Perpajakan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

 Surat Setoran Pajak (SSP), Pasal 10

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan oleh Wajib Pajak dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Tempat
pembayaran atau penyetoran pajak antara lain :
 Kantor Pos.
 Bank Badan Usaha Milik Negara.
 Bank Badan Usaha Milik Daerah.
 Tempat pembayaran lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
 Misalnya, bank swasta tertentu seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, dan lain-lain.

Pasal 10
1. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunaka
Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara
mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

 Kelebihan Pembayaran Pajak, Pasal 11


Pasal 11
1. Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17, Pasal 17B, Pasal 17C, atau Pasal 17D dikembalikan, dengan
ketentuan bahwa apabila ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak, langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.
2. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (1a) dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak diterima sehubungan dengan diterbitkannya Surat sejak
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (2) dan Pasal 17B, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C
atau Pasal 17D, atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga, atau sejak diterimanya Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali, yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak.
 Surat Ketetapan Pajak (SKPKB, SKBKBT, SKPLB, SKPN), Pasal 12,13,15,16,17

 SKPKB merupakan Surat Ketetapan Pajak (STP) yang diterbitkan untuk menetapkan
besaran nominal pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besaran sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus
dibayarkan.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau disingkat SKPKBT merupakan
Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan tambahan
atas besaran pajak yang akan ditetapkan.
 SKPLB merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan jumlah
kelebihan pembayaran pajak. Hal ini disebabkan karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan
untuk menetapkan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak,
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Pasal 12
1. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak.
2. Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar,
Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

Pasal 13
1. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam hal sebagai berikut:
a. terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar;
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. terdapat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
d. terdapat kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 yang
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang;
e. kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a);atau
f. Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah
mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e)
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
2. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
3. Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administratif
berupa:
a. Bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 (satu)
Tahun Pajak
b. Bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut
c. Kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar, atau
d. Kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
4. Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan surat ketetapan pajak, kecuali
Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
5. Dihapus.
6. Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
a. hbhbhbhb

Pasal 15
1. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan
data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
2. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
3. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
4. Dihapus.
5. Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 16
1. Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat
membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan
pembetulan yang diajukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat, tetapi
Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan
yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
4. Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau
mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

Pasal 17
1. Direktur Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
2. Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah meneliti
kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya
lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

 Surat Tagihan Pajak (STP), Pasal 14


Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
Pasal 14
1. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda dan/atau bunga
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau terlambat membuat faktur pajak
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) dan ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, selain identitas pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak serta nama dan tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan perubahannya dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak pedagang eceran
f. dihapus;
g. dihapus;
h. h. terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib
Pajak, dalam hal:
1. diterbitkan keputusan;
2. diterima putusan; atau
3. ditemukan data atau informasi,
yang menunjukkan adanya imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan
kepada Wajib Pajak; atau
i. terdapat jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam jangka waktu
sesuai dengan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4).
2. Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kekuatan
hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak.
3. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
4. Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d atau huruf e masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang,
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 1% (satu persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
5. Dihapus.
6. Tata cara penerbitan Surat Tagihan Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai