Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 2 Kupang, diketahui dalam proses
pembelajaran khususnya pembelajaran biologi di terapkan kurikulum merdeka
belajar. Proses pembelajaran di kelas X guru menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Pbl adalah sebuah metode yang mengenalkan siswa pada suatu
kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Meskipun
begitu,keaktifan siswa belum mencapai taraf 50% sehingga proses pembelajaran
kurang efektif bagi siswa,kondisi ini mengakibatkan aktivitas siswa dalam kelas
terasa membosankan. Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa kurang memahami
materi dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya penerapan model
pembelajaran yang bervariasi untuk menunjang peran guru dalam meningkatkan
(PjBL) berbasis media ular tangga pintar. Model Project Based Learning (PjBL)
merupakan sebuah model pembelajaran berbasis proyek (kegiatan) sebagai inti
pembelajaran. Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based
Learning (PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas
kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta
didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara
berkelompok. Model pembelajaran ini membantu peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar.
Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk melakukan suatu
investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif
melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Menurut
Joice,Weil,dan Calhoun (dalam Warsono dan Haryanto, 2013) model
pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk
perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran. Adapun kelemahan Model ini
yaitu model pembelajaran ini memerlukan banyak waktu untuk penyelesaian
masalah, Namun peneliti masih ingin menerapkannya karena pertimbangan
2
bahwa model ini sangat cocok bagi siswa dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar.
Menurut Afandi (2015) media pembelajaran permainan ular
tangga merupakan media pembelajaran yang dikembangkan hasil
penelitian Sudarmika (2018) menyatakan bahwa media pembelajaran ular
tangga mampu meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dikembangkan media yang cocok di gunakan dalam
pembelajaran yaitu media pembelajaran permainan ular tangga. Alasan
media ular tangga ini dikembangkan karena melihat media permbelajaran
ular tangga akan memberikan materi yang lebih menarik di karenakan
belajar di barengi permainan akan menambah minat belajar siswa,
sehingga siswa lebih memahami materi yang diberikan.
Beberapa penelitian relevan yang dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) berbasis media ualar tangga diantanya penelitian yang dilakukan
oleh Khotimah dan Ngazizah dengan judul penelitian “Pembelajaran
Berbasis Proyek Snake and Ladder untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa
kelas V Sd Muhamamadiyah Purworejo Tahun Pelajaran 2018/2019
Berdasarkan data relevan di atas, disimpulkan bahwa model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa dengan data yakni meningkatnya nilai hasil belajar siswa.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Pjbl Berbasis Media Ular
Tangga Pintar pada Materi Kingdom Animalia untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Kupang ”
3
Berdasarkan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan
model pembelajaran Project Based Learning ( PjBL) berbasis media ular tangga
pintar pada materi kingdom animalia untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X SMAN 2 Kupang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas ,maka tujuan penelitian ini adalah
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berbasis media ular tangga pintar
pada materi kingdom animalia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, agar memperoleh suatu cara belajar IPA yang baru dan
inovatif melalui model PjBL berbasis media ular tangga pada materi
kingdom animalia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, memberikan informasi dan alternatif model pembelajaran
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan
memperluas wawasan guru tentang penerapan model PjBL berbasis media
ular tangga dalam pembelajaran biologi
3. Bagi sekolah, memberikan masukan dalam mengembangkan model
pembelajaran terutama model PjBL berbasis media ular tangga guna
membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah dan meningkatkan mutu
pendidkan
4. Bagi peneliti, menjadi sarana pengembangan diri, menambah wawasan,
serta pengalaman penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4.1 Hasil Belajar
4
Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif yang permanen
dan di hasilkan dari pengalaman pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah
melakukan kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
tingkah laku yang relatif menetap (Arsyad ,2020 ). Dalam proses belajar
mengajar, keberhasilan guru dalam pengajaran ditentukan oleh prestasi
atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang baik
diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan
menyusun perencanaan pembelajaran yang di dalamnya terdapat hal-hal
yang tidak dapat dipisahkan berkaitan dengan hasil belajar. Dari proses
pembelajaran diadakan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman dan penerimaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Hasil suatu keputusan terhadap suatu objek dengan ukuran yang
ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan tes maupun non tes.
Hasil belajar juga merupakan segala bentuk perubahan perilaku siswa
pada arah positif sebagai akibat dari proses belajar yang telah dilakukan.
Seperti yang dikemukakan oleh Suprijono (2012) hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri siswa sendiri.
Faktor tersebut yaitu keadaan fisiologis atau jasmani siswa dan faktor
psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor jasmani bawaan pada diri siswa yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan dan fisik siswa. Keadaan jasmani
yang kurang baik misalnya kesehatan yang menurun, gangguan
5
genetik pada bagian tubuh tertentu akan mempengaruhi proses belajar
siswa dan hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kondisi fisiologis yang baik.
b) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis diantaranya adalah keadaan psikologis yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor psikologis
tersebut adalah kecerdasan siswa, minat, motivasi, sikap, bakat, dan
percaya diri.
1) Kecerdasan Siswa
Kecerdasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat
pikiran, yang mencakup sejumlah kemampuan. Menurut H. Garner
Kecerdasan yang ada di dalam diri siswa terbagi menjadi kecerdasan
linguistik, spasial, matematik, kinetik dan jasmani, musikal,
interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan naturalis. Kecerdasan
adalah faktor pertama yang penting dalam faktor psikologi yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika seorang siswa mempunyai
kecerdasan atau intelligent tinggi maka hasil belajarnya akan tinggi.
Begitu juga sebaliknya, kecerdasan siswa yang kurang akan
mempengaruhi hasil belajar yang rendah.
2) Minat
Minat adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik terhadap
suatu hal. Dalam hal ini minat adalah faktor penting selanjutnya yang
mempengaruhi hasil belajar dimana jika minat siswa tinggi untuk
belajar, maka hasil belajar pun akan tinggi. Sebaliknya, minat belajar
yang rendah dan tidak bersemangat akan menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa. Minat belajar siswa dilihat dari
keceriaan,respon,serta kontribusi siswa saat belajar (Basri dan
Akhmad,2018).
3) Motivasi
6
Motivasi merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap
hasil belajar (Slamento,2010). Motivasi adalah proses di dalam diri
seseorang yang yang mendorong ia untuk melakukan sesuatu. Dalam hal
ini, motivasi dibagi dua yaitu menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah faktor yang ada di dalam diri siswa
sendiri untuk mendorong melakukan sesuatu, seperti rasa ingin tahu,
adanya keinginan untuk bisa maju, adanya keinginan untuk pintar, dan
sebagainya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah faktor yang ada diluar
diri siswa yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu, seperti
pujian, kasih sayang guru, orang tua, dan sebagainya. Motivasi penting
dalam menentukan hasil belajar siswa, karena siswa yang mempunyai
motivasi tinggi akan bersemangat dalam melakukan proses belajar
dengan seksama sehingga mendapatkan hasil belajar yang tinggi, akan
tetapi sebaliknya, jika motivasi untuk belajar pada siswa tidak ada, maka
hasil belajar akan menjadi rendah.
4) Sikap
Sikap adalah kondisi kesiapan mental emosional untuk melakukan
suatu tindakan tertentu bila terjadi situasi yang dihadapi. Sikap dalam
sebuah pembelajaran adalah faktor yang harus ada dalam diri setiap siswa
dimana setiap siswa memiliki respon yang berbeda terhadap proses belajar
5) Bakat
Faktor lain yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil
belajar adalah bakat. Pada dasarnya setiap siswa memiliki bakat untuk
dapat mencapai prestasi yang baik dalam belajar. Bakat merupakan modal
siswa dalam melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang dimilikinya.
6) Percaya Diri
Percaya diri adalah suatu hal yang ada di dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan apa yang dia kehendaki dengan baik. Percaya diri yang
ada dalam diri siswa akan membantunya dalam proses belajar, dimana ia
7
dapat menggunakannya untuk mencari rasa ingin tahunya, bersosialisasi
dengan siswa yang lain, bertanya, dan mengungkapkan gagasan atau ide
yang dimiliki.
8
masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak
mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.
Selanjutnya, hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku
dalam proses belajar yang terjadi akibat dari interaksi dengan
lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan
demikian, belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam
diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri
individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Dengan demikian hasil
belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu dalam
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar
dan penilaian secara kuantitatif.
2.2 Model Pembelajaran
Menurut Joice,dkk (dalam Warsono dan Haryanto, 2013) model
pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran,
termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran. Menurut
Trianto (dalam Gunarto, 2013 ) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
Model pembelajaran digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan ide.
Model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Suatu model pembelajaran tertentu
memiliki struktur pembelajaran tersendiri yang menggambarkan
keseluruhan urutan alur langkah yang digunakan pada kegiatan
pembelajaran. Joyce & Weil (dalam Rusman 2011) menyebutkan bahwa
9
model pembelajaran adalah suatu rencana yang dapat digunakan untuk
menyusun rencana pembelajaran dalam jangka panjang, merancang bahan
pelajaran dan melakukan bimbingan dalam proses pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran harus memperhatikan kondisi siswa,
lingkungan belajar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Model
pembelajaran memiliki arti yang lebih luas dari pada strategi, metode, dan
prosedur pembelajaran (Arends dalam Trianto, 2010). Johnson( dalam
Trianto 2010 ) menjelaskan bahwa untuk mengetahui kualitas suatu
model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu proses dan produk.
Aspek proses mengacu pada apakah pembelajaran dapat menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan serta mendorong peserta didik
untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Dilihat dari aspek produk
mengacu pada apakah pembelajaran dapat mencapai tujuan, yaitu
meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kompentesi atau
standar kemampuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola atau tahapan yang digunakan sebagai pedoman
dalam menyusun rencana pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Melalui model pembelajaran dapat memberikan nuansa dan pengalaman
yang berbeda kepada peserta didik karena merasakan suasana lingkungan
belajar yang berbeda. Kualitas model pembelajaran yang baik bisa dilihat
dari proses dan produk yang dihasilkan. Dalam pemilihan model
pembelajaran harus memperhatikan kondisi peserta didik, lingkungan
belajar serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.2.1 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based
Learning (PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas
kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi
peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan
secara berkelompok. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang
10
memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk
merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk
bekerja secara mandiri.
Karakteristik model Project Based Learning (PjBL) diantaranya
yaitu peserta didik dihadapkan pada permasalahan konkret, mencari solusi,
dan mengerjakan projek dalam tim untuk mengatasi masalah tersebut
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimanan berperan di
masyarakat. Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl diantaranya keterampilan
komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu,
keterampilan penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi,
partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
Penilaian kinerja pada PjBL dapat dilakukan secara individual dengan
memperhitungkan kualitas produk yang dihasilkan, kedalaman
pemahaman konten yang ditunjukkan, dan kontribusi yang diberikan pada
proses realisasi proyek yang sedang berlangsung. PjBL juga
memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan ide dan pendapat
mereka sendiri, dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil proyek
dan proses pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir
produk.
a. Sintaks pembelajaran Project Based Learning (PjBL) berikut:
11
1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the
big question) Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk
melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan
realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2) Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan
demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan
mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan proyek.
3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi
arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba
menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap
mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan
proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang
membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik
meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam
sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the
project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta
didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja
12
dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya
masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian
dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-
masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain
secara bergantian.
6) Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran,
pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
proyek.
7) Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini diagram tahapan dalam
pelaksanaan Project Based Learning
1. Pengenalan
Masalah
(Pertanyaan)
2.Mendesain
6. Evaluasi dan
Perencanaan
Refleksi
Project
5. Menguji
Hasil (Presentasi 3. Penyusunan
Project) Jadwal Project
4. Pelaksanaan
dan Monitoring
Project
14
2.2.2 Media Ular Tangga Pintar
Kusumawardhana (2014) menyatakan bahwa ular tangga adalah
permainan untuk anak anak yang terdiri atas papan permainan dimainkan
oleh sejumlah orang (2 0rang atau lebih) dengan menggunakan dadu dan
terdapat kotak kotak serta gambar tangga dan ular. Menurut Nachiappan
(2014)ada beberapa fungsi permainan ular tangga. Ular tangga dapat
menjadi alat membangun komunikasi yang interaktif antar pemain. Selain
itu, permainan ular tangga dapat diisi dengan berbagai macam materi yang
mendidik serta menghibur.
Menurut Permatasari (2014) permainan ular tangga memiliki fungsi
memberi kebebasan kepada setiap peserta didik untuk bebicara di kelas
sehingga peserta didik dapat melakukan interaksi belajar dengan lebih
bebas. Menurut Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa dengan
permainan,peserta akan lebih bersemangat dan tertarik terlibat aktif dalam
pembelajaran.Dalam media permainan,siswa belajar untuk menyusun
konsep sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang diperolehnya dan
guru hanya berperan sebagai fasilitator. Menurut Rifki Afandi (2015)
menyatakan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 45%. Hal itu menunjukan
bahwa media pembelajaran ular tangga itu memberikan pengaruh
terhadap pemahaman siswa. Rahina (2017) juga menyatakan bahwa
media pembelajaran ular tangga merupakan media yang efektif untuk
meningkatkan daya serap dan pemahaman peserta didik dalam
pembelajaran.
2.3 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi
Amerika bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Menurut hardjodipuro bahwa
PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,
dengan mendorong para guru untuk memikirkan cara mengajarnya sendiri agar
15
kritis terhadap cara tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. PTK bukan
sekedar mengajar tetapi mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar.
PTK dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data
dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. PTK
memiliki karakteriristik antara lain :
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruktusional
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya
3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
4. Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek instruksional
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
2.3.1 Manfaat penelitian PTK
a) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil PTK dapat
menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan,
antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
b) Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung
profesionalisme dan karir guru.
c) Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
d) Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan program
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas. Hal ini memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
e) Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan,
ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di kelas. Hasil belajar siswa pun dapat
meningkatkan.
16
f) Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
2.3.2 Jenis-jenis Penelitian PTK
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3)
PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental. Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan
secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
a) PTK Diagnostik
PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi
yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti
berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar
siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
b) PTK Partisipan
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang
akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau,
mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan
melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah
seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, disini peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir
penelitian.
c) PTK Empiris
PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan
atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi
berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan
catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
d) PTK Eksperimental
17
Yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-
mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif
dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Secara umum ada 4 prinsip kunci penelitian tindakan kelas,yaitu:
a) Kritik Reflektif, yaitu perhitungan situasi, seperti catatan atau dokumen
pejabat, digunakan untuk membuat tuntutan tersembunyi menjadi lebih
baik.
b) Kritik Dialektika, untuk memahami antara fenomena dan konteksnya.
c) Sumber Daya Kolaboratif, prinsip ini mempersyaratkan bahwa setiap
gagasan seseorang sama penting dengan sumber daya potensial.
d) Ambil Resiko, proses perubahan mengancam semua cara yang
telah ditetapkan sebelumnya,maka diperlukan kejelian untuk mengambil
resiko (Emzir, 2011)
2.4 Materi Kingdom Animalia (Vertebrata)
A. Kompetensi Inti
18
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
19
Annelida, Arthropoda,
Echinodermata bagi
kehidupan.
3.9.7 Mengidentifikasi ciri-ciri
Pisces, Amphibia, Reptilia,
Aves, dan Mamalia.
3.9.8 Menjelaskan rangka tubuh,
ruang jantung, reproduksi,
suhu tubuh, dan penutup
tubuh Pisces, Reptilia, Aves,
dan Mamalia.
3.9.9 Mendiskusikan peran Pisces,
Reptilia, Aves, dan Mamalia
bagi kehidupan.
3.9.10 Menyimpulkan peran Pisces,
Reptilia, Aves, dan Mamalia
bagi kehidupan
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan
model Project Based Learning (PjBl) siswa dapat mengelompokkan
20
hewan ke dalam filum berdasarkan ciri-ciri umum, lapisan tubuh, rongga
tubuh simetri tubuh, dan reproduksi, dan Menyajikan laporan
perbandingan kompleksitas lapisan penyusun tubuh hewan (diploblastik
dan triploblastik), simetri tubuh, rongga tubuh, reproduksinya serta
mengaitkan peranannya dalam kehidupan, sehingga peserta didik dapat
membangun kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan
prilaku disiplin, jujur, aktif, responsip, santun, bertanggungjawab, dan
kerjasama.
22
Memiliki gigi di kedua rahang serta ekornya berbulu dan
berukuran panjang, dan telah punah. Contohnya Archaeopteryx dan
Archaeornis.
2) Neornithes
Yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
a. Kelompok Palaeognathae merupakan kelompok burung yang tidak
dapat terbang. Kelompok ini di bagi menjadi tiga ordo sebagai berikut
- Ordo Spheniscifiormes, contohnya penguin.
- Ordo Casuariiformes, contohnya burung kasuari.
- Ordo Apterygiformes, contohnya burung kiwi.
b. Neognathae merupakan kelompok burung yang dapat terbang.
Kelompok ini di bagi menjadi lima ordo sebagai berikut :
- Ordo Galliformes, merupakan burung yang mempunyai kaki untuk
mengais dan berlari. Contohnya ayam.
- Ordo Passeriformes, merupakan burung yang bersuara merdu.
Contohnya burung kutilang dan burung cendrawasih.
- Ordo Anseriformes, merupakan burung yang dapat berenang,
kakinya pendek dan terdapat selabut di antara jari-jari kaki.
Contohnya itik.
- Ordo Coraciiformes, merupakan burung berparuh besar, tungkai
pendek, serta pemakan ikan, katak, dan lebah. Contohnya
rangkong badak.
- Ordo Columbiformes, merupakan burung berparuh pendek,
tembolok besar, dan sel epitelnya mudah mengelupas. Contohnya
burung merpati dan burung perkutut.
5. Kelas Mamalia
Hewan mamalia memiliki grandula mammae, bernafas dengan
paru-paru, berdarah panas, berkembangbiak secara vivipar dan ada juga
ovipar, permukaan tubuh terdapat rambut, umumnya hidup di darat tetapi
ada juga di air.
23
Mamalia dibagi menjadi sepuluh ordo sebagai berikut :
1) Ordo Monotremata
Merupakan satu-satunya mamalia yang bertelur. Contohnya Platypus.
2) Ordo Insectivora
Merupakan mamalia kecil pemakan serangga. Contohnya celurut
dan tupai cokelat kecil.
3) Ordo Marsupialia
Merupakan mamalia berkantong. Contohnya kanggura, koala dan kuskus.
4) Ordo Rodentia
Merupakan mamalia pengerat. Contohnya tikus, marmot, landak dan
bajing.
5) Ordo Chiroptera Merupakan mamalia yang dapat terbang. Contohnya
kelelawar.
6) Ordo Pholidota
Merupakan mamalia tidak bergigi, tubuh terbungkus sisik dan rambut,
serta memiliki lidah kecil dan panjang. Contohnya trenggiling.
7) Ordo Carnivora
Merupakan mamalia pemakan daging. Contohnya anjing, kucing,
harimau, singa, dan anjing laut.
8) Ordo Cetacea
Merupakan mamalia yang bentuk tubuhnya seperti ikan dan hidup di laut.
Contohnya lumba-lumba hidung botol, paus biru, dan paus pembunuh.
9) Ordo Proboscidea
Merupakan mamalia berbelalai. Contohnya gajah.
10) Ordo Sirenia
Merupakan mamalia herbivora akuatik yang memiliki tungkai depan mirip
sirip. Contohnya dugong.
11) Ordo Ungulata
Merupakan hewan berkuku. Ungulata dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Artiodactyla
24
Merupakan hewan berkuku genap. Contohnya domba, babi, rusa
sambar dan jerapah.
b. Perissodactyla
Merupakan hewan berkuku ganjil. Contohnya kuda, tapir, badak dan
kuda nil.
25
Kajian penelitian yang relevan ketiga,menggunakan penelitian
yang dilakukan Nurfadillah (2017) “Pengembangan Media Pembelajaran
Permainan Ular Tangga pada Materi Sistem Saraf Dikelas XI MA Madani
Alauddin Paopao”. hasil penilaian validator ahli, tingkat kevalidan media
pembelajaran permainan ular tangga berada pada kategori sangat valid
dengan nilai rata-rata 3,60 (x ≤ 3,4). Berdasarkan hasil penilaian respon
guru dan respon siswa tingkat kepraktisan media pembelajaran berada
pada kategori tinggi dengan rata-rata nilai total 4,11 (3,4 ≤ x ≤ 4,2).
Berdasarkan hasil tes siswa media pembelajaran permainan ular tangga
berada dikategorikan efektif karena 93,33% siswa mencapai ketuntasan
belajar dengan nilai rata-rata 83. Implikasi penelitian ini yaitu 1) media
pembelajaran permainan ular tangga pada materi sistem saraf layak
dipertimbangkan sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran di kelas, 2) guru diharapkan mengetahui pembuatan
dan pengembangan media, 3) bagi penelitian relevan selanjutnya agar
lebih mengembangkan teknis penggunaan media pembelajaran permainan
ular tangga sehingga penggunaannya semakin teratur.
Kajian penelitian yang relevan keempat, menggunakan penelitian
yang dilakukan oleh Mara dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran
Tematik Ular Tangga Berbagai Pekerjaaan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata hasil angket validasi media sebesar 93%,
angket validasi materi sebesar 90%, angket respon peserta didik sebesar
99% dan angket respon guru sebesar 97% yang berarti baik sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa media pembelajaran tematik ular tangga berbagai
pekerjaan valid dan praktis digunakan dalam pembelajaran.
4.11 Kerangka Pemikiran
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah penggunaan model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu
meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah Project Based Learning (PjBL).
Model PjBL merupakan sebuah model pembelajaran berbasis proyek
26
(kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Model pembelajaran ini membantu peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project based learning atau
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu
topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan
pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot,
nyata, dan relevan. Model lebih efektif bagi siswa jika pembelajaran dikaitkan
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan pengetahuan dan
teknologi. Model PjBL dapat diimbangi dengan permainan yang dapat
memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep dan memecahkan masalah
guna meningkatkan hasil belajar siswa yaitu permainan ular tangga pintar.
Ular tangga adalah permainan untuk anak anak yang terdiri atas
papan permainan dimainkan oleh sejumlah orang (2 0rang atau lebih )
dengan menggunakan dadu dan terdapat kotak kotak. Ular tangga dapat
menjadi alat membangun komunikasi yang interaktif antar pemain. Selain
itu,permainan ular tangga dapat diisi dengan berbagai macam materi yang
mendidik serta menghibur.
Menurut Permatasari (2014) permainan ular tangga memiliki fungsi
memberi kebebasan kepada setiap peserta didik untuk berbicara di kelas
sehingga peserta didik dapat melakukan interaksi belajar dengan lebih
bebas. Menurut Nugroho (2013) yang menyatakan bahwa dengan
permainan, peserta akan lebih bersemangat dan tertarik terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dalam media permainan, siswa belajar untuk menyusun
konsep sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang diperolehnya dan
guru hanya berperan sebagai fasilitator. Menurut Afandi (2015)
menyatakan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 45%. Hal itu menunjukan
bahwa media pembelajaran ular tangga itu memberikan pengaruh
terhadap pemahaman siswa. Rahina (2017) juga menyatakan bahwa
27
media pembelajaran ular tangga merupakan media yang efektif untuk
meningkatkan daya serap dan pemahaman peserta didik dalam
pembelajaran. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dituangkan dalam
Gambar 2.3.
28
Gambar 2.4 Desain PTK Model Kemmis Dan Mc Taggart
(Taniredja,2011)
BAB III
29
METODE PENELITIAN
30
Adapun deskripsi alur PTK menurut Suharsimi Arikunto yang dapat dilakukan
oleh guru pada setiap siklusnya tersaji dalam gambar 3.1 :
1) Tahap Persiapan
Peran penulis dalam penelitian ini sebagai perencana, pelaksana tindakan,
sekaligus pembuat laporan, sebagai perencana tindakan dalam penelitian ini maka
penulis melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan pembelajaran Biologi di
kelas X IPA 1 SMAN 2 Kupang. Dari hasil pengamatan proses diperoleh data
tentang kondisi awal siswa. Data kondisi awal ini yang menjadi dasar bagi penulis
untuk membuat rencana tindakan pada siklus pertama. Rencana ini merupakan
hasil dari pengamatan penulis. Adapun posisi penulis dalam penelitian tersebut
sebagai pengajar yang didampingi oleh pengamat, teman sejawat yang mengajar
di sekolah tersebut. Artinya penulis dan pengamat aktif dalam penelitian sebagai
pelaksanaan pembelajaran atau tindakan. Penulis beserta pengamat langsung
melakukan kegiatan pembelajaran dan berusaha sebanyak mungkin
mengumpulkan data.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan
pengamatan,
31
dan refleksi yang dilaksanakan dalam siklus.
5 Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran sebagai rancangan
dalam melaksanakan tindakan, rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah
pembelajaran Biologi, Materi Kingdom Animlia. Adapun langkah-langkah
perencanaan yang dilakukan adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan (Silabus, RPP, Bahan ajar dan LKS), mempersiapkan lembar
observasi, dan lembar kerja proyek.
6 Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
dengan menggunakan media ular tangga langkah pelaksanaannya mencakupi :
1) Kegiatan Awal
Pendidik mengucapkan salam dan mengarahkan siswa untuk berdoa.
Selanjutnya memeriksa kehadiran siswa. Pendidik menyampaikan
apersepsi. Lalu Pendidik menyampaikan motivasi kepada siswa, terakhir
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran
menggunakan model PjBL.
2) Kegiatan Inti
a) Orientasi Masalah. Guru mengawali kelas dengan memberikan
sebuah pertanyaan bagi siswa yaitu “ apa yang kalian ketahui tentang
kingdom animalia?”. Setelah itu guru menjelaskan materi pokok.
Kemudian membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan
mendesain perecanaan proyek. Peserta didik memperhatikan bahan
ajar lalu berdiskusi.
b) Merencanakan proyek. Setelah kelompok telah terbentuk,siswa
mulai melakukan perencanaan proyek. Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif antara guru dan siswa. Perencanaan berisi pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung,
32
serta menginformasikan alat dan bahan yang dimanfaatkan untuk
menyelesaikan proyek.
c) Menyusun jadwal aktivitas proyek. Guru dan siswa secara
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan guru memberi arahan
pada siswa untuk mengelola waktu yang ada. Proyek yang dilakukan
oleh siswa membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya,
sehingga guru meminta siswa untuk memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya. Ketika selesai siswa akan mempresentasikan hasil
proyeknya di kelas.
d) Mengawasi jalannya proyek. Guru melakukan monitor terhadap
aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata
lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas siswa. Guru
mengajarkan kepada siswa bagaimana bekerja dalam sebuah
kelompok. Setiap siswa dapat memilih perannya masing masing
dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
e) Menganalisis dan Mengevaluasi. Guru memberikan penilaian
terhadap produk yang dihasilkan. Penilaian dilakukan untuk
membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing masing siswa-siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh
siswa. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok
mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara
bergantian. Setelah itu Guru melakukan Evaluasi. Pada akhir proses
pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek.
33
3) Kegiatan Penutup
Guru membantu siswa memberikan kesimpulan pada pertemuan tentang
materi kingdom animalia. Lalu Guru memberikan motivasi pada siswa
agar selalu jaga kesehatan dan tetap semangat mengikuti pembelajaran.
Guru memimpin doa dan siswa berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-
masing. Guru memberikan salam penutup
7 Observasi
Saat dilaksanakan tindakan, peneliti dan observer mengamati tentang
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas masih belum aktif
dalam berinteraksi baik kepada temannya maupun guru. Pengamatan
menggunakan lembaran observasi untuk mengenali, merekam, dan
mendokumentasikan setiap indikator dari proses hasil yang dicapai baik yang
ditimbulkan dari tindakan yang berencana maupun akibat sampingan lainnya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan lima observer untuk
mengamati keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, mengamati
aktivitas peserta didik, dan mendokumentasikan proses pembelajaran yang
berlangsung.
8 Refleksi
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan diamati oleh
observer maka penulis dan observer bersama-sama melakukan refleksi. Data
yang diperoleh dari lembar pengamatan dan hasil belajar siswa.
3.5 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Lembar obervasi
berupa lembar siswa,penampilan guru serta kualitas produk. Tes yang
digunakan berupa evaluasi pada akhir pembelajaran (akhir siklus) atau
post test. Terakhir adalah dokumentasi berupa foto pada saat pembelajaran
berlangsung.
34
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah
penelitian ini dan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran PjBL
berbasis Ular Tangga adalah menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif.
1. Observasi
a. Aktivitas Peserta Didik
Aktivitas siswa adalah banyaknya kegiatan siswa yang muncul selama
pembelajaran berlangsung. Untuk menganalisis aktivitas siswa
digunakan persamaan sebagai berikut:
Jumlah Skor yang dicapai
Rata-rata ¿ x 100
Banyaknya Data
Dengan menghitung persentase menggunakan rumus:
F
P= × 100 %
N
(Sudjiono, 2006)
Keterangan:
P= Angka persentase aktifitas peserta didik
F= Skor yang diperoleh
N= Skor maksimum
36
pembelajaran Project Based Learning digunakan persamaan sebagai
berikut (Sudjiono, 2006):
Jumlah Skor yang dicapai
Rata-rata skor¿ x 100
Banyaknya data
Dengan menghitung presentase menggunakan rumus:
F
P= × 100 %
N
Keterangan:
P= Angka persentase keterampilan guru
F= Skor yang diperoleh
N= Skor maksimum
Kriteria Pencapaian:
85% - 100% = Baik sekali
76% - 84% = Baik
60% - 75% = Cukup baik
25% - 59% = Kurang Baik
37
berha
sil
Sumber : Syah (2004)
2. Hasil Tes
a. Tes Hasil Belajar
Tes dilakukan untuk mengetahui dampak kemampuan siswa
dalam menguasai materi pelajaran, atau untuk mengukur sejauh
mana kemampuan siswa dalam memahami materi-materi pelajar.
1. Ketuntasan individu
Perhitungan yang menyatakan bahwa suatu peserta didik dikatakan
meningkat pemahamannya apabila telah tuntas belajarnya
dinyatakan dengan rumus :
Jumlah Skor yang di peroleh
Siswa yang tuntas belajar¿ ×100
Total skor
2. Ketuntasan Klasikal
Jumlah siswa y ang tuntas belajar
Ketuntasan Klasikal¿ x 100
Jumlah seluruh siswa
(Arikunto,2014)
S Kategori Kualifikasi
k
38
a
l
a
7 Baik Tuntas
6
-
1
0
0
%
5 Cukup baik Tidak Tuntas
0
-
7
5
%
2 Kurang baik Tidak Tuntas
5
-
5
0
%
0 Tidak baik Tidak Tuntas
-
2
5
%
Sumber: Kumala (2013)
Menghitung Nilai Rata-rata Kelas dengan rumus:
∑×
X=
∑N
39
Keterangan:
X= Rata-rata Kelas
∑X = Jumlah seluruh nilai siswa
∑N = Jumlah seluruh siswa
3.7 Kriteria Keberhasilan
Siswa dapat dikatakan berhasil apabila jumlah nilai yang diperoleh sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan di sekolah SMAN
2 Kupang, menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran
biologi sebesar 72, berdasarkan tingkat kesulitan mata pelajaran dan kemampuan
siswa, dengan jumlah minimal 75 % dari total siswa yang ada.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Materi Gaya.Jurnal
Pendidikan Fisika.Vol. 1 No. 1. 13.
Permatasari, A.N. (2014). The Effectiveness of Using Snakes and
Ladders Games to Improve Student’s Speaking Ability for Seven
Graders in MTSN. Mojosari. Retain,Vol. 01 No. (1).2.
Ompusunggu, V. D. K. 2013. Peningkatan kemampuan pemahaman
matematik dan sikap positif terhadap matematika siswa SMP
Nasrani 2 Medan melalui pendekatan Problem Posing, Disertasi,
Medan: Universitas Negeri Medan.
Rahina, N. (2017). Media Pembelajaran Berbasis Visual Berbentuk
Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kulaitas Belajar
Mengajar di Sekolah Dasar, FBS Unnes, Jurnal Lembaran Ilmu
Kependidikan Jilid 36, No 1.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru (Cetakan 4). RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media.
Sari R. T., & Jusar, I. R. (2017). Analisis Kebutuhan Modul Pembelajaran
IPA Berorientasi Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Quantum
Learning di Sekolah Dasar. Bioedukasi (Jurnal Pendidikan Biologi),
8(1), 26-32.
Shiphy A. Oktavia (2020) Model-Model Pembelajaran (Cetakan 1), Grup
Penerbitan CV BUDI UTAMA..
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suprijono, A. (2012). Cooperative learning Teori Dan Aplikasi. Pustaka
Belajar.
42
LAMPIRAN 1
SILABUS
Nama sekolah : SMAN 2 Kupang
Kelas/Semester : X/II (Dua)
Mata Pelajaran : Biologi
Materi : Kingdom Animalia
Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
reponsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
43
Kompetensi Materi Indikator Pencapaian
Dasar Pelajaran
Animalia:
3.9 Ciri ciri umum
Mengelompo invertebrata 3.9.1 Membedakan hewan in
kan hewan (lapisan tubuh, berdasarkan lapisan tubuh, rong
ke dalam rongga tubuh, simetri tubuh, dan reproduksi.
filum simetri tubuh, 3.9.2 Membedakan hewan vertebrata be
berdasarkan dan reproduksi). rangka tubuh, ruang jantung, r
lapisan Ciri ciri umum suhu tubuh, dan penutup tubuh.
tubuh, hewan vertebrata 3.9.3 Mengidentifikasi ciri-ciri
rongga (rangka tubuh, Coelenterata, Platyh
tubuh, ruang jantung, Nemathelminthes, Mollusca,
simetri tubuh reproduksi, suhu Arthropoda, Echinodermata.
dan tubuh, dan 3.9.4 Menjelaskan lapisan tubuh, rong
reproduksi penutup tubuh). simetri tubuh, dan reproduksi
Klasifikasi Coelenterata, Platyh
animalia. Nemathelminthes, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata
Peran hewan
3.9.5 Mendiskusikan peran Porifera, Co
bagi kehidupan.
Platyhelminthes, Nemath
Mollusca, Annelida, A
Echinodermata bagi kehidupan
3.9.6 Menyimpulkan peran Porifera, Co
Platyhelminthes, Nemath
Mollusca, Annelida, A
Echinodermata bagi kehidupan.
3.9.7 Mengidentifikasi ciri-ciri Pisces,
Reptilia, Aves, dan Mamalia.
3.9.8 Menjelaskan rangka tubuh, ruang
reproduksi, suhu tubuh, dan penu
Pisces, Reptilia, Aves, dan Mamalia
3.9.9 Mendiskusikan peran Pisces, Rept
dan Mamalia bagi kehidupan.
3.9.10 Menyimpulkan peran Pisces, Rept
dan Mamalia bagi kehidupan.
LAMPIRAN 2
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I dan SIKLUS II
Sekolah : SMAN 2 Kupang
45
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / Semester II
Materi Pokok : Kingdom Animalia
Alokasi Waktu : 3 jam Pelajaran (2x Pertemuan)
A.Kompetensi Inti
46
rongga tubuh, reproduksi.
simetri tubuh dan 3.9.2 Membedakan hewan
reproduksi vertebrata berdasarkan
rangka tubuh, ruang
jantung, reproduksi, suhu
tubuh, dan penutup tubuh.
3.9.3 Mengidentifikasi ciri-ciri
Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Mollusca,
Annelida, Arthropoda,
Echinodermata.
3.9.4 Menjelaskan lapisan tubuh,
rongga tubuh, simetri tubuh,
dan reproduksi Porifera,
Coelenterata,
Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Mollusca,
Annelida, Arthropoda,
Echinodermata
3.9.5 Mendiskusikan peran
Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Mollusca,
Annelida, Arthropoda,
Echinodermata bagi
kehidupan
3.9.6 Menyimpulkan peran
Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Mollusca,
Annelida, Arthropoda,
Echinodermata bagi
kehidupan.
3.9.7 Mengidentifikasi ciri-ciri
Pisces, Amphibia, Reptilia,
Aves, dan Mamalia.
3.9.8 Menjelaskan rangka tubuh,
ruang jantung, reproduksi,
suhu tubuh, dan penutup
tubuh Pisces, Reptilia, Aves,
dan Mamalia.
3.9.9 Mendiskusikan peran Pisces,
Reptilia, Aves, dan Mamalia
bagi kehidupan.
47
3.9.10 Menyimpulkan peran Pisces,
Reptilia, Aves, dan Mamalia
bagi kehidupan
4.9.1 Membuat laporan berupa peta
konsep perbandingan Filum Porifera
4.9 Menyajikan laporan dan Coelenterata perbandingan
perbandingan Porifera
kompleksitas lapisan
penyususn tubuh 4.9.2 Membuat laporan berupa peta
hewan (dipoblastik konsep perbandingan hewan
dan tripoblastik), Platyhelminthes, Nemathelminthes,
simetri tubuh, dan Annelida, berdasarkan
rongga tubuh, dan kompleksitas tubuh hewan.
reproduksinya
4.9.4 Membuat laporan berupa peta
konsep mengenai karakteristik
(habitat, cara hidup, cara reproduksi,
dan peranan) Pisces, Amphibia,
Reptilia, Aves, dan Mammalia.
4.9.5 Mempresentasikan hasil
perbandingan Porifera dan
Coelenterata berdasarkan
kompleksitas tubuh hewan.
C.Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan
model Project Based Learning (PjBl) siswa dapat mengelompokkan
hewan ke dalam filum berdasarkan ciri-ciri umum, lapisan tubuh, rongga
tubuh simetri tubuh, dan reproduksi, dan Menyajikan laporan
perbandingan kompleksitas lapisan penyusun tubuh hewan (diploblastik
dan triploblastik), simetri tubuh, rongga tubuh, reproduksinya serta
mengaitkan peranannya dalam kehidupan, sehingga peserta didik dapat
membangun kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan
prilaku disiplin, jujur, aktif, responsip, santun, bertanggungjawab, dan
kerjasama.
48
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Project Based Learning
Metode : Diskusi (dalam kelompok), Mengerjakan Project,
dan Mempresentasikan hasil kerja
E. Media Pembelajaran
F. Sumber Pembelajaran
No
Sintaks/Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
A. Kegiatan pendahuluan(10’)
Peserta didik memberi salam dan Guru
1. Pengecekan Peserta Didik menjawab salam lalu memimpin doa kemudian
(3’) memastikan kehadiran peserta didik
LAMPIRAN 3
Materi :
Kelompok :
51
Hari/Tanggal :
Nama Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
1) Siswa diberikan tugas untuk membuat sebuah proyek berupa media ular
tangga.
2) Carilah informasi mengenai proyek yang akan dibuat dan membuat
rancangan produk tersebut.
3) Siswa menyusun jadwal proyek.
4) Gunakan alat dan bahan yang sudah disiapkan lalu mulai mengerjakan
proyek
LAMPIRAN 4
B Kegiatan Inti 1 2 3 4
1. Guru mengawali kelas dengan memberikan sebuah
pertanyaan dasar tentang materi bagi siswa. Setelah itu Guru
menjelaskan materi pokok menggunakan media gambar.
2. Guru membagi siswa dalam kelompok lalu membagikan
Lembar Kerja Peserta Didik. Guru membimbing siswa
dalam menjawab pertanyaan dan merencanakan proyek
3. Guru membimbing dalam membuat jadwal aktivitas project
dan juga mengawasi siswa dalam mengerjakan project
4. Guru memberikan Penilaian terhadap produk yang
dihasilkan. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing
kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok
lain secara bergantian.
C Kegiatan Penutup 2 3 4
1
1. Membimbing peserta didik membuat kesimpulan
53
2. Memberikan penjelasan dan kesimpulan
3. Memberikan post test
4. Mengakhiri pelajaran dengan doa dan salam
I Penguasaan Materi Pembelajaran 1 2 3 4
I
I
1. Menjelaskan materi dengan runtut
2. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
3. Menyampaikan materi dengan jelas
4. Kejelasan dalam menunjukan letak
3. Menguasai kelas
V Pemanfaatan Sumber 1 2 3 4
Belajar/Media
Pembelajaran
1. Menggunakan media
pembelajaran secara efektif
dan efisien
2. Ketepatan menggunakan
media sesuai materi
3. Memiliki keterampilan
dalam penggunaan media
Jumlah Skor
Kategori
Kualifikasi
Rata-rata skor
Kriteria Penilaian Keterampilan Guru
LAMPIRAN 5
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS BELAJAR PESERTA DIDIK
SIKLUS I dan SIKLUS II
55
Pengamat mengamati aktifitas peserta didik dalam setiap kelompok
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, kemudian mengisi
lembar observasi dengan kritria penilaian sebagai berikut :
1 : jika deskriptor yang muncul hanya satu
2 : jika deskriptor yang muncul hanya dua
3 : jika deskriptor yang muncul hanya tiga
4 : jika deskriptor yang muncul hanya empat
5: jika semua deskriptor muncul
Rata-rata
Adapun kategori aktivitas peserta didik setelah dianalisis yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Skala Kategori Kualifikasi
80-100 Sangat baik Berhasil
70-79 Baik Berhasil
60-69 Cukup Tidak berhasil
≤ 59 Kurang Tidak berhasil
LAMPIRAN 6
LEMBAR OBSERVASI KUALITAS PRODUK
SIKLUS I Dan SIKLUS II
Hari/tanggal :
Petunjuk pengisian :
Pengamat mengamati kualitas produk yang telah dibuat setiap kelompok,
kemudian mengisi lembar observasi dengan cara memberi tanda centang
(√) pada kolom skor (1,2,3,4) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
1= Kurang baik, 2 = Cukup baik, 3 = Baik, 4 = Sangat baik.
Rata-rata skor
Kriteria Penilaian Kualitas Produk
58
59