MAKALAH P.Agama

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MARTABAT DAN TUGAS MANUSIA SERTA PROSES


PENCIPTAANNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama


Dosen Pengampu Anwar Musadad, S.Ag.,M.MPd.

Disusun Oleh :

Siti Fatmah

6321122046

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISIP) BINA PUTERA BANJAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmatNya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pendidikan Agama.

Penulis berharap, degan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi kita semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan
dengan pengangkatan judul yang ada, keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang tentunya masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan Aamiin.

Banjar, 18 Desember 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

MAKALAH...................................................................................................................I

KATA PENGANTAR..................................................................................................II

DAFTAR ISI...............................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an............................................................3

2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia........................................................................5

2.3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT................8

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia
terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam
pandangan islam sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan
tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan
pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifahan, tugas kepemimpinan,
wakil Allah dimuka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Dalam kehidupan ini kita tahu bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT
yang paling sempurna karena memiliki akal, nafsu, panca indra yang baik, fisik
yang baik, dan lain-lain. Dan manusia tidak begitu saja ada dimuka bumi ini,
melalui ibu kita lahir di dunia dan dengan keagungan Allah SWT kita keluar dari
lahir ibu. Pada dasarnya kita tidak menghiraukan apa dan bagaimana kita ada
dimuka bumi ini, tetapi sebagai orang yang beriman untuk lebih menempatkan
lagi keimanan kita kepada Allah SWT, maka alangkah baiknya kita tahu asal usul
kejadian manusia. Khususnya kita seorang muslim yang tidak mau menodai
dengan pemahaman-pemahaman kafir, dimana kita dilahirkan kemuka bumi ini,
prosesnya ada didalam Al-Qur’an.

IV
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penciptaan manusia dalam islam?
2. Bagaimana martabat dan kedudukan manusia dimuka bumi menurut islam?
3. Apa tugas manusia menurut islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia dalam islam
2. Untuk mengetahui martabat dan kedudukan manusia dimuka bumi menurut
islam
3. Untuk mengetahui tugas manusia menurut islam

V
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-
Qur’an menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan menggunakan
bermacam-macam istilah, seperti:

- Turab
- Thien
- Shal-shal
- Sualalah
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-maca, unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang
menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara
lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah,
dengan asumsi karena Allah berkuasa maka segala sesuatu dapat terjadi.
Ada dua komponen penting yang menjadi dasar permulaan kehidupan.
Yaitu bahan genetic dan selaput sel. Dua komponen tersebut bermula dari tanah
liat yang dikenali sebagai mommorillonite clay. Sedangkan bahan genetic yang
dimaksud adalah DNA. DNA merupakan sebagian organic yang merupakan
unsur terpenting dalam tanah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang
terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan
perbrdaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan
kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukan

VI
semua yang ada di alam untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah
SWT.
- “ Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan bumi
semuanya. “ (Q.S. Al-Jatsiyah: 13).
- “ Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus
menerus beredar. Dia juga menundukkan bagi kalian malam dan siang.” (Q.S.
Ibrahim: 33)
- “ Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan
atas kehendak-Nya.” (Q.S. Ibrahim: 32).
Dan ayat lainnya yang telah menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan
kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari
apa-apa yang telah Allah tundukan bagi manusia itu sehingga mereka dapat
memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang
mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah sautu kelebihan
yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya
yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat
mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia
tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh
dilewati.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsur sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
- Jasad (al – Anbiya’ : 8, Shad : 34)
- Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya:91 dan lain-lain)
- Nafsu (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain)
- Aqal (al-Baqarah 76, Al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain)
- Qolb (Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain)
Disamping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negative seperti:
- Lemah (An-Nisa 28)
- Suka berkeluh kesah (al-Ma’arif 19)
- Suka berbuat zalim dan ingkar (Ibrahim 34)

VII
- Suka membantah (al-kahfi 54)
- Suka melampaui batas (al-Alaq 6)
- Suka terburu Nafsu (al isra 11)
Hal itu semua merupakan produk dari nafsu, dapat mengendalikan
kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan
qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena
subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif
dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasikan kecenderungan
negatif tersebut (karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali) ditentukan
oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.

2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia


Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT
terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan
dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusa
dalam konteks hubungan manusai dengan Allah Swt. Sedangkan dalam konteks
hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk
berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesame manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup
manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan Unmum Adanya Manusia Di Dunia


Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta
alam ”
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan
berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti
kata rahmat adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan
memberikan kasih saying kepada alam semesta.

VIII
2. Tujuan Khusus Adanya MAnusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan dakhirat
dengan cara melaksanan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi
manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S An-Nahl ayat 97
yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal Shaleh baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhny Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang
telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhkuk
sosial yang mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan
satu sama lain. Hamper semua manusia, pada awalnya merupakan bagian
dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga, dalam ilmu
komunikasi dan sosiologi keluarga merupakan bagian dari klasifikasi
kelompok sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil
dikarenakan paling sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Namun
keberadaan keluarga penting karena merupakan bentuk khusus dalam
kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah
merupakan miniature masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja,
kode etik pemerintah, prestige, ideology dan sebagainya. Dalam kaitannya
dengan tujuan individu dan keluarga adalah agar individu tersebut
menemukan ketentraman, kebahagiaan, dan membentuk keluarga sakinah,
mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh
sebab itu, sudah wajar baik laki-laki maupun perempuan membentuk
keluaraga. Tujuan manusia berkrluarga menurut Q.S Al-Ruum ayat 21
artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan
di jadikan-Nya diantara kamu rasa kasih saying. Sebenarnya pada yang

IX
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau
berfikir”.
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram. Untuk
menjadi keluaga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih saying.
Oleh sebab itu, dalam keluarga harus dibangun rasa kasih saying satu sama
lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk
bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam
hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut
kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyrakat
beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari
keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup
damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota
masyarakat untik memelihara iman dan takwa. Allah berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami
kan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya ” (Q.S Al-Araaf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan menusia lain di sekelilingnya
yaitu masyarakat
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya
Istilah masyarakat dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana
factor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar
diantara anggota-anggotanya.
5. Tujuan Individu Dalam Bernegara

X
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup
bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia
sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warga Negara yang baik didalam lingkungan Negara yang
baik yaitu Negara yang aman, nyaman serta makmur.
6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan
internasional/dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup
yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk
menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu
dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling
membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana
yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat
dalam peraturan dunia.

2.3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
Didalam Al-Qur’an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan
secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai
makhluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Antara anugerah
utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi Khalifah atau
wakil-Nya di bumi. Dengan demikian manusia berkewajiban menegakkan kebenaran,
kebagikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran, serta
penyelewengan dan dan penyimpangan dari jalan Allah. Dikalangan makhluk ciptaan
Allah SWT, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Ini sudah tentu karena manusia merupakan makhluk ciptaan Allah, manusia sudah
dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu karena
manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Hal ini tentu harus kita kaitkan

XI
dengan konskuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal
dan pikiran yang tidak pernah dimiliki oleh makhluk hidup yang lainnya sehingga
dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah
rosul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang telah
diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan
hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini
disebut dengan khalifah. Allah SWT berfirman bawha fungsi dan peran sebagai
khalifah atau pemimpin dimuka bumi. Allah berfirman (Q.S. Al-Baqarah : 30 ) yang
artinya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “sesungguhnya aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”mereka berkata: “mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dalam kamus bahasa Indonesia, Khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi


pimpinan adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini
tersembunyi, tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang
yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali
hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangungkan”
dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki.

Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika
nanti harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, dimana pun anda
berada, anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri.
Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari.

Kata Khalifah berasal dari kata Khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan
yang berarti meneruskan, sehingga kata Khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau
penerus ajaran Allah.

XII
Menurut Al-Qur’an Allah berfirman: (Q.S Adz-Dzariyaat 51:56)

“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.”

Di dalam surah An-Nisa ayat 58-59 dijelaskan kriteria pemerintahan


(kepemimpinan) yang baik, yaitu:

a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak


dan berlaku adil.
b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka
hendaklah kembali kepada sumber hukum islam.
c. Pemerintah yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah,
rakyat harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam
hal ini baik dan benar pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintah
untuk kepentingan rakyat.
Setiap orang sebenarnya pemimpin, setiap orang dapat mengatur
dirinya sendiri. Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan kemampuannya
tersebut. Maka untuk menjadi sadar ada tiga hal yang perlu dilakukan agar
kita semua sadar akan kemampuan kita sebagai pemimpin, yaitu:
a. Memahami diri sendiri
Proses ini kita harus memahami dan mengenal diri kita. Untuk
menjadi pemimpin kita harus sadar siapakah kita sebenarnya. Nabi
Muhammad SAW bersabda:
“siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya”
Tanpa mengenali diri kita dengan benar, maka sulit untuk menemukan makna
kehidupan. Hidup adalah sebuah sebuah perjalanan melingkar, kita harus tahu
siapa kita dan bagaimana kita seharusnya?
b. Kesadaran diri (self control)
Pengendalian diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang kita lakukan
ini adadalah hasil dari kecerdasan emosi yang tinggi. Pengendalian diri akan
terlihat ketika situasi sulit dan melibatkan emosi, sebagai pememimpin kita
harus bisa mengendalikannya.

XIII
Allah SWT dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya telah menciptakan
makhluk-makhluk yang ditempatkan dialam pencipta-Nya. Manusia diantara
makhluk Allah SWT dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah
yang tanggung jawab adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi
semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepada-Nya.

Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah


SAW didalam hadist berikut:

Dari ibnu Umar RA : “Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala
dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang di gembalanya. Seorang lelaki
adalah pengembala di dalam keluarganya dan akan ditanya tentang
pengembalanya. Seorang Khadam juga pengembalanya dalam harta tuannya
dan akan ditanya tentang pengembalanya. Maka semua dari kamu sekalian
adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalanya.”

Allah SWT menciptakan manusia ada tujuan-tujuan tertentu.


ManusiAa diciptakan untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap
manusia akan ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama hidup
di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari
pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan keatas dirinya perlu
dilaksanakan.

XIV
BAB III
KESIMPULAN

Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampua. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberika Allah SWT.

Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT


terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang menciptakannya, menghidupkan,
dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam
konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT
dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta
manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan yang baik dan tidak
melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.

Manusia dipercaya Allah untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini. Allah
pernah memberi amanat kepada bumi tapi bumi tak sanggup untuk memikulnya,
begitu juga dengan gunung. Dan akhirnya manusialah yang dipercaya untuk
mengemban amanat itu.

Sebagai wakil Allah di bumi ini, salahsatu tugas manusia adalah untuk
menjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini. Serta menjalin hubungan dengan
Allah, dengan sesame manusia, dan dengan lingkungan kehidupannya.

Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah SWT yang suatu
ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan.

XV
DAFTAR PUSTAKA
Herman dan Rysta Yuniarti. 2011. Hakikat manusia

Oktaviani, Rita. 2020.Penciptaan Manusia Dalam Perspektif Al-qur'an Dan Sains

Aryati, Azizah.2018. "Memahami Manusia Melalui Dimensi Filsafat (Upaya Memahami Eksistensi
Manusia)." El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis 7.2

Mardiati, A., Ahmad, N., & Suhartini, A. (2021). Konsep Peran dan Tanggung Jawab Manusia dalam
Kehidupan di Dunia dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam. Jurnal NARATAS, 3(1), 50-
54.

XVI

Anda mungkin juga menyukai