LAPORAN PENDAHULUAN BBL Ria

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR, BALITA DAN ANAK

ANAK PRA SEKOLAH DI PUSKESMAS NMARUNGGI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Bayi

Baru Lahir, Balita Dan anak pra sekolah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

YULI ARMA
NIM : 221015901091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir yang melewati masa penyesuaian pada
minggu pertama kehidupannya. Sedangkan waktu di dalam uterus ibu bayi aman, hangat
dan makan dengan baik. Setelah lahir bayi harus menyesuaikan pada pola untuk makan,
bernapas dan tetap hangat (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000).
Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian terjadi dalam
periode neonatal. Oleh karena itu, upaya pemberian kesehatan bayi dimulai dari
pemenuhan BBL akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat berakibat fatal bagi
bayi. Misalnya hipotermi pada BBL yang menyebabkan hipotisemia dan hipoglikemia.
Dan banyak tak kurang pentingnya adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi
melalui tali pusat pada waktu memotong tali pusat. Ditinjau dari pertumbuhan dan
perkembangan bayi, periode neonatal adalah periode yang paling rentan akan banyak hal,
seperti infeksi dan pengaturan tubuhnya, terutama pada bayi yang beratnya rendah saat
melahirkan. Sehingga perlu pemberian ASI atau PASI yang mencukupi untuk membantu
bayi dalam keadaan sehat dan menurunkan angka kematian bayi. Manajemen yang baik
pada waktu masih dalam kandungan, selama persalinan segera sesudah melahirkan dan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang
sehat. (Syaifudin, 2006 : 133)
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6
menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR
29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan
kongenital (JNPK-KR, 2008; h.145).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan yang telah didapatkan di
perkuliahan dengan melakukan Asuhan Kebidanan Pada Neonatus umur 28 hari di
Puskesmas Marunggi Kota Pariaman dengan Asuhan Kebidanan Hellen
Varney..dan di Dokumentasikan dengan SOAP

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data secara akurat dari berbagai
sumber yang berhubungan dengan kondisi Neonatus dan Balita
b. Menegakkan diagnosa kebidanan dan mengidentifikasi masalah-masalah
berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi.
d. Menentukan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi atas diagnosa
yang telah diambil.
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menangani kasus sesuai
dengan diagnosa dan masalah yang ada.
f. Melaksanakan tindakan asuhan.
g. Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan kasus ini adalah:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau asuhan yang diberikan pada
Neonatus
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan dari institusi dan
menuangkannya dalam dokumentasi asuhan kebidanan.
3. Bagi Klien (ibu)
Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu)  agar lebih mengerti tentang
perawatan bayi baru lahir dan apa saja tanda bahaya pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS
1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan
berat lahirnya 2500 gram sampai 4000 gram.
(Sinopsis obstetri, EGC Jakarta)
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya
dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
(Dona L. Wong, 2003)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap  37 minggu sampai
dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
(Rukiyah, 2010; hal. 2)
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang
berat
(M. Sholeh Khosim, 2007).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


Berikut ini merupakan ciri-ciri bayi normal:
1)      Berat badan 2500-4000 gram
2)      Panjang badan lahir 48-52 cm
3)      Lingkar dada 30-38 cm
4)      Lingkar kepala 33-35 cm
5)      Bunyi jantung dalam menit-menit pertam kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun sampai 120-140 kali/menit
6)      Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80x/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40 kali /menit
7)       Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan diliputi vernix caseosa
8)       Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9)       Kuku telah agak panjang dan lemas
10)   Genetalia : Labia myora sudah menutupi labia minora (pada perempuan),
testis sudah turun (pada bayi laki- laki)
11)   Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12)   Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan  gerakan
tangan seperti memeluk.
13)   Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama.
(Asuhan kesehatan Anak dalam konteks keluarga, 1992 : 93)
14) Suhu 36,5 – 37º C
(Asuhan Bayi Baru Lahir, 2000)

3. Penanganan Bayi Baru Lahir


Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah:
1.        Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
a.    Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b.    Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c.    Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
d.   Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain.
2.        Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang
bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat
ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau
povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap tali basah / kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah diklem
dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan, membungkus ujung
potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
3.        Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus dibungkus hangat.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
a)       Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b)       Konduksi adalah kehilanagan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. contohnya meja,
tempat tidur dan timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
c)       Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan
didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika konveki aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d)       Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). (Tom Lissauer, 2008)
4.        Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M
5.        Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah
dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata
sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin
1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual).
6.        Identifikasi Bayi
a.    Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b.    Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak
mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c.    Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya) tanggal
lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d.   Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
7.        Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.
Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a.    Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b.    Bayi tampak aktif atau lunglai
c.    Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong
persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
a.    Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b.    Gangguan pernapasan
c.    Hipotermia
d.   Infeksi
e.    Cacat bawaan dan trauma lahir
(Prawirohardjo, 2002)
Waktu pemeriksaan BBL:
a. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
b. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
c. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
d. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
(Kementerian kesehatan RI, 2010; hal 16)
Sidik telapak tangan kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan
yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar perut dan catat dalam rekam medis.
(Abdul Bari Saefudin, 2002 : N-35)

8.        Pemberian Imunisasi Hepatitis B Pertama (HB0)


Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Terdapat jadwal pemberian
imunisasi Hepatitis B, jadwal pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali,
yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject), jadwal kedua
imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 dan DPT + Hepatitis B
pada 2,3 dan 4 bulan usia bayi.
Tabel jadwal imunisasi Hepatitis B
Jumlah
Imunisasi Jadwal
pemberian
1.   Usia 0 bulan (segera setelah lahir)
Regimen tunggal 3 kali 2.   Usia 1 bulan
3.   Usia 6 bulan
1.      Usia 0 bulan (segera setelah
lahir)
Regimen kombinasi 4 kali 2.      Usia 2 bulan
3.      Usia 3 bulan        DPT + Hep B
4.      Usia 4 bulan
(APN, 2007 : 106)

4. Pengkajian Bayi Segera Setelah Lahir


Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
Sebelum bayi lahir:
1.      Apakah kehamilan cukup bulan?
2.      Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian (selintas) berikut:
3.      Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
4.      Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Pengkajian setelah kelahiran terjadi dalam 3 tahapan, meliputi:
1)   Tahap I (pengkajian segera)
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan
bayi didekat ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan
bahwa area tersebut bersih dan kering. segera pula lakukan Penilaian
awal (selintas) dengan menjawab 2 pertanyaan di atas.
Pengkajian dimulai segera selama menit – menit pertama kelahiran jika
memungkinkan lakukan penilaian menggunakan skoring APGAR  untuk kondisi
fisik dan skoring GRAY untuk interaksi bayi-orangtua.
(Dewi,2010; h.1- 3)
APGAR SCORE
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frekuensi Jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas
reflek). Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)
Dilakukan pada :
•      1 menit kelahiran
yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai perubahan
•      Menit ke-5
•      Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu
tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi
neurologis.
Prosedur penilaian APGAR:
a. Pastikan pencahayaan baik
b. Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dengan cepat
dan simultan. Jumlahkan hasilnya
c. Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya
d. Ulangi pada menit kelima
e. Ulangi pada menit kesepuluh
f. Dokumentasikan hasil dan lakukan tindakan yang sesuai
Tabel 1.1 Nilai APGAR

Nilai
Tanda
0 1 2

Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh,


normal merah muda, tangan, dan kaki
tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis
(akrosisanosis)

Pulse tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit

Grimace tidak ada respons meringis/menangis bersin/batuk saat


terhadap stimulasi lemah ketika stimulasi saluran
distimulasi napas

Activity lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif

Respiration tidak ada lemah atau tidak menangis kuat,


teratur pernapasan baik dan
teratur

(Finster, 2005)
Keterangan :
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a)      Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3 menunjukkan bayi mengalami
depresi serius dan membutuhkan Resusitasi segera sampai Ventilasi.
b)     Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6 menunjukkan bayi
mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan Resusitasi.
c)      Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d)     Bayi normal dengan nilai APGAR 10. (Finster, 2005)

2)   TAHAP  II ( pengkajian transisional)


Pengkajian meliputi pembandingan bayi dengan normal sebagai berikut:
Periode I (reaktivitas I) : berlangsung selama 30 menit – 2 jam setelah bayi lahir
a)    Bayi terjaga dengan mata terbuka
b)   Memberikan respon terhadap stimulus
c)    Mengisap dengan penuh semangat
d)   Menangis
e)    Respiration Rate = 82 x/mnt
f)    Denyut jantung = 180 x/mnt
g)   Bising usus aktif
h)   Restfulness mengikuti fase awal reaktivitas berlangsung 2 – 4 jam,
suhu tubuh, pernafasan, denyut jantung menurun.
Periode II (reaktivitas II)    : berlangsung 2 – 5 jam setelah bayi lahir
a)  Bayi bangun dari tidur nyenyak
b)  Denyut jantung dan Respiration Rate meningkat
c)  Reflek gag aktif
d) Mungkin bayi mengeluarkan mekoneum, urin dan menghisap
e)  Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan telah berkurang
Periode III (stabilisasi)    : berlangsung 12 – 24 jam setelah bayi lahir
a)  Bayi lebih mudah untuk tidur dan bangun
b)  Tanda – tanda vital stabil
c)  Kulit berwarna kemerahan dan hangat

3)    TAHAP III (Pengkajian Periodik)     : setelah 24 jam pertama


Masing-masing sistem tubuh diperiksa untuk mengetahui struktur dan
fungsinya. Pengkajian perinatal Gray tentang interaksi bayi-orangtua dilakukan
dalam 2-3 hari bila memungkinkan.
                (Hamilton, 1995)

5. Macam-macam Reflek Pada Bayi


a)   Pada mata
Bagian pupil mata bila diberi cahaya normalnya akan mengecil. Memeriksa
mata dengan oftalmoskop untuk melihat reflek merah. Jika tidak ada reflek
tersebut, yaitu pupil berwarna putih ( katarak, glaukoma, retino blastoma) maka
rujuk bayi langsung ke ahli mata. Periksa juga mata yang tampak normal.
Misalnya untuk koloboma, suatu defek berbentuk kunci pada iris. Yang paling
sering adalah defek berbentuk lubang kunci pada iris di bagian inferior. Juga
dapat mengenai koroid dan struktur lainnya. Penglihatan dapat normal pada
kasus ringan, namun buruk jika saraf optikus terlibat.
b)   Rooting reflek (reflek mencari puting susu)
Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap
benda yang disentuhkan tersebut.
c)   Grasp reflek (reflek menggenggam)
Bila jari kita menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan
menggenggam dengan kuat.
d)   Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-jari yang lain
membeber dan membengkok kedepan).
e)   Moro reflek (Reflek emosional)/ Startle reflek (reflek terkejut)
Bila bayi diangkat akan seolah-olah mengangkatkan tubuh pada orang yang
mendekatnya. Hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan dan
tangan disertai tangis yang kuat.
f)   Tonick neck reflek
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila bayi ditengkurapkan ia
akan spontan memiringkan kepala.
g)   Swallowing reflek (reflek menelan)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot daerah mulut dan
faring untuk mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung bayi.
(Tom Lissauer, 2008)

6. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir


a. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan menurun,
energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat
mencapai 120 Mg/100. Bila ada gangguan metabolisme akan lemah. Sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan
menderita hipoglikemia.
b. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar maka akan
kehilangan panas misal konveksi. Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit.
Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini
menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat
suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O 2 pun
meningkat.
c. Perubahan pernafasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan
gas melalui paru-paru untuk gerakan pernafasan pertama:
1) Tekanan mekanik dari toraks pada saat melewati janin lahir.

2) Menurun kadar pH O2 dan meningkat kadar pH CO2 merangsang


kemoreseptor karohd.

3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang pernapasan.

4) Pernafasan pertama pada BBL normal dalam waktu 30 detik setelah


persalinan. Dimana tekanan rongga dada bayi pada melalui jalan lahir
mengakibatkan cairan paru-paru kehilangan 1/3 dari jumlah cairan
tersebut. Sehingga cairan yang hilang tersebut diganti dengan udara.
Paru-paru mengembang menyebabkan rongga dada tromboli pada
bentuk semula.

d. Perubahan struktur
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat
tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh
darah paru-paru sebagian sehingga aliran darah ke pembuluh darah tersebut
meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-
paru dan duktus arteriosus menutup. Dan menciutnya arteri dan vena
umbilikasis kemudian tali pusat dipotong sehingga aliran darah dari plasenta
melalui vena cava inverior dan foramen oval atrium kiri terhenti sirkulasi darah
bayi sekarang berubah menjadi seperti semula.
e. Perubahaan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.
(Straight Barbara, 2004)
7. Fisiologi Neonatus
a. Sistem Pernafasan
1) Perkembangan Sistem Pulmoner
Umur Perkembangan
Kehamilan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
24 – 26 hari 2 bronchi membesar
6 minggu Dibentuk segmen bronkus
12 minggu Differensial lobus
16 minggu Dibentuk lobus
24 minggu Dibentuk bronkiolus
28 minggu Dibentuk surfactant
34-36 minggu Maturasi struktur

2) Selama dalam uterus, janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui plasenta,
setelah bayi lahir pertukaran O2 terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
dipotong) .Tekanan mekanis pernafasan pertama akibat adanya: Tekanan mekanis
pada thorox sewaktu melewati jalan lahir, penurunan tekanan O2 dan kenaikan
karbondioksida merangsang (chemoresptor pada sinus carotis).
3) Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan alveoli selain adanya surfaktan
adalah menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan menjerit sehingga O2
tertinggal didalam.
b. Jantung dan Sirkulasi Darah
Didalam rahim, darah kaya akan nutrisi dari plasenta masuk ke dalam tubuh
janin, melalui umbilikus. Sebagian besar masuk ke dalam cava inferior melalui
duktus venosus arantii. Darah yang sel-sel tubuh miskin O 2 serta penuh sisa
pembakaran akan dialiri ke plasenta melalui arteri umbilicus dan seterusnya. Ketika
janin dilahirkan segera bayi menghirup udara dan menangis kuat dan paru-paru akan
mengembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, maka
ductus arteriosus botalli tidak berfungsi lagi, foramen ovale tertutup.
c. Sistem Saluran Pernafasan

Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan cukup terbentuk dan janin telah dapat
menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorbsi air terjadi melalui
hiucosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dibuktikan dengan
adanya mekonium.
d. Hepar

Pada kehamilan 4 bulan hepar mempunyai metabolisme hidrat arang dan


glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D sudah tersimpan di hepar. Berfungsi
hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam keadaan matur.
e. Metabolisme

Dibanding dengan ukuran tubuhnya. Luas permukaan neonatus lebih besar


dari pada orang dewasa, sehingga metabolisme perkilogram berat badannya lebih
besar. Pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada
akhir kedua berasal dari pembakaran lemak.
f. Produksi Panas

Apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu yaitu


dengan cara pembakaran cadangan lemak yang memberikan lebih banyak energi
daripada lemak biasa. Ketahanan tubuh dipengaruhi oleh suhu tubuh bayi, umur
kehamilan dan berat badan bayi.
g. Kelenjar Endokrin

Ada neonatus kadang-kadang hormon yang didapatkan dari ibu masih


berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada
bayi laki-laki ataupun perempuan kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan.
h. Keseimbangan air fungsi ginjal

Tubuh neonatus mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
lebih dari kalium, bayi berumur 3 hari barulah ginjal mulai memproses ari yang
didapat setelah lahir.
i. Susunan Saraf

Pada triwulan terakhir hubungan antara syaraf dari fungsi otot-otot menjadi
lebih sempurna sehingga janin yang dilahirkan > 32 minggu dapat hidup di luar
kandungan.

j. Imunologi
Hanya terdapat imunologi semaglobin, dibentuk banyak dalam bulan ke-2
setelah bayi dilahirkan. Imunologi gamaglobin pada janin berasal dari ibunya
melalui plasenta.
( Sumarni, 1994:41-43 )

8. Kebutuhan Istirahat Tidur


Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.
Neonatus sampai 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang
hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi,
pola ini dapat terlihat pada table berikut:
Total istirahat tidur bayi sesuai usia bayi perhari
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
(Rukiah dan yulianti, 2010; h. 66-82)

9. Imunisasi Dasar
Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang
secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,2000).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang
serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranun dkk,2001)

Tujuan Pemberian Imunisasi :


Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
(Ranuh dkk, 2001).
Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC dan Hepatitis B.
(Depkes, 2000)
Syarat-syarat imunisasi :
Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan, yaitu :
diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik,
disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi
dengan teknik yang tepat, mengetahi jadwal imunisasi dengan melihat umur dan
jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, mencatat
nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed
concent kepada orang tua atau keluarga, sebelum melakukan tindakan imunisasi
yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek
samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah
pemberian imunisasi. (Depkes RI, 2005)
Macam-macam Imunisasi Dasar :
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmedtte Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang
dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml pada insertio
muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk vaksin BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukimia, penderita yang
menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV)
b) Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius
atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara
yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan, atau minum. Pertusis juga dapat menumbulkan komplikasi yang
serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah
infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara sub cutan dalam.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2
bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak
kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada
salah satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II,
III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio
diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok berisi air gula.
d) Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berusia 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara
subcutan sebanyak 0,5 ml. Jika terjadi wabah campak, dan ada bayi yang
belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan.
e) Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis
B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau
kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat
imunisasi HB I dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selnag waktu 1 bulan.
Vaksin disuntikkan pada otot paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5
ml.
(Theopilus, 2007)
Jadwal pemberian imunisasi :
Usia < 7 hari : Hepatitis B (HB 0)
Usia 1 bulan : BCG, polio (I)
Usia 2 bulan : DPT (I)/ HB (I), polio (II)
Usia 3 bulan : DPT (II)/ HB (II), polio (III)
Usia 4 bulan : DPT (III)/ HB (III), polio (VI)
Usia 9 bulan : Campak
(Depkes, 2005)

B. KONSEP DASAR TEORI KEBIDANAN


I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata
Neonatus : umur 0-28 hari
Bayi : umur 28 hari – 12 bulan
2. Riwayat Antenatal
Riwayat ANC bagi ibu hamil dilakukan minimal 4 kali
- Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat 1 bulan

- Periksa ulang 1x sebulan, sampai usia kehamilan 7 bulan

- Periksa ulang 2x sebulan, sampai usia kehamilan 9 bulan

- Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan akhir

- Periksa khusus bila ada keluhan

Dalam ANC ibu hamil mendapatkan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi


gizi yang adekuat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu.
Menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat yang
optimal yaitu 2500 – 4000 gram, apabila jumlah makannya dikurangi maka berat
badan bayi yang dilahirkan menjadi lebih kecil.
3. Riwayat Natal

Bayi normal akan lahir dengan spontan dimana persalinannya dengan


bantuan his dan kekuatan ibu mengejan tidak dengan persalinan buatan seperti
vacum extrasi/forseps lama persalinan kala I premi 12 jam sedankan nutrisi jam
keadaan BBL pada menit pertama setelah kelahiran dapat menilai dengan apgar
score diantara 7 – 10.
Apgar Score
Tampilan Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) extremitas kemerahan
kebiruan

Pulse (denyut Tidak ada < 100 > 100


jantung)

Grimance Tidak ada Perubahan minic Bersin / batuk


(Reflek) menangis aktif

Activity Lumpuh Ekst. sedikit flexi Gerakan aktif


ekst. Flexi

Respitory effort Tidak ada Lambat tidak Menangis


teratur keras /kuat

(Rustam Muchtar,1998:119)
2. Riwayat Post Natal

Bayi lahir akan menangis dalam 30 detik dan bernafas dengan spontan,
gerakan aktif, keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah bayi lahir dengan
menggunakan nilai apgar, bayi lahir normal yaitu bayi yang lahir dari kehamilan 37
– 42 minggu, berat badan lahir 2500 – 4000 gram.
Denyut jantung pada menit pertama 180 kali per menit. Kemudian menurun
menjadi 120 – 140 kali per menit. Pernapasan pada menit pertama 80 kali per menit,
kemudian menurun 40 kali per menit.
4. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan mengalami penurunan kadar untuk
menambah energi pada jam pertama kehidupannya. Bayi normal sudah disusui
segera setelah lahir. Pada hari ketiga bayi sudah harus disusui selama 10 menit
dengan jarak waktu 3 – 4 jam. Volume susu yang diberikan pada bayi untuk 1 –
14 hari yaitu :
Umur Volume
1 hari 60 ml / kg BB
2 hari 90 ml / kg
3 hari 120 ml / kg
4 hari 150 ml / kg
10 hari 180 ml / kg
14 hari 200 ml / kg

(Sarwono P, 1997:254)
b. Pola aktivitas/istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi koma
saat tidur dalam; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat (REM); tidur sehari rata-rata 18-20 jam.
(Suryana, 1996:80)

c. Pola eliminasi

Urin tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6 sampai 10 popok basah per
24 jam pergerakan feses mekonium dalam 24-48 jam kelahiran.
BAB :Tinja yang berbentuk mekoneum berwarna hijau tua akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 – 3.
BAK :Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, kencing akan keluar
24 jam pertama, yang harus dicatat adalah frekuensi kencing berikutnya serta
warna.
(Sarwono, 2006: 256)
d. Personal Hygiene

Mata bayi dapat dibersihkan dengan air steril / garam fisiologis, hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari infeksi mata. Muka sebaiknya diseka dengan air
steril terutama setelah minum susu. Tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan
setiap selesai mandi yaitu dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di
perut bayi dan daerah sekitar selanjutnya ditutup dengan kasa bersih / steril. Kain
pokok harus segera diganti setiap basah karena air kencing/tinja.
(Sarwono, 2006: 257-258)
B. Data Objektif
3. Keadaan Umum
Bayi tampak semi koma saat tidur malam.
(Doenges, 2001: 567)
4. TTV

Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm pada 4-6 jam, meningkat sampai 120 dpm
pada 12-24 jam setelah kelahiran; dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur)
sampai 180 (menangis).
Nadi perifer mungkin lemah ( nadi kuat menunjukkan duktus arteriosus
paten); nadi brakhialis dan radialis lebih mudah dipalpasi daripada nadi femoralis
(tidak adanya nadi femoralis dan dorsalis menunjukkan koarktasi aorta).
Tekanan darah (TD) berentang dari 60-80 mmHg (sistolik) atau 40 sampai 45
mmHg (diastolik), rata-rata tekanan istirahat kira-kira 74/46 mmHg; TD paling
rendah pada usia 3 jam.
(Doenges, 2001: 567)
5. Anthropometri

Berat badan rata-rata 2500 sampai 4000 gram.


Penurunan berat badan di awal 5%-10%.
Lingkar kepala 32-37 cm.
(Doenges, 2001: 567)
6. Pemeriksaan Neurologik

Adanya reflek moro, plantar, genggaman palmar, dan Babinski’s, respon reflek
bilateral/sama (reflek moro unilateral menandakan fraktur klavikula atau cedera
pleksus brakialis); gerakan bergulung sementara mungkin terlihat. Tidak adanya
kegugupan, letargi, hipotonia dan parese.
(Doenges, 2001: 567)
7. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Fontanel anterior dan posterior lunak dan datar. Kaput


suksedaneum dan/atau molding mungkin ada selama 3-4 hari;
sutura kranial yang bertumpang tidih dapat terlihat, sedikit
obliterasi fontanel anterior (lebar 2-3 cm) dan fontanel posterior
(lebar 0,5 – 1,0 cm)
Mata : Mata dan kelopak mata mungkin edema; hemoragi subkonjungtiva
atau hemoragi retina mungkin terlihat; konjungtivitis kimia dalam
1-2 hari mungkin terjadi setelah penetesan obat tetes oftalmik
terapeutik. Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.
Telinga : Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus
mata (telinga tersusun rendah menunjukkan abnormalitas ginjal
atau genetik).
Mulut : Saliva banyak; mutiara Epstein (kista epitel) dan lepuh cekung
adalah normal pada palatum keras atau margin gusi, gigi prekosius
mungkin ada.
Dada : Takipnea sementara dapat terlihat; khususnya setelah kelahiran
sesaria atau presentasi bokong.
Abdomen : Tali pusat di klem dengan aman tanpa rembesan darah;
menunjukkan tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran,
mengerut dan menghitam pada hari ke-2 atau 3.
Genetalia : Genetalia wanita; labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat; rabas mukosa putih (smegma) atau
rabas berdarah sedikit (pseudomenstruasi) mungkin ada. Genetalia
pria; Testis turun,skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi (lubang preputium sempit, mencegah retraksi foreskin ke
glan).
Ekstremitas :Gerakan rentang sendi normal ke segala arah, gerakan menunduk
ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah, tonus otot baik.
Integumen :Akrosianosis mungkin ada untuk beberapa hari selama periode
transisi (kebiruan yang luas dapat menandakan polisitemia);
kemerahan atau area ekomotik dapat tampak di atas pipi atau di
rahang bawah atau area parietal sebagai akibat dari penggunaan
forsep pada kelahiran.
(Doenges, 2001: 567)

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan


Diagnosa : Bayi Ny....umur...jenis kelamin..., lahir spontan, keadaan umum...

III. Antisipasi Masalah Potensial


Kemungkinan masalah yang akan timbul dari diagnosa :
1. Hipotermi s/d pembaharu suhu yang mendadak dari intrauteri ke extrauteri

2. Infeksi s/d pemotongan tali pusat

3. Hipoglikemi s/d perubahan metabolisme karbohidrat

4. Resiko aspirasi s/d gumoh

5. Kemungkinan terjadi komplikasi/masalah pada kulit/mata

(Depkes RI, 1995 : 54)


IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang harus segera terpenuhi jika timbul masalah potensial.
(Depkes RI, 1995 : 55)

V. Intervensi
Diagnosa : Bayi Ny....umur...hari dengan masa gestasi...minggu, lahir
spontan, keadaan umum...
Masalah I : potensial hiopotermi sehubungan dengan perubahan suhu yang
mendadak dari intrauteri ke extrauteri
Tujuan : bayi tidak hipotermi dan tidak berlanjut pada trauma injury/ cold
injury
Kriteria : - keadaan umum baik, gerak aktif, tangis kuat, warna kulit
kemerahan
- suhu tubuh dalam batas normal antara 36,5 0C- 37,50C

- akral hangat

- tubuh dan ekstremitas kemerahan

Intervensi:
a. Keringkan segera bayi dengan handuk kering dan hangat

Rasional : kulit bayi yang basah mempercepat proses kehilangan panas secara
konveksi.
b. Bungkus bayi dengan kain yang hangat dan kering.
Rasional : Bungkus yang kering dan hangat akan mempertahankan suhu tubuh
bayi.
c. Jangan memandikan bayi sebelum melewati 6 jam setelah lahir.

Rasional : Memandikan bayi secara dini menyebabkan bayi mengalami


kehilangan panas secara konveksi lebih cepat.
d. Dekatkan segera pada ibu serta susukan bayi setelah lahir

Rasional : Tindakan skin to skin bermanfaat menghangatkan tubuh bayi.


e. Letakkan bayi diruang / box yang hangat.

Rasional : Suhu ruangan yang hangat mengurangi proses penguapan tubuh bayi.
f. Sebelum menyentuh bayi, usahakan suhu tubuh/tangan penolong sesuai dengan
suhu badan bayi.

Rasional : Sentuhan dengan kondisi tangan yang dingin mempercepat proses


kehilangan panas secara konduksi.
Masalah II : Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan pemotongan tali pusat
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Lakukan perawatan tali pusat dengan mengganti tali pusat yang basah dengan
bungkus tali pusat / kassa yang steril

Rasional : Meminimalkan potensi terjadi infeksi / perdarahan


b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat

Rasional : Meminimalkan potensi terjadi infeksi / perdarahan


c. Lakukan observasi pada tali pusat selama 48 jam pertama

Rasional : Deteksi dini adanya bahaya komplikasi


d. Beri informasi kepada keluarga tentang tanda-tanda infeksi tali pusat seperti rubor,
dolor, kolor, tumor, fungsiolesa.

Rasional : Informasi yang adekuat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga.


e. Ajarkan pada keluarga cara melakukan perawatan tali pusati pusat

Rasional : Pengetahuan yang adekuat menimbulkan sikap yang kooperatif


keluarga dalam melaksanakan tindakan.
VI. Impelentasi
Langkah pelaksanaaan dalam proses manajemen kebidanan di laksanakan oleh
bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Bidan melaksanakan secara
mandiri/rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi, pelaksanaan tindakan selalu di upayakan
dalam waktu yang tepat, efektif dan berkwalitas.
(Depkes RI,1999:11)

VII. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu untuk menilai tentang
kriteria hasil yang di capai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak sejauh mana
tujuan dapat sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam evaluasi ini dituliskan
catatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan .
Catatan perkembangan ini dituliskan dengan bentuk SOAP
S : Subyek
Merupakan informasi yang diperoleh dari keluhan klien (Anamnese)
O : Obyek
Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan oleh perawat atau tenaga
kesehatan lainnya.
A : Assesment
Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif dan obyektif
P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan masalah klien
berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah di capai.
(Depkes RI, 1999 : 11 )
DAFTAR PUSTAKA

“Ilustrasi,” Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hal.325.
Depkes, RI. 2009. Pedoman Asuhan Byi Baru Lahir Terpadu. Jakarta: Depkes RI
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008. editor
edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates
BayidanBalita. Jakarta :Salembamedika
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Universitas Padjadjaran. 2000. Asuhan Bayi Baru Lahir. Bandung. Universitas Padjadjaran
Zulkifli L., Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja Karya CV, 1986.

Anda mungkin juga menyukai