Sistem Politik KLP 5
Sistem Politik KLP 5
Sistem Politik KLP 5
Aminullah (2022230)
Herliani (2022239)
Markiah (2022247)
Sahid (2022271)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelasaikan maklah sistem politik
Indonesia yang berkaitan tentang ``Fungsi Sistem Politik`` ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan.Yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Sistem politik Indonesia.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna
bagi pembaca, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian Fungsi
Sistem Politik, karena kita adalah penerus bangsa Indonesia.
Akhir kata dari kami ucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah bereperan serta dalam pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua
usaha kita, Amiinn.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
A. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II FUNGSI SISTEM POLITIK ......................................................... 2
A. Pengertian Sosialisasi Politik ............................................................. 2
B. Fungsi Rekrutmen Politik .................................................................. 4
C. Fungsi Komunikasi Politik ................................................................ 7
D. Fungsi Statifikasi Sosial ..................................................................... 11
E. Fungsi Input Sistem Politik Indonesia ............................................... 12
F. Fungsi Output Sistem Politik ............................................................. 13
G. Pendidikan Politik .............................................................................. 14
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19
A. KESIMPULAN ................................................................................. 19
B. SARAN ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN
iii
A. LATAR BELAKANG
Fungsi sistem politik adalah untuk mengatur dan memfasilitasi hubungan
antara individu dan kelompok dalam suatu negara atau wilayah. Sistem politik
mencakup lembaga-lembaga, proses-proses, aturan-aturan, norma-norma, dan
nilai-nilai yang mengatur cara orang berinteraksi dan mengambil keputusan dalam
lingkungan politik.
Tujuan utama dari sistem politik adalah untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial, ekonomi, dan politik tertentu, seperti pemenuhan kebutuhan dasar rakyat,
pemerataan kekayaan dan kekuasaan, pengambilan keputusan yang adil dan
efektif, dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, sistem politik
juga berfungsi untuk melindungi hak asasi manusia, mempromosikan keamanan
dan stabilitas, dan menjaga perdamaian dan kerjasama antara negara-negara.
Dalam hal ini, sistem politik memainkan peran yang sangat penting dalam
membentuk dan mempertahankan struktur kekuasaan, pemerintahan, dan hukum
dalam masyarakat. Oleh karena itu, sistem politik juga sangat berpengaruh dalam
menentukan arah dan tujuan negara, dan harus dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi dari waktu ke waktu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi Sistem Politik?
2. Apa yang dimaksud Sosialisasi Politik?
3. Apa saja fungsi Rekrutmen Politik?
4. Apa saja fungsi Komunikasi Politik?
5. Apa saja fungsi Stratifikasi Sosial?
6. Apa saja fungsi Input dan Output dalam Sistem Politik Indonesia?
7. Bagaimana Pendidikan Politik Indonesia?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui fungsi – fungsi Sistem Politik.
2. Dapat memahami Sosialisasi Politik.
3. Dapat menelaah Pendidikan Politik.
4. Dapat menginterpretasi simbol-simbol Kekuasaan, Kebenaran, dan
Keadilan.
BAB II
FUNGSI SISTEM POLITIK
iv
A. Pengertian Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik dapat diartikan sebagai proses yang dilalui seseorang dalam
menentukan sikap dan orientasi terhadap fenomena-fenomena politik yang
berlaku pada masyarakat tempat ia berada saat ini. Pada tahap ini terjadi proses
penanaman nilai-nilai kebijakan bermasyarakat atau prinsip kebijakan menjadi
warga negara yang efektif.
Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
kebudayaan tempat individu-individu berada. Para sarjana yang memberikan
pengertian tentang sosialisasi politik sesuai dengan latar belakang disiplin
keilmuannya, di antaranya sebagai berikut :
1. David Easten dan Jack Dennis dalam bukunya Children in the Political
System: Origins of Political Legimacy memberikan suatu batasan tentang
sosialisasi politik adalah: “Proses perkembangan seseorang untuk
mendapatkan orientasiorientasi politik dan pola-pola tingkah laku.”
2. Fred I. Greenstein dalam buku Political Socialization diangkat dari
International Encyclopedia of the Social Sciences Vo. 14. 1968, New York,
menyatakan bahwa sosialisasi politik adalah:
“Penanaman informasi politik yang sengaja, nilai-nilai dan praktikpraktik
yang oleh badan instruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung
jawab ini; dan semua usahanya mempelajari politik, baik formal maupun
informal, disengaja ataupun tidak terencana, pada setiap tahap siklus
kehidupan, dan termasuk di dalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah
belajar politik, tetapi juga secara nominal belajar sikap nonpolitik mengenai
karakteristik-karakteristi kepribadian yang bersangkutan.”
3. R.S. Signal menyatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses belajar yang
terkait dengan norma politik yang dapat dialihkan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya untuk menerima suatu sistem politik yang sedang
berlangsung.
4. Robinson yang diangkat oleh Alexis S. Tan dalam buku Mass Communication;
Theories and Research menyatakan bahwa :
v
“Sosialisasi politik merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan
erat dengan proses belajar”.
Secara filsafat sosialisasi politik adalah hakikat manusia yang ingin
mengembangkan nilai-nilai pribadi dan pola keyakinan dalam lingkup suatu
sistem. Pembentukan sikap politik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai lingkungan
tempat keberadaan individu.
Sosialisasi PolitikSosialisasi politik yang diselenggarakan negara
mentransformasi nilai-nilai yang menjadi pola keyakinan dan pola kepercayaan
yang dapat membawa bangsa ke arah kebesarannya. Oleh karena itu, tujuan
sosialisasi politik dapat dilihat dari beberapa dimensi, yaitu :
1. dimensi psikologis
2. dimensi ideologi
3. dimensi normative
Ketiga dimensi ini memberi dampak saling berkaitan yang sasaran antara,
karena sasaran akhir adalah stabilitas berkesinambungan dalam arti lestarinya
sistem politik berikut
sistem nilai yang mendasarinya.
Dimensi pertama sosialisasi politik terarah pada pembentukan sikap politik
dan kepribadian politik, yang secara utuh merupakan faktor-faktor kejiwaan.
Dalam proses ini berlangsung secara bertahap dalam rangkaian peristiwa politik,
hal ini berawal dari tingkat
pemahaman atau pengenalan tentang politik (political cognation).
Dimensi kedua adalah dimensi ideologis. Dimensi ini sebagai proses
penerimaan terhadap ideologi yang telah menjadi pola keyakinan. Simbol-simbol
politik telah diinterpretasikan ke dalam simbol-simbol keyakinan politik.
Dimensi ketiga, yaitu dimensi normatif, menunjukkan kondisi terintegrasinya
sikap mental dan pola pikir dalam sistem norma yang berlaku. Norma
menunjukkan kaidah-kaidah yang dibentuk penguasa dan kaidah-kaidah yang
berkembang dalam masyarakat
vi
Apabila ketiga dimensi tersebut telah dapat diwujudkan, sasaran antara atau
tujuan antara sosialisasi politik telah berhasil dan upaya pelestarian sistem politik,
sistem nilai dapat didekati.
Upaya pelestarian sistem politik pada umumnya dilakukan dengan berbagai
cara. Semua unsur dan fasilitas yang dimiliki negara biasanya dimobilisasikan
untuk tercapainya pelestarian tersebut. Pengertian mobilisasi diberi makna netral
bukan dalam konotasi yang berlaku di negara komunis karena makna mobilisasi
di negara tersebut terdapat unsur-unsur coersive atau unsur paksa menurut desain
paksa penguasa, sedangkan mobilisasi netral menandai terhadap kondisi yang
diciptakan melalui suatu proses membentuk alam sadar.
1) Pengertian
Rekrutmen politik berasal dari dua kata, yaitu rekrutmen dan politik.
Rekrutmen berarti penyeleksian dan politik berarti urusan 88 Fungsi Sistem
Politiknegara. Jadi, rekrutmen politik adalah penyeleksian rakyat untuk
melaksanakan urusan negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
rekrutmen politik adalah pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi
peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat dan status (kedudukan),
seperti suku, kelahiran, kedudukan sosial dan prestasi atau kombinasi dari
semuanya.
2) Tujuan Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik adalah proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota
kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif
ataupun politik. Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur
rekrutmen yang berbeda. Anggota kelompok yang rekrut/diseleksi adalah
yang memiliki suatu kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk
suatu jabatan atau fungsi politik. Setiap partai politik memiliki pola
rekrutmen yang berbeda.
3) Objek Rekrutmen Politik
vii
Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi objek dalam
rekrutmen politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah sebagai
warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Dengan kata lain, setiap WNI, baik pria maupun wanita
tanpa membedakan suku, agama, ras, warna kulit, dan lain-lainnya,
memiliki kedudukan yang sama untuk memperoleh kesempatan mengikuti
rekrutmen politik di seluruh tingkatan (hierarki) atau struktur politik yang
ada.
4) Mekanisme Rekrutmen Politik
Mekanisme dalam melaksanakan rekrutmen politik ini dapat dibagi dalam
beberapa cara berikut :
a. Pemilihan Umum merupakan salah satu pola rekrutmen politik yang
khusus dilakukan bagi setiap warga negara yang memiliki hak politik
(political right) serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
UUD 1945 dan Peraturan perundangundangan lainnya.
Peraturan perudang-undangan lainnya yang dimaksud adalah per aturan
perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan bidang politik
yang meliputi :
1) Undang-Undang No. 12 tahun 2003, tentang Pemilihan Umum
anggota DPR, DPD dan DPRD;
2) Undang-Undang No. 31 tahun 2002, tentang Partai Politik;
3) Undang-Undang No. 23 tahun 2003, tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden
4) Undang-Undang No. tahun 2004, tentang Susunan dan Kedudukan
Anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD.
b. Fit and proper test
Pola rekrutmen yang dilakukan oleh legislatif (DPR) melalui
mekanisme fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) ditujukan
untuk memilih pimpinan eksekutif yang akan memimpin lembaga
tertentu. Lembaga tertentu yang dimaksud adalah lembaga tinggi
negara serta lembaga yang memiliki otoritas yang luas dan besar bagi
viii
kesejahteraan rakyat. Contohnya, BPK, MA, TNI, BUMN, Duta Besar,
dan lainnya.
c. Seleksi CPNS
Pola rekrutmen ini adalah pola yang dilakukan oleh Institusi Menteri
Pendayagunaan Aparatur negara (MENPAN) RI. Semua peraturan
mengenai pelaksanaan tes penerimaan CPNS ditetapkan oleh
MENPAN RI, sedangkan Surat Keputusan pengangkatannya
dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).
5) Konsep komunikasi politik dalam sistem politik sosia lResponsibility
Theory
Dalam komunikasi politik ini, lembaga suprastruktur politik mengatur,
bahkan menguasai sebagian besar sistem komunikasi politik yang
menghubungkan antara suprastruktur dan infrastruktur. Artinya negara lebih
besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik
kepada masyarakat.
Menurut Sumarno A.P., unsur komunikasi politik meliputi dua unsur, yaitu :
1) Unsur komunikasi politik dalam lembaga suprastruktur. Unsur ini terdiri
atas tiga kelompok, yaitu yang berada pada lembaga Legislatif,
Eksekutif, dan Yudikatif. Ketiga kelompok tersebut terdiri atas:
a) Elite politik;
b) elite militer;
c) teknokrat;
d) professional group.
2) Unsur komunikasi politik dalam lembaga infrastruktur politik. Unsur ini
terdiri atas beberapa kelompok, yaitu:
a) partai politik;
b) interest group;
c) media komunikasi politik;
d) kelompok wartawan (sebagai within-put);
e) kelompok mahasiswa (sebagai within-put);
f) para tokoh politik;
ix
g) fungsi komunikasi politik.
h) Fungsi Komunikasi Politik
x
Mewujudkan suatu kondisi negara yang stabil dengan terhindar dari
faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional. Ini artinya
negara berkewajiban menyampaikan komunikasi politik kepada
masyarakat secara terbuka (transparan) dan menyeluruh(komprehensif)
serta menghilangkan hambatan (barier) komunikasi antara negara dan
masyarakat sehingga tercipta hubungan yang harmonis di antara
keduanya.
b. Fungsi komunikasi politik dalam aspek hubungan suprastuktur dan
infrastruktur
Sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam
totalitas nasional yang bersifat independen dalam berlangsungnya
suatu sistem pada ruang lingkup negara. Ini
artinya pemerintah berkewajiban menyampaikan (artikulasi) semua
kebijakan dan keputusan politik kepada masyarakat dalam semua
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Aspek
dimaksud adalah aspek ideologi, ekonomi, sosial budaya, hukum
dan hankam serta aspek lain yang berhubungan dengan sikap dan
perilaku politik Indonesia kepada pihak internasional (luar negeri).
4. Unsur-unsur Komunikasi Politik
.Menurut Dan Nimmo, unsur-unsur komunikasi terdiri atas sebagai berikut
.a. Komunikasi Massa
Menurut J.D. Halloran, komunikator massa berlaku juga bagi
komunikator politik.Komunikator politik menurut James Rosenau adalah
tempat opini pemerintah atas“hal ihwal nasional yang multimasalah”.
Pejabat yang termasuk klasifikasi tersebut adalah:
1) pejabat eksekutif (presiden, kabinet);
2) pejabat legislatif (senator atau DPD, Pimpinan Utama DPR);
3) pejabat yudikatif (para hakim MA, MK).
Menurut Leonard W. Dob, komunikator politik dibagi dalam 3 macam,
yaitu sebagai berikut :
1) Politikus sebagai komunikator politik
xi
Politikus adalah orang yang memiliki otoritas untuk berkomunikasi
sebagai wakil dari kelompok atau langganan; pesan-pesannya
mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya
komunikator politik mewakili kepentingan kelompok. Sekalipun
demikian, ada juga politikus yang bertindak sebagai ideolog yang
aktivitasnya membuat kebijakan yang luas, mengusahakan reformasi,
bahkan mendukung perubahan revolusioner.
2) Komunikator profesional dalam politik Menurut James Carey,
komunikator profesional adalah orang yang menghubungkan golongan
elite dalam organisasi atau komunitas mana pun dengan khalayak
umum. Secara horizon tal, ia menghubungkan dua komunitas bahasa
yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang sama. Menurutnya,
sifat komunikator ini adalah “bahwa pesan yang dihasilkan tidak
memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya
sendiri”. Klasifikasi komunikator profesional meliputi jurnalis;
promotor.
3) Aktivis atau komunikator paruh waktu (part time) adalah orang yang
cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau komunikasi politik,
tetapi tidak menjadikan kegiatannya sebagai lapangan pekerjaannya.
Kategori komunikator ini adalah juru bicara, pemuka pendapat dan
pengamat.
b. Pesan
Pesan komunikasi politik adalah pesan yang berkaitan dengan peran
negara dalam melindungi semua kepentingan masyarakat (warga negara).
Bentuk pesannya dapat berupa keputusan, kebijakan, dan paraturan yang
menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat, bangsa, dan
negara.
c. Media
Dalam menyampaikan komunikasi politik, para komunikator politik
menggunakan saluran komunikasi politik dan saluran komunikasi persuasif
politik yang memiliki kemampuan menjangkau seluruh lapisan
xii
masyarakat, bangsa, dan negara. Tipe-tipe saluran komunikasi politik
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Komunikasi massa, yaitu proses penyampaian pesan (message) oleh
komunikator politik kepada komunikan (khalayak) melalui media
komunikasi massa, seperti surat kabar, radio, televisi.
2) Komunikasi interpersonal, yaitu proses penyampaian pesan (message)
oleh komunikator kepada komunikan (khalayak) secara langsung atau
tatap muka (face to face). Contohnya, dialog, lobi, konferensi tingkat
tinggi (KTT), dan lain-lain.
3) Komunikasi organisasi, yaitu proses penyampaian pesan (message)
oleh komunikator politik kepada komunikan (khalayak) atau
komunikasi vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal (dari kiri ke
kanan) sejajar. Contohnya, komunikasi antarsesama atasan dan
komunikasi sesama bawahan (staf).
Adapun tipe saluran komunikasi persuasif politik meliputi :
1) Kampanye massa, yaitu proses penyampaian pesan persuasif
(pengaruh) berupa program asas, platform partai politik yang
dilakukan oleh komunikator politik kepada calon pemilih (calon
konstituen) melalui media massa cetak, radio, atau televisi, agar
memilih partai politik yang dikampanyekannya.
2) Kampanye interpersonal, yaitu proses penyampaian pesan persuasif
(pengaruh) yang berupa program, asas, platform (garis perjuangan),
pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh komunikator
politik kepada tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh luas terhadap
calon pemilih (calon konstituen) agar menyerukan untuk memilih
partai politik yang dikampanyekannya.
3) Kampanye organisasi, yaitu proses penyampaian pesan persuasif
(pengaruh) yang berupa program, asas, platform (garis perjuangan),
pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh komunikator
politik kepada kader, fungsionaris, dan anggota dalam satu organisasi
xiii
partai politik dan antarsesama anggota agar memilih partai politik yang
dikampanyekannya.
5.Khalayak Komunikasi Politik
Komunikan atau khalayak dalam komunikasi politik adalah semua
khalayak yang tergolong dalam infrastruktur ataupun suprastruktur politik.
Dengan kata lain, semua komunikan yang secara hukum terikat oleh
konstitusi, hukum, dan ruang lingkup komunikator suatu negara.
Menurut Ball Rokeah dan De Fleur, akibat (efek) potensial komuni kasi
dapat dikategorikan dalam tiga macam, yaitu:
1) Akibat (efek) kognitif, yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan
komunikasi politik, efek yang timbul adalah menciptakan dan
memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang, menyajikan bahan
mentah bagi interpretasi personal, memperluas realitas sosial dan
politik, menyusun agenda, media juga bermain di atas sistem
kepercayaan orang.
2) Akibat (efek) afektif, yaitu efek yang berkaitan dengan pemahaman
komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam hal ini ada tiga
efek komunikasi politik yang timbul, yaitu:
a) seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik
melalui komunikasi politik.
b) komunikan bisa memperkuat nilai komunikasi politik;
c) komunikasi politik bisa memperkecil nilai yang dianut.
3) Akibat konatif (perubahan perilaku), yaitu efek yang berkaitan dengan
perubahan perilaku dalam melaksanakan pesan komunikasi politik yang
diterimanya dari komunikator politik
xiv
Soerjono Soekanto (1981: 133) menyatakan stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi,
dalam arti kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis, tetapi
pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat
dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah
berdasarkan kriteria tertentu.
Pendapat di atas merupakan penggambaran bahwa stratifikasi sosial
sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat keberadaannya
pasti akan didapatkan pelapisan sosial tersebut. Apa yang dikemukakan
Aristoteles. Karl Marx adalah salah satu bukti adanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat yang sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan profesi
pekerjaan merupakan kriteria yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa dalam
masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas.
Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakin
modern dan kompleks, stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan
semakin banyak. Mengapa terjadi stratifikasi sosial? Uraian berikut ini akan
menjelaskannya.
Menurut Soerjono Soekanto (1981: 133), selama dalam masyarakat ada
sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang
dihargainya, barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan
adanya sistem berlapis- lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang
dihargai dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang
bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan,
kesalehan dalam agama, atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang
terhormat. Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan sesuatu
yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya
dalam masyarakat tidak merata.
xv
Sistem politik di Indonesia merupakan kesatuan atau kolektivitas
seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja
untuk mencapai tujuan negara Indonesia, termasuk di dalamnya proses penentuan
tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi, dan
penyusunan skala prioritasnya. Tujuan sistem politik Indonesia tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Fungsi input sistem politik Indonesia meliputi:
1. sosialisasi politik;
2. rekrutmen politik;
3. artikulasi kepentingan;
4. agregasi kepentingan;
5. komunikasi politik.
1. Artikulasi Kepentingan
Artikulasi kepentingan merupakan usaha yang dilakukan seseorang atau
kelompok masyarakat agar kepentingan serta segala keinginannya dapat dipenuhi
secara memuaskan.
2. Agregasi Kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan sebuah proses mengagregasikan
kepentingan-kepentingan yang telah diartikulasikan oleh kelompok kepentingan,
lembaga-lembaga, atau organisasiorganisasi lainnya.
3. Komunikasi Politik
Komunikasi politik mengacu pada cara sistem menyampaikan nilai-nilai
dan informasi melalui berbagai struktur yang menyusun sistem politik.
Komunikasi politik terjadi antara pemerintah dan masyarakat jika ada kebijakan
pemerintah yang perlu disampaikan
atau disosialisasikan kepada masyarakat dengan tujuan kebijakan itu akan
mendapat dukungan dari masyarakat.
xvi
F. Fungsi Output Sistem Politik
Fungsi output sistem politik meliputi sebagai berikut :
1. Fungsi pembuatan kebijakan
Pembuatan kebijakan dalam hal ini terbentuk berdasarkan tuntutan dan
dukungan serta beragam pengaruh lingkungan yang ada. Pembuatan kebijakan
meliputi pengonversian rancangan undang-undang menjadi undang-undang atau
peraturan lain yang
sifatnya mengikat yang menjadi kebijakan umum. Pembuatan kebijakan ini
dilaksanakan oleh lembaga legislatif yang meliputi DPR, DPRD I, DPRD II, dan
DPD sebagai lembaga yang mewakili aspirasi daerah.
2. Fungsi penerapan kebijakan
Penerapan kebijakan dalam hal ini merupakan penerapan aturan umum
undang-undang dan peraturan lain ke tingkat warga negara. Hal ini dimaksudkan
agar sebuah lembaga melakukan
tindakan administrasi untuk mengimplementasikan peraturan yang telah dibuat ke
ranah publik. Fungsi penerapan kebijakan dilaksanakan oleh badan eksekutif yang
meliputi dari pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah.
3. Fungsi ajudikasi kebijakan
Ajudikasi kebijakan dalam hal ini merupakan pengawasan jalannya
penerapan undang-undang di kalangan warga negara. Dalam hal ini ada lembaga
khusus yang melakukan pengawasan dan menyelesaikan persengketaan dalam hal
pembuatan dan pelaksanaan peraturan. Fungsi ajudikasi kebijakan dilaksanakan
oleh badan peradilan yang meliputi MA, MK, Komisi Yudisial, serta badan-badan
kehakiman.
G. Pendidikan Politik
Usaha mempertahankan sistem yang sedang berlangsung sekaligus upaya
pelestarian sistem nilai politik (politik, budaya, ideologi, pola keyakinan) sebagai
proses mengaktifkan unsur-unsur dinamis yang ada pada diri manusia.
xvii
Pendidikan sebagai aktivitas memengaruhi, mengubah, dan membentuk
sikap dan perilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah dianggap benar dan telah
memberi manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Pendidikan politik seperti dikatakan dalam Rochayat Harun dan Sumarno
adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan Politik Nasional (Civic)
Pada umumnya, pendidikan politik yang dilaksanakan suatu negara dalam
sistem apa pun bentuknya bertujuan untuk:
a. mempersiapkan generasi penerus sebagai penerima dan pelanjut system
nilai (sistem politik, pola keyakinan, sistem budaya);
b. menyamakan sistem berpikir tentang nilai-nilai yang dapat memedomani
aktivitas kehidupan bernegara;
c. memantapkan sikap jiwa dalam melaksanakan sistem nilai sekaligus
membangun hasrat melestarikannya
2. Pendidikan Politik Kelompok atau Partai
Kegiatan pendidikan politik oleh kelompok politik atau partai politik
ditujukan untuk:
a. pendidikan politik kader;
b. pengembangan organisasi partai.
Pendidikan ini lebih bersifat memelihara mekanisme demokrasi yang
diklasifikasikan ke dalam tiga jenjang, yaitu :
a. Jenjang pertama pendidikan diarahkan untuk :
1) pemahaman arti berorganisasi;
2) penanaman loyalitas terhadap organisasi;
3) pemantapan dedikasi.Jenjang ini biasanya diperuntukkan bagi
kaderpemula.
b. Jenjang kedua pendidikan diarahkan untuk:
1) membuka wawasan berpikir yang berdasar ideologi partai;
2) menumbuhkan dinamika dan kreativitas dalam pengembangan
organisasi;
xviii
3) meningkatkan kualitas pengelolaan organisasiJenjang ini diperuntukkan
bagi kader madya.
c. Jenjang ketiga pendidikan diarahkan untuk:
1) membentuk sumber insani organisasi yang memiliki kemampuan
konseptual;
2) mendidik cara berpikir sistematis dan strategis
3) mendidik agar memiliki kemampuan menganalisis peristiwa-peristiwa
politik dan cara mengantisipasinya;
4) mendidik berpikir futuristik. Jenjang ini diperuntukkan bagi calon-calon
politisi
Pendidikan lebih lanjut bersifat strategis dan konseptual, yaitu
diperuntukkan bagi para politisi. Pendidikan politik partai berkaitan erat dengan
konfigurasi kepartaian atau sistem partai yang dianut.Kontribusi pendidikan
politik yang diselenggarakan partai politik cukup memberi makna apabila
orientasi kepentingan memicu pada kepentingan nasional.
3. Menginterpretasi Simbol-simbolKekuasaan
Pendidikan politik merupakan proses penguasaan simbolsimbol pribadi.
Proses penguasaan simbol dimulai dari pengenalan, pemahaman, dan
pengaktualisasiannya.
Simbol-simbol kekuasaan terdiri atas seperangkat simbol yang digunakan
dalam proses mengoperasikan kekuasaan, seperti presiden atau eksekutif
(pemerintah), perdana menteri, menteri, departemen. Kemudian, simbol-simbol
aspirasi seperti lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat.Proses
berikutnya proses pemahaman fungsi dari masing-masing simbol kekuasaan
berikut bekerjanya fungsi-fungsi tersebut.
Pemahaman terhadap proses bekerjanya fungsi-fungsi berkait erat dengan
simbol-simbol sikap dan perilaku penguasa (elite politik). Proses pemahaman ini
membuka pandangan tentang perilaku dan sikap yang berorientasi subjektif
dengan bobot kepentingan pada posisi penguasa. Sebaliknya, sikap perilaku
penguasa lebih
cenderung pada kepentingan umum.
xix
Proses berikutnya proses pemahaman fungsi dari masing-masing simbol
kekuasaan berikut bekerjanya fungsi-fungsi tersebut.
Pemahaman terhadap proses bekerjanya fungsi-fungsi berkait erat dengan
simbol-simbol sikap dan perilaku penguasa (elite politik). Proses pemahaman ini
membuka pandangan tentang perilaku dan sikap yang berorientasi subjektif
dengan bobot kepentingan pada posisi penguasa. Sebaliknya, sikap perilaku
penguasa lebih
cenderung pada kepentingan umum.
Pada tahap pemahaman ini terjadi kecenderungan ke arah alternatif pilihan
pola keyakinan, pola kepercayaan atau sistem politik yang diminati. Kemampuan
menginterpretasikan seluruh simbol kekuasaan ke dalam simbol-simbol pribadi
memberi makna bahwa pilihan terhadap yang diminati merupakan cerminan
sikap, perilaku politik yang sudah terbentuk.
Pada tahap ini, individu memiliki kepribadian politik (political
personality) dari sistem politik sehingga kepribadian tersebut akan menjadi faktor
pembeda atau identitas pembeda terhadap sistem politik lainnya. Hasrat untuk
mempertahankan sistem politik berikut sistem nilai yang melandasinya mulai
tumbuh. Bahkan, lebih dari itu hasrat ingin mengalihkan atau transformasi nilai-
nilai kepada generasi berikutnya mulai mewarnai sikap jiwa.
xx
berakibat sanksi langsung atau ukuran kebenaran itu berdasar norma-norma (adat,
kesopanan, kesusilaan, agama) yang berkembang dalam masyarakat.Norma-
norma (kaidah-kaidah) sebagai ukuran dalam menentukan kebenaran sama halnya
dengan ukuran untuk menentukan keadilan.
Aktualisasi simbol-simbol kebenaran dan keadilan dijumpai dalam
aktivitas penguasa (elite penguasa, komunikator politik suprastruktur) dari
perlakuannya terhadap yang dikuasai. Simbolsimbol kebenaran selalu berorientasi
pada kepentingan yang dikuasai dan berorientasi pada keutuhan seluruh lingkup
yang berada dalam kekuasaan penguasa (negara).Produk pendidikan politik dalam
menemukan simbol-simbol keadilan dan kebenaran merupakan tolok ukur untuk
memahami sikap perilaku politik ingkar atau tidaknya terhadap nilai-nilai yang
berlaku. Transformasi nilai-nilai dan sikap perilaku akan berlangsung apabila
norma-norma yang berlaku tidak diingkari. Kondisi seperti ini sebagai daya
dukung untuk mendekatkan ke arah pelestarian sistem politik sekaligus nilai-nilai
yang melandasinya.
xxi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah sesuatu yang bisa dilihat sebagai sebuah lanjutan dari
pengetahuan yang berisi tentang nilai-nilai politik. Sosialisasi politik adalah
proses di mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada
politik. Proses tersebut hakikatnya merupakan upaya mempelajari nilai-nilai atau
budaya politik masyarakat. Sosialisasi politik pada dasarnya adalah proses belajar,
baik dari pengalaman maupun pola-pola tindakan. Sosialisasi politik memberikan
indikasi umum hasil belajar tingkah laku politik dan kelompok berkenaan dengan
pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap- sikap politik tertentu. Sosialisasi politik tidak
hanya berlangsung pada fase anak-anak dan remaja, melainkan berlangsung
sepanjang hayat. Sosialisasi politik memberikan penjelasan mengenai tingkah laku
politik masyarakat, karenanya merupakan prakondisi yang diperlukan bagi
aktivitas politik.
Sosialisasi politik bersifat laten dan manifes. Sosialisasi politik laten
berlangsung dalam transmisi informasi, nilai-nilai atau perasaan terhadap peran,
input, dan output sistem sosial (misalnya keluarga) yang mempengaruhi sikap
terhadap peran, input, dan output sistem politik. Sedangkan, sosialisasi politik
manifes berlangsung dalam bentuk transmisi informasi, nilai-nilai atau perasaan
terhadap peran, input, dan output sistem politik.
B. Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang
berkaitan dengan sistem politik Indonesia agar lebih memahami.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mohtar, Mas’oed dan Andrew Mac Colin. 2000. Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nasroen, M. 1986. Asal Mula Negara. Jakarta: Aksara Baru.
Rahardjo, Dawam. 1999. Orde Baru dan Orde Transisi, Wacana Kritis
Penyalahgunaan Kekuasaan dan Krisis Ekonomi. Yogyakarta: UII Press.
Rahman H.I.A. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahman, A., Syahrial dkk. 2000. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahmat, Jalaluddin. 2000. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung:
Rosda Karya.
Railon, Francois. 1985. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan
dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974. Jakarta: LP3ES.
Richard, Daft L. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Robbins, Stephen P. 1993. Organizational Behavior. New York: PrenticeHall,
Englewood Cliffs.
Rodee, Carlton Clymer dkk. 2000. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Siagian, Sondang P. 1993. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Haji Mas Agung.
. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bina
Aksara.
. 1994. Patologi Birokrasi Analisis, Identifikasi, dan
Terapinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Simon, Herbert A. 1976. Administrative Behavior. New Jersey: Free Press.
Simorangkir. 1987. Hukum dan Konstitusi Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Snell, Bateman. 2002. Management Competing in the New Era. McGrawHill
Companies.
23