Laporan Praktikum Enzimologi - Kel 4 - Ekstraksi Selulase Dari Baglog Jamur Tiram Putih

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

EKSTRAKSI SELULASE DARI BAGLOG JAMUR TIRAM PUTIH

(Pleurotus ostreatus)

Extraction of cellulose from white oyster mushroom baglog

Anya Julia Hardiyanti1, Nurlena1, Raisa1, Alena Puspa Murti1, Astri Zulfa1
1
Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jl Sawo Manila, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 2Laboratorium
Kimia Dasar, Jl Bambu kunong No.8

Abstrak
Telah dilakukan isolasi dan penentuan aktivitas enzim selulase. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas enzim selulase yang berasal dari limbah baglog jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus). Penelitian ini menggunakan sampel limbah baglog jamur tiram putih yang diketahui
mempunyai kandungan selulosa yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim selulase
dapat diisolasi dari limbah baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) menggunakan metode
sentrifugasi dengan penambahan buffer, aquades, dan saline. Penentuan aktivitas enzim
selulase dilakukan dengan metode reagen 3,5-Di Nitro Salisilic Acid (DNS) berdasarkan jumlah
gula reduksi yang di hasilkan dari media CMC 1% berdasarkan gula pereduksi yang dihasilkan.
Hasil aktivitas enzim selulase dinyatakan sebagai U/mL yang merupakan banyaknya enzim yang
dapat menghasilkan 1 mmol glukosa dalam satuan waktu. Berdasarkan penelitian, aktivitas enzim
selulase yang dihasilkan sebesar 0,0617 (aquades), 0,0045 (saline), 0,0044 (buffer) U/mL. Nilai
aktivitas enzim yang didapatkan tertinggi terdapat pada pelarut aquades dibandingkan dengan
pelarut yang lain. Namun adanya nilai aktivitas enzim menunjukkan keberadaan enzim selulase
yang terdapat dalam limbah baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

Kata kunci: Jamur tiram; Selulase; Baglog

Abstrak
The isolation and determination of cellulase enzyme activity has been carried out. This study aims
to determine the activity of cellulase enzymes from white oyster mushroom baglog waste
(pleurotus ostreatus). This study used a white oyster mushroom baglog waste sample which is
known to have a high cellulose content. The results showed that the cellulase enzyme could be
isolated from baglog waste of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) using the
centrifugation method with the addition of buffer, aquades, and saline. Determination of cellulase
enzyme activity was carried out using the 3,5-Di Nitro Salisilic Acid (DNS) reagent method based
on the amount of reducing sugar produced from 1% CMC media based on the resulting reducing
sugar. The result of cellulase enzyme activity is expressed as U/mL which is the number of
enzymes that can produce 1 mmol of glucose in unit time. Based on the research, the activity of
the cellulase enzyme produced was 0.0617 (aquades), 0.0045 (saline), 0.0044 (buffer) U/mL. The
highest value of enzyme activity was found in distilled water compared to other solvents. However,
the value of enzyme activity indicates the presence of cellulase enzymes contained in baglog
waste of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus).

Keywords: White Oyster mushroom; Cellulase; Baglog


PENDAHULUAN
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di
alam. Sampai saat ini jamur telah banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan
maupun obat-obatan. Jumlah produksi baglog dan jamur yang banyak diberengi dengan jumlah
limbah baglog yang dihasilkan tercatat bahwa dalam satu kali siklus masa panen jamur dapat
meghasilkan sekitar 1 s/d 2 ton limbah baglong jamur.
Limbah baglog jamur merupakan media tanam jamur tiram yang telah habis masa penen,
limbah yang dihasilkan berupa baglog tua dan baglog kontaminan. Dengan adanya jumlah limbah
yang melimpah tanpa ada upaya pengolahan dari kelompok pembudidaya mengakibatkan adanya
pencemaran udara, dan tanah disekitar pembuangan limbah tesebut (Sulaiman 2011). Panen jamur
tiram putih masih menyisakan media tanam jamur di dalam baglog. Komposisi media tanam jamur
diantaranya serbuk gergaji 95 %, dedak 3 %, kapur atau CaCO3 1 %, dan gips atau CaSO4 1 %
(Agromedia, 2009).Berdasarkan komposisi tersebutserbuk gergaji memiliki persentase tertinggi.
Menurut Alex (2011) serbuk gergaji mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, abu, silika, dan
serat yang tinggi. Komposisi media lainnya seperti dedak juga mengandung karbohidrat
diantaranya hemiselulosa, selulosa, pati, dan β-glucan (Lu dan Luh, 1991). Dari pemanfaatan
baglog pasca panen tersebut dipengaruhi oleh keberadaan sumber selulosa, lignoselulosa maupun
protein dari miselium jamur yang dapat berpotensi dapat diubah menjadi berbagai produk bernilai
tinggi salah satunya produksi enzim (Kumla, et al. 2020).
Menurut Salam dan Gunarto (1999) bahwa enzim selulase akan merombak bahan
berselulosa dan menghidrolisis ikatan β (1-4) menjadi senyawa sederhana yaitu glukosa. Nuraini,
dkk (2016) menambahkan aktivitas dari enzim selulase dihitung berdasarkan kadar selulosa relatif
yang dirombak menjadi glukosa sebagai jumlah glukosa yang dihasilkan dari kerja enzim selulase.
Enzim selulase termasuk enzim ekstraseluler yaitu enzim yang dihasilkan di dalam sel dan
dikeluarkan ke media tumbuhnya untuk mendegradasi senyawa polimer. Enzim selulase
merupakan enzim kompleks yang terdiri dari tiga tipe enzim yakni endoglukanase, eksoglukanase
dan β glukosidase. Ketiga enzim tersebut bekerja sama untuk menghidrolisis selulosa yang tidak
larut menjadi glukosa. Kemampuan enzim ini semakin dibutuhkan oleh industri yang
memproduksi bioetanol dari bahan selulosa (Putri, 2016).
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, pH, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim serta keberadaan inhibitor (Hames dan Hooper, 2005). Suhu dan pH
merupakan faktor utama yang harus diketahui (Sari, 2010), karena setiap enzim akan berfungsi
secara optimal pada suhu dan pH tertentu. Pada kondisi diatas suhu optimal, kecepatan reaksi
menurun tajam karena enzim merupakan protein yang akan terdenaturasi pada suhu tinggi
(Fitriani, 2003). Sedikit pergeseran pH dari pH optimum akan menyebabkan perubahan besar pada
reaksi yang dikatalisis enzim (Murray et al., 2003).

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Juni 2022 sampai 12 Juli 2022 yang dilaksanakan
di Laboratorium Kimia Universitas Nasional Jakarta Selatan.
B. Alat dan Bahan
Alat : • Baskom
• Timbangan • Pisau
• Beaker glass Bahan :
• Tabung sentrifuse • Baglog Jamur tiram putih
• Sentrifuse (Pleurotus ostreatus)
• Hand copper • Akuadest
• Waterbath 100 ℃ • Larutan saline
• Pipet volume • Buffer sitrat pH 4
• Pipet tetes • Microcrystalline cellulose 1%
• Bulp • Reagen DNS 1% (taruh dalam
• Kuvet botol gelap dengan suhu
• Oven 60 ℃ rendah)
• Tabung reaksi • D-glukosa
• Spektrofotometri • Es batu
• Lemari pendingin

C. Ekstraksi enzim selulase


Ekstraksi enzim selulase dari limbah baglog bekas budidaya jamur. Limbah baglog yang
digunakan terdiri dari, Jamur tiram putih, jamur tiram coklat dan jamur kuping, pada penelitian ini
yang digunakan yaitu limbah baglog jamur tiram putih.
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang meliputi: produksi ekstrak kasar enzim
selulase, pengujian.aktivitas enzim selulase dengan metode DNS, dan pembuatan larutan standar
glukosa.
Produksi ekstrak kasar enzim selulasi dilakukan dengan memasukan 50 gram sample
baglog ke masing-masing pelarut (saline,buffer, aquades), setelah itu sampel di homogenkan
dengan menggunakan handblender selama 15 menit di dalam baskom yang berisikan es batu,
campuran baglog dan pelarut yang sudah di homogenkan di masukan kedalam tabung sentrifuse
sebanyak 15ml dan di sentrifuse selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Kemudian diambil
bagian supernatan dimana mengandung crude enzim dan kemudian disimpan ke dalam lemari
pendingin.
Pengujian aktivitas selulase secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan reagen 3,5-
Di Nitro Salisilic Acid (DNS) berdasarkan jumlah gula reduksi yang di hasilkan dari media CMC
1%. Campurkan 1ml crude enzim ditambahkan dengan 1ml CMC 1% dan 0,25ml aquades kedalam
tabung reaksi. Kemudian buat larutan blanko berupa 1ml CMC 1% ditambah dengan 1,25ml
aquades di tabung reaksi. Kemudian diinkubasikan pada suhu 60 oC selama 60 menit. Pembuatan
kontrol dengan campuran 1ml crude enzim ditambah dengan 1ml CMC 1% dan 0,25ml aquades
tanpa diinkubasi, Kemudian di tambahkan DNS 1,5ml dan dimasukan ke dalam waterbath 100 oC
selama 15 menit, dan di dinginkan hinggga berwarna merah-coklat. Jumlah gula reduksi yang
dilepaskan ditentukan dengan pengukuran spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm.
Catat nilai absorbansi dari sampel dan control dan hitung absorbansi terkoreksi yaitu absoebansi
sampel-absorbansi kontrol
Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan sebagai proses memperoleh persamaan
regresi linier untuk menghitung kadar gukosa dalam sampel dengan berbagai konsentrasi glukosa
yaitu 100,200,300,400,500,600 ppm yang nantinya akan direaksikan dengan reagen DNS untuk
mengetahui gula reduksi dengan melihat konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya.
Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan dengan cara membuar larutan stok glukosa standar
dengan konsentrasi 100ppm. Deret standar glukosa dalam konsentrasi (100,200,300,400,500,600
ppm) ditambahkan dengan DNS 1% 1,5ml dimasukan kedalam waterbath 100 oC selama 15 menit
setelah itu didinginkan dan hitung dengan spektrofotometer 540 nm, catat nilai absorbansi tiap
larutan standar. Kemudian hitung kadar gula reduksi dengan memasukkan pada persamaan linier
kurva standar glukosa.
Satu unit aktivitas enzim selulase dinyatakan sebagai jumlah μmol produk glukosa hasil
hidrolisis enzim selulase tiap satu menit pada kondisi pengjian, Nilai aktivitas selulase ditentukan
berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

C H
AE = x
BM glukosa x t E
Keterangan :
AE = Aktivitas Enzim (Unit/mL)
C = Konsentrasi Glukosa
BM = Berat Molekul Glukosa (180 g/mol)
t = Waktu Inkubasi (menit)
H = Volume total Enzim - Substrat (mL)
E = Volume Enzim (mL)

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diperoleh dari pengukuran larutan standar glukosa, perhitungan aktivitas
selulase dengan ekstraksi limbah baglog jamur adalah sebagai berikut :
Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan sebagai proses memperoleh persamaan
regresi linier untuk menghitung kadar gukosa dalam sampel dengan berbagai konsentrasi glukosa
yaitu 100,200,300,400,500,600ppm. Hasil pembuatan kurva standar glukosa terdapat dalam
Gambar 1.
Pengukuran aktivitas enzim selulase menggunakan metode DNS berdasarkan estimasi
jumlah glukosa (gula reduksi) sebagai hasil hidrolisis selulosa. Aktivitas selulase pada limbah
baglog jamur tiram putih terdapat pada Tabel 1.

Kurva Standar Glukosa


1,4
Absorbansi 540 nm

1,2 1,149
1 0,949
0,888
0,8
0,6 0,589
0,4 0,428
y = 0,0021x - 0,0722
0,2 R² = 0,9581
0 0,032
0 100 200 300 400 500 600 700
Konsentrasi Glukosa (ppm)

Gambar 1. Kurva standar glukosa dengan pereaksi DNS

Pelarut Absobansi sampel – Absorbansi Aktivitas Enzim


absorbansi kontrol terkoreksi (U/mL)

Aquades 2,686 – 2,058 0,628 0,0617


Saline 2,302 – 2,322 -0,02 0,0045
Buffer 1,798 – 1,820 -0,022 0,0044
Tabel 1. Aktivitas enzim selulase dari baglog tiram putih dengan menggunakkan pelarut aquades, saline,
dan buffer dengan perbandingan 1:5
PEMBAHASAN
Pada Praktikum ini terbagi menjadi beberapa tahap salah satunya pada poses untuk
menghomogenkan pelarut dan baglog dengan menghancurkan menggunakkan handblender di atas
es batu yaitu dengan bertujuan untuk mencegah enzim bereaksi dengan substrat atau cara untuk
menghentikan reaksi. Pengunaan CMC dikarenakan lebih mudah larut dalam air dibandingkan
dengan microcrystalline cellulose.
Pengukuran aktivitas CMC-ase dilakukan dengan mengukur gula pereduksi yang
dihasilkan selama proses hidrolisis substrat oleh enzim. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan
dengan menggunakan metode DNS berdasarkan estimasi jumlah glukosa (gula reduksi) sebagai
hasil hidrolisis selulosa (Jennifer dan Thiruneelakandan, 2015).
DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula reduksi yang
membentuk asam 3-amino-5-dinitrosalisilat yang merupakan seuatu senyawa yang mampu
menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 545nm
(Sastrohamidjojo, 2005).
Kadar gula reduksi ditentukan dengan membuat kurva standar glukosa yang berfungsi
untuk mengetahui konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya. Larutan glukosa dipilih sebagai
larutan untuk pembuatan kurva standar karena glukosa termasuk gula reduksi yang dihasilkan dari
hidrolisis selulosa oleh enzim selulase. Kurva standar dibuat dengan variasi konsentrasi glukosa
100, 200, 300, 400, 500,600 ppm. Hasil kurva standar glukosa memiliki persamaan linier y =
0,0021x–0,0722 dengan nilai korelasi (R²) sebesar 0,9581.
Reaksi antara gula reduksi dengan DNS merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula
dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Reaksi antara gula reduksi dengan DNS merupakan
reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu,
DNS sebagai oksidator akan tereduksi membentuk asam 3-amino dan 5 – nitrosalisilat. Reaksi ini
berlangsung dalam suasana basa dan suhu tinggi sekitar 90-100°C. Bila terdapat gula reduksi pada
sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi
sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan (Kusmiati dan Agustini, 2010). Semakin gelap
warna DNS maka jumlah gula yang tereduksi semakin banyak (Rosyada, 2015).
Dari hasil praktikum yang didapat perlakuan dengan mengekstraksi baglog jamur
menggunakan pelarut aquades dengan aktivitas selulase sebesar 0,0617 U/ml, pelarut saline
dengan aktivitas selulase sebesar 0,0045 U/ml, pelarut buffer dengan aktivitas selulase sebesar
0,0044 U/ml (table 1).
Berdasarkan hasil tersebut Aktivitas selulase yang di hasilkan oleh ekstraksi limbah baglog
jamur yang paling optimum ditunjukkan pada perlakuan pelarut aquades dengan nilai aktivitas
sebesar 0,0617 U/ml. menjelaskan bawa pada pelarut aquades memiliki pentumbuhan antara enzim
dan subtrat sangat efektif. rendahnya aktivitas enzim pada rentang suhu diduga disebabkan oleh
kurangnya frekuensi tumbukan antara enzim dan substrat. Suhu inkubasi berbanding lurus dengan
frekuensi tumbukan yang terjadi antara enzim dengan molekul CMC. Suhu yang rendah
mengakibatkan frekuensi tumbukan antar molekul menjadi berkurang sehingga molekul CMC
yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim menjadi sedikit. Akibatnya, jumlah molekul CMC
terhidrolisis juga sedikit.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan aktivitas enzim pada ekstraksi limbah
baglog jamur putih menghasilkan enzim selulase optimum dengan pelarut aqades dengan aktivitas
selulase sebesar 0,0617 U/mL

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji dan syukur penulis kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, petunjuk dan karunia-Nya maka laporan praktikum enzimologi yang berujudul
“EKSTRAKSI SELULASE DARI BAGLOG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)” ini
dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen kami Astri
Zulfa, M. Si dan Prof. Dr. Endang Sukara. Tidak lupa kami ucapkan juga terimakasih kepada aslab
Kak Dandi, dan Kak Fahmi yang telah membimbing kami selama praktikum berlangsung. Serta
teman teman yang telah membantu susah maupun senang.

REFERENSI
Jurnal

Agromedia, R. 2009. Buku Pintar Bertanam Jamur Konsumsi Cet 1. AgromediaPustaka : Jakarta

Alex,S.M. 2011. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Fitriani, E, 2003. Aktivitas Enzim Karboksimetil Selulase Bacillus pumilus Galur 55 pada
Berbagai Suhu Inkubasi. Bogor:Kimia FMIPA IPB.
Hames D and Hooper N, 2005. Biochemistry (BIOS Instant Notes). Taylor & Francis.

Jennifer, V and Thiruneelakandan, G. 2015. Enzymatic Activity of Marine Lactobacillus Species


from South East Coastof India. IJISET. Vol. 2 (1): 542-546.

Kumla, Jaturong, S. Nakarin., S, Kanaporn.,P. Watsana, K. Pattana.,J. Kritsana V. Santhiti., danL.


Saisamorn,2020. Cultivation of Mushrooms and Their Lignocellulolytic Enzyme
Production through the Utilization of Agro-Industrial Waste.Molecules 25(12):1–41. doi:
10.3390/molecules25122811.

Kusmiati and Agustini NWS, 2010. Pemanfaatan Limbah Onggok untuk Produksi Asam Sitrat
dengan PenambahanMineral Fe dan Mg pada Substrat Menggunakan Kapang Trichoderma
sp. dan Aspergillus niger. SeminarNasional Biologi.

Lu, S dan B.S. Luh. 1991. Properties of The Rice Caryopsis. In Rice Production. 2nd ed. Vol. 1.
Luh, B.S. (ed). AVI Publishing Co., Westport, CT. pp 389-314

Nuraini.,A. Djulardi, dan M.A Mahata. 2016. Pakan Non Konvensional Fermentasi Untuk Unggas.
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas
Andalas Lantai Dasar Gedung Perpustakaan : Pusat Kampus Universitas Andalas

Putri S, 2016. Karakterisasi enzim selulase yang dihasilkan oleh Lactobacillus plantarum pada
variasi suhu, ph dan konsentrasi substrat. Disertasi. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.

Rosyada N, 2015. Isolasi Bakteri Asam Laktat dengan Aktivitas Selulolitik pada Saluran
Pencernaan Mentok (Cairinamoschata). Skripsi. Surakarta: Program Studi Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Sebelas Maret.

Salam, S., dan L. Gunarto, L. 1999. Enzim selulase dari Trichoderma sp. Agro Biology, 2: 9-16

Sari RF, 2010. Optimasi Aktivitas Selulase Ekstraseluler dari Isolat Bakteri RF-10. Skripsi. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sastrohamidjojo, H., 2005, Kromatografi, UGM Press, Yogyakarta.

Sulaiman D, 2011. Efek kompos limbah baglog jamur tiram putih terhadap sifat fisik tanah serta
pertumbuhan bibit markisa kuning. Bogor : intitut pertanian bagor diakses melalui
repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53343/1/A11dsu.pdf

Anda mungkin juga menyukai