Makalah Model Asuhan Kebidanan.

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

MODEL ASUHAN KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU:

IBU IKE ATE YUVISKA, S.ST., M.Kes

DI SUSUN OLEH :
DEA AYU PRATIWI

DESAK GEDE EKA WIDIARI

DIANA AKBARITA

LANA RESTUNI

LIA SAFITRI

INDAH SRI UTAMI

MEILIA ERSANI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga telah berhasil menyelesaikan


makalah ini, yang diberi judul “Model Asuhan Kebidanan”.

Makalah ini di buat untuk melengkapi tugas bidang studi konsep


kebidanan yang merupakan salah satu mata kuliah di Universitas Malahayati
Bandar Lampung.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan


dukungan dari ibu dosen, orang tua serta teman sejahwat.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
memuaskan dan terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini, atas bantuan yang diberikan kami sebagai penulis banyak mengucapkan
terimakasih.

Semoga bimbingan,bantuan dan dukungan yang telah di berikan


mendapat balasan dari Allah SWT, Amin.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. Menjelaskan Model Kebidanan.................................................................................2

B. Menjelaskan Kegunaaan Model................................................................................2

C. Menjelaskan Teori Model..........................................................................................2

D. Menjelaskan Medical Model......................................................................................2

E. Menjelaskan Midwifery Model..................................................................................2

F. Menjelaskan Model Health For All...........................................................................2

G. Menjelaskan Model Partisipasi.................................................................................2

H. Menjelaskan Woman Center Care...........................................................................2

BAB III PENUTUPAN...............................................................................................................5

Kesimpulan ................................................................................................................................5

DAFTAR PUSAKA....................................................................................................................6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu dan
pengetahuan serta, kebutuhan masyarakat. Model dalam teori kebidanan
mengadopsi dari beberapa model lainnya berdasarkan teori-teori yang sudah ada
sehingga tercipta sebuah model kebidanan sesuai dengan filosofi kebutuhan baik
dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai fokus
pelayanan asuhan kebidanan. Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu
partnership, dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
akan memberikan sumbangan yang berarti dalam menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya preventif dan promotif.

Model dalam teori kebidanan Indonesia mengadopsi dari beberapa model


negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari
teori dan model yang bersumber dari masyarakat.

Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan
pelayanankebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling
percaya dalam pelaksanaan asisten kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi
kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan
angka kesakitan, trauma persalinan,kematian, dan kejadian seksio sesaria pada
persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Model Asuhan Kebidanan ?


2. Apa kegunaan Model Asuhan Kebidanan?
3. Bagaimana teori Model Asuhan Kebidanan?
4. Apa pengertian dari Medical Model?
5. Jelaskan pengertian dari Midwifery Model, Model Health For All, Model Partisipasi
dan Women Center Care?
1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui lebih dalam tentang Model Asuhan Kebidanan.


2.Untuk mengetahui cara menerapkan Model Asuhan Kebidanan.
3.Untuk mengetahui mutu Pelayanan Kebidanan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.TEORI MODEL ASUHAN KEBIDANAN

1.TEORI DAN KONSEP

A.Pengertian Teori dan Konsep


1.Ide yang direncanakan dan dituangkan

Konsep atau teori adalah gambaran tentang objek dari suatu kejadian atau
objek yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial
yang menarik perhatiannya.

A. Fungsi Konsep dan Teori : sebagai alat untuk mengidentifikasi fenomena


yang di observasinya,sedangkan teori adalah jalur logika atau penalaran yang
digunakan oleh peneliti untuk menerangkan hubungan pengaruh antar fenomena
yang dikaji.
1.TEORI MODEL KEBIDANAN

Model of care the midwifery patnership didasarkan pada prinsip


midwifery care berikut ini:
1.Mengakui dan mendukung adanya keterkaitanantara badan,pikiran, jiwa,
fisik,dan lingkungan kultur sosial.
2.Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yg bersalin dapat ditolong tanpa
adanya intevensi.
3.Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami.
4.Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan ilmu
pengetahuan.
5.Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood.
6.Woman centered dan bertukar pikiran antara wanita.
7.Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab untuk suatu
pengambilan suatu keputusan.
8.Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik individu.

Model Konseptual kebidanan adalah tolak ukur bagi bidan dalam memberi
asuhan kebidanan. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin. Model asuhan kebidanan yaitu kehamilan
dan persalinan merupakan suatu
proses kehidupan normal. Model Kebidanan mempunyai 5 komponen :
1.Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologi maupun sosial dalam
siklus kehamilan dan persalinan. Mempersiapkan ibu dengan memberikan
pendidikan,
konseling, asuhan prenatal, dalam proses persalinan dan bantuan masa post
partum
2.Intervensi teknologi seminimal mungkin
3.Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetrik yang dibutuhkan
4.Melakukan rujukan

Ruang lingkup praktik kebidanan :


1.Menolong Persalinan
2.Konseling
3.Penyuluhan
4.Asuhan pada saat hamil, melahirkan, nifas dan BBL (bayi baru lahir)
5.Deteksi dini penyakit
6.Pengobatan terbatas ginekologi
7.Pertolongan gawat darurat
8.Pengawasan tumbuh kembang
9.Supervisi

Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan melakukan konseling


diantaranya :
1.Menurunkan / menghilangkan stress
2.Membuat diri kita merasa lebih baik, bahagia, tenang dan nyaman
3.Lebih memahami diri sendiri dan orang lain
4.Merasakan kepuasan dalam hidup
5.Mendorong perkembangan personal
6.Meningkatkan hubungan yang lebih efektif dengan orang lain
7.Memaksimalkan fungsi diri dan kehidupan kita sehari – hari

Pengantar teori dalam praktik kebidanan dituangkan dalam standar pelayanan


kebidanan yang berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar
pelayanan akan melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan
hasil pelayanan dapat dilakukan dengan jelas. Dengan adanya standar
pelayanan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh
masyarakat akan memberikan kepercayaan yang lebih mantap terhadap
pelaksana
pelayanan.
Masalah yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan
adalah
bahwa diantara apa yang telah biasa dilakukan dalam praktIk kebidanan
sebenarnya
merupakan tindakan ritualistik yang tidak berdasarkan pada pengalaman
praktik yang
terbaik. Dalam standar praktik kebidanan tindakan yang bersifat ritualistik
seperti melakukan
episiotomi secara rutin dan memandikan bayi setelah lahir sudah tidak
dianjurkan lagi.
Perubahan standar pelayanan seperti ini didasarkan pada pengalaman yang
terbaik dari para
praktisi di seluruh dunia. Praktik kebidanan, managemen kesehatan wanita
secara mandiri
berfokus pada kehamilan, persalinan, nifas, asuhan BBL, KB dan kesehatan
reproduksi wanita.

3. TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN

1.Teori Reva Rubin

Menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu. Untuk mencapai


peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian
aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu
dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu
beradaptasi dengan perubahan – perubahan yang terjadi khususnya perubahan
psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
a. Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan –
harapan antara lain:
1) kesejahteraan ibu dan bayinya
2) Penerimaan dari masyarakat
3) Penentuan identitas diri
4) Mengerti tentang arti memberi dan menerima

b. Tahap – tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya:
1) Anticipatory Stage. Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan
memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2) Honeymoon Stage. Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang
dijalaninya.Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga
yang lain.
3) Plateu Stage. Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai
seorang ibu. Pada tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri.
4) Disengagement. Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah
berakhir.

Aspek – aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran


tentang idaman,gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita
adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari
pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan
perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan.

c. Beberapa tahapan aktivitas penting sebelum seseorang menjadi seorang


ibu:
1) Taking On ( tahapan meniru )
2) Seorang wanita dalam pencapaian sebagai ibu akan memulainya dengan
meniru dan melakukan peran seorang ibu
3) Taking In
4) Seorang wanita sudah membayangkan peran yang dilakukannya.
Introjektion, Projektion dan Rejektion merupakan tahap dimana wanita
membedakan model – model yang sesuai dengan keinginannya.
5) Letting Go
6) Wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilakukannya.
Pada tahap ini seorang wanita akan meninggalkan perannya di masa lalu.

d. Adaptasi Psikososial pada masa Post partum:


Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum
dipengaruhi oleh:
1) Respon dan dukungan dari keluarga
2) Hubungan antara melahirkan dengan harapan – harapan
3) Pengalaman melahirkan dan mambesarkan anak yang lalu
4) Budaya

e. Rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:


1) Peride Taking In ( Hari ke1-2 setelah melahirkan )
2) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya
4) Ibu akan mengulangi pengalaman – pengalaman waktu melahirkan
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh
ke kondisi normal
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi
tubuh tidak berlangsung normal .
F. Periode Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orangtua dan meningkatkan


tanggung jawab akan bayinya
2) Ibu menfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB
dan daya tahan tubuh
3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok
4) Ibu cendrung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi
5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postrpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.

G. Periode Letting Go

1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta
perhatian keluarga
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan
hubungan sosial.

2.Teori Ramona Mercer

Teori ini lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran
ibu.
Mercer membagi teorinya menjadi 2 topik :

A. Efek stress Antepartum

Stress antepartum adalah komplikasi dari risiko kehamilan dan


pengalaman negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang
diberikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi
ketidakpercayaan diri ibu. Penelitian Mercer menunjukkan ada 6 faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
1) Hubungan Interpersonal
2) Peran keluarga
3) Stress antepartum
4) Dukungan sosial
5) Rasa percaya diri
6) Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi.
Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu
memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran
yang lengkap dengan dirinya sendiri.

B. Pencapaian peran ibu


Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasaan dan penghargaan peran. Lebih lanjut
Mercer menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi keluarga baik
yang positif maupun negatif. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil
dapat mengatasi stress antepartum. Stress antepartum karena risiko kehamilan
dapat mempengaruhi persepsi tehadap status kesehatan, dengan dukungan
keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidak
percaya dirinya selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama kehamilan (trimester I, II dan
III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan
bahwa menarche, kehamilan, nifas dan menopouse merupakan hal yang
fisiologis. Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang
dapat menimbulkan sterss antepartum, sehingga bidan harus memberikan
asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara
fisiologis (normal). Perubahan yang dialami oleh ibu hamil antara lain adalah:
1) Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga
dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan
bayinya
2) Ibu memerlukan sosialisasi
3) Ibu cendrung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya.
4) Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan ke masa
menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya dll.l
Contoh : Ibu Rika hamil 2 bulan, ini kehamilannya yang ke-2, kehamilan
yang lalu ibu rika mengalami abortus. Ibu rika sangat berhati-hati dalam
kehamilannya ini dan ia sangat khawatir bila terjadi hal yang sama pada
kehamilannya, sehingga ia merasa sangat cemas berlebihan, ia tidak mau
melakukan aktifitas apapun, sepanjang hari ibu rika hanya tiduran saja, dan ia
merasa stress dengan kehamilan ini. Bidan Evi memberikan asuhan sesuai
dengan teori Ramona, yang menekankan pemberian asuhan pada ibu hamil
yang mengalami stress antepartum akibat pengalaman negatif yang lalu,
sehingga ibu hamil dapat memilki kepercayaan diri kembali dalam menjalani
kehamilannya. Bidan Evi menganjurkan agar ibu rika menerima kehamilan
dengan rasa bahagia tanpa ada kecemasan karena dapat mempengaruhi
perkembangan dari janinnya.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer :
1) Anticipatory; saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai
melakukan penyesuaian sosial dan psikologis dengan mempelajari segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
2) Formal; wanita memasuki peran ibu sebenarnya, bimbingan peran
dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial.
3) Informal; dimana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik
dalam melaksanakan perannya.
4) Personal; merupakan peran terakhir, dimana wanita sudah mahir
melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah dimulai
sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut
Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir ( 3-7 bulan setelah
melahirkan). Wanita dalam menjalankan peran ibu dipengaruhi oleh
faktor – faktor :
1. Faktor ibu
a. Umur ibu pada waktu melahirkan
b. Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
c. Stress sosial
d. Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
e. Dukungan sosial
f. Konsep diri
g. Sifat pribadi
h. Sikap terhadap membesarkan anak
i. Status kesehatan ibu

2. Faktor Bayi
a. Temperamen
b. Kesehatan bayi
c. Faktor – faktor lainnya
1) Latar belakang etnik
2) Status perkawianan
3) Status ekonomi
Dari faktor sosial support, Mercer mengidentifikasikan adanya empat
faktor pendukung:
1) Emotional Support; yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian,
percaya dan mengerti
2) Informational Support; yaitu memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong
dirinya sendiri
3) Physical Support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan
memberikan tambahan dana Appraisal Support, hal ini
memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
pencapaian peran ibu. Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat
pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri
adalah faktor – faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian
peran ibu. Peran bidan yang diharapkan oleh Mercer dalam teorinya
adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptasi
peran dan mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

3.Teori Ela Joy Lehrman

Dalam menjalankan profesi kebidanan, Ela Joy Lehrman melihat


makin banyaknya tugas yang dibebankan pada bidan yang harus dilaksanakan
dengan penuh profesionalisme dan tanggung jawab. Dengan pandangan Ela
Joy Lehrman tersebut menjadi latar belakang munculnya teori kebidanan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.Teori Lehrman ini menginginkan
agar bidan dapat melihat semua aspek praktik pemberian asuhan pada wanita
hamil dan memberi pertolongan persalinan.
Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukan
perbedaan antara prosedur administrasi yang dibebankan serta manfaat
antenatal dan jenis pelayanan yang diterima wanita di klinik kebidanan.
Hubungan antara identifikasi faktor risiko dan keefektifan dari antenatal care
terhadap hasil yang diinginkan belum terpenuhi. Lehrman dan koleganya
ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan
keseorangan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan Lehrman yaitu mengidentifikasi
kompenen - komponen yang saling mempengaruhi dalam praktek kebidanan.
Hasil dari penelitiannya adalah Teori yang dikemukakan oleh Lehrman
mencakup 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal,diantaranya:
1) Asuhan yang berkesinambungan
2) Keluarga sebagai pusat asuhan
3) Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
4) Tidak ada intervensi dalam asuhan
5) Fleksibilitas dalam asuhan
6) Keterlibatan dalam asuhan
7) Advokasi dari klien
8) Waktu

Pada asuhan partisipatif bidan dapat melibatkan klien dalam


pengkajian, perencanaan, dan evaluasi. Pasien / klien ikut bertanggung jawab
atau mengambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan fisik,
misalnya palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut
mendengarkan denyut jantung. Dari ke delapan komponen yang dibuat
Lehraman tersebut kemudian diuji cobakan oleh Morten pada tahun 1991
pada pasien pascapartum. Dari hasil penerapan uji coba tersebut Morten
menambahkan tiga komponen lagi pada ke delapan konsep yang dibuat oleh
Lehrman yaitu:

A. Teknik Terapeutik

Proses komunikasi yang sangat penting dalam komunikasi konseling


secara khusus yang lebih mengutamakan konsep terapi seorang tenaga
kesehatan dalam proses perkembangan dan penyembuhan pasein / klien.
Terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap misalnya
1) Mendengar dengan aktif
2) Mengkaji masalah
3) Klarifikasi masalah 1`
4) Humor ( tidak bersikap kaku )
5) Sikap yang tidak menuduh
6) Jujur
7) Mengakui kesalahan
8) Pengakuaan fasilitasi ( memfasilitasi )
9) Menghargai hak klien
10) Pemberiaan izin

B. Pemberdayaan ( Empowerment )
Suatu proses pemberiaan kekuatan dan kekuasaan. Melalui
penampilan dan pendekatan bidan dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengoreksi, mengesahkan, menilai, dan memberi dukungan.

C. Hubungan Sesama ( Lateral Relationship )

Meliputi menjalin hubungan yang baik dengaan klien,bersikap


terbuka dengan klien, sejalan dengan klien sehingga antara klien dan bidan
terlihat tampak akrab dan terbina hubungan saling percaya yang harmonis
(misalnya, sikap empati, atau berbagi pengalaman).

1. Teori Ernestine Wiedenbach

Ernestine adalah seorang perawat kebidanan lulusan Fakultas


Keperawatan Universitas Yale, yang sangat tertarik pada masalah seputar
keperawatan maternitas yang terfokus pada keluarga ( Family – Centered
Maternity Nursing ). Selain berpengalaman sebagai perawat dengan bekerja
di klinik selama puluhan tahun, ia juga seorang penulis yang telah
menghasilkan beberapa buku dan berpartisipasi dalam beberapa penelitian
salah satunya bersama ahli filsafat bernama Dickoff.
Konsep yang dihasilkan oleh Ernestine bukan hasil penelitiaan
melainkan hasil pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya Family –
Centered Marternity Nursing.
Konsep yang luas Wiedenbach yang nyata ditemukan dalam keperawatan :

A. The agent ( Perantara )

Meliputi perawat, bidan dan orang lain. Ernestine mengutarakan


empat konsep yang mempengaruhi praktik keperawatan yaitu filosofi, tujuan,
praktik dan seni. Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu
dan bayi yang segera mengembangkan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk
persiapan menjadi orang tua.

B. The recipient ( Penerima )

Meliputi wanita, keluarga, masyarakat. Menurut Wiedenbach adalah untuk


memenuhi kebutuhannya terhadap bantuan. Individu penerima harus
dipandang sebagai seseorang yang kompeten dan mampu melakukan
segalannya sendiri. Jadi perawat atau bidan memberi pertolongan hanya
apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.

C. The goal / purpose

Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan


bantuan. Perawat atau bidan harus bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien
yang terlihat melalui perilakunya yang disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing individu dengan memperhatikan fisik, emosional dan
fisiogikal. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien / klien, bidan atau
perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan serta pikirann

D. The Means

Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahap yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan ide
2) Memberikan dukugan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan
(ministion)
3) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4) Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuaan
(coordination) Untuk mengindentifikasi kebutuhan ini diperlukan :
5) Pengetahuan : untuk bisa memahami kebutuhan pasien / klien
6) Judgement (penilaian) : kemampuan pengambilan keputusan
7) Keterampilan : kemampuan perawat / bidan memenuhi kebutuhan pasien

The frame work lingkungan sosial, organisasi dan profesi kelima kelompok
Wiedenbach dapat digambarkan dalam bagian :
A. Identifikasi
B. Mempersiapkan
C.Koordinasi
D. Validasi

5. Teori Jean Ball


Menurut Jean Ball, respon terhadap perubahan setelah melahirkan akan
mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan mereka akan
mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persiapan yang sudah dilakukan
bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emosional wanita
terhadap perubahan akibat proses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita
setelah melahirkan sangat tergantung pada personality atau kepribadian.
Sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas. Ball
mengemukakan teori kursi goyang yang dibentuk 3 elemen :
A. pelayanan maternitas
B. pandangan masyarakat terhadap keluarga
C. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian wanita

6. Teori Jean Ball dalam Konsep


A. Women : Ball memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan
emosional dalam proses melahirkan
B. Health : Merupakan pusat dari model Ball, tujuan dari postnatal care agar
mampu menjadi ibu
C. Environment : Lingkungan sosial dan organisasi dalam sisi dukungan
D. Midwifery : Penelitian postnatal
E. Self : Secara jelas kita dapat melihat bahwa peran bidan dalam
memberikan dukungan dan membantu seseorang wanita untuk menjadi yakin
dengan perannya sebagai ibuya.

B. MODEL ASUHAN KEBIDANAN


A. KONSEP DEFINISI KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu
objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau
idealisasi. Model konseptual adalah model representasi untuk suatu ide atau
konseptual. Model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman / acuan
yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan), meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan
(manusia-perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan).

1. Macam-macam model asuhan kebidanan


A. Medical model
Merupakan fondasi dari praktik-praktik kebidanan yg sudah meresap di
masyarakat. Meliputi proses penyakit, pemberian tindakan, dan komplikasi
penyakit / tindakan.

MEDICAL MODEL MODEL KEBIDANAN


Orientasi pada penyakit x filosofi Orientasi pada manusia sehat
asuhan kebidanan mengikuti proses alamiah
Manusia (bidan) sebagai kontrol alam Kondisi fisiologis
(mempercepat proses seharusnya
dapat berjalan secara alamiah)
Memahami individu dari bio dan Holistic approach (bio-psiko sosio
body cultural spirit)
Bidan berorientasi pada pengobatan Orientasi sehat
penyakit
Manusia dipisahkan dari lingkungan Keduanya saling mempengaruhi
dimana kesehatan individu lebih di
priorotaskan dari pada kesehatan
manusia
Adanya spesialis asuhan-asuhan Komprehensif minimalis intervensi
mengutamakan high teknologi
Dokter sebagai kontrol, peran pasien Pasien sebagai objek
pasif, informasi terbatas pada pasien
Fokus kepada kondisi pasien Mencakup lingkungan

b. Model sehat untuk semua (health for all)


Model sehat untuk semua (Health For All) ini Diproklamirkan oleh WHO
sejak tahun 1978. Fokus dari model ini adalah pada wanita, keluarga, dan
masyarakat. Pelaksananya adalah bidan di komunitas Tema dalam HFA
(Health For All):
1) Mengurangi kesenjangan dalam kesehatan
2) Bentuk Yankes adalah kesehatan dan pencegahan penyakit
3) Partisipasi masyarakat
4) Adanya kerjasama antar tim kesehatan
5) Berfokus pada Yankes. Primer

c. Model partisipasi.
Model asuhan selanjutnya adalah model partisipasi.
Model partisipasi adalah adanya partisipasi ibu dalam interaksinya dengan
bidan pada tingkat individual maupun tingkat masyarakat.
Kunci aspek partisipasi pasien meliputi:
1) Bantuan diri : pasien yg aktif terlibat dalam asuhan
2) Tidak medikalisasi dan tidak professional
3) Demokrasi : keterlibatan pasien dalam decision making

Tingkat partisipasi yaitu sejauh mana pasien berpartisipasi pada pelayanan


kebidanan.
Sedangkan tingkatan partisipasi ada beberapa macam, yaitu :
1) Tk I : Menerima pelayanan secara pasif
2) Tk II : Partisipasi aktif dengan rencana-rencana yg jelas misal, bertanya /
mengajak diskusi
3) Tk III : berpartisipasi dalam pelaksanaan program kesehatan
4) TK IV : berpartisipasi dalam program pengawasan dan evaluasi
5) Tk V : berpartisipasi dalam perencanaan program / model

Untuk melaksanakan model partisipasi ini membutuhkan :


1) Pendekatan
2) Kerjasama antara bidan, ibu dan keluarga
3) Pertanyaan (untuk mengetahui pengetahuan ibu, apa yang diharapkan)
4) Pemberitahuan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, rencana tindakan,
5) Alternatif tindakan

Unit komponen dalam model ini:


1) Ibu dan keluarga (banyak variasi : norma patriakal, single parent, cerai dll
2) Konsep kebutuhan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
3) Partnership (kerjasama dengan klien, keluarga maupun tim nakes)
4) Faktor kedekatan & keterbukaan (menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan,pengharapan, kepercayaan, dan perekanan)
5) Model menolong Bagi bidan di ruang kebidanan

6) Pemberian informasi (dengan komunikasi yg baik)

7) Pemberian pilihan dan kontrol (dilibatkan dalam decision making)

8) Penerimaan klien saat bersalin (komunikasi yg baik)

9) Kesadaran diri sendiri (kekuatan dan kelemahan)

10) Model sistem maternitas di komunitas

11) Bidan yg memberikan asuhan di komunitas akan melakukan rujukan .

2. Model konseptual dalam asuhan kebidanan

a. Medical model

Medical model merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk


membantu manusia dalam memahami proses sehat dan sakit dalam arti
kesehatan. Model ini sering digunakan dalam bidang kedoteran dan lebih
fokus pada proses penyakit dan mengobati ketidaksempurnaany ang tecakup
dalam model ini adalah

1). berorientasi pada penyakit

2). menganggap bahwa akal/pikiran dan badan terpisah

3). manusia menguasai alam

4). yang tidak biasa menjadi menarik

5). pasien berperan pasif

6). dokter yang menentukan

Berikut ini akan diberikan gambaran bagaimana perbedaan


pandangan mengenai kehamilan sesuai medical model dan falsafah
kebidanan.

Medical model Falsafah Kebidanan


Perspektif Normal dalam antisipasi
Kasus tidak bisa menjadi menarik Setiap persalinan peristiwa unik
Dokter bertanggung jawab Wanita dan keluarga membuat
keputusan
Informasi terbatas Informasi diberikan tidak terbatas
Outcome yang diharapkan ibu dan Outcome yang diharapkan ibu dan
bayi hidup dan sehat bayi yang hidup dan sehat dan
keputusan akan kebutuhan individu

B. Paradigma sehat
Paradigma sehat ini pertama kali dicetuskan oleh Prof.Dr.F.A.Moeloek
(Menkes RI)
Pada Rapat sidang DPR Komisi VI pada Tanggal 15 September 1998.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi
dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan,
bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Jadi, pada
paradigma sehat ini lebih menekankan pada pengobatan promotif, dan
preventif.
Secara garis besar, dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan
sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. Secara
khususnya, yaitu dengan adanya paradigma sehat maka pembangunan
kesehatan menekankan pada upaya promotif dan preventif.
Paradigma Sehat ini merupakan model dalam pembangunan kesehatan tetapi
juga dijadikan dalam asuhan kebidanan, hal ini karena:
1) Dengan paradigma sehat akan merubah cara pandang tentang kesehatan
termasuk kesehatan roproduksi, dan mendorong masyarakat menjadi
mandiri dan sadar akan pentingnya upaya promotif dan preventif
1) Mengingat paradigma sehat merupakan upaya untuk merupakan derajat
kesehatan di Indonesia yang utamanya di nilai dari AKI dan AKB, maka
Bidan sebagai bagian dari tenaga yang turut bertanggung jawab terhadap
menurunya AKI dan AKB perlu
menjadikan paradigma sehat sebagai model.
2) Paradigma sehat merupakan suatu gerakan nasional sehingga bidan pun
harus menjadikannya sebagai model atau acuan.

C. Midwifery care
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihara, mengawasai,
memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan dunia kebidanan
maka “care” disini sering disebut dengan asuhan.
Bidan dalam memegang prinsip Midwifery care yaitu:
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan lingkungan
kultur sosial
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama
untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik

3. Pengertian women center care


Women center care merupakan model konseptual dalam asuhan
midwifery care dan asuhan ini berorientasi pada wanita. Dalam hal ini bidan
difokuskan untuk memberikan dukungan pada wanita dalam upaya
memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan
perawatan kesehatannya sendiri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh badan yaitu House of
commons Health commitee tahun 1992, disimpulkan bahwa terdapat
permintaan yang meluas pada kaum wanita untuk memilih pilihan yang lebih
besar dalam menentukan jenis asuhan maternitas saat ini membuat mereka
frustasi bukan memfasilitasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan
pentingnya asuhan yang berorientasi pada wanita dimana mereka punya peran
dalam menentukan pilihan sehingga terpenuhi kebutuhannya dan timbul
kepuasan. Hal ini juga menunjukan bahwa asuhan berorientasi pada wanita
atau women Center Care amat penting untuk kemajuan praktik kebidanan.

4. Visi mowen center care


Women Center care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (Internasional
Confederation of Midwifery) yang tertuang pada visinya yaitu:
a.Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan
kebidanan
b.Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan wanita
dan keluarga
c.Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh wanita
dan keluarga.
Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan harus menerapkan hal-hal
berikut ini:
a.Lakukan intervensi minimal
b.Memberikan asuhan yang sesuai kebutuha
c.Melakukan segala tindakan sesuai dengan standar, wewenang dan
kompetensi
d.Memberikan inform konten
e.Memberikan asuhan yang nyaman, aman, logis dan berkualitas
f.Menerapkan asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu ini adalah


a.Asuhan yang tidak menibulkan penderitaan bagi ibu
b.Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan
c.Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhan ibu
d.Memberdayakan ibu / wanita dan keluarga.
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan

Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan harus mampu menjalin


komunikasi yang baik dengan klien maupun keluarganya sehingga dapat
merencanakan atau memberikan asuhan yang baik sesuai dengan kebutuhan klien.
Dengan memahami berbagai model asuhan kebidanan diatas, diharapkan dapat
membantu bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada kliennya. Mungkin
diperlukan kombinasi dalam prakteknya, sehingga sesuai dengan filosofi asuhan
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996.. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Bennett, V. Ruth. 1993. My Textbook for Midwives. 12th ed. London: Churchill
Livingstone

Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
900/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Registrasi dan Praktek Bidan. Jakarta: PP Ikatan
Bidan Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 1995. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Dimond, Bridgit. 2002. Legal Aspects of Midwifery. Chelshire: Books for Midwives
Press

Estiwati, D; Meilani , N; Widyasi, H; Widyastuti, Y; (2009) Konsep Kebidanan.


Jogjakarta:

Fitramaya

Hidayat, A; Mufdillah, (2009) Catatan kuliah, Konsep Kebidanan plus materi bidan
Delima.

Jogjakarta: Mitra Cendekia

Pusdiknakes. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen


Diploma III

Kebidanan; Buku 1 Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga

Kesehatan Depertamen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 Tahun Ikatan Bidan
Indonesia.

Jakarta: PP IBI

Sweet, Betty R. 1997. Mayes’ Midwifery: A Textbook for Midwives. 12th ed. London:
Bailliere

Tindall

Syahlan, JH. 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan

Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3

rd ed. London: Jones and Bartlett Publishers

Anda mungkin juga menyukai