Proses Pembelajaran Dan Pilar Pembelajaran
Proses Pembelajaran Dan Pilar Pembelajaran
Proses Pembelajaran Dan Pilar Pembelajaran
PEDAGOGI
POLA PENGEMBANGAN
Dosen Pengampu
Dr. Marjohan, M.Pd., Kons.
Dr. Nurfarhanah, M.Pd., Kons.
Oleh Kelompok V
1. Dedy Kurniady (22151006)
2. Neni Elvira Z (22151024)
3. Rachman Hakim (22151030)
4. Wirdatun Nisya (22151041)
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Proses Pembelajaran ................................................................................ 3
B. Pilar Pembelajaran ................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa
depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat
kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan
dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang
senantiasa berubah dan penuh teka-teki (Isjoni, 2008).
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu
aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat
dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia
mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti
belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan
mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang
diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat
dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan
dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode
pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak
akan berjalan dengan efektif dan optimal Tanpa menyiapkan sejumlah perangkat
pembelajaran yang tepat.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana kegiatan proses pembelajaran di sekolah?
2. Bagaimana peran pilar pembelajaran pada pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang serta rumusan masalah, tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis dapat diketahui kegiatan proses pembelajaran
2. Mengetahui peran pilar pembelajaran pada pendidikan
2
BAB II
POLA PENGEMBANGAN PROSES PEMBELAJARAN DAN PILAR
PEMBELAJARAN
A. Proses Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan
terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan
yang lebih baik. Proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (1991), Proses
pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan
tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan
peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka
keterlaksanaan program pendidikan.
Pembelajaran merupakan salah satu sub sistem dari sistem pendidikan,
disamping kurikulum, konseling, administrasi, dan evaluasi. (Yamin, martinis, 2013).
Jadi belajar merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ilmu atau kepandaian,
sehingga dapat merubah tingkah laku pada peserta didik karena adanya tindakan atau
interaksi baik secara individual maupun kelompok di dalam lingkungannya.
Contoh langsung proses pembelajaran dari Allah SWT mengisyaratkan bahwa
manusia sejak kelahirannya memang memerlukan proses pembelajaran sebagai wujud
nyata dari upaya pendidikan. Dari contoh itu dapat dipahami bahwa pendidikan tidak
terlepas dari kondisi dan peran manusia secara langsung, dari asal usul manusia itu
sendiri, untuk manusia dan oleh manusia.
Menurut Prayitno (2009) memberikan arti proses pembelajaran adalah
melahirkan strategi BMB3 (berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung
jawab). Strategi ini hendaknya dapat dipahami dan dipraktekkan dalam proses
pembelajaran oleh seluruh tenaga kependidikan yang terdiri atas guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan fasilitator.
Dengan strategi ini pemberian materi pembelajaran akan meresap lebih salam,
bukan hanya sekedar menyentuh pikiran (kognitif), tetapi juga membentuk sikap
3
(afektif) dan tindakan (psikomotor). Hal yang positif adalah juga meningkatkan nilai
rasa, serta tanggung jawab. Maka lengkaplah pendidikan itu dalam membentuk
manusia seutuhnya yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya.
a. Proses berpikir adalah proses kerja otak memikirkan materi pelajaran guna
menambah ilmu, pengetahuan dan wawasan untuk membentuk intelektual peserta
didik. Aktifitas ini berlangsung setiap saat, tetapi biasanya hanya
transaksional atau hanya sekedar pemindahan materi dari tenaga kependidikan
kepada peserta didik dan belum transformatif dalam rangka perubahan diri peserta
didik.
b. Proses merasa, yaitu dapat merasakan apa yang terkandung dalam materi
pelajaran dan merasakan pentingnya materi tersebut dalam kehidupan.
c. Proses bersikap adalah menentukan sikap yang dapat dilakukan peserta didik yang
terinspirasi dari materi pelajarannya. Kemudian dapat pula bertindak sesuai
dengan hasil proses berfikir, merasa, dan bersikap yang telah dilaluinya.
d. Proses bertindak yaitu menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk
kedepannya dalam belajar.
e. Akhirnya peserta didik juga diajak bertanggung jawab terhadap materi yang telah
dikuasainya agar dapat digunakan untuk kebaikan, mengangkat harkat dan
martabat manusia. Jadi strategi BMB3 ini bersifat komprehensif dalam
membentuk manusia yang berkualitas melalui proses pembelajaran.
Strategi BMB3 tidak hanya dipakai pada dunia pendidikan, tetapi juga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan yang telah dimulai dari dunia kependidikan. Apabila
peserta didik telah dibiasakan belajar dengan strategi BMB3 maka akan terbentuk pola
pikir yang holistik memikirkan semua kepentingan dan semua unsur yang ada.
Fenomena saat ini banyak sekali orang cerdas dan pintar sebagai hasil dari
pendidikan, tetapi mereka belum tentu memiliki nilai rasa atau sensitifitas yang tinggi,
sikap yang positif, tindakan yang baik serta tanggungjawab atau perbuatannya. Apabila
BMB3 telah dimiliki maka tentu kehidupan ini akan terasa lebih nyaman karena
kepintaran dan kecerdasan digunakan untuk kebaikan mengangkat harkat dan martabat
manusia. Untuk itu tenaga kependidikan hendaknya memahami dan mempraktikkan
BMB3.
2. Kondisi Pembelajaran
4
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang
mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan
mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami
siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne membagi kondisi belajar atas dua,
yaitu:
a. Kondisi internal (internal condition): Kemampuan yang telah ada pada diri individu
sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh
seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory Gagne).
b. Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si
pelajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap
kasus. Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan
belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula.
3. Hasil belajar dari pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak
akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka penulis merasa perlu
untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses pembelajaran. Berikut
uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh
semua masyarakat belajar khususnya peserta didik.
a. Hasil Belajar
Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu “1)
Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi; 5) Analisa; 6) Sintesa, dan
7) Evaluasi”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang
menyangkut segi kognetif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat
terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat
pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil
belajar.
Adapun Bloom yang banyak mendapat pengaruh dari Carrol dalam “Model of
School Learning”-nya berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variabel yang
besar pengaruhnya terhadap hasil belajar Thesis Central Model. Blomm menyatakan
bahwa variasi dalam “Cognitive Entry Behaviours” dan “Afektif Entry
5
Characteristics” dan kualitas pengajaran menentukan hasil belajar, Blomm yakin
bahwa variabel kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian bahan petunjuk
latihan (tes formatif), proses balikan dan perbaikan panguatan partisipasi siswa harus
sesuai dengan kebutuhan siswa, (Bloom, 1976:11 dalam Max Darsono, 1989:88).
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor
yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada diluar
diri pelajar, Yang tergolong faktor internal ialah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan
sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas :
o Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
o Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti
sikap, minat, kebisaaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian
diri,emosional, dan sebagainya.
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psiki, yang tergolong faktor eksternal ialah:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam
mempengaruhi hasil balajar yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi prestasibelajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi dan
kecemasan.
B. Pilar Pembelajaran
6
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
Suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
menghayati dan akhirnya dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan,suatu
proses yang memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu dan
selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban atas masalah
yang dihadapi secara ilmiah.
Learning to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja secara
mendalam pada sejumlah kecil mata pelajaran. Artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian
yang dalam. Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat,
yang berkeyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup , didalam
atau di luar sekolah dan tanpa mengenal batasan umur. Dengan demikian, kita
mendorong bahwa tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri, untuk menyadari bahwa :
a) Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
hingga manusia meninggal.
b) Belajar tidak mengenal batasan waktu, artinya tidak ada kata terlambat untuk
belajar.
c) Belajar adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas kehidupan.
Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu
berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu
dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap
tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak (2003) mengatakan bahwa secara kreatif
menguasai instrumen ilmu dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau
spesifik, sebagai sarana dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang
hayat (long life educations). Learning to know mengandung beberapa prinsip, yaitu:
a) Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
b) Setiap siswa yang belajar mekan belajar miliki kecepatan masing-masing
c) Siswa akan belajar banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan
diberikan reinforcement pengusaan penuh
d) Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar
e) Guru sebagai demonstrator
7
f) Guru sebagai pembimbing
g) Guru sebagai mediator
h) Guru sebagai evaluator
Dan sasaran terakhir dari penerapan pilar “learning to know” adalah lahirnya
suatu generasi yang mampu mendukung perkembangan iptek,yang menjadikan iptek
sebagai kebudayaan.Karena bagi mereka yang menjadikan iptek sebagai
kebudayaan,”science” adalah wujud berpikir yang paling baik.
2. Learning to do (belajar untuk membuat)
Belajar dimaknai sebagai untuk membuat peserta didik bukan hanya
mengetahui, mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi
lebih kepada dapat melakukan, terampil berbuat atau mengerjakan kegiatan tertentu
(sesuatu) sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak
untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat
mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan
pekerjaan-pekerjaan di masa depan.. Seperti kemampuan melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan seperti “ controlling, monitoring, designing, organizing”.peserta didik
diajarkan melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada
pengusaan keterampilan yang mekanitis tetapi juga kemampuan terampil
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu
konflik. Melalui pilar ini, dimungkinkan mencetak generasi muda yang intelligent
dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya
untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya. Guna
mencapai keberhasilan dimasa mendatang. Walaupun bakat dan minat dipengaruhi
oleh factor keturunan namun tumbuh berkembangnya bergantung pada lingkungan.
Lingkungan di bagi dua yaitu :
Lingkungan sosial
Lingkungan nonsosial
Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan
mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-mengajar
perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta didik, baik fisik, mental dan
8
emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Learning to do mengandung prinsip,yaitu:
Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
Memadukan learning by doing dan doing by learning
Mengkaitkan pembelajaran dengan kompetensi
Mengkaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi pembelajaran
3. Learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri)
Belajar menjadi seseorang,mengembangkan kepribadian dan kemampuan
untuk bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan serta bertanggung jawab.
Dalam hubungan ini, pendidikan harus berubungan dengan setiap aspek dari potensi
pribadi yang berupa:mengingat,menalar,rasa estetis, kemampuan-kemampuan fisik
dan keterampilan-keterampilan berkomunikasi.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama dalam hidup bermasyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri diartikan
sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Berprilaku sesuai dengan
norma dan kaidah yang berlaku dimasyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri. Learning to be
mengandung prinsip,yaitu:
Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang dimiliki Bersama
Menghubungkan antara tangan dan fikiran,individu dengan masyarakat dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta pembelajaran formal dan
non-formal.
4. Learning to live together (belajar untuk bersosial)
Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan
membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui
komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain
serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan
dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai
keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru mengalahkan nilai-nilai
kebersamaan bahkan pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk
kepentingan sendiri.
9
Artinya siswa dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses
pendidikan, melalui bekerja atau belajar bersama atau dalam kelas, saling
menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar
mengemukakan pendapat dan atau bersedia “sharing ideas” dengan orang lain
dalam kegiatan pembelajaran atau bidang lainnya. Dalam kaitan ini adalah tugas
pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia
adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Itulah
sebabnya learning to live together menjadi pilar belajar yang penting untuk
menanamkan jiwa perdamaian. Learning to live together mengandung prinsip,yaitu:
Membangun system nilai
Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas
5. Learning to believe in God (belajar untuk mempercayai Tuhan Yang Maha Esa)
Belajar untuk Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan dengan
teologi bahwa faktanya, Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan berbagai
potensi yang diberikan kepadanya termasuk potensi kemauan dan kehendak diri
serta kemampuan memilih dan berupaya untuk mandiri.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi
sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih
baik. memberikan arti proses pembelajaran adalah melahirkan strategi BMB3 (berpikir,
merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab). Strategi ini hendaknya dapat
dipahami dan dipraktekkan dalam proses pembelajaran oleh seluruh tenaga kependidikan
yang terdiri atas guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan
fasilitator.
Suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk menghayati
dan akhirnya dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan,suatu proses yang
memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya
menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban atas masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Learning to be mengandung prinsip,yaitu: Berfungsi sebagai andil terhadap
pembentukan nilai-nilai yang dimiliki Bersama ,Menghubungkan antara tangan dan
fikiran,individu dengan masyarakat dengan masyarakat pembelajaran kognitif dan non-
kognitif serta pembelajaran formal dan non-formal.
B. Saran
Untuk makalah diatas masih terdapat banyak kekurangannya untuk itu penulis
berharap kepada pembaca untuk dapat memberikan saran atau kritikan yang dapat
membangun, supaya kita sama dapaat menyempurnalakn pembuatan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi
(GP Press Group).
12