Zakat Peternakan - Kel 3
Zakat Peternakan - Kel 3
Zakat Peternakan - Kel 3
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh dan
Manajemen Zakat di Indonesia
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul zakat hewan ternak (peternakan)
berdasarkan waktu ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pak Fakhruddin pada mata kuliah fiqh
dan manajemen zakat di Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang zakat hewan ternak (peternakan) bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Fakhruddin, selaku dosen mata
kuliah fiqh dan manajemen zakat di indonesia yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
BAB III.................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Simpulan ........................................................................................................ 14
B. Saran .............................................................................................................. 15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat dari segi istilah fikih berarti ”sejumlah harta yang diwajibkan Allah
diserahkan kepada orang-orang yang berhak” disamping berarti “mengeluarkan
jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut
zakat karma yang dikeluarkan itu” menambah banyak, membuat lebih berarti,
menglindungi kekayaan itundari kebinasaan, “demikian nawawi mengutip
pendapat Wahidi. Ibnu taimiah berkata, ”jiwa orang yang berzakat itu menjadi
bersih dan kekayaannya menjadi bersih pula: bersih dan bertambah maknanya.”
Perluasan kriteria harta yang wajib dizakati, untuk sekarang ini, didasarkan
pada Al-Quran dan sunnah yang menyebutkan harta yang secara rinci dan global.
Harta yang secara rinci ditentukan, misalnya saja hewan ternak (unta, sapi, dan
kambing/domba), emas perak, harta pendagangan, hasil pertanian, barang tambang
dan rikaz. Sedangkan tentang harta yang bersifat qlobal, Al-Quran biasanya
memakai kata amwal (segala bentuk harta, Q.S al-Taubah:103) dan makasaba
(segala hasil usha atau pendapatan yang halal, Q.S al-Baqarah: 27). Para Ulama‟
sepakat bahwa tiap Muslim yang memiliki kelebihan harta kewajiban untuk
mengeluarkan zakat pada jalur yang telah ditetapkan oleh Allah, dimana Allah
menjelaskan soal Zakat selalu berdampingan dengan penyebutannya dengan Sholat
dalam Al-Quran. Karena itulah salah satu Ulama‟ pernah menyatakan, jika Sholat
adalah tiang agama, maka Zakat adalah mercusuar agama. Hal senada juga pernah
diutarakan Nasruddin Zakat, bahwa Sholat merupakan Ibadah jasmaniyah yang
paling mulia, sedangkan Zakat dipandang sebagai Ibadah malliyyah yang paling
mulia.1
Binatang ternak merupakan harta yang sangat berharga, dan ia juga merupakan
tolak ukur dari kekayaan seseorang. Binatang-binatang ternak itu semuanya
diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan hidup manusia, karena hewan ternak
1
Nasrudin Razak, Diemul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah Dan Way of Life
(Bandung: Al-Maarif, 1989).
tersebut memiliki banyak manfaat, sehingga sudah sepantasnya manusia terutama
yang memiliki banyak hewan ternak tersebut untuk bersyukur atas nikmat tersebut.
Realisasi kongkrit dari rasa syukur tersebut adalah dengan membayar Zakat hewan-
hewan ternak tersebut. Zakat binatang ternak dapat berupa zakat unta, zakat sapi,
zakat kambing, dan zakat kuda atau himar. Pemberian zakat dilakukan berdasakan
ketentuan nisab, dimana jumlah binatang ternak yang wajib dizakati harus sudah
mencapai nisabnya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan mengulas
lebih jelas mengenai zakat binatang ternak dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian zakat hewan ternak (peternakan) ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai macam-macam hewan ternak ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai syarat wajib zakat peternakan ?
4. Bagaimana penjelasan jenis binatang ternak yang wajib dizakati ?
5. Bagaimana cara menghitung zakat peternakan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian zakat hewan ternak
2. Untuk menjelaskan mengenai macam-macam hewan ternak
3. Untuk menjelaskan syarat wajib zakat peternakan
4. Untuk menjelaskan jenis binatang ternak yang wajib dizakati
5. Untuk menjelaskan cara menghitung zakat peternakan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Hewan Ternak
Zakat adalah kewajiban seseorang terhadap harta yang berada dalam
tanggungannya jika telah mencapai satu Nishob. Kewajiban ini tidak berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk menunaikannnya atau tidak, karena
kemampuan ini adalah syarat untuk membayar zakat. Zakat peternakan adalah zakat
yang harus dikeluarkan atas binatang ternak yang dimiliki seperti unta, sapi atau
sapi betina mencakup kerbau, kambing, domba. Zakat Hasil Ternak (salah satu jenis
Zakat Maal) meliputi hasil dari peternakan hewan baik besar (sapi,unta) sedang
(kambing,domba) dan kecil (unggas, dll). Perhitungan zakat untuk masing-masing
tipe hewan ternak, baik nisab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya
bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk tiap hewan.2
Zakat Hewan Ternak perlu dipahami dahulu bahwa hewan ternak yang wajib
dizakati hanyalah tiga, yaitu unta, sapi dan kambing. Namun ini bukan berarti
hewan ternak lainnya tidak wajib dizakati. Jika diniatkan untuk diperdagangkan,
maka akan masuk dalam hitungan zakat barang dagangan.3 Diriwayatkan oleh Abu
Dzar dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
2
Saleh Al-Fauzan, Terjemahan Al-Mulakhkhasul Fiqhi, 1st ed. (Jakarta: gema insani press,
2005).hml 249
3
MR. Bukhori Arwae, “Pembayaran Zakat Ternak Dalam Bentuk Uang (Studi Analisis Di Majelis
Agama Islam Wilayah Patani Selatan Thailand),” 2019.
“Tidak ada balasan bagi pemilik unta, sapi, atau kambing, kemudian tidak
mengeluarkan zakatnya, kecuali datang hewan-hewan itu pada hari kiamat dengan
ukuran yang lebih besar, lebih gemuk, sambil menanduk dan menendang.” (H.R.
Muttafaq Alaih)
Mengenai kewajiban zakat pada tiga jenis hewan ini dijelaskan dalam hadits
Anas bin Malik mengenai surat Abu Bakar tentang zakat. Demikian pendapat Imam
Abu Hanifah, As Syafi’i dan Ahmad. Kata imam Abu Hanifah dan Ahmad:
binatang yang dikembala dalam sebagian tahun, terhadapnya wajib zakat. Kata As
Syafi’i: binatang yang wajib zakat adalah binatang yang dikembala sepanjang
tahun.
4
BAZNAS BANYUASIN, “Zakat Peternakan,” Website Resmi Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten Banyuasin, 2017, https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-peternakan/.
5
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002).hml 36-38
3. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan (pengembangbiakan).
Binatang jenis ini termasuk kategori aset wajib zakat binatang ternak
(zakat an’am) sehingga wajib untuk di zakati.
4. Hewan ternak yang diberi makan untuk diambil susunya dan diberi makan
rumput (tidak digembalakan). Seperti ini tidak dikenai zakat karena tidak
termasuk hewan yang diniatkan untuk diperdagangkan, juga tidak
termasuk hewan sa-imah.6
Dalil bahwasanya hewan ternak harus memenuhi syarat sa-imah disimpulkan dari
hadits Anas bin Malik mengenai surat yang ditulis Abu Bakr tentang zakat,
َت أ َ ْر َبعِينَ ِإلَى ِع ْش ِرينَ َو ِمائ َة شَاة َ صدَقَ ِة ا ْلغَن َِم فِى
ْ سائِ َمتِ َها ِإذَا كَان َ َوفِى
6
Arwae, “Pembayaran Zakat Ternak Dalam Bentuk Uang (Studi Analisis Di Majelis Agama Islam
Wilayah Patani Selatan Thailand).”
7
Arief Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat, 2nd ed. (Jakarta: Kencana Prenada media group,
2006).hml 100-101
“Mengenai zakat pada kambing yang digembalakan (dan diternakkan) jika telah
mencapai 40-120 ekor dikenai zakat 1 ekor kambing.”
Berdasarkan mafhum sifat, dapat dipahami bahwa jika hewan ternak bukan
sebagai sa-imah, maka tidak ada kewajiban zakat dengan satu ekor kambing. Unta
dan sapi diqiyaskan dengan kambing.
َمِن كُ ِل أ َ ْر َبعِين
ْ ِإلَى ا ْل َي َم ِن فَأ َ َم َرنِى أ َ ْن آ ُخذَ مِ ْن كُ ِل ثَلَثِينَ َبقَ َرة ت َ ِبيعا أ َ ْو ت َ ِبي َعة َو-صلى للا عليه وسلم- َب َعثَنِى النَّ ِبى
ُم ِسنَّة
8
Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern.
9
Wuzaarah Al-Auqaaf Wa Asy-Syuun Al-Islamiyyah, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah (Kuwait, 1992).
pendapat Ibnu Mundzir yang menganalogikan kerbau pada sapi. Bahkan, ia
menyatakan bahwa kedua jenis binatang ini, wajib dikeluarkan zakatnya,
berdasarkan ijma' ulama. Karena itu, apabila diperhatikan dalil-dalil dalam Al-
Qur'an dan hadits serta pendapat para ulama, dapatlah disimpulkan bahwa hewan
ternak selain yang tiga jenis tersebut di atas, yang kini dalam perekonomian modern
berkembang dengan pesat, seperti peternakan unggas, tidaklah terrnasuk pada
kategori zakat hewan ternak, melainkan pada zakat perdagangan, karena memang
sejak awal, jenis peternakan ini sudah diniatkan sebagai komoditas perdagangan. 10
10
Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern.
11
DEPARTEMEN AGAMA RI, “ZAKAT KETENTUAN DAN PERMASALAHANNYA”
(Jakarta: DI REKTORAT PEM BERDAYAAN ZAKAT D I REKIORAT J EN D ERAL BI M BI
NGAN MASYARAKAT ISLAM DEPARTEMEN AGAMA RI, 2008), 26–28.
61-75 1 ekor unta jadz’ah (Unta betina umur 4 tahun, masuk
tahun ke-5)
76-90 2 ekor unta bintu labun (Unta betina umur 2 tahun,
masuk tahun ke-3)
91-120 2 ekor unta hiqah (Unta betina umur 3 tahun, masuk
tahun ke-4)
Apabila setiap jumlah unta tersebut bertambah 40 ekor maka zakatnya
bertambah 1 ekor bintu labun dan jika jumlahnya bertambah 50 ekor maka
zakatnya bertambah 1 ekor hiqah.
Nishab zakat hewan seperti sapi, kerbau dan kuda disamakan dengan nishab
zakat sapi, yaitu 30 ekor, sehingg apabila seseorang telah memiliki sapi sebanyak
30 ekor maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat.
Nisab dan kadar zakat pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan
berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi, dan kambing, tetapi dihitung
berdasarkan skala usaha. Ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20
dinar (1 dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas murni
(24 karat). Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup buku)
ia memiliki kekayaan berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar, kira-kira
setara dengan 85 gram emas murni, ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.
Dengan demikian, usaha tersebut digolongan ke dalam zakat perniagaan.13
Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam per minggu. Pada
akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan sebagai berikut :
• Stock ayam broiler 5600 ekor (dalam berbagai umur) ditaksir harga sebesar
Rp 20.000.000,-
• Uang kas/bank setelah dikurangi pajak Rp 10.000.000,
• Stok pakan & obat-obatan Rp 2.000.000,
• Piutang (dapat tertagih) Rp 5.000.000,
• Jumlah Rp 37.000.000,-
12
RI.
13
Mufatihatul Islam, “Cara Menghitung Zakat Hewan Ternak Ayam,” suara musmlim, 2017,
https://suaramuslim.net/zakat-hewan-ternak-ayam/#:~:text=Contoh Perhitungan Zakat Ayam
Boiler&text=Nishab zakat perniagaan setara 85,Rp 21.250.000%2C00.
• Utang jatuh tempo Rp (5.000.000)
• Saldo Rp 32.000.000,-
• Kadar zakat yang harus dibayarkan : 2,5% x 32.000.000 = Rp 800.000
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Zakat peternakan adalah zakat yang harus dikeluarkan atas binatang ternak
yang dimiliki seperti unta, sapi atau sapi betina mencakup kerbau, kambing, domba.
Mereka semua sepakat menetapkan zakat wajib terhadap unta, lembu, kerbau,
kambing dan biri-biri. Kemudian kebanyakan mereka menetapkan, bahwa
binatang-binatang yang tersebut terhadapnya diwajibkan zakat jika binatang-
binatang itu mencari makan sendiri dengan pengembalaan. Dalam pembagiannya
hewan ternak dapat dibagi menjadi empat macam diantaranya, pemeliharaan hewan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau alat produksi. Zakat untuk
hewan ini adalah hasil upah jerih payah hewan tersebut jika telah mencapai haul
dan nishab, hewan ternak yang pemeliharaanya ditujukan untuk memproduksi suatu
hasil komoditas tertentu dan digembalakan di padang rumput disebut sa-imah.
Hewan ternak seperti ini wajib dikenai zakat jika telah mencapai nishab dan
telah mencapai syarat lainnya, hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan
(pengembangbiakan). Binatang jenis ini termasuk kategori aset wajib zakat
binatang ternak (zakat an’am) sehingga wajib untuk di zakati dan hewan ternak
yang diberi makan untuk diambil susunya dan diberi makan rumput (tidak
digembalakan). Seperti ini tidak dikenai zakat karena tidak termasuk hewan yang
diniatkan untuk diperdagangkan, juga tidak termasuk hewan sa-imah. Seseorang
dapat memiliki kewajiban untuk membayar zakat hewan ternak apabila telah
memenuhi beberapa syarat diantaranya, ternak tersebut ingin diambil susu, ingin
dikembangbiakkan dan diambil minyaknya, ternak tersebut adalah sa-imah yaitu
digembalakan di padang rumput yang mubah selama setahun atau mayoritas bulan
dalam setahun, telah mencapai nishob dan memenuhi syarat haul (bertahan di atas
nishob selama setahun).
B. Saran
Penulisan makalah ini memang jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
pengetahuan penulis mengenai hal ini yang perlu menjadi nilai koreksi bersama
dalam peningkatan penulisan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzan, Saleh. Terjemahan Al-Mulakhkhasul Fiqhi. 1st ed. Jakarta: gema insani
press, 2005.
Arwae, MR. Bukhori. “Pembayaran Zakat Ternak Dalam Bentuk Uang (Studi
Analisis Di Majelis Agama Islam Wilayah Patani Selatan Thailand),” 2019.
Mufraini, Arief. Akuntansi Dan Manajemen Zakat. 2nd ed. Jakarta: Kencana
Prenada media group, 2006.
Razak, Nasrudin. Diemul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu Aqidah
Dan Way of Life. Bandung: Al-Maarif, 1989.