Model Pembelajaran Dalam Konseling Format Klasikal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MODEL PENDEKATAN KONSELING FORMAT KLASIKAL

Oleh: Drs. Yusri, M.Pd., Kons.


Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang

Model pembelajaran Student Centered Learning (SCL) dapat dipilih untuk pelaksanaan konseling format
klasikal (KFK), karena SCL memiliki 10 macam model pembelajaran yaitu:

1. Model Pembelajaran Small Group Discussion


a. Pengertian
Secara harfiah small group discussion artinya adalah, small=kecil, group=kelompok (dynamic
group) kelompok dinamik, discussion artinya tukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah/
mencari kebenaran. interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat
keputusan, dan memecahkan masalah. Roestiyah (2001: 5), mengajar dengan teknik small group
discussion ini mengandung pengertian:
1) Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
2) Mendorong partisipasi peserta didik secara individual
3) Menghidupkan kegiatan kelas
4) Mengembangkan rasa sosial diantara peserta didik, karena dapat membantu dalam memecahkan
masalah secara bersama-sama.
5) Mendorong peserta didik untuk saling mengungkapkan pendapat.
6) Mendorong adanya pendekatan secara demokratis
7) Membantu mengembangkan kepemimpinan

b. Langkah-langkah Pelaksanaannya dalam KFK


Hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan small discussion, adalah sebagai berikut :
1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 peserta didik) dengan menunjuk
ketua dan sekretarisnya
2) Berikan soal studi kasus ( yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD)
3) Instrusikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
4) Pastikan setiap kelompok mendiskusikan jawaban soal tersebut
5) Pastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi
6) Instrusikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam
forum kelas
7) Klarifikasikan, penyimpulan dan tindak lanjut (guru).
Berdasarkan hal di atas maka pelaksanaan model belajar small group discussion dalam Konseling Format
Klasikal dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Persiapan untuk diskusi
a) Menyiapkan materi-materi untuk didiskusikan
b) Materi yang disiapkan bisa berasal dari guru BK/Konselor maupun peserta didik sendiri
c) Guru BK/Konselor menyiapkan tugas yang akan dikerjakan
d) Menetapkan waktu diskusi
2) Pelaksanaan
a) Mengatur waktu
b) Menjelaskan hasil/tugas yang dibuat dari diskusi
c) Guru BK/Konselor memfasilitasi peserta didik
d) Guru mengontrol peserta didik dalam berdiskusi
e) Peserta didik mengerjakan tugas akhir
f) Diskusi bisa dilakukan beberapa kali
3) Pelaporan hasil
a) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi
b) Hasil diskusi di catat dan ditunjukan dengan sumber-sumbernya
c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)
Model Small group discussion dapat digunakan untuk pelaksanaan layanan informasi dan penguasaan
konten. Materi layanan di antaranya adalah tentang:
a) Cara belajar efektif.
b) Kiat sukses dalam bergaul.
c) Meningkatkan motivasi dalam belajar.
d) Disiplin belajar.
e) Pemahaman kurikulum sekolah 2013
f) Kiat mengerjakan tugas-tugas sekolah

2. Model Pembelajaran Role- Play & Simulation


a. Pengertian
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan materi layanan melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan peserta didik dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan. Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan
(Sercvice Learning). (Komalasari: 2010) berupa: permainan simulasi (simulation games atau
Outbound), sosiodrama, peer teaching, bermain peran- role playing (psikodrama)
Tujuan dari role playing (psikodrama) adalah sebagai berikut :
1) Untuk menghayati berbagai peran/ perasaan orang
2) Menambah dan memperkaya sistem pembelajaran tradisional
3) Memberikan motivasi
4) Memberikan keterampilan kehidupan nyata

b. Langkah-langkah Penggunaannya dalam KFK


Pelaksanaan Role- Play & Simulation dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2) Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan
3) Guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5) Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6) Masing-masing peserta didik duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan mengamati skenario
yang sedang diperagakan
7) Pengamatan simulasi terhadap proses, teknik, peran dan prosedur simulasi (lembar pengamatan)
8) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk dibahas
9) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
10) Guru memberikan kesimpulan secara umum
11) Evaluasi untuk semua peserta
12) Penutup
Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah dari penggunaan role playing &
simulasi adalah :
1) Persiapan
a) Memberikan topik kepada peserta didik
b) Bisa dibentuk dengan kelompok (small group discussion)
c) Peserta didik mencari informasi tentang perannya tersebut dari berbagai sumber
2) Pelaksanaan
a) Waktu yang digunakan
b) Peserta didik memainkan peran masing-masing yang telah di beri topik
3) Pelaporan hasil
a) Peserta didik melaporkan hasil permainan perannya dengan cara ditulis
b) Peserta didik lain menanggapi permainan peran yang ditampilkan

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan yang cocok untuk permainan peran & simulasi adalah tentang:
1) Layanan penempatan dan penyaluran tentang “pemilihan karir” (dokter, guru, tentara, pilot, dll)
2) Layanan informasi tentang peminatan siswa
3) Layanan Informasi informasi “tentang peran keluarga” contohnya bagaimana menjadi ayah, ibu,
kakak, adik, anak, dll)
4) Layanan penguasaan konten tentang “penyelamatan diri saat gempa”

3. Model Pembelajaran Case Study


a. Pengertian
Case Study atau studi kasus adalah rangkuman pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar)
yang ditulis oleh seorang guru BK/Konselor dalam praktik bimbingan klasikal di kelas. Pengalaman
tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka
melaksanakan pembelajaran.
Melalui pengkajian Case Study dalam pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat
melakukan evaluasi diri (self evaluation), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan
praktik pembelajaran mereka di kelas. ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelajaran
yang paling berkesan yang Anda ingat karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh
problematika.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan Case Study dalam layanan


Metode untuk menggunakan Case Study, adalah sebagai berikut :
1) Seorang guru BK/Konselor menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu
permasalahan yang menarik yang muncul saat pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik
tertentu. Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru
BK/Konselor tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
2) Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak mudah terlupakan
3) Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar-komentar guru
lain (guru mitra) yang ikut mengamati proses layanan
Langkah penggunaan case study adalah sebagai berikut :
1) Peserta didik diberikan topik
2) Peserta didik disuruh mengamati, menceritakan, menuliskan, serta menganalisa topik yang
diberikan
3) Hasilnya bisa buat dalam bentuk tulisan (laporan).

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan informasi tentang “ cara belajar yang baik” bisa dilihat melalu video, anak yang
berprestasi”
2) Layanan Informasi tentang “cara menjadi orang yang sukses” bisa lansung bertanya dan
mengamati orang-orang yang sukses di sekeliling peserta didik
3) Layanan Informasi tentang “ bahaya merokok”

4. Model Pembelajaran Discovery Learning (DL)


a. Pengertian
Metode pendekatan discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mementingkan
pengajaran perseorang sehingga anak memperoleh pengetahuan dari hasil temuan peserta didik itu
sendiri. pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode pendekatan discovery memiliki tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1)
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan dalam layanan KFK


Langkah-langkah pembelajaran discovery seperti yang dikemukakan oleh Joyce, Weil, dan Calhoun
(2000: 179-181) dapat digambarkan sebegai berikut :
1) Guru memberikan topik
2) Peserta didik pengumpulkan data dan eksperimentasi melalui berbagai macam sumber belajar
3) Peserta didik menganalisis sambil mendiskusikannya dengan kelompok di kelas
4) Guru di sini sebagai pengarah, petunjuk, motivator, innovator dalam penemuan
5) Peserta didik membuat laporan penemuan

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja
2) Layanan informasi tentang penjurusan sesuai dengan bakat siswa
3) Layanan penempatan penyaluran tentang kesesuaian bakat dengan pilihan prodi
4) Layanan penempatan penyaluran tentang pilihan peminatan siswa

5. Model Pembelajaran Self Directed Learning (SDL)


a. Pengertian
Self Directed Learning (SDL) adalah suatu model yang merupakan suatu proses di mana individu
mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam mendiagnosis apa yang diperlukan
dalam pembelajarannya, merumuskan target belajar, mengidentifikasi manusia dan sumber daya
material untuk belajar, memilih dan mengimplemetasikan sesuai dengan strategi pembelajaran, dan
mengevaluasi hasil belajar. Knowles (dalam Zulharman, 2008). Selain itu Merriam dan Caffarela
(dalam Zulharman, 2008) menyatakan SDL sebagai suatu metode belajar di mana pelajar mempunyai
tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, pelaksanakan dan penilaian hasil belajarnya sendiri.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan dalam layanan KFK


Menurut Hiemstra (dalam Sunarto, 2008), langkah-langkah pembelajaran SDL terbagi menjadi 6
langkah yaitu:
1) preplanning (aktivitas awal proses pembelajaran)
2) menciptakan lingkungan belajar yang positif
3) mengembangkan rencana pembelajaran
4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring
6) mengevaluasi hasil belajar individu.

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan penguasaan konten “melatih komitmen”
2) Layanan penguasaan konten “kejururan dan tanggungjawab)”
3) Layanan penguasaan konten “melatih kemandirian)”
4) Layanan penguasaan konten “kesadaran belajar)”
5) Layanan penguasaan konten “kesungguhan belajar)”

6. Model Pembelajaran Cooperative Learning (CL)


a. Pengertian
Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam kegiatan Cooperative Learning, peserta didik secara individual mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh kelompoknya. Dapat diartikan bahwa Cooperative Learning adalah suatu
model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang
bersifat heterogen untuk membentuk suatu kebiasaan yang baik

b. Langkah-langkah Pelaksanaan dalam layanan KFK


Langkah-langkah dalam penggunan model Cooperative Learning secara umum (Stahl, 1994,
Slavin, 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:
1) Langkah pertama, yang dilakukan guru BK/Konselor adalah merancang rencana program
layanan yang akan dibahas.
2) Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru BK/Konselor merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan peserta didik dalam dalam
kelompok-kelompok kecil. Guru menjelaskan pokok-pokok materi yang dibahas. Langkah
berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman peserta didik.
Berikutnya guru BK/Konselor membimbing peserta didik untuk membuat kelompok untuk
menemukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini dilaksanakan sambil
menjelaskan tugas yang harus dilakukan peserta didik masing-masing. Guru BK/Konselor
melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar peserta didik berdasarkan lembar
observasi yang telah dirancang sebelumnya.
3) Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik, dan mengarahkan
dan membimbing peserta didik baik secara individual maupun kelompok dalam memahami
sikap dan perilaku peserta didik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4) Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas ini, guru bertindak
sebagai moderator.

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan penguasaan konten “Etika bergaul (bertamu, menegur)”
2) Layanan penguasaan konten “Cara mengikuti proses belajar yang baik”
3) Layanan penguasaan konten “Mengembangkan kebiasaan disiplin yang baik”
4) Layanan penguasaan konten “Mengulang pelajaran di rumah”
5) Layanan penguasaan konten “Kiat mengajukan dan menanggapi pertanyaan dalam belajar”

7. Model Pembelajaran Collaborative Learning (CbL)


a. Pengertian
Collaborative Learning adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar peserta
didik yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus memang berasal dari guru BK/Konselor bersifat open ended, tetapi pembentukan
kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh guru
BK/Konselor.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan dalam Layanan KFK


Johnsong & holubec (1991), mengidentifikasi 5 prosedur :
1) Possitive interpendence, tiap peserta kelompok merasa butuh anggota kelompok lain untuk
menyelesaikan tugas mereka (berhasil atau gagal bersama) mengembangkan tujuan bersama,
berbagi informasi, berbagi tugas (pembuat kesimpulan, pengatur partisipasi, pencatat, pengatur
waktu, koordinator/pemimpin, dan lain-lain).
2) Face to face promotive intertion, tiap anggota saling membantu mengatasi persoalan yang
dihadapi anggota lain, menerangkan, diskusi, berbagai pendapat dan informasi
3) Individual accountability, tiap anggota kelompok mengerjakan tugas pribadi sebagai bagian
kelompok atau bagi dirinya sendiri.
4) Interpersonal and small group skills, kelompok tidak dapat berfungsi efektif manakala anggotanya
tidak dapat memiliki dan menggunakan keterampilan sosialnya dengan baik.
5) Group processing, kelompok melakukan diskusi dan guru BK/Konselor dapat memonitor
perkembangan soft skill ini.

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan informasi mengenai “Persiapan karir (di kelompokan berdasarkan kesamaan minat akan
cita-cita peserta didik)
2) Layanan konten “cara meningkatkan disiplin”
3) Layanan konten “kiat meningkatkan motivasi belajar”
4) Layanan konten “kiat menghadapi ujian”

8. Model Pembelajaran Contextual Instruction (CL)


a. Pengertian
Contextual Instruction (CI) adalah konsep belajar pada sekolah yang membantu guruBK/Konselor
mengaitkan isi layanan dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat
keterhubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Penggunaan dan Lanngkah-langkah
1) Membahas konsep teori materi layanan
2) Mengaitkannya dengan situasi yang nyata
3) Melakukan studi lapaangan/ terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori.
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Karakteristik Pembelajaran CTL


1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-
lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,
karangan siswa dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya
sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media
untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessment-nya.

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Layanan informasi tentang dampak disiplin sekolah
2) Layanan informasi tentang pilihan prodi dengan pilihan karir
3) Layanan informasi tentang dampak narkoba

9. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjB/L)


a. Pengertian
Project Based Learning adalah model belajar peserta didik yang sistematis, yang melibatkan
peserta didik dalam belajar melalui proses pencarian/penggalian yang panjang dan terstruktur terhadap
pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.

b. Langkah-langkah
Dalam menerapkan project-based learning, guru harus memperhatikan langkah-langkah
implementasinya. Menurut I Wayan Santyasa (2006:12), implementasi project-based
learning mengikuti lima langkah utama, yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan tema proyek
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) memuat gagasan umum
dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c) mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan
hubungan berbagai gagasan, (e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.
2) Menetapkan konteks belajar
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a) pertanyaan-pertanyaan
proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, (b) mengutamakan otonomi peserta didik, (c)
melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, (d) peserta didik mampu mengelola waktu secara
efektif dan efisien, (e) peserta didik belajar penuh dengan kontrol diri, (f) mensimulasikan kerja
secara profesional.
3) Merencanakan aktivitas-aktivitas
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut: (a)
membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d) interview, (e) merekam, (f) mengunjungi obyek yang
berkaitan dengan proyek, (g) akses internet.
4) Memproses aktivitas-aktivitas
Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi antara lain: (a) membuat sketsa, (b)
melukiskan analisa, (c) menghitung, (d) men-generate, (e) mengembangkan prototipe.
5) Melakukan aktivitas-aktivitas menyelesaikan proyek
Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan
sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c)
mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah diperoleh, (d) melakukan
daur ulang proyek yang lain, dan (e) mengklasifikasi hasil terbaik.

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Merokok (melaksanakan penelitian tentang bahaya rokok : zat-zat yang terkandung di dalam rokok)
dan cara mengehentikan kebiasaan merolok
2) Dampak seks bebas (HIV/AIDS)
3) Karir (mewawancarai berbagai profesi dan pekerjaan)
4) Kegagalan dalam belajar (remedial teaching)

10. Model Pembelajaran Problem Based Learning and Iquiry (PBL)


a. Pengertian
Pembelajaran problem based learning and inquiry adalah metode belajar peserta didik dengan
memanfaatkan masalah dan peserta didik harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry)
untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

b. Langkah-langkah pelaksanaan dalam KFK


Terdapat empat langkah yang harus dilakukan peserta didik yaitu:
1) Menerima masalah yang relevan dari guru BK/Konselor
2) Melakukan pencarian data dan informasi untuk pemecahan masalah
3) Menata data dan mengaitkannya dengan masalah
4) Menganalisis strategi pemecahan masalah
Pemberian tugas (kelompok/ individual)
1) Mengidentifikasi jenis-jenis topik yang diberikan
2) Mendiskusikan hal-hal yang melatar belakangi topik
3) Mendiskusikan solusinya/ penyelesaian masalahnya
4) Mempersentasikan hasil diskusi

c. Penerapan model ini dalam konseling format klasikal (KFK)


Materi layanan di antaranya adalah tentang:
1) Penegakan disiplin sekolah (absen, merokok, tidak memakai atribut sekolah)
2) Narkoba
3) Dampak Internet
4) Dampak pergaulan bebas
5) Menjadi pribadi yang menarik
6) Ketidak-siapan menghadapi ujian.
D. SIMPULAN
Berdasarkan paparan pada pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendekatan Student Centered Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013, terutama dalam peminatan peserta didik.
2. Pendekatan Student Centered Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (Child Centre Curriculum).
3. Pendekatan Student Centered Learning lebih memungkinkan peserta didik aktif dalam proses layanan.
4. Pendekatan Student Centered Learning memiliki 10 bentuk model pendekatan yang dapat dipakai dalam
pelaksanaan konseling format klasikal.
5. Model pendekatan Student Centered Learning lebih dimungkinkan untuk dipakai oleh guru BK/Konselor
dalam pelaksanaan konseling format klasikal (KFK), terutama untuk kepentingan pemahaman diri,
pengembangan dan pengambilan keputusan oleh peserta didik.

E. Sumber
Abdul Aziz. 2013. Proses Pembelajaran SCL. Rzabdulaziz.wordpress.com
About Fairuz. 2010. Pendidikan Konsep SCL. fairuzelsaid.wordpress.com
Ahaddin Arhamda Sibarani. 2013. Model Pembelajaran dengan Pendekatan SCL. Ahaddinnarhamda.blogspot.com
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
C. Ridwan. (2009) . Problem Based Learning.Diakses dari (http://ridwan13.wordpress.com) tanggal 10 Maret 2012
pukul 1.47 WIB.
Dimyati dan Mujiono. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harsono. (2004). Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
Johnson, D. W & johnson R.T. 1991. Learning Together and aloone: cooperative, competitive, and individualistic
learning (3rd edition), upper saddle river, NJ: Prentice-hall.
Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Komalasari Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Kurikulum 2013
Mc. Taggart, Robin and Stephen Kemmis. (1991). Action Research A Short Modern History. Victoria: Deakin
University.
Nana Sudjana. (2010) . Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Saeful Fadillah. 2012. Model Pembelajaran SCL. Wwwslideshare.net/saefulfadillah.com
Santyasa, I Wayan. 2004. Pengaruh Model dan Seting Pembelajaran terhadap Remidiasi
Urib santoso. 2011. Metode Pembelajaran Dalam SCL. uripsantoso.wordpress.com
http://www.laskarinformasi.com/2012/06/model-pembelajaran-collaborative.html#ixzz2OGEy3sHN
http://www.laskarinformasi.com/2012/08/model-pembelajaran-contextual.html#ixzz2OGGpcCJb

Anda mungkin juga menyukai