CBR Ketrampilan Menyunting
CBR Ketrampilan Menyunting
CBR Ketrampilan Menyunting
SKOR NILAI :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Riview mengenai
Pragmatik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Yudi,S.Pd.,M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Keterampilan Menyunting yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni.
Adapun tujuan dari penulisan review ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keterampilan Menyunting selain itu, review ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Keterampilan Menyunting bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki tugas laporan
Critical Book Review ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan Critical Book
Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
BAB IV PENUTUP................................................................................................................50
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................50
4.2 Saran..............................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR
Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk meringkas dan
mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau artikel. Dalam menulis CBR kita harus
membaca secara sesama dan juga membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa
memberikan tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan factual.
Sertakita juga harus dapat membandingkan buku satu dengan lainnya agar kita dapat mengetahui
bukumana yang paling bagus untuk dibaca.
B.Buku Pembanding
1. Judul : Terampil Menyunting Teks Bahasa Indonesia
2. Penulis : Dr. Haryadi, M.Pd.
4
3. Penerbit : Tunas Gemilang Press
4. Tahun Terbit : 2021
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. ISBN : 978-623-7292-68-5
5
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT PENYUNTINGAN
a) Pengertian penyuntingan ;
b) tujuan penyuntingan
c) manfaat penyuntingan
2.Pendahuluan
A. Pengertian Penyuntingan
Ketika merunjuk Kamus Besar Bahasa Indonesia ,maka didapati arti dari istilah
penyuntingan berikut : proses,cara,perbuatan menyunting atau menyuntingkan.Sedangkan
makna istilah menyunting menyiapkan naskah siap cetak atau siapp terbit dengan
memperhatikan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika
penyajian,isi,dan bahasa (menyangkut ejaan,diksi,dan struktur kalimat); mengedit,yaitu
pekerjaan menyunting naskah yang betul-betul akan menjadi naskah yang siap untuk dicetak
dengan memerlukan ketrampilan khusus; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan
(surat kabar,majalah); (3) menyusun atau merakit (film,pita rekaman) dengan cara
memontong dan memasang kembali (Depdiknas,2008).
Dari definisi di atas,tentu dapat disimpulkan bahwa penyuntingan merupakan bagian yang
sangar penting dalam proses menghasilkan sebuah karya.Oleh karena itu,peran
6
penyuntingan/editor sangat mempengaruhi mutu karya tersebut.Seorang penyunting harus
memiliki kecermataan,ketelitian yang tinggu,seperti memeriksa penulisan ejaan,dan yang
lebih penting lagi meninjau ulang susunan kalimat agar logis,mudah dipahami,dan tidak
menimbulkan makna ganda atau multitafsir dari pembaca nantinya.Oleh
karenanya,penyunting harus terlebih dahulu melahap isi buku sebelum melakukan proses
penyuntingan (Eneste,2007).
B. Tujuan Penyuntingan
Tujuan utama dari kegiatan menyunting ialah memastikan bahwa teks yang disunting layak
dipublikasikan dan menjadi konsumsi khalayak/publik.Karena itu,dapat dibayangkan bahwa
tugas seorang penyunting sangat berat.Tugas yang berat itu,harus dibekali dengan berbagai
kompetensi kebahasaan yang mumpuni agar mampu menghasilkan karya yang bernilai.
C.Manfaat Penyuntingan
BAGIAN ll
7
Setelah tuntas mempelajari Bab ini, diharapkan Anda mampu melakukan penyuntingan
terhadap teks pada:
a) Koran,
b) Buku,
c) Artikel ilmiah,
d) Radio,
e) Televisi.
Media cetak merupakan sarana atau perantara komunikasi yang dicetak pada bahan dasar
posting ini untuk menyampaikan pesan atau informasi . Terutama dari media cetak adalah teks
dan gambar visualisasi. Jenis benda cita yang termasuk di dalam media massa adalah surat kabar
atau koran majalah tabloid dan lain sebagainya.
Secara umum komposisi surat kabar terdiri atas berita arti kau fiksi dan foto/Bagan.
Siregar (2000:75). Adapun komposisi media cetak (surat kabar) akan memuat 50% berita ( dapat
berupa berita biasa, feature, laporan mendalam atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan
aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar dan yang dipandang penting oleh
pembaca. Artikel mendapat jatah 20% di dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk
rencana atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat sekitar 5%, dapat berupa cerita
langsung, cerita pendek atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan
tempat sekitar 25% . Grafis yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.
Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm. Misalnya, Jwab
Pos (Surabaya) menggunakan kertas berukuran 36 cm x 58 cm, sementara Kompas (Jakarta)
menggunakan kertas dengan ukuran 35 x 58 cm.
8
Ada ketentuan untuk mengenal unsur-unsur dalam sebuah berita, yang sering disingkat
dengan beruang 5W + 1H.
2. Menyunting Buku
Pemancingan terhadap buku paling tidak dapat dibedakan atas juga bagian, yakni buku
ilmiah dan nonilmiah.
Tim Lipi Press (2018) menegaskan bahwa buku ilmiah wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Diterbitkan oleh sebuah lembaga penerbitan ( shinscientific publishing house), baik di tingkat
instansi atau unit-unit litbang pemerintah maupun lembaga penerbitan swasta, nasional atau
internasional;
3. Melewati proses editorial yang mencakup pemeriksaan kebenaran keilmuan dan tata bahasa;
4. Berikut lebih dari 49 halaman yang mencakup halaman isi ( text matter) tidak termasuk
halaman awal dan halaman akhir.
Mengenai sistematika suatu artikel ilmiah, memang tidak ada format yang baku berlaku
secara universal. Sistematika unsur-unsur pada bagian ini dapat bervariasi selama keseluruhan
esensi substansi unsur-unsur tersebut tersampaikan. Pada umumnya, sistematika tersebut
disesuaikan dengan format standar yang diberikan oleh panitia seminar/konferensi atau redaktur
majalah ilmiah yang dituju.
9
1. Siaran Radio
Diantara sekian banyak jenis program acara radio, sandiwara radio merupakan media
yang memungkinkan pendengar membebaskan imajinasinya. Istilah drama radio menurut situs
ensiklopedia, wikipedia sama dengan sandiwara radio yaitu sebuah bentuk penyampaian cerita
yang ber berbasis audio dan disiarkan di radio tanpa kehadiran komponen visual. Sandiwara
radio sangat tergantung pada kekuatan dialog, musik, dan efek suara sandiwara radio lebih dapat
dinikmati secara fleksibel karena bisa didengarkan sambil melakukan aktivitas lain. Sementara
tayangan media cetak maupun audio visual tidaklah demikian, sering kali cara yang disajikan
radio dimungkinkan bisa didengar dari segmentasi apapun baik umur, jenis kelamin, maupun
status sosial, oleh karena itu sutradara sandiwara sangat dituntut kreasi dan kecermatannya
sehingga sandiwara menjadi karya artistik yang tidak menjengkelkan.
2. Siaran Televisi
Kegiatan pemberitaan tampak sederhana jika dilihat secara sekilas. Wartawan mencari
berita, menulis serta menyiarkan berita. Adapun cara-cara berita meliputi baru aktual dan
penting. Masalah ini penting untuk mencegah adanya kemungkinan kesalahan seperti suara tidak
sesuai dengan gambarnya ditampilkan gambar dan suara tidak bisa dilihat dan didengar serta
kesalahan lainnya. Garden ini akan terus terpuruk tiap kali siaran nya jika tidak dilakukan teknik
yang tepat.
Dalam pembuatan naskah seorang reporter harus memperhatikan unsur-unsur berita kode
etik jurnalistik serta hal-hal lain yang tidak menyebabkan ke arah kerancuan bagi penerima berita
yang dibuat reporter atau wartawan. Dalam penulisan berita yang perlu diperhatikan yakni
penggunaan bahasa bahasa dalam pembuatan suatu berita memegang peranan yang penting
sebab dalam bahasa berita disampaikan harus jelas juga mudah dimengerti oleh khalayak.
Penggunaan kata dalam penulisan berita harus memperhatikan unsur SARA sebab di
suatu daerah mungkin kata yang ditulis operator atau wartawan tersebut sudah lumrah didengar
dan digunakan sedangkan di daerah lain kata-kata tersebut hub untuk dibicarakan.
10
Selain itu, penulisan berita harus singkat padat dan jelas. Dalam aturan berita jangan
terlalu panjang dan utamakan berita yang penting terlebih dahulu daripada berita yang kurang
penting.
BAGIAN III
PIRANTI PENYUNTINGAN
Setelah tuntas memepelajari bab ini, diharapkan Anda mampu memahami piranti penyuntingan
meliputi:
Berikut adalah salinan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 50 tahun 2015
Tentang Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia.
1. Pemakaian Huruf
a) Huruf abjad
b) Huruf vokal
c) huruf konsonan
d) huruf diftong
e) gabungan huruf konsonan
f) huruf capital
g) huruf miring
h) huruf tebal
11
2. Penulisan kata
a) Kata dasar
b) Kata berimbuhan
c) Kata ulang
d) Gabungan kata
e) Pemenggalan kata
f) Kata depan
g) Partikel
h) Singkatan dan akronim
i) Angka dan bilangan
j) Kataganti ku-, -ku, -mu, -nya
k) Kata sandang si dan sang
3. Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem atau kata dan frasa pada
suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan
juga intonasi serta jeda yang dapat di sewaktu pembacaan.
1. Tanda Titik (.)
Fungsi tanda titik yang paling umum dan paling banyak dipahami orang-orang ialah sebagai
penanda pada akhir kalimat. Bukan kalimat seruan atau kalimat tanya. Kamu biasa
memahaminya sebagai kalimat berita.
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
Mereka duduk di sana.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
12
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
b) lambang kebanggaan nasional,
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ....
Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka
(seperti pada Misalnya III.A.2.b).
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran
deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau
gambar.
Misalnya:
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
Bagan 2 Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagian Umum
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
d. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
13
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi,
atau tabel.
Misalnya:
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b)
tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
14
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di
luar negeri.
e. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat
tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
g. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
15
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas
Agung).
k. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp750,00
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
m. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih
16
Misalnya:
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
b. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berbadan sehat; dan
(3) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang
sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
c. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
d. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
17
e. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam
kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
b. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak berulang-ulang
c. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan
dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
1) 11-11-2013
2) p-a-n-i-t-i-a
d. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
1) ber-evolusi
2) dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa
Barat);
2) ke- dengan angka (peringkat ke-2);
3) angka dengan –an (tahun 1950-an);
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan
jumlah huruf.
18
Misalnya:
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya:
1) di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
2) ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
g. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
6. Tanda Pisah (—)
a. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:
Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara
internasional.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
1) Tahun 2010—2013
2) Tanggal 5—10 April 2013
3) Jakarta—Bandung
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?
19
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
9. Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
b. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
"Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
"Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."
Catatan:
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
20
"Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
"Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
11. Tanda Petik Tunggal ('…')
a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
b. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.
Misalnya:
noken 'tas khas Papua'
tadulako 'panglima'
12. Tanda Kurung ((…))
a. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
b. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama
kalimat.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
c. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks
dapat dimunculkan atau dihilangkan.
21
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda
pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
13. Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
b. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-
38]) perlu dibentangkan di sini.
14. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'
dikirimkan lewat darat/laut = 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
buku dan/atau majalah = 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
c. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
22
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
B. Diksi
Diksi/pilihan kata dapat dikategorikan ke dalam pilihan kata yang tepat dan ipin dan kata
yang benar. Hp yang tepat adalah cutting dipilih harus sesuai atau tepati dalam bahasa indonesia
banyak kata yang ber sinonim antonim dan lain-lain kata ber sinonim adalah 2 kata yang berbeda
yang mengandung makna yang sama atau memiliki persamaan antara kata pertama dengan kata
yang kedua misalnya kata sejuk dan dingin kata sejuk digunakan untuk menyatakan suatu
23
suasana rumah yang nyaman sedangkan kata dingin dapat digunakan untuk mengungkapkan
makna cuaca dingin jadi kata yang dipilih harus sesuai dengan apa yang diinginkan pembicara
atau penulis
Kata yang benar adalah pilihan kata itu harus mempunyai bentuk yang sesuai dengan kaidah-
kaidah yang berlaku di dalam bahasa indonesia kata-kata yang dipilih harus memenuhi aturan
tata bahasa indonesia misalnya pilihan dan penulisan huruf kata kelompok kata kalimat paragraf
dan penyesuaian dengan format atau artikel makalah skripsi tesis disertasi dan buku
C. Kalimat
Kalimat biasanya didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang memiliki pengertian yang
lengkap. Artinya di dalam kalimat itu ada unsur sunset jadi unsur yang dibicarakan ada unsur
predikat ini unsur yang menyatakan apa yang dilakukan oleh unsur es atau apa yang dialami oleh
unsur resiko mungkin ada unsur objek yakni unsur sasaran dari tindakan yang dilakukan oleh
unsur eh lalu mungkin juga ada unsur keterangan ataukah yakni unsur yang menerangkan
tentang waktu tempat cara dan sebagainya (Chart, 2010;36). Syair menambahkan bahwa kalimat
adalah satuan simpati yang dibangun oleh konsisten dasar biasanya dapat berupa klausa
dilengkapi dengan konsumsi bila diperlukan disertai dengan intonasi final atau deklaratif
interaktif imperatif dan interjektif).
1. Unsur-unsur Kalimat
Berikut adalah unsur-unsur kalimat menurut Alwi (2003:326), Widjono (2011:148), dan
Mulyono (2012:47)
Putrayasa (2007:2) menjelaskan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pikiran dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi struktur dan
logikanya. Dengan demikian call me efektif selalu berterima secara tata bahasa dan makna.
Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasaran nya dengan baik sebagai alat
komunikasi.
24
E. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Bahasa indonesia yang benar adalah bahasa indonesia yang digunakan sesuai dengan
kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa indonesia itu meliputi kaidah
ejaan kaya dia pembentukan kata kedua penyusunan kalimat ya udah penyusunan paragraf dan
kaidah penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat kedua pembentukan kata
diperhatikan dengan seksama dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten pemakaian bahasa
indonesia dikatakan benar sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati pemakan
bakso tersebut dianggap tidak benar.
Bahasa indonesia yang baik dan benar adalah bahasa indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kedap bahasa indonesia yang
berlaku memakan lafal daerah seperti lafal bahasa jawa sunda bali batak dalam berbahasa
indonesia pada situasi resmi sebaiknya dikurangi kata memuaskan yang diucapkan memuas-ken
bukanlah lafal bahasa Indonesia.
1. Salah Kaprah
Jenis kesalahan berbahasa indonesia yang dibahas adalah salah kaprah kata salah kaprah
mungkin sering kali anda dengan kata salah kaprah terdiri atas dua patah kata yaitu salah dan
kaprah dari bahasa jawa salah kaprah dalam bahasa diartikan salah satu kesalahan yang sudah
sangat umum sehingga karena sudah terbiasa dengan yang salah seperti itu orang tidak lagi
merasakan bahwa itu salah bahasa indonesia pada waktu akhir-akhir ini sangat cepat berkembang
bermacam macam unsur baru muncul baik kata istilah maupun bentuk baru ada yang
dimunculkan dengan sengaja karena dibuat misalnya oleh ahli bahasa karena keperluan nya ada
juga yang muncul dari pemakaian bahasa sebagai sumbangan spontan masyarakat bagi pemeran
bahasa kita.
25
(Kalimat itu salah dan tidak logis di mana ada waktu dan tempat yang dapat dipersilakan).
Bapak gubernur berkenan meninggalkan pertemuan ini karena tugas yang menanti
berlalu di tempat lain.
Penggunaan kata berkenan dalam kalimat pembawa acara itu benar-benar cara kaprah
berkenan artinya setuju mau bersedia dengan hati yang tulus dan tidak ber keberatan dalam hal
yang baru saja dibicarakan itu bapak gubernur yang bersangkutan tidak dimintai persetujuan nya
belum sendiri malah yang meminta izin atau tekanan panitia untuk meninggalkan tempat itu
karena tugas lain menanti bolo di tempat lain terlihat ada keinginan pada pembawa acara untuk
memperoleh halus bahasanya tetapi ia salah dalam memilih kata-kata berkenan pada kalimat
diatas tidak tepat penggunaannya upaya memperoleh bahasa di sini tidak mengenal kata akan
yang seharusnya dipakai dan kata ini tidak mengungkapkan ketiga kesopanan upaya memperoleh
bahasa disini tidak mengenal kata akan yang seharusnya dipakai dan kata ini tidak
mengungkapkan ketiga kesopanan.
Dalam kamus bahasa indonesia tidak terdapat kata hatur menghancurkan yang seperti itu
maknanya kata itu dipinjem dari bahasa daerah kemudian dipergunakan dalam surat karena
orang itu ingin menyatakan kehormatan nya kepada orang yang dikirimi surat.
Dalam bahasa indonesia ada kata atur tetapi ada artinya line sekali oleh karena itu gunakanlah
kata mengucapkan yang berarti satu mengatakan buah menyampaikan jadi kata-kata itu tidak
terbatas pemakaiannya pada bahasa lisan saja bila berbahasa indonesia perasaan bahasa
indonesia lah yang dipakai.
Orang yang disurati ialah Bapak, Ibu, Saudara atau Anda (orang kedua) bukannya -nya= berarti
ia atau dia (orang ketiga). Oleh karena itu, dalam konteks ini bukannya -nya yang dipakai.
Memenangkan=menjadikan menang.
26
Jika dituliskan :
Kaliamat di atas adalah salah karena tidak mungkin benda mati dapat memenangkan
pertandingan .
3. Suhardi menjadi juara dalam pertandingan itu/ Suhardi meraih juara dalam pertandingan
itu.
Penggunaan kata beregu rahayu pada kalimat diatas ini jelas salah karena kata dirga hayu
ditempatkan di depan kata hari ulang tahun (HUT). Jika anda buka kamus umum bahasa
indonesia susunan purwa dari minta akan anda temukan di dalamnya kata kepala dirgahayu. Di
belakang kata itu ada singkatan sl artinya kata itu terdapat dalam sastra lama arti kata itu mudah-
mudahan berumur panjang hidup
Dengan demikian, Anda dapat membuat kalimat yang benar nya iyalah sebagai berikut:
atau
atau
HUT RI KE-37
27
Jadi yang didoakan agar panjang usianya itu ialah negara republik indonesia yang ber hari ulang
tahunku 36 atau yang didoakan itu ialah kemerdekaan yang telah kita miliki itu sepanjang
usianya berlanjut sampai akhir jaman karena kita tidak mau penjajahan oleh bangsa lain berulang
lagi.
Kata yang diterangkan pada fraksi itu ialah kesempatan sedangkan kata lain berfungsi
menerangkan jadi susunan nya bukan lain kesempatan melainkan kesempatan lain atau
kesempatan yang lain unsur yang ada pada fase ini bersifat faktual tapi fu artinya boleh
digunakan dan boleh juga tidak karena tidak mengubah artinya kesalahan kedua pada fase itu
adalah penggunaan kata depan di di depan kata keterangan waktu seenggaknya digunakan kata di
depan pada kata depan di hendaknya digunakan di depan kata benda yang menyatakan tempat
misalnya di kantor di sekolah di pasar dan lain-lain jadi kalau kalimat diatas dikembalikan pada
kalimat yang sesuai dengan ragam baku maka kalimat itu seperti dibawah ini.
28
Bentuk analisis sudah tinggi ke kerapan pemakaiannya di kalangan perguruan tinggi
tetapi di luar itu masih lebih banyak digunakan bentuk analisa. Jika bentuk analisis yang kita
gunakan sebagai bentuk dasarnya maka kata pembentukan nya dengan imbuhan bahasa
indonesia atau awalan akhiran harus pula sejalan dengan bentuk dasar itu . Jadi, menganalisis
dianalisis menganalisis and bukan menganalisa dianalisa pengendalian penggunaan bentuk baru
yang sudah ditetapkan ini tentu perlu dipatuhi dan melalui pembeli hias lama-kelamaan kita akan
terbiasa menggunakan bentuk yang baru itu.
Kata anarkis (anarchrist) berkelas nomina dan bermakna penganjur (penganut) paham
anarkisme atau orang yang melakukan tindakan anarki. Dari pengertian tersebut ternyata anarkis
bermakna 'pelaku' bukan 'sifat anarki'. Dengan demikian kata anarkis pada kalimat tersebut lebih
baik diganti dengan anarki tes sehingga kalimatnya menjadi sebagai berikut. Para demonstran
diharapkan tidak melakukan tindakan yang anarkistis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) kata yang baku adalah antre (dengan e)
yang berarti 'berdiri berderet-deret menunggu giliran'. Penulisan 'antri' (dengan i) adalah bentuk
yang tidak baku.
Kata Anutan merupakan kata yang baku karena kata dasarnya 'anut' ditambahi akhiran -an yang
berarti 'hasil menganut' atau 'yang dianut' . Dengan demikian, bentukan panutan merupakan
bentuk yang salah kaprah.
Kata ahli berarti 'orang yang mahir' atau paham sekali dalam suatu ilmu.
Kata yang baku ialah eksporter sedangkan kata eksportir merupakan kata yang tidak baku.
Karena kata eksporter mengandung arti 'pengekspor'.
29
BAGIAN IV
Setelah tuntas mempelajari bab ini,diharapkan Anda mampu menyunting teks bahasa Indonesia
yang termuat dalam kurikulum 2003, meliputi:
2.Pendahuluan
3.10 Menelaah teks ekplanasi berupa paparan 4.10 Menyajikan informasi dan data dalam
kejadian suatu fenomena alam yang bentuk teks eksplanasi proses terjadinya
30
diperdengarkan atau dibaca suatu fenomena secara lisan dan tulis dengan
memperhatikanstruktur,unsurkebahasaan,atau
aspek lisan
3.4 Menganalisis struktur dan kebahasaan 4.4 Memproduksi teks eksplanasi secara
teks eksplanasi lisan atau tulis dengan memerhatikan struktur
dan kebahasaan
1. Definisi Teks Eksplanasi
Menurut Kosasih pengertian teks eksplanasi adalah teks yang menerangkan atau
menjelaskan mengenai proses atau fenomena alam maupun sosial.Menurut Priyatno (dalam
Novita,dkk 2016:162),teks eksplanasi merupakan teks yang berisi penjelasan tentang proses
yang berhubungan dengan fenomena alam,sosial,ilmu budaya,dan yang lainnya.Sejalan
dengan pendapat tersebut Restuti (dalam Novita,dkk 2016:12),mengungkapkan bahwa teks
eksplanasi merupakan teks yang menerangkan atau menjelaskan megenai proses atau
fenomena alam dan sosial.
31
Interpretasi dalam teks eksplanasi dapat dikatakan sebagai penarikan kesimpulan.
3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan 4.6 Menyajikan data rangkaian kegaitan ke
teks prosedur tentang cara melakukan sesuatu dalam bentuk teks prosedur (tentang cara
dan cara membuat (cara memainkan alat memainkan alat musik daerah,tarian
musik/tarian daerah,cara membuat kuliner daerah,cara membuat cinderamata,dll)
khas daerah) dari berbagai sumber yang dengan memperhatikan struktur,unsur
dibaca dan didengar kebahasaan dan isi secara lisan dan tulis
32
pernyataan-pernyataan umum dan tahapan- tahapan-tahapan dalam teks prosedur dengan
tahapan dalam teks prosedur organisasi yang tepat secara lisan dan tulisan
3.2 Menganalisis struktur dan kebahasaan 4.2 Mengembangkan teks prosedur dengan
teks prosedur memerhatikan hasil analisis terhadap isi
struktur dan kebahasaan
1. Definisi Teks Prosedur
Menurut Gerot dan Wignell (dalam Wijayanti,2015).Teks prosedur ialah suatu teks yang
mendeskripsikan bagaimana sesuatu yang diselesaikan sesuai tahap demi tahap,Jadi yang
dimaksud dengan teks prosedur adalah suatu teks yang berisi langkah-langkah melaksanakan
sesuatu dengan arahan atau petunjuk yang diberikan.
33
c) Kalimat interogatif-Kalimat yang berisi pertanyaan,fungsinya ialah untuk meminta
informasi tentang sesuatu
d) Konjungsi Temporal-Konjungsi temporal merupakan kata penghubung yang
berhubungan secara kronologis dengan waktu dan kejadian dari kedua peristiwa yang
memiliki keterkaitan.
e) Verba material dan tingkah laku-Verba material adalah perbuatan yang mengacu pada
tindakan,seperti potonglah ubi itu,masukan air ke dalam wadah.Sedangkan Verba tingkah
laku adalah perbuatan yang mengacu pada tindakah berdasarkan ungkapan,seperti tunggu
kira-kira 5 menit,tunggu sampai matag,tetap pertahankan,dan lain-nya.
f) Partisipan manusia-Partisipan manusia adalah mempartisipasikan atau mengikutsertakan
manusia dalam tulisan tersebut untuk membantu langkah-langkahnya.
g) Bilang penanda-Bilangan penanda adalah bilangan yang mengurutkan langkah-langkah
pada tulisannya.
Menyunting teks ekposisi merupakan materi yang terdpat dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP dan SMA.Berikut Kompetensi Dasar materi dari Teks Eksposisi
3.6 Mengidentifikasi struktur dan aspek 4.6 Menyajikan gagasan dan pendapat ke dalam
lisan dalam teks eksposisi artikel ilmiah bentuk eksposisi artikel ilmiah populer (lingkungan
populer (lingkungan hidup,kondisi hidup,kondisi sosial,dan/atau keragaman
sosial,dan/atau keragaman budaya,dll)secara lisan dan tertulis dengan
budaya,dll)yang diperdengarkan atau memperhatikan struktur,unsur kebahasaan,dan aspek
dibaca lisan
34
Kompetensi Dasar Materi Teks Eksposisi Tingkat SMA
3.3Mengidentifikasi 4.3Mengembangkanisi
(permasalahan,argumentasi,pengetahuan (permasalahan,argumentasi,pengetahuan,dan
,dan rekomendasi) teks eksposisi yang rekomendasi teks eksposisi yang didengar dan dibaca
didengar dan dibaca
3.4 Menganalisis struktur dan 4.4 Mengonstrusikan teks eksposisi dengan
kebahasaan teks eksposisi memerhatikan(permasalahan,argumentasi,pengetahua
n,dan rekomendasi),struktur dan kabahasaan
1. Definisi Teks Eksposisi
Menurut Kuncoro (2009:72) eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan utamanya
adalah mengklarifikasi,menjelaskan dan mendidik atau mengevaluasi sebuah
persoalan.Berdasarkan pernyataan tersebut,penulis menyimpulkan bahwa teks eksposisi
adalah sebuah teks yang berfungsi menyampaikan argument mengenai suatu hal.Karena
itulah peserta didik sering mengalami kesulitan dalam menulis teks eksposis,mereka
kesulitan dalam beragumen.
35
Untuk menyusun teks eksposisi harus memperhatikan ciri kebahasaan sebagai berikut:
a) Menggunakan pronominal
b) Menggunakan konjungsi
c) Menggunakan kata leksiokal tertentu (kata yang merunjuk pada kamus).
3.14 Menelaah struktur dan kebahasaan teks 4.14 Menyajikan teks persuasi
persuasi yang berupa saran,ajajan,arahan dan (saran,ajakan,arahan,dan
pertimbangan tentang berbagai hal positif pertimbangan)secara tulis dan lisan dengan
atas permasalahan aktual dari teks persuasi memperhatikan struktur,kebahasaan atau
(lingkungan hidup,kondisi sosial,dan/atau aspek lisan.
keragaman budaya)yang didengar dan dibaca
36
a) Pengenalan Isu
Merupakan pengatar atau awalan pada teks yang mengenalkan isu atau permasalahan
yang akan dibahas pada teks.
b)Rangkaian Argumen
Dapat berupa pendapat dari penulis mengenai isu yang dikemukakan sebelumnya.
c)Pernyataan Ajakan
Dapat berupa kalimat-kalimat dorongan kepada pembaca melakukan sesuatu.Pernyataan
ajakan dapat berupa terirat dan tersurat pada teks.
d)Penegasan Kembali
Bertujuan untuk memperkuat penryataan dan argument-argumen sebelumnya.
37
3.2 Menelaah struktur dan kebahasaan 4.6 Menyajikan data,gagasan,kesan dalam bentuk
dari teks deskripsi tentang objek teks deskripsi tentang objek (sekolah,tempat
(sekolah,tempat wisata,tempat wisata,tempat bersejarah,dan atau suasana pentas seni
bersejarah,dan atau suasana pentas seni daerah)secara tulis dan lisan dengan memperhatikan
daerah) yang didengar dan dibaca struktir,kebahasaan baik secara lisan maupun tulis
38
F.Menyunting Teks Negosiasi
Menyunting teks negosiasi merupakan materi yang terdapat dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP .Berikut Kompetensi Dasar materi dari Teks Negosiasi.
Kompetensi Dasar Materi Teks Negosiasi Tingkat SMP
3.10Mengevaluasi pengajuan,penawaran dan 4.10Menyampaikan pengajuan,penawaran dan
persetujuan dalam teks negosiasi lisan maupun persetujuan dalam teks negosiasi lisan maupun
tertulis tertulis
39
terimakasih dan juga salam untuk mengakhiri diskusi.
3.2 Menelaah struktur kebahasaan teks 4.2 Menyajikan data dan informasi dalam bentuk
berita(membanggakan dan memotivasi) berita secara lisan dan tulisan dengan memperhatikan
yang didengar dan dibaca struktur,kebahasaan,atau aspek lisan
(lafal,intonasi,mimik,dan kinesik)
40
menarik dan akurat serta dianggap penting sejumlah besar pembaca,pendengar maupun
penonton.
41
3.6 Menganalisis struktur dan 4.6 Menciptkan kembali teks anekdot dengan
kebahasaan teks anekdot memerhatikan struktur,dan kebahasaan baik lisan
maupun tulis
42
d.Banyak menggunakan kata kerja material,yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas.
e.Banyak menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna kronologis
(temporal),yakni dengan hadirnya kata-kata akhirnya,kemudian lalu.
f.Ciri lain yang ditunjukkan ialah banyak pula menggunakan konjungsi penerang atau
penjelas,seperti konjungsi bahwa.
43
2.Struktur Teks Diskusi
a) Isu
Isu berisi masalah yang akan dibahas lebih lanjut.
b) Argumen
Argumen ini terbagi menjadi dua jenis ,yakni argument pendukung dan menentang.Argumen
pendukung adalah pendapat mendukung tentang suatu isi.Kemudian,argumen menentang
adalah pendapat yang berpendapat yang bertentangan dengan argumen pendukung.
c)Kesimpulan
Di bagian akhir,penulis membuat kesimpulan dari teks.
44
Dewan Redaksi biasanya beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Wakilnya,
Redaktur Pelaksana, dan orang-orang yang dipandang kompeten menjadi penasihat bagian
redaksi. Dewan Redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan
pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan penting redaksional,
misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut
dengan visi dan misi penerbitan yang sudah disepakati.
2. Pemimpin Umum
Bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar.
Dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi
sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin Usaha sepanjang
menyangkut pengusahaan penerbitan.
3. Pemimpin Redaksi
Pemimpin Redaksi (pemred, editor in chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan
aktivitas kerja keredaksian seharihari. la harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang
dipimpinnya. Di surat kabar mana pun, Pemimpin Redaksi menetapkan kebijakan dan
mengawasi seluruh kegiatan redaksional. la bertindak sebagai jenderal atau komandan.
Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk Rencana (editorial) yang
merupakan opini redaksi (Desk Opinion). Jika Pemred berhalangan menulisnya, lazim pula tajuk
dibuat oleh Redaktur Pelaksana, salah seorang anggota Dewan Redaksi, salah seorang Redaktur,
bahkan seorang Reporter atau siapa pun—dengan seizin dan sepengetahuan Pemimpin Redaksi
—yang mampu menulisnya dengan menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah
aktual.
4. Pemimpin Usaha
Pemimpin Usaha berada dibawah Pemimpin Umum, sejajar dengan Pemimpin Redaksi. Kalau
Pemimpin Redaksi hanya berurusan dengan masalah keredaksian, maka Pemimpin Usaha khusus
berurusan dengan masalah komersial. Pemimpin Usaha bertugas menyebarluaskan media massa,
yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (selling) media massa. Pemimpin Usaha
ini membawahi Manajer Keuangan, Manajer Pemasaran, Manajer Sirkulasi/Distribusi, dan
Manajer HRD (Human Resource Development).
5. Sekretaris Redaksi
45
Seorang Sekretari Redaksi memiliki tugas sebagai berikut: (1) Menata dan mengatur
undangan dari instansi, perusahaan, atau lembaga yang berkaitan dengan pemberitaan; (2)
Menghubungi sumber berita atau instansi untuk pendaftaran, konfirmasi, atau pembatalan
undangan, wawancara, dan kunjungan kerja; (3) Menyimpan salinan kartu pers dan foto untuk
mensuport kebutuhan kerja para wartawan dalam meliput satu acara yang mengharuskan
membuat tanda pengenal seperti menyiapkan; (4) Menyediakan peralatan kerja redaksi seperti
tape, batu baterei, kaset, alat tulis, dan note book; (5) Menata keperluan keuangan redaksi: uang
perjalanan, uang saku, uang rapat; (6) Mengatur jadwal rapat redaksi: rapat perencanaan, rapat
cheking, rapat final.
6. Redaktur Pelaksana
Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Redaktur Eksekutif, Managing Editor).
Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pemred, tetapi bersifat teknis. Dialah yang memimpin
langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor.Adapun rincian
tugas Redaktur Pelaksana adalah sebagai berikut: (1) Bertanggung jawab terhadap mekanisme
kerja redaksi sehari-hari; (2) Memimpin rapat perencanaan, rapat cecking, dan rapat terakhir
sidang redaksi; (3) Membuat perencanaan isi untuk setiap penerbitan; (4) Bertanggung jawab
terhadap isi redaksi penerbitan dan foto; (5) Mengkoordinasi kerja para redaktur atau
penanggungjawab rubrik/desk; (6) Mengkoordinasikan alur perjalanan naskah dari para redaktur
ke bagian setting atau lay out; (7) Mengkoordinasikan alur perjalanan naskah dari bagian setting
(lay out) ke percetakan; (8) Mewakili Pemred dalam berbagai acara baik ditugaskan atau acara
mendadak; (9) Mengembangkan, membina, menjalin lobi dengan sumbersumber berita; (10)
Mengedit naskah, data, judul, foto para redaktur; (11) Mengarahkan dan mensuvervisi kerja para
redaktur dan reporter; (12) Memberikan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif kepada
redaktur secara periodik.
7. Redaktur
Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah
melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang
akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor),
Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik
tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik
ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb.
46
8. Koordinator Liputan
Koordinator Liputan memiliki tugas sebagai berikut: (1) Memantau dan mengagendakan
jadwal berbagai acara: seminar, press conference, acara DPR dll; (2) Membuat mekanisme kerja
komunikasi antara redaktur dan reporter; (3) Memberikan lembar penugasan kepada
reporter/wartawan dan fotografer; (4) Mengadministrasikan tugas-tugas yang diberikan kepada
setiap reporter; (5) Memantau tugas-tugas harian para wartawan/reporter; (6) Melakukan
komunikasi setiap saat kepada para redaktur, reporter/wartawan, dan fotografer; (7) Memberikan
penilaian kepada reporter/wartawan secara kuantitas maupun kualitas.
9. Wartawan/Reporter
Tugas seorang reporter secara lebih terinci adalah sebagai berikut: (1) Mencari dan
mewawancarai sumber berita yang ditugaskan redaktur atau atasan; (2) Menulis hasil
wawancara, investasi, laporan kepada redaktur atau atasannya; (3) Memberikan usulan berita
kepada redaktur atau atasannya terhadap suatu informasi yang dianggap penting untuk
diterbitkan; (4) Membina dan menjalin lobi dengan sumbersumber penting di berbagai instansi;
(5) Menghadiri acara press conferensi yang ditunjuk redaktur, atasannya, atau atas inisiatif
sendiri.
10. Redaktur Bahasa/Korektor Naskah
Seorang Redaktur Bahasa/Korektor Naskah memiliki tugas sebagai berikut: (1)
Memeriksa,mengedit, dan menyempurnakan naskah sesuai dengan penulisan bahasa Indonesia
yang baik dan benar; (2) Menyesuaikan naskah yang sudah diedit dalam bahasa Indonesia ke
dalam Bahasa Jurnalistik; (3) Mengubah pengulangan kata-kata yang sama dalam satu tulisan,
sehingga kalimat dalam naskah menjadi bervariasi; (4) Mengedit penggunaan logika bahasa, alur
naskah; (5) Menyeragamkan style penulisan masing-masing redaktur, sehingga gaya penulisan
seluruh naskah menjadi sama; (6) Memeriksa naskah kata per kata, penggunaan titik, koma,
tanda seru, titik dua; (7) Mengedit penggunaan kata yang berasal dari bahasa asing, bahasa
daerah, bahasa slank sehingga mudah dimengerti pembaca.
11. Fotografer
Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek
tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. la
merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulisa (reporter). Jika tugas wartawan tulis
menghasilkan karya jurnalistik berupa tulisan berita, opini, atau feature, maka fotografer
47
menghasilkan Foto Jurnalistik (Journalistic Photography, Photographic Communications).
Fotografer menyampaikan informasi atau pesan melalui gambar yang ia potret. Fungsi foto
jurnalistik antara lain menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur
(to entertain).
12. Koresponden
Selain reporter, media massa biasanya juga memiliki koresponden atau wartawan daerah,
yaitu wartawan yang ditempatkan di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di
mana media massanya berpusat.
13. Kontributor
Kontributur atau penyumbang naskah/tulisan secara struktural tidak tercantum dalam struktur
organisasi redaksi. la terlibat di bagian redaksi secara fungsional. Termasuk kontributor adalah
para penulis artikel, kolomnis, dan karikaturis. Para sastrawan juga menjadi kontributor ketika
mereka mengirimkan karya sastranya (puisi, cerpen, esai) ke sebuah media massa. Wartawan
Lepas (Freelance Journalist) juga termasuk kontributor. Wartawan Lepas adalah wartawan yang
tidak terikat pada media massa tertentu, sehingga bebas mengirimkan berita untuk dimuat di
media mana saja, dan menerima honorarium atas tulisannya yang dimuat. Termasuk kontributor
adalah Wartawan Pembantu (Stringer). la bekerja untuk sebuah perusahaan pers, namun tidak
menjadi karyawan tetap perusahaan tersebut. la menerima honorarium atas tulisan yang dikirim
atau dimuat.
14. Riset, Pustaka, dan Dokumentasi
Bagian Riset, Pustaka, dan Dokumentasi memiliki tugas sebagai berikut: (1) Mencari data-
data, artikel, tulisan yang dibutuhkan untuk sebuah penulisan oleh reporter, redaktur, redaktur
pelaksana, dan Pemimpin Perusahaan; (2) Mencari dan menata buku-buku yang berkaitan
dengan tugas dan kerja para wartawan; (3) Menata majalah, surat kabar, dan tabloid setiap hari
dan menyimpannya dengan baik sesuai aturan; (4) Melakukan kerja sama dengan bagian riset
dan dokumentasi perusahaan lainnya seperti barter majalah, koran, tabloid, dan buku: (5)
Mengusulkan suatu berita kepada redaksi bila dalam melaksanaan tugas menemukan data-data
atau informasi penting.
15. Artistik
48
Bagian Artistik memiliki tugas sebagai berikut: (1) Merancang cover atau kulit muka; (2)
Membuat dummy atau nomor contoh sebelum produk di cetak dan dijual ke pasa; (3) Mendesain
dan melay out setiap halaman dengan naskah, foto, dan angka-angka; (4) Mengatur peruntukan
halaman untuk naskah; (5) Menulis judul berita,anak judul, caption foto, nama penulis pada
setiap naskah; (6) Menulis nomor halaman, nama rubrik/desk, nomor volume terbit, hari terbit,
dan tanggal terbit pada setiap edisi.
16. Pracetak
Bagian Pracetak memiliki tugas sebagai berikut: (1) Membawa naskah yang sudah disetujui
pemimpin redaksi ke percetakan untuk dicetak; (2) Mengawasi proses pencetakan di percetakan;
(3) Menerima kondisi produk dalam keadaan baik dari percetakan; (4) Bersama dengan bagian
distribusi, segera mengedarkan produk tersebut ke pasar.
17. Tata letak
Sebuah surat kabar mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat dari format (tabloid, majalah dsb),
cara paginations (pemakaian kolom), cara pemakaian topografi (huruf), warna, akhirnya akan
membedakan segmen pasar suatu media cetak.
18. Desain Grafis
Seseorang yang bekerja dibagian desain grafis harus saling bekerja sama dengan bagian tata
letak. Sebagaimana layaknya informasi yang disampaikan menggunakan bahasa lisan (suara)
yang dapat disampaikan secara tegas, ceria, keras, lembut, penuh gurauan, formal, dan
sebagainya dengan menggunakan gaya bahasa dan volume suara yang sesuai, Desain grafis juga
dapat melakukan hal serupa. Kita dapat merasakan sendiri setelah membaca sebuah berita
(tulisan),melihat foto atau ilustrasi, melihat permainan warna dan bentuk dari sebuah karya
design yang berbentuk publikasi cetak, nuansa yang ditimbulkannya. Apakah informasi itu tegas,
formal, bergurau, lembut, anggun, elegan dan sebagainya. Dengan demikain, dapat disimpulkan
tugas desain grafis adalah sebagai berikut: (1) Memilih berita yang baik untuk dimuat; (2)
Menciptakan gambar dan ilustrasi yang baik agar pesan dapat disampaikan kepada pelnggan
dengan baik; (3) Mengatur elemen rupa baik berupa fotografi maupun tipografl.
19. Keuangan
Seorang staf bagian keuangan bertugas sebagai berikut: (1) Mengatur arus uang kas; (2)
Melakukan pengendalian Keuangan; (3) Melakukan perencanaan Keuangan.
20. Auditor
49
Bertugas mengedit bahan-bahan berita yang masih mentah menjadi berita yang lebih baik
yang telah dikumpulkan oleh para wartawan, baik dalam penulisan ataupun kata dan bahasanya.
21. Akonting
Bertugas mencatat dan membuat jurnal umum, jurnal pembuka, jurnal penutup, neraca,
laporan laba lugi, baik debet dan kredit yang dimiliki oleh perusahan atas pembelian barang
(pengeluaran) maupun pemasukan barang (pemasukan).
22. Kasir
Adapun tugas dari kasir adalah sebagai berikut: (1) Bertanggung jawab atas petty cash; (2)
Bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran keuangan; (3) Bertanggung jawab atas
administrasi keuangan.
23. Pajak
Bertugas membayar pajak penghasilan (PPh) pada negara sebesar (PPh) 1,5 persen atas
kertas koran, di samping Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen.
24. Penagihan
Penagihan memiliki tugas sebagai berikut: (1) Menagih uang kepeda para pelanggan koran
dalam bentuk transfer langsung maupun tunai; (2) Menagih kepada redaktur hasil liputan berita
yang telah diliput oleh wartawan dan diberikan kepada auditor untuk segera diedit dan
diterbitkan.
25. Pelayanan
Ada beberapa bentuk layanan dan tugasnya. Dapat disimak dibawah ini: (1) Layanan Baca.
Layanan ini bertugas "hanya" memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menggunakan
koleksi yang ada di tempat saja. Ini yang banyak dilakukan oleh berbagai perpustakaan yang ada
saat ini; (2) Layanan Penelusuran/Temu kembali informasi. Layanan ini bertugas penyediaan
alat-alat temu kembali/penelusuran bagi koleksi yang ada di suatu layanan terbitan
berkala/berseri, biasanya berupa katalog cetak maupun online; (3) Layanan Informasi Terpilih.
Layanan ini biasanya bertugas menyajikan informasi-informasi terpilih yang dapat diakses oleh
pengguna untuk menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya; (4) Layanan
Informasi Cepat. Layanan ini dikhususkan bertugas menyajikan informasi koleksi / artikel
terbaru dari sebuah koleksi secara cepat. Tujuan layanan ini adalah memberikan informasi cepat
atau segera kepada pengguna mengenai isi sebuah koleksi yang baru saja diterima; (5) Layanan
50
koleksi elektronik dan online digital. Perkembangan saat ini sudah semakin baik dengan terlihat
semakin banyaknya media massa yang memanfaatkan koleksi terbitan berkala dalam bentuk
elektronik dan juga online digital. Layanan ini disajikan dengan memberikan fasilitas akses ke
dalam sumber elektronik baik yang disediakan melalui media Floppy Disk, Compact-Disk,
Digital Video Disc maupun online. Pengelola dapat menyediakan fasilitas komputer yang
terhubung ke dalam server sumber-sumber elektronik. Selain itu pengelola dapat menyediakan
sebuah website atau alamat URL yang dapat diakses oleh pengguna dimanapun dan kapanpun.
Layanan ini salah satu layanan yang "tidak berbatas"; (6) Layanan bimbingan/bantuan. Layanan
ini merupakan layanan tambahan yang tidak semua media massa memperlakukannya. Layanan
ini bertugas memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mendapatkan bimbingan untuk
dapat membantu pengguna dalam menemukan sumbersumber informasi yang relevan baginya
terutama hubungannya dengan sebuah penelitian, studi kasus, dan kegiatan ilmiah lainnya.
26. Iklan
Adapun tugas iklan adalah sebagai berikut: (1) Menginformasikan kepada khalayak tentang
kebaikan surat kabar yang kita kelolah; (2) Membujuk khalayak ramai untuk membeli dan
membaca surat kabar yang kita kelolah; (3) Meningatkan konsumen tentang surat kabar yang
kita kelola; (4) Memberikan nilai tambah bagi pemasaran surat kabar yang kita kelola; (5)
Membantu mendukung usaha promosi yang lainnya.
27. Sumber Daya Manusia (SDM)
Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya
manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang
efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi ter.iang manajemen personalia akan menunjukkan
bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan, mengembangkan, menggunakan,
mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau
dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department. Prinsiputama yang harus
dipegang dalam hal penempatan SDM ini ialah, the right man, in the right place.
28. Bisnis
51
Tugas bisnis adalah sebagai berikut: (1) Memperbaiki mutu tulisan/berita yang disajikan.
Tulisan yang menarik, mengilhami publik, dan mudah dicerna akan potensial menangguk pem-
baca/audiens, yang pada akhirnya akan memperlancar perolehan iklan. (2) Banyak wartawan
menyalahkan kurangnya minat baca pada kecilnya oplah koran, padahal si wartawan sendiri
menulis amburadul dan tidak mudah dicernapembaca; (3) Memperluas rubrikasi atau variasi
rubrik, yang artinya akan memperluas peluang bagian bisnis menangguk iklan; atau sebaliknya
memperkuat fokus pada kekuatan sebuah rubrik, yang menjadi competitive advantage media
bersangkutan; (4) Selalu sadar akan kepentingan pembaca dan siapa mereka. Untuk tema sesulit
apapun (yang penting bagi publik) ada kiat untuk menyajikannya dengan menarik dan populer;
(5) Efisien dalam bekerja: memakai sumber daya (dana dan waktu) seminimal mungkin untuk
menghasilkan tulisan/liputan berkualitas. Menghemat pengeluaran perusahaan; (7) Pahami
proses produksi dan pemasaran media secara menyeluruh, bukan egois dan berpikiran sempit.
Meski tugasnya hanya sebagai wartawan tulis, misalnya, kita perlu mendalami aspek visual
(foto, tipografi dan layout), membantu desainer menyajikan koran lebih menarik. Bukannya
egois, dengan menulis sangat panjang, tidak memberi peluang bagi foto dan desain, sehingga
tampilan koran tidak menarik.
29. Humas
Tugas humas adalah sebagai berikut: (1) Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi
lanjutan dari sebuah perusahaan, dapat bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan target
publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR
specialiast bertugas menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang
bisnis, asosiasi nonprofit, universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga
membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik; (2) Seorang PR bertugas
mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media, komunitas dan konsumen. Dalam
hubungannya dengan pemerintah, mereka mengurus kampanye politik, representasipara interest-
group, sebagai conflict-mediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan tempat mereka
bekerja dengan para investor; (3) Seorang PR bertugas menyampaikan informasi pada publik,
interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah
organisasi. Tugas tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak manajemen untuk
supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap grup-grup dan
organisasi, dengan siapa mereka biasa berhubungan; (4) Seorang PR bertugas menyiapkan pers
52
rilis dan menghubungi orang-orang di media, yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan
material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran dan artikel di
majalah, bermula dari meja seorang PR; (5) Seorang PR juga bertugas mengatur dan
mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak antara
perwalian organisasi dan publik.
30. Sirkulasi
Tugas dari sirkulasi adalah membuat grafik naik atau turunnya pembelian serta, baik minat
pelanggan maupun pembaca terhadapa koran yang kita kelola dalam 1 tahun.
31. Distribusi
Tugas distribusi adalah memasarkan surat kabar yang dikelola kepenjuru masyarakat agar
dapat dibaca oleh seluruh pelanggan.
32. Pelanggan
Pelanggan merupakan orang yang berlangganan dengan media tersebut, Jadi, pelanggan
dalam hal ini merujuk pada orang yang berlangganan dengan media tersebut akan sama
kedudukannya dengan pengiklan. Hal ini ditinjau dari sudut kepentingannya, pelanggan dan
pengiklan sama-sama membutuhkan media tersebut, hanya saja mereka berbeda kepentingan.
Pelanggan membutuhkan isi yang ada di media tersebut, sementara pengiklan mmebutuhkan
tempat untuk mempromosikan produknya.
33. Return
Return dalam manajemen redaksi bermakna laba. Pers bukan hanya lembaga sosial, tetapi ia
juga merupakan lembaga bisnis.
D. Manajemen Keredaksian
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno management, yang memiliki arti seni
melaksanakan danmengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
53
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Rangkuman
Redaksi merupakan dapur dan menjadi jantung seluruh aktivitas institusi media massa. Dengan
keredaksian yang terimplementasi baik semua akan berjalan optimal. Jajaran keredaksian
dituntut bekerja teliti, akurat, disiplin, dan tepat waktu pada deadline yang merupakan
komintmen kontinyuitas kemunculan media tersebut (harian, minguan, bulanan, dll.) Redaksi
adalah badan yang memilih dan menyusun tulisan yang akan yang akan dimasukkan kedalam
Koran. Tidak dapat didefinisikan dengan jelas maksud dari keredaksian itu sendiri Karena
definisi keredaksian sangatlah luas. Namunpenulis dapat menyimpulkan secara sederhana
pengertian keredaksian itu.
54
4. Untuk menjadikan persembahan e-buku yang akan diterbitkan itu dapat menggambarkan nilai
dan identiti karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca.
5. Menonjolkan identiti penerbit dengan memastikan e-buku itu menepati gaya penerbitan
penerbit.
C. Manfaat Penyuntingan
Ada tiga manfaat penyuntingan terhadap naskah yang sudah ditulis, yaitu sebagai berikut.
1. Penyuntingan akan mempertajam segmentasi dan positioning tulisan kita;
2. Penyuntingan dapat memperbaiki tingkat keterbacaan tulisan;
3. Penyuntingan dapat menaikkan gengsi dan kredibilitas.
D. Model Penyuntingan
Menurut Pamusuk Eneste (2005:15), model penyuntingan sebagai berikut:
1. Penyunting harus mengetahui persis informasi tentang penulis naskah yang akan disuntingnya.
2. Penyunting bukanlah penulis naskah;
3. Penyunting harus menghargai gaya penulis naskah;
4. Merahasiakan informasi yang terkandung di dalam naskah;
5. Penyunting harus berkonsultasi dengan penulis naskah terkait dengan hal-hal yang akan
dirubah;
6. Penyunting harus merawat dan menjaga naskah dengan baik hingga diterbitkan.
Rangkuman
Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata
kerja), penyunting (kata benda), dan peyuntingan (kata benda). Kata menyunting bermakna
mempersiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika
penyajiannya, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Kata penyuntingan
juga bermakna pendeditan. Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting,
yaitu orang yang bertugas menyiapkan naskah. Penyuntingan naskah adalah pross, cara,
perbuatan menyunting naskah.
55
Pertama-tama yang dilakukan seorang pemula untuk melakukan penyuntingan adalah
menguasai ejaan. Ejaan ini sangat berkaitan erat dengan naskah-naskah Indonesia. Setiap naskah
pasti dan akan selalu ada penulisan tanda baca, huruf kapital, penggunaan kata, dan lain
sebagainya.
B. Menguasai Tata Bahasa
Penguasaan tata bahasa ini meliputi penulisan struktur kalimat, penggunaan kata baku dan
tidak baku, penggunaan atau penempatan diksi yang tepat, dan penggunaan konjungsi. Kalau
saja penyunting tidak memperhatikan ini, maka naskah yang ditayangkan masih terdapat kalimat
yang tidak efektif, penggunaan kata tidak baku, diksi yang tidak tepat, dan konjungsi yang salah.
Oleh karena itu, penyunting wajib menguasai tata bahasa.
C. Melekat Erat dengan Kamus
Setelah seorang sudah mampu menguasai keduanya, automatis dirinya tidak akan bisa lepas
dari kamus. Bagaimana bisa seseorang menguasai tata bahasa Indonesia kalau dia tidak melekat
erat dengan kamus. Kamus ini menyertai penggunaan kata baku serta memberi tahu kata yang
tidak baku. Jadi, ketikaseorang sudah menguasai kedua poin di atas, automatis juga sudah
melekat dengan kamus.
D. Memiliki Kepekaan Bahasa
Kepekaan terhadap bahasa tentunya juga harus dimiliki seorang penyunting. Calon
penyunting atau seorang yang ingin menyunting, harus peka terlebih dahulu terhadap bahasa.
Penyunting harus merasakan atau sigap bahwa naskah yang ia sunting ini terdapat kesalahan
makna atau tidak? ambiguitas atau tidak? dan dapat diterima kalangan luas atau tidak? Jadi,
penyunting lebih merasakan secara dalam naskah tersebut
E. Memiliki Pengetahuan Luas
Menguasai tentang kebahasaan saja tidak cukup bagi seorang penyunting. Seorang
penyunting juga harus memiliki pengetahuan yang luas, peristiwa apa saja yang sedang hangat,
aktual, dan faktual. Hal ini penyunting harus banyak-banyak membaca informasi ke dunia luar,
secara meluas. Kalau penyunting tidak berwawasan luas, maka hasil suntingannya pun tidak
maksimal.
F. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran
Dalam proses menyunting tentunya harus teliti dan sabar. Kalau penyunting tidak teliti dan
tidak sabar, maka yang terjadi akan banyaknya kesalahan bahasa, penulisan, dan lain-lainnya
56
dalam naskah yang sudah ditayangkan ke publik. Maka itu, penyunting harus memiliki kesabaran
dan ketelitian, agar naskah yang ditanyangkan tidak terdapat masalah.
G. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
Penyunting haruslah memiliki kepekaan terhadap SARA dan pornografi, sebagai dasar untuk
mengelola naskah, apabila di dalam naskah tersebut terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan
SARA dan pornografi, agar tulisan tidak diperkenankan tayang atau terbit untuk kalangan umum.
H. Memiliki Keluwesan
Calon penyunting atau seseorang yang ingin menyunting, harus memiliki keluwesan. Hal ini
dilakukan agar terjalinnya komunikasi yang baik antara penyunting, penulis, dan editor, agar
suasana terjalin dengan kondusif dan tidak terjadi kesalahpahaman antara ketiganya. Seorang
penyunting harus terbuka terhadap masukan dan saran penulis, editor, maupun penerbit.
I. Memiliki Kemampuan Menulis
J. Menguasai Bidang Tertentu
K. Menguasai Bahasa Asing
L. Memahami Kode Etik Penyuntingan
Rangkuman
Ada 12 syarat menjadi penyunting sebagai berikut. (1) Menguasi Ejaan. (2) Menguasai Tata
Bahasa. (3) Melekat Erat dengan Kamus. (4) Memiliki Kepekaan Bahasa. (5) Memiliki
Pengetahuan Luas. (6) Memiliki Ketelitian dan Kesabaran. (7) Memiliki Kepekaan terhadap
SARA dan Pornografi. (8) Memiliki Keluwesan. (9) Memiliki Kemampuan Menulis. (10)
Menguasai Bidang Tertentu. (11) Menguasai Bahasa Asing. (12) Memahami Kode Etik
Penyuntingan.
Rangkuman
57
Ada enam kode etik penyuntingan yang perlu diketahui oleh seorang penyunting, yaitu
sebagai berikut. (1) Penyunting naskah wajib mencari informasi mengenai penulis naskah
sebelum memulai menyunting naskah, (2) Penyunting naskah bukanlah penulis naskah, (3)
Penyunting naskah wajib menghormati gaya penulis naskah, (4) Penyunting naskah wajib
merahasiakaninformasi yang terdapat dalam naskah yang disuntingnya, (5) Penyunting naskah
wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya dalam naskah, (6) Penyunting
naskah tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, atau sedang, atau telah disunting
Rangkuman
Pra-penyuntingan naskah adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang penyuting
sebelum mulai menyunting naskah. Di antaranya kelengkapan naskah, daftar isi, informasi
mengenai penulis, catatan kaki, subbab dan sub-subbab, ilustrasi, tabel, gambar, dan pembacaan
sepintas. Sebelum menyunting naskah, penyunting naskah harus memastikan ragam naskah yang
dihadapinya itu. Ada beberapa ragam naskah, yaitu sebagi berikut. (1) Fiksi >< Ilmiah, (2)
Populer >< Ilmiah, (3) Anakanak >< Dewasa, (4) (5)Sekolah >< Nonsekolah (Umum), (6)
Jenjang Pendidikan, (7) Bidang Keilmuan, (7) Daftar Isi, (8) Subbab dan Sub-subbab, (9)
Ilustrasi/Tabel/Gambar, (10) Catatan Kaki, (11) Informasi mengenai Penulis, (12) Membaca
Naskah secara Keseluruhan
58
memeriksa hal-hal berikut.(1) ejaan, (2) tatabahasa, (3) kebenaran fakta, (4) legalitas,
(5)konsistensi, (6) gaya penulis, (7) konvensi penyuntingan naskah, (8) gaya penerbit atau gaya
selingkung.
Rangkuman
Tugas seorang penyunting naskah adalah membuat naskah menjadi bisa dibaca sekaligus enak
dibaca. Dapat dikatakanbahwa penyunting naskah adalah perantara penulis dan pembaca. Untuk
dapat melakasanakan penyuntingan naskah dengan baik, seorang penyunting naskah perlu
memeriksa hal-hal berikut.(1) ejaan, (2) tatabahasa, (3) kebenaran fakta, (4) legalitas,
(5)konsistensi, (6) gaya penulis, (7) konvensi penyuntingan naskah, (8) gaya penerbit atau gaya
selingkung. Penulisan ejaan sesuai fungsinya dapat memengaruhi pemahaman pembaca terhadap
tulisan sehingga harus ditulis dengan benar. Penggunaan ejaan yang benar telah diatur dalam
PUEBI. PUEBI mengatur hal-hal sebagai berikut. (1) Pemakaian Huruf (Huruf Abjad, Huruf
Vokal, Huruf Konsonan, Huruf Diftong, Gabungan Huruf Konsonan, Huruf Kapital, Huruf
Miring, dan Huruif Tebal); (2) Penulisan Kata (Kata Dasar, Kata Berimbuhan, Bentuk Ulang,
Gabungan Kata, Pemenggalan Kata, Angka dan Bilangan, Kata Depan, Kata Ganti ku- kau-, -ku,
-mu, dan -nya, kata si dan sang). (3) Pemakaian Tanda Baca (Tanda Titik, Tanda Koma, Tanda
Titik Koma, Tanda Titik Dua, Tanda Hubung, Tanda Pisah, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda
Elipsis, Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal, Tanda Kurung, Tanda Garis Miring, Tanda
Penyingkat atau Apostrof; (4) Penulisan Unsur Serapan. Tatabahasa berkaitan dengan hal-hal
lebih kompleks dan rumit, yaitu menyangkut kata dan kalimat. Jika tidak menguasai ejaan,
sulitlah bagi kita untuk menuasai tatabahasa. Pada subbab ini dibicarakan bentuk kata, pilihan
kata, pemakaian kata, pemakaian kata tertentu, dan kalimat.
59
daftar pustaka, daftar istilah, lampiran, indeks, biografi singkat, sinopsis, dan nomor halaman
(Eneste, 2012:101—133).
Rangkuman
Hal yang perlu diperhatikan penyunting naskah adalah kelengkaoan naskah, nama penulis,
daftar isi, sistematika bab, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata sambutan/kata pengantar, catatan
kaki, daftar pustaka, daftar istilah, lampiran, indeks, biografi singkat, sinopsis, dan nomor
halaman
Rangkuman
Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu,
sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik
tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tandatanda koreksi itu dapat ditempatkan
langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap
tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus
ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipisahkan dengan
sebuah tanda diagonal atau garis miring.
60
BAB 9 RAGAM-RAGAM NASKAH
Dalam dunia penyuntingan terdapat berbagai macam naskah. Dengan naskah yang beragam,
maka cara penyuntingan pun disesuaikan dengan naskah yang akan disunting. Ragamragam
naskah mempunyai ciri-ciri tertentu. Oleh karenaitu, penyunting juga diharapkan untuk
memahami betul bentuk suatu naskah. Hal ini akan mempengaruhi tata cara menyuntingnya.
Naskah adalah karangan seseorang yang belum diterbitkan. Berdasarkan cara penerbit
memperolehnya, naskah dibagi menjadi enam macam, yaitu naskah spontan, naskah pesanan,
naskah yang dicari editor, naskah terjemahan, naskah sayembara, dan naskah kerja sama. Naskah
terdiri dari berbagai macam, yakni naskah fiksi, naskah sastra, naskah buku sekolah, naskah
bacaan anak, naskah perguruan tinggi, naskah musik, naskah biologi, naskah kamus, naskah
ilmiah, naskah ilmiah populer, naskah terjemahan, dan naskah matematika, fisika, dan kimia.
Penyuntingan naskahnaskah ini mempunyai ciri khasnya masing-masing.
Rangkuman
Dalam dunia penyuntingan terdapat berbagai macam naskah. Dengan naskah yang beragam,
maka cara penyuntingan pun disesuaikan dengan naskah yang akan disunting. Ragam-ragam
naskah mempunyai ciri-ciri tertentu. Oleh karenaitu, penyunting juga diharapkan untuk
memahami betul bentuk suatu naskah. Hal ini akan mempengaruhi tata cara
menyuntingnya.Naskah adalahkarangan seseorang yang belum diterbitkan. Berdasarkan cara
penerbit memperolehnya, naskah dibagi menjadi enam macam, yaitu naskah spontan, naskah
pesanan, naskah yang dicari editor, naskah terjemahan, naskah sayembara, dan naskah kerja
sama. Naskah terdiri dari berbagai macam, yakni naskah fiksi, naskah sastra, naskah buku
sekolah, naskah bacaan anak, naskah perguruan tinggi, naskah musik, naskah biologi, naskah
kamus, naskah ilmiah, naskah ilmiah populer, naskah terjemahan, dan naskah matematika, fisika,
dan kimia. Penyuntingan naskahnaskah ini mempunyai ciri khasnya masing-masing.
61
62
BAB III
PENILAIAN BUKU
3.1 Kelebihan dan Kelemahan Buku
63
Buku Utama Buku Pembanding 1
Kelebihan : Dilihat dari segi cover Kelemahan : Dilihat dari segi cover pada
pada buku ini memiliki warna yang buku ini tidak memiliki warna sehingga
kontraks dengan tulisan sehingga kurang menarik perhatian oleh pembaca
menarik perhatian pada pembaca
Kelebihan : Dilihat dari aspek layout Kelebihan : Dilihat dari aspek layout
memiliki tata letak yang sudah bagus memiliki tata letak yang sudah bagus
serta memiliki layout dan font yang serta memiliki layout dan font yang
membuat pembaca nyaman untuk membuat pembaca nyaman untuk
membaca membaca
Dilihat dari isi buku Dilihat dari isi buku,
Pada setiap bab bahasa yang Pada bahasa asing sudah
digunakan mudah dimengerti menggunakan itaclly atau garis
dan dipahami oleh pembaca miring (Kelebihan)
(Kelebihan) Pada identitas buku ini sudah
Pada identitas buku ini sudah lengkap karena memiliki
lengkap karena memiliki Judul JudulBuku,Penulis,Penerbit,Tahun
Buku,Penulis,Penerbit,Tahun Terbit,Kota Terbit,dan ISBN pada
Terbit,Kota Terbit,dan ISBN buku. (Kelebihan)
pada buku. (Kelebihan) Sudah disertai tabel pada setiap
Pada setiap akhir bab terdapat penjelasan materi pada buku ini.
tugas,tujuan agar (Kelebihan)
mengevaluasi pembaca untuk Pada buku ini setiap bab memiliki
mengingat dan mencerna soal atau evaluasi. (Kelebihan)
pokok bahasan setiap bab Memiliki Glosarium memudahkan
(Kelebihan) pembaca untuk mencari bahasa
Pada setiap materi tidak ada asing di dalam buku ini
warna pada tulisan sehingga (Kelebihan)
pembaca bosan membaca. Pada setiap materi tidak ada warna
(Kelemahan) pada tulisan sehingga pembaca
Pada buku ini setiap bab bosan membaca. (Kelemahan)
memiliki soal atau evaluasi.
(Kelebihan)
Tidak memiliki Glosarium
pada buku ini (Kelemahan) 64
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada buku utama yang berjudul Terampil Menyunting Teks Bahasa Indonesia
merupakan suplemen bahan ajar bagi mahasiswa Prodi Pendidikab Bahasa dan Sastra Indonesia
yang sedang menempuh kuliah semester 5.Selain bagi mahasiswa,buku ini juga dimanfaatkan
oleh guru bahasa dan sastra Indonesia dalam mengajrkan struktur dan kaidah kebahasaan suatu
teks.
65
peluang untuk mengakses informasi.Manfaatkanlah materi dalam bab ini untuk mengasah
kemampuan Anda dalam berliterasi sehingga mampu menyaring berbagai informasi yang dibaca.
Pada buku pembanding yang berjudul Keredaksian Dan Penyuntingan Buku Ajar
Keredaksian dan Penyuntingan merupakan lanjutan dari Buku Ajar Pengantar Jurnalistik. Dalam
proses pembelajaran dibutuhkan referensi sebagai acuan dan penunjang pembelajaran. Buku ajar
ini merupakan salah satu sarana untuk membantu mahasiswa dalam mengetahui dan memahami
pada mata kuliah Keredaksian dan Penyuntingan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia Semester VI.
Tujuan pembuatan bahan ajar ini adalah untuk membantu mahasiswa yang mengalami
kesulitan memperoleh bahan bacaan, khususnya yang berkaitan dengan keredaksian dan
Penyuntingan. Sumber bacaan pokok dari penulisan buku ajar ini adalah Buku Pintar
Penyuntingan Naskah Edisi Kedua (Revisi) Karya Pamusuk Eneste yang diterbitkan PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Di samping itu, buku ajar ini merupakan penguatan dari
berbagai sumber yang dapat dilihat pada daftar pustaka.
4.2 Saran
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai Ketrampilan Menyunting dalam CBR ini,
tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan
atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan CBR ini. Penulis berharap kepada para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
CBR ini. Semoga CBR ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
66
DAFTAR PUSTAKA
67
Alwi, Hasan, dkk.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin, E. Zainal. Dan Farid Hadi. 2009. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa: Bahan Penyuluhan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
68