Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abses Hepar: Fajar Kurniawan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

ABSES HEPAR

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh
FAJAR KURNIAWAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES HEPAR

1.1. PENGERTIAN
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan mengembung,
biasanya terjadi sensasi nyeri dan panas setempat.
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
system gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus (nanah) didalam parenkin hati. (Sudoyo, 2016).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di
bagian tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier,
system vaskuler, atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke
dalam hepar melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba
dapat berasal dari gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui
vena porta. Abses pada hepar akan mengganggu fungsi hepar. Selain itu,
perforasi abses dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura,
celah pericardial, atau celah peritoneal (Baradero, 2018).
Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan
oleh infeksi.

Gambar 1. Abses Hepar


Anatomi dan Fsiologi Hepar :
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat
1,5 kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga
abdomen disebalah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang
iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama : pertama permukaan atas
berbentuk tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah
tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transferus. Fisura longitudional
memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati di bagi
empat belahan : lobus kanan, lobus kiri, lobus kuadata dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu Arteri hepatica dan Vena
hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan
70%sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan anus, guna darah ini
membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus
halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat,
menyimpan, mengubah dan mengekresikan sejumlah besar substansi yang
terlibat dalam metabolism. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrient langsung dari traktus
gastrointestinal, kemudia hati akan menyimpan atau mentransformasikan
semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam
tubuh untuk keperluan metabolik.
Fungsi metabolic hati terdiri dari mengubah zat makanan yang
diabsorbsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, selain
itu hati juga berfungsi sebagai penyimpanan dan penyebaran berbagai bahan,
termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut
dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga membantu mempertahankan
suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolism yang
berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini
sehingga menaikkab suhu tubuh.

Gambar 2. Anatomi Hepar

1.2. ETIOLOGI
Penyebab utama abses hepar adanya infeksi bakteri pada organ hepar.
Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapacara sebagai
berikut :
1) Kandung kemih yang terinfeksi
2) Luka tusuk atau luka tembus
3) Infeksi di dalam perut
4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah

1.3. KLASIFIKASI
Abses hepar dibagi atasdua secara umum berdasarkan penyebabnya,
yaitu abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik :
1) Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasite non pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu
yang terinfeksi Enteremoeba Histolytica yang memberi gejala inasif,
sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin pathogen dan
non pathogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Sudoyo, 2016).
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative dan
penyebab yang terbanyak dalah E.coli. selain itu, penyebabnya juga
adalah Streptococcus Faecalis, Proteus Vulgaris Dan Salmonella Typhi.
Dapat pula bakteri anaerob zeperti bakteroides, aerobakteria,
aktinomesis, dan streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu
dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun
aerob (Sudoyo, 2016).

1.4. MANIFETASI KLINIS


Keluhan awal yaitu demam/menggigil, nyeri abdomen,
anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringat malam,
diare, demam (suhu tubuh >38C), hepatomegaly, nyeri tekan kuadran kanan
atas, icterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian (Cameron,
2017).
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa
nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk ke
depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Demam/panas tinggi
merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok, apabila AHP letaknya
dekat diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri
pada bahu sebelah kanan, batuk atupun terjadi atelektesis, rasa mual dan
muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang
unintentional (Mansjoer, 2014).
1.5. PATOFISIOLOGIS
Hati menerima darah dari sirkulasi system dan system porta. Adanya
infeksi dari organ-organ lain tubuh akan meningkatkan pemaparan hati
terhadap bakteri, tetapi hati mempunyai sel-sel kuppfer yang terletak
sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembuluh bakteri,
sehingga akan sulit untuk terjadi infeksi.
Ada banyak factor yang berperan sampai dapat terjadinya bases pada
hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat system portal
3) Septicemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatica
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar
Penyebab traktur biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab
tersering dari abses hepar (60% kauss). Tersumbatnya aliran empedu
menyebabkan poliferasi bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah
septicemia generalistasata diikuti oleh appenndisitis akut/perforasi dan
divertikulasi.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung
memaksukkan bakteri ke perenkin hepar dan menyebabkan abses. Sedangkan
trauma tumpul pada hepar dapat menyebabkan nekrosis jaringan hepar,
perdarahan intrahepatic dan keluarnya asam empedu akibat reobekan dari
kanalikuli. Lesi yang terjadi pada kasus seperti ini biasanya soliter.
Abses dapat bersifat multiple atau soliter, biasanya yang berasal dari
infeksi organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi absesyang multiple.
Lesi akan memberikan gambraan jaringan hati yang pucat. Ukiran rongga
abses biasanya bermacam-macam dan umunya bergabung, pada kasus-kasus
yang lanjut akan tampak gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel
PMN dan jaringan hati yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus
dektra dari hepar.

1.6. PATHWAY
(Terlampir)

1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Julius (2017) pemeriksaan penunjang yangdialkukan untuk
penegakan diagnose abses hepar antara lain :
a. Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit
dan pemeriksaan faal hati.
b. Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakan
diafragma efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c. Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegaly, gambaran ileus, gambaran udara
bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktur bilier dan diafragma

Gambar 3. Hasil USG absesb hepar


e. Tomografi
Melihat kelianan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diagragma.
f. Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman
g. Abdomen CT Scan
Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan keadaan sebagai
berikut :

Gambar 4. Hasil Abdominal CT Scan abses hepar

1.8. DIAGNOSA BANDING


1) Hepatoma nekrotik
2) Kista hepar
3) Kolositesis akut
4) TB hepar
5) Actinomicosis hati

1.9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering beruap rupture abses sebesar 5-15,6%,
perforasi abses ke berbagai oragan tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium,
usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superifeksi,
terutama setelah aspirasi atau drainase.
Prognosis dari abses hepar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
1) Virulensi parasite
2) Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3) Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4) Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk
letak dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri
multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine,
metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab
kematian biasanya karena sepsis atau syndrome hepatorenal.

1.10. PENATALAKSANAAN
1) Medikamentosa
Devirivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intertinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral
atau intravena.
a. Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut :
b. Metronidazole :3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan :
c. Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20
hari
d. Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuscular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
2) Tindakan aspirasi terapeutik
Indikasinya yaitu pada :
a. Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b. Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c. Abses lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
pericardium atau peritoneum
3) tindakan pembedahan
pembedahan dilakukan bila :
a. abses disertai komlikasi infeksi sekunder
b. abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang intercostal
c. bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil
d. rupture abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial

1.11. KONSEP KEPERAWATAN


1.1.1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian
1) Anamnesis
a. Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi kesehatan, golongan darah, nomer register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosis medis
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan
secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala
tersebut berkembang
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di
dalam perut, luka tususk yang mengenai hepar, infeksi dari
bagian tubuh lain yang terbawa oleh aliran darah.
d. Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umunya keluhan utama pada kasus hepar abses adanya
lelah, penuruna kemampuan aktifitas, tidak nafsu makan,
mual muntah, nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri pada
bahu sebelah kanan, demam.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakan pernah
menderita penyakit yang sama atau tidak
2) Pengkajian data dasar
a. Aktivitas/istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan. Kelelahan, terlalu lemah,
lateragi, penurunanmasa otot/tonus
b. Sirkulasi
Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distrimia,
bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen
c. Eliminasi
Diare, keringet pada malam hari menunjukkan adanya flatus,
distensi abdomen, penunrunan/tidak ada bising usus. Feses
warna tanah liat, menelan urine gelap pekat
d. Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan
berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering,
turgor buruk, ikterik
e. Neurosensori
Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma,
bicara tidak jelas
f. Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan danya nyeri abdomen kuadran kanan atas,
pruritus, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri
sendiri
g. Pernapasan
Menunjukkan adanya dyspnea, takipnea, pernapasa dingkal,
bunyi napas tambahan, ekpansi paru terbatas, asites, hipoksia
h. Keamanan
Mununjukkan adanya pruritus, demam, ikterik, ekimosis,
patekis, angioma spider, eritema
i. Seksualitas
Menunjukkan adanya gangguan mesntruasi, impontent, atrofi
testis
b. Pemeriksaan fisik
1) Penurunan tonus otot
2) Malaise
3) Anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Nampak mual dan muntah
6) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas
7) Nyeri spontan perut kanan atas
8) Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan, tampak
memegang abdomen saat berjalan karena nyeri
9) Ekspresi wajah meringis
10) Suhu tubuh meningkat

1.1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Nyeri berhubungan dengan respon tubuh terhadap infeksi dengan
mengeluarkan sustansi bradikinin, serotonin dan prostaglandin
(D.0077)
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake nutrisi
(D.0019)
3) Hipertermia berhubungan denagn respon tubuh terhadap reaksi
peradangan pada hepar (proses penyakit) (D.0130)
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
penurunan produksi energi (D.0056)
1.1.3. PERENCANAAN

NO TANGGAL STANDAR DIAGNOSIS STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI


KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN
INDONESIA (SLKI) INDONESIA
(SDKI) (SIKI)
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri 1.08238
respon tubuh terhadap selama 3x.... jam, diharapkan nyeri akut dapat 0bservasi :
infeksi dengan teratasi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
mengeluarkan sustansi Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
bradikinin, serotonin dan Indikator SA ST 2. Identifikasi skala nyeri
prostaglandin Keluhan nyeri Terapi :
(D.0077) Meringis 1) Berikan terapi nonfarmakologis untuk
Sikap protektif mengurangi rasa nyeri (misal. Akupresure,
Gelisah terapi music, aromaterapi, teknik nafas
Kesulitan tidur dalam).
Keterangan : 2) Control lingkungan yang memperberat rasa

1) Menurun nyeri (misal. Suhu ruangan, pencahayaan,

2) Cukup menurun kebisingan)

3) Sedang 3) Fasilitasi istirahat dan tidur


4) Cukup meningkat
5) Meningkat Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberin analgetik, jika perlu
NO TANGGAL STANDAR DIAGNOSIS STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN
INDONESIA (SLKI) INDONESIA
(SDKI) (SIKI)
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi 1.03119
berhubungan dengan selama 3x.... jam, diharapkan defisiti nutrisi 0bservasi :
penurunan intake nutrisi dapat teratasi 1) Identifikasi status nutrisi
(D.0019) Status Nutrisi (L.03030) 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Indikator SA ST 3) Monitor asupan makanan
Nyeri abdomen 4) Monitor berat badan
Berat badan Terapi :
Indeks Massa Tubuh (IMT) 1) Lakukan oral hygirne sebelum makan, jika
Frekuensi makan perlu
Nafsu makan 2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu

Keterangan : yang sesuai

1. Memburuk 3) Berikan makanan tinggi serat untuk

2. Cukup mmburuk mencegah konstipasi

3. Sedang 4) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi

4. Cukup membaik protein


5. Membaik Edukasi :
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makanan (mis. Pereda nyeri, antlemetik),
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di butuhkan, jika perlu
NO TANGGAL STANDAR DIAGNOSIS STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN INDONESIA KEPERAWATAN
INDONESIA (SLKI) INDONESIA
(SDKI) (SIKI)
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi 1.05178
berhubungan dengan selama 3x.... jam, diharapkan intoleransi 0bservasi :
kelemahan fisik akibat aktivitas dapat teratasi 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
penurunan produksi energi Toleransi aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
(D.0056) Indikator SA ST 2) Monitor kelelahan fisik yang emosional
Keluhan lelah 3) Monitor pola dan jam tidur
Dyspnea saat aktivitas 4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Perasaan lemah selama melakukan aktivitas
Keterangan : Terapi :
1. Meningkat 1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
2. Cukup meningkat stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
3. Sedang 2) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
4. Cukup menurun aktif
5. Menurun 3) Berikan aktivitas ditraksi yang
menenangkan
4) Fasililitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
dapat berpindah
Edukasi :
1) Anjurkan tirah baring
2) Ajurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2018. Seri Asuhan Keperawatan : Klien gangguan


Hati. Jakarta : EGC
Cameeron. 2017. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta Binarupa
Aksara
Manjoer, Arief. Dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Sudoyo, Aru W. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbitan FKUI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai