Topik 5. Pancasila Dan Profil Pelajar Pancasila Dari Perspektif Lain Koneksi Antar Materi - Filosofi Pendidikan Indonesia
Topik 5. Pancasila Dan Profil Pelajar Pancasila Dari Perspektif Lain Koneksi Antar Materi - Filosofi Pendidikan Indonesia
Topik 5. Pancasila Dan Profil Pelajar Pancasila Dari Perspektif Lain Koneksi Antar Materi - Filosofi Pendidikan Indonesia
Koneksi Antar Materi – Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain
PANCASILA SEBAGAI ENTITAS DAN IDENTITAS BANGSA INDONESIA DAN
PERWUJUDAN PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA PENDIDIKAN YANG
BERPIHAK PADA PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ABAD KE-21
Pada topik 1 menjelaskan tentang konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, dimana
guru sebagai tauladan (ing ngarsa sung tuladha). Membimbing dengan baik, memberikan
stimulus-stimulus positif sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (ing madya mangun
karsa). Serta mengamati, mengikuti, mengarahkan serta mendorong peserta didik dalam
menginplementasikan apa yang dipelajari (tut wuri handayani). Pembelajaran Ki Hajar
Dewantara diberikan sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan peserta didik. Hal tersebut
menjadi relevan dengan pendidikan saat ini, karena pendidikan saat ini diperlukan langkah-
langkah penguatan materi yang terdapat pada kurikulum dengan cara meniadakan materi yang
tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
Pada topik 2 membahas tentang proses pembelajaran cerminan pemikiran Ki Hajar
Dewantara merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran dan
tubuh peserta didik, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya.
Berikut proses pembelajaran yang diharapkan terjadi pada manusia, antara lain:
1. Manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah manusia yang memiliki kekuatan batin dan
berkarakter. Artinya, pendidikan diarahkan untuk berpendirian teguh untuk berpihak pada
nilai-nilai kebenaran.
2. Manusia Indonesia yang maju pikirannya adalah yang manusia cerdas kognisi dan
kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan pembodohan dalam berbagai
jenis dan bentuknya.
3. Manusia Indonesia yang mengalami kemajuan pada tataran fisik atau tubuh adalah manusia
yang tidak semata-mata sehat secara jasmani, namun mampu mengendalikan dorongan-
dorongan tuntutan tubuh yang dampaknya adalah mencerdaskan kognisi seseorang sehingga
ia terbebaskan dari belenggu “kebodohan”.
Pada Topik 3 membahas tentang identitas manusia Indonesia, hal ini menjadi sebuah
pemahaman yang berkesinambungan dalam proses belajar. Pendidikan di Indonesia pada saat ini
mengacu pada profil pelajar pancasila. Upaya dalam mewujudkan adalah dengan menumbuhkan
berkembangnya secara bersamaan, antara lain:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
2. Berkebinekaan global.
3. Bergotong royong.
4. Mandiri.
5. Bernalar kritis.
6. Kreatif.
Keterkaitan pemahaman dari topik 4 dengan topik 1, 2, dan 3 adalah guru harus tetap
terbuka namun harus tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, tidak hanya
meniru, tetapi harus diselaraskan terlebih dahulu dan menjadi mempertimbangan bahwa
Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki
Hajar Dewantara menerapkan pandangan humanistik dengan mengacu pada sistem among,
Sebagai guru harus dapat membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan,
mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki dan membiarkan peserta
didik belajar dari pengalamannya sendiri. Perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan
kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan budi pekerti perpaduan antara Cipta (kognitif),
Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor), mengacu pada konsep pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu menjadi tauladan (ing ngarsa sung tuladha). Membimbing
dengan baik, memberikan stimulus-stimulus positif sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta
didik (ing madya mangun karsa). Serta mengamati, mengikuti, mengarahkan serta mendorong
peserta didik dalam menginplementasikan apa yang dipelajari (tut wuri handayani). Hal tersebut
harus mengacu pada profil pelajar pancasila yaitu : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Bergotong royong, Mandiri, Bernalar
kritis, dan kreatif, Semua hal di atas di adopsi dan diselaraskan dengan nilai-nilai luhur dan
identitas bangsa sesuai dengan sosial budaya yang ada di Indonesia.