RKS Struktur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

BAB III
PERSYARATAN TEKNIS
STRUKTURAL

I. URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI

 Lingkup pekerjaan ini meliputi :


 Pekerjaan Tanah
 Pekerjaan Beton
 Pekerjaan Atap
 Pekerjaan Waterproofing
 Dan pekerjaan lainnya yang jelas – jelas terkait dengan pekerjaan struktur.

 Untuk pelaksanaan Kontraktor hendaknya menyediakan :


 Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
 Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan.
 Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk ketelitian,
ketetapan dan kerapihan pekerjaan.

 Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan dan syarat-
syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Pengawas Lapangan.

 Situasi
 Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi RSUD Polewali Mandar Halaman pembangunan
akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan pada waktu rapat penjelasan untuk ini
hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang seksama terutama mengenai tanah
bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
 Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan tertera pada
gambar.

 Pengukuran dan Soil Test. Sebelum kontraktor memulai pekerjaannya, kontraktor harus melakukan
pengukuran topografi dan melaksanakan soil investigation yang hasilnya nanti akan dipakai sebagai dasar
untuk membuat perhitungan – perhitungan.

II. UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK

Mengukur letak bangunan :

Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat datar, selang plastik,
alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat tegak lurus dan peralatan lain yang
diperlukan guna ketetapan pengukuran.

III. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN

Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan-rintangan bangunan beserta
pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar harus
dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :

RKS STRUKTUR Page 41


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

1. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah rusak yang
letaknya minimum ± 1 meter di bawah dasar pondasi.
2. Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan dalam
penggalian ditempat tersebut.
3. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-lubang lain harus
diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
4. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puingpuing ketempat yang
ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

IV. PEKERJAAN PERBAIKAN KONDISI TANAH GALIAN/URUGAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Yang termasuk pekerjaan perbaikan kondisi tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan tanah meliputi :
 Pemadatan Tanah untuk lansekap
 Penggalian, perataan, pengurugan setempat jika diperlukan.

1.2. PEKERJAAN PONDASI


1.2.1. Pekerjaan Pondasi poer Plat

1. Pekerjaan Galian Tanah


a. Pekerjaan galian tanah untuk lobang pondasi hendaknya dilaksanakan setelah papan patok
(bouwplank) dengan penandaan sumbu dan ketinggian selesai dikerjakan serta setelah disetujui oleh
Pengawas.
b. Galian tanah: seluruh luasan untuk kebutuhan Pondasi Poer digali sampai kedalam sedalam 2 meter
berdasarkan hasil laporan penyidikan tanah konstruksi.

2. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Poer


a. Dibawah Poer konstruksi harus dibuat lantai kerja. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka
bentuk, ukuran dan mutunya agar dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa berfungsi ganda :
b. Sebagai lantai kerja dan
c. Sebagai penahan acuan Poer, sehingga ketebalan Poer bisa dijamin terlaksananya sesuai yang
ditentukan.

3. Pekerjaan Acuan Untuk Poer


a. Bahan untuk acuan bisa berupa kayu, multipleks, atau baja, asalkan memenuhi persyaratan /
ketentuan dalam PUBI 1970 dan PBI 1971.
b. Konstruksi acuan harus sedemikian rupa, sehingga baik ukuran, bentuk maupun posisi Poer – Poer
tidak berubah selama pengecoran berlangsung.
c. Acuan harus dibersihkan dari segala kotoran, sehingga memenuhi persyaratan pengecoran seperti
yang diatur dalam PBI 1971.
d. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.
e. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi maka hendaknya acuan desain sedemikian rupa, sehingga bisa
dipasang dan dibongkar dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakan.
f. Terlampir saran gambar disain acuan yang berdasarkan pengalaman selama ini, cukup
efektif dan ekonomis.

4. Pekerjaan Pembesian Untuk Poer


a. Besi beton yang digunakan adalah U 24.
b. Besi beton harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari cacat – cacat seperti serpih dan
lain sebagainya, serta berpenampang bulat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam
PBI 1971.
c. Pemasangan besi beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.

RKS STRUKTUR Page 42


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

d. Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat selama
pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton
sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
e. Prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan antara :
i. Poer dengan Poer, baik Poer konstruksi, Poer settlement maupun Poer pembagi
ii. Poer dengan kolom
iii. Poer dengan plat penutup
iv. Seluruh jepitan harus bersifat sempurna : karenanya, harus selalu ada panjang
penyaluran pada hubungan pertemuan tersebut.

5. Pekerjaan Pengecoran Beton Untuk Poer


a. Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang, berlaku peraturan sebagai berikut
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971 N2)
c. Peraturan umum untuk pemeriksaan Bahan Bangunan (N13)
d. Gambar konstruksi
i. Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi
ii. Apabila ternyata ada yang tidak sesuai antara gambar potongan dan gambar detail, maka
Pemborong / Pengawas berkewajiban untuk segera berkonsultasi dengan pihak Konsultan
Perencana.
e. Bahan – bahan untuk adukan beton
i. Semen
 Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang lebih baik dan atas
persetujuan Pengawas, antara lain setara TIGA RODA, KUJANG kualitas baru, PADANG
dan TONASA.
 Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya, tidak diperkenankan untuk
dipergunakan.
 Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga semen bebas
dari kelembaban.

ii. Pasir dan koral


 Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan –
bahan organis, lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan kekerasan
seperti yang tercantum di dalam PBI 1971.
 Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi serta
kekerasan sesuai dengan persyaratan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
 Untuk pengecoran Poer harap dipergunakan koral / steeslang ukuran ½, sedangkan untuk
pengecoran plat biasa digunakan koral / steeslang ukuran 1/3.

iii. Air
 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam
alkalis serta bahan – bahan organis / bahan lain yang dapat merusak beton.
 Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada Pemborong supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi batas biaya Pemborong.

f. Pengerjaan beton
i. Mutu beton yang digunakan adalah
 Untuk Poer : K 250
 Untuk Plat : K 250, dengan ketentutan lain mengikuti PBI 1971
ii. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen, yang paling sedikit ada 2 (dua) buah
yang baik serta ada di lapangan / Site.
iii. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Pemborong dengan mengambil benda - benda uji
berupa kubus beton atau silinder beton, yang pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas.
Jumlah benda uji dibuat sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971.

RKS STRUKTUR Page 43


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

iv. Pengecoran beton harus dan hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pengawas.
v. Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin, dengan menggunakan alat Penggetar
(Vibrator) yang minimal harus tersedia 3 (tiga) buah di lapangan. Hal ini menjamin beton cukup
padat serta menghindarkan terjadinya cacat pada beton, seperti keropos dan sarang – sarang
koral, yang dapat memperlemah konstruksi beton.
vi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat
penghentian pengecoran yang diperkenankan hendak dikonsultasikan dengan Konsultan
Perencana, sebelum pelaksanaan pengecoran awal dimulai.
vii. Beton setelah dicor, selama dalam masa pengecoran harus selalu dibasahi selama 2 (dua)
minggu.
viii. Disarankan lebih diutamakan menggunakan Beton Ready Mix.

6. Pekerjaan Urugan Tanah Dan Pemadatan


a. Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi dapat digunakan tanah bekas galian / tanah yang
didatangkan dari luar, yang tidak mengandung bahan – bahan organis.
b. Pemadatan baru boleh dilakukan setelah beton Poer berumur minimal 3 (tiga) hari.
c. Pelaksanaan pemadatan tanah ini mempunyai pengarus yang cukup besar terhadap kemampuan
Pondasi, maka diminta perhatian / konstruksi yang tinggi dari pihak Pemborong maupun Pengawas
di dalam pelaksanaan pemadatan ini.
d. Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan tes kepadatan. Pekerjaan sudah bisa dilanjutkan
dengan lapis berikut apabila akibat dari pemadatan dengan tamping rammer sudah tidak
menunjukkan pemadatan lagi.
e. Pemadatan disekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 2,00 m harus dilakukan lapis demi lapis,
namun tidak perlu dites.
f. Bila peil tanah asli rendah sekali dibawah Poer konstruksi maka sebelum pekerjaan pengecoran Poer
konstruksi, berbaikan tanah harus dilaksanakan terlebih dahulu. Tanah diurug dahulu dilapis demi
lapis dan dipadatkan dengan baik. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm sampai dengan peil
yang dikehendaki.

7. Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan


a. Untuk pengurugan lubah hasil galian pondasi (Poer – Poer) dibolehkan dipergunakan pasir urug
yang dipadatkan.
b. Pemadatan dilakukan dengan tamping rammer, lapis demi lapis, tiap – tiap lapis tidak boleh lebih dari
20 cm.
c. Untuk urugan pasir lapis bawah dituntut kepadatan minimal 90 % dari kepadatan optimal (standard
proctor tes).
d. Keadaan tertenu bila diperlukan tes kepadatan, disarankan agar Pemborong bekerja sama dengan
Laboratorium Mekanika Tanah yang bisa dipertanggung jawabkan.
e. Pada saat melakukan pengurugan tanah dan pasir, mengingat umur beton yang masih muda, maka
harus dijaga perbedaan tinggi urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari 20 cm.

8. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Plat Penutup


Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang ditentukan, maka
sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan lantai kerja
dengan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR atau campuran 1 PC : 6 PS setebal 3 cm.

9. Pekerjaan Pembesian Untuk Plat Penutup


Hendaknya dilaksanakan mengikuti persyaratan umum seperti pada butir 8.4. diatas tanpa meninggalkan
persyaratan yang diatur dalam PBI 1971.

10. Pekerjaan Pengecoran Beton Plat Penutup


Hendaknya dilaksanakan mengikuti persyaratan umum seperti pada butir 8.5. diatas tanpa meninggalkan
persyaratan yang diatur dalam PBI 1971.

RKS STRUKTUR Page 44


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

1.3. PEKERJAAN BETON SITE MIX.

1.3.1. Umum
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
1. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama
dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap
sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
2. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-selubung dan
sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh
Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan ACI.
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat,
begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang.
Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku
harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan guna mendapatkan
ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan maka
jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang
termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk
persetujuannya, sebelum fabrikasi dilakukan.
5. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang berlangsung dicor di
tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batangbatang dowel ditanamkan di dalam beton seperti
terlihat dan terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan,
penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
6. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain campuran beton
dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk
setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua
teknik dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor
berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
- penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata dengan
kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.

1.3.2. Referensi Dan Standar-Standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau diperinci, harus
memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia – 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate Conc. For Structural and Mass
Concrete, Part 2
ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2
e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building

RKS STRUKTUR Page 45


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1


ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement
Concrete
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed
Concrete by the Pressure Method
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
m. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field
o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete
p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for
Curing Concrete
q. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand
Cork Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and
Structural Construction
r. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers
for Concrete Paving and Structural Construction (Nonextruding and
Resilient Bituminous Types)
s. SII Standard Industri Indonesia
t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for
Concrete Reinforcement.
v. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel
Bars for Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for
reinforcing bars, Grade 40, for stirrups and ties.
w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.

1.3.3. Penyerahan-Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi Lapangan sesuai
dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Direksi
Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin. Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh)
hari kerja sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Data dari pabrik/sertifikat
Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman; Kontraktor harus sudah
menyerahkan kepada Direksi Lapangan sedikitnya 5 hari kerja sebelum pengiriman; hasil-hasil
percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan maupun hasil percobaan campuran (Mix Design
dan Trial Mix) yang diperuntukan proyek ini.
c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar pelaksanaan dan
mendapat persetujuan Direksi Lapangan sebelum memulai pengecoran.

1.3.4. Percobaan Bahan Dan Campuran Beton


a. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk test berikut,
sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi untuk menjamin pemenuhan
spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen
c. Agregat :

RKS STRUKTUR Page 46


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban dari agregat
kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari agregat halus.
d. Adukan/campuran beton
 Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masingmasing untuk umur 7, 14 atau
21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa
sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi Lapangan.

Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3 minggu sebelum
pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai dengan mutu standard PBI 1971.
Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya adalah sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang
dipakai diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.

 Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap agregat
berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana proposional atau
perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.

 Percobaan adukan untuk berat normal beton


Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan dari berat normal
beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai faktor air-semen yang berbeda-
beda.

 Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder beton diameter 15 cm
x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304, ASTM C 94-98.

 Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan pada hari yang
tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak lebih
dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu
jumlah maximum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30
m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.

 Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari.

 Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi pengecoran dan harus
disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus
dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.

 Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam Standard Industri
Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

 Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan dengan baik oleh
tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pelaksanaan
pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek bangunan tersebut selesai dilaksanakan.

e. Pengujian slump
 Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus dalam batas-
batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak diperbolehkan adanya penambahan
air/additive, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.

RKS STRUKTUR Page 47


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

 "Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan mutu dan
kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos, ataupun
berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung
jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang
memenuhi syarat batas slump. Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran
di pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.

f. Percobaan tambahans
 Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan percobaan laboratorium
selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan membuat desain adukan baru bila sifat
atau pemilihan bahan diubah atau apabila beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan
spesifikasi.

 Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan dilakukan, yaitu
khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan perancah/acuan. Sedangkan
untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.

1.3.5. Bahan-Bahan/Produk
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturanperaturan Indonesia.

1. Semen
a. Mutu semen
 Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII- 0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir
pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat
mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas
oleh Direksi Lapangan.
 Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen Portland dan bahan pozolan)
maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland
Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.
 Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas jenis semen
yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen yang digunakan dalam
ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).

b. Penyimpanan Semen
 Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen
tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu
lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung
baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan untuk
pekerjaan.
 Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk melindungi terhadap
penggumpalan semen dalam penyimpanan.
 Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan sertifikat test dari
pabrik.
 Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
 "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui untuk seluruh
pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan,
kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.

RKS STRUKTUR Page 48


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 "Mutu dan Cara Uji
Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi agregat
untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.

Agregat halus harus terdiri dari distPoerusi ukuran partikel-partikel seperti yang ditentukan di pasal
3.5. dari NI-2. PBI '71.

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII
0051-82.

Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat; sisa di atas
ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 %
dan 90 % berat.

Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.

Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan
lain.

Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)

Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih dari 5 mm sesuai PBI 71 bab
3.4.

Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butirbutir pipih maksimum
20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca.

Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang diartikan lumpur adalah
bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar
harus dicuci

Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.

Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar
antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban
penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat


- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau dengan mesin pengaus
Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71

RKS STRUKTUR Page 49


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung dari pengotoran bahan-
bahan lain.

3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau
jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air
harus diteliti pada laboraSpesifikasi torium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container. Admixture harus
sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macamadmixture yang akan digunakan dalam
pekerjaan harus disetujui oleh Direksi Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak
boleh dipakai.

5. Mutu Dan Konsistensi Dari Beton


Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari, kecuali ditentukan lain,

1.4. PEMBESIAN

1.4.1. Percobaan Dan Pemeriksaan (Test And Inspections)


Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan percobaan
dari pabrik.

Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodic minimal 4 contoh yang
terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja
tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.

Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium Lembaga
Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai
dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan
harus dibersihkan.

Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari baja lunak.

Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.

Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah,
ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi
Lapangan.

Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja
tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan
proyek ini.

1.4.2. Bahan-Bahan / Produk


a. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu U-32, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu U-24, sesuai
dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar struktur.

RKS STRUKTUR Page 50


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400
kg/cm2 kecuali ukuran tertentu yang tercantum dalam gambar perencanaan seperti ulir D10 dengan
tegangan leleh 3200 kg/cm2.

Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh minimal 7200
kg/cm2.

1.4.3. Jaminan Mutu


Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi Lapangan.

Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang
dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasilhasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-
sifat fisik.

1.4.4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan


Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa
sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.

Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.

Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971 atau A.C.I. 315.

1.4.5. Pengiriman, Penyimpanan Dan Penanganannya


Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang mencantumkan
ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas tanah harus kering,
daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dsb.

1.4.6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan Dan Pemotongan


i. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas serta bahan-
bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada
sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

ii. Pemasangan Tulangan


a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan bagian lain dan
kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk mengindari keterlambatan.
Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubanglubang (openings) / bukaan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan
untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.

RKS STRUKTUR Page 51


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang
tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain
yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir, kerikil) dan
pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya
paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan
harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit
sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelanggelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan
bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai
kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan
letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang
berbatasan.

c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan


1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.

d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.


1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak
tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh
dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkokkan atau
diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau
disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali
apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan) dapat
dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850
oC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin dalam
pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang bukan pada waktu las,
maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja
tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan
disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter
(diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.

e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.


1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila

RKS STRUKTUR Page 52


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan
toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan terhadap panjang
total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm,
kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang
diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm
untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar ± 6
mm.

f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.


1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
2. Baja tulangan mutu U-32 (BJTD-32)
Panjang penjangkaran = 32 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 32 diameter tanpa kait
3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan terbesar. Sambungan
untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang, dan
tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.
4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1 terhadap 10.
5. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 ( Tata Cara Penghitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.

1.4.7. Pekerjaan Cetakan Dan Perancah


1. Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan ( Bouwplank )
A. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah untuk
pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318.

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar


rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi Lapangan sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat
konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya,
pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman.

B. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan beton serta
penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
2. Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton

C. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci berikut,
harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2. SII Standard Industri Indonesia
3. CI-301 Specification for Structural Concrete Building
4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork

RKS STRUKTUR Page 53


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

D. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan jadwal yang telah
disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari keterlambatan dalam
pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.
1. Kwalifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)
"Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang berpengalaman dalam hal
cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk
diperiksa dan disetujui, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor" kepada Direksi Lapangan
dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor" menerima surat perintah kerja, juga harus
diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari lapisan-lapisan,
pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang, metode dari
kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi cetakan. Gambar kerja
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurangkurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum
pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.

2. Bahan-Bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan penunjang
pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.

A. Perancangan Perancah
1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras.
Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk
disetujui oleh Direksi Lapangan

Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus
sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

2. Perancangan/Desain
 Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli resmi yang
bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
 Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan ACI-347.
 Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih basah, beban-
beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar. Penunjang-penunjang yang
sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan harus ditanamkan kedalam acuan dan
diperhitungkan baik-baik dan menjamin bahwa distPoerusi getaran-getaran tertampung pada
cetakan tanpa konsentrasi berlebihan.

3. Acuan
 Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis dan dimensi
komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana serta uraian dan
syarat teknis pelaksanaan.
 Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran adukan.

RKS STRUKTUR Page 54


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

 Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan mampu
mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
 Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak struktur
yang sudah selesai dikerjakan.
 Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan tegak dari
beton.

B. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.


1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan Cat/Smooth
Finish and Painted Finish) Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola
pengikat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut
maupun pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan untuk pola
sambungannya.
2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panel-panel cetakan harus
dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir
halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk mempertahankan
permukaanpermukaan yang berhubungan dengan panel-panel yang bersebelahan pada bidang
yang sama.

Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-
panel cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton
baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan pada cetakan tidak diijinkan.

C. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering dioven dengan
lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari mata kayu yang
besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-perlemahan lain yang serupa.
2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari papan
haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan pada bidang yang
sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada
sudutsudut dan perubahan bidang.
3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan untuk
mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang
plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola dari paku harus
seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
D. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)
1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau bahan lain yang
disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-
tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan dimana beton
diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.

E. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports)


Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong adalah stabil dan
mampu menahan semua beban hidup dan beban pelaksanaan.

F. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.

G. Melapis Cetakan
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat kayu dan
noda, yang tidak akan meninggalkan sisasisa/ bekas pada permukaan beton atau efek yang
merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yang akan
dipakai untuk permukaan beton.

RKS STRUKTUR Page 55


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk melepaskan
beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi
perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan dipasang.

H. Pengikat Cetakan
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat, atau model
yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian
sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran beton basah dan mempunyai penahan
bagian luar dari luasan perletakan yang memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Direksi Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari jenis dengan
kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada
permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat haruslah
lurus ke dua arah baik mendatar maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar
atau seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.

I. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada pelaksanaan beton
haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-langit,
konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih baik/tebal, dibentuk
untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti dispesifikasikan. Pengunci harus diisi
dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk mengeluarkan gangguan dari
mortar/adukan.
J. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.
Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis penggunaannya, dan
harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara memberi kesempatan untuk
pengeringan udara (alamiah).

K. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton Pemasangan pipa saluran listrik dan
lain-lain yang akan tertanam di dalam beton
1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan
struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam PBI 1971 NI-2 Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagianbagian struktur beton
bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang
sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak dibenarkan untuk
menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam beton
dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka kontraktor segera
mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi Lapangan.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut dari posisinya
untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Direksi
Lapangan.
6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait
dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang
sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan
agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan.

RKS STRUKTUR Page 56


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

8. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada pihak lain
untuk memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda/peralatan yang
akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut diharuskan tidak terisi beton harus
ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran
beton.

3. Pelaksanaan
A. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya kemiringan
dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap pembebanan yang
akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.

Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu


sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian rupa hingga
pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan
(peil) dan bentuk yang seharusnya.

Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian
bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan
pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut
pendapat Direksi Lapangan hal ini akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar
rancangan tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi
Lapangan dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat.
Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk
perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk disetujui dan pekerjaan
pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar tersebut disetujui.

Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk melihat
bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan
didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan penurunan atau
perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan
permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk
yang lebih jauh.

Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar bisa dicegah
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.

Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk


mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.

Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama dimana diperlukan
untuk disisakan pada waktu pengecoran.

B. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari beton seperti
yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah, pengunduran
(recesses), chamfers dan proyeksiproyeksi seperti diperlukan.

RKS STRUKTUR Page 57


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan dikencangkan
secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan serta mencegah tekuk dan
lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.

Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab untuk lokasi
yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah
jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah mendatar
maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain pada
gambar.

Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1, Tolerances for
Reinforced Concrete Building.

Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton yang
diekspose. Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran tidak
mengalami kerusakan pada permukaan.

Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah dari balok
diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai kekuatannya sendiri. Bagaimanapun,
jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.

Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus benar-benar yakin
bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai "plumbness"/kemiringan lebih atau
kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data dari surveyor yang diserahkan sebelum
pengecoran.

C. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya memegang/menahan
cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah.

D. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding)


Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan sebagainya seperti
diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil dan permukaan
seperti diperlihatkan pada gambar dan bentuk melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang
kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada permukaan beton dengan suatu cara
tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk
melepaskan.

E. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek saja.

F. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan dipasang. Buanglah
kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat permukaan dari cetakan sekedar berminyak
bila beton maupun pada pertemuan beton yang diperkeras dimana beton basah akan
dicor/dituangkan. Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk
menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.

G. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton ekspose, perlu
dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan sambungan-sambungan hanya
diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan sambungan

RKS STRUKTUR Page 58


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

ditempat yang tersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal
pengecoran.

H. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari beton yang dicat).
Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-
cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan
pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari
bukaan pembersihan berdasar kepada persetujuan Direksi Lapangan.

Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan pada lubang-
lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk permukaan ekspose tanpa persetujuan
Direksi Lapangan.

Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan permukaan ekspose
pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagianbagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti
disetujui oleh Direksi Lapangan.

Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose, lokasi harus
disetujui oleh Direksi Lapangan.

Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai dengan metoda
perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran
sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan
terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas.
Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan
terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.

Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangantulangan, bersihkan
semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata dengan release agent
untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan
tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.

Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam sebelumnya dalam
pengajuan jadwal pengecoran beton.

I. Penyisipan dan Perlengkapan


Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-perlengkapan,
baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda. Tempatkan expansion
joint fillers seperti dimana didetailkan.

J. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti diperlihatkan pada
gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang
tersebut setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding.
Lengkapi dengan keperluan pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantailantai beton.

K. Waterstops

RKS STRUKTUR Page 59


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih dari 4
(empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau air di bawah
lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambargambar, harus dilengkapi dengan waterstop.

Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang sambungan
kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe waterstop dapat digunakan ”
Expandable Water Stop “ berbahan dasar “ Bentonite Clay “ ex. Fosroc atau yang setara.

L. Cetakan untuk Kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti terlihat pada gambar-
gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan kolom
untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum
pengecoran beton.

M. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok


Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk lintasan tegak dari
duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.

Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan dongkrak-
dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak dan untuk mengambil
alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu pengecoran dari beton.

N. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring)


Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.

Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar tanpa menambah
tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati
lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan
menggunakan peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung
dari beton yang tajam dan secara umum pertahankan keutuhan dari desain.

Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran untuk mencegah


kerusakan pada bidang kontak.

Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan, topang/tunjang kembali


sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan
perancah kambali harus tetap tinggal ditempatnya sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan
tekan 28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor.

Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus balok-balok


dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-penopang sementara
sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat beban dari beton basah.

Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton dan selama
perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja. Perancah harus tidak boleh
dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 % f’c).

O. Pemakaian Ulang Cetakan


Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan baik dan dalam
kondisi yang memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan yang tidak dapat benar-benar
dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan
disetujui oleh Direksi Lapangan, bagian pembersihan cetakan, dan memperbaiki kerusakan
permukaan dengan memindahkan lembaran-lembaran yang rusak.

RKS STRUKTUR Page 60


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh, dan lapis
ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang mempunyai tambalan,
ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau kerusakan lain yang
akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan.

Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan membersihkan secara
menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan
bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau rusak.

Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang terlihat hanya boleh dipakai
ulang hanya pada potogan-potongan yang identik.

Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian
permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur akibat dari plywood
yang robek atau lepas seratnya.

Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung oleh struktur-
struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus melampirkan perhitungan yang berkaitan
dengan rancangan pembongkaran perancah.

P. Hal Lain-lain
Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam hubungan dengan
kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian diperlihatkan secara terperinci atau dialihkan
ke "Referred to" ataupun tidak.

Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa tersebut diperlihatkan pada
gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja.

1.4.8. Pekerjaan Kedap Air / Waterproofing


1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat beton di daerah basah
(toilet) atau tangki penampungan air atau sesuai dengan gambar kerja.

2. Bahan
1. Standar Mutu Bahan
Berdasarkan : ASTM 828, ASTM D903 MODIFIED 3, ASTM D5385, ASTME, TAPP I 803 DAN 407.
2. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan lembaran
dari Produk Awazseal, Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara.
3. Bahan Utama
Jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut

a. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan
lembaran dari Contite W2 Ex Arga Cipta Cemerlang atau sejenisnya yang setara.

Jenis bahan campur air dan powder yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Bahan tersebut harus bisa meresap ke dalam permukaan beton ± 30 – 35 mm dan
membentuk lapisan kedap air yang permanen dan integral dengan beton.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.
e. Bahan tersebut harus bisa meningkatkan kekerasan beton 2 tingkat pada skala kekerasan 6
menjadi 8 (moch scale).

RKS STRUKTUR Page 61


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

4. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada laboratorium
yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan
sertifikat keaslian barang dari supplier disertai datadata teknis komposisi unsur material
pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun
termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang
diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak
pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.
c. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan
langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.

5. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan


a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan
masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
b. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih.
c. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik sebelum
atau selama pelaksanaan.

6. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bahan tersebut harus bisa meresap ke dalam permukaan beton ± 30 – 35 mm dan membentuk
lapisan kedap air yang permanen dan integral dengan beton.
b. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti.
c. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.
d. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

7. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan masih
tersegel dan berlabel sesuai pabriknya.
8. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih.

9. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya, baik sebelum atau
selama pelaksanaan.
10. Pengujian
a. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada laboratorium
yang ditunjuk pengawas. Dan sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan
sertifikat keaslian barang dari supplier disertai datadata teknis komposisi unsur material
pembentuknya.
b. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun
termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang
diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak
pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya.
c. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan
langsung dengan air serta menggenanginya dengan air di atas permukaan yang diberi
lapisan/additive kedap air.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada pengawas, lengkap dengan ketentuan /
persyaratan pabrik yang bersangkutan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas. Material yang
tidak disetujui harus diganti segera tanpa biaya tambahan. Jika dipandang perlu diadakan

RKS STRUKTUR Page 62


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus telah mendapat persetujuan dari


pengawas.
2. Sebelum pekerjaan ini dimulai permukaan bagian yang akan diberi lapisan harus dibersihkan sampai
kondisi yang dapat disetujui oleh pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.
3. Cara-cara dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan serta petunjuk dari pengawas.
4. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor harus
segera melaporkan kepada pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan
memulai pekerjaan dalam hal terdapat kelainan/perbedaan ditempat itu.

4. Gambar Detail Pelaksanaan / Shop-Drawing


1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen
kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detai-detail khusus yang diperlukan pada saat
pelaksanaan di lapangan.
2. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan keterangan produk, cara
pemasangan atau persyaratan khusus.
3. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari pengawas.

5. Contoh
1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan jaminan keaslian
material dari pabrik.
2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya.
3. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh pengawas dalam jangka
waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh-contoh bahan
tersebut.
4. Pengawas mempunyai hak untuk meminta kontraktor mengadakan mock-up guna memperjelas
usulan material yang diajukannya.

6. Pelaksanaan
a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran yang melekat
seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.
b. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan dengan
screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry bonding agent lain
yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%, selanjutnya Kontraktor melapor
Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki bidang-bidang
tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan bidang horizontal dan vertikal
harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi
dengan semen non shrink.
d. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen :
Campuran waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan bonding agen (additive)
sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm.
e. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang besinggungan
dengan air seperti atap dak beton.
f. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas manusia,
water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras.
g. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran selama 24
jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran.
h. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2 (dua) tahun.
i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai dengan
"metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik.
j. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan langsung dengan
matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya harus diberi

RKS STRUKTUR Page 63


RENCANA KERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIS

lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, atau petunjuk pengawas, dimana lapisan ini dapat
berupa screed maupun material finishing lainnya.

RKS STRUKTUR Page 64

Anda mungkin juga menyukai