Rahima Zakia - Metopel
Rahima Zakia - Metopel
Rahima Zakia - Metopel
RAHIMA ZAKIA
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
2.1. Penelitian Terdahulu............................................................................................................4
2.2. Ekosistem Mangrove...........................................................................................................4
2.3. Fungsi Ekosistem Mangrove................................................................................................6
2.4. Biomassa dan Karbon Mangrove.........................................................................................7
2.5. Peranan Mangrove Dalam Mitigasi Perubahan Iklim..........................................................8
BAB.III METODE PENELITIAN......................................................................................................10
3.1. Waktu dan Tempat.............................................................................................................10
3.2. Alat dan Bahan..................................................................................................................10
3.3. Metode Penelitian..............................................................................................................11
3.3.1. Pengamatan Vegetasi Ekosistem Mangrove.................................................................11
3.3.2. Pengambilan Data........................................................................................................11
3.4. Analisis Data......................................................................................................................13
3.4.1. Sampel Pohon..............................................................................................................13
3.4.2. Sedimen.......................................................................................................................14
DAFTAR TABEL
Ekosistem mangrove memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dalam upaya mitigasi
pemanasan global. Fungsi lainnya yaitu sebagai pemecah ombak, mencegah abrasi, serta
sebagai habitat berbagai biota. Mangrove memiliki kemampuan menyimpan karbon lebih
banyak dari hampir seluruh hutan di bumi (Dinilhuda, et.al., 2019). Kemampuan pohon
dalam menyerap karbon melalui fotosintesis mempengaruhi potensi penyerapan karbon.
Karbon yang diserap tersimpan dalam bentuk biomassa tumbuhan (Rachmawati,
et.al.,2014). Sebagai penyerap karbon terbesar di kawasan pesisir, hutan mangrove
memiliki peran penting terhadap mitigasi perubahan iklim (Liu et al., 2017). Informasi
karbon dapat dilihat dari biomassa yang merupakan tempat penyimpanan utama karbon
(Widyasari, 2010). Secara umum kajian biomassa terbagi menjadi dua, yaitu di atas
permukaan tanah (Above Ground Biomass/AGB) dan di bawah permukaan tanah (Below
Ground Biomass/BGB). Setiap sampel biomassa dari vegetasi hutan 50% tersusun atas
karbon (Purwanto et al., 2012). Melihat potensi vegetasi untuk penyerapan karbon maka
diperlukan upaya mitigasi untuk mengurangi emisi karbon dan mempertahankan hutan
mangrove sebagai penyerap karbon.
Tanjungpinang memiliki ekosistem mangrove seluas kurang lebih 1.300 ha, yang
terdiri dari 6 jenis mangrove yaitu Rhizophora sp., Bruguire sp., Sonneratia sp.,
Avicennia sp., Xylocarphus sp, dan Ceriops sp (Lestari, 2013, Hafsar, 2018). Karena
sedikitnya informasi
2
mengenai stok karbon mangrove sebagai salah satu upaya penurunan emisi CO 2 di
kawasan estuari kota Tanjungpinang, sehingga dirasa perlu diadakannya suatu kajian
mengenai potensi serapan karbon dalam rangka upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global melalui penurunan emisi CO 2.
1. Berapa banyak stok karbon yang terdapat pada tegakan atas mangrove
estuari Kota Tanjungpinang?
2. Berapa banyak stok karbon bawah permukaan mangrove estuari Kota
Tanjungpinang?
3. Bagaimanakah potensi serapan karbon mangrove sebagai upaya mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim di kawasan estuari Kota Tanjungpinang?
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini disajikan dalam Gambar 1 sebagai
berikut:
seperti lumpur, pasir, terumbu karang, dan kadang kala tumbuh pada batuan. Namun, substrat
mangrove yang paling baik adalah pantai berlumpur yang terlindung dari gelombang dan
selalu mendapat pasokan air tawar (Setyawan et al. 2003). Tiap jenis mangrove memiliki
kemampuan adaptasi yang berbeda terhadap lingkungannya yang mengakibatkan adanya
berpedaan komposisi mangrove dengan batasan yang khas tergantung dengan kondisi tahan,
salinitas, durasi penggenanagan serta pasang surut (Prihadi, et.al., 2017). Pembagian zonasi
pertumbuhan mangrove sering dibagi berdasarkan daerah penggenangan (Suryono, 2013).
Zonasi tersebut diklasifikasikan menjadi:
- Zona Proksimal
Zona proksimal merupakan zona terdepan tau zona yang dekat dengan laut. Pada zona ini
biasanya terdapat jenis-jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia
alba.
- Zona Midle
Zona midle merupakan zona pertengahan atau zona yang terletak di antara laut dan darat.
Biasanya pada zona ini terdapat jenis-jenis Sonneratia caseolaris, Rhizophora alba,
Bruguera gymnorrhiza, Avicennia marina, Avicennia officinalis, dan Ceriops tagal.
- Zona Distal
Zona distal merupakan zona yang terjauh dari laut atau lebih terbelakang. Pada zona ini
biasanya dijumpai jenis-jenis Heriteria littiralis, Pongamia sp, Xylocarpus sp, Pandanus sp,
dan Hibiscus tiliaceus.
Menurut Ghufran & Kordi (2012) berdasarkan jenis pohonnya zonasi ekosistem mangrove
di Indonesia dibagi atas 4 zona dari arah laut ke darat ,yaitu sebagai berikut:
1. Zona Avicennia – Sonneratia , yang terletak paling depan dari arah laut ke darat
dengan kondisi substrat berlumpur agak lembek dimana salinitasnya cukup tinggi
dan terdapat sedikit nutrien.
2. Zona Rhizophora , terletak di bagian belakang zona Avicennia – Sonneratia
dengan substrat berlumpur lembek dan dalam serta biasanya pada zona ini juga
dijumpai jenis lain seperti Bruguiera sp, Xylocarpus sp dan Heritiera sp.
3. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora dengan kondisi substrat
berlumpur agak keras serta di jumpai dekat dengan daratan dan pad zona ini juga
dijumpai jenis lain seperti Ceriops sp dan Lumnitzera sp.
7
4. Zona Nypa fruticane , merupakan zona yang paling dekat dengan daratan dengan
kondisi substrat yang keras dengan salinitas yang rendah serta kurang dipengaruhi
oleh pasang surut.
Tiga komponen pokok dimana karbon tersimpan menurut Hairiah dan Rahayu (2007)
adalah sebagai berikut:
1. Biomassa berupa masa dari bagian tumbuhan yang masih hidup baik tajuk pohon,
tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim
2. Nekromas berupa masa dari bagian pohon yang sudah mati baik yang masih tegak
atau yang sudah tumbang di permukaan tanah, ranting serta daun-daunan yang
gugur dan belum lapuk
3. Bahan organik tanah berupa sisa makhluk hidup yang telah mengalami pelapukan
baik sebagian ataupun semua bagian dengan ukuran partikelnya lebih kecil dari 2
mm.
(carbon bellow ground). Secara umum, IPCC telah mengidentifikasi lima sumber
karbon hutan berdasarkan kategori utama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2
berikut:
pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat menyebabkan peningkatan kejadian
penyakit perut karena efeknya pada sumber air dan penyediaan air bersih, penyakit malaria,
demam berdarah dengue, chikungunya dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui rodent
seperti leptospirosis (Keman, 2007). Perubahan temperatur, kelembaban udara, dan curah
hujan yang ekstrem mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor yang
tertularkan penyakit pun bertambah (Triana, 2008). Kondisi iklim yang tidak stabil dapat juga
menyebabkan peningkatan kejadian bencana alam, seperti badai, angin siklon puting beliung,
kekeringan, dan kebakaran hutan, yang berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental
masyarakat yang terserang. Efek tidak secara langsung ini menjadi sangat serius pada daerah
di dunia dengan penduduk miskin (Keman, 2007). Perubahan iklim yang tidak menentu
akibat dari pemanasan global sudah banyak dirasakan saat ini. Beberapa daerah di Indonesia
telah mengalami curah hujan yang sangat rendah sehingga terjadi krisis air (kekeringan).
Sedangkan di daerah lainnya malah curah hujan yang sangat tinggi, sehingga terjadi banjir
dan tanah longsor (Samidjo dan Suharso, 2017)
Meskipun hanya mencakup 0,7% dari luas hutan, mangrove dapat menyimpan sekitar 10%
dari seluruh emisi. Sebagian besar karbon disimpan di dalam tanah di bawah hutan
mangrove. Pada hutan mangrove yang tergolong ekosistem lahan basah, terdapat cadangan
karbon mencapai 800-1200 ton per hektar. Emisi dari hutan mangrove ke udara lebih rendah
dari hutan darat karena penguraian limbah tumbuhan air tidak melepaskan karbon ke udara
(Purnobasuki, 2006). Peningkatan emisi karbon di alam dapat dikurangi melalui kemampuan
mangrove dalam menyerap karbon. oleh karena itu, mangrove merupakan tempat
pembenaman karbon (carbon sinks) yang besar.
28
Gambar 4. Ilustrasi penentuan plot permanen (kotak kuning dan biru) untuk
pemantauan komunitas mangrove.
3.3.2. Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode non destruktif
dimana metode ini dilakukan tanpa melakukan pemanenan bagian tumbuhan,
yaitu dengan mengukur tinggi dan/ atau diameter pohon menggunakan persamaan
12
Keterangan:
Wag = Biomasa di atas permukaan tanah (jumlah biomasa yang berada di atas
permukaan tanah)
14
3.4.2. Sedimen
Penentuan Bulk Density (BD) mengacu pada metode Kauffman dan Donato
(2012). Bulk density dari substrat lumpur dianalisis dengan cara mengeringkan
sampel pada suhu 105 oC selama kurang lebih 48 jam. Nilai BD diperoleh dengan
cara membagi berat sampel setelah dikeringkan dengan volume sampel.
Perhitungan secara matematis untuk mencari BD adalah sebagai berikut:
massa sampel yang telahdikeringkan
Bulk Density (gram/cm3) =
volume sampel
Langkah selanjutnya adalah menentukan % C-organik dari sampel sedimen.
Persentase nilai karbon organik dihitung menggunakan metode Walkley dan
Black. Tanah yang akan dihitung % C-organiknya terlebih dahulu ditimbang
sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya, tanah
tersebut ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan dihomogenisasi. Tahap selanjutnya
adalah menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat dan didiamkan selama 30 menit.
Setelah 30 menit, campuran larutan diencerkan dengan akuades dan dibiarkan
sampai dingin untuk selanjutnya didiamkan selama satu hari. Setelah satu hari,
tingkat absorbansi dari 38 sampel diukur menggunakan spektrofototmeter
menggunakan panjang gelombang 561 nm. Sebelum melakukan pengukuran
sampel, terlebih dahulu dilakukan pengukuran larutan standar dengan konsentrasi
0 dan 250 ppm. Kadar % C-organik dihitung menggunakan persamaan:
15
% C- organik =
Absorbansi sampel− Absorbansi blanko
×[larutan standar]× 0,02× F
Absorbansi standar
Akbar, C., Arsepta, Y., Dewiyanti, I., & Bahri, S. 2019. Dugaan Serapan Karbon Pada
Vegetasi Mangrove, Di Kawasan Mangrove Desa Beureunut, Kecamatan Seulimum,
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Laot Ilmu Kelautan. Vol 2 No 2
Clought BF, Scott K. 1989. Allometric relationship for estimating above ground biomass in
six mangrove species. Forest Ecology and Management (27): 117-127.
Dinilhuda, A., Akbar, A., & Jumiati,. (2019). Peran Ekosistem Mangrove Bagi Mitigasi Pemanasan
Global. Jurnal Teknik Sipil. 18.
Fitria, A.,& Dwiyanoto, G. 2021. Ekosistem Mangrove dan Mitigasi Pemanasan Global.
Jurnal Ekologi, Masyarakat & Sains. Vol. 2 No.1
Ghufran M dan Kordi HK. 2012. Ekosistem Mangrove. Potensi, Fungsi dan Pengelolaan.
Rineka Cipta. Jakarta.
Hafsar, Khairul. (2018). Kondisi Ekosistem Mangrove di Perairan Sei Carang Kota
Tanjungpinang Condition of Mangrove Ecosystem in Sei Carang Waters, Tanjung
Pinang City. Jurnal Akuatiklestari. Vol.1 No.2. 8-12.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan
Lahan. Bogor World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of
Brawijaya, Unibraw. Indonesia.77p
Handoyo, E., Amin, B., & Elizal. (2020). Estimation Of Carbon Reserved In Mangrove
Forest Of Sungai Sembilan Sub-District, Dumai City, Riau Province. Asian Journal of
Aquatic Sciences. 3. 123-134.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001. The Scientific Basis. Contribution
of Working Group I to The Third Assessment Report of The Interngovernmental Panel
on Climate Change. Cambridge: Cambridge University Pr.
Kauffman JB, Donato DC. 2012. Protocols for The Measurement, Monitoring and Reporting
of Structure, Biomass and Carbon Stocks in Mangrove Forest. Bogor: Center for
International Forestry Research (CIFOR).
Keman,Soedjajadi. 2007. Perubahan Iklim Global, Kesehatan Manusia Dan Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(2), 195 – 204
Komiyama A. 2005. Common Allometric Equations For Estimating Mangroves. Gifu: Gifu
University Respitory.
Latuconsina, Husain. 2010. Dampak Pemanasan Global Terhadap Ekosistem Pesisir Dan
Lautan. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan (Agrikan Ummu-Ternate), 3(1), 30-37.
Lestari, F. 2014. Komposisi Jenis dan Sebaran Ekosistem Mangrove di Kawasan Pesisir Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jurnal Dinamika Maritim IV (1) : 68-75. ISSN: 2086-8049
Lestari, T.A. dan Aswin R. 2017. Metode Kuantifikasi Pendugaan Cadangan Karbon
Ekosistem Mangrove. Mangroves for the Future Indonesia, Bogor.
Liu K. Wang JD. Zeng WS. Song JL. 2017. Comparison and Evaluation of Three Methods for
Estimating Forest Above Ground Biomass using TM and GLAS Data. China: Beijing Normal
University.
Prihadi, Donny & Riyantini, Indah & Ismail, Mochamad. (2018). Pengelolaan Kondisi
Ekosistem Mangrove dan Daya Dukung Lingkungan Kawasan Wisata Bahari
Mangrove Di Karangsong Indramayu. Jurnal Kelautan Nasional. 1.
10.15578/jkn.v1i1.6748. Purnobasuki, Hery. 2006. Peranan Mangrove Dalam Mitigasi
Perubahan Iklim. Buletin PSL Universitas Surabaya 18: 9-10
Purwanto RS, Rohman, Ahmad M, Teguh Y, Dwiko BP, Makmun S. 2012. Potensi Biomassa Dan
Simpanan Karbon Jenis-Jenis Tanaman Berkayu Di Hutan Rakyat Desa Ngalanggeran, Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan
Rachmawati, Ditha; Setyobudiandi, Isdradjad; dan Hilmi, Endang. 2014. Potensi Estimasi Karbon
Tersimpan Pada Vegetasi Mangrove Di Wilayah Pesisir Muara Gembong Kabupaten Bekasi.
Jurnal Omni-Akuatika, 13(19), 85 – 91.
Rizki GM. Bintoro A. Hilmanto R. 2016. Perbandingan Emisi Karbon Dengan Karbon Tersimpat Di
Hutan Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Sylva Lestari Vol. 4 No. 1: (89—96).
Samidjo, Jacobus dan Suharso, Yohanes. 2017. Memahami Pemanasan Global dan Perubahan
Iklim. Jurnal Ilmiah, 24(2), 1-10.
Setyawan AD, Winarno K, Purnama PC. 2003. Ekosistem mangrove di Jawa: 1. Kondisi
terkini. Biodiversitas 2 (4): 133-145
Suryono, Ahmad. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove Sang Penyelamat Pulau.
Pustaka Baru Press : Yogyakarta.
Suwondo., E. Febrita, dan F. Sumanti. 2006. Struktur komunitas gastropoda di hutan
mangrove di Pulau Sipora. Jurnal Biogenesis. Vol. 2(1):25-29.
Triana, Vivi. 2008. Pemanasan Global. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2), 159-163.
Widyasari NAE, Saharjo BH, Solichin, Istomo. 2010. Pendugaan Biomassa dan Potensi Karbon
Terikat di atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut Bekas Terbakar di Sumatera
Selatan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 15 (1): 41-49.