Cedera Olahraga
Cedera Olahraga
Cedera Olahraga
CEDERA OLAHRAGA
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
AZLAN ZAY
NIM :
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwasanya saya telah dapat membuat Makalah tentang Cedera Olahraga
walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam
menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan
belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak terutama dari Dosen Pembimbing supaya saya
dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan
semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi
atau ingin lebih tahu lebih banyak tentang olahraga ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
C.Manfaat Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A.Pengertian............................................................................................. 3
B.Kerangka Berfikir................................................................................. 7
C.Macam-Macam Cedera Olahraga......................................................... 9
D.Klasifikasi Cedera Olahraga................................................................ 9
E.Penyebab dan Pencegahan Cedera Olahraga........................................ 11
F.Penyebab Cedera Olahraga................................................................... 12
G.Pencegahan Cedera Olahraga............................................................... 14
H.Perawatan dan Pengobatan Cedera Olahraga....................................... 17
BAB III PENUTUP...................................................................................... 19
A.Kesimpulan.......................................................................................... 19
B.Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek
pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya
memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali
permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan
sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam
level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang
dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang
baik bagi pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh
dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara
berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah
mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga
yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan
bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena
pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot,
dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling
banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu
berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali
atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena
panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu
banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan
memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita
memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk
memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
3
untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar
tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan
secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para
mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa
mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor
perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat
menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan
jasmani di sekolah.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan pengertian cedera
b. Mengenal secara mendalam tentang macam-macam cedera olahraga
c. Dapat menjelaskan penyebab dan pencegahan cedera olahraga
d. Mampu menyampaikan informasi dan menunjukkan tata cara pengobatan
cedera olahraga.
C. Manfaat Penulisan
Di dalam makalah ini kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari
Cedera Olahraga tersebut. Baik cedera olahraga yang ringan maupun cedera
olahraga yang berat. Sebagai calon guru pendidikan jasmani kita harus tahu
bagaimana mengkondisikan siswa-siswa supaya meringankan terjadinya
cedera olahraga.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan
kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang
benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera?
Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya
olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang
berbeda-beda.
Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian
masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi
yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan
pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan
jasmani dan rohani.
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan
kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar
hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai
prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Namun beberapa faktor
yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :
1. Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut
proses digenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh
akan berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan
kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain
itu jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan
kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi,
maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan
demikian bahwa usia memegang peranan.
5
2. Jenis Kelamin
Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita,
demikian pula dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan
fisik, maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golonganusia
atau jenis kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera
yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu
3. Jenis Olahraga
Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya,
mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak
menimbulkan cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu
mencegahnya.
4. Pengalaman Teknik Olahraga
Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu
persiapan dan latihan antara lain :
o Metode atau cara berlatihnya.
o Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.
5. Sarana atau Fasilitas
Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera
masih timbul akibat sarana yang kurang memadai
6. Gizi
Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain
itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.
6
prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang
terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab
serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang
ringan sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat
cedera, ukuran tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan,
kelemahan ligamen, kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental
merupakan faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.
B. Kerangka Berfikir
Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah
supaya mahasiswa atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana
menangani cedera olahraga dan bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi
kabur tentang perbedaan banyak ragam jenis cedera maka perlu diberikan
penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh
untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau
jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang
berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh
atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat
menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan
karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga
celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka
tersebut.
7
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan
dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi
olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani
tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan
keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga
sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut,
korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika
hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit
meningkatkan atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena
olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot
atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat
mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang
bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup
lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya.
Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara
tim yang multidisipliner.
Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet,
lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi
sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma
tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota
gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),
yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya,
seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee,
stress fracture pada tungkai dan kaki.
8
C. Macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi
pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu
ke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu
penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ)
atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari
derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan
secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam
kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka
serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih
parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota
yang cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi
kembali, maka latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat
diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak
terjadi penecilan otot (atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat
diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera.
D. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun
dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang
ringan.
2. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada
performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi
(tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon,
robeknya ligament (sprain grade II).
9
3. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total
dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau
hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture)
atau fracture tulang.
4. Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera
olahraga.
Strain
Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat
dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi
inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot,
tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya
straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan
mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada
baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot
lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan
endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau
tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat
sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair)
sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat
dibagi 4 tingkat, yaitu :
10
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang
terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan
fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi
50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan
proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-
benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali
terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu
pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru
lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya
ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara
total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung
robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana
tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian
tulang tersebut.
E. Penyebab dan Pencegahan pada cedera olahraga
Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru
pendidikan jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai
atlit cedera olahraga.
Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling
sental dalam pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih
olahraga, yaitu orang yang paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis
11
disiapkan akan kalah dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih
olahraga yang tahu tentang olahraga.
Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama
pada saat cedera. Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat
terhadap masa depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan
atlit boleh dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas.
Disinilah muncul seni yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.
Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai
kecenderungan cedera yang berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani
haruslah mengetahui cara pencegahan ataupun pertolongan pertama secara
benar.
Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu
diperhatikan, sehingga para atlit dapat menepis atau menghindari
kecenderungan untuk cedera olahraga.
F. Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab
cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman
kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament
menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai
puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih
sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang
sudah berpengalaman.
12
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera
dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah
berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik
untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang
terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam
melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan,
sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya :
terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk
recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima
lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk
berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga
mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup
untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok
dan yang lain.
13
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang
baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan
sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
G. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan
kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya
biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang
perlu diperhatikan.
1. Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam
pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya
harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan
kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit
tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk
daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan
mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda
kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum
resiko cedar timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
14
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik
cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan
lebih lama tanpa kelelahan.
a. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai
nomor yang diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot
yang dilatih benar-benar tidak mudah cedera.
b. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang
baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.
c. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena
memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan
dengan latihannya.
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi
tinggi kira-kira 2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus
dilakukan :
Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama
yang akan dipakai.
Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan
sendi.
Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi
tugasnya.
d. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh
karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik)
15
dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh
secara benar agar tidak membahayakan.
e. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera.
Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang
sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian peralatan
dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian para ahli. Masing-
masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan
cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga
lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang
berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat
memperkecil resiko cedera olahraga.
Kontruksi sepatu
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :
1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu
meredam benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak
rata (bergelombang atau berkembang-kembang).
2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles
pad” dengan tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4) Terdapat “arch support” yang baik.
5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.
7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.
f. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari
alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam
dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah
banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu
menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
16
g. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar,
seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya
celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan
gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan
lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi
penampilan atlit.
h. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama
atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang
berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut
penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau
pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat
pula.
i. Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga
kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa
atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba
untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai
pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang
lebih penting.
H. Perawatan dan Pengobatan cedera olahraga
Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih
dahulu mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak,
fruktur tulang (patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan
pembuluh darah kecil atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu.
Bila ini terjadi akan ada warna ungu, nyeri dan bengkak.
1. Penanganan pendarahan
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya
pendarahan lokal.
17
a. Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti,
biasanya samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat
mempersingkat periode ini.
b. Sub-Akut (24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa
berdarah kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat
akut dan berdarah kembali.
c. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat
akut, pada saat ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang
baikmasa ini dapat mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal
ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.
2. Penanganan pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari
keputusan yang dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang
diberikan. Bila dokter tidak ada, maka terpaksa pelatih harus memutuskan
sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti,
untuk cedera yang berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk
cedera yang ringan keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu
istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya mampu melakukan pemeriksaan
praktis fungsional dilapangan.
3. Penanganan rehabilitasi medik
Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering
digunakan adalah :
a. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
b. Pelayanan fisioterapi
c. Pelayanan alat bantu (ortesa)
d. Pelayananpengganti tubuh (protesa)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Cedera akibat
berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior.
Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu
permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti.
Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup
efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum
memulai olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas.
Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang
benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan, yaitu:
1. Guru pendidikan jasmani perlu meningkatkan kualitas pengetahuan
tentang cedera olahraga sehingga siswa merasa nyaman jika guru
pendidikan jasmaninya bisa mengatasi masalah cedera olahragan.
2. Bagi pelatih-pelatih harus lebih dekat dengan para atlitnya sehingga
keluhan-keluhan atlit mengenai cedera yang dialaminya bisa dibicarakan
dan disembuhkan secara bersama tim. Peltih juga harus mengetahui
bagaimana kondisi para atlitnya baik secara jasmani maupun rohani. Oleh
karena itu pelatih-pelatih harus sering mengikutu seminar-seminar untuk
para pelatih guna memperdalam pengetahuan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional .
http://surya.co.id/web/index.php?option=com_content&task=view&id=14557
Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
20