Ilmu Akhlak - Despa Fitria

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

NORMA DASAR DAN TOLAK UKUR AKHLAK

Makalah

Diajukan oleh memenuhi salah satu tugas mata kuliah: Ilmu akhlak

Oleh:

DESPA FITRIA

Nim: 20-001.1879

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL ULUM

SAKATIGA INDRALAYA OGAN ILIR

TAHUN AJARAN 2023 M. / 1444 H.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah swt yang maha pengasih, yang telah melimpahkan rahmat,
inayah, serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, bagi kita semua.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar dapat
lebih baik. Penulis mengakui bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Prabumulih, 8 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang ...........................................................................................4

B. Rumusan Masalah .....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................5

A. Norma Dasar
B. Tolak Ukur Akhlak
C. Karakter Akhlak Islami ............................................................................8

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................10

A. Simpulan ...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku
seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan
bertingkah laku, Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu. Di era kemajuan IPTEK
seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang.
Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga
banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik.

Tasawuf adalah salah satu cabang islam yang menekankan dimensi atau aspek spritual dalam
islam. Tasawuf sendiri lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang
sifatnya sementara. Dalam hal ini norma dasar-dasar islam perlu diterapkan dan diterapkan dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembentukan karakter akhlak islami, sehingga
tercemin akhlak islami sehinggga tercemin akhlak mulia dan dekat dengan Allah swt.1

Dalam makalah ini, penulis makalah akan mencoba membahas tentang konsep tentang
tasawuf akhlaki, objek kajian akhlak, norma dasar & tolak ukur akhlak dan karakter akhlak
islami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa norma dasar dan tolak ukur sebuah akhlak?

2. Apa saja karakter akhlak islami?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui norma dasar dan tolak ukur sebuah akhlak
2. Untuk mengetahui karakter akhlak islami

1
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, dan Pendalamannya. (Jakarta:
Raja Grifindo Persada, 2010), h. 17

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Norma Dasar
A. Norma Dasar Dasar-dasar Akhlak Tasawuf

Tasawuf adalah aspek ruhani (esoteris) dalamm islam. Cara mendekatinya pun harus
dengan pendekatan ruhaniyah. Di antara unsur ruhani yang terdapat pada diri manusia, yaitu ruh.
Terkait hal ini, dikatakan bahwa ada tiga unsur dalam diri manusia, yaitu ruh, akal, dan jasad.
Kemuliaan manusia dibanding makhluk lainnya adalah karena manusia memiliki ruh ilahi. Ruh
yang dinisbahkan kepada Allah swt sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Hijr (15): 29

• )29( ‫فإذا سوية وتفعت فيه من روحي فقعوا له شاحدين‬

Artinya:

"Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ruh
(ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan

• hernjud " Q.S. Al-Hijr [15] : 29


ِ َ‫َّب صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم تركت فِي ُكم أَمري ِن لَن ت‬
‫ضلُّوا َما متسكتم هبما كتاب هللا وسنة رسوله‬ ِ ِ‫س اب ِن مال‬
َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َ ُ َ ‫ال النِ ِي‬ َ َ‫ك ق‬ َ ْ ِ َ‫َع ْن أَن‬

Artinya :

"Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku tinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat yaitu
kitab Allah dan sunnah RosulNya"

• (QS. Al- Hadida [57]:16)

Artinya:

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mareka. lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan
diantara mareka adalah orang-orang yang fasik .

5
B. Tolak Ukur Akhlak
1. Takhalli

Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seseorang, yaitu usaha
mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela. Hal ini dapat dicapai dengan menjauhkan
diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.

Yang dimaksud dengan takhalli itu sendiri ialah mengosongkan diri dari sikap
ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan
berusaha menguasai hawa nafsu. Takhalli (membersihkan diri dari sifat tercela) para sufi
dipandang penting karena semua sifat-sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang
membatasi manusia dengan tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf
seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak
terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

2. Tahalli

Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli ini dilakukan setelah jiwa dikosongkan dari
akhlak-akhlak. Ada beberapa cara untuk menghiasi diri kita untuk memdekatkan diri pada Allah
diantaranya: qona ah, shahar, tawakkal hatinya, ridho, syukur, masuk dalam kategori kriteria
jiwa atau mental yang schat.

3. Tajalli

Tajalli dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati. Rasulullah Saw. bersabda: ada
saat-saat tiba karunia dari tuhanmu, maka I siapkanlah dirimu untuk itu. Oleh karena itu, setiap
calon sufi mengadakan latihan jiwa, berusaha untuk membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela,
mengosongkan hati dari sifat yang keji ataupun dari hal-hal duniawi. lalu mengisinya dengan
sifat-sifat terpuji seperti: beribadah, zikir. menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat
mengurangi kesucian diri dan seluruh jiwa (hati) semata-mata hanya untuk memperoleh tajalli
yaitu menerima pancaran ilahi.

Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nurnya, maka berlimpah ruahlah
rahmat dan karunianya. Pada tingkatan ini, hati hamba akan bercahaya terang-benderang,
dadanya terbuka luas, dan terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia rahmat Tuhan
tersebut."

C. Karakter Akhlak Islami


Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan sunnah, mengandung muatan
universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “Common platform“( titik

6
persamaan ) nilai-nilai moral lain yang ada didunia, sedangkan muatan partikularistik
menunujukkan ciri khas dan karakter akhlak islam.2

Yang berbeda dengan yang lainya. Ciri khas dan karakteristik akhlak islam itu meliputi:3

a) Akhlak Rabbaniyah

Akhlak Rabbaniyyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Illahi merupakan “


referencesource “ ( sumber rujukan ) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi
dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan
menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut
akal.

b) Akhlak Insaniyah

Akhlak Insaniyyah mengandung pengertian bahwa tuntunan fitrah dan eksistensi manusia
sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan
manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan
terpenuhi da bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak
terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi
juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap
semua makhluk Allah.

c) Akhlak Jam’iyah

Akhlak Jam’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalammya sesuai
dengan kemanusiaan yang universal, kebaikanya untuk seluruh umat manusia di segala zaman
dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun
yang berdimensi horizontal.

d) Akhlak Wasithiyah

Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan


antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya. Allah SWT.
dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling
berlawanan. Kelompok pertama hanya meprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat
tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesdaranya akan
kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan
hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok prtama akan
mendapatkakeduniawinya, namun di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa, sedangkan
kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

2
Rayani Hanum Siregar, Pengantar Fikih Islam, (Sidoarjo: Alafkar Press, 2013), h. 34
3
Amril, Akhlak Tasawuf: Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia, (Bandung: Refika Aditama, 2015), h. 56

7
e) Akhlak Waqi’iyah

Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan


kenyataan ( realitas ) hidup manusia didasari oleh suat kenyataan, bahwasanya manusia itu
disamping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah
berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar : “ Dan jiwa serta
penyempurnaanya ( ciptaannya ),maka Allah mengilhamkan.

Hubungan akhlak dengan ilmu lainnya4

1. Hubungan Akhlak dengan ilmu tasawuf

Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena
bertasawuf itu pada hakekatnya melakukan serangkaian perintah Allah dan juga melakukan
serangkaian ibadah, seperti shalat, zikir dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu
ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Dalm hubungan ini harun Nasution lebih lanjut
mengatakan, bahwa ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak.
Ibadah dalam alqur’andikaitka dengan taqwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah tuhan
dan menjauhi larangan-nya, yaitu orang yang berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran
amar ma’rufnahi mungkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang
tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution
lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada
pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi disebut dengan al-
takhalluqbiakhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau al-
attishafbishifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah.

2. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tauhid

Hubungan akhlak dengan ilmu tauhid ini sekurang-kurangnya dapat dilihat melalui dua
analisis sebagai berikut : pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya, ilmu tauhid membahas
masalah Tuhan baik dari segi objek zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap
kepada tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan
yang dilakukan manusia, sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju semata-
mata karena ALLAH SWT. Dengan demikian, ilmu tauhid akan mengarahkan perbuatan
manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan itu merupakan salah satu akhlak yang mulia. Kedua,
dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid agar menghendaki seseorang yang bertauhid tidak hanya
cukup menghafal rukun-rukun yang enam hanya dengan dalil-dalinya saja, tetapi yang terpenting
adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat
dalam rukun iman itu. Jika kita percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang mulia, maka

4
Mansur Ali Rajab, Ta ammulat fi falsafah al-Akhlaq (Kairo: Maktabah al- Anjalu al-Misriyyah, 1961), h.
176

8
sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat tuhan itu. Allah SWT. misalnya bersifat al-
rahman dan al-rahim, (maha pengasih dan maha penyayang), maka sebaiknya manusia meniru
sifat tersebut dengan mengembangkan sikap kasih sayang di muka bumi. Dari uraian ini dapat
dilihat dengan jelas adanya hubungan yang erat anatra keimanan yang dibahas dalam ilmu tauhid
dengan perbuatan baik yang dibahas dalam ilmu akhlak. Ilmu tauhid tampil dalam landasan ilmu
akhlak, dan ilmu akhlak tampil dalam memberikan penjabaran dan pengamalan dari tauhid.
Tauhid tanpa akhlak mulia tidak ada artinya, dan akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan
kokoh. Selain itu tauhid memberikan arah terhadap akhlak, dam akhlak memberi isi terhadap
arahan tersebut. Disinilah letaknya hubung yang erat dan dekat antara tauhid dan akhlak.

3. Hubungan akhlak dengan ilmu jiwa

Dilihat dari segi bidang garapanya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-gejal kejiwaan
yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang
dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dejat dengan tuha misalnya,
akan melahirkan perbuatan dan sikap yang baik pula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak berbuat
kesalahn dan jauh dari tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat, dan menyesatkan
orang lain. Dari uraian tersebut menggambarkan adanya hubungan yang erat antara potensi
psikologis manusia dengan ilmu akhlak. Dengan kata lain melalui bantuan informasi yang
diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan al-qur’an, maka secara teoritis ilmu
akhlak dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk mengembangkan akhlak pada diri
seseorang.

4. Hubungan akhlak dengan ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan ilmu yang berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubunganya
dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini anatara lain dibahas tentang rumusan
tujuan pedidikan, materi pelajaran ( kurikulum ), guru, metode, sarana,dan prasarana,
lingkungan, bimbingan, proses belajar-mengajar dan lain sebagainya. Semua aspek pendidikan
tersebut ditujuka pada tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam pandangan
islam banyak brhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlak.

9
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Tasawuf adalah cabang keilmuan atau hasil kebudayaan islam yang lahir setelah Rasulullah
saw, wafat. Ketika beliau hidup, istilah ini belum ada dan hanya sebutan sahabat bagi orang
islam yang hidup pada masa Rasulullah dan sesudah itu generasi islam disebut tabi ini. Secara
kategoris, ruang lingkup atau muara pelaksanaan perbuatan akhlak Islam dan tasawuf itu ada 4
(empat): (1) akhlak terhadap Allah, (2) akhlak terhadap sesama manusia, (3) akhlak terhadap diri
sendiri, (4) akhlak terhadap lingkungan.

Tolak ukur akhlak yang di bagi menjadi 3 tahap yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli. Adapun
cirri-ciri tasawuf akhaki adalah melandaskan diri pada Al- Qur'an dan As-Sunnah,
kesinambungan antara hakikat dengan syariat, bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan
antartuhan dan manusia, lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amril. 2015. Akhlak Tasawuf: Merentas Jalan Menuju Akhlak Mulia. Bandung: Refika Aditama.

Nasution, Ahmad Bangun. 2010. Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, dan


Pendalamannya. Jakarta: Raja Grifindo Persada

Rajab, Mansur Ali. 1961. Ta ammulat fi falsafah al-Akhlaq. Kairo: Maktabah al- Anjalu al-
Misriyyah.

Rayani Hanum Siregar. 2013. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo: Alafkar Press.

Syukur, M. Amin. 2004. Tasawuf Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tualeka, Hamzah. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press

11

Anda mungkin juga menyukai