Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Hepar: Fajar Kurniawan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Hepar: Fajar Kurniawan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Hepar: Fajar Kurniawan
ABSES HEPAR
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh
FAJAR KURNIAWAN
ABSES HEPAR
1.1. PENGERTIAN
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan mengembung,
biasanya terjadi sensasi nyeri dan panas setempat.
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
system gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus (nanah) didalam parenkin hati. (Sudoyo, 2016).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di
bagian tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier,
system vaskuler, atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke
dalam hepar melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba
dapat berasal dari gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui
vena porta. Abses pada hepar akan mengganggu fungsi hepar. Selain itu,
perforasi abses dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura,
celah pericardial, atau celah peritoneal (Baradero, 2018).
Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan
oleh infeksi.
1.2. ETIOLOGI
Penyebab utama abses hepar adanya infeksi bakteri pada organ hepar.
Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapacara sebagai
berikut :
1) Kandung kemih yang terinfeksi
2) Luka tusuk atau luka tembus
3) Infeksi di dalam perut
4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah
1.3. KLASIFIKASI
Abses hepar dibagi atasdua secara umum berdasarkan penyebabnya,
yaitu abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik :
1) Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasite non pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu
yang terinfeksi Enteremoeba Histolytica yang memberi gejala inasif,
sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin pathogen dan
non pathogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Sudoyo, 2016).
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan
penyebab yang terbanyak dalah E.coli. selain itu, penyebabnya juga
adalah Streptococcus Faecalis, Proteus Vulgaris Dan Salmonella Typhi.
Dapat pula bakteri anaerob zeperti bakteroides, aerobakteria,
aktinomesis, dan streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu
dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun
aerob (Sudoyo, 2016).
1.6. PATHWAY
(Terlampir)
1.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering beruap rupture abses sebesar 5-15,6%,
perforasi abses ke berbagai oragan tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium,
usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superifeksi,
terutama setelah aspirasi atau drainase.
Prognosis dari abses hepar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
1) Virulensi parasite
2) Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3) Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4) Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk
letak dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri
multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine,
metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab
kematian biasanya karena sepsis atau syndrome hepatorenal.
1.10. PENATALAKSANAAN
1) Medikamentosa
Devirivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intertinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral
atau intravena.
a. Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut :
b. Metronidazole :3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan :
c. Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20
hari
d. Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuscular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
2) Tindakan aspirasi terapeutik
Indikasinya yaitu pada :
a. Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b. Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c. Abses lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
pericardium atau peritoneum
3) tindakan pembedahan
pembedahan dilakukan bila :
a. abses disertai komlikasi infeksi sekunder
b. abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang intercostal
c. bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil
d. rupture abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial