0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan

Halaman 66-71

Jurnal ini membahas pengaruh pemberian elevasi kepala 30 derajat terhadap kesadaran pasien cedera kepala. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan satu kelompok pra-tes dan pasca-tes, yang melibatkan 15 responden pasien cedera kepala ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kesadaran yang signifikan sesudah diberi elevasi kepala 30 derajat. Hal ini menunjuk

Diunggah oleh

Ni Made Dwi Santika
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan

Halaman 66-71

Jurnal ini membahas pengaruh pemberian elevasi kepala 30 derajat terhadap kesadaran pasien cedera kepala. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan satu kelompok pra-tes dan pasca-tes, yang melibatkan 15 responden pasien cedera kepala ringan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Hasilnya menunjukkan ada peningkatan kesadaran yang signifikan sesudah diberi elevasi kepala 30 derajat. Hal ini menunjuk

Diunggah oleh

Ni Made Dwi Santika
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 6

Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

Volume 6 No 2 Oktober 2022, Halaman 66-71


P-ISSN : 2580-4189 E-ISSN : 2926-6366

PENGARUH ELEVASI KEPALA 30 DERAJAT TERHADAP KESADARAN PADA


PASIEN CEDERA KEPALA

THE EFFECT OF 30 DEGREE HEAD ELEVATION ON THE AWARENESS


OF HEAD INJURED PATIENTS
1
Moh Rizky Y. Abdullah, 2 Suwandi I. Luneto, 3 Sarwan
1
Mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
2,3
Dosen Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Manado
E-mail : [email protected]

ABSTRAK
Pendahulu cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan akibat trauma di banyak akibat trauma di
bnyak negara berkembang. Kejadian Cedera kepala diseluruh dunia terus meningkat, terutama karena adanya peningkatan
penggunaan kenderaan bermotor, khususya di negara-negara berkembang.Penilaian awal keparahan cedera kepala biasanya
dilakukan melalui penggunaan Glasgow Coma Scale (GCS).GCS dengan cepat membedakan keparahan cedera otak sebagai
"ringan","sedang" atau "berat",menggunakan tiga tes, yang mengukur respons mata, verbal, dan motorik. pemberian posisi
kepala 30º pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan keuntungan dalam meningkatkan oksigenasi.Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap kesadaran pada pasien cedera kepala di Rumah
Sakit Bhayangkara TK.III Kota Manado. Jenis penelitian ini menggunakan desain quasi expereiment dengan pendekatan one
grup prettest – postest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 56 orang dan sampel 15 responden dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Data yang telah terkumpul dengan menggunakan lembar observasi dan diolah dengan uji wilcoxon dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil peneitian didapatkan ada perbedaan tingkat kesadaran pada cedera kepala sebelum dan
sesudah diberikan elevasi kepala dengan P-value 0,001 Kesimpulan Diidentifikasi ada pengaruh kesadaran pasien cedera
kepala di rumah sakit bhayangkara TK.III kota manado sebelum dan sesudah di berikan perlakuan. Saran diharapkan dapat
menjadi tambahan informasi dari pihak RS Bhayangkara Tk. III Manado dan dapat menerapkan tindakan dari penelitian ini.

Kata Kunci : Cedera Kepala,Elevasi 30 Derajat

ABSTRACT
In many developing countries, head injury is one of the leading causes of death and disability due to trauma. The incidence of
head injuries worldwide continues to increase, mainly due to the increasing use of motorized vehicles, especially in developing
countries. Initial assessment of head injury severity is usually carried out through the use of the Glasgow Coma Scale (GCS).
Using three tests, which measure eye, verbal, and motoric responses, the GCS quickly distinguishes the severity of brain injury
as “mild”, “moderate”, or “severe”. Giving the head position 30O in head injury patients aims to provide benefits in increasing
oxygenation. The purpose of this research was to find out the effect of 30 degree head elevation on the awareness of head
injured patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado. This research was conducted by using a quasy experimental
method with one group pretest-posttest design. The population was amounted to 56 people and the number of samples were 15
respondents taken by a purposive sampling. The collected data was processed by running the SPSS computer program version
16.0 to be analyzed by a Wilcoxon test with the significance level α = 0,05. Based on the results of Mc Nemar test, it was found
that the ρ value = 0,001 < α = 0,05, which means there is an effect of 30 degree head elevation on the awareness of head
injured patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado. The conclusion. It was identified that there was an effect
on the awareness of head injury patients at the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara Manado before and after being given
treatment. It is expected that the result of this research can be additional information on the 3rd Grade Hospital of Bhayangkara
Manado and the hospital can apply the actions in this research.

Keywords : Head Injury, 30 Degree Head Elevation.


Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

PENDAHULUAN WHO menjelaskan bahwa terkait


Cedera Kepala atau TBI (Trauamatic trauma pada kepala sekitar 40-50% terjadi
Brain Injury) di definsikan sebagai gangguan keterbatasan fisik bahkan disabilitas. Dengan
pada fungsi normal otak yang bisa disebabkan adanya peristiwa ini masyarakat yang
oleh benturan, pukulan, atau sentakan ke berkunjung ke fasilitas kesehatan yang
kepala atau cedera kepala yang tembus bertujuan agar cepat disembuhkan dengan
(Friden etal 2015). Kasus Cedeara kepala tepat maupun cepat.
secara umum sering terjadi paningkatan, Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
diantaranya dengan banyaknya kenderaan, Dasar tahun 2018, di Indonesia menunjukan
khususya terutama pada bangsa yang sedang 11,9% kejadian cedera kepala yang di
mengalami perubahan. WHO prediksi ditahun dominasi laki-laki di bandingkan
2024 insiden pada jalan raya yang merupakan perempuan.Sulawesi Utara menjadi urutan ke
maslah yang utama pada penyakit yang dua terbnyak di Indonesia kejadian cedera
dibahas ketiga didunya (Mas, Engel & kepala yaitu dengan 16%.
Lingsma 2008 Rozenbeck et al 2013) Penilaian awal keparahan pada
Cedera kepala merupakan salah satu trauama di bagian kepala pada umumnya
penyebab kematian dan kecacatan akibat melalui pemeriksaan dengan menggunakan
trauma di banyak akibat trauma di bnyak GCS, dengan metode ini sesuai dengan satuan
negara berkembang. Swecara dasar trauma 15 point yang sesuai dengan satuan bruto
dikepalah sering dihadapi pada usia (15-19 ). untuk mengukur pada sistem syaraf sehingga
Kasus trauma yang terjadi pada kepala dapat mengidentifikasi skala darurat secara
terutama pria dua kali mempunyai peluang tepat dan cepat dengan mengamati respon
terjadi. Hal ini disebabkan karena anak laki- penglihatan, ucapan, serta pergerakan.
laki lebih sering mengendarai sepeda motor. Tinggkatan keshadaran menggunakan GCS
Peristiwa ini sering ditemui karena pria lah merupakan pengukuran yang sangat
yang selalu memakai kendaraan. dibutuhkan karena untuk menilai dengan cepat
Trauma pada organ kepala merupakan pada pasien sehingga dapat memudahkan
gangguan yang sering dirasakan oleh setiap menegakan diagnosa sehingga pasien dapat
warga masyarakat diseluruh dunia kasus ini selamat. Penerapan GCS yang tidak baik dapat
beresiko menyebabkan meninggal dunia, berdampak buruk terhadap kondisi pasien
keterbatasan fisik, menurunya keaktifan (Reyth FC, 2015; Reyhani, 2017; Okhasa
semasa lansia, serta masih banyak dampak et.al, 2014).
negatif yang akan dirasakan. Adapun Gangguan-gangguan yang sering
anggaran yang akan dimanfaatkan untuk terjadi yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
terapi penanganan trauma pada organ kepala serebral pada pasien cedera kepala ditandai
dapat dikatakan tidaklah sedikit yaitu kurang dengan adanya penurunan sirkulasi jaringan
lebih sebesar 59.42 juta dolar dalam setahun otak, akibat situasi O2 di dalam otak dan nilai
(Finkeltein etal 2006; Phaul et.al 2015) Gaslow Coma Scale menurun. Kondisi ini
Pasien dengan cedera pada organ kepala membuat tidak teraturnya fusngsi pada
biasanya memliki gejala pasca trauma,seperti penderita. Masalah ini ketika tidak
ganguan tidur,kecemasan atau depresi dan mendapatkan penanganan yang sesuai dapat
gangguan stress pascatauma membuat penekanan pada intracrhanial.
(Ho,Liang,Wang,Chio dan Kuo 2018). Untuk kasus ini yang harus dilakukan
Revalensi cedera di Negara USA terutama adalah pemberian oksigen serta
terutama kasus kecelakaan sekitar 36,1%, memberikan posisi yang nyaman (Somarnoe
kecelakaan kendaraan motor 35,2%, Markam, 2018).
klekerasan 10%, serta kejadian selain itu Berdasarkan studi pendahuluan
sekitar 21% (Iwhan A etal, 2015). adapun jumlah kunjungan pasien di IGD
dalam 3 bulan terakhir yaitu sebanyak 2.964.
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

Kemudian wawancara yang didapatkan dari Pendidikan


salah satu seorang perawat di Ruangan IGD SMP 7 46,7
rumah Rumah Sakit Bhayangkara Manado SMA 8 53,3
angka kejadian Cedera kepala dalam 1 bulan
Jenis kelamin
terakhir ada sekitar 56 orang,Yakni cedera
Laki-Laki 10 66,7
kepala ringan 37 orang,cedera kepala sedang
Perempuan 5 33,3
13 orang,dan cedera kepala berat 6 orang. Dan
sesuai wawancara salah satu perawat IGD Total 15 100
juga bahwa yang mana tidak semua cedera Sumber : Data primer , 2022
kepala akan mereka lakukan elevasi kepala. Tabel 2
Dan jika mungkin ada pasien cedera kepala Distribusi frekuensi responden tingkat
yang harus di lakukan elevasi kepala,maka kesadaran pasien sebelum dan sesudah diberikan
selama dia berada di IGD akan di lakukan elevasi kepala 30 derajat (n=15)
elevasi kepala sampai pasien di antar ke
ruangan rawat inap.
Banyaknya responden
Varabel Frekuensi Presentase (%)
TUJUAN PENELITIAN (f)
Diketahui pengaruh elevasi kepala tiga puluh
Tingkat kesadaran
derajad kepada kesadaran penderita trauma pasien sebelum
kepala di Rumah Sakit Bhayangkara TK.III diberikan elevasi
Manado. kepala 30 derajat
Apatis 14 93,3
METODE PENELITIAN Sumnolen 1 6,7
Penelitian ini menggunakan metode
Pre-Experiment Design dengan pendekatan One Tingkat kesadaran
Grup Pre Test- Post Test Design. Sampel dalam pasien sesudah
diberikan elevasi
penelitian ini berjumlah 15 responden dari kepala 30 derajat
jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel
yaitu purposive Sampling menggunakan alat Composmentis 14 93,3
ukur lembar observasi selanjutnya data yang Apatis 1 6,7
telah terkumpul di olah menggunakan bantuan Total 15 100
komputer program SPSS 16.0 dan dianalisa Sumber : Data Primer , 2022
dengan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan
(α) 0,05. Penelitian ini telah dilaksanakan secara
langsung di Rumah Sakit TK.III Bhayangkara
Kota Manado pada tanggal 22 Agustus 2022 Tabel 3
Analisa pengaruh elevasi kepala 30 derajat
HASIL PENELITIAN terhadap kesadaran pada pasien cedera kepala
Tabel 1 berdasarkan uji Wilcoxon
Distribusi frekeunsi menurut umur, pendidikan
dan jenis kelamin di RS Bhayangkara Tk.III Median
Kota Manado (n=15) N p-value
(minimum -maksimum)
Banyaknya responden
GCS 15 11 (9 – 12)
Karakteristik Frekuensi Presentase
Pre test
(f) (%) 0,001
Umur GCS 15 13 (11 – 15)
12 – 16 tahun 1 6,7 Post test
17 – 25 tahun 5 33,3 Uji wilcoxon α = 0,05
26 – 35 tahun 3 20,0
36 – 45 tahun 6 40,0 Berdasarkan hasil tabel 1 diatas dapat
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

diketahui bahwa dari total 15 responden yang ruangan instalasi gawat darurat (IGD) yang mana
paling banyak yaitu umur 36-45 tahun dengan pada saat pasien mengalami cedera kepala entah
jumlah 6 responden (40%), kemudian yang itu kecelakaan,terjatuh,atau lain sebagainya yang
memiliki umur 17-25 tahun sebanyak 5 menyebabkan kepala terbentur dan kehilangan
responden (33.3 %),selanjutnya yang memiliki kesadaran.
umur 26-35 tahun sebanyak 3 responden (20 %), Penelitian ini menggunkan uji wilcoxon
dan yang terakhir memiliki umur 12-16 tahun dan diperoleh nilai signifikan ƿ Value = 0,001
yaitu berjumlah 1 responden (6.7%). Dan pada sehingga disimpulkan ada pengaruh Elevasi
distribusi frekuensi pendidikan dari total 15 Kepala 30 Derajat Terhadap Kesadaran Pada
responden yang paling banyak yaitu tingkat Pasien Cedera Kepala Di Rumah Sakit TK.III
pendidikan SMA 8 responden (53.3%) dan yang Kota Manado. Hal ini dapat dilihat karena
memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu 7 adanya perubahan yang terjadi pada saat
responden (46.7%). Sedangkan pada frekeunsi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan elevasi
jenis kelamin diketahui bahwa dari total 15 kepala 30 derajat.
responden yang paling banyak yaitu laki-laki 10 Karakteristik yang di dapatkan dari
responden (66.7%),Dan yang perempuan yaitu 5 penelitian ini berdasarkan umur yaitu umur 36-
responden (33.3%). 45 tahun dengan jumlah 6 responden (40%),
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat kemudian yang memiliki umur 17-25 tahun
diketahui bahwa dari total 15 responden tingkat sebanyak 5 responden (33.3 %),selanjutnya
kesadaran pada pasien cedera kepala sebelum di yang memiliki umur 26-35 tahun sebanyak 3
lakukan elevasi kepala 30 derajat yaitu Apatis responden (20 %),Dan yang terakhir memiliki
sebanyak 14 responden (93.3%) dan Sumnolen umur 12-16 tahun yaitu berjumlah 1 responden
sebanyak 1 responden (6.7%). Dan diketahui (6.7%).Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa dari total 15 responden tingkat kesadaran penelitian Rowland, et al (2010) yang
pada pasien cedera kepala sebelum di lakukan mrnunjukkan bahwa angka kejadian cedera
elevasi kepala 30 derajat yaitu composmentis kepala tertinggi dialami pada kelompok usia
sebanyak 14 responden (93.3%) dan Apatis dewasa muda, namun dapat menimpa pada
sebanyak 1 responden (6.7%). semua kelompok usia.Dan juga Penelitian
Nyiemas (2013) yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan hasil tabel 3 diatas
kelompok usia terbanyak ditemukan pada usia
didapatkan data hasil uji statistik dengan
18-45 tahun.
menggunakan uji wilcoxon yaitu sebelum
Karakteristik yang di dapatkan dari
dilakukan tindakan elevasi kepala 30 derajat
penelitian ini berdasarkan pendidikan yaitu
didapatkan nilai median 11 dengan nilai
tingkat pendidikan SMA 8 responden (53.3%)
minimum 9 dan nilai maksimum 12 dan setelah
dan yang memiliki tingkat pendidikan SMP
dilakukan tindakan elevasi kepala 30 derajat
yaitu 7 responden (46.7%).
didapatkan nilai median 13 dengan nilai
Karakteristik yang di dapat dari
minimum 11 dan nilai maksimum 15. Kemudian
penelitian ini berdasarkan jenis kelamin yaitu
didapatkan nilai ƿ Value = 0,001 dimana nilai ƿ
laki-laki 10 responden (66.7%),Dan yang
Value < α =0.05 sehingga disimpulkan Ha
perempuan yaitu 5 responden (33.3%).Hal ini
diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
mungkin di karenakan bahwa yang mana laki –
pengaruh pengaruh elevasi kepala terhadap
laki lebih banyak mengandarai sepeda motor
kesadaran pada pasien cedera kepala di RS
atau pun bekerja di tempat alat berat di
Bhayangkara TK.III Manado.
bandingkan perempuan.Penelitian ini juga
PEMBAHASAN sejalan dengan penelitian dari Miranda (2014)
Penelitian ini menggunakan desain yang menyebutkan bahwa kejadian pada laki-
penelitian quasi experiment one group pre test- laki (78,1%) lebih banyak dibandingkan
post test dilakukan dengan memberikan tindakan perempuan (21,9%).
elevasi kepala 30 derajat setelah pasien masuk ke Cedera kepala termasuk gangguan pada
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

otak yang bukan diakibatkan oleh suatu proses diagnostics of wrist ligament injuries: a
degeneratif ataupun kongenital, melainkan suatu systematic review." Arthroscopy: The
kekuatan mekanis dari luar tubuh yang bisa saja Journal of Arthroscopic & Related
menyebabkan kelainan pada aspek kognitif, Surgery 31.10 (2015): 2014-2020.
fisik, dan fungsi psikososial seseorang secara
sementara ataupun permanen dan berasosiasi Ali, Ustman. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
dengan hilangnya ataupun terganggunya status Dengan Dhf Di Ruang Interna Rumah Sakit
kesadaran seseorang. Cedera kepala dapat Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Diss.
disebut juga dengan head injury ataupun Unmuh Jember, 2018.
traumatic brain injury (Dawodu, 2016; Manley
dkk , 2016). Arafat, M. M., et al. "Gas sensors based on one
Masalah keperawatan yang muncul dimensional nanostructured metal-oxides:
dengan cedera kepala sedang di antaranya a review." Sensors 12.6 (2012): 7207-
adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral 7258.
pada pasien cedera kepala ringan ditandai
dengan adanya penurunan sirkulasi jaringan Ayunda, Tri. "Pengkajian Keperawatan Dalam
otak, akibat situasi O2 di dalam otak dan nilai Meningkatkan Derajat Keselamatan
Gaslow Coma Scale menurun. Keadaan ini Pasien." (2019).
mengakibatkan disorientasi pada pasien cedera
kepala. Ketidakefektifan perfusi apabila tidak di Faul, Mark, and Victor Coronado.
tangani dengan segera akan meningkatkan "Epidemiology of traumatic brain
tekanan intrakranial. Penanganan utama pada injury." Handbook of clinical
pasien cidera kepala dengan meningkatkan neurology 127 (2015): 3-13.
status O2 dan memposisikan pasien 15 - 30°
(Soemarno Markam, 2018). Ginting, Luci Riani, Kuat Sitepu, And Renni
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti Ariana Ginting. "Pengaruh Pemberian
menyimpulkan bahwa yang mana adanya Oksigen Dan Elevasi Kepala 30âº
pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap Terhadap Tingkat Kesadaran Pada Pasien
tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala di Cedera Kepala Sedang." Jurnal
RS Bhayangkara TK.III Manado.Hal ini di Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf) 2.2
karenakan terjadi peningkatan dari hasil atau (2020): 102-112.
nilai pre-test dan post-test dan di peroleh nilai
signifikan p Value = 0.001 yang berarti Ha Hassankhani, Hadi, et al. "Family Presence
diterima dan H0 ditolak. During Resuscitation: A Double‐Edged
Sword." Journal of nursing
KESIMPULAN scholarship 49.2 (2017): 127-134.
Ada pengaruh elevasi kepala 30 derajat terhadap
kesadaran pada pasien cedera kepala di rumah Kusuma, Arif Hendra, and Atika Dhiah
sakit bhayangkara TK.III kota manado Anggraeni. "Pengaruh Posisi Head Up 30
Derajat Terhadap Nyeri Kepala Pada
SARAN Pasien Cedera Kepala Ringan." Jurnal
Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 10.2
dari pihak RS Bhayangkara Tk. III Manado (2019): 417-422.
dan dapat menerapkan tindakan dari penelitian
ini. Maas, Andrew IR, Hester F. Lingsma, and Bob
Roozenbeek. "Predicting outcome after
DAFTAR PUSTAKA traumatic brain injury." Handbook of
Andersson, Jonny K., et al. "Efficacy of magnetic clinical neurology 128 (2015): 455-474.
resonance imaging and clinical tests in
Jurnal Kesehatan : Amanah Prodi Ners Universitas Muhammadiyah Manado

Maas, A. I., Lingsma, H. F., & Roozenbeek, B.


(2015). Predicting outcome after traumatic
brain

Mahoklory, Serly Sani. Manajemen Care Bundle


Pada Pasien Cedera Kepala. Penerbit
Nem, 2021.

Sirait, Saudurma, Sri Endang Pujiastuti, And


Suharyo Hadisaputro. "Comparison The
Effectiveness Of The Head Of Bed To 45
And 30 Degreess With Hyperoxigenation
Against Oxygen Saturation During The
Open Suction In Patients That Installed
Mechanical Ventilation In Icu Room."
(2020).

Anda mungkin juga menyukai