Makalah Model Asuhan Kebidanan.
Makalah Model Asuhan Kebidanan.
Makalah Model Asuhan Kebidanan.
DOSEN PENGAMPU:
DI SUSUN OLEH :
DEA AYU PRATIWI
DIANA AKBARITA
LANA RESTUNI
LIA SAFITRI
MEILIA ERSANI
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
memuaskan dan terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini, atas bantuan yang diberikan kami sebagai penulis banyak mengucapkan
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
Kesimpulan ................................................................................................................................5
DAFTAR PUSAKA....................................................................................................................6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan
pengetahuan serta, kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan
mengadopsi dari beberapa model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada
sehingga tercipta sebuah model kebidanan sesuai dengan filosofi kebutuhan baik
dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus
pelayanan asuhan kebidanan. Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu
partnership, dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
akan memberikan sumbangan yang berarti dalam menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya preventif dan promotif.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
pelayanankebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling
percaya dalam pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi
kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan
angka kesakitan, trauma persalinan,kematian, dan kejadian seksio sesaria pada
persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau
objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial
yang menarik perhatiannya.
Model Konseptual kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberi
asuhan kebidanan. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin. Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan
dan persalinan merupakan suatu
proses kehidupan normal. Model Kebidanan mempunyai 5 komponen :
1.Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologi maupun sosial dalam
siklus kehamilan dan persalinan. Mempersiapkan ibu dengan memberikan
pendidikan,
konseling, asuhan prenatal, dalam proses persalinan dan bantuan masa post
partum
2.Intervensi teknologi seminimal mungkin
3.Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetrik yang dibutuhkan
4.Melakukan rujukan
b. Tahap – tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya:
1) Anticipatory Stage. Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan
memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2) Honeymoon Stage. Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang
dijalaninya.Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga
yang lain.
3) Plateu Stage. Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai
seorang ibu. Pada tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri.
4) Disengagement. Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah
berakhir.
G. Periode Letting Go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta
perhatian keluarga
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan
hubungan sosial.
Teori ini lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran
ibu.
Mercer membagi teorinya menjadi 2 topik :
2. Faktor Bayi
a. Temperamen
b. Kesehatan bayi
c. Faktor – faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status perkawianan
3) Status ekonomi
Dari faktor sosial support, Mercer mengidentifikasikan adanya empat
faktor pendukung:
1) Emotional Support; yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian,
percaya dan mengerti
2) Informational Support; yaitu memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong
dirinya sendiri
3) Physical Support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan
memberikan tambahan dana Appraisal Support, hal ini
memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
pencapaian peran ibu. Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat
pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri
adalah faktor – faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian
peran ibu. Peran bidan yang diharapkan oleh Mercer dalam teorinya
adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptasi
peran dan mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
A. Teknik Terapeutik
B. Pemberdayaan ( Empowerment )
Suatu proses pemberiaan kekuatan dan kekuasaan. Melalui
penampilan dan pendekatan bidan dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengoreksi, mengesahkan, menilai, dan memberi dukungan.
D. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahap yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan ide
2) Memberikan dukugan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan
(ministion)
3) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4) Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuaan
(coordination) Untuk mengindentifikasi kebutuhan ini diperlukan :
5) Pengetahuan : untuk bisa memahami kebutuhan pasien / klien
6) Judgement (penilaian) : kemampuan pengambilan keputusan
7) Keterampilan : kemampuan perawat / bidan memenuhi kebutuhan pasien
The frame work lingkungan sosial, organisasi dan profesi kelima kelompok
Wiedenbach dapat digambarkan dalam bagian :
A. Identifikasi
B. Mempersiapkan
C.Koordinasi
D. Validasi
c. Model partisipasi.
Model asuhan selanjutnya adalah model partisipasi.
Model partisipasi adalah adanya partisipasi ibu dalam interaksinya dengan
bidan pada tingkat individual maupun tingkat masyarakat.
Kunci aspek partisipasi pasien meliputi:
1) Bantuan diri : pasien yg aktif terlibat dalam asuhan
2) Tidak medikalisasi dan tidak professional
3) Demokrasi : keterlibatan pasien dalam decision making
a. Medical model
B. Paradigma sehat
Paradigma sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof.Dr.F.A.Moeloek
(Menkes RI)
Pada Rapat sidang DPR Komisi VI pada Tanggal 15 September 1998.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi
dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan,
bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Jadi, pada
paradigma sehat ini lebih menekankan pada pengobatan promotif, dan
preventif.
Secara garis besar, dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan
sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. Secara
khususnya, yaitu dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan
kesehatan menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi
juga dijadikan dalam asuhan kebidanan, hal ini karena:
1) Dengan paradigma sehat akan merubah cara pandang tentang kesehatan
termasuk kesehatan roproduksi, dan mendorong masyarakat menjadi
mandiri dan sadar akan pentingnya upaya promotif dan preventif
1) Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk merupakan derajat
kesehatan di Indonesia yang utamanya di nilai dari AKI dan AKB, maka
Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung jawab terhadap
menurunya AKI dan AKB perlu
menjadikan paradigma sehat sebagai model.
2) Paradigma sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga bidan pun
harus menjadikannya sebagai model atau acuan.
C. Midwifery care
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihara, mengawasai,
memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan dunia kebidanan
maka “care” disini sering disebut dengan asuhan.
Bidan dalam memegang prinsip Midwifery care yaitu:
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan
kultur sosial
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama
untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik
Kesimpulan
Azwar, Azrul. 1996.. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Bennett, V. Ruth. 1993. My Textbook for Midwives. 12th ed. London: Churchill
Livingstone
Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
900/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Registrasi dan Praktek Bidan. Jakarta: PP Ikatan
Bidan Indonesia
Dimond, Bridgit. 2002. Legal Aspects of Midwifery. Chelshire: Books for Midwives
Press
Fitramaya
Hidayat, A; Mufdillah, (2009) Catatan kuliah, Konsep Kebidanan plus materi bidan
Delima.
Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 Tahun Ikatan Bidan
Indonesia.
Jakarta: PP IBI
Sweet, Betty R. 1997. Mayes’ Midwifery: A Textbook for Midwives. 12th ed. London:
Bailliere
Tindall
Syahlan, JH. 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan