Halaman 66-71
Halaman 66-71
ABSTRAK
Pendahulu cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan akibat trauma di banyak akibat trauma di
bnyak negara berkembang. Kejadian Cedera kepala diseluruh dunia terus meningkat, terutama karena adanya peningkatan
penggunaan kenderaan bermotor, khususya di negara-negara berkembang.Penilaian awal keparahan cedera kepala biasanya
dilakukan melalui penggunaan Glasgow Coma Scale (GCS).GCS dengan cepat membedakan keparahan cedera otak sebagai
"ringan","sedang" atau "berat",menggunakan tiga tes, yang mengukur respons mata, verbal, dan motorik. pemberian posisi
kepala 30º pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan keuntungan dalam meningkatkan oksigenasi.Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap kesadaran pada pasien cedera kepala di Rumah
Sakit Bhayangkara TK.III Kota Manado. Jenis penelitian ini menggunakan desain quasi expereiment dengan pendekatan one
grup prettest – postest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 56 orang dan sampel 15 responden dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Data yang telah terkumpul dengan menggunakan lembar observasi dan diolah dengan uji wilcoxon dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil peneitian didapatkan ada perbedaan tingkat kesadaran pada cedera kepala sebelum dan
sesudah diberikan elevasi kepala dengan P-value 0,001 Kesimpulan Diidentifikasi ada pengaruh kesadaran pasien cedera
kepala di rumah sakit bhayangkara TK.III kota manado sebelum dan sesudah di berikan perlakuan. Saran diharapkan dapat
menjadi tambahan informasi dari pihak RS Bhayangkara Tk. III Manado dan dapat menerapkan tindakan dari penelitian ini.
ABSTRACT
In many developing countries, head injury is one of the leading causes of death and disability due to trauma. The incidence of
head injuries worldwide continues to increase, mainly due to the increasing use of motorized vehicles, especially in developing
countries. Initial assessment of head injury severity is usually carried out through the use of the Glasgow Coma Scale (GCS).
Using three tests, which measure eye, verbal, and motoric responses, the GCS quickly distinguishes the severity of brain injury
as “mild”, “moderate”, or “severe”. Giving the head position 30O in head injury patients aims to provide benefits in increasing
oxygenation. The purpose of this research was to find out the effect of 30 degree head elevation on the awareness of head
injured patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado. This research was conducted by using a quasy experimental
method with one group pretest-posttest design. The population was amounted to 56 people and the number of samples were 15
respondents taken by a purposive sampling. The collected data was processed by running the SPSS computer program version
16.0 to be analyzed by a Wilcoxon test with the significance level α = 0,05. Based on the results of Mc Nemar test, it was found
that the ρ value = 0,001 < α = 0,05, which means there is an effect of 30 degree head elevation on the awareness of head
injured patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado. The conclusion. It was identified that there was an effect
on the awareness of head injury patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado before and after being given
treatment. It is expected that the result of this research can be additional information on the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara
Manado and the hospital can apply the actions in this research.
diketahui bahwa dari total 15 responden yang ruangan instalasi gawat darurat (IGD) yang mana
paling banyak yaitu umur 36-45 tahun dengan pada saat pasien mengalami cedera kepala entah
jumlah 6 responden (40%), kemudian yang itu kecelakaan,terjatuh,atau lain sebagainya yang
memiliki umur 17-25 tahun sebanyak 5 menyebabkan kepala terbentur dan kehilangan
responden (33.3 %),selanjutnya yang memiliki kesadaran.
umur 26-35 tahun sebanyak 3 responden (20 %), Penelitian ini menggunkan uji wilcoxon
dan yang terakhir memiliki umur 12-16 tahun dan diperoleh nilai signifikan ƿ Value = 0,001
yaitu berjumlah 1 responden (6.7%). Dan pada sehingga disimpulkan ada pengaruh Elevasi
distribusi frekuensi pendidikan dari total 15 Kepala 30 Derajat Terhadap Kesadaran Pada
responden yang paling banyak yaitu tingkat Pasien Cedera Kepala Di Rumah Sakit TK.III
pendidikan SMA 8 responden (53.3%) dan yang Kota Manado. Hal ini dapat dilihat karena
memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu 7 adanya perubahan yang terjadi pada saat
responden (46.7%). Sedangkan pada frekeunsi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan elevasi
jenis kelamin diketahui bahwa dari total 15 kepala 30 derajat.
responden yang paling banyak yaitu laki-laki 10 Karakteristik yang di dapatkan dari
responden (66.7%),Dan yang perempuan yaitu 5 penelitian ini berdasarkan umur yaitu umur 36-
responden (33.3%). 45 tahun dengan jumlah 6 responden (40%),
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat kemudian yang memiliki umur 17-25 tahun
diketahui bahwa dari total 15 responden tingkat sebanyak 5 responden (33.3 %),selanjutnya
kesadaran pada pasien cedera kepala sebelum di yang memiliki umur 26-35 tahun sebanyak 3
lakukan elevasi kepala 30 derajat yaitu Apatis responden (20 %),Dan yang terakhir memiliki
sebanyak 14 responden (93.3%) dan Sumnolen umur 12-16 tahun yaitu berjumlah 1 responden
sebanyak 1 responden (6.7%). Dan diketahui (6.7%).Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari total 15 responden tingkat kesadaran penelitian Rowland, et al (2010) yang
pada pasien cedera kepala sebelum di lakukan mrnunjukkan bahwa angka kejadian cedera
elevasi kepala 30 derajat yaitu composmentis kepala tertinggi dialami pada kelompok usia
sebanyak 14 responden (93.3%) dan Apatis dewasa muda, namun dapat menimpa pada
sebanyak 1 responden (6.7%). semua kelompok usia.Dan juga Penelitian
Nyiemas (2013) yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan hasil tabel 3 diatas
kelompok usia terbanyak ditemukan pada usia
didapatkan data hasil uji statistik dengan
18-45 tahun.
menggunakan uji wilcoxon yaitu sebelum
Karakteristik yang di dapatkan dari
dilakukan tindakan elevasi kepala 30 derajat
penelitian ini berdasarkan pendidikan yaitu
didapatkan nilai median 11 dengan nilai
tingkat pendidikan SMA 8 responden (53.3%)
minimum 9 dan nilai maksimum 12 dan setelah
dan yang memiliki tingkat pendidikan SMP
dilakukan tindakan elevasi kepala 30 derajat
yaitu 7 responden (46.7%).
didapatkan nilai median 13 dengan nilai
Karakteristik yang di dapat dari
minimum 11 dan nilai maksimum 15. Kemudian
penelitian ini berdasarkan jenis kelamin yaitu
didapatkan nilai ƿ Value = 0,001 dimana nilai ƿ
laki-laki 10 responden (66.7%),Dan yang
Value < α =0.05 sehingga disimpulkan Ha
perempuan yaitu 5 responden (33.3%).Hal ini
diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
mungkin di karenakan bahwa yang mana laki –
pengaruh pengaruh elevasi kepala terhadap
laki lebih banyak mengandarai sepeda motor
kesadaran pada pasien cedera kepala di RS
atau pun bekerja di tempat alat berat di
Bhayangkara TK.III Manado.
bandingkan perempuan.Penelitian ini juga
PEMBAHASAN sejalan dengan penelitian dari Miranda (2014)
Penelitian ini menggunakan desain yang menyebutkan bahwa kejadian pada laki-
penelitian quasi experiment one group pre test- laki (78,1%) lebih banyak dibandingkan
post test dilakukan dengan memberikan tindakan perempuan (21,9%).
elevasi kepala 30 derajat setelah pasien masuk ke Cedera kepala termasuk gangguan pada
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado
otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses diagnostics of wrist ligament injuries: a
degeneratif ataupun kongenital, melainkan suatu systematic review." Arthroscopy: The
kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja Journal of Arthroscopic & Related
menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, Surgery 31.10 (2015): 2014-2020.
fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara
sementara ataupun permanen dan berasosiasi Ali, Ustman. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
dengan hilangnya ataupun terganggunya status Dengan Dhf Di Ruang Interna Rumah Sakit
kesadaran seseorang. Cedera kepala dapat Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Diss.
disebut juga dengan head injury ataupun Unmuh Jember, 2018.
traumatic brain injury (Dawodu, 2016; Manley
dkk , 2016). Arafat, M. M., et al. "Gas sensors based on one
Masalah keperawatan yang muncul dimensional nanostructured metal-oxides:
dengan cedera kepala sedang di antaranya a review." Sensors 12.6 (2012): 7207-
adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral 7258.
pada pasien cedera kepala ringan ditandai
dengan adanya penurunan sirkulasi jaringan Ayunda, Tri. "Pengkajian Keperawatan Dalam
otak, akibat situasi O2 di dalam otak dan nilai Meningkatkan Derajat Keselamatan
Gaslow Coma Scale menurun. Keadaan ini Pasien." (2019).
mengakibatkan disorientasi pada pasien cedera
kepala. Ketidakefektifan perfusi apabila tidak di Faul, Mark, and Victor Coronado.
tangani dengan segera akan meningkatkan "Epidemiology of traumatic brain
tekanan intrakranial. Penanganan utama pada injury." Handbook of clinical
pasien cidera kepala dengan meningkatkan neurology 127 (2015): 3-13.
status O2 dan memposisikan pasien 15 - 30°
(Soemarno Markam, 2018). Ginting, Luci Riani, Kuat Sitepu, And Renni
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti Ariana Ginting. "Pengaruh Pemberian
menyimpulkan bahwa yang mana adanya Oksigen Dan Elevasi Kepala 30âº
pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap Terhadap Tingkat Kesadaran Pada Pasien
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala di Cedera Kepala Sedang." Jurnal
RS Bhayangkara TK.III Manado.Hal ini di Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf) 2.2
karenakan terjadi peningkatan dari hasil atau (2020): 102-112.
nilai pre-test dan post-test dan di peroleh nilai
signifikan p Value = 0.001 yang berarti Ha Hassankhani, Hadi, et al. "Family Presence
diterima dan H0 ditolak. During Resuscitation: A Double‐Edged
Sword." Journal of nursing
KESIMPULAN scholarship 49.2 (2017): 127-134.
Ada pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap
kesadaran pada pasien cedera kepala di rumah Kusuma, Arif Hendra, and Atika Dhiah
sakit bhayangkara TK.III kota manado Anggraeni. "Pengaruh Posisi Head Up 30
Derajat Terhadap Nyeri Kepala Pada
SARAN Pasien Cedera Kepala Ringan." Jurnal
Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 10.2
dari pihak RS Bhayangkara Tk. III Manado (2019): 417-422.
dan dapat menerapkan tindakan dari penelitian
ini. Maas, Andrew IR, Hester F. Lingsma, and Bob
Roozenbeek. "Predicting outcome after
DAFTAR PUSTAKA traumatic brain injury." Handbook of
Andersson, Jonny K., et al. "Efficacy of magnetic clinical neurology 128 (2015): 455-474.
resonance imaging and clinical tests in
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado