Laporan Praktikum 1 Fika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum 1 Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum

PENGENALAN BAHAN MAKANAN TERNAK

OLEH :

NAMA : ALFIKAWIDYA ABDULLAH


NIM : L1A120027
KELAS :A
KELOMPOK :2
ASISTEN : DEWI MUSTIQA

LABORATORIUM UNIT ANALISIS PAKAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak dan

tidak beracun terhadap ternak tersebut.Mengenalibahan pakan adalah sebagai

kewajiban bagi setiap mahasiswa yang berada di fakultas peternakan.

Pentingnya bahan pakan khususnya untuk ternak merupakan hal yang

tidak bisa kita pungkiri untuk kita tidak mempelajarinya. Pertumbuhan penduduk

yang semakin meningkat, menjadikan kebutuhan protein hewani juga meningkat.

Peningkatan jumlahpenduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan lahan

untuk perumahan. Hal ini menyebabkan luas lahan pertanian mengalami

penurunan, yang berpengaruh pada ketersediaan hijauan sumber pakan ternak

ruminansia dan bahan konsentrat.

Tingginya konsumsi ternak terhadap pakan membuat para peternak

sapi,ayam,kambing maupun hewan ternak lainnya mencari alternative pakan

selain hijauan dan dedak padi pada umumnya. Para peternak pada saat ini telah

menambahkan protein,sumber energi,mineral,dan lain sebagainya. Tentu dengan

berbagai jenis pakan yang ada disekitar kita baik dalam bentuk bungkil maupun

limbah dari pertanian dan limbah dari pengolahan tempe dan tahu. Kebutuhan

protein hewani yang kian meningkat, harus diikuti dengan peningkatan produksi

tenak ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani, sebagai upaya untuk

mencapai swasembada daging sapi 2014. Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan produksi ternak ruminansia diantaranya dengan perbaikan kualitas

bibit ternak (secara genetik), peningkatan mutu pakan ternak, dan peningkatan

kualitas kesehatan ternak.


Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini agar

mahasiswa dapat mengenal bahan pakan dari bentuk fisik, tekstur, warnah, bau,

asal, dan sumber/asal.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengenalan bahan makanan ternak adalah untuk

mengetahui berbagai macam bahan makanan sumber energy, protein (hewani dan

nabati), hijauan makanan ternak, vitamin, feed additive, Mineral dan bahan

pemalsu pakan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum pengenalan bahan makanan ternak adalah

mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam bahan makanan sumber energy,

protein (hewani dan nabati), hijauan makanan ternak, vitamin, feed additive,

Mineral dan bahan pemalsu pakan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bahan pakan

Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan,

atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah

maupun yang belum diolah.

Bahan Pakan Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan

anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat

makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Agar

pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan

yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna, 2010).

Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin

dan mineral sebagai suplemen. Hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada

usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan hasil samping

pertanian, serta beberapa rumput introduksi sebagai rumput unggulan. Hasil

sampingan pertanian yang sering digunakan adalah jerami padi, jerami jagung,

jerami kedelai, jerami sorgum, daun ubi jalar, daun ubi kayu dan pucuk tebu,

sedangkan bahan baku konsentrat yang sering digunakan adalah dedak padi,

gaplek, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit dan lain-lain (Sitindaon, 2013).

Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha peternakan.

Kualitas pakan yang diberikan akan mempengaruhi produktivitas ternak kambing.

Teknologi pengolahan pakan yang tepat dan efisien diperlukan agar kebutuhan

nutrisi ternak dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pakan

ternak adalah mengolah pakan menjadi bentuk pellet. Keuntungan pengolahan

pakan menjadi pellet diantaranya akan mengurangi pengambilan ransum secara


selektif oleh ternak, membantu ternak untuk menyerap nutrisi-nutrisi yang

terkandung dalam pakan, karena pada setiap pellet telah mengandung semua

nutrisi yang diperlukan, sehingga tidak ada nutrisi yang terbuang, meningkatkan

kepadatan ransum, sehingga distribusi pakan lebih mudah (Akhadiarto, 2010).

Faktor terpenting dalam usaha peternakan salah satunya adalah

pemenuhan kebutuhan pakan. Menurut Suminar (2011) pakan memiliki

kebutuhan yang paling tinggi yakni 60 – 70% dari total biaya produksi. Tingginya

biaya tersebut maka mengharuskan peternak untuk menjadikan pakan sebagai hal

yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan. Khususnya pada peternakan

ruminansia yang pakannya merupakan jenis hijauan. Pakan jenis ini harus

diberikan setiap harinya sebesar 10% dari bobot badan ternak.

2.2. Jenis Bahan Pakan Beserta Sumbernya

Bahan pakan sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung

sumber protein lebih dari 20%. Sumber protein terbagi dua yaitu sumber protein

hewani dan nabati, sumber protein hewani berasal dari hewan baik darat maupun

air dan sumber protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan. Jenis bahan pakan

sumber protein yaitu CGM (Corn Gluten Meal), tepung rese, dan tepung ikan

(Supardi dkk. 2017).

Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi

dibandingkan zat-zat makanan lainnya. Bahan pakan sumber energi adalah jenis

bahan pakan yang memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20 % serat kasar

kurang dari 18% ,dan dinding sel kurang dari 35%. Bahan pakan kelas ini umunya

berasal dari bahan sisa atau hasil samping dari industri, jenis bahan pakan sumber
energi yaitu BGF (Bran Glutrn Feed), Bungkil kelapa, Tepung jagung dan

onggok (putri 2010).

Sumber serat memiliki peranan yaitu kemampuannya untuk mengikat air.

Serat dibedakan menjadi dua yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar

dibutuhkan ternak non ruminansia sebagai pemacu kerja dari alat pencernaan.

Serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-

enzim pencernaan. Jenis bahan pakan sumber serat yaitu kulit kopi dan tumpi

(Halili 2014).

Pakan mineral yang baik harus mengandung mineral sesuai dengan

kebutuhan nutrisi serta disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kondisi

fisiologis ternak. Selain Ca, P, Mg dan Fe, mineral essensial lain yang dibutuhkan

ternak adalah: natrium (Na), kalium (K), khlor (Cl) dan sulfur (S) (mineral makro)

serta yodium (J), cuprum (Cu), mangan (Mn), zink (Zn) dan kobalt (Co) (mineral

mikro). Batuan di samping mengandung zat yang dibutuhkan, juga sering

mengandung mineral yang tidak diinginkan, yang dapat berpengaruh negatif

terhadap ternak (Septi, 2020).

Bahan pakan kimia homogen, non organik, yang memiliki bentuk teratur

dan terbentuk secara alami yang berperan dalam semua aspek metabolisme dan

defisieansi atau kelebihan salah satu mineral akan menggangu metabolisme yang

dimanifestasikan dalam produk, contohnya CaCO3 (Sriagtula, 2018).

Bahan pakan aditif adalah bahan pakan tambahan yang tidak memiliki

kandungan nutrisi. Bahan pakan aditif ini digunakan dalam jumlah tertentu pada

ransum ternak. Pengguaan bahan pakan aditif ini memiliki tujuan tertentu seperti

halnya untuk menambahkan warna pada suatu bahan pakan sehingga dapat
meningkatkan palatabilitas ternak. Jenis bahan pakan sumber aditif yaitu DCP

(DiCalcium Phosphat) (Prawitasari dkk. 2012).

Hijauan dapat berupa rumput-rumputan dan leguminosa segar atau kering

serta silase yang dapat berupa jerami yang berasal dari limbah pangan (jerami

padi, jerami kedelai, pucuk tebu) atau yang berasal dari pohon-pohonan (daun

gamal dan daun lamtoro) (Wati dkk, 2018).

Hijauan pakan ternak adalah semua bahan pakan berasal dari tanaman atau

leguminosa yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam

keadaan segar yang berasal dari pemanenan bagian vegetative tanaman yang

berupa bagian hijauan yang meliputi daun batang kemungkinan juga sedikit

bercampur bagian generative, utamanya sebagai sumber makan ternak ruminansia

(Nurlaha dkk, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari

Kamis, 21 April 2022 pukul 16:00 – Selesai WITA dan bertempat di

Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Fakultas Peternakan Universitas Halu

Oleo Kendari.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Bahan Makanan

Ternak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat Dan Kegunaan


No. Alat Kegunaan
1. Kamera Untuk mengambil dokumentasi
2. Alat Tulis Untuk menulis hasil pengamatan

Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Bahan Makanan


Ternak dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan Dan Kegunaan
No Bahan Kegunaan
1 Tepung kopi Sebagai objek pengamatan
2 Tumpi Sebagai objek pengamatan
3 CaCo3 Sebagai objek pengamatan
4 DCP Sebagai objek pengamatan
5 CGM Sebagai objek pengamatan
6 Tepung Rese Sebagai objek pengamatan
7 Tepung Ikan Sebagai objek pengamatan
8 Onggok Sebagai objek pengamatan
9 Tepung Jagung Sebagai objek pengamatan
10 Bungkil Kelapa Sebagai objek pengamatan
11 BGF Sebagai objek pengamatan
12 Rumput Odot Sebagai objek pengamatan
13 Rumput Gajah Sebagai objek pengamatan
14 Sentrosema Sebagai objek pengamatan
15 Lamtoro Sebagai objek pengamatan
3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak adalah

sebagai berikut:

1. Menuangkan setiap bahan pakan pada masing-masing nampan yang telah

diberi label

2. Merabah setiap bahan pakan untuk mengetahui teksturnya

3. Mengamati setiap warna bahan pakan

4. Mencium setiap bahan untuk mengetahui baunya


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak

dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Hasil Pengamatan praktikum pengenalan bahan makanan ternak


No Bahan Bahan Tekstur Warna Bau Asal Sumber
Pakan Fisik
1 Tepung Mes Kasar Coklat Tidak Kulit Serat
Kopi Berbau Kopi
2 Tumpi Mes Kasar Putih Tidak Kulit Serat
Berbau Ari
Jagung
3 CaCo3 Mes Halus Putih Tidak Batu Mineral
Berbau Kapur
4 DCP Mes Halus Putih Tidak Bahan Adiktif
Berbau kimia
5 CGM Mes Kasar Kuning Berbau Sisa Protein
Olahan
Jagung
6 Tepung Mes Kasar Coklat Berbau Sisa Protein
Rese Olahan
Kepiting
7 Tepung Mes Kasar Coklat Berbau Sisa Protein
Ikan Olahan
Ikan
8 Onggok Mes Kasar Abu- Tidak Ubi Energi
abu Berbau
9 Tepung Krambel Kasar Kuning Tidak Jagung Energi
Jagung Berbau
10 Bungkil Mes Kasar Coklat Berbau Kelapa Energi
Kelapa
11 BGF Mes Halus Coklat Berbau Gandum Energi
12 Rumput Mes Kasar Hijau Berbau Hijauan Hijauan
Odot Rumput Tanama
n Pakan
13 Rumput Mes Kasar Hijau Tidak Hijauan Hijauan
Gajah Berbau Tanama
n Pakan
14 Sentrose Krambel Kasar Hijau Berbau Sentrose Hijauan
ma ma
15 Lamtoro Mes Halus Hijau Berbau Lamtoro Hijauan
4.2. Pembahasan

Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan dan masih

mempunyai nilai nutrisi yang ada sehingga dapat diabsobrsi dan bermanfaat bagi

ternak. Bahan baku pakan yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan pada ternak

baik berupa pakan organik maupun anorganik yang dapat dicerna tanpa

mengakibatkan adanya gangguan kesehatan pada ternak yang memakannya.

Bahan pakan dengan kandungan zat-zat pakan yang dapat dicerna tinggi pada

umumnya tinggi pula nilai nutriennya dan dapat memenuhi kebutuhan ternak

dalam kelangsungan hidupnya (Alim dkk, 2012).

Kulit kopi merupakan limbah berasal dari pengelolahan tanaman kopi

yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai pakan ternak. Bentuk fisik dari

pakan kulit kopi crumble/ hancur mempunyi tekstur kasar dan memiliki warnah

coklat dan tidak berbau. Hal ini berbanding terblik dari dari pernyataan literatur

Khalil ( 2016) mengatakan bahwa tektur kulit kopi halus dan memiliki sdikit bau

karena kulit kopi melalu tahapan penggilingan dan kopi memiliki kadar air yang

tinggi sehingga bau dari kulit kopi masi ada. Tepung kopi mengandung CP 9,94

%, SK 18,17 %, Lemak 1,97 %, Abu 11,28 %, Ca 0,68 %, P 0,20 %, GE 3306

Kkal dan TDN 50,6 %.

Tumpi adalah limbah dari hasil perontokan jagung pipilan yang

ketersediaannya cukup kontinyu, tidak bersaing dengan manusia, dan harganya

relatif murah. Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan makanan ternak

diperoleh hasil bahwa tumpi memiliki bentuk fisik mes, tekstur kasar, berwarna

putih, tidak berbau, berasal dari kulit ari jagung dan merupakan bahan pakan

sumber serat. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang kemukakan oleh Wulandari
(2017), yang menyatakan bahwa apabila tumpi jagung diberikan langsung pada

ternak atau tumpi jagung di campur pada konsentrat kurang disenangi ternak

karena teksturnya kasar, sedang jika diberikan dalam keadaan basah tumpi jagung

akan mengapung. Maka tumpi jagung harus di proses sebelum digunakan sebagai

pakan ternak, proses pembuatan pakan menggunakan tumpi jagung dapat melalui

fermentasi. Bahan pakan tumpi mengandung BK 88,28%, protei kasar (PK)

8,04%, serat kasar (SK) 11,70%, dan total digestible nutrien (TDN) 51,16%.

CGM (Corn Gluten Meal) memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur

yang halus, berwarna kuning tua, berbau, CGM berasal dari sisa olahan jagung

dan merupakan sumber protein. Menurut Tangedjaja dan Wina (2019) yang

menyatakan bahwa CGM merupakan bahan pakan sumber protein. CGM

memiliki tekstur yang kasar dan berbau disamping protein yang tinggi terdapat

kandungan energy metabolic yang tinggi serta mengandung karotenoid.

Tepung rese memiliki bentuk fisik Mesh, memiliki tekstur yang kasar,

berwarna coklat, berbau, tepung rese berasal dari sisa olahan kepiting dan

merupakan sumber protein. Hal ini berdasarkan literatur Bakrie (2011) bahwa

Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri

dari kepala dan kulit udang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa

tepung limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar,

6,62% lemak, 18,65% abu, 13,16 BETN. Tepung limbah udang yang digunakan

dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai sebagai

pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang mempunyai kelemahan, yaitu

serat kasar tinggi dan mempunyai khitin.


Tepung ikan memiliki bentuk fisik mesh, tekstur kasar, warna coklat,

aromanya berbau, asalnya dari hewani yaitu sisa olahan ikan dan merupakan

sumber protein. Hal ini dapat dilihat menurut Wahyu (2016) bahwa tepung ikan

berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa

pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi

pada umumnya berkisar antara 60 – 70% tepung ikan merupakan pemasok lysin

dan metionin yang baik, dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan

baku nabati mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi

BGF (Bran Gluten Feed) memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur

yang halus, berwarna cokelat dan berbau, BGF berasal dari sisa olahan gandum

dan merupakan sumber energi. Menurut Arief dkk (2014) bahwa BGF / Bran

Gluten Feed terbuat dari kulit Gandum yang dicampur dengan organik lain yang

kaya akan sumber protein dan sudah uji laboratorium dengan kadar protein 18 %.

Sangat Cocok buat pakan ternak alternatif yang berfungsi untuk penggemukan

dan usaha ternak untung besar, karena ternak bisa cepat panen.

Bungkil kelapa memiliki bentuk fisik crumbel, memiliki tekstur yang

kasar, berwarna coklat, berbau. bungkil kelapa berasal dari sisa olahan minyak

kelapa dan merupakan sumber energi.Menurut Bidura (2016), bahwa kandungan

protein kasar pada bungkil kelapa cukup tinggi, yaitu berkisar antara 20-26%

tergantung pada proses pembuatannya. Demikian juga halnya dengan kandungan

energi termetabolisnya yang rendah, yaitu 1640 kkal/kg dan tinggi rendahnya

kandungan energi tersebut sangat tergantung pada proses pembuatannya.

Tepung jagung merupakan butiran butiran halus yang berasal dari jagung

kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih


dianjurkan dibanding produk setengah jadi lainnya, karena tepung lebih tahan

disimpan, mudah dicampur, dapat diperkaya dengan zat gizi, dan serta mudah

digunakan untuk proses pengolahan lanjutan. Berdasarkan tabel tiga Tepung

jagung memiliki bentuk fisik crumbel, memiliki tekstur yang kasar, berwarna

kuning, tidak berbau, tepung jagung berasal dari sisa olahan jagung dan

merupakan sumber energi. Mnurut Kiay (2014) bahwa Tepung jagung

dimanfaatkan sebagai pakan karena sumber energi yaitu 3370 Kkal/kg, protein

berkisar 8-10%, namun rendah kandungan lysine dan tryptopan, tepung jagung

yang digunakan sebagai sumber energi utama dan sumber xantofil.

Onggok berbentuk crumble, memiliki tekstur yang kasar, berwarna abu-

abu dan berbau, asal dari sisa olahan umbi dan merupakan sumber energi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang kemukakan oleh Bidura (2016), bahwa onggok

umumnya masih mengandung karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu 45–69%

dengan kandungan serat kasarnya berkisar antara 8-11%.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel tiga diatas CaCO3 memiliki

bentuk fisik mesh, memiliki tekstur yang halus, berwarna abu-abu, berbau, CaCO 3

berasal dari sisa olahan batu kapur dan merupakan sumber mineral. Bahan pakan

dikatakan sebagai sumber mineral jika mengandung sumber mineral yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2014) yang menyatakan bahwa sumber

mineral merupakan bahan pakan yang mengandung sumber mineral yang tinggi

seperti grit kulit bekicot, batu kapur, grit kulit ikan, grit kulit kerang dan garam.

DCP (DiCalcium Phosphat) memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur

yang halus, berwarna putih, berbau, DCP berasal dari sisa olahan kimia dan

merupakan sumber bahan aditif. Menurut Indah dkk (2011) yang menyatakan
bahwa DiCalcium Phosphate digunakan sebagai bahan tambahan atau aditif pada

industri pakan ternak (feed) terutama sebagai suplemen makanan hewan ternak

yang memiliki tekstur yang Halus dan brrwarna putih,

Rumput odot memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur yang kasar,

berwarna hijau, berbau, rumput odot merupakan bahan pakan yang berasal dari

sumber hijauan tanaman pakan. Menurut Winata dkk (2016) yang menyatakan

bahwa rumput segar memiliki kadar air sebesar 65%-78% dan sisanya adalah

bahan kering. Berdasarkan hasil uji analisis lab, kandungan nutrisi, rumput odot

juga memiliki persentase protein yang tinggi, yaitu dalam kisaran 17-19% dan

Total Digestable Nutrient mencapai 64,31% dari bahan kering ditambah lagi

persentase lignin hanya 2,5% dari bahan kering. Hal ini menunjukkan potensi

Rumput Odot sebagai hijauan pakan ternak mampu mencukupi kebutuhan nutrisi

ternak (Purwawangsa, 2014).

Rumput gajah memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur yang kasar,

berwarna hijau, tidak berbau, rumput raja berasal rumput dan merupakan bahan

pakan yang bersumber dari hijauan tanaman pakan. Menurut Winata dkk (2016)

yang menyatakan bahwa hijauan terdiri dari berbagai jenis rumput liar, salah satu

hijauan yang digunakan sebagai bahan pakan ternak adalah rumput raja. Rumput

raja memiliki tekstur yang kasar, berwarna hijau dan tidak berbau. Rumput gajah

mengandung diantaranya 19,9% bahan kering, 10,2 % protein kasar, 1,6% lemak,

34%,2 serat kasar, 11,7% abu. Kandungan ini akan sangat dibutuhkan oleh ternak

ruminansia seperti sapi atau kerbau.

Centrosema memiliki bentuk fisik mesh, memiliki tekstur yang kasar,

berwarna hijau, tidak berbau, centrosema berasal dari leguminosa dan merupakan
bahan pakan yang bersumber dari hijauan tanaman pakan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang kemukakan oleh Sulystio dkk (2021), yang menyatakan bahwa

centrosema merupakan jenis pakan hijauan dengan warna hijau, memiliki bau,

dan bentuk fisik yang kasar, yang termasuk dalam tanaman legume yang mudah

berbunga, berbiji yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan legume pakan ternak

yang mengandung banyak nutrisi seperti kadar abu 8,8%, SK 31,2, PK 22,0%,

BETN 34,4%, dan TDN 60,7%.

Lamtoro memiliki bentuk fisik mes, tekstur halus, berwarna hijau, berbau,

berasal dari leguminosa dan merupakan bahan pakan sumber hijauan tanaman

pakan. Menurut Manpaki dkk (2017), yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro

termasuk dalam tanaman polong-polongan dan merupakan tanaman multiguna

karena semua bagian tanaman dapat digunakan oleh manusia maupun hewan.

Tanaman lamtoro juga memiliki batang tegak berwarna putih kecoklatan dan

coklat kemerah-merahan, teksturnya keras dan bunganya berwarna putih. Hal

yang membedakannya karena waktu panen dan tempat tumbuh tanaman ini

berbeda-beda. Lamtoro mengandung  Protein Kasar (PK) ≥ 20%, Neutral

Detergent Fibre (NDF) berkisar 40%, Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar 25%,

kecernaan ≥ 65% dan energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg.


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Pengenalan Bahan Makanan Ternak dapat

disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis bahan pakan berdasarkan sumbernya

yaitu, sumber protein seperti CGM, tepung rese dan tepung ikan. Sumber energi

seperti BGF, bungkil kelapa, tepung jagung dan onggok yang memiliki energy

yang tinggi. Sumber serat seperti kulit kopi dan tumpi. Sumber mineral (CaCO3)

berbahan dasar batu-batuan seperti batu kapur, sumber aditif (DCP), , sumber

hijauan rumput odot dan rumput raja, dan sumber leguminosa centrosema dan

kaliandra.

5.2. Saran

5.2.1 Asisiten

Kepada asisten, diharapkan apabila memberikan tugas kepada praktikan,

kiranya tugas tersebut diapresiasi dan kiranya ketika mendampingi praktikan

dalam praktikum di laboratorium penjelasan mengenai materi praktikum lebih di

perjelas lagi.

5.2.2 Laboratorium

Adapun saran pada praktikum ini yaitu sebaiknya untuk praktikum

selanjutnya bahan yang di gunakan dalam Laboratorium lebih lengkap dan bagus

seperti sistem reproduksi ayam sehingga praktikum berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Halili, A. 2014. Kandungan Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin Pakan Lengkap


Berbahan Jerami Padi. [Skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Septi LS, Retno IP, Widiyanto, Baginda IMT. 2020. Evaluasi Kandungan
Mineral Pada Multinutrien Blok Dengan Kombinasi Cangkang Kerang
Dan Cangkang Telur Sebagai Sumber Mineral Kambing Lokal. Jurnal
Peternakan. Vol 2(2):44-49.
Sriagtula, R. 2018. Evaluation of growth and productivity of brown midrib mutant
sorghum in different growth phases as forage during the dry season on
ultisol soils. Indonesian J. Anim. Husbandry. Vol. 20 (2):130-144
Wati W S, Mashudi, A Irsyammawati. 2018. Kualitas Silase Rumput Odot
(Pennisetum purpureum cv.Mott) dengan Penambahan Lactobacillus
plantarum dan Molasses pada Waktu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal
Nutrisi Ternak Tropis 1 (1) : 45-53.
Alim, Hadi R, Zainuddin R. 2012. Nutrisi aneka ternak unggas. Granedua
Pustaka Utama. Jakarta.
Wulandari S, H Subagja, S Muttainnah. 2017. Pemanfaatan tumpi jagung
fermentasi pada pnggemukan domba jantan ekor gemuk. Jurnal Ilmiah
Inovasi. 17(3): 132-137.
Indah Prihartini, Khusnul Khotimah. 2011. Produksi Probiotik Rumen Berbasis
Bakteri Lignochloritik dan Aplikasinya pada Ternak Sapi Perah. Jurnal
Gamma. 7 (1), 30-33.
Manpaki SJ, Karti PDM, Prihatoro I. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan
Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala cv. tarramba) terhadap
Cekaman Kemasaman Media dengan Level Pemberian Aluminium
Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Vol. 12
(1):70-71
Bidura G. 2016. Bahan makanan ternak. Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Denpasar.
Sulistyo HE, SN Kamaliyah, IT Mustofa. 2021. Variasigenotip local tanaman
centro (centrosema pubescens) sebagai pakan ternak. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis. 4(1): 32-39.

Anda mungkin juga menyukai