur sebuah karya arsitektur yang memang
sudah ada. Arsitektur tradisi atau masa lalu mengandung nilai norma,
makna serta kode yang berkembang dari dalam masyarakat. Makna
yang telah ada tersebut telah diakui, dipahami serta diterima
masyarakat, hal ini yang akan dijadikan titik berangkat referensi
perancangan hybrid.

Manipulasi atau Modifikasi


Bagian-bagian dari karya arsitektur yang telah dicuplik sebelumnya
kemudian akan dimanipulasi untuk menghasilkan bentuk yang baru.
Terdapat banyak teknik manipulasi diantaranya :
Ÿ Pengurangan atau Reduksi, adalah penyederhanaan bagian-
bagian dari sebuah bentuk yang kurang diprioritaskan
Ÿ Distorsi Bentuk, adalah proses pengubahan sebuah geometri dari
bentuk awalnya dengan melakukan rotasi, penekukan, dilatasi dsb.
Ÿ Disorientasi, adalah perubahan orientasi suatu tatanan elemen
Ÿ
Ÿ Dislokasi, adalah perubahan penempatan elemen berdasarkan
preferensi awa yang ada
Ÿ Repetisi atau Pengulangan, dilakukan dengan melakukan
pengulangan terhadap elemen yang telah dicuplik, tentu saja
dengan memberikan hasil yang berbeda dibanding model awal
referensi
Ÿ Disporsisi, dilakukan dengan melakukan pengubahan terhadap
kuantitas/ukuran relatif terhadap referensi awal

Kombinasi atau Unifikasi


Secara garis besar adalah penyatuan atau penggabungan unsur dari
tiap elemen yang telah dimodifikasi sebelumnya. Implementasinya
terhadap desain dilakukan dengan mempertimbangkan arah
perancangan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.6 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


HYBRID ARCHITECTURE 47
KOMBINASI & UNIFIKASI UNIFIKASI PENATAAN RUANG DENGAN SISTEM SIRKULASI PUBLIK PADA SKALA
MAKRO
Hybrid dalam artian bagaimana memasukkan elemen sosial yang
cenderung ‘asing’ terhadap tipologi bangunan apartemen. Penataan ruang pada tipologi bangunan apartemen dikenal akan
Berdasarkan kajian terhadap aspek tema perancangan yang telah penekanannya pada efisiensi penggunaan lahan serta kualitas privasi
dilakukan, ditemukan bahwa strategi untuk memasukkan aspek sosial penggunanya. Sistem sirkulasi dengan koridor panjang dan sempit yang
secara garis besar meliputi penyediaan sirkulasi publik pada skala menghubungkan saft elevator dengan unit-unit hunian sekedar berfungsi
makro bangunan. sebagai ruang transisi tanpa adanya interaksi bahkan kehidupan yang
berarti. Namun sistem sirkulasi yang memisahkan individu dapat
Banyak contoh dari penataan ruang publik yang bersifat lokal di sekaligus berperan dalam mendekatkan individu.
Indonesia, namun perancangan ruang publik dalam ruang lingkup 3
dimensi terlebih pada bangunan apartemen memerlukan strategi Melihat dari kawasan suburban pada umumnya, elemen visual antar
pemecahan masalah yang berbeda, individu merupakan faktor yang kadang terlupakan pada tipologi
apartemen modern. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, gubahan
UNIFIKASI GUBAHAN DENGAN SISTEM SIRKULASI PUBLIK PADA SKALA yang dipastikan berupa slab serta penambahan area courtyard dalam
MAKRO kompleks bangunan apartemen akan setidaknya mempermudah
implementasi elemen visual tersebut. Penataan serta perancangann
Strategi yang dapat dilakukan ialah dengan mengintegrasikan sirkulasi dapat dimanipulasi sedemikian rupa agar mampu
proses penyediaan area yang kelak akan mewadahi ruang publik mengoptimalkan kualitas view antara penghuni bangunan.
dalam proses perancangan gubahan massa. Manipulasi dan Penataan ruang dapat dirancang seolah bangunan apartemen adalah
unifikasi metode hybrid ditekankan aplikasinya pada implementasi komunitas urban dalam ruang 3 dimensi. Sistem penataan ruang
ruang publik berskala makro serta bagaimana bentuk gubahan dengan sirkulasi ‘terbuka’ tiap lantai ini nantinya dapat diintegrasikan
massa beradaptasi terhadapnya. terhadap skema jalur publik yang mengitari massa bangunan
apartemen.

Alur pengguna, kualitas view, aksebilitas hingga letaknya terhadap unit Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah memasukkan elemen
hunian--setiap manipulasi pada bentuk gubahan massa dilakukan sosial semacam jalur publik dalam skala makro jelas akan menimbulkan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor substansial yang umum konflik dengan tujuan umum pembangunan apartemen - memberikan
ditemukan dalam suatu ruang publik. Kriteria-kriteria ini akan kualitas kenyamanan serta privasi yang layak bagi penghuni apartemen.
mengambil peran penting dalam perancangan bentuk massa
disamping faktor-faktor pada umumnya seperti kondisi iklim Keberhasilan metode hybrid dapat ditentukan dengan melihat
setempat. efektifitas alur ruang publik dengan tetap menyediakan faktor
privasi terhadap penghuni apartemen.

2.6 KAJIAN AWAL TEMA PERANCANGAN


48
KESIMPULAN : METODE PERANCANGAN HYBRID
THE 8 HOUSE

Gambar 1.15 The 8 House


Tidak seperti kompleks perumahan pada umumnya, The 8
(Sumber : Archdaily.com)
House menumpuk seluruh fungsi bangunannya dari area
SPESIFIKASI UMUM BANGUNAN komersil serta perkantoran dengan luas mencapai 10.000 meter
persegi yang dicampur dengan fungsi perumahan. Penataan
TIPOLOGI BANGUNAN : Perumahan bersama, apartemen komposisi tersebut menghasilkan suatu lingkungan tiga
TANGGAL PEMBANGUNAN : 2006 - 2010 dimensional dimana cara hidup pedesaan - rumah individual
LOKASI KOTA : Copenhagen dengan taman - dikombinasikan dengan keberanekaragaman
NEGARA : Denmark penggunaan lahan yang umum ditemukan pada kota besar,
dimana pekerjaan, ritel dan perumahan terletak
berdampingan.

The 8 House terletak pada sisi selatan Ørestad, tepat disebelah kanal Untuk memaksimalkan masing-masing fungsi serta memastikan
Copenhagen dengan panorama luas terhadap area terbuka hijau area apartemen memiliki pemandangan serta pencahayaan
pada daerah Kalvebod Fælled. Bangunan dengan luasan total alami yang terbaik, fungsi apartemen diletakkan ditingkat atas
60.000 meter persegi ini merupakan salah satu proyek privat terbesar sementara area ritel serta kantor pada elevasi yang lebih
di Denmark, termasuk perumahan serta area perkantoran untuk rendah. Sebagai hasilnya, tiap tingkatan mencapai kualitas
perdagangan dan perekonomian kota. mereka masing-masing, privasi pada apartemen menjadi
terjamin sementara area kantor menyatu dengan lingkup
kehidupan komunitasnya dengan akses langsung dari jalan.

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


HYBRID APARTMENT : THE 8 HOUSE 49
Gambar 1.15.1 The 8 House
HYBRID DESIGN (Sumber : Flickr.com)

THE 8 HOUSE
Kompleks apartemen dilayout layaknya sebuah perkampungan
urban. Alih alih menggunakan penataan blok secara tradisional,
bangunan ini enumuk seluruh komposisi lingkungan urban k menjadi
tipologi bangunan tiap lantainya. Tiap layer tipologi ini kemudian
dihubungkan oleh jalur pesepeda serta pejalan khaki yang bersifat
menerus hingga lantai paling atas (lsantai 10). Kondisi ini menciptakan
lingkungan perkampungan tiga dimensi dimana energi perkotaan,
perumahan urban dan lingkungan hidup secara berdampingan.
Penataan massa unit hunian apartemen dirancang dengan
menempatkan innercourt sebagai langkah awalnya. Keberadaan
innercourt selain mempertimbangkan kualitas view, pencahayaan
atau penghawaan alami, juga memperkuat ikatan komunitas antar
penghuni melalui kontak visual.

RUANG PUBLIK TIGA DIMENSI

Kompleks apartemen ini menciptakan dua halaman interior yang


dipisahkan oleh pusat persilangan yang menampung 500 meter
persegi fasilitas publik bagi seluruh penghuni. Pada lantai yang sama,
bangunan ini ditembus oleh lorong gang selebar 9 meter yang
memungkinkan para penghuni dengan mudah berpindah dari
kawasan taman di tepian barat menuju ke kanal-kanal buatan di sisi
timur. Jalur umum berkeanjutan ini membentang dari level tanah ke
penthose dan bahkan memungkinkan orang-orang bersepeda dari
lantai dasar ke atas. Untuk membagi fungsi bangunan yang berbeda -
hunian dan bisnis- menjadi blok-blok yang terpisah, berbagai fungsi
dalam bangunan disebar secara horizontal.

BANGUNAN HIJAU

Atap hijau berkontur dengan luas 1.700 meter persegi ditempatkan


secara strategis untuk mengurangi dampak urban heat island
sekaligus memberikan identitas visual pada bangunan serta
memperkuat ikatannya dengan lahan ertanian yang letaknya
berdekatan ke arah selatan.

The 8 House lebih mirip lingkup komunitas tiga dimensi dibandingkan


sebuah objek arsitektur. Sebuah gang dengan 150 rumah perak
membentang sepanjang blok dan berkelok-kelok dari level
permukaan tanah, ke atas lalu turun kebawah lagi. Dimana
kehidupan sosial, pertemuan secara spontan serta interaksi antar
tetanggan pada umumnya sangat terbatas dari ground floor, 8 House
memungkinkan interaksi ini untuk berkembang hingga ke puncaknya,
-Bjarke Ingels

Gambar - Sisi selatan The 8 House yang menyingkap view kawasan persawahan
(Sumber : https://arquitecturaviva.com/)

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


50
HYBRID APARTMENT : THE 8 HOUSE
GALERI

Sebuah landmark dilihat dari bentuk eksentriknya, the 8 house


menciptakan wadah terciptanya interaksi antara beragam individu.
Sirkulasi utama yang mengelilingi bangunan ini dari lantai satu -
menuju penthouse dan kembali lagi - mengkoneksikan beragam
fungsi ruangan yang dilaluinya serta mengikat para penghuninya
menjadi sebuah komunitas.

Bentuk gubahan yang unik berbentuk angka 8 merupakan respons


kondisi iklim lokasi serta kondisi lingkungan disekelilingnya. Dengan
memanfaatkan tantangan sebagai peluang, BIG architect mampu
menciptakan karakteristik tersendiri untuk setiap proyek mereka tidak
terkecuali bangunan ini.

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


HYBRID APARTMENT : THE 8 HOUSE 51
BENTUK GUBAHAN YANG MENGOPTIMALKAN POTENSI TAPAK SERTA KONDISI
IKLIMNYA

Gubahan massa yang ditata mengelilingi courtyard/innercourt


mampu memasukkan aspek view, pencahayaan hingga
penghawaan alami dengan efektif. Metode penataan gubahan
dengan cara ini mampu menyediakan kualitas pencahayaan serta
penghawaan yang lebih merata terhadap seluruh sisi bangunan
dimana ini tentu sejalan dengan penyelesaian permasalahan yang
diangkat proposal perancangan.

Gubahan yang mengelilingi courtyard juga memiliki makna


ketetanggaan yang lebih kuat. Berbeda dengan massa dengan
bentuk tower, penataan massa semacam ini menambahkan elemen
visual antar penghuni/pengguna bangunan, menanamkan value
yang mendasar mengenai hidup bertetangga dalam satu komunitas.

SISTEM PUBLIC PASSAGE SEPANJANG MASSA BANGUNAN YANG MAMPU


MEWADAHI SEKALIGUS MENDORONG INTERAKSI SERTA MEMPERMUDAH
MOBILITAS PENGHUNI

Bangunan memiliki sistem sirkulasi jalur publik berupa ramp komunal


yang menembus gubahan massa secara 3 dimensi. Ramp komunal ini
memiliki lebar mencapai 4 meter dan mampu dilalui sistem transportasi
seperti sepeda yang merupakan salah satu pilihan moda transportasi
utama masyarakat Denmark. Jalur publik ini memudahkan akses serta
mobilitas pengguna gedung untuk menjelajahi kompleks bangunan
atau sekedar menuju unit hunian mereka.

Strategi yang sama dapat diintegrasikan pada proses perancangan.


Masyarakat Indonesia yang dikenal senang berlama-lama pada ruang
publik yang tertata, modern (dan tentunya nyaman) dapat menjadi
solusi penyelesaian lokal pada situasi ini. Sebuah jaringan sirkulasi
publik yang terintegrasi dengan kantung-kantung ruang publik akan
mampu mengikat para penghuni bangunan dengan lebih erat.
Mempertemukan individu dengan individu yang lain dan mendorong
interaksi. Penyediaan area untuk serta skema sirkulasi berskala
makro(terhadap bangunan) ini harus sudah diimplementasikan sejak
tahap perancangan bentuk gubahan massa.

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


52
LESSON LEARNED : THE 8 HOUSE
DORTHEAVEJ RESIDENCE

Dinamakan Dortheave sesuai alamatnya, bangunan lima lantai


ini melewati area dengan bangunan industri periode 1930-
SPESIFIKASI UMUM BANGUNAN 1950. BIG diminta untuk menciptakan ruang publik yang sangat
dibutuhkan pada area tersebut sekaligus memastikan akses
TIPOLOGI BANGUNAN : Perumahan bersama, apartemen pedestrian tetap terbuka dan area hijau yang terletak
TANGGAL PEMBANGUNAN : 2010 - 2018 berdekatan tidak terganggu oleh pembangunan. Dortheavej
LOKASI KOTA : Copenhagen tersusun layaknya dinding berpori yang tersusun oleh unitnya
NEGARA : Denmark yang ditumpuk, karakteristik pola dengan kombinasi kotak yang
menjadi karakteristiknya didasarkan oleh penggunaan struktur
prefabrikasi dalam pembangunannya.

Dalam inisiatif ‘Homes for All’ tahun 2010 oleh Lejerbo (asosiasi nirlaba Bangunan melengkung dengan elegan pada bagian
yang berjalan dalam penyediaan perumahan terjangkau di tengahnya, menciptakan ruang untuk plaza publik sebagai
Denmark), BIG dipercaya merancang desain bangunan hunian susun akses terhadap akses jalan disisi selatan dan area hijau disisi
seluas 6.800 meter persegi pada lingkungan multikultural sisi barat utara. Modular hunian berepetisi mengikuti lengkungan serta
kota Copenhagen. ditumpuk menyesuaikan ketinggian bangunan disekitarnya.
Pada level permukaan tanah, massa bangunan terbuka untuk
memungkinkan penghuni serta masyarakat umum melintas
dengan nyaman menuju area courtyard.

2.7.2 KAJIAN PRESEDEN


SOCIAL APARTMENT : DORTHEAVEJ RESIDENCE 53
Gambar 1.16.2 Publik space pada kompleks bangunan
MODULAR BUILDING (Sumber : Archdaily.com)

Bangunan tersusun atas unit-unit modular, Modul perumahan ditata


secara berulang sepanjang jalur dan ditumpuk hingga mencapai
ketinggian bangunan disekitarnya. Proses penumpukan ini
menciptakan ruang tambahan bagi tiap unit apartemen untuk
memiliki teras kecil, menyediakan ruang untuk pola hidup yang sehat
dan berkelanjutan.

Pada sisi selatan yang senderung lebih mendapatkan pencahayaan


matahari, balkon ditarik kedalam untuk menambahkan kedalaman
pada fasad sementara fasad pada sisi utara cenderung rata. Papan
kayu yang menutupi fasad di semua sisi menonjolkan modular dan
secara langsung mempertegas pola kotak-kotak yang diciptakan.

PUBLIC COMMUNITY SPACE

Dibangun layaknya ‘dinding berpori’, bangunan ini melengkung


dengan mulus ditengahnya. Dalam prosesnya menciptakan ruang
untuk alun-alun publik yang menghubungkan akses jalan di sisi selatan
dengan ruang terbuka hijau pada sisi utara. Ruang publik ini ditata
dengan menambahkan tempat parkiran sepeda, plaza serta tempat
duduk yang mana penghuni bangunan serta masyarakat sekitar
dapat memanfaatkannya sebagai akses rekreasi. Pada level tanah,
bangunan bersifat terbuka untuk memungkinkan penghuni serta
masyarakat umum untuk menembus bangunan dengan lancar.

Dengan sedikit menyesuaikan unit modular, unit hunian lebih terbuka


ke arah halaman sementara blok linear dibelokkan menjauh dari
jalan untuk memperluas area trotoar menjadi lapangan umum.
Dimana kendala ekonomi kerap meyebabkan kelangkaan(bicara
mengenai affordable housing), di Dortheavej, kami berhasil
menciptakan nilai tambah bagi individu serta komunitas melalui
keterbatasan tersebut.
-Bjarke Ingels

2.7.2 KAJIAN PRESEDEN


54
SOCIAL APARTMENT : DORTHEAVEJ RESIDENCE
GALERI

Ukuran unit apartemen bervariasi dari 60 hingga 115 meter persegi,


material serta finishing yang digunakan sangat sederhana -
penggunaan kayu serta beton - mendominasi sisi luar hingga dalam
bangunan.

Penataan gubahan menghasilkan ruang tambahan untuk setiap unit


apartemen yang dimanfaatkan sebagai teras sederhana. Ini
memberikan lingkungan untuk kualitas hidup yang sehat serta
berkelanjutan.

Pada sisi selatan yang cenderung mendapatkan pencahayaan


matahari, balkon yang ditarik mundur sekaligus memberikan
kedalaman bagi fasad. Sementara pada sisi utara, fasad bangunan
menghadap kearah ruang hijau ‘terkurung’ yang dapat dijadikan
sarana rekreasi penghuni serta masyarakat disekitar bangunan.

2.7.2 KAJIAN PRESEDEN


SOCIAL APARTMENT : DORTHEAVEJ RESIDENCE 55
FASAD BANGUNAN DENGAN SEDIKIT ORNAMENTASI NAMUN MEMENUHI
FUNGSI UTAMANYA

Penampilan selubung bangunan yang sepenuhnya ditentukan dari asek


penataan tata ruang serta unit hunian dalam bangunan. Permainan
pola pada fasad berupa ‘push & pull’ yang mampu menciptakan ruang
ekstra yang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan balkon yang
sekaligus berfungsi sebagai atap ruang dibawahnya.

Meninjau letaknya yang strategis akan potensi view lingkungan


sekitarnya, selubung didominasi oleh jendela-jendela lebar. Bagi
negara dengan 4 musim serta lama pencahayaan matahari yang relatif
singkat dibanding negara dengan iklim tropis, sistem selubung ini
mampu memasukkan sebanyak mungkin pencahayaan alami
kedalam bangunan.

Perancangan dapat mengadaptasi solusi ini dimana selain berfungsi


memasukkan pencahayaan alami, bukaan lebar juga berperan pada
pemenuhan pengalaman meruang manusia dengan lingkungan
luarnya--dalam kata lain kebutuhan akan view. Mengingat Indonesia
adalah negara tropis, perletakan bukaan harus disertai sistem
shading yang baik sekaligus tetap estetis.

GUBAHAN MASSA YANG ADAPTIF BAHKAN MAMPU MENCIPTAKAN KANTUNG-


KANTUNG RUANG PUBLIK

Bentuk gubahan yang ramping lebih baik dalam memasukkan


pencahayaan serta penghawaan alami terhadap ruang dalamnya.
Penataan massa gubahan yang ramping juga dimaksudkan agar
masyarakat dapat dengan mudah ‘menembus’ massa bangunan untuk
mencapai ruang publik disebaliknya. Bentuk gubahan sendiri
dirancang khusus untuk menyediakan ruang publik bagi masyarakat
serta komunitas sekitarnya. Massa gubahan yang menjorok menjauhi
jalan raya memberikan ruang bagi terciptanya ruang publik.

Strategi ini tentu sejalan dengan penyelesaian permasalahan yang


diangkat proposal perancangan. Gagasan bahwa aspek sosial -
komunitas mampu menentukan perancangan bentuk gubahan massa
mampu memberikan keunggulan tersendiri dalam proses
perancangan.

SIRKULASI RUANG PUBLIK YANG TERINTEGRASI PADA LANTAI DASAR

Perancangan yang turut berperan layaknya jalur sirkulasi publik melalui


strategi penyediaan ruang publik. Bagunan berperan layaknya
penjembatan yang menghubungkan kawasan A menuju kawasan B.
Terdapatnya ruang publik pada area ‘penghubung’ jelas akan
meningkatkan nilai sosial dalam kompleks bangunan. Solusi bersifat
substasial karena perancangan apartemen berkehendak untuk
menjaring sebanyak mungkin elemen manusia kedalamnya.

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


56
LESSON LEARNED : DORTHEAVEJ RESIDENCE
VM HOUSE

Massa bangunan V ternaungi oleh atap miring yang naik dari


ketinggian wnam hingga dua belas lantai pada orientasi arah
SPESIFIKASI UMUM BANGUNAN timur ke barat. Sementara bangunan M memiliki atap datar
yang meningkat pada empat titik tertentu dari elevasi sebelas
TIPOLOGI BANGUNAN : Perumahan bersama, apartemen lantai menuju elevasi lima lantai. Pada tiap massa bangunan,
TANGGAL PEMBANGUNAN : 2003 - 2005 terdapat berbagai kemungkinan hunian yang dikembangkan
LOKASI KOTA : Copenhagen untuk beradaptasi dengan kehidupan kontemporer.
NEGARA : Denmark
Sirkulasi pada massa bangunan V diakses melalui gaeri terbuka
Dua kompleks bangunan hunian susun ini terlatak ditangah Ørestad disisi fasad bagian utara pada berbagai elevasi lantai.
dan Nordre channels. Dengan tujuan mendapatkan view dan Sementara sirkulasi pada massa bangunan M terinspirasi oleh
pencahayaan alami yang maksumal, serta menghindari kontak- Unité d’Habitation dari Le Corbusier, namun dengan panjang
hubungan langsung antara kedua bangunan, massa bangunan koridor yang lebih pendek serta penggunaan material dengan
dilipat masing-masing pada satu dan dua titik. Hasilnya adalah nada warna yang leih cerah. Penerangan alami yang diperlukan
sebuah bangunan dengan tapak berbentuk V dan satu lagi dengan terjamin berkat sinar matahari yang dapat masuk melalui panel
tapak berbentuk M alih-alih dua massa bangunan yang parallel satu fluoresen yang ditempatkan untuk membingkai setiap pintu
sama lain. pada posisi vertikal. Ini juga berfungsi sebagai elemen
tambahan bagi komposisi fasad bangunan karena masing-
masing ujung koridor menampilkan warna-warna cerahnya
pada eksterior bangunan.
Gambar 1.17 VM House
(Sumber : Archdaily.com)

2.7.3 KAJIAN PRESEDEN


ADAPTIVE APARTMENT : VM HOUSE 57
ADAPTIVE BUILDING

Apartemen menggunakan tipologi triplex dengan satu koridor yang


melayani tiga lantai hunian. Metode ini memungkinkan pemanfaatan
ruang semaksimal mungkin untuk hunian dengan berkurangnya area
yang dibutuhkan untuk sirkulasi koridor. Masing-masing unit hunian
memiliki ketinggian tiga lantai dengan penempatan ruang yang lebih
merespons fungsi dibanding bangunan apartemen dengan satu
lantai saja.

AFFORDABLE TRIPLEX APARTMENT

Bangunan memiliki 80 tipe unit hunian yang berbeda. Masing masing


beradaptasi mengikuti bentuk dari massa bangunan dan saling ikat
mengikat layaknya susunan puzzle. Tipe apartemen triplex selain
memberikan sistem pembagian ruang yang lebih adaptif juga
meningkatkan kualitas hidup para penghuninya. Kesan tinggal di
bangunan apartemen seakan dihilangkan dengan unit apartemen
yang tidak tipikal dan lebih merespon kehidupan rumah tinggal.

BUILDING MASS

Dari sudut pandang mata burung, bangunan terlihat seperti


berbentuk huruf V dan M. Bentuk ini adalah hasil dari transformasi yang
menjamin view maksimal bagi seluruh unit hunian terhadap
lingkungan disekitar lokasi. Sementara massa bangunan V dibangun
sebagai sebuah “balkon kondominium”, massa bangunan M
merupakan hasil dari adaptasi bangunan Le Corbuizer, Unite
d’Habitation. Namun, dimana desain Le Corbuizer dipenuhi dengan
koridor mati, bentuk zigzag dari bangunan M menjamin seluruh koridor
mendapatkan view serta pencahayaan alami dari kedua arahnya.

Sebagai hasil dari proses zigzag, tingkatan, naikan, turunan, sirkulasi


yang rumit dan apartemen multilevel, VM House memiliki ratusan unit
apartemen dengan bentuk tipe yang berbeda. Dari total keseluruhan
225 unit, terdapat lebih dari 80 tipe yang berbeda. Setiap tipe
apartemen multilevel ini saling ikat mengikat secara kompleks
merespon bentuk fasad massa bangunan, mentransformasikan
eksterior dari VM House ini menjadi semacam permainan ‘tetris’ tiga
dimensi.

2.7.3 KAJIAN PRESEDEN


58
ADAPTIVE APARTMENT : VM HOUSE
GALERI

Bentuk gubahan yang fleksibel merespons berbagai faktor


disekitarnya membawa pengaruh yang signifikan terhadap
penataan unit apartemennya. Terdapat puluhan kombinasi bentuk
unit apartemen masing-masing menyesuaikan perletakannya pada
gubahan.

Tiap unit apartemen memiliki ketinggian tiga lantai(apartemen triplet).


Masing-masing lantai memjliki keunggulan yang berbeda,
menjadikan penataan fungsi ruang dalam unit apartemen lebih
fleksibel dengan kualitas yang optimal.

Lorong sirkulasi dalam bangunan turut dirancang menarik dengan


warna-warni yang beragam serta lebar yang memadai untuk
mewadahi interaksi. Dinding dikanan-kirinya didorong kedalam,
menciptakan ruang untuk lemari penyimpanan penghuni hingga
tempat duduk.

2.7.3 KAJIAN PRESEDEN


ADAPTIVE APARTMENT : VM HOUSE 59
BENTUK GUBAHAN YANG MENGOPTIMALKAN POTENSI TAPAK SERTA KONDISI
IKLIMNYA

Bentuk gubahan massa yang tidak melulu sesuai tipologi apartemen


pada umumnya. Pada VM House, bentuk serta penataan gubahan
yang tidak biasa merupakan hasil respons dari bermacam elemen
tapak untuk menjamin kualitas-kualitas terutama view,
pencahayaan dan penghawaan alami yang merata untuk setiap
orientasi.

Perancangan bentuk gubahan tidak secara dua dimensional saja


namun tiga dimensional(elevasi). Perubahan/manipulasi bentuk pada
elevasi selain dapat memberikan kualitas-kualitas diatas juga mampu
memberi irama pada gubahan yang akan mempengaruhi penampilan
bangunan secara keseluruhan.

TATA RUANG YANG MEMINIMALISIR KORIDOR SERTA RUANG MATI

Jenis, ukuran serta tipe unit apartemen bervariasi menyesuaikan dari


bentuk gubahan massa. Terdapat ratusan tipe unit apartemen pada
bangunan VM house sendiri. Sebagian tersusun dari apartemen tipe satu
lantai, mezanin hingga triplet tiga lantai. Penggunaan koridor dalam
apartemen sangat diminimalisir. Dalam perancangan tata ruang,
satu koridor berperan sebagai jalur sirkulasi tiga lantai bangunan. Idenya
adalah bagaimana memanfaatkan ruang yang tersedia dalam
gubahan massa bangunan secara maksimal.

Koridor juga jauh dari definisi ruang mati yang hanya berfungsi
sebagai area transit. Area sirkulasi dirancang lebar dan penuh
dengan elemen sosial(ex:Koridor diwarnai dengan warna-warna cerah,
dilengkapi bangku yang terintegrasi dengan dinding etc.) yang
memungkinkan terjadinya interaksi antar penghuni dalam apartemen.

PERANCANGAN BALKON YANG MEMPERTIMBANGKAN INTERAKSI

Penataan balkon yang saling bersilang, memungkinkan terjadinya


interaksi antar penghuni pada elevasi lantai yang berbeda--bahkan
jika hanya sebatas interaksi visual. Metode sederhana ini dapat berperan
dalam pemenuhan pengalaman meruang manusia dengan manusia
yang lain.

2.7.1 KAJIAN PRESEDEN


60
LESSON LEARNED : VM HOUSE
Lokasi berada di kawasan Gamping, Sleman Yogyakarta. Terletak pada barat kawasan perkotaan DIY, keputusan ini merespons rencana
ekspansi pembangunan area perkotaan Yogyakarta oleh Gurbernur DIY, Sri Sutan Hamengkubuwono X menyusul pesatnya
pengembangan infrastruktur di DIY. Pemilihan site juga tidak lupa mempertimbangkan aspek topik-permasalahan-tujuan perancangan
untuk memperkuat identitas serta keberhasilan proposal desain. Dengan issue lingkungan urban yang diangkat, perancangan memiliki
tujuan untuk menyampaikan pesan ini dalam bentuk visualisasi desain. Pada situasi ini, proposal berusaha mengatasi permasalahan
seperti : Housing backlog, urban heat island dan climate change, serta permasalahan khusus yang lebih bersifat kualitatif seperti
“bagaimana meningkatkan nilai sosial bangunan apartemen di mata masyarakat.”

Menurut rencana pembangunan jangka panjang pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta 2005-2025, pembangunan di DIY akan
dilakukan tidak hanya dari sektor infrastruktur namun juga mencakup pembangunan ekonomi masyarakat. Ini berkesinambungan
dengan sistem perencanaan pembangunan nasional berupa infrastruktur bandara baru serta pengadaan jalan tol menuju Provinsi DIY
dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu, ditekankan bahwa pembangunan dalam provinsi dilaksanakan berdasarkan kondisi
serta potensi yang dimiliki masing-masing daerah dan menyesuaikan dinamika perkembangan daerah maupun nasional.

Gencarnya pembangunan infrastruktur dalam beberapa


tahun terakhir dan mendatang termasuk Bandara Baru,
pembangunan jalur jalan lintas selatan proyek serta jalan tol
menjanjikan perkembangan sektor-sektor perekonomian baru
yang cuku signifikan. Kondisi ini tentunya akan berujung pada
peningkatan permintaan akan hunian seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Oleh sebab itu, lokasi site
berusaha menempatkan diri ditengah transisi perkembangan
interaksi antar kawasan perkotaan di DIY. Site terletak tepat
pada persimpangan di jalan nasional antar kabupaten Yogya-
Wates.

No.Km. 6, Jl. Wates, Depok, Ambarketawang, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55294
-7.803364515975792, 110.30979968151719

2.8 KAJIAN LOKASI


LOKASI : YOGYAKARTA 61
Terletak relatif dekat dengan kawasan perkotaan Yogyakarta namun
lingkungannya belum sepenuhnya terbangun sepadat kawasan
kota. Lokasi site yang terletak pada salah satu jalan kabupaten
utama mempermudah masyarakat melakukan mobilitas masuk
hingga keluar kota/kabupaten.

Lokasi yang strategis ini memberikan kemudahan akses terhadap


berbagai fasilitas perkotaan tanpa harus menghadapi kondisi
kepadatan wilayah yang sama. Belum terdapatnya bangunan
apartemen di sepanjang jalan memberikan peluang persaingan
pasar yang lebih kondusif serta terjamin. Masyarakat cenderung
memilih hunian perumahan disekitar sini.

Sepanjang Jalan Yogyakarta-Wates dan sekitarnya sendiri, terdapat


tuga hingga lima kawasan perumahan yang telah ada atau
sedang dalam tahap dpengembangn. Kondisi ini menunjukkan
besarnya kecenderungan masyarakat pencari hunian untuk
mencari properti idaman mereka dilingkup kawasan ini.

Ÿ Lokasi site berada pada wilayah strategis yang merupakan Ÿ Kawasan yang merupakan daerah transisi perkotaan tidak
transisi area perkotaan menuju area sub-urban. menyediakan ruang terbuka publik yang cukup. Jarak menuju
Ÿ Site memiliki fungsi lahan pemukiman. fasilitas taman publik sendiri relatif jauh dan harus menempuh
Ÿ Tapak memiliki kualitas view yang baik dengan hamparan area perjalanan ke pusat kota terlebih dahulu.
persawahan di sebelah utaranya. Ÿ Iklim setempat memberikan temperatur yang cukup tinggi
Ÿ Akses menuju dan keluar site mudah, lokasinya juga berada pada siang hari sepanjang tahunnya.
pada pinggir jalan antar kabupaten yang menjadi keunggulan Ÿ Banyaknya kawasan perumahan disekitar lokasi, menunjukkan
tersendiri. besarnya persaingan untuk menarik pemukim agar mereka
Ÿ Fasilitas kota di sekitar site sudah cukup memadai, telah memilih untuk tinggal di apartemen.
terdapat juga moda transportasi publik berupa bis trans jogja. Ÿ Peraturan bangunan yang cukup mengekang untuk standar
Ÿ Belum banyak apartemen di sekitar lokasi site, terdapat potensi tipologi bangunan apartemen
untuk membuka pasar apartemen baru di lokasi.

2.8.1 KAJIAN LOKASI


62
KONTEKS SITE
412 meter

Tapak yang terletak pada persimpangan Jalan Jogja-Wates dan Posisi tapak cukup strategis karena bangunan yang terletak pada
Jalan PS Hewan. Tapak merupakan lahan dengan peruntukan persimpangan jalan cenderung mendapat sorotan yang lebih. Batasan
permukiman sementara penggunaan lahan pada sisi utara Jalan site cukup tegas dengan menjadikan gang eksisting sebagai wujud fisik
Jogja-Wates masih dominan untuk area sawah irigasi. Sisi utara dan batas tersebut. Gang yang telah ada dapat dioptimalkan perannya
timur tapak berbatasan langsung dengan jalan raya sementara sisi dalam lingkungan, penataan lansekap dapat menjadikan area
barat dan selatan tapak berbatasan langsung dengan kawasan yang berbatasan dengan gang tersebut sebagai acuan.
perkampungan.
Contohnya, gang pada sisi barat yang memiliki lebar tidak lebih dari 2
Sisi selatan tapak berbatasan dengan perumahan dan SMA meter dapat diperluas memanfaatkan area tapak. Lansekap pada
Muhammadiyah dan hanya dipisahkan oleh gang selebar 5 meter. orientasi ini dapat ditekankan fungsinya sebagai penjembatan
Sementara batas tapak pada sisi barat bersebelahan langsung aktivitas sosial antara lingkungan luar dengan dalam kompleks
dengan perumahan warga serta masjid yang hanya dipisahkan oleh apartemen. Eksekusinya daoat dengan menempatkan taman publik
gang dengan ukuran tidak lebih dari 1,5 meter. bahkan dengan memberikan area bagi pedagang keliling yang kerap
mangkal di lapangan pada umumnya.

2.8.2 KAJIAN LOKASI


KETETANGGAAN 63
412 meter

>SAWAH & IRIGASI


>SAWAH & IRIGASI
>KOMERSIL >RUMAH MAKAN
>RUMAH MAKAN
>RUMAH MAKAN
>RUMAH MAKAN
>TRANSIT & PUSAT OLEH OLEH
>KOMERSIL >RUMAH MAKAN
>RUMAH MAKAN >KOMERSIL
>KOMERSIL
>KOMERSIL
>SAWAH & IRIGASI
>KOMERSIL
>KOMERSIL

>PERMUKIMAN
>PERMUKIMAN

Lokasi disekitar tapak merupakan daerah transit antar kabupaten Area pada lantai dasar bangunan dapat memanfaatkan potensi ini
sekaligus provinsi. Banyak area-area yang terkonsentrasi menjadi dengan menyediakan beberapa fasilitas yang ada pada kawasan
restoran dan minimarket sepanjang Jalan Jogja-Wates. Sekitar 100 transit tanpa mengganggu fungsi utamanya sebagai apartemen.
meter ke arah timur, terdapat terminal keberangkatan bus efisiensi Lansekap dirancang dengan area parkir luar. Penataan berupa
dan ruko-ruko yang menjual tiket. Disebelah timurnya, terdapat pusat taman terbuka publik memaksimalkan vegetasi serta elemen
batik, oleh-oleh dan kerajinan Ambarketawang disertai restoran juga perindang lainnya sekaligus area untuk duduk-beristirahat.
stasiun pengisian bahan bakar. Penataan lansekap dapat mempertimbangkan orientasi terhadap
area permukiman agar lebih menyatukan kompleks apartemen
Kawasan sepanjang Jalan PS Hewan relatif hanya digunakan sebagai dengan lingkungannya sekaligus mengaburkan segregasi yang
area pemukiman dan usaha kecil masyarakat. Sebagai kawasan ada. Fasilitas semacam restaurant cepat saji dan foodcourt di lantai
transit, akses terhadap ruang publik yang tertata nyaris nihil dalam dasar dapat dimanfaatkan seluruh kalangan. Sistem franchising dapat
rentang 4 kilometer. Desain dapat mengambil perannya sebagai digunakan untuk memasukkan brand restaurant ternama agar lebih
penjembatan dua zona yang berbeda tersebut dengan mengambil menarik pengunjung sementara pedagang kecil-menengah dari unit
peluang yang ada. warga mengisi area foodcourt. Area komersil semacam retail juga dapat
diintegrasikan disela-sela beragam fasilitas diatas.
2.8.2 KAJIAN LOKASI
64
KETETANGGAAN
COMMUNITY ACCESIBILITY
1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12
1. RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH...................................................950 M Site memiliki keterjangkauan akses terhadap infrastruktur kota. Akses jalan
2. PASAR INDUK GAMPING...................................................................1,5 KM menuju lokasi site merupakan jalan arteri penghubung kabupaten
3. SPBU AMBARKETAWANG....................................................................400 M dengan lebar jalan 14 meter. Kawasan merupakan daerah transit pada
4. AMBARKETAWANG RESTO..................................................................300 M tepian perkotaan sebelum bertransisi menuju kawasan sub-urban dan
5. BALAI DESA AMBARKETAWANG..........................................................800 M
area rural. Karena letaknya yang relatif dekat dengan daerah perkotaan,
6. BANK BRI UNIT GAMPING...................................................................1,1 KM
telah banyak tersedia fasilitas umum sekaligus infrastruktur kota dengan
7. JNE PASEKAN....................................................................................800 M
8. GAMPING SECTOR POLICE................................................................400 M jarak kurang dari 2 kilometer dari lokasi. Jarak ke pusat kota relatif dekat
9. WARUNG SS JALAN WATES..................................................................120M sejauh 5 kilometer yang dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15
10, AYONGE CAFÉ & RESTO..................................................................1,7 KM menit.
11. LAPANGAN SEPAK BOLA BALECATUR..................................................850M
12, BAMBU RUNCING PET SHOP..............................................................500M

2.8.4 KAJIAN LOKASI


AKSEBILITAS 65
PUBLIC TRANSPORTATION
BANDARA INTERNA SIONAL YOGYAKARTA...............35,5 KM
TERMINAL JOMBOR..............................................11,1 KM
STASIUN TUGU YOGYAKARTA....................................7,8 KM
HALTE TRANS JOGJA................................................750 M

Dari sisi moda transportasi, telah terdapat akses kendaraan umum


(bus Trans Jogja) sebagai akses transportasi publik. Akses lokasi
terhadap sektor-sektor transportasi vital di DIY mempertegas
gencarnya pengembangan berbagai kompleks hunian pada
kawasan ini.

Terhadap Bandara Internasional Yogyakarta, lokasi memiliki


keuntungan terhadap akses langsung menuju Kulonprogo selagi
tetap memiliki jarak yang relatif dekat dengan area perkotaan
Yogyakarta. Letak lokasi juga tidak jauh dari jalan lingkar barat yang
menghubungkan berbagai infrastruktur penting disepanjangnya, dari
Terminal Jombor dan Giwangan hingga Bandara Adisutjipto.

Dengan mempertimbangkan rencana pembangunan infrastruktur di


DIY, lokasi site termasuk strategis dari segi keterjangkauan. Letaknya
memungkinkan akses langsung menuju jalan tol yang akan
menghubungkan Provinsi DIY dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa
dengan waktu tempuh yang lebih cepat.

2.8.5 KAJIAN LOKASI


66
AKSEBILITAS
90 METER
15 METER

68 METER 8030 m2 85 METER

100 METER

UKURAN TAPAK

SITUASI
Site terletak tepat pada persimpangan di jalan nasional antar kabupaten Dengan luas lahan seluas 8000 meter persegi, strategi
Yogya-Wates. Lokasi site yang terpilih sebagian besar terdiri dari lahan kosong pemilihan site difokuskan pada tujuan proposal perancangan
di kawasan Gamping, Sleman. Batas-batas site antara lain dalam menyelesaikan permasalahan lokasi serta lingkungan.
Utara : Jalan Yogyakarta-Wates, rumah makan, usaha warga area Ukuran site yang luas diharapkan mampu memberikan kantung-
persawahan
kantung ruang hingga publik bagi masyarakat setempat.
Timur : Jalan Ps Hewan, perumahan warga, SMP Muhammadiyah
Disamping itu, ukuran lahan yang luas juga akan ditujukan untuk
Gamping
Selatan : Perumahan warga, SMK Muhammadiyah Gamping fungsi penyediaan softscape serta penataan landscape pada
Barat : Perumahan Warga, Masjid At-Taqwa titik yang strategis ini. Rancangan dalam proposal dapat
menjadi identitas wilayah yang melebur dalam sebuah
kesatuan dengan lingkup kawasan sekitarnya.

LUAS SITE KOEFISIEN DASAR KOEFISIEN DASAR KOEFISIEN TAPAK GSJ GSB
8030 M2 BANGUNAN HIJAU KLB BANGUNAN 7 METER 4 METER
60% MIN 20% 4,8-6 LUAS LANTAI 70%

BUILDING CODES
2.8.6 KAJIAN LOKASI
KONDISI SITE 67
PETA GUNA LAHAN
Site terletak pada lahan kosong serta sebagian petak Pertumbuhan perekonomian daerah secara signifikan dari situasi ini
perumahan. Fungsi guna lahan yang digunakan telah termasuk diharapkan oleh pemerintah. Dengan RPJP DIY yang ingin lebih fokus
kriteria lahan dengan peruntukan pemukiman. Dengan kata lain, membangun sisi barat Yogyakarta, lokasi yang diusulkan proposal
tidak ada pembukaan lahan baru dari fungsi guna lahan lain. perancangan akan dengan maksimal mengambil momentum
Pe n e m p a t a n s i t e m e n g i n c a r t i t i k s t r a t e g i s d e n g a n tersebut. Sementara pertumbuhan ekonomi akan memakan waktu,
mempertimbangkan perkembangan infrastruktur di Provinsi DIY lokasi site relatif masih terletak dekat dengan pusat perekonomian DIY(
setidaknya dalam beberapa tahun kedepan. Pengembangan kota Yogyakarta) saat ini.
aerocity di daerah Wates serta pengembangan JLS serta jalan tol
akan mengkoneksikan DIY dengan provinsi lainnya secara lebih
erat dibanding sebelumnya.

2.8.7 KAJIAN LOKASI


68
PETA GUNA LAHAN
Iklim tropis yang dimiliki kawasan perkotaan Yogyakarta memberikan Kenyamanan iklim ditentukan oleh tingkat kelembapan serta suhu rata-
pasokan sinar matahari relatif sama sepanjang tahun. Perbedaan rata. Kelembapan yang relatif rendah memungkinkan cairan menguap
biasa disebabkan oleh pembentukan massa awan di atmosfir namun dengan lebih mudah, mendinginkan tubuh dalam prosesnya. Dapat
lama intensitas dan sudut penyinarannya relatif tidak berbeda jauh dikatakan iklim tropis seperti di Yogyakarta tidak memberikan terlalu
dari bulan ke bulan. Suplai energi matahari yang dapat dikatakan banyak waktu efektif dimana suhu yang hangat selalu berdampingan
relatif “stabil” untuk kawasan tropis Yogyakarta memungkinkan dengan kelembapan yang relatif tinggi sepanjang tahun. Waktu yang
bangunan memanfaatkan sumber energi terbarukan dari alam dapat dikatakan “nyaman” dengan suhu tidak terlalu tinggi dan
Gambar 1.21 VIA 57 New York
tersebut. kelembapan relatif rendah adalah pada saat puncak musim kemarau,
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
sepanjang juli hingga September.
Puncak musim kemarau menjanjikan suplai energi paling tinggi lebih
tepatnya sepanjang bulan agustus hingga oktober sementara sisa Desain bangunan dapat merespon kondisi ini dengan
bulan sepanjang tahunnya menunjukkan tingkat yang relatif stabil. memperhitungkan tingkat kenyamanan dalam ruangnya. Perhitungan
Pemasangan panel surya akan mampu mensuplai sebagian kecil dari OTTV memungkinkan perancangan fasad bangunan dengan fungsi
kebutuhan energi dalam bangunan. Dalam prosesnya mengurangi yang optimal, tidak terlalu banyak memasukkan radiasi panas matahari,
kebutuhan energi dari gardu listrik pusat serta mengurangi emisi karbon namun tetap estetis. Usaha menciptakan kenyamanan termal dalam
yang diperlukan untuk memproduksinya. Disisi lain, intensitas ruang dapat dilakukan menggunakan ventilasi alami maupun
penyinaran matahari yang relatif sama sepanjang tahun memberi menggunakan sistem mekanikal khusus. Perlu diingat, dengan tujuan
sedikit rintangan yang harus diatasi demi mendapatkan kenyamanan mengurangi dampak urban heat island, desain harus dapat
termal dalam bangunan. mengurangi pemakaian pendingin buatan hanya kepada ruangan
yang bersifat esensial saja.

2.8.8 KAJIAN LOKASI


KONDISI IKLIM 69
Berdasarkan catatan tahunan yang didapat dari world-
weather.info angin dominan berhembus dari arah utara menuju
selatan, diikuti dengan angin dari arah timur ke barat serta dari
barat laut ke tenggara.

Sebagai bangunan yang berambisi untuk mengatasi


permasalahan lingkungan khususnya urban heat island di
Yogyaarta, bangunan harus mampu memanfaatkan faktor
penghawaan alami tersebut dalam operasionalnya nanti.

Lokasi site yang tidak terletak pada pusat kepadatan kota


memberikan kualitas udara yang lebih sehat dan dapat
diintegrasikan dengan optimal ke dalam proses perancangan.
Gambar 1.21 VIA 57 New York Kondisi kawasan disekitar lokasi yang sebagian besar terdiri atas
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
lahan persawahan terbuka serta bangunan berketinggian rendah
menjamin kualitas data yang ada.

Penggunaan ventilasi alami dapat dimanfaatkan sebagai solusi


untuk mendapatkan kualitas sirkulasi udara dalam ruangan yang
lebih baik, mengurngi penggunaan energi dalam gedung untuk
sistem mekanikalnya. Massa bangunan diorientasikan terhadap
arah datangnya angin serta bentuk gubahannya dirancang untuk
memungkinkan penetrasi terhadap angin dengan optimal.

2.8.8 KAJIAN LOKASI


70
KONDISI IKLIM : WINDROSE
Pergerakan semu matahari tahunan memiliki pola yang sama
dengan daerah lainnya di Indonesia, mengingat bentuk negara
kita memanjang mengikuti garis lintang equator. Lokasi memiliki
iklim tropis dengan perbedaan lama penyinaran matahari pada
siang-malamnya dari bulan ke bulan relatif tidak terlalu berbeda.

Bangunan akan menerima intensitas radiasi serta panas matahari


dengan tingkat yang tinggi sepanjang tahun. Kondisi yang apabila
tidak ditangani atau ditangani secara sembarangan dapat
berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan bangunan lingkup
kawasan sekitarnya.

Proposal desain harus dapat memanfaatkan keunggulan-


Gambar 1.21 VIA 57 New York keunggulan faktor pencahayaan matahari. Desain serta
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
penempatan bukaan pada ruang akan memungkinkan
optimalisasi pemanfaatan pencahayaan alami dalam gedung.

Arah orientasi massa bangunan hingga fasad akan sangat


berpengaruh terhadap bagaimana desain merespons integrasi
berikutnya. Selain orientasi, penting bagi desain untuk dapat
merespons nilai OTTV setempat, perancangan fasad bangunan
yang diperhitungkan dapat membantu efisiensi penggunaan
energi dalam bangunan.

2.8.8 KAJIAN LOKASI


KONDISI IKLIM : SUNPATH 71
Lokasi site yang strategis memberikan kemudahan jarak serta waktu
tempuh menuju fasilitas-fasilitas kota. Berbagai fasilitas publik
seperti transportasi umum-bis trans Jogja, rumah sakit, pos polisi,
pasar kelontong, rumah makan, bank dll tersedia dalam lingkup
kurang dua kilometer dari arah site.

Pembangunan yang terjadi dalam lingkup kawasan kurang terlihat


terencana dengan arah bangunan yang semakim jarang seiring
jaraknya menjauh dari jalan utama. Peta penggunaan lahan
daerah Gamping Sleman menunjukkan fungsi prioritas kawasan
sebagai kawasan pertanian dengan laju pembebasan lahan
menjadi alih fungsi perumahan yang semakin pesat.
Gambar 1.21 VIA 57 New York Selain itu, fasilitas terbuka publik seperti taman publik tidak terpenuhi
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
disekitar lokasi. Akses pedestrian juga masih sebatas “tersedia”
dengan kualitas yang terkesan seadanya saja. Desain harus dapat
menyediakan kurangnya fasilitas terutama area terbuka publik
serta taman pedestrian serta mendorong pengguna untuk
memanfaatkan fasilitas publik yang ada. Langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan menyatukan bangunan dengan
lingkungannya, mengurangi kesan eksklusif yang akrab dengan
hunian susun serta menciptakan hubungan dengan masyarakat
setempat dalam penyelesaian desainnya.

2.8.9 KAJIAN LOKASI


72
SIRKULASI DAN LALU LINTAS
JALAN JOGJA-WATES JALAN PS HEWAN

Site terletak pada Jalan Wates-Purworejo, penempatan site pada


persimpangan jalan memberikan kemudahan akses keluar masuk
site. Posisi kawasan yang dapat dikatakan terletak pada area
pinggiran kota memberikan lokasi ini akses terhadap berbagai
infrastruktur kota dengan ambience kawasan pedesaan.

Lingkup kawasan disekitar lokasi sebagian besar terdiri atas lahan


dengan fungsi persawahan serta irigasi. View terhadap arah utara
mengadap hamparan area persawahan dengan kawasan disisi
selatan jalan Wates-Purworejo relatif lebih tersentuh oleh
pembangunan.

Kawasan yang memiliki banyak potensi ini bukannya belum dilirik


Gambar 1.21 VIA 57 New York berbagai pengembang hunian, terdapat 5-8 area perumahan
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
dalam radius 5 kilometer saja dari site. Desain apartemen harus
dapat bersaing dengan keunggulan-keunggulan yang ditawarkan
hunian tipe rumah. Gubahan massa apartemen yang relatif lebih
tinggi dari bangunan disekitarnya memberikan akses terhadap
view yang lebih luas terhadap pengguna, Perancangan gubahan
hanya tinggal mempertimbangkan bagaimana kualitas view yang
setara dapat didapatkan setiap orientasi bangunan. Selain itu,
pembagian-perletakan ruang berdasarkan ketinggian bangunan

d juga berperan dalam kualitas privasi bangunan bagi penghuninya.

2.8.9 KAJIAN LOKASI


SIRKULASI DAN LALU LINTAS 73
SENIN PUKUL 8, 12 & 16 SABTU PUKUL 8, 12 & 16

Kondisi sirkulasi menuju lokasi tapak merupakan faktor penting terkait Perbandingan kondisi kepadatan lalu lintas pada hari-hari kerja serta akhir
bagaimana kemudahan akses pengguna dan pengunjung. Tapak pekan. Sebagai kawasan transit, arus lalu lintas sepanjang kawasan
yang terletak pada persimpangan memberi keunggulan akses. Lokasi persimpangan Jalan Jogja-Wates dengan Jalan PS Hewan relatif ‘cukup’
dapat dicaai melalui Jalan Jogja-Wates dari arah barat-timur serta cepat. Kepadatan juga merata pada jam-jam diatas jam 8 pagi
Jalan PS Hewan dari arah utara-selatan. dengan adanya sedikit lonjakan arus kendaraan pada jam berangkat
dan pulang kerja sepanjang hari senin-jumat. Akses menuju tapak
Jalan Jogja-Wates merupakan jalan arteri dengan lebar lebih kurang dapat memanfaatkan sistem satu arah dengan perletakan pintu
14 meter yang juga berfungsi sebagai penghubung kabupaten dan masuk dan pintu keluar pada ruas jalan yang berbeda. Sistem ini
kota. Jalan PS Hewan merupakan jalan kolektor dua arah dengan akan mencegah terjadinya antrian kendaraan yang berlebih dalam
lebar lebih kurang tujuh meter. Memasuki lingkungan perkampungan tapak sekaligus memaksimalkan potensi lokasi. Pintu masuk dan pintu
terdapat akses gang yang membatasi tapak pada sisi barat dan keluar diletakkan sejauh mungkin dari persimpangan untuk
selatan dengan ukuran lebar masing-masing lima dan dua meter. mencegah terjadinya kesemrawutan arus kendaraan disekitar
tapak.

2.8.9 KAJIAN LOKASI


74
SIRKULASI DAN LALU LINTAS
ISU LATAR BELAKANG MASALAH

LATAR BELAKANG - LINGKUNGAN LOKASI


Ekspansi area perkotaan yang Isu sosial yang menyangkut komunitas
PERMASALAHAN berdampak pada urban heat island terdampak pembangunan apartemen
setra perubahan iklim.

PERMASALAHAN

PERMASALAHAN UMUM
Bagaimana merancang bangunan apartemen bernilai sosial di lingkup kawasan urban Yogyakarta sebagai upaya menekan laju
ekspansi area perkotaan.

VARIABEL LINGKUNGAN TAPAK SOLUSI UHI APARTEMEN SOCIAL VALUE HYBRID


Ÿ Sirkulasi yang efektif dan Ÿ Selubung bangunan yang Ÿ Apartemen yang beradaptasi dengan Ÿ Ruang publik yang terintegrasi Ÿ Keterkaitan proses perancangan
beradaptasi dengan posisi tapak menekankan pada kemampuannya kondisi lingkungan tapak dan dengan ruang dalam apartemen gubahan massa dengan integrasi
Ÿ Gubahan yang beradaptasi dengan menangkal intensitas radiasi peraturan lokal Ÿ Ruang publik menjadi pertimbangan nilai sosial
kondisi iklim dan lingkungan tapak matahari yang tinggi Ÿ Apartemen yang mengintegrasikan perancangan gubahan massa Ÿ Keterkaitan proses penataan ruang
Ÿ Lansekap yang mengoptimalkan Ÿ Bentuk gubahan yang memberi nilai sosial Ÿ Ruang publik dengan pengalaman dalam apartemen dengan integrasi
potensi sekitar tapak akses pencahayaan dan penghawaan Ÿ Apartemen dengan penataan ruang meruang yang berkualitas nilai sosial
alami dalam ruang dan sirkulasi yang efektif Ÿ Ruang pulik yang menjadi
Ÿ Apartemen yang mempertimbangkan penekanan utama pada perancangan
INDIKATOR pengalaman meruang pengguna lansekap

GUBAHAN MASSA TATA RUANG SELUBUNG BANGUNAN


Ÿ Bentuk gubahan massa yang Ÿ Penataan ruang dalam yang Ÿ Selubung bangunan
terintegrasikan dengan penataan mempertimbangkan nilai sosial mengoptimalkan elemen yang dapat
ruang publik 3 dimensi dalam ruang berperan dalam mengurangi
Ÿ Massa bangunan yang merespons Ÿ Penataan ruang-sirkulasi yang intensitas radiasi matahari terhadap
kondisi iklim setempat dan terintegrasikan dengan ruang publik ruang dalam
mengoptimalkan potensi tapak Ÿ Penataan ruang yang
mempertimbangkan potensi
lingkungan tapaknya

LANSEKAP STRUKTUR INFRASTRUKTUR INTERIOR


Ÿ Penataan elemen lansekap yang Ÿ Struktur dengan bentang yang Ÿ Penataan sirkulasi ruang dalam Ÿ Penataan ruang dalam yang
mengacu pada kondisi mewadahi sekaligus yang mempermudah mobilitas mendorong interaksi dan
lingkungan-iklim-tapak mempermudah penataan unit pengguna aktivitas sosial dalam
sekaligus lingkup kehidupan dalam apartemen apartemen
sosial sekitarnya

PARAMETER

2.9 RUMUSAN PERSOALAN


RUMUSAN PETA PEMECAHAN PERMASALAHAN 75
Berdasarkan temuan dari berbagai macam aspek kajian yang telah Ÿ Lansekap menyediakan banyak area pedestrian serta area
dilakukan, esensi permasalahan desain yang akan dieksekusi proposal komunal yang dapat dimanfaatkan baik penghuni hingga
perancangan terbagi dalam beberapa elemen desain yaitu : masyarakat sekitar untuk menciptakan ekosistem layaknya
lingkungan ‘taman kota’ dalam kompleks apartemen
2..9.1 GUBAHAN DAN TATA MASSA Ÿ Untuk membaurkan ruang dalam bangunan - khususnya area
Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada groundfloor dengan lingkungan tapak dengan lebih efektif,
gubahan dan tata massa meliputi : ditempatkan courtyard dalam bangunan
Ÿ Orientasi gubahan yang mempertimbangkan kondisi iklim lokal,
arah lintasan matahari serta view potensial. 2.9.5 SISTEM STRUKTUR
Ÿ Bentuk gubahan yang mampu memberikan kualitas view, Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada
pencahayaan serta sirkulasi angin yang memadai. sistem struktur meliputi :
Ÿ Bentuk gubahan yang asimetris & modern merepresentasikan Ÿ Pemilihan jenis hingga ukutan elemen struktur yang kuat dan
pendekatan hybrid yang diangkat proposal perancangan, mampu menahan beban vertikal maupun lateral bangunan
bermacam potensi dari tiap orientasi mata angin harus apartemen
menghasilkan solusi penyelesaian desain yang berbeda pada tiap Ÿ Bentang struktur mampu mewadahi penempatan unit
sisi gubahan. apartemen secara efisien

2.9.2 RUANG DAN TATA RUANG 2.9.6 INFRASTRUKTUR


Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada ruang Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada
dan tata ruang meliputi : infrastruktur meliputi :
Ÿ Tata ruang apartemen menyediakan lebih banyak area Ÿ Akses terhadap sirkulasi vertikal yang mudah dicapai dari
sosial/komunal untuk mewadahi interaksi antar pengguna seluruh penjuru bangunan
bangunan Ÿ Transportasi vertikal berupa tangga yang harus selalu
Ÿ Sirkulasi dalam bangunan yang fleksibel serta mampu mendorong menyertai elevator
terciptanya interaksi antar individu melalui kemudahan akses dan Ÿ Sistem sirkulasi publik berupa public alley yang mampu
mobilitas antar ruang/lantai. mengkoneksikan sebagian besar lantai pada bangunan
Ÿ Tata ruang dalam apartemen harus tetap mampu memberi apartemen
batasan yang jelas antara ruang publik dengan privat untuk Ÿ
menjaga kualitas kenyamanan hidup penghuninya.

2.9.3 SELUBUNG BANGUNAN


Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada selubung
bangunan meliputi :
Ÿ Penampilan selubung bangunan elegan, modern, simpel serta
menggunakan sedikit/tidak sama sekali ornamentasi
Ÿ Selubung bangunan memenuhi kriteria perhitungan OTTV yang
telah ditentukan

2.9.4 SITEPLAN
Ÿ Rumusan persoalan desain yang harus diselesaikan pada siteplan
dan tata lansekap meliputi :
Ÿ Tata lansekap memanfaatkan elemen softscape, hardscape
hingga air/kolam untuk menciptakan atmosfir ruang luar yang
rindang serta nyaman

2.9 RUMUSAN PERSOALAN


76
RUMUSAN PERMASALAHAN DESAIN
BAB 3

PEMECAHAN PERSOALAN
PERANCANGAN

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

77
Keunggulan dari bangunan hunian susun Gambar adalah ketinggiannya
1.21 VIA 57 New Yorkyang Orientasi dari gubahan massa beradaptasi menyesuaikan bentuk tapak. Sesuai hasi
memungkinkan view optimal bagi penghuni. Selain view, ketinggian juga dapat
(Sumber : www.thorntontomasetti.com) kajian sebelumnya, gubahan akan dirancang mengelilingi sebuah innercourt dengan
menjadi elemen segregasi terhadap fungsi serta kualitas privasi. Ruangan dengan area rooftopnya yang berfungsi mewadahi ruang publik. Penggunaan innercourt akan
fungsi publik biasa diletakkan pada ketinggian lebih rendah sementara ruang hunian memberikan kualitas view ruang dalam, penghawaan dan pencahayaan alami yang
yang membutuhkan kualitas privasi diletakkan pada ketinggian lebih tinggi. Disisi lain, lebih baik pada massa bangunan dengan tipe slab.
peraturan pendirian bangunan tidak mengizinkan tinggi bangunan lebih dari ukuran
setara sepuluh lantai. Massa bangunan tidak dapat mengambil bentuk tower yang Untuk membagi ruang publik agar lebih menghubungkan lantai bangunan, elevasi
merupakan tipologi apartemen pada umumnya sehingga perancangan massa rooftop dibagi menjadi beberapa level yang berbeda. Menerapkan metode hybrid,
gubahan lebih ditekankan menuju arah horizontal sebagai bentuk slab. eksplorasi dapat dilakukan untuk menentukan bentuk gubahan dengan skema
pembagian ruang publik yang paling efektif. Langkah ini selain berfungsi untuk
menciptakan skema ruang publik yang terbaik pada massa bangunan juga mampu
mengoptimalkan view-kualitas pengalaman meruang dalam bangunan.

3.1.1 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


78
BENTUK & ORIENTASI GUBAHAN
Massa bangunan pertama-tama Bentuk massa bangunan dirancang untuk merespons i d e d a r i l a n g ka h i n i a d a l a h u n t u k
dibentuk dengan menggunakan kondisi lingkungan terutama iklim. Massa apartemen m e m b e r i ka n m a s i n g - m a s i n g l a n t a i
i n n e r c o u r t, i d e n y a i a l a h u n t u k terbagi menjadi empat massa terpisah masing- bangunan apartemen sebuah ruang
memasukkan sebanyak mungkin masing dengan elevasi yang berbeda. berdasarkan terbuka yang bersifat publik. ukuran grid
pencahayaan alami serta orientasinya terhadap sudut datang cahaya diperkecil kemudian diciptakan semacam
memaksimalkan penetrasi angin matahari, massa bangunan dibagian timur ‘jalan berundak’ yang menyusuri bangunan
terhadap massa bangunan dengan direndahkan untuk memaksimalkan sinar matahari naik dan turun sebagai semacam gang
m e m p e r ke c i l u k u r a n ke t e b a l a n pagi yang mengenai massa bangunan. massa pada publik, fitur ini diharap mampu memberikan
bangunan. sisi utara juga direndahkan untuk merespons arah ruang untuk lebih banyak interaksi.
angin yang juga kuat datang dari arah utara.
Kebutuhan ruang yang berkurang pada sisi timur dan
utara kemudian dibebankan ke massa disisi barat
serta utara yang memiliki ketinggian relatif lebih tinggi.

Orientasi bangunan diputar 90 derajat Sisi bangunan yang menghadap dibuat berirama Massa bangunan pada sisi timur dibuka sebagai
dengan sisi utara memiliki ketinggian memanfaatkan sistem kantilever, terlebih lagi kini sisi gerbang masuk serta sentra ruang publik dalam
massa paling rendah, langkah ini dilakukan barat memiiki luas permukaan paling besar apartemen, langkah ini diambil sebagai upaya
dengan mempertimbangkan view serta dibanding massa bangunan pada arah mata angin memasukkan komunitas disekitar bangunan
arah angin yang maksimal pada sisi utara. lainnya. Area roof pada massa bangunan disisi timur kedalam bangunan. massa yang berfungsi sebagai
Sisi timur kini memiliki ketinggian yang lebih akan dikonsentrasikan pemakaiannya sebagai area ruang publik akan dikonsentrasikan pada massa timur
tinggi dari massa pada sisi utara namun taman publik penghuni serta pengunjung, sementara area hunian tetap terfokus pada massa
tetap relatif lebih rendah dibanding massa paling tinggi pda sisi barat serta selatan.
pada sisi selatan dan barat agar tetap
maksimal memasukkan sinar matahari
kedalam kompleks apartemen.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


EKSPLORASI GUBAHAN MASSA 79
KELEBIHAN KEKURANGAN

Ÿ Gubahan massa memiliki Ÿ Secara bersamaan, batasan-


segregasi/batasan- batasan yang ada kurang
batasan yang tegas antara mempengaruhi kualitas pola
area publik dan privatnya interaksi dalam bangunan.

Ÿ Kualitas view dalam Ÿ Metode hybrid yang


bangunan lebih luas diterapkan dalam
dengan rendahnya elevasi perancangan gubahan
gubahan pada sisi utara kurang meleburkan fungsi
dan timur. publik terhadap bangunan
apartemen. Gubahan lebih
memiliki kesan sebagai
bangunan mixed-use

Ÿ Langkah yang diambil dalam


perancangan bentuk
g u b a h a n k u r a n g
m e n g o p t i m a l k a n
pemanfaatan ruang dalam
tapak. Terlalu banyak space
Dengan penataan gubahan yang memanfaatkan innercourt yang semestinya dapat
ditambah permainan elevasi pada massa bangunan seperti yang dioptimalkan dalam massa
diharapkan dari metode hybrid untuk menciptakan pengalaman bangunan.
meruang yang spesial, alternatif diharap mampu memenuhi tujuan
bangunan dalam memaksimalkan pencahayaan-penghawaan
alami sekaligus memberikan wadah interaksi antar pengguna
bangunan melalui penyediaan ruang publik yang kreatif dalam
bangunan apartemen.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


80
EKSPLORASI GUBAHAN MASSA
Massa bangunan tetap tersusun elevasi bangunan dibuat bervariasi massa bangunan dibuat berundak
dengan innercourt namun bentuknya menciptakan sebuah hierarki layaknya untuk menciptakan lebih banyak
lebih merespons pada kondisi pada anak tangga, massa bangunan ruang terbuka yang dapat
lingkungan pada tapak terutama dibagi menjadi empat potongan yang dimanfaatkan sebagai ruang publik
bentuk dari lahan. elevasi bangunan berbeda masing-masing disatukan pada setiap lantainya, langkah ini
rata pada setiap sisinya dengan luas bersama dengan dilatasi pada sistem juga dilakukan untuk lebih mengikat
ruang yang diperhitungkan untuk strukturnya. komunitas pada satu lantai dengan
mewadahi kebutuhan ruang. lantai diatasnya dari segi
pengalaman visual para
penghuninya.

untuk merespons kondisi iklim termasuk massa bagian timur bangunan dibuat Untuk memaksimalkan penghawaan
sudut datang sinar matahari serta arah berundak untuk memanfaatkan alami pada sisi barat bangunan, massa
angin, massa bangunan di-mirror-kan orientasinya terhadap arah matahari pada sisi tersebut dilubangi untuk
sehingga letak sisi-sisi rendah dan terbit. Selain itu langkah ini juga dilakukan memberikan penetrasi angin serta akses
tingginya sekarang terlihat berkebalikan. untuk memaksimalkan view terhadap sinar matahari langsung pada ruangan-
Untuk merespons angin yang dominan arah timur laut dengan memangkas ruangan yang berada ppada sisi barat.
dari arah timur, massa disisi timur massa bangunan pada sudut tersebut area yang kosong juga nantinya dapat
direndahkan serta dibuka sebagian untuk memaksimalkan view. bukaan dimanfaatkan sebagai ruang-ruang
untuk memaksimalkan penghawaan angin pada sisi timur diperbesar sebagai publik multifungsi yang mampu
alami dalam kompleks bangunan yang gerbang memaksimalkan terjadinya mewadahi terjadinya interaksi antar
n an t i n y a dapat be r pe r an dal am interaksi bagi komunitas dalam serta luar penghuni bangunan.
menciptakan iklim mikro. bangunan

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


EKSPLORASI GUBAHAN MASSA 81
KELEBIHAN KEKURANGAN

Ÿ Metode hybrid yang Ÿ Pe n a t a a n s t r u k t u r d a l a m


diterapkan mampu bangunan memaksa
menciptakan konektivitas munculnya sudut-sudut
antar ruang publik yang ‘ekstrem’ yang kurang baik
dinamis sekaligus ketika dimanfaatkan.
memberikan kualitas Ÿ
pengalaman meruang Ÿ Batasan-batasan antara area
yang lebih optimal. publik dan privat semakin
Ÿ kabur akibat langkah-langkah
Ÿ Area publik dengan ukuran hybrid yang dilakukan hanya
relatif luas yang tersedia menitikberatkan penyediaan
pada setiap elevasi lantai ruang publik.
dalam bangunan. Ÿ
Ÿ Aspek privasi penghuni
Ÿ Kualitas view ruang dalam, menjadi dikorbankan akibat
pencahayaan serta penataan ruang publik yang
penghawaan alami yang lebih dinamis diatas.
terpenuhi melalui
permainan elevasi Ÿ Langkah yang diambil dalam
Area penthouse pada lantai paling atas bangunan yang terkesan gubahan massa. perancangan bentuk
eksklusif disatukan dengan lantai-lantai dibawahnya dengan g u b a h a n k u r a n g
mengubah massanya menjadi berundak, nantinya pengguna m e n g o p t i m a l k a n
bangunan akan mampu berpindah lantai dengan memanfaatkan pemanfaatan ruang dalam
bentuk bangunan seperti demikian. tapak. Terlalu banyak space
yang semestinya dapat
Area rooftop pada tiap lantai akan dimaksimalkan sebagai area dioptimalkan dalam massa
publik yang saling terintegrasi satu dengan yang lain. Ruang-ruang bangunan.
publik pada lantai yang berbeda ini kemudian akan menciptakan
sebuah skema jalur publik yang ‘merangkul’ bangunan lebih dekat.
Jalur publik tersebut diharap mampu mempermudah mobilitas
dalam bangunan sekaligus makin mendorong terjadinya interaksi
antar pengguna bangunan melalui skema penyediaan ruang yang
kreatif.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


82
EKSPLORASI GUBAHAN MASSA
7

Konsep bentuk gubahan kurang lebih Massa dinaikkan elevasinya hingga 7 lantai Tiap sisi gubahan yang menghadap arah
mirip dengan alternatif nomor 2, bentuk untuk memenuhi kebutuhan ruang yang mata angin berbeda diatur elevasinya
massa lebih merespons kebutuhan pada akan diwadahinya. Bangunan apartemen merespons potensi yang berbeda pada
lansekap dengan tetap memiliki angka rentable area setidaknya 70 tiap arah mata angin. Massa sisi timur
mempertimbangkan efisiensi perletakan hingga 80 persen dari keseluruhan luas dibuat relatif rendah untuk memasukkan
struktur, serta kenyamanan pengalaman bangunan. sinar matahari pagi dan massa sisi barat
ruang dalamnya. dan utara ditinggikan untuk
mengakomodasi kebutuhan ruang. Sisi

9 utara juga memiliki kualitas view terbaik


dengan area persawahan yang
membentang serta gunung merapi.

Pe n y e d i a a n p u b l i c a l l e y y a n g Ketinggian bangunan ditambahkan untuk Tiga lantai teratas bangunan dikhususkan


menembus bangunan tetap menjadi menambah luas rentable area. Pembagian sebagai area penthouse serta hunian yang
prioritas sebagai upaya rancangan area publik dengan area khusus penghuni bersifat lebih eksklusif. Public alley tidak
menciptakan sebuah jalur sirkulasi yang dipertegas dengan memperjelas batasan- terbatas pada area teras masing-masing
mengikat seluruh pengguna bangunan batasan melalui elemen desain pada level elevasi serta langsung berfungsi sebagai
menjadi lebih dekat. penataan ruang. sirkulasi utama dalam bangunan.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


EKSPLORASI GUBAHAN MASSA 83
KELEBIHAN KEKURANGAN

Ÿ Penataan grid struktur lebih Ÿ Skema penataan ruang publik


‘ramah’ terhadap tidak sefleksibel alternatif
perancangan ruang nomor dua
dalam. Sudut yang
meruncing pada penataan Ÿ Bentuk gubahan tidak
grid digunakan sebagai ‘seatraktif’ alternatif nomor 2
lantai terendah dalam
perancangan gubahan. Ÿ Kualitas view ruang dalam
Ÿ yang berkurang sebab kini
Ÿ Batasan-batasan antara hanya sisi timur gubahan yang
area publik dan area privat terekspos terhadap lingkungan
lebih jelas sehingga luar.
menjamin kualitas privasi
penghuni.
Ÿ
Ÿ Skema penataan ruang
publik lebih subjektif
d e n g a n
mempertimbangkan dua
Skema penataan ruang publik kini memiliki batasan-batasan yang jenis interaksi yang
lebih tegas dengan mempertimbangkan jenis interaksi pengguna b e r b e d a, p e n g u n j u n g
yang mungkin terjadi. Masing-masing ruang publik pada tiap lantai dengan penghuni, serta
t e r i n t e g r a s i ka n d e n g a n s ke m a s i r k u l a s i h o r i z o n t a l y a n g penghuni dengan
menghubungkan unit-unit hunian. Integrasi ruang publik yang lebih penghuni lainnya.
menyatu dengan skema sirkulasi horzontal ini memberikan Ÿ
perbedaan pada berlangsungnya aktivitas dalam apartemen. Lebih Ÿ B e n t u k gubahan
dari itu, alternatif tiga memiliki luas lantai yang mencakup area lebih mewadahi luas lantai yang
besar dibanding dua alternatif sebelumnya. lebih luas dibanding
a l t e r n a t i f s e b e l u m n y a,
semuanya dengan tetap
mempertahankan kualitas
view ruang dalam sekaligus
pengalaman meruang
yang sebelumnya telah
didapatkan.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


84
EKSPLORASI GUBAHAN MASSA
KESIMPULAN

Dari ketiga alternatif perancangan bentuk gubahan diatas, dapat


dipertimbangkan bahwa alternatif gubahan nomor tiga memiliki lebih
banyak keunggulan dibanding kedua alternatif lainnya. Metode hybrid
yang diimplementasikan dalam perancangan gubahan mengenai
sasaran yang paling tepat pada alternatif ini. G u b a h a n m a s s a
mampu mengintegrasikan secara ‘damai’ fungsi sosial sekaligus fungsi
apartemen dibawah naungan atap yang sama. Skema ruang publik
yang berkesinambungan diciptakan melalui permainan elevasi pada
gubahan-- menciptakan semacam ‘tangga’ jalur komunal--yang
menghubungkan ruang publik pada satu lantai dengan lantai yang
berbeda.

Proses ini--bersamaan dengan perancangan gubahan dengan


menggunakan innercourt--juga mampu mengoptimalkan kualitas view
ruang dalam menjadi makin luas dengan adanya massa gubahan
yang terbuka terhadap lingkungan luar. Penambahan innercourt pada
massa bangunan slab sekaligus menjamin intensitas cahaya matahari
dan penghawaan alami yang memasuki ruang dalam bangunan.
Alternatif nomor tiga juga memiliki luas lantai lebih besar dibanding
kedua alternatif lainnya. Kuaklitas yang menjadi nilai tambah dalam
perancangan apartemen dengan efisiensi penggunaan lahan yang
seoptimal mungkin.

3.1.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


EKSPLORASI GUBAHAN MASSA 85
penghuni
Segmentasi pasar yang ditarget sebagai penghuni maupun penyewa apartemen ialah para
pekerja kantoran serta keluarga muda. Target penghuni ditentukan melainkan melihat potensi
perkembangan perkotaan Yogyakarta menjadi kawasan metropolitan. Strategi ini diterakan
untuk memastikan kemampuan finansial penghuni untuk membayar biaya sewa sementara
tetap menjamin kebutuhan primer mereka, meminimalisir terjadinya konflik seperti potensi
terjadinya tunggakan bayar sewa.

Dilain sisi, perancangan proposal desain apartemen menyesuaikan paradigma yang ada di
masyarakat khususnya di kawasan perkotaan berkembang di Yogyakarta. Sementara
apartemen mungkin telah menjadi pilihan efektif pada kawasan perkotaan padat, pola pikir ini
Pengguna apartemen secara garis besar yang sepertinya belum menjadi solusi utama terlebih pada kawasan dimana terdapat banyak
meliputi pemukim, pengelola serta lahan hunian perumahan yang tersedia. Proposal desain apartemen akan merespons
pengunjung. Berdasarkan segmentasi fenomena yang terjadi di masyarakat ini kedalam sebagai salah satu fokus permasalahan yang
pasar, penghuni apartemen yang disasar menentukan arah perancangan.
adalah para pekerja kantoran serta

pengunjung
keluarga muda lokal maupun
pendatang.

Pengguna apartemen lainnya adalah Pengunjung bervariasi dari tamu formal, calon pembeli unit apartemen maupun masyarakat
pengelola yang terdiri dari unit-unit yang publik sektempat yang dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada di apartemen.
lebih spesifik dalam menangani peran Pengunjung/tamu pada umumnya merupakan individu yang memiliki relasi maupun
mereka menjalankan bisnis apartemen. kepentingan dengan penghuni apartemen, namun pola kunjungan seperti ini sangat jelas tidak
Pengunjung pada arah proposal desain membawa dampak positif bagi masyarakat di sekitar kawasan apartemen. Apartemen menjadi
ini akan dapat lebih dileluasakan pada kerap dipandang dengan stigma miring terutama pada aspek relasi dengan masyarakat
kawasan apartemen, tentu saja dengan setempat disekitar apartemen. Layaknya individu dalam sebuah komunitas yang saling
tetap menjaga kualitas privasi bagi para bergantung dan terikat satu sama lain, apartemen harus dapat beradaptasi serta turut
penghuni. Selain pengunjung yang berpartisipasi terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya.
berkepentingan dengan penghuni,
pengunjung yang ada dalam bayangan
arah perancangan adalah masyarakat
disekitar apartemen. Bangunan pengelola
apartemen diharapkan mampu memiliki Pengelola memastikan jalannya bisnis apartemen serta kualitas pelayanan yang ada dalam
fungsi sebagai semacam public garden apartemen. Pengelola terbagi menjadi beberapa section, masing-masing mengurus
untuk menopang fungsi komunitas dalam kepentingan sesuai dengan spesifikasi keahlian mereka. Secara garis besar, pengelola terbagi
skala yang lebih luas. menjadi divisi pengelola umum yang terdiri atas general manager serta sekretaris, divisi non-
teknik yang terdiri atas sie pemasaran serta administrasi, divisi teknis yang mengurus
maintenance alat dan mesin dalam bangunan, divisi keamanan dan terakhir divisi pelayanan
umum yang mencakup cleaning servis, pegawai retail, pegawai café, pegawai restaurant,
tukang kebun dll.

3.2.1 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


86
PENGGUNA
penghuni Jogging Menikmati fasilitas penunjang ruang publik

Berinteraksi-bercengkerama pada kawasan sirkulasi publik


dalam bangunan

Parkir indoor Melalui fasilitas pendukung Menuju Unit Hunian

Datang menuju Makan di restoran


lobby ruang komunal
Olahraga, indoor fitness
melalui ruang
terbuka publik Bersantai di cafe

Makan di restoran/cafe
Perancangan apartemen ditujukan bagi
para masyarakat perkotaan dengan tipe Menggunakan co working
space
unit kamar studio, 1 kamar tidur dan 2
kamar tidur. Tipe unit hunian yang Mencuci di Laundry

pengelola
disediakan merupakan respons dari
aktivitas serta profesi yang umum
dilakukan oleh masyarakat urban.
Pendekatan hybrid yang diterapkan
beribadah, istirahat,
dalam proses perancangan berusaha Parkir Masuk menuju area kerja makan
m e n g e m b a l i ka n n i l a i s o s i a l p a d a
bangunan apartemen, oleh sebab itu Aktivitas kantor
(pengelola, pengurus, marketing)
perancangan tata ruang serta Menjaga keamanan,
penyediaan ruang dalam apartemen mengawasi CCTV
Pulang Bertugas
bertujuan untuk memberikan wadah Berjualan, retail, café, resto jaga
minimarket
interaksi bagi komunitas. Menjaga kebersihan bangunan,
merawat peralatan MEP
Apartemen menyediakan akses ruang
publik yang terintegrasikan ke dalam

pengunjung
bangunannya. Akses sirkulasi
diintegrasikan dengan pengadaan ruang Jogging Menikmati fasilitas penunjang ruang publik
komunal untuk mewadahi interaksi sosial
Berinteraksi-bercengkerama pada kawasan sirkulasi publik
antar individu. Disediakan juga fasilitas- dalam bangunan
fasilitas bersama penunjang fungsi
bangunan apartemen berupa restoran, Parkir Memakai fasilitas pendukung
café,co working space, fitness center,
taman terbuka publik hingga jogging Datang menuju Makan di restoran
track. lobby/ruang komunal
Olahraga, indoor fitness
melalui ruang
terbuka publik Makan di foodcourt

Makan di restoran/cafe

pulang

3.2.2 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


AKTIVITAS PENGGUNA 87
Pengguna apartemen menentukan kebutuhan ruang yang harus disediakan dalam proposal
desain. Aspek yang dilihat terutama kegiatan dari para pengguna. Untuk pengguna sebagai
pengelola memiliki daftar kegiatan serta kebutuhan ruang yang relatif mirip dengan tipologi
bangunan apartemen lainnya. Secara garis besar meliputi kegiatan pemasaran, perawatan dan
pemeliharaan bangunan serta kemanan. Sementara bagi penghuni serta pengunjung,
kebutuhan ruang merespons konsep apartemen sosial yang diangkat serta kebutuhan dari
segmentasi pasar yang disasar. Kebutuhan ruang yang diperlukan mereka lebih fleksibel serta
penataan layouting-nya cenderung dinamis mengikuti konsep arah perancangan yang diangkat.
Aspek ini yang nantinya akan memberi perbedaan proposal desain apartemen ini dengan tipologi
apartemen pada umumnya.

pengguna jenis kegiatan kebutuhan ruang sifat ruang

parkir kendaraan tempat parkir publik

bekerja, tidur, berpakaian serta beribadah kamar privat

mandi, buang air kecil, buang air besar kamar mandi privat

makan dan minum ruang makan privat

memasak makanan, mencuci piring dapur privat

penghuni berolahraga, jogging jalur sirkulasi, public/roof garden publik


ruang fitness/gym

makan, minum dan bersantai bersama café, restaurant, common room publik

mengerjakan pekerjaan, berdiskusi, jalur sirkulasi, co-working space, publik


bermasyarakat, bersosialisasi communal & common room

bermain-main, berjalan-jalan, jalur sirkulasi, roof garden, public publik


bersantai garden

mencuci pakaian laundry center publik

berbelanja area komersil(retail area, cafe, resto, publik


food stall, mini market), kantor, lobby

3.2.3 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


88
AKTIVITAS & KEBUTUHAN RUANG
pengguna jenis kegiatan kebutuhan ruang sifat ruang

parkir kendaraan tempat parkir publik

Keperluan kebersihan bangunan janitor, cleaning service, ruang privat


pegawai

Keperluan pemasaran, penjualan, lobby/lounge, kantor pengelola, publik


administrasi serta pusat informasi resepsionis

keperluan pengamanan dan security room, pusat cctv privat


penjagaan

pengelola maintenance sistem mekanikal ruang kontrol MEE, kontrol pendingin privat
serta elektrikal bangunan udara, ruang pompa

area komersil (retail area,


menjual barang dan jasa publik
cafe,restaurant, food stall, laundry
center, mini market)

mandi, buang air besar dan kecil kamar mandi publik

keperluan ibadah musalla publik

parkir kendaraan tempat parkir publik

bersosialisasi, bermasyarakat, jalur sirkulasi, public garden, roof publik


berkumpul dengan komunitas garden, comunal & common room

makan, minum dan bersantai café,restaurant, food stall publik


pembelian unit apartemen

pengunjung berbelanja, membeli unit


apartemen
area komersil(retail area, cafe, resto,
food stall, mini market), kantor, lobby
publik

berolahraga, jogging jalur sirkulasi, public/roof garden publik

buang air kamar mandi publik

beribadah musalla publik

3.2.3 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


AKTIVITAS & KEBUTUHAN RUANG 89
Lantai dasar dan lantai satu akan berperan sebagai zona Gubahan massa bangunan dibuat ramping agar memungkinkan
area publik sementara lantai dua keatas akan tetap daat penetrasi angin serta pencahayaan alami dalam ruang yang optimal.
diakses oleh publik hingga batasan-batasan tertentu. Penataan sirkulasi pada tiap lantai hunian memanfaatkan selasar
Jangkauan akses publik dibatasi untuk tetap menyediakan terbuka ketimbang koridor yang memiliki kesan sempit dan tertutup.
privasi bagi penghuni apartemen. Layaknya apartemen Selain itu, selasar terbuka memungkinkan para penghuni atau
pada umumnya, perletakan lobby lift beserta kumpulan pengguna bangunan yang melaluinya mendapat aspek kualitas view
Gambar
sirkulasi vertikal lainnya dibuat 1.21 VIA
melewati 57 New York
berbagai fasilitas yang lebih baik. Kualitas view ini yang kemudian mampu meningkatkan
(Sumber : www.thorntontomasetti.com)
penunjang seperti toko retail,kedai makanan hingga sense of attachment antara penghuni apartemen, bahwa dengan
foodcourt terlebih dahulu. Perbedaan yang membedakan sekedar mampu dengan bebas melihat lingkungan ketetanggaan
perancangan apartemen hybrid dengan tipologi apartemen sekitarnya - akan menanamkan makna keterikatan bersama daam
pada umumnya adalah terdapat akses jalur publik (kedepan benak para penghuni apartemen. Selasar akan memanfaatkan struktur
akan disebut sebagai public alley) yang dirancang sebagai kantilever yang nantinya juga mampu berperan sebagai shading -
akses komunal yang seolah mengikat bangunan menjadi overhang bagi ruang-ruang lantai dibawahnya. Untuk lantai hunian,
lebih berhubungan satu sisi dengan yang lain. Strategi ini setiap lantainya memiliki kualitas dan keunggulan masing-masing. Tiga
diambil untul memberikan wadah bagi terjadinya interaksi lantai teratas akan dirancang memiliki tingkat eksklusivitas lebih tinggi
yang kemudian akan memungkinkan munculnya koneksi sementara hingga batasan tertentu jaringan public alley akan
antara kehidupan dalam apartemen dengan lingkup terintegrasikan dengan lantai-lantai hunian dibawahnya.
komunitas masyarakat disekitarnya.

3.2.4 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


90
TATA RUANG
+ + +
+ + +
+ + +
+ +

Prakiraan awal kebutuhan ruang menggunakan berbagai sumber


sebagai acuan (ex : Neufert - data arsitek) serta common sense
terhadap pengalaman meruang menggunakan bantuan software
visualisasi 3D. Bentuk bangunan yang sudah dipastikan tidak akan
simetris akan memerlukan banyak tipe unit apartemen untuk
mendapatkan kombinasi susunan ruang yang paling efektif. Sejauh ini
diperkirakan terdapat 3 tipe hunian (dengan kemungkinan untuk terus
bertambah) yang dibedakan berdasarkan rentang ukuran luasnya.

3.2.4 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


PERKIRAAN AWAL PROPERTY SIZE 91
Selasar Lt 6 Hunian Lt 6

Area Publik
Area Semi Private/Semi Publik
Selasar Lt 5 Hunian Lt 5 Area Publik

Selasar Lt 4 Hunian Lt 4

Public Alley
& Communal Selasar Lt 3 Hunian Lt 3
Terrace

Selasar Lt 2 Hunian Lt 2 Atap Rooftop Garden

Selasar Lt 1 Hunian Lt 1 Selasar Lt 8 Hunian Lt 8

Lobby/ Lobby Lift


Selasar Courtyard Selasar Lt 7 Hunian Lt 7
Lounge &Tangga

Marketing Office Area Foodcourt Mushola Laundry Gym Food Tennant Minimarket Restaurant

3.2.4 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


92
ZONASI & HUBUNGAN RUANG
Berdasarkan penataan ruang dalam apartemen, selubung dipastikan memiliki
banyak bukaan ventilasi untuk menjamin bermacam aspek kualitas ruang dalam
seperti view lingkungan luar, pencahayaan alami hingga sirkulasi udara alami.
Banyaknya bukaan mempengaruhi konsep perancangan selubung bangunan
secara keseluruhan--tidak boleh hanya sekedar berfokus pada ornamentasi belaka.

Selubung bangunan bercita-cita menggunakan sedikit hingga tidak ada


ornamentasi dengan sepenuhnya bergantung pada bentuk tektonika gubahan
serta sistem kantilever shading sebagai elemen utama pembentuk muka fasad
bangunan. Pertimbangan ini diambil sebagai respons terhadap isu urban heat
island yang diangkat proposal perancangan. Strategi ini juga diterapkan agar
proposal perancangan mampu berfokus pada tujuannya menciptakan fasad
bangunan dengan nilai OTTV yang rendah namun tetap memiliki penampilan yang
elegan dan modern.

Gambar 1.13 Tipe-tipe shading


(Sumber : https:arsitektur.studentjournal.ub.ac.id

Terdapat beberapa jenis shading yang dapat diaplikasikan berdasarkan efektifitasnya


mencegah intensitas radiasi matahari pada setiap orientasi arah mata angin. Shading
dengan tipe kantilever membentang memanfaatkan struktur plat lantai lantai diatas
bukaan/ventilasi. Shading dengan tipe ini berfungsi efektif pada bidang bangunan
yang menghadap ke arah utara dan selatan. Shading dengan tambahan panel
didepan bukaan efektif mencegah glare/silau saat sudut matahari rendah pada
orientasi barat dan timur.

Bentuk gubahan tidak simetris dan memiliki banyak ‘irama’ pada tiap sisinya sebagai
respon terhadap potensi tapak serta kondisi iklim lokal. Integrasi nilai sosial kedalam
apartemen menghasilkan selasar dan balkon terbuka kantilever pada setiap sisi
gubahan massa. Selasar-selasar ini memiliki ukuran selebar dua hingga maksimal tiga
meter. Ketinggian antara plat lantai berjarak empat meter--dengan catatan sebesar
2,7 meter merupakan jarak antara lantai dengan plafon, jarak satu meter
diperuntukkan bagi struktur balok dan jarak 30 cm dimanfaatkan sebagai ruang
menaruh sistem utilitas dan jaringan perpipaan.

Setiap selasar dan balkon kantilever berfungsi sebagai shading cantilever, jarak antara
plat lantai dengan plafon dibawahnya turut memberikan panel tambahan yang
menambah keefektifan shading. Variasi dapat dilakukan pada kluster unit tertentu yang
membutuhkan perlakuan khusus terkait tipe shadingnya.

Pemilihan material kaca yang memiliki tingkat reflektivitas yang baik juga mampu
mengurangi intensitas panas matahari kedalam ruangan dengan tetap menyediakan
jangkauan view luar bangunan yang luas. Kedua faktor ini menjadi elemen utama
pembentuk fasad bangunan serta strategi utama perancangan dalam menurunkan
angka OTTV sebagai penyelesaian isu urban heat island yang diangkat proposal.
Gambar 1.13 Elemen shading sebagai pembentuk fasad - The 8 House
(Sumber : https:archdaily.com)

3.3 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


SELUBUNG BANGUNAN 93
LANSEKAP TERHADAP KONDISI IKLIM SETEMPAT

Penataan lansekap dari aspek ini mengambil pertimbangan terhadap kondisi Sebagai daerah tropis, tapak mendapatkan lama penyinaran matahari relatif
lingkungan serta iklim daerah setempat. Area lansekap sendiri diproyeksikan menjadi sama sepanjang tahunnya. Penggunaan elemen vegetasi perindang
sebuah ruang terbuka publik yang mempererat koneksi lingkungan sekitar tapak dimaksimalkan untuk memberikan lingkungan luar yang sejuk dan teduh.
dengan keberadan apartemen. Area courtyard pada lansekap berfungsi untuk Elemen softscape berupa vegetasi perindang juga turut berperan dalam
meringankan bentuk gubahan sekaligus menjadi penghubung ruang dalam penanganan permasalahan urban heat island dalam skala lingkungan
apartemen dengan lingkungan luarnya. Pada perancangan ruang luar, elemen tapak. Penggunaan elemen softscape ttidak terbatas pada lingkungan luar
softscape seperti vegetasi dan air sekaligus hardscape seperti perkerasan dan batu lansekap. Area courtyard dapat ditata sebagai ruang hijau ‘dalam’ gubahan
dimanfaatkan untuk menciptakan kombinasi penataan lansekap yang harmonis yang dapat turut meningkatkan kualitas pengalaman meruang individu
dengan situasi lingkungan disekitarnya. dengan lingkungan luarnya. Tingkat curah hujan yang juga tinggi pada
daerah tropis mendorong penggunaan perkerasan yang mampu
Elemen air-kolam ditempatkan pada orientasi timur dan utara tapak dimana angin meneruskan air kedalam tanah sekaligus memperluas area tanah terekspos
berhembus secara konstan sepanjang tahunnya berdasarkan data windrose yang dapat berfungsi sebagai daerah resapan.
meteoblue. Ini dilakukan untuk meningkatkan terjadinya kondensasi dalam
lingkungan tapak sehingga menyejukkan suhu lingkungan luar. Perlakuan ini
ditambah dengan kehadiran courtyard ditengah gubahan massa yang berongga
dapat sekaligus meningkatkan kualitas penghawaan terhadap ruang dalam
apartemen.

3.4.1 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


94
LANSEKAP
SIRKULASI KENDARAAN DALAM TAPAK PENATAAN RUANG PUBLIK DALAM TAPAK

Pola penataan sirkulasi kendaraan memanfaatkan sistem satu arah Sebagai daerah transit, daerah disekitar tapak memiliki keterbatasan
untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan dan antrian kendaraan akses terhadap ruang terbuka publik yang memadai. Perancangan
dalam tapak. Memanfaatkan posisi site yang strategis, akses keluar ruang publik mempertimbangkan aspek ketetanggaan untuk
dan masuk menuju tapak diletakkan pada sisi persimpangan jalan mendapatkan potensi-potensi yang dapat dioptimalkan dalam
yang berbeda. Akses masuk dan keluar ditempatkan pada titik terjauh prosesnya. Perancangan ruang publik harus dapat mengambil
dari persimpangan untuk mencegah timbulnya kemacetan yang perannya dalam masyarakat sebagai generator sosial dalam
ditimbulkan dari aktivitas keluar-masuk kendaraan menuju tapak. komunitas lokal sekaligus menjadi magnet yang menarik kalangan
masyarakat luas untuk mengunjungi apartemen.

Tapak harus menyediakan akses yang memadai untuk keluar masuk Sebagai permulaan, area tapak pada sisi barat yang dimanfaatkan
kendaraan darurat seperti truk pemadam kebakaran. Sisi selatan dan untuk menambah lebar jalan berbatasan langsung dengan
barat tapak bersebelahan dengan gang yang berbatasan langsung perkampungan warga maka perancangan lansekap dapat
dengan area perkampungan warga. Gang pada sisi selatan relatif mengambil arah sebagai ruang terbuka publik. Area lansekap yang
cukup lebar sebagai akses kendaraan darurat namun akses jalan dimanfaatkan untuk memperlebar jalan dapat fungsi komersil dapat
pada sisi timur memerlukan penyesuaian dikarenakan jalan memiliki diintegrasikan dengan menyediakan area bagi pedagang keliling.
lebar tidak lebih dari dua meter. Area tapak dapat dimanfaatkan Selain berfungsi untuk menarik pengunjung, strategi ini juga dapat
dalam penambahan lebar jalan. Namun begitu, penataan lansekap mengaburkan kesenjangan infrastruktur dimana bangunan
tidak boleh membiarkan area yang berbatasan dengan masyarakat apartemen seolah hanya bersifat eksklusif bagi kalangan tertentu.
hanya sekedar menjadi jalanan biasa. Perancangan lansekap bercita-cita memasukkan sebanyak mungkin
elemen masyarakat yang beragam dalam rangka rancangan
memainkan perannya ditengah komunitas masyarakat.

3.4.1 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


LANSEKAP 95
PENGALAMAN MERUANG PADA LANSEKAP

Untuk mempermudah akses dalam kompleks apartemen, pola


penataan sirkulasi dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan
pengalaman meruang yang dinamis. Penataan sirkulasi dan ruang
pada level ground floor yang terorientasi terhadap courtyard
merupakan salah satu solusi utama. Courtyard yang pada awalnya
dirancang untuk mengurangi ‘berat’ massa bangunan dapat
sekaligus dimanfaatkan sebagai area komunal yang berperan dalam
mengikat berbagai fungsi bangunan--khususnya sosial dan komersil--
pada elevasi tanah.

Courtyard dapat dianalogikan sebagai ‘alun-alun’ yang menjadi


pusat detak jantung aktivitas sosial dalam bangunan. Dari segi
orientasi pada tapak, perletakan courtyard menjadikannya area
‘ transit ’ yang pasti dilalui pergerakan pengguna. Courtyard
menghubungkan area taman publik ada sisi barat dengan ruang
terbuka dan kolam pada sisi timur sekaligus mengkoneksikan
bermacam fungsi ruang komersil dalam bangunan.

Pada cetak biru penataan ruang publik di area perkotaan Indonesia,


ruang publik merupakan katalis bagi aktivitas perekonomian
masyarakat disekitarnya. Penerapan konsep yang sama dapat
diaplikasikan terhadap perancangan lansekap apartemen yang
bermaksud menyatukan fungsi sosial dengan komersilnya. Berbagai
fasilitas pada level ground floor diletakkan mengitari dan berorientasi
menghadap courtyard--perlakuan ini menjadikan fungsi publik dan
fungsi komersil terikat dimana keberadaan salah satunya saling
mendukung satu sama lain.

3.4.1 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


96
LANSEKAP
BENTANG STRUKTUR RANGKA
Rancangan apartemen menggunakan struktur beton bertulang. Ukuran bentang
struktur harus dapat mempertimbangkan dimensi unit hunian sekaligus aksebilitas
sirkulasi kendaraan pada level basement. Bentang maksimal struktur balok agar
ketebalannya tidak kelewat tebal adalah 12 meter--dengan ketebalan 1 meter.
Perancangan apartemen akan menggunalan kombinasi 12 x 12 meter, 12 x 8
meter dan 10 x 8 meter dengan catatan bentang lebih dari 12 meter dapat
diaplikasikan pada situasi tertentu. Sebagai contoh pertimbangan bentang struktur
terhadap ukuran unit--bentang struktur 12 x 8 meter = 96 meter persegi, dapat
menyokong 2 unit dengan ukuran 38 hingga 40 meter persegi (dengan catatan
20% total luas diperuntukkan bagi sirkulasi).

Perhitungan dimensi kolom balok sebagai berikut :

Bentang 12 x 12 meter
Balok Induk Tinggi : 1/12 x 12 = 1 meter
Lebar : 1/2 x 1 = 0.5 meter

Balok Anak Tinggi : 1/15 x 12 = 0.8 meter PONDASI


Lebar : 1/2 x 0.8 = 0.4 meter Pondasi yang digunakan memakai footplat dengan bore pile beton dengan
mempertimbangkan berat struktur serta ketinggian bangunan apartemen. Tiang
Bentang 12 x 8 meter pancang beton memiliki kemampuan untuk meyalurkan beban lateral maupun vertikal
Balok induk Tinggi : 1/12 x 12 = 1 meter menuju tanah dengan baik. Jenis pondasi ini juga lebih mudah untuk diaplikasikan
Lebar : 1/2 x 1 = 0.5 meter sebab pemasangannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian muka air tanah.
Balok Anak Tinggi : 1/15 x 8 = 0.6 meter
Lebar : 1/2 x 0.6 = 0.3 meter ELEVATOR
Dengan tinggi delapan lantai, proposal desain apartemen memiliki total 3 shaft
Bentang 10 x 8 meter elevator yang terintegrasi dengan tangga. Terdapat total enam elevator akses--yang
Balok Induk Tinggi : 1/12 x 10 = 0.8 meter memiliki dimensi 1,5 x 1 meter– dengan masing-masing kapasitas angkut sebesar 6
Lebar : 1/2 x 0.8 = 0.4 meter orang dan satu elevator darurat pada yang terletak pada shaft kebakaran. Dengan
mempertimbangkan bentang keseluruhan gubahan, shaft diletakkan pada setiap
Balok Anak Tinggi : 1/15 x 8 = 0.6 meter sudut pertemuan massa. Jarak menuju shaft tidak lebih dari 30 meter dari segala
Lebar : 1/2 x 0.6 = 0.3 meter penjuru bangunan.

Ukuran Kolom : 50 cm + (2x5 cm) = 0.6 meter TANGGA


Tangga merupakan alternatif sirkulasi vertikal dalam bangunan setelah elevator. Setiap
shaft sirkulasi vertikal dirancang beserta tangga dengan ukuran lebar 1.5 meter, ukuran
bordes 1 x 1 meter dan ketinggian anak tangga sebesar 20 cm. Total terdapat 3 tangga
akses serta satu tangga darurat yang terletak pada sudut gubahan dengan elevasi
tertinggi. Setiap shaft dirancang dengan dinding insulator tahan api
mempertimbangkan kompleksitas sirkulasi dalam rancangan apartemen yang
memerlukan kelayakan setiap shaft vertikalnya sebagai jalur evakuasi dalam situasi
mendesak.

Dengan massa gubahan yang terpecah menjadi 4 potongan, dilatasi struktur


diletakkan pada masing-masing sudut sambungan gubahan. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi penurunan muka tanah pada salah satu potongan gubahan yang
dapat mengakibatkan kegagalan secara keseluruhan pada sistem struktur. Jarak
antara elemen struktur kolom pada setiap dilatasi dapat dibuat pendek selama
setiap segmen gubahan terpisahkan.

3.5 PEMECAHAN PERSOALAN DESAIN


STRUKTUR & INFRASTRUKTUR 97
BAB 4

HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANYA

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

98
Bentuk dasar dari plat lantai mengambil bentuk tapak sebagai acuan utama.
Pengembangan bentuk gubahan bangunan secara vertikal merupakan hasil
pertimbangan berbagai aspek diantaranya kondisi iklim setempat, view,
sunpath, windrose serta integrasi nilai sosial. Untuk kondisi fisik tapak dan
lingkungan sekitarnya, setiap orientasi mata angin memiliki potensi dan
tantangan yang berbeda. Hasil rancangan bentuk gubahan yang tidak
simetris merupakan hasil tanggapan terhadap faktor tersebut.

Perancangan gubahan memanfaatkan innercourt sebagai hasil adaptasi


building codes dengan kebutuhan apartemen akan view, pencahayaan
dan penghawaan alami. Dalam usaha mengintegrasikan nilai sosial
terhadap proses perancangan gubahan massa, ruang publik diletakkan
pada area rooftop gubahan. Untuk mendistribusikan ruang publik dengan
lebih efektif, setiap lantai dirancang sedemikian rupa agar memiliki akses
terhadapnya. Ruang publik yang semula hanya berada pada area rooftop
‘ditarik’ menuju setiap level lantai berdasarkan grid strukturnya, menghasilkan
teras komunal dengan bentuk berundak yang saling terhubung satu sama
lain.

Integrasi elemen ruang publik terhadap bentuk gubahan turut memberi


respons positif terhadap kualitas view, penghawaan dan pencahayaan
alami yang dibutuhkan dalam apartemen. Sisi timur gubahan yang terekspos
menyediakan rentang view yang lebih menyeluruh sekaligus turut
mengoptimalkan intensitas pencahayaan pagi pada sisi dalam gubahan.
Implementasi metode hybrid dalam perancangan massa menghasikan
alternatif dimana keberadaan satu fitur pada gubahan turut mendukung
kualitas fitur lainnya (and vice versa).

4.1 RANCANGAN SKEMATIK GUBAHAN MASSA


GUBAHAN MASSA 99
RUANG PUBLIK UMUM AREA KOMERSIL FASILITAS PENUNJANG SIRKULASI-SELASAR TERBUKA

Lantai ground floor memiliki area seluas 2620 meter persegi dengan Lantai dasar pada dasarnya merupakan area publik yang didominasi fungsi
ketinggian antar lantai sebesar 4.4 meter. Dengan fungsi pokok sebagai komersil. Pintu masuk utama mengharuskan pengunjung melalui berbagai ritel
area publik komersil, lantai ground floor tersusun atas ruang-ruang sebagai komersil sebelum mencapai lobby lift. Para pengunjung juga dapat melalui alur
berikut : yang berbeda dan fleksibel dalam menembus kawasan bangunan. Area ritel
maupun ruang tertutup ditarik kedalam bangunan, menghasilkan area selasar
1. Lounge semi terbuka pada pinggir-pinggir bangunan.
2. Marketing & Office
3. Retail Kedai Makanan Lantai dasar bangunan turut berperan sebagai penjembatan aktivitas dengan
4. Foodcourt Area lingkungan ketetanggaan disekitarnya. Posisi tapak di pinggir persimpangan
5. Gym menjadikannya titik strategis untuk dilalui pengunjung. Pada sisi timur, diletakkan
6. Minimarket & ATM Center genetator aktivitas sosial berupa ruang terbuka sekaligus restaurant dengan
7. Laundry Area area semi terbuka untuk menambah daya tarik. Terdapat innercourt sebagai
8. Innercourt & Park zona transit yang turut yang berfungsi sebagai taman terbuka publik didalam
9. Fast Food Restaurant gubahan. Area foodcourt melengkapi hubungan yang diciptakan area resto-
10. Lift Lobby & Core innercourt dengan taman publik pada sisi barat lansekap. Area foodcourt
diletakkan pada orientasi ini untuk mengoptimalkan posisinya yang
bersebelahan langsung dengan kawasan ketetanggaan warga.

4.2.1 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG


100
TATA RUANG
Sebagai hasil dari eksplorasi bentuk gubahan yang mengintegrasikan nilai Ÿ TIPE W/3 (1BR) Ÿ TIPE 3A (2BR)
sosial, setiap level lantai memiliki bentuk plat yang berbeda. Setiap lantai Ÿ TIPE W/3+ (1BR) Ÿ TIPE 3W MEZANIN (2BR)
memiliki area teras publik yang saling terkoneksi dengan teras publik pada Ÿ TIPE W/A3 (1BR) Ÿ TIPE 3W+ (2BR)
level lantai lainnya, menciptakan semacam ‘anak tangga’ pada bentuk Ÿ TIPE W/3A (1BR) Ÿ TIPE 3/W MEZANIN (2BR)
gubahan. Lantai yang lebih tinggi memiliki luas yang lebih kecil Ÿ TIPE W-A3 (STUDIO) Ÿ TTIPE 3/W+ MEZANIN (2BR)
dibandingkan lantai dibawahnya. Ini menghasilkan kombinasi penataan- Ÿ TIPE W-31 (STUDIO) Ÿ TIPE 3PENT (2BR)
ukuran serta bentuk unit apartemen dengan variasi yang luas. secara total Ÿ TIPE W-3 (1BR) Ÿ TIPE 3+ PENT (2BR)
terdapat 28 tipe unit apartemen masing-masing dengan spesifikasi ukuran Ÿ TIPE 3 MEZANIN (2BR) Ÿ TIPE 3W PENT (2BR)
serta orientasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ÿ TIPE 3+ MEZANIN (2BR) Ÿ TIPE 3/W PENT (2BR)
Tipe jenis unit yang disediakan rancangan apartemen meliputi :
Ÿ TIPE A (STUDIO) Ÿ TIPE WA (STUDIO) Terdapat lebih dari 150 unit hunian dalam rancangan dimana secara
Ÿ TIPE A+ (1BR) Ÿ TIPE WA+ (1BR) keseluruhan, unit residensial beserta area balkon komunalnya mencakup lebih
Ÿ TIPE AW (STUDIO) Ÿ TIPE W-A (STUDIO) dari 70 persen luas total bangunan. Unit yang ditawarkan dalam merupakan
Ÿ TIPE A-W (1BR) Ÿ TIPE W-A+ (1BR) tipe sewa agar mampu menjaring pasar yang lebih luas pada area perkotaan
Ÿ TIPE A/W (STUDIO) Ÿ TIPE W/A (1BR) berkembang dimana masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi dan kerap
Ÿ TIPE A/W+ (1 BR) Ÿ TIPE W/A+(1BR) berpindah-pindah hunian.
Ÿ TIPE A3 (STUDIO) Ÿ TIPE W/A++ (2BR)
Ÿ TIPE W (STUDIO) Ÿ TIPE W3 (STUDIO)
Ÿ TIPE W+ (1 BR) Ÿ TIPE W3+ (STUDIO)

4.2.1 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG


TATA RUANG 101
RUANG PUBLIK UMUM RUANG PUBLIK PENGHUNI SIRKULASI-SELASAR TERBUKA

TERAS KOMUNAL TERAS BERSAMA SELASAR TERBUKA


SIRKULASI HORIZONTAL

Sirkulasi pada konsepnya bertujuan menciptakan pengalaman meruang Terdapat area teras bersama setiap beberapa unit hunian sebagai wadah
terhadap pengguna apartemen. Pengalaman meruang tersebut interaksi antar penghuni apartemen. Setiap selasar pada masing-masing lantai
mencakup hubungan individu dengan individu, serta individu dengan hunian terhubung dengan area publik berupa teras komunal yang terkluster
ruangannya. pada orientasi timur gubahan. Teras komunal pada tiap lantai tersebut saling
terhubung dan berfungsi sebagai wadah interaksi penghuni sekaligus
Sistem sirkulasi horizontal pada tiap lantai hunian memanfaatkan pengunjung apartemen. Penataan area teras komunal sekaligus sirkulasinya
p e n g g u n a a n s e l a s a r t e r b u k a . Pe n g g u n a a n s e l a s a r t e r b u k a yang terintegrasi dalam proses perancangan bentuk gubahan menghasilkan
mengoptimalkan aspek visual antar pengguna bangunan. Selasar juga bentuk bertingkat yang turut memberi kualitas pengalaman meruang dalam
dibuat lebar setidaknya 2-3 meter untuk mendorong timbulnya interaksi skala ruang luar.
hingga aktivitas ketimbang hanya berperan sebagai area transit.

4.2.2 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG


102
SIRKULASI RUANG DALAM
RUANG PUBLIK UMUM RUANG PUBLIK PENGHUNI SIRKULASI-SELASAR TERBUKA

Selasar-teras terbuka pada lantai enam merupakan batas ruang publik yang
melibatkan interaksi antara penghuni sekaligus pengunjung apartemen.
Orientasi timur dan utara selasar menyajikan kualitas view terhadap area
persawahan yang masih umum ditemukan di area sekitar lokasi. Kedua lantai
paling atas apartemen dirancang hanya untuk penghuni apartemen saja.
Kualitas pengalaman meruang yang hendak diberikan tetap berupaya dalam
mendorong interaksi sosial tetapi dibatasi pada interaksi antara penghuni
dengan penghuni.

4.2.2 RANCANGAN SKEMATIK TATA RUANG


SIRKULASI RUANG DALAM 103
SHADING SEBAGAI ELEMEN UTAMA SELUBUNG TEKTONIKA SEBAGAI METODE PERANCANGAN SELUBUNG

Sistem selubung bangunan memanfaatkan overhang shading seabagai Sebagai bangunan dengan bentuk asimetris, peracanagan selubung tidak
eleman utama pembentuk pola fasad. Setiap lantai memiliki balkon/selasar dapat dibuat senada pada seluruh orientasi bangunan terhadap arah mata
kantilever sepanjang 2 meter dari balok struktur. Ini merupakan respons angin yang berbeda. Pada dasarnya sisi bangunan yang menghadap
terhadap perhitungan OTTV yang kedepannya akan dilakukan untuk lingkungan luar memiliki ukuran overshadow yang sedikit lebih panjang
menentukan kesuksesan rancangan dalam menangkal dampak urban dibanding sisi bangunan yang menghadap ke arah innercourt.
heat island.
Pengecualian dilakukan terhadap sisi bangunn yang menghadap kearah timur
Sebagian besar dari penataan unit apartemen bersifat single-bank dengan dimana potensi pencahayaan pagi dimanfaatkan untuk menyediakan area
akses sirkulasi yang turut ‘menembus’ permukaan massa bangunan. teras publik yang terkoneksikan langsung dengan sistem public alley yang
Perlakuan ini dimaksudkan untuk memaksimalkan faktor kualitas diimpleentasikan rancangan.
pencahayaan dan penghawaan alami. Terdapat 6 saja tipe bukaan
jendela pada bangunan yang mana perletakannya praktis hanya mengikuti Tiga lantai teratas juga dirancang untuk bebas dari overhang yang terekspos
pola penataan unit apartemen, menyesuikan luasnya bukaan terhadap untuk menghasilkan tatanan gubahan yang berhierarki dimana respons
kebutuhan pencahayaan serta view tiap unit apartemen. terhadap sunpath lebih ditekankan pada penataan ruang dalamnya.

4.3.1 RANCANGAN SKEMATIK SELUBUNG BANGUNAN


104
SELUBUNG BANGUNAN
Penataan kawasan lansekap beserta pemilihan elemen-elemennya Dengan mempertimbangkan faktor iklim setempat, elemen air berupa kolam
mempertimbangkan banyak faktor dari yang bersifat ketetanggaan hingga diletakkan pada orientasi utara dan timur lansekap. Berdasarkan data windrose
iklim lokal. Pada dasarnya, konsep penataan lansekap berusaha meteoblue, kedua orientasi ini memiliki intensitas angin paling optimal yang
menyajikannya sebagai penjembatan aktivitas antara dua zona yang relatif stabil sepanjang tahunnya. Langkah ini dapat dimanfaatkan untuk
berbeda--apartemen dengan perkampungan sekitarnya. menurunkan suhu secara mikro dengan meningkatkan kondensasi didalam
kawasan tapak. Penataan softscape berupa vegetasi perindang dilakukan
Strategi ini diambil untuk mengaburkan segregasi infrastruktur dan fasilitas sepanjang area tepian kolam tersebut. Area taman terbuka publik sebagai
yang kerap terjadi pada kawasan sekitar terdampak pembangunan hasilnya turut ditempatkan pada kedua orientasi ini untuk mengoptimalkan
apartemen dan bangunan sejenis. Pembangunan yang dilakukan harus potensi yang ada. Vegetasi perindang sendiri dipilih sebagai hasil
mampu memberi dampak positif terhadap komunitas sekitarnya. pertimbangan terhadap kondisi iklim tropis tapak.

Perancangan area taman publik secara khusus sebagai hasilnya diletakkan Penataan sirkulasi kendaraan dalam tapak dibuat searah untuk mencegah
pada orientasi barat dan selatan tapak sebagai orientasi yang berbatasan terjadinya penumpukan kendaraan. Akses keluar dan masuk menuju tapak
langsung dengan kawasan perkampungan. Selain itu, area lansekap pada diletakkan sejauh mungkin dari persimpangan dan pada ruas jalan yang
orientasi utara dan timur tapak dirancang dengan tujuan menarik lebih berbeda. Ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan dan
banyak pengunjung. Perancangan lansekap yang mampu memberi penumpukan kendaraan pada akses keluar-masuk yang kerap terjadi pada
sorotan lebih menuju kompleks bangunan apartemen melalui penataan sistem satu pintu masuk-keluar.
ruang hijau serta elemen softscape.

PERKESARAN PAVING
SOFTSCAPE
KOLAM
SIRKULASI KENDARAAN

4.4.1 SKEMATIK LANSEKAP


SITEPLAN 105
PARKIR OUTDOOR TAMAN PUBLIK (S) KOLAM (T) COURTYARD TAMAN PUBLIK(U) TAMAN PUBLIK(B) KOLAM (U) TANAH RESAPAN

4.4.1 SKEMATIK LANSEKAP


106
SITEPLAN
SISTEM STRUKTUR RANGKA

Sistem struktur pada rancangan menggunakan struktur rangka beton


bertulang dengan kombinasi ukuran grid 8x12 meter 10 x 10 meter dan
12 x 12 meter. Dimensi dari komponen struktur telah disebutkan pada
bab sebelumnya. Bentang struktur mengambil acuan dari besaran unit
apartemen yang akan diwadahi sekaligus pertimbangan sistem utilitas,
sirkulas dsb.

Massa bangunan terbagi layaknya empat gubahan yang terpisah. Untuk


menghindari kegagalan struktur total karena penurunan muka tanah,
dilatasi struktur diintegrasikan pada setiap sudut sambungan gubahan.

Atap bangunan menggunakan struktur atap dak - merespons konsep


bangunan yang memanfaatkan area rooftopnya sebagai ruang
komunal. Pondasi bangunan menggunakan sistem footplat dengan
tambahan bore pile berdiameter 40 centimeter.

Bentuk gubahan yang tidak simetris dengan bentuk plat lantai


menyerupai trapesium menghasilkan integrasi struktur rangka yang
cukup rumit. Kombinasi grid dengan bentang 8 x 10 meter dengan 12 x
12 meter diintegrasikan menyesuaikan sudut gubahan tempatnya
diletakkan. Bangunan memiliki ketinggian maksimal 9 lantai sebesar 36
meter dari permukaan tanah. Pondasi sendiri menggunakan pondasi
tapak yang memiliki kedalaman 5 meter dengan bore pile tambahan
berukuran 50 centimeter sedalam 5 meter. Pondasi tapak sebagai
pijakan bangunan setelah basement memiliki ketebalan 0.7 meter.

4.5 SISTEM STRUKTUR


STRUKTUR BANGUNAN 107
PLAT LANTAI BETON 20 CM

BALOK 100 X 50 CM
KOLOM 60 X 60 CM

PONDASI FOOTPLAT

BOREPILE D : 40 CM

4.5 SISTEM STRUKTUR


108
STRUKTUR BANGUNAN
JALUR EVAKUASI LANTAI 2

SHAFT DARURAT
TANGGA
ELEVATOR
JALUR EVAKUASI

SIRKULASI DALAM BANGUNAN

Sirkulasi dalam rancangan ditata sedemikian rupa untuk menjadikan


mobilitas lebih fleksibel serta meningkatkan skenario kemungkinan terjdinya
interaksi antar pengguna bangunan. Terdapat tiga saft sirkulasi vertikal
masing-masing terdiri atas dua elevator dan satu tangga menerus dari
basement hingga menuju lantai-lantai hunian. masing-masing saft elevator
ditempatkan pada sudut-sudut pertemuan dekat dilatasi, menyesuaikan
orientasinya dengan alur sirkulasi selasar lantai-lantai diatasnya.

TANGGA DARURAT

Masing-masing saft sirkulasi vertikal dalam bangunan dikelilingi dengan


dinding insulator tahan api dengan aksebilitas jarak dari masing-masing sisi
bangunan setidaknya kurang dari 20 meter. Terdapat saft khusus emergency
dengan tangga serta elevator darurat pada sisi gubahan dengan elevasi
tertinggi.

4.6 SISTEM INFRASTRUKTUR


INFRASTRUKTUR BANGUNAN 109
JALUR EVAKUASI GROUND FLOOR
& ASSEMBLY POINT PADA LANSEKAP

TITIK KUMPUL
SHAFT DARURAT
TANGGA
ELEVATOR
JALUR EVAKUASI

JALUR EVAKUASI PADA LANSEKAP

Titik kumpul diletakkan dengan mempertimbangkan aspek ketinggian gubahan


massa apartemen. Selain itu titik kumpul juga sudah semestinya memiliki
aksebilitas terhadap kendaraan darurat sekaligus memungkinkan kemudahan
evakuasi ke area sekitar tapak yang lebih aman. Ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya skenario terburuk dimana bangunan mungkin mengalami
kegagalan struktur, kebakaran dsb.

Titik kumpul pada lansekap diletakkan pada areh barat laut, timur laut dan
tenggara. Ketiga orientasi ini berhadapan dengan sisi gubahan massa bukan
pada ketinggian maksimalnya. Kemudahan akses juga terjamin sebab letak titik
kumpul bersebelahan langsung dengan jalan raya.

4.6 SISTEM INFRASTRUKTUR


110
INFRASTRUKTUR BANGUNAN
4.7.1 ARSITEKTUR HYBRID

INDIKATOR : SPATIAL EXPERIENCE RUANG DALAM & LUAR


PARAMETER : PERANCANGAN GUBAHAN MASSA DAN TATA RUANG YANG TERINTEGRASI DENGAN RUANG PUBLIK

Sirkulasi pada lantai-lantai hunian apartemen dirancang dengan Masing-masing lantai hunian memiliki semacam area rooftop yang
memanfaatkan penggunaan selasar terbuka dan meminimalkan berfungsi sebagai public space bagi para penghuni. Untuk semakin
penggunaan koridor. Pola penataan selasar tidak monoton dengan mendorong terbentuknya komunitas, diimplementasikan suatu skema
kombinasi dua layout sirkulasi setiap dua lantai. Area selasar pada public alley dimana pada intinya terdapat sebuah jalur publik utama
setiap lantai sendiri memiliki lebar setidaknya dua meter dengan view yang mengkoneksikan sebagian besar lantai rancangan bangunan
menuju arah innercourt serta view ke arah luar. Strategi ini apartemen. Skema public alley dirancang untuk menghubungkan area
dimaksudkan untuk memberikan aspek visual antara penghuni rooftop - communal space - lantai residensial dari lantai 2 hingga 6.
apartemen, menekankan nilai yang lebih dalam bahwa mereka Strategi ini ditujukan untuk menciptakan interaksi serta mewadahi
hidup bersama pada satu tempat - sebagai suatu komunitas dalam berbagai aktivitas dengan menjadikan mobilitas dan pergerakan
ruang 3 dimensi. pengguna bangunan semakin fleksibel.

4.7.1 UJI DESAIN


INTEGRASI FUNGSI PUBLIK DALAM APARTEMEN 111
4.7.1 ARSITEKTUR HYBRID

INDIKATOR : SPATIAL EXPERIENCE RUANG DALAM & LUAR


PARAMETER : PERANCANGAN GUBAHAN MASSA DAN TATA RUANG YANG TERINTEGRASI DENGAN RUANG PUBLIK

Setiap lantai memiliki area publik berupa teras komunal yang saling terhubung satu dengan yang lain. Setiap teras komunal terintegrasikan
dengan sistem sirkulasi horizontal yang saling menghubungkan unit apartemen. Terdapat skema yang secara substansial telah diimplementasikan
dalam perancangan bentuk gubahan dan tata ruang, menjadikan kedua proses ini saling berkesinambungan dimana pengambilan keputusan
desainnya saling menguatkan. Kualitas spasial experience--yang mencakup hubungan antara sesama individu, hubungan antara individu
dengan bangunan hingga hubungan antara individu dengan lingkungan luar-- yang merupakan pencarian awal proposal perancangan

TERAS KOMUNAL
TANGGA
AREA HUNIAN
BASEMENT

4.7.1 UJI DESAIN


112
INTEGRASI FUNGSI PUBLIK DALAM APARTEMEN
4.7.2 PENANGANAN UHI

INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV


PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

Perhitungan OTTV merupakan asumsi penggunaan energi pada Kualitas kenyamanan dalam ruang apartemen seperti view terhadap
ruang dalam per meter persegi luas permukaan selubung. ruang luar, pencahayaan-penghawaan alami dapat terpenuhi dengan
Perhitungan ini menunjukkan parameter keberhasilan perancangan menyediakan ventilasi yang lebar. Tugas dari perancangan selubung
selubung bangunan dalam menangkal intensitas radiasi matahari sekarang adalah bagaimana mempertahankan kualitas-kualitas diatas
berdasarkan standar yang ditentukan pihak berwenang. Efisiensi yang sekaligus memenuhi parameter perhitungan OTTV.
penggunaan energi merupakan poin yang hendak dicapai melalui
perhitungan ini dimana angka pemakaian energi dalam ruang yang Strategi penyelesaian masalah yang diambil proposal perancangan
memenuhi standar harus berada dibawah angka 45 watt/meter untuk mencapai parameter OTTV adalah dengan menekankan
persegi luas selubung. penggunaan elemen shading--kantilever, ventilasi dsb--sebagai
komponen utama penyusun selubung bangunan.

Perancangan selubung bangunan ini harus memanfaatkan elemen-


elemen yang sudah ada(eksisting) pada rancangan apartemen.
Contohnya perletakan dan ukuran ventilasi hingga perancangan selasar
sirkulasi yang turut berperan sebagai shading kantilever.

4.7.2 UJI DESAIN


FASAD & UJI OTTV 113
INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV
PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

Dengan memanfaatkan strategi perancangan selubung


sebelumnya, orientasi utara menerima intensitas radiasi matahari
terbesar(49.60 watt/m2) dibanding ketiga orientasi lainnya. Kondisi ini
sangat rasional mengingat posisi tapak yang berada pada lintang
selatan dari garis khatulistiwa. Posisi semu matahari yang senantiasa
berganti sepanjang tahunnya relatif menghabiskan waktu lebih lama
condong menuju arah utara sebagai dampak dari kordinat letak
tapak.

4.7.2 UJI DESAIN


114
FASAD & UJI OTTV
INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV
PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

Sisi timur selubung menerima intensitas radiasi matahari sepanjang


tahun terbesar kedua(49.41 watt/m2) setelah orientasi utara fasad.
Orientasi ini memang memiliki luas permukaan selubung paling luas
dibanding orientasi mata angil lainnya. Selain itu orientasi timur
merupakan sisi yang paling terdampak dari sengatan radiasi matahari
pagi-siang hari.

4.7.2 UJI DESAIN


FASAD & UJI OTTV 115
INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV
PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

Sisi barat selubung menerima intensitas radiasi panas matahari


terbesar ketiga(39.47/m2) sepanjang tahunnya. Orientasi ini selain
memiliki luas permukaan selubung yang besar juga berhadapan
langsung dengan sengatan radiasi matahari siang hingga sore hari
yang cukup intens. Optimalisasi penggunaan elemen shading
sebagai penyusun utama fasad mampu secara efektif memberi
perbedaan penggunaan energi hingga 10 watt/meter persegi
selubung dibandingkan dua orientasi selubung sebelumnya (utara &
timur).

4.7.2 UJI DESAIN


116
FASAD & UJI OTTV
INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV
PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

Sisi selatan menerima intensitas radiasi matahari sepanjang tahun


dengan angka terendah(33.04 watt/m2) dibanding ketiga orientasi
selubung sebelumnya. Orientasi ini mendapatkan lama durasi
paparan matahari yang relatif paling kecil berbanding terbalik
dengan orientasi utara. Sekali lagi, pemanfaatan elemen shading
sebagai pembentuk utama fasad memberi perbedaan
penggunaan energi mencapai 7 derajat lebih rendah bila
dibandingkan selubung pada sisi barat.

4.7.2 UJI DESAIN


FASAD & UJI OTTV 117
INDIKATOR : PERANCANGAN FASAD YANG MEMENUHI STANDAR PERHITUNGAN OTTV
PARAMETER : PERANCANGAN FASAD YANG MENEKANKAN PENGGUNAAN ELEMEN SHADING SERTA PERHITUNGAN OTTV MENUNJUKKAN ANGKA
PENGGUNAAN ENERGI DIBAWAH 45 WATT/M2

TAMPAK TIMUR TAMPAK SELATAN TAMPAK UTARA TAMPAK BARAT

Perhitungan penggunaan energi per meter persegi luas selubung


masing-masing orientasi kemudian dikombinasikan untuk mendapatkan
perhitungan akhir secara menyeluruh. Orientasi utara menunjukkan
angka penggunaan energi terbesar dilanjutkan dengan sisi timur, barat
dan terakhir selatan. Secara rata-rata total, bangunan diestimasikan
menggunakan energi sebesar 42 watt/meter persegi luas selubung.
Angka ini sudah dianggap memenuhi standar nilai overall thermal
transfer value yang ditentukan pemerintah dengan penggunaan energi
dibawah angka 45 watt/meter persegi luas permukaan selubung

4.7.2 UJI DESAIN


118
FASAD & UJI OTTV
VARIABEL :PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI
PARAMETER :KEMAMPUAN RANCANGAN SECARA UMUM MEMBERIKAN PENCAHAYAAN SERTA PENGHAWAAN ALAMI DALAM RUANG

Selain kuantitas dan luas ventilasi yang memadai, bentuk gubahan Tiap unit hunian memiliki bukaan lebar relatif terhadap permukaan
massa mengambil peran penting dalam pemenuhan kualitas dinding yang berorientasi ke arah luar dimana selain penting untuk
pencahayaan serta penghawaan alami. Gubahan dengan massa memaksimalkan kualitas pencahayaan dan penghawaan alami, juga
yang masif memiliki tingkat penetrasi oleh angin dan sinar matahari bertujuan memberikan sudut pandang dari dalam ruang yang
yang buruk. Massa gubahan dirancang memngelilingi courtyard memadai terhadap lingkungan luar. Terdapat 5 jenis bukaan jendela
ditengahnya. pada rancangan serta satu tipe curtain wall. Permukaan bangunan,
meskipun dihiasi dengan ventilasi dan bukaan secara merata juga
Courtyard/innercourt selain berperan sebagai aspek sosial dan visual memiliki sistem overhang yang memadai. Memanfaatkan penggunaan
juga berfungsi untuk memasukkan pencahayaan alami secara lebih struktur kantilever untuk selasar dan balkon, ruangan dibawahnya
merata kedlam bangunan. Massa gubahan dirancang ramping dinaungi oleh overhang sepanjang dua meter.
sehingga unit hunian dapat diletakkan melintang menembus
gubahan. Ini dilakukan untuk memaksimalkan kuaitas penghawaan 2 METER

serta pencahayaan alami dalam unit hunian.


2 METER

2 METER

4.7.1 UJI DESAIN


PENCAHAYAAN & PENGHAWAAN ALAMI 119
BAB 5

DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

120
Property size rancangan telah memenuhi peraturan setempat menyangkut pendirian bangunan. Ukuran KDB hanya menggunakan sekitar 33%
dari peraturan maksimal 60%. Penerapan area courtyard/innercourd pada perancangan bentuk gubahan massa mampu mengurangi luas
area yang digunakan untuk lantai dasar sekaligus menambah presentase area terbuka hijau/KDH dari dalam bangunan. Ukuran KDH pada level
permukaan tanah mencapai angka 29% dari setidaknya luas sebesar 20 persen yang dianjurkan peraturan. Area softscape pada lansekap
tersebut kebanyakan diperuntukkan bagi fungsi ruang terbuka publik. Area kolam menggunakan total area 388 meter persegi atau total 4% dari
keseluruhan luas tapak. Penataan elemen kolam dilakukan dengan mempertimbangkan manfaat serta potensinya terhadap elemen lansekap
lainnya. Kolam diletakkan pada orientasi utara dan timur tapak dimana menurut data meteoblue memiliki potensi angin relatif stabil sepanjang
tahun. Strategi ini dilakukan untuk mendorong semakin banyak terjadinya kondensasidi udara yang mampu menurunkan suhu pada kawasan
tapak.

5.1 HASIL RANCANGAN


PROPERTY SIZE 121
Berdasarkan tabel property size diatas, diketahui total besar ukuran ruang dalam
apartemen. Rancangan apartemen merupakan bangunan hybrid dengan tiga fungsi
berbeda didalamnya : residensial, publik sekaligus komersil. Diagram disebelah kanan
merupakan presentase dari masing-masing fungsi berdasarkan tabel property size. Fungsi
residensial mencakup angka 60% dari keseluruhan luas bangunan, fungsi komersil 18%,
fungsi sosial-publik 16%, sementara sisanya sebesar 6% berfungsi sebagai area servis.
Rentable area dalam rancangan apartemen mencapai angka 78% dari keseluruhan luas
bangunan.

5.1 HASIL RANCANGAN


122
PROPERTY SIZE
Sebagai pengaruh dari bentuk gubahan, terdapat total 30 tipe unit dengan bentuk serta luas yang bervariasi(terdapat studi reseden yang
membenarkan keputusan ini). Secara umum terdapat 3 jenis unit hunian - studio, 1 bedroom dan 2 bedroom. Berdasarkan ukuran luas sendiri,
terdapat tiga kategori yaitu untuk luasan 30-55 meter persegi, 60 - 90 meter persegi dan 100 meter persegi keatas. Secara total namun belum
termasuk area balkon serta teras, area residensial menyusun lebih dari 50 persen keseluruhan luas bangunan. Area komersil sendiri menyusun
setidaknya 20 persen total keseluruhan luas bangunan dengan sisa 20 persen berupa sirkulasi selasar serta fasilitas servis dan utilitas dalam
bangunan.

5.2 HASIL RANCANGAN


PROPERTY SIZE - UNIT 123
Tapak berlokasi tepat pada persimpangan Jalan Wates dan Jalan P.S. Hewan. Rancangan mengambil lokasi tapak ini sebagai acuan dalam
pembentukan serta penentuan orientasi gubahan massa. Gubahan memiliki tujuh elevasi atap yang berbeda, enam diantaranya merupakan
area rooftop yang dimanfaatkan sebagai area komunal untuk mewadahi komunitas dalam bangunan. Letak tapak yang pada persimpangan
jalan ini juga yang menjadi alasan perancangan bentuk gubahan yang eksploratif dan unik. Bentuk gubahan yang tidak biasa mampu menarik
lebih banyak spotlight serta perhatian - menjadikannya semacam point of interest yang dapat menarik lebih banyak pengunjung. Dalam
prosesnya - memasukkan lebih banyak elemen sosial(masyarakat) kedalam kompleks bangunan.

5.1 HASIL RANCANGAN


124
SITUASI
Terdapat satu akses masuk bagi kendaraan penghuni/pengunjung untuk memasuki area tapak pada sisi barat laut tapak yang berbatasan dengan
Jalan Wates - Yogyakarta. Terdapat satu lagi akses untuk keluar kendaraan pada sisi tenggara yang berbatasan dengan Jalan PS Hewan. Parkiran
kendaraan pengunjung mampu menampung sekitar 25 mobil. Terdapat banyak elemen hardscape serta softscape yang membentuk lansekap ini
sesuai dengan peruntukannya pada masing-masing orientasi. Terdapat area ruang terbuka publik berupa taman hingga area berjualan yang
terfokuskan pada sisi utara, barat serta selatan. Sisi barat dan selatan tapak langsung berbatasan dengan gang lingkup ketetanggaan komunitas
masyarakat lokal. Penataan taman serta ruang terbuka untuk publik ditujukan untuk membaurkan sekaligus mendekatkan kompleks apartemen dengan
lingkungan dan komunitas sekitar. Pada sisi timur dan utara sendiri terdapat elemen air-kolam yang bertujuan untuk menambah kondensasi dalam
kawasan tapak, menyesuaikan arah angin yang dominan pada kedua orientasi mata angin tersebut.

5.2 HASIL RANCANGAN


SITEPLAN 125
BASEMENT
Lantai basement digunakan untuk
mewadahi ruang-ruang mekanikal dan
elektrikal, diantaranya : ruang genset,
ruang trafo, ruang LVMDB, ruang GWT,
ruang MEP dan ruang pompa. Pada lantai
basement juga terdapat ruang-ruang
penunjang seperti ruang security dan
gudang. Lantai basement juga berperan
sebagai area parkir roda 4 dan roda 2
penghuni apartemen.

GROUND FLOOR
Lantai dasar berperan untuk mewadahi
fungsi ruang-ruang komersil serta publik.
Fungsi ruang komersil meliputi retail-retail,
area foodcourt, restaurant, café hingga
minimarket. Fungsi komersil ditempatkan
pada lantai dasar untuk mengoptimalkan
potensi apartemen sebagai bangunan
sosial sekaligus untuk menjaring lebih
banyak pengunjung. Lantai dasar juga
terintegrasi secara langsung dengan
penataan lansekap yang mengitarinya.
Courtyard yang terletak ditengah-tengah
gubahan berfungsi untuk
menghubungkan taman pubik pada sisi
barat dengan ruang terbuka pada sisi
timur gubahan.

5.3 HASIL RANCANGAN


126
DENAH
1ST FLOOR
Lantai satu ber fungs sebagai area
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Plaza yang mengitari
courtyard berfungsi area publik sebagai
generator sosial terjadinya interaksi antar
penghuni sekaligus dengan pengunjung.
Terdapat 29 unit hunian apartemen pada
lantai ini dengan 11 tipe unit yang
berbeda. Terdapat area teras bersama
pada setiap beberapa unit hunian yang
dapat dimanfaatkan sebagai zona
interaksi antar sesama penghuni
apartemen.

2ND FLOOR
La n t a i 2 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik
bermula dari lantai ini yang mana bagian
ini saling terhubung dengan fungsi serupa
lantai diatasnya. Teras publik tersebut juga
terintegrasi dengan sistem sirkulasi
horizontal selasar terbuka pada tiap lantai.
Terdapat 29 unit hunian apartemen pada
lantai ini yang terdiri atas 15 tipe unit yang
berbeda. Terdapat area teras bersama
pada setiap beberapa unit hunian yang
dapat dimanfaatkan sebagai zona
interaksi antar sesama penghuni
apartemen.

5.3 HASIL RANCANGAN


DENAH 127
3RD FLOOR
La n t a i 3 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik pada
lantai ini terintegrasi dengan sistem
sirkulasi selasar terbukanya sekaligus
terhubung dengan teras publik lantai
l a i n n y a. Te r d a p a t 2 4 u n i t h u n i a n
apartemen pada lantai ini dengan 12 tipe
unit yang berbeda. Terdapat area teras
bersama pada setiap beberapa unit
hunian yang dapat dimanfaatkan
sebagai zona interaksi antar sesama
penghuni apartemen.

4TH FLOOR
La n t a i 4 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik pada
lantai ini terintegrasi dengan sistem
sirkulasi selasar terbukanya sekaligus
terhubung dengan teras publik lantai
l a i n n y a. Te r d a p a t 2 4 u n i t h u n i a n
apartemen pada lantai ini dengan 14 tipe
unit yang berbeda. Terdapat area teras
bersama pada setiap beberapa unit
hunian yang dapat dimanfaatkan
sebagai zona interaksi antar sesama
penghuni apartemen.

5.3 HASIL RANCANGAN


128
DENAH
5TH FLOOR
La n t a i 5 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Area teras publik pada
lantai ini terintegrasi dengan sistem
sirkulasi selasar terbukanya sekaligus
terhubung dengan teras publik lantai
l a i n n y a. Te r d a p a t 2 0 u n i t h u n i a n
apartemen pada lantai ini dengan 10 tipe
unit yang berbeda. Terdapat area teras
bersama pada setiap beberapa unit
hunian yang dapat dimanfaatkan
sebagai zona interaksi antar sesama
penghuni apartemen.

6TH FLOOR
La n t a i 5 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial namun masih dapat diakses
pengunjung dari luar dengan batasan-
batasan tertentu. Lantai ini merupakan
batas terjauh/tertinggi dimana area teras
publiknya dapat diakses oleh pengunjung
dari luar. Terdapat 19 unit hunian
apartemen pada lantai ini dengan 9 tipe
unit yang berbeda. Sekitar 14 unit hunian
merupakan tipe mezanin yang terhubung
dengan lantai diatasnya(lantai 7).

5.3 HASIL RANCANGAN


DENAH 129
7TH FLOOR
La n t a i 7 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial dengan akses pengunjung
yang telah dibatasi. Teras publik pada
lantai ini bersifat eksklusif bagi lantai yang
ditempatinya. Terdapat 17 unit hunian
apartemen pada lantai ini dengan 9 tipe
unit yang berbeda. Sekitar 14 unit hunian
merupakan tipe mezanin yang terhubung
dengan lantai dibawahnya(lantai 6).

8TH FLOOR
La n t a i 8 b e r f u n g s i s e b a g a i a r e a
residensial sekaligus komersil dengan
akses pengunjung dari luar yang telah
dibatasi. Teras publik pada lantai ini
bersifat eksklusif bagi lantai yang
ditempatinya. Terdapat 5 unit hunian
apartemen pada lantai ini semua
dengan 5 tipe unit yang berbeda. Selain
area residensial, terdapat penthouse
sebagai fungsi komersil yang dapat
disewakan untuk beragam aktivitas.

5.3 HASIL RANCANGAN


130
DENAH
EAST

NORTH

5.4 HASIL RANCANGAN


TAMPAK 131
WEST

SOUTH

5.4 HASIL RANCANGAN


132
TAMPAK
SECTION 1

SECTION 2

5.5 HASIL RANCANGAN


POTONGAN 133
SECTION 3

SECTION 4

5.5 HASIL RANCANGAN


134
POTONGAN
Struktur pondasi bangunan menggunakan footplat dengan bore pile 30 centimeter.

5.6.1 HASIL RANCANGAN


STRUKTUR - PONDASI 135
BASEMENT
Apartemen menggunakan struktur rangka
beton bertulang dengan kombinasi
bentang menyesuaikan bentuk gubahan
massanya. Variasi bentang struktur juga
ditentukan dengan mempertimbangkan
ukuran unit apartemen untuk
mempermudah penataannya pada
denah.

Rancangan menggunakan kolom beton


dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

GROUND FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

5.6.2HASIL RANCANGAN
136
STRUKTUR KOLOM BALOK
1ST FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

2ND FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

5.6.2HASIL RANCANGAN
STRUKTUR KOLOM BALOK 137
3RD FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

4TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

5.6.2HASIL RANCANGAN
138
STRUKTUR KOLOM BALOK
5TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

6TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

5.6.2HASIL RANCANGAN
STRUKTUR KOLOM BALOK 139
7TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

8TH FLOOR
Rancangan menggunakan kolom beton
dengan ukuran 60 x 60 centimeter. Jarak
antara kolom beragam dengan bentang
12 x 8m, 10 x 12m, 12 x 12m dst.

Pa d a s i s t e m k a n t i l e v e r, b a l o k
membentang dengan jarak 2.5m hingga
maksimal 3 meter dari letak kolom terluar.

5.6.2HASIL RANCANGAN
140
STRUKTUR KOLOM BALOK
PERSPEKTIF SISI TIMUR LAUT

5.7 HASIL RANCANGAN


3D CAPTURE EKSTERIOR 141
PERSPEKTIF MATA BURUNG

5.7 HASIL RANCANGAN


142
3D CAPTURE EKSTERIOR
PERSPEKTIF SISI TENGGARA

5.7 HASIL RANCANGAN


3D CAPTURE EKSTERIOR 143
AREA COURTYARD

5.7 HASIL RANCANGAN


144
3D CAPTURE EKSTERIOR
AREA COURTYARD

5.7 HASIL RANCANGAN


3D CAPTURE EKSTERIOR 145
TERAS PUBLIK LANTAI 1

5.7 HASIL RANCANGAN


146
3D CAPTURE EKSTERIOR
TAMAN PUBLIK SISI BARAT

5.7 HASIL RANCANGAN


3D CAPTURE EKSTERIOR 147
TAMAN PUBLIK SISI BARAT

5.7 HASIL RANCANGAN


148
3D CAPTURE EKSTERIOR
TAMAN PUBLIK SISI TIMUR

5.7 HASIL RANCANGAN


3D CAPTURE EKSTERIOR 149
BAB 6

EVALUASI RANCANGAN

PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

150
Evaluasi perancangan dikerjakan setelah melakukan sidang pendadaran yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2022 bersama dosen penguji
1 Ibu Arif Budi Sholihah, S.T., M.Sc.,Ph.D dan dosen penguji 2 yaitu Bapak Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI. Dari hasil sidang tersebut ditemukan
beberapa aspek perancangan yang perlu ditambahkan, diperbaiki serta dipertimbangkan agar benang merah penulisan dapat lebih tegas dan
pembuktian desain semakin jelas. Didapatkan banyak masukan, kritik serta saran dari kedua dosen penguji untuk memperbaiki rancangan
apartemen sosial di kawasan urban Yogyakarta ini.

No Komentar Tanggapan
Keselamatan dalam bangunan publik yang memutuhkan strategi Memperjelas skema jalur evakuasi, memberikan detail elemen
1 tersendiri keselamatan pada area teras rooftop sekaligus menambahkan
contoh gambar rencana perlindungan kebakaran dalam bangunan

SKEMA JALUR EVAKUASI PADA RUANG PUBLIK

Zonasi penataan ruang publik terhadap perancangan bentuk gubahan


massa menghasilkan area publik dalam bangunan yang terkonsentrasi
pada teras rooftop pada sisi timur. Teras publik pada tiap lantai
TERAS PUBLIK LVL 1
kemudian dihubungkan dengan tangga yang tertata secara diagonal
TERAS PUBLIK LVL 5
yang berujung pada area lounge/lobby pada pintu masuk utama
apartemen. Area publik bagi pengunjung terbatas pada zona teras
rooftop tersebut namun fleksibilitas akses sirkulasi diterapkan saat kondisi
TERAS PUBLIK LVL 2
darurat.

TERAS PUBLIK LVL 3

TERAS PUBLIK LVL 4

TERAS PUBLIK LVL 5

RUANG PUBLIK UMUM RUANG PUBLIK PENGHUNI SIRKULASI-SELASAR TERBUKA


TERAS BERSAMA TERAS BERSAMA
(SEMI - PUBLIK) (SEMI - PUBLIK) Seperti yang telah diketahui, setiap teras rooftop turut terhubung dengan
selasar terbuka yang menghubungkan unit hunian dengan akses sirkulasi
vertikal - elevator, tangga sekaligus tangga darurat. Selasar - sirkulasi
vertikal ini turut menjadi alternatif jalur evakuasi dalam bangunan bagi
para pengunjung apartemen.

KESELAMATAN PADA AREA TERAS PUBLIK

Terdapat railing pada tiap sudut area teras rooftop dengan ketinggian
80 cm. Tangga yang menghubungkan tiap teras rooftop berfungsi
sebagai akses dua arah dan memiliki lebar 2 meter. Tangga memiliki
ukuran riser setinggi 19 centimeter dan ukuran tread sepanjang 29
centimeter. Untuk aspek inklusifitas rancangan, elevator dapat turut
diakses pengunjung dengan kursi roda.

6.1 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


FAKTOR KESELAMATAN DALAM BANGUNAN PUBLIK 151
Jarak antar lantai bangunan sebesar 4 meter sementara pengunjung
dapat mengakses zona ruang publik hingga lantai 6(ketinggian
bangunan 24.4 meter) Jalur evakuasi pada zona ruang publik bersifat
fleksibel sebab areanya yang juga terhubung dengan selasar. Pola
sirkulasi pada ruang publik sendiri bersifat dua arah dengan satu akses
masuk dan satu akses keluar.

Ini berarti pengunjung dapat mencapai teras publik pada lantai 5


dengan terlebih dahulu melalui setiap zona serupa pada lantai
dibawahnya. Penghuni disisi lain dapat mengakses zona publik tersebut
melalui elevator-tangga sebelum menuju selasar. Zona teras publik ini
berakhir di ruang lounge pada lantai dasar dengan akses langsung
menuju area luar bangunan. Titik kumpul utama terletak pada sisi timur
laut tapak yang juga merupakan arah orientasi pintu keluar utama
bangunan.

6.1 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


152
FAKTOR KESELAMATAN DALAM BANGUNAN PUBLIK
Untuk keselamatan/perlindungan kebakaran dalam bangunan,
rancangan apartemen menggunakan hydrant, sistem pemipaan
sprinkler, APAR sekaligus smoke detector. Jarak antara titik sprinkler
dilayout agar tidak melebihi jarak maksimal 4.6 meter sementara untuk
APAR diletakkan setidaknya 20 meter satu dengan yang lainnya.

Lantai dasar pada gambar diatas memiliki empat akses keluar masuk
bangunan pada setiap orientasi sisinya. Sisi barat pada area foodcourt,
sisi utara pada lounge, sisi timur pada area courtyard-restaurant serta sisi
selatan pada zona komersil. Penataan gubahan dengan courtyard juga
berperan dalam merampingkan massa bangunan sehingga jarak
tempuh jalur evakuasi dapat diperpendek.

6.1 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


FAKTOR KESELAMATAN DALAM BANGUNAN PUBLIK 153
No Komentar Tanggapan
Detail selubung yang menunjukkan dimensi shading tidak ada Menambahkan gambar detail selubung pada sisi shading kantilever
2

Selubung bangunan tersusun dari elemen shading agar rancangan


dapat fokus dalam memberikan solusi penyelesaian isu UHI melalui
perancangan fasad yang memenuhi nilai OTTV. Gambar diatas
merupakan fotongan fasad bangunan yang berorientsi ke arah barat.

Selasar(publik) memiliki ukuran kantilever sepanjang 1.65 meter


sementara teras bersama(semi publik) memiliki bentang 3 meter.
Ketinggian antar lantai 4 meter namun jarak diantara lantai dengan
plafon diatasnya hanya 2.7 meter. Jarak antara lantai dengan panel
overhang diatasnya yang semakin pendek turut mengoptimalkan
keefektifan shading.

6.2 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


154
DETAIL SELUBUNG KANTILEVER
No Komentar Tanggapan
Inklusifitas dalam desain tidak terlihat Menambahkan gambar yang menunjukkan dimensi pada elevator
3 lobby, memperjelas skema sirkulasi vertikal bagi pengguna kursi roda

Inklusivitas dalam rancangan ditunjukkan pada tersedianya akses


sirkulasi vertikal berupa elevator pada setiap sudut selasar. Total terdapat
6 elevator dengan dimensi 1.8 x 2.1 meter yang dapat dimanfaatkan
penghuni apartemen. Banyaknya jumlah elevator ini sekaligus berfungsi
untuk mempermudah mobilitas penghuni (khususnya mereka yang
berkebutuhan khusus - pengguna kursi roda dsb).

Akses elevator ini juga bersifat terbuka untuk pengguna kursi roda yang
merupakan pengunjung luar apartemen dan ingin memanfaatkan
ruang publik pada teras rooftop. Area selasar merupakan zona publik
yang terkoneksikan langsung dengan teras rooftop.

6.3 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


DESAIN INKLUSIF 155
No Komentar Tanggapan
Sistem utilitas terkait skema distribusi air bersih belum ada Memperjelas skema distribusi air bersih secara vertikal dan horizontal,
4 menambahkan gambar rencana distribusi air bersih pada denah

GWT

Bangunan menggunakan PDAM sebagai sumber air bersih utama.


Skema distribusi air bersih menggunakan sistem downfeed dengan
menampung terlebih dahulu air dari PDAM pada ground water tank. Air ZONA 1
kemudian disalurkan menuju ruang pompa untuk ditampung di roof tank
sebelum akhirnya didistribusikan menuju tiap lantai dan ruang-ruangnya.

Secara keseluruhan terdapat 3 saft utama yang berfungsi menyalurkan


air bersih. Ketiga saft utama ini melayani 3 pecahan gubahan massa ZONA 2
yang berbeda. Untuk menyalurkan air bersih, terdapat 2 saft utama yang
langsung terhubung dengan roof tank pada area atap.

ZONA 3

6.4 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


156
DISTRIBUSI AIR BERSIH
No Komentar Tanggapan
Sistem utilitas terkait skema distribusi air bersih belum ada Memperjelas skema distribusi air bersih secara vertikal dan horizontal,
4 menambahkan gambar rencana distribusi air bersih pada denah

Contoh rencana sistem distribusi air bersih pada lantai 2. Terdapat total
28 unit hunian pada lantai ini dengan skema pembagian distribusi air
berdasarkan shaft : Shaft 1 menyalurkan air bersih menuju 9 unit, shaft 2
menyalurkan air bersih menuju 10 unit serta shaft 3 menyalurkan air bersih
menuju 9 unit.

6.4 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


DISTRIBUSI AIR BERSIH 157
No Komentar Tanggapan
Tunjukkan aspek perancangan hybrid pada rancangan Memberi penjabaran mengenai konsep organisasi fungsi dalam
5 rancangan yang menjadi salah satu ciri bangunan hybrid

ORGANISASI FUNGSI DALAM BANGUNAN YANG TURUT MEMPENGARUHI


DIMENSI SOSIAL PENGGUNANYA

Tu j u a n u m u m d a r i p r o p o s a l p e r a n c a n g a n a d a l a h u n t u k
mengintegrasikan fungsi sosial publik kedalam bangunan bertipologi
apartemen. Sementara fungsi komersil telah umum dijumpai pada
beragam desain apartemen, fungsi sosial jelas akan sangat
mempengaruhi dinamika kehidupan penghuni dalam bangunan
apartemen.

Kelebihan dari metode hybrid adalah metode ini memungkinkan


modifikasi/adaptsi terhadap elemen desain yang telah ada, bahkan
menyatukan dua atau lebih elemen desain. Inilah metode yang
diterapkan dalam penataan ruang dalam sekaligus pembentukan
TERDIRI ATAS BEBERAPA FUNGSI DALAM SATU BANGUNAN gubahan massa rancangan apartemen.

Integrasi hybrid mencakup banyak aspek proposal perancangan ini. Sederhananya, rancangan berupaya memodifikasi sirkulasi horizontal
Pertama terdapatnya 2 atau lebih fungsi dalam satu bangunan. dalam tipologi apartemen - koridor - menjadi semacam generator sosial
Rancangan apartemen terdiri atas fungsi residensial, fungsi publik- dalam bangunan. Kemudian, idenya adalah bagaimana
sosial sekaligus fungsi komersil. Ketiga fungsi ini tidak mampu berdiri mentransformasi ruang transit yang minim interaksi dengan
sendiri dan keberadaan salah satu fungsi saling berkesinambungan mengkombinasikannya dengan elemen ruang publik. Implementasi
dengan fungsi yang lain. Faktanya, faktor inilah yang paling desain apartemen terhadap elemen sosial ini dilakukan pada tahap
membedakan bangunan hybrid dengan bangunan mix-used. perancangan gubahan serta perancangan konsep tata ruang.

Mimpi tersebutlah yang terepresentasikan sebagai teras publik berundak


pada rancangan apartemen. Area teras publik merupakan
perpanjangan dari sistem sirkulasi selasar tiap lantai. Fungsi sosial dalam
apartemen tidak berdiri sendiri atau terasing dari fungsi lainnya.
Menggunakan metode hybrid, fungsi ini merupakan modifikasi elemen
desain apartemen yang telah ada sekaligus unifikasi dengan elemen
desain eksternal berupa ruang publik.

6.5 REVIEW EVALUATIF PEMBIMBING & PENGUJI


158
INTEGRASI HYBRID DALAM RANCANGAN
REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA 159
Direktorat Perpustakaan Universitas Islam Indonesia
Gedung Moh. Ha a
JI. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
T. (0274) 898444 ext.2301
F. (0274) 898444 psw.2091
E. [email protected]
W. library.uii.ac.id

SURAT KETERANGAN HASIL CEK PLAGIASI


Nomor: 1786760704/Perpus./10/Dir.Perpus/III/2022

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan ini, menerangkan Bahwa:


Nama : AKE WIDYASTOMO
Nomor Mahasiswa : 17512074
Pembimbing : M. Galieh Gunagama,ST.,M.Sc.
Fakultas / Prodi : Teknik Sipil dan Perencanaan/ Arsitektur
Judul Karya Ilmiah : PERANCANGAN
APARTEMEN
SOSIAL
DENGAN METODE HYBRID DI KAWASAN URBAN
YOGYAKARTA

Karya ilmiah yang bersangkutan di atas telah melalui proses cek plagiasi menggunakan Turnitin
dengan hasil kemiripan (similarity) sebesar 1 (Satu) %.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 3/18/2022
Direktur

Joko S. Prianto, SIP., M.Hum

LAMPIRAN
160
CEK PLAGIASI
LAMPIRAN
APREB 161
LAMPIRAN
162
APREB
LAMPIRAN
APREB 163
LAMPIRAN
164
APREB
LAMPIRAN
APREB 165
PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR

Anda mungkin juga menyukai