Resume Bab 3 Perekayasaan Laporan Keuangan - 200302082 - Putri Kharisma Sari
Resume Bab 3 Perekayasaan Laporan Keuangan - 200302082 - Putri Kharisma Sari
Resume Bab 3 Perekayasaan Laporan Keuangan - 200302082 - Putri Kharisma Sari
NIM 200302082
KELAS Akuntansi B Pagi
MATKUL Teori Akuntansi
DOSEN Dr. Tumirin, SE.,M.Si
BUKU Teori Akuntansi “Perekayasaan Laporan Keuangan” Suwardjono Edisi
Ketiga
TUGAS Resume Bab 3 (Perekayasaan Laporan Keuangan)
BAB 3
PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Proses Perekayasaan
Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk membangun
suatu struktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam suatu negara untuk menunjang
tercapainya tujuan negara.
Alur cerita proses perekayasan pelaporan keuangan sebagai berikut :
1. Tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan keuangan, diharapkan pencapaian
tujuan akuntansi dapat membantu tercapainya tujuan negara.
2. Adapun pertanyaan – pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan
pemilihan berbagai gagasan tentang idoelogi, filosofi, paradigma, dan konsep dasar
untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Gagasan yang dipilih tentunya adalah
gagasan yang cocok dengan lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil
perekayasaan menjadi efektif sebagai alat.
3. Konsep yang dijalannkan harus sesuai dengan standar akuntansi dan acuan lainnya
sehingga membentuk prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ).
4. Hasil dari perekayasaan pelaporan keuangan diberitakan melalui media informasi,
agar dapat dimengerti oleh para pemakai informasi laporan keuangan tersebut.
Pada dasarnya proses perekayasaan ini adalah proses untuk menjawab pertanyaan
mendasar yaitu bagimana suatu kegiatan operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk
statemen keuangan sehingga orang yang dituju dapat membayangkan operasi perusahaan
secara finansial tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi perusahaan.
Hendrikson menguraikan aspek – aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses
perekayasaan untuk menghasilkan rerangka teoritis akuntansi, yaitu :
1. Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit – unit usaha ( entitas
pelapor ) dan lingkungannya.
2. Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari pernyataan
postulat.
3. Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju ( pemakai ) dan
kemampuan untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis informasi yang
disajikan.
4. Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan
5. Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi informasi
tentang perusahaan dan lingkungannya.
6. Penentuan dan evaluasi terhadap kendala – kendala pengukuran dan deskripsi unit
usaha beserta lingkungannya.
7. Pengembangan dan penyusunan pernyataaan umum yang dituangkan dalam bentuk
suatu dokumen resmi yang menjadi pedoman umum dalam menyusun standar
akuntansi.
8. Perancang bangunan struktur dan format sistem informasi akuntansi untuk
menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi sesuai
dengan standar atau pinsip akuntansi berterima umum.
Siapa merekayasa?
Badan legislatif pemerintah (dalam hal ini DPR dan MPR) mempunyai peranan
penting dalam proses perekayasaan mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi
semacam undang-undang dasar (konstitusi). Badan legislatif membentuk komite atau tim
khusus yang anggotanya berwawasan dan berpengetahuan akuntansi yang luas dan memadai.
Sebagai alternatif, penyediaan informasi diserahkan kepada profesi dan pelaku bisnis
(disebut dengan pengaturan sendiri-self regulation). Mengasumsikan bahwa profesi dan
pelaku bisnis adalah pihak yang paling tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan.
Rerangka konseptual
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan menjadi
konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi yang disebut rerangka
konseptual.
Tanpa adanya rerangka konseptual sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi
penyusun standar untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih
baik dalam menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi
tertentu lebih efektif dari pada perlakuan yang lain dalam rangka mencapai tujuan sosial atau
ekonomik.
Kam (1990) menguraikan manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
1. memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung-jawab dalam
penyusnan atau penetapan standar akuntansi.
2. menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang di jumpai
dalam praktek yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
3. menentukan batas-batas pertimbangan ( bounds of judgment ) dalam penyusunan
statemen keuangan.
4. meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan.
Fundasi (berupa konsep-konsep) dan penalaran-penalaran yang melekat pada rerangka
konseptual itulah yang sebenarnya membentuk teori akuntansi sebagai penalaran logis yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi standar dan praktek yang berjalan dan mengembangkan
(memperbaiki) standar dan praktek di masa datang.
Model
Rerangka konseptual yang dikembangkan oleh FSAB, memuat empat komponen
konsep penting yaitu :
1. Tujuan pelaporan keuangan
2. Kriteria kualitas informasi
3. Elemen – elemen statemen keuangan
4. Pengukuran dan pengakuan
Auditor StaPBU
Manajemen Independen
Investor
System Informasi
Laporan Kreditor
Keuangan
Auditor Pemerintah
Pelanggan
Statemen
Masyarakat
Keuangan
Umum