Dokumen tersebut merangkum refleksi diri seseorang yang ingin menjadi guru beserta alasannya, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, dan kritik terhadap perjalanan pendidikan di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang impian menjadi guru, tantangan menjadi guru, alasan menjadi guru, pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta perkembangan sistem pendidikan di Indonesia sejak zaman kolonial hingga orde baru.
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan5 halaman
Dokumen tersebut merangkum refleksi diri seseorang yang ingin menjadi guru beserta alasannya, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, dan kritik terhadap perjalanan pendidikan di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang impian menjadi guru, tantangan menjadi guru, alasan menjadi guru, pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta perkembangan sistem pendidikan di Indonesia sejak zaman kolonial hingga orde baru.
Dokumen tersebut merangkum refleksi diri seseorang yang ingin menjadi guru beserta alasannya, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, dan kritik terhadap perjalanan pendidikan di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang impian menjadi guru, tantangan menjadi guru, alasan menjadi guru, pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta perkembangan sistem pendidikan di Indonesia sejak zaman kolonial hingga orde baru.
Dokumen tersebut merangkum refleksi diri seseorang yang ingin menjadi guru beserta alasannya, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, dan kritik terhadap perjalanan pendidikan di Indonesia. Dokumen ini membahas tentang impian menjadi guru, tantangan menjadi guru, alasan menjadi guru, pemikiran Ki Hajar Dewantara, serta perkembangan sistem pendidikan di Indonesia sejak zaman kolonial hingga orde baru.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5
Refleksi Diri
1. Siapa saya saat ini ?
Saya merupakan seorang dengan impian menjadi seorang pendidik dalam hal ini seorang guru. Saat ini saya mengikuti program PPG Prajabatan 2022 dengan harapan bahwa dengan mengikuti program ini akan mampu mewujudkan impian saya sebagai seorang guru yang dapat mendidik peserta didik (siswa). Menjadi seorang guru menjadi tantangan tersediri bagi diri saya, menjadi seorang guru tidaklah muda. Banyak tantangan yang akan dihadapai, bagaimana cara kita agar membimbing anak-anak didik kita agar mampu mengenyam pendidikan dengan sebaik-baiknya. Menjadi seorang guru yang mampu menjadi contoh bagi anak, bagaimana kita mampu untuk mengikuti perkembangan zaman saat ini. Hal hal yang memotivasi saya untuk menjadi seorang guru adalah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dengan harapan bahwa dari proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil belajar yang baik. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, banyak sekali model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Seperti halnya dengan menggunakan perangkat digital dalam pembelajar contohnya pembuatan media pembelajran berbasis eletronik, penggunaan media proyektor, media video, dll. Penggunaan media pembelajaran yang berbeda akan membuat suasana kelas lebih menarik lagi sehingga siswa juga lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran. Selain dari media pembelajaran, saya juga ingin mengubah gaya belajar siswa menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Namun hal ini belum cukup, diperlukan teknik pembelajaran yang lebih menarik agar siswa pun juga lebih aktif lagi didalam kelas. Sebagai seorang guru perlulah untuk mengetahui apa saja yang menjadi kekurangan di dalam kelasnya, agar dapat melengkapi kekurangan tersebut. Seperti halnya pada saat pembelajaran, guru dapat memberikan sebuah pemanasan sebelum memulai pembelajaran seperti sebuah permainan terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, dari permainan ini seorang guru dapat melakukan seperti sort card, tanya jawab, ataupun pre test. Namun ada tantangan yang perlu dihadapi oleh seorang guru, sebab terkadang apa yang telah dirancang oleh seorang guru untuk diberikan ke pada siswanya, tapi pada kenyataannya terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal inilah yang perlu ditaktisi oleh seorang guru dalam menghadapi hal tersebut. Adapun beberapa hal yang perlu dibekali oleh seorang guru agar dapat mengatasi hal tersebut, tidak hanya berpatokan pada media pembelajaran yang disedikan namun juga dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dalam mengajar. Misalnya saja, suatu sekolah tidak memiliki LCD dan proyektor, maka kita mampu menggunakan lingkungan sekitar atau fenomena alam sebagai bahan pembelajaran untuk merangsang pemahaman siswa lebih cepat.
2. Alasan menjadi seorang guru ?
Alasan saya untuk menjadi seorang guru adalah saya ingin berkontribusi dalam dunia pendidikan yaitu dengan menjadi seorang guru. Sebagai seorang guru menuntut saya agar mampu membantu murid dalam mengembangkan budi pekerti, pikiran, dan jasmani untuk perbaikan perilaku. Pendidikan sangatlah penting sebagai pembelajaran sepanjang hayat, pendidikan sebagai sebuah tuntutan dalam hidup tumbuhnya murid. Alasan lain saya mengapa saya ingin menjadi seorang guru adalah untuk meningkatkan kualitas belajar seorang siswa, dengan kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Latar belakang keluarga yang bersal dari dunia pendidikan dimana kedua orangtua saya juga merupakan seorang guru membuat saya juga ingin mengikuti jejak kedua orangtua saya. Kedua orangtua saya tidak memaksakan kehendak saya untuk menjadi apa kedepannya. Sebagai seorang guru bukan hanya menuntut saya untuk menjadi pendidik yang semata-mata hanya memberikan materi belajar kepada siswa, namun lebih dari tugas tersebut. Sebagai seorang pendidik diharapkan mampu menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sendiri dan masyarakat. Sebelum sebagai seorang guru yang baik diperlukan pula pengembangan diri untuk melatih diri, mengikuti perkembangan zaman seperti penggunaan TIK. Menurut saya kelebihan yang saya punya sebagai seorang guru adalah kemampuan menjelaskan yang baik, serta pembuatan media pembelajaran yang telah saya dapatkan semasa perkuliahan mampu saya terapkan pada saat mengajar. Hal ini didukung pada saat saya menjadi asisten praktikum untuk lima mata kuliah, saat menjadi asisten praktikum saya dituntut untuk menjelaskan prosedur pelaksanaan praktikum, materi praktikum, serta mempertanggung jawabkan kesiapan mahasiswa saat memasuki laboratorium. Pada tahun 2019 saya mengikuti sebuah seminar nasional dan menjadi salah satu pemakalah, hal inilah yang memotivasi saya bahwa kemampuan untuk menjelaskan suatu materi lumayan baik serta mampu diterapkan di sekolah saat melangsungkan pembelajaran. Namun kemampuan menjelaskan saja dalam pembelajaran tidaklah cukup, oleh karena itu saya membekali diri dengan kemampuan mengaplikasikan media pembelajaran, seperti pembuatan powerpoint, animasi video, card short, dsb. 3. Pemikiran terhadap sososk Ki Hajar Dewantara dan Pemikirannya. Peranan sebagai pendidik menurut Ki hajar Dewantara sebagai pendidik yang mampu mengarahkan dan membantu murid dalam mengembangkan budi pekerti, pikiran, dan jasmani untuk perbaikan perilakunya. Kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri seperti melakukan microteaching. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin dan tidak bergantung pada orang lain. Hal-hal yang dilakukan untuk mewujudkan manusia merdeka adalah dengan memulai dari mengenali diri, menentukan tujuan dan kebutuhan belajar yang relevan dan kontekstual. Pendidikan itu menuntun segala kodrat yang ada pada seorang anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya bak sebagai manusia maupun masyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu menuntun tumbuh/hidupnya kekuatan kondrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki hidup, tingkah laku, kekuatan kodrat alam. Gagasan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pengajaran merupakan suatu cara menyampaikan ilmu/manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin sebagai bagian dari pendidikan. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan sebagai tuntutan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya murid. Mendidik merupakan menuntun segaal kodrat yang ada pada murid agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sendiri dan masyarakat. Guru membantu murid dalam mengembangkan budi pekerti, pikiran, dan jasmani untuk perkembangan perilakunya, menuntun murid untuk bisa bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Ada 3 bagian penting dalam pendidikan yaitu mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan kecerdasan batin, dan melancarkan hidup pada umumnya. Pendidikan pikiran (intelektual) murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya, dan selebar- lebarnya untuk mewujudkan perikehidupan lahir da batik dengan sebaik-baiknya. Setiap murid memiliki tuntutan yang berbeda-beda. Sehingga sebagai seorang poendidik akan mengarahkan peserta didik agar tetap pad akodratnya. Terdapat 2 garis dasar yang menggambarkan potensi dari murid yaitu garis dasar dan garis keadaan sebagai konvergensi dalam pendidikan. Hasil dari tuntutan ini akan menghasilkan buah budi murid yang baik yang mampu mendorong terciptanya kebudayaan. Praktik pembelajaranyang dapat dikembangkan oleh seorang guru adalah kerjasama, empati, menghargai sesame, dan berkontribusi sosial kepada sesama. 4. Argumen Kritits dan Refleksi Tenteang Perjalanan Pendidikan Indonesia Pendidikan di Indonesia telah ada sejak tahun 1901, zaman Belanda menduduki Indonesia. Padas sat itu Belanda mendirikan sekolah-sekolah di Indonesia untuk kalangan pribumi. Tujuan pendirian sekolah ini adalah sebagai bentuk upaya dari kebijakan politik etis yang mereka terapkan. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang terlepas dari campur tangan belanda. Pada tahun 1901 Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia Belanda (Indonesia). Namun pendidikan formal ini dibagi berdasarkan keals sosial dan keturunan. Sistem yang diperkenalkan saat itu dengan tinggakatan sekolah dasar bagi orang eropa, sekolah HIS bagi pribumi, MULO untuk sekolah menengah pertama, dan AMS untuk sekolah menengah atas. Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan taman siswa di Yogyakarta dengan motto jiwa rakyat untuk bebeas. Memasuki tahun 1930-an pendidikan formal mulai dikenal hampir di semua provinsi di Indonesia. Namun saat Jepang masuk thun 1942-1945 sistem pendidikan tersebut terganti yaitu bahasa Indonesia menajdi bahasa resmi pengantar pendidikan mengganti bahasa Belanda, pendidikan diintegrasikan dimana pendidikan bersarkan kelas sosial yang sebelumnya berlaku di era Hindia Belanda dihapuskan, masa belajar diubah,dengan sekolahdasar 6 tahun, menengah pertama 3 tahun, dan menengah kedua 3 tahun. Setelah memasuki kemerdekaan Indonesia tahun 1947, dibentuk panitia penyelidik pengajaran Republik Indonesia yang beranggotakan 52 orang. Panitia ini bertugas untuk meninjau masalah pendidikan dan pengajaran kank-kanak dari tingkat tamn kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Tokoh pendidikan yang berjasa pada masa colonial Belanda seperti Ki Hajar Dewantara, Moh. Syafe’I dari INS, Mr.Suwandi. Memasuki kurikulum yang ditetapkan di Indonesia saat masa orde lama, kurikulum di Indonesia mengalami tiga kali perubahan. Periode pertama, penetapan kurikulum ditetapkan tahun 1947, berlaku hingga tahun 1949. Periode kedua, ditetapkan pada tahun 1952 hingga 1960. Periode ketiga, kurikulum ditetapkan pada 1960 hingga 1964. Pada masa orde lama, kurikulum bertujuan untuk menetapkan karakter kebangsaan yang disertai dengan tujuan politik penguatan ideologi kekuasaan Soekarno. Memasuki orde baru, tujuan kurikulum adalah untuk memperkuat ideologi Pancasila dan pembangunan Negara, pada masa orde baru telah terjadi empat kali pergantian kebijakan kurikulum yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994. Setelah kurikulum masa orde baru berakhir, di masa reformasi telah terjadi pergantian kurikulum sebanyak tiga kali yaitu kurikulum 20004, kurikulum 2006, dan kurikulum 2013 5. Perjalanan Pendidikan Indonesia Abad 21 Pendidikan abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahua, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan ini kemudian dikembangkan melalui suatu model pembelajaran yang dibutuhkan pada abad 21 yaitu HOTS (Highter Order Thinking Skill) yang sangat diperlukan. Keterampilan belajar dan inovasi dalam pembelajaran abad 21 terdiri atas 4 yaitu critical thinking (pemikiran kritis) dimana sebagai seorang siswa harus mencapai kompetensi menggunakan berbagai jenis penalaran yang sesuai dengan situisi, menggunakan pemikiran sistem, menganalisis bagian dari keseluruhan berinteraksi satu sama laiinya, kedua kecakapan berkomunikasi (Communication Skill) merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb. Ketiga adalah kreatifitas inovasi (creativity anda innovation skills) merupakan kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan. Bersikap terbuka dan responsive terhadap perspektif baru dan berbeda. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal, mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memeberikan konstribusi positif terhadap lingkungan. Keempat adalah kolaborasi (Collaboration Skill) merupakan suatu bentuk proses kerjasam dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi dalam melakukan tugas tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan. Adaun kecakapan yang terkait dalam kolaborasi ini adalah memiliki kemampuan dalam kerjasam berkelompok, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif denga yang lain, memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda, dam mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan hal ini, lingkungan yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran abad 21 adalah dengan mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan pernggunakan TIK. Sebagai seorang pendidik haruslah mampu untuk mengubah lingkungan belajar yang bukan lagi hanya berfokus pada penguasaan konten oleh siswa namun juga mengarahkan siswa untuk melakukan kolaborasi atau kerjasam untuk memecahkan permasalahan yang ada serta memiliki keterampilan berkomunikasi yang kompleks. Menurut Kemendikbud bahwa gambaran tentang pembelajaran abad 21 adalah pada enam rubik pembelajran abad 21 yaitu keterampilan kolaborasi, komunikasi yang terampil, konstruksi pegetahuan, regulasi diri, pemecahan masalah dan inovasi dunia nyata, dan penggunaan ict untuk pembelajaran.