LAPORAN Komunitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROGRAM PRAKTEK

PROFESI NERS DI DUKUH II RT 05 RW03 TANJUNG DUREN


JAKARTA BARAT
Laporan ini diberikan sebagai tugas untuk melaksanakan Program Profesi Ners
Dalam
Keperawatan Komunitas

DisusunOleh:

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mengaruniakan kasih-Nya yang teramat besar sehingga dapat mengikuti seluruh
proses pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Program Praktik Profesi
Ners Di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat.

Pelaksanaan praktek yang dapat kami laporkan, yaitu: latar belakang, tujuan
pelaksanaan, hasil kajian survey mawas diri dan penanganan masalah sesuai
dengan target Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Program Praktik Profesi Ners
Di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembelajaran ini banyak sekali


kekurangan dan kesalahan baik secara teknis maupun non teknis dikarenakan
oleh keterbatasan kami, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Juni 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABLE...................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.........................................................................................1
B. TujuanPenulisan.....................................................................................4
C. Manfaat Penulisan ...............................................................................5
D. Pengumpulan Data.................................................................................5
E. Sistematikan Penulisan .........................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Keperawatan Komunitas...........................................................8
B. Konsep Keperawatan Keluarga.............................................................22
C. Konsep GERMAS dan Indonesia Sehat.................................................86
D. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Keturunan..............................158

BAB III PROFIL DESA DAN HASIL SURVEY MAWAS DIRI


A. Profil Desa LebakMuncang...................................................................247
B. Hasil Survey Mawas Diri........................................................................247

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................416
B. Saran.....................................................................................................417
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalah area pelayanan keperawatan
profesional yang diberikan secara holistik (bio-psiko- sosio-spiritual) dan yang
difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam
menyelesaikan masalah (Hitchcock, Schubert& Thomas, 1999, Allender &
Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016). Perawat dianggap sebagai salah
satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik didunia maupun di Indonesia.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif


dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau
kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas
diharapkan selalu tegar. Untuk itu, di perkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas).

ii
Jumlah puskesmas menurut provinsi di Indonesia tahun 2019 adalah 10.134
puskesmas. Jumlah puskesmas yang memiliki rawat inap di Indonesia adalah
6.086 puskesmas dan non rawat inap terdapat 4.048 puskesmas. Jumlah
puskesmas yang memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif
menurut provinsi tahun 2019 adalah 4.485 puskesmas (Kepmenkes RI, 2020).
Di Jawa Barat sendiri jumlah puskesmas tahun 2019 adalah 1.072 puskesmas.
Jumlah puskesmas yang memiliki rawat inap di Jawa Barat adalah 701
puskesmas dan non rawat inap terdapat 291 puskesmas. Jumlah puskesmas
yang memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif menurut
provinsi tahun 2019 adalah 406 puskesmas (Kepmenkes RI, 2020).

Upaya peningkatan status kesehatan masyarakat Indonesia harus dilakukan


secara komprehensif dan berkelanjutan, oleh karena itu sangat penting untuk
mendorong perubahan perilaku hidup sehat menjadi budaya dalam tatanan
masyarakat Indonesia melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS). Status kesehatan berkualitas tersebut dapat diakses secara merata
baik dari sisi pelayanan dasar maupun pembiayaan. Pelayanan dasar
mencakup penanganan masalah kesehatan dan penanggulangan penyakit,
sanitasi yang layak, penyediaan obat-obatan secara luas terutama bagi ibu,
anak dan lansia. Pencapaian visi tersebut tidak ditetapkan dalam Misi
Pembangunan Kesehatan yaitu menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat, memelihara
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat termasuk lingkungan (Depkes 2010).Untuk meningkatkan
derajat kesehatan tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan salah satunya
perawat komunitas (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2010).

iii
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari proses
keperawatan yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan
langsung kepada masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan
rehabilitas. Proses asuhan keperawatan komunitas adalah metode asuhan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien individu, keluarga,
serta kelompok melalui tahapan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi keperawatan (Stanhope &
Lancaster, 2016 dalam Riasmini 2017).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menggambarkan hasil kegiatan di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren
Jakarta Barat, dengan menerapkan konsep-konsep keperawatan guna
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam program Profesi Ners.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Survei Mawas Diri.
b. Merumuskan masalah kesehatan masyarakat.
c. Merumuskan penangan masalah.
d. Melaksanakan penanganan masalah melalui penyuluhan di tingkat RW.
e. Menjelaskan Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan oleh
puskesmas, kader-kader setiap RW dan ketua RW.

C. Manfaat
iv
1. Bagi Desa
Dapat bermanfaat sebagai masukan atau informasi yang dapat membantu
dalam pembangunan kesejahteraan dan kesehatan Dukuh II Rt 05 Rw03
Tanjung Duren Jakarta Barat.

2. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan pelayanan yang terpadu dalam meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi dalam meningkatkan ilmu pengetahuan yang
berfokus dipelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan.

4. Bagi Masyarakat
Sebagai edukasi kesehatan ataupun hal umum lainnya untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

5. Bagi mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman proses belajar dalam
Pengabdian Masyarakat serta dapat menjadi pengalaman riset sebagai
wadah edukasi bagi mahasiswa.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah studi kasus
dengan pendekatan proses keperawatan yang menggambarkan permasalahan
pada saat sekarang, menganalisis masalah kemudian mencari alternatif
pemecahan masalah dengan partisipasi aktif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:

v
1. Wawancara
a. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan cara tanya jawab.
b. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan masyarakat melalui
informasi yang didapatkan dari Petugas Puskesmas. Observasi juga
dilakukan dengan menchecklist masalah sesuai dengan angket yang ada.
2. Survey Mawas Diri
Kegiatan pengumpulan data didapatkan dari data Puskesmas yang di dapat
di masyarakat dan pengkajian masalah kesehatan.
3. Praktek
Kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan petugas puskesmas, tokoh
masyarakat, ketua RW dan kader-kader dari setiap RW. Kemudian
menjelaskan hasil SMD, masalah yang di dapat, mendiskusikan penanganan
masalah, menjelaskan rencana tindak lanjut (RTL).

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari :
1. BAB I Pendahuluan : Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pengumpulan data, dan
sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teoritis: Asuhan Keperawatan Komunitas, Asuhan
Keperawatan Keluarga, Asuhan Keperawatan Kelompok khusus di
masyarakat : Konsep dan Penerapan Germas dan Program Nusantara
Sehat, Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Keturunan, dan Konsep
Asuhan Keperawatan pada Penyakit Menular dan Tidak Menular.
3. BAB III Profil Desa : Bab ini berisi tentang hasil survei mawas diri.

vi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
a. Komunitas adalah unit dari organisasi sosial dan teritorial, yang
tergantung dari besarnya, sehingga dapat berupa RT, RW, desa dan
kota.
b. Komunitas adalah sekelompok manusia serta hubungan yang ada di
dalamnya sebagaimana yang berkembang dan digunakan dalam suatu
agen, institusi serta lingkungan fisik yang lazim.
c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada di luarnya serta
saling tergantung untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang
penting, untuk menunjang kehidupan sehari-hari (Siti Nur Kholifah,
2016).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social
dan spiritual secara komprehensif, ditujukkan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencangkup siklus hidup manusia
(Hidayat, 2008).

Keperawatan kesehatan komunitas adalah area pelayanan keperawatan


profesional yang diberikan secara holistik (bio-psiko- sosio-spiritual) dan
yang difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan melalui upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam

vii
menyelesaikan masalah (Hitchcock, Schubert& Thomas, 1999, Allender &
Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016).

Proses keperawatan komunitas memiliki ciri sebagai berikut:


a. Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan
kesehatan komunitas
b. Memiliki kesinambungan dalam pelayanan kesehatan (continuity of
care)
c. Pelayanan berfokus pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif)
d. Terjadi proses alih peran dari perawat komunitaspada klien (individu,
keluarga , kelompok dan masyarakat) sehingga terbentuk kemandirian.
e. Terdapat kemitraan perawat komunitas dengan masyarakat dalam
upaya kemandirian klien
f. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat

2. Tujuan Dan Fungsi Proses Keperawatan


Menurut Mubarak (2010) tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
sebagai berikut:
a. Tujuan Proses Keperawatan
1) Diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan
efisien sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat
2) Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan secara
sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai kebutuhan
3) Meningkatkan status kesehatan masyarakat
b. Fungsi Proses Keperawatan

viii
1) Memberikan pedoman sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhannya
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapatkan pelayanan
yang cepat dalam rangka mempercepat proses penyembuhan klien.

3. Prinsip Kesehatan Komunitas


Prinsip yang dipegang dalam kesehatan komunitas adalah:
a. Insiden atau prevalen tinggi
b. Risiko kematian tinggi
c. Penyelesaian mengikutsertakan peran serta masyarakat
d. Lebih mengutamakan tindakan promotif danatau preventif daripada
kuratif danatau rehabilitatif
e. Tanggung jawab pemerintah lebih besar dari pada masyarakat/swasta;
f. Aspek efektivitas dan efisien tinggi.

4. Tahapan Proses Keperawatan Komunitas


a. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian keperawatan komunitas adalah suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas sebagai mitra yang berperan dalam proses
keperawatan kesehatan komunitas. Tahapan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan

ix
masalah kesehatan, mulai dari masyarakat hingga sumber daya
komunitas, guna merancang strategi promosi kesehatan. Tahapan
pengkajian meliputi:
1) Kegiatan Pendahuluan
Tahap pengkajian didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program yang dapat dikerjakan bersama-
sama dalam komunitas tersebut. Sasaran sosialisasi meliputi tokoh
masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat
(misalnya karang taruna, PKK dan sebagainya)
a) Survei Mawas Diri ( SMD)
Survei mawas diri (SMD) merupakan kegiatan pengenalan,
pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh
masyarakat dan kader setempat dibawah bimbingan petugas
kesehatan atau perawat komunitas. Kegiatan SMD bertujuan
untuk:
(1) Masyarakat dapat mengenal, mengumpulkan data dan
mengkajin masalah yang ada di lingkungan
(2) Menumbuhkan minat dan kesadaran untuk mengetahui
masalah kesehatan serta bagaimana cara mengatasinya.

Kegiatan SMD dilaksanakan di desa tertentu yang mampu


mewakilkan keadaan desa pada umumnya, serta dilaksanakan
oleh kader masyarakat yang ditunjuk dalam pertemuan
desa.Informasi seputar masalah kesehatan dapat diperoleh dari kk
(kepala keluarga) yang bermukim di lokasi tersebut. Tata cara
pelaksanaan SMD adalah sebagai berikut:
(1)Perawat komunitas dan kader yang ditunjuk melakukan SMD
yang meliputi:
a) Penentuan sasaran, baik jumlah kk maupun lokasinya

x
b) Penentuan jenis informasi kesehatan yang
dikumpulkan
c) Penentuan jenis informasi melalui pengamatan atau
wawancara
d) Pembuatan instrumen atau alat untuk memperoleh
informasi kesehatan, misalnya daftar kuesioner atau
daftar pertanyaan wawancara
(2)Kelompok pelaksanaan
SMD dengan bimbingan perawat di desa, melakukan:
a) Mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai
rencana
b) Mengolah informasi masalah kesehatan sehingga
rumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah
kesehatan di wilayahnya.
c) Musyawara Masyarakat RW ( MMRW)
i. Musyawara masyarakat RW (MMRW) merupakan
pertemuan seluruh warga desa untuk membahas SMD
dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari SMD. Kegiatan MMRW
bertujuan antara lain:
1) Masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayah RW
2) Masyarakat sepakat untuk mengatasi masalah
kesehatan
3) Masyarakat dapat menyusun rencana kerja guna
mengatasi masalah kesehatan

Selanjutnya musyawarah masyarakat RW dapat dilakukan melalui


tata cara sebagai berikut:

xi
1) Pembukaan, dengan menguraikan maksud dan tujaun
MMRW, yang dipimpin oleh Kedus
2) Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat melalui
curah pendapat menggunakan Media elektronik yang
dipimpin oleh pihak dusun.
3) Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
4) Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan
berdasarkan pengenalan masalah dan hasil SMD,
dilanjutkan rekomendasi teknis dari petugas kesehatan di
desa atau perawat komunitas
5) Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan,
yang dipimpin oleh Kedus
6) Penutup

Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


pelaksanaan MMRW, di antara lain sebagai berikut:
1) Pelaksanaan MMRW harus dihadiri oleh pemuka
masyarakat Tingkat RW, petugas puskesmas, serta Kader
2) MMRW dilaksanakan di Sawung RW 10
3) MMRW dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

2) Pengumpulan Data
Menurut Anderson& McFarlane (2008), metode windshield survey
dapat digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi
berbagai dimensi dari komunitas, lingkungan dan gaya hidup
masyarakat. Beberapa aspek yang dikaji dalam metode ini antara
lain:
a) Inti komunitas meliputi:

xii
(1) Sejarah, meliputi hal-hal yang diperoleh dari pengamatan
sementara di wilayah tersebut. Misalnya, mengenai sejarah
wilayah yang dapat ditanyakan pada tetua atau tokoh
masyarakat
(2) Demografi, meliputi tipe-tipe orang yang dijumpai,
termasuk data mengenai usia, jenis kelamin, dan piramida
penduduk
(3) Kelompok etnis, berupa identifikasi terhadap berbagai suku
atau etnis yang dijumpai
(4) Nilai dan keyakinan, berupa identifikasi terhadap nilai dan
keyakinan dalam masyarakat. Misalnya, melalui jenis dan
jumlah rumah ibadah.
b) Subsistem, meliputi:
(1) Lingkungan fisik, berupa keadaan lingkungan atau geografis,
misalnya batas wilayah, peta wilayah, iklim dan kondisi
perumahan
(2) Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi unit pelayanan
kesehatan yang tersedia baik modern maupun tradisional,
tenaga kesehatan, home care tempat pelayanan sosial, dan
kesehatan jiwa komunitas
(3) Ekonomi, meliputi status ekonomi masyarakat, industri yang
tersedia, kegiatan yang menunjang roda perekonomian, dan
jumlah pengangguran.
(4) Keamanan dan transportasi, meliputi cara masyarakat
bepergian, jenis transportasi umum atau pribadi yang
digunakan jenis pelayanan, perlindungan yang tersedia
(pemadam kebakaran, polisi atau sanitasi) monitoring
terhadap kualitas udara, jenis kejahatan pada umumnya.

xiii
(5) Pemerintahan dan politik, meliputi tanda aktivitas politik
(poster, pertemuan dan sebagainya), partai yang
mendominasi hak komunitas dalam pemerintahan
(pemilihan bupati atau anggota DPRD , keterlibatan
masyarakat dalam pembuatan keputusan pemerintah
setempat
(6) Komunikasi, berupa identifikasi berbagai jenis komunikasi
yang digunakan oleh masyarakat, termasuk komunikasi
melalui media cetak dan elektronik
(7) Pendidikan, berupa identifikasi berbagai jenis institusi
pendidikan dan ketersediaan program uks
(8) Rekreasi, meliputi tempat anak-anak bermain, bentuk
umum rekreasi, orang-orang yang berperan serta dan
fasilitas rekreasi yang ditemukan

c) Persepsi , meliputi:
(1) Penduduk, meliputi pendapat masyarakat komunitasnya,
serta identifikasi kekuatan dalam pandangan masyarakat.
Persepsi dapat diperoleh melalui analisis jawaban beberapa
orang dari kelompok berbeda (kelompok tua/muda, petani,
pekerja pabrik, professional, tokoh agama, ibu rumah tangga
dan lain-lain).
(2) Persepsi sendiri, meliputi pernyataan umum perawat
komunitas mengenai kesehatan komunitas serta masalah
aktual atau potensial yang dapat diidentifikasi
3) Jenis-Jenis Sumber Data
a) Jenis data, terbagi menjadi :

xiv
(1) Data subjektif, diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
melalui ungkapan langsung secara lisan
(2) Data objektif, diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
b) Sumber data, terbagi menjadi dua:
(1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh pengkaji
(perawat komunitas) dari individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian
(2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain
yang dapat dipercaya, misalnya data dari kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record
4) Metode Pengumpulan Data
a) Wawancara (anamnesa)
Wawancara atau anamnesa merupakan kegiatan komunikasi
timbal balik berbentuk tanya jawab antara perawat dengan
klien terkait masalah kesehatan klien. Wawancara hendaknya
dilakukan dengan ramah, terbuka serta menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami klien. Selanjutnya hasil
wawancara dicatat dalam format proses keperawatan.

b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan meliputi aspek, fisik,
psikologis, perilaku dan sikap. Pengamatan dilakukan
menggunakan panca indra hasilnya dicatat dalam format proses
keperawatan
c) Pemeriksaan fisik

xv
Pemeriksaan fisik dalam rangka menegakan diagnosa
keperawatan dilakukan melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.

5) Pengelolaan Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya dapat diolah menggunakan
cara sebagai berikut:
a) Klasifikasi data atau kategorisasi data berdasarkan
(1) Karakteristik demografi
(2) Karakteristik geografi
(3) Karakteristik sosial ekonomi
(4) Sumber dan pelayanan kesehatan
b) Perhitungan persentase cakupan menggunakan telly
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data

6) Analisis Data
Analisis data merupakan kemampuan untuk meningkatkan dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat. Analisis data bertujuan untuk:
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan layanan
kesehatan

7) Perumusan Masalah

xvi
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, dapat diketahui masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat,
sehingga dapat dilakukan intervensi

8) Prioritas Masalah
Masalah yang dirumuskan tidak dapat diatasi sekaligus. Oleh
karena itu, diperlukan penyusunan prioritas masalah dengan
kriteria antara lain:
a) Perhatian masyarakat
b) Prevelensi kejadian
c) Berat-ringan masalah
d) Kemungkinan masalah diatasi
e) Tersedianya sumber daya masyarakat
f) Aspek politik

5. Diagnosa Keperawatan Komunitas


Kesehatan Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosisditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiologi atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi. Etiologi : penyebab masalah kesehatan
atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang
masalah yang terjadi.

xvii
Melalui tiga komponen tersebut, diagnosis keperawatan dapat
dirumuskan, melalui dua cara yaitu :

a. Rumus PES
DK=P+E+S
Keterangan
DK : Diagnosis keperawatan
P : Masalah
E : Etiologi
S : Gejala
b. Rumus PE
DK=P+E
Keterangan
DK : Diagnosa keperawatan
P : Masalah
E : Etiologi

6. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas


Dalam merencanakan asuhan keperawatan komunitas diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Prioritas
Melalui pengkajian , perawat dapat mengidentifikasi respon komunitas
aktual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan. Dalam
menentukan perencanaan, perlu disusun sistem guna menentukan
diagnosa yang akan dilakukan tindakan pertama kali. Salah satu sistem
yang dapat digunakan adalah hierarki kebutuhan komunitas
b. Menentukan Kriteria Hasil
Penentuan kriteria hasil (outcome) harus ditujukan kepada komunitas,
menunjukan ‘apa yang akan dilakukan komunitas serta kapan dan

xviii
sejauh mana tindakan bisa dilaksanakan’, serta harus spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, rasional, dan memiliki batas waktu. Perhatikan
perbandingan kebutuhan individu dengan kebutuhan komunitas
melalui:

1) Kebutuhan individu
a) Aktualisasi diri
b) Harga diri
c) Kasih sayang rasa memiliki
d) Aman
e) Fisiologi
2) Kebutuhan komunitas
a) Aktualisasi komunitas
b) Kebanggaan komunitas
c) Pendidikan partisipasi
d) Kemampuan perlindungan
e) Aktivitas pendukung kehidupan

c. Menentukan Rencana Tindakan


Rencana tindakan merupakan rancangan spesifik intervensi untuk
membantu komunitas dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan
dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa
keperawatan. Oleh karena itu, rencana mendefinisikan suatu aktivitas
yang diperlukan guna mengatasi faktor-faktor pendukung terhadap
suatu permasalahan
d. Menentukan dokumentasi
Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk bervariasi
guna mempromosikan perawatan, meliputi perawatan individu,

xix
keluarga dan komunitas, perawatan berkesinambungan, komunikasi,
serta evaluasi.
7. Implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas
Implementasi atau pelaksanaan sebagai inisiatif dari rencana tindakan guna
mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu
komunitas mencapai tujuan yang diharapkan. Rencana tindakan spesifik
dilaksanakan guna memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan komunitas.

Implementasi bertujuan membantu komunitas dalam mencapai tujuan


yang ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dana fasilitas koping. Perencanaan tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik jika komunitas memiliki
keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan.

Menurut Mubarak dkk (2010), terdapat lima prinsip yang umumnya


digunakan dalam implementasi keperawatan komunitas, antara lain
sebagai berikut:
a. Inovatif
Perawat komunitas harus memiliki wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta berdasarkan atas kemitraan
b. Integrasi
Perawat komunitas harus mampu bekerja sama dengan sesamaprofesi,
tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan atas kemitraan
c. Rasional

xx
Perawat komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional, demi tercapainya rencana
program yang telah disusun
d. Mampu dan mandiri
Perawat komunitas diharap mempunyai kemampuan dan kemandirian
dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten di bidangnya
e. Ugem
Perawat komunitas harus yakin dan percaya pada kemampuannya, serta
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan akan tercapai
8. Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

B. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Definisi keluarga
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah akan

xxi
tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu
kebudayaan maka dimulai dari keluarga (Harnilawati. 2013).
2. Definisi keperawatan keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan
keperawatan yang dapat dilaksanakan di masyarakat. Pelayanan
keperawatan keluarga yang saat ini dikembangkan merupakan bagian dari
pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). (Riasmini et
al, 2017).
Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan
keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi tindakan keperawatan dengan memobilisasi sumber sumber
pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan sumber sumber profesi
lain termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sektor lain di komunitas
(Riasmini et al, 2017).
3. Teori Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan hal penting dalam perawatan
kesehatan keluarga ketika kita memandang keluarga sebagai sebuah
sistem. Minuchin (1974) dalam Andarmoyo (2016) menyebutkan siklus
perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap
kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu sistem. Sistem
keluarga tumbuh dan berubah serta mempunyai tugas yang berbeda sesuai
dengan perubahan keluarga sendiri.

Teori perkembangan keluarga yang sering digunakan dalam keperawatan


keluarga adalah Teori Perkembangan Keluarga Duvall Miller dan Carter
McGoldrick. Duvall menggunakan umur dan tingkat sekolah dari anak yang

xxii
sudah tua sebagai interval siklus kehidupan, dengan pengecualian untuk
dua tahap terakhir kehidupan keluarga ketika anak-anak keluar dari
keluarga sehingga mengganggu keseimbangan keluarga. Penekanan teori
ini terletak pada hubungan antar anggota yang berubah sehingga keluarga
bisa bergerak dari satu tahap siklus kehidupan ke tahap berikutnya.
a. Tahap Transisi: Keluarga Antara (Dewasa muda yang belum menikah)
Tahap ini menunjukkan tahap dimana individu berumur 20 tahunan
yang telah mandiri secara finansial dan secara fisik telah terpisah dari
orang tuanya, tetapi belum berkeluarga. Tahap ini sering diabaikan
karena sering masih berkumpul dengan orang tuanya.
Tabel 2.1 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Antara

Tahap Siklus
Kehidupan
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga

Tahap transisi: a. Pisah dari keluarga asal.


Keluarga Antara b. Menjalin hubungan intim dengan teman sebaya.
c. Membentuk kemandirian dalam hal pekerjaan
dan finansial.

b. Tahap I: Keluarga Baru/ Pemula (Beginning Family)


Mulainya pembentukan keluarga yang berakhir ketika lahirnya anak
pertama. Tahap ini dimulai dari perkawinan seorang laki-laki dengan
perempuan serta perpindahan dari status lajang ke hubungan baru yang
intim serta mulai meninggalkan keluarganya masing-masing. Pada tahap
ini keluarga belum memiliki anak.
Table 2.2 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Pemula

Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga
xxiii
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Pemula a. Membangun perkawinan yang saling


memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis
c. Keluarga berencana (Keputusan menjadi
orangtua)

b. Tahap II: Tahap Mengasuh Anak (Child Bearing)


Tahap kedua dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak
tersebut berumur 30 bulan atau 2.5 tahun. Kelahiran anak pertama
merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering
merupakan krisis keluarga. Masalah yang sering ditimbulkan adalah:
suami merasa terabaikan, terdapat peningkatan perselisihan dan
argumen antara suami dan istri, Interupsi dalam jadwal yang kontinu
dan kehidupan seksual dan sosial yang terganggu dan menurun.
Table 2.3 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga sedang mengasuh anak

Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga sedang a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit


mengasuh anak yang mantao (mengintegrasikan bayi baru ke
dalam keluarga).
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga

xxiv
besar dengan menambahkan peran orangtua
dan kakek nenek.

c. Tahap III: Keluarga dengan Anak Prasekolah (Families with Preschool)


Dimulai ketika anak pertama berusia 30 bulan atau 2.5 tahun dan
berakhir ketika berusia 5 tahun. Sekarang keluarga mungkin terdiri dari
tiga hingga lima orang dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-
saudara, anak perempuan-saudari. Pada tahap ini kesibukan semakin
bertambah jika ibu dan bapak sama-sama bekerja diluar rumah.

Table 2.4 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga dengan anak usia


prasekolah.

Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak a. Memenuhi anggota keluarga seperti rumah,


usia prasekolah. ruang bermain, privasi, keamanan.
b. Menyosialisasikan anak

c. Mengintegrasikan anak yang baru


sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga (Hubungan perkawinan dan
hubungan orangtua-anak) dan diluar
keluarga (Keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV: Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

xxv
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum.

Table 2.5 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga dengan anak usia


sekolah

Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak a. Menyosialisasikan anak-anak termasuk


usia sekolah meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.

e. Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja (Families with Teenager)


Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini
berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun. Anak kedua
atau berikutnya biasanya dalam usia sekolah.

Tabel 2.6 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga dengan anak remaja

Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga

xxvi
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak a. Menyeimbangkan kebebasan dengan


remaja tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
b. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang
tua dan anak
d. Mempertahankan etika dan standar moral
keluarga

f. Tahap VI: Keluarga yang Melepas Anak Usia Dewasa Muda


(Launching Center Families).
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir dengan
rumah kosong atau ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini
dapat singkat atau agak panjang, tergantung berapa banyak anak yang
belum menikah dan masih tinggal di rumah.

Tabel 2.7 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga melepas anak dewasa


muda
Tahap Siklus
Kehidupan Keluarga Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga melepas a. Memperluas siklus keluarga dengan
anak dewasa muda memasukan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaiki dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan

xxvii
c. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-
sakitan dari suami maupun istri.

g. Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Families)


Tahap usia pertengahan yang dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orangtua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir saat seorang pasangan pensiun,
biasanya 16-18 tahun kemudian.

Table 2.8 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga dengan orangtua usia


pertengahan

Tahap Siklus
Kehidupan
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga

Keluarga dengan a. Menyediakan lingkungan yang


orangtua usia meningkatkan kesehatan
pertengahan b. Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua lansia dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.

h. Tahap VIII: Keluarga Lanjut Usia


Merupakan tahap terakhir dan perkembangan keluarga yang dimulai
ketika salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun

xxviii
sampai salah satu pasangan meninggal dan berakhir ketika kedua
pasangan meninggal.

Tabel 2.9 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga masa pensiun/ lansia

Tahap Siklus
Kehidupan
Tugas-tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga

Keluarga masa a. Mempertahankan pengaturan hidup


pensiun/ lansia yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan
yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar


generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi
mereka

4. Tipe bentuk keluarga


Andarmoyo (2016) mengatakan bahwa seiring dengan tuntutan keluarga
untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial dan budaya maka bentuk
keluarga pun akan berubah sesuai dengan tuntutan tersebut. Berbagai
bentuk keluarga menggambarkan adaptasi terhadap keluarga yang
terbeban pada orang dan keluarga. Setiap keluarga memiliki kekuatan
sendiri untuk dipengaruhi lingkungan.

xxix
Dalam sosiologi keluarga, berbagai bentuk keluarga digolongkan menjadi
dua bagian besar yaitu bentuk tradisional dan non tradisional atau
sebagai bentuk normatif dan non normatif serta bentuk keluarga varian.
Bentuk keluarga varian digunakan untuk menyebut bentuk keluarga yang
merupakan variasi dari bentuk normatif yaitu semua bentuk deviasi dari
keluarga inti tradisional. Berikut akan dijelaskan beberapa bentuk
keluarga yang berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan
keluarga.
a. Keluarga Tradisional
1) Traditional Nuclear (Keluarga Inti)
Merupakan satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling
ideal.Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak tinggal dalam satu rumah dimana ayah adalah pencari
nafkah dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Berikut varian dalam
keluarga inti adalah:
a) Keluarga Pasangan Suami Istri Bekerja
Keluarga dimana pasangan suami istri keduanya bekerja di luar
rumah.Keluarga ini merupakan perkembangan varian non
tradisional dimana pengambilan keputusan dan pembagian
fungsi keluarga ditetapkan secara bersama-sama oleh kedua
orang tua.Meskipun demikian, beberapa keluarga masih tetap
menganut bahwa fungsi kerumahtanggaan tetap dipegang
oleh istri.
b) Keluarga Tanpa Anak (Dyadic Nuclear)
Keluarga dimana suami istri sudah berumur, tetapi tidak
mempunyai anak.Keluarga tanpa anak dapat diakibatkan oleh
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan
keturunan ataupun ketidaksanggupan untuk mempunyai anak

xxx
akibat kesibukan dari karirnya. Biasanya keluarga ini akan
mengadopsi anak.
2) Commuter Family
Keluarga dengan pasangan suami istri berpisah tempat tinggal
secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan tertentu
keduanya bertemu dalam satu rumah.
3) Reconstitute Nuclear
Pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/ istri, tinggal dalam satu rumah dengan anaknya,
baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru.Pada umumnya, bentuk keluarga ini terdiri dari
ibu dengan anaknya dan tinggal bersama ayah tiri.
4) Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga besar tradisional adalah satu bentuk keluarga dimana
pasangan suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan
belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak saudara, atau
kerabat dekat lainnya. Dengan demikian, anak dibesarkan oleh
beberapa generasi dan memiliki pilihan terhadap model-model
yang akan menjadi pola perilaku bagi anak-anak. Tipe keluarga
besar biasanya bersifat sementara dan terbentuk atas dasar
persamaan dan terdiri dari beberapa keluarga inti yang secara adil
menghargai ikatan-ikatan keluarga besar. Keluarga luas sering
terbentuk karena meningkatnya hamil diluar nikah, perceraian
maupun usia harapan hidup yang meningkat sehingga keluarga
besar menjadi pilihan mereka untuk sementara. Varian dari
keluarga besar adalah keluarga group marriage yaitu satu
perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya dalam satu
kesatuan keluarga dan keturunannya sudah menikah serta semua
telah memiliki anak.

xxxi
5) Keluarga dengan Orangtua Tunggal (Single Parent)
Keluarga dengan orangtua tunggal adalah bentuk keluarga yang
didalamnya hanya terdapat satu orang kepala rumah tangga yaitu
ayah atau ibu. Varian tradisional keluarga ini adalah bentuk
keluarga dimana kepala keluarga adalah janda karena cerai atau
ditinggal mati suaminya, sedangkan varian non-tradisional dari
keluarga ini adalah single adult yaitu kepala keluarga seorang
perempuan atau laki-laki yang belum menikah dan tinggal sendiri.
b. Keluarga Non-tradisional
Orang dalam pengaturan keluarga non tradisional sering menekankan
nilai aktualisasi diri, kemandirian, persamaan jenis kelamin, keintiman
dalam berbagai hubungan interpersonal. Bentuk-bentuk keluarga ini
meliputi:
1) Communal Family
Keluarga dimana dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih
pasangan yang monogami tanpa pertalian keluarga dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.Tipe
keluarga ini biasanya terjadi pada daerah perkotaan dimana
penduduknya padat.
2) Unmarried Parent and Child
Keluarga yang terdiri dari ibu-anak, tidak ada perkawinan dan
anaknya hasil adopsi.
3) Cohabiting Couple
Keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa perkawinan.
4) Institusional
Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang dewasa
yang tinggal bersama-sama dalam panti. Sebenarnya keluarga ini

xxxii
tidak cocok untuk disebut sebagai sebuah keluarga, tetapi mereka
sering mempunyai sanak saudara yang mereka anggap sebagai
keluarga sehingga sebenarnya terjadi jaringan yang berupa
kerabat.

5. Tujuan keperawatan keluarga


a. Tujuan umum:
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
b. Tujuan khusus:
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah kesehatan.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
terkait dengan masalah kesehatan.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya.

5. Struktur dan fungsi keperawatan keluarga


a. Struktur keperawatan keluarga
1) Teori struktur keluarga
Keluarga adalah suatu sistem terbuka yang terdiri dari beberapa
komponen/subsistem yang selalu berinteraksi dengan lingkungan
eksternal maupun internal. Struktur keluarga adalah pengetahuan
tentang cara keluarga mengorganisasikan subsistem yang ada

xxxiii
pada keluarga serta bagaimana komponen-komponen keluarga
tersebut berhubungan. Dimensi dasar struktur keluarga terdiri
dari; pola dan proses komunikasi, struktur kekuatan/kekuasaan,
struktur peran, serta struktur nilai keluarga. Keempat elemen ini
memiliki interrelast dan saling bergantung satu sama lain. Struktur
ini akan dievaluasi untuk mengetahui bagaimana keluarga mampu
melaksanakan fungsinya. Berikut ini akan diuraikan satu-persatu
dari struktur keluarga yang dimaksud (Andarmoyo, 2016).

2) Pola dan proses komunikasi


Komunikasi menunjuk kepada proses tukar menukar perasaan,
keinginan, kebutuhan-kebutuhan, opini-opini (McCubbin dan
Dahl, 1985).galvin dan Brommel (1986) mendefinisikan
komunikasi keluarga adalah suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan
anggota keluarga merupakan sarana yang penting dimana melalui
sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang
dan menjadi terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi yang tidak
jelas diyakini sebagai sebuah penyebab utama berfungsi keluarga
yang sangat memprihatinkan (Holman, 1983; Safir, 1983 dalam
Andarmoyo, 2016).

Tabel 2.10 Dasar-dasar kekuasaan keluarga

1. Kekuasaan/wewenang yang sah


2. Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa

xxxiv
3. Kekuasaan referen
4. Kekuasaan sumber
5. Kekuasaan ahli
6. Kekuasaan penghargaan
7. Kekuasaan memaksa
8. Kekuasaan afektif
9. Kekuasaan manajemen ketegangan

a) Kekuasaan yang sah/wewenang primer/legitimate power


Adalah wewenang yang didasarkan oleh kepercayaan dan
persepsi bersama dari anggota keluarga bahwa satu orang
mempunyai hal untuk mengontrol tingkah laku dari anggota
keluarga yang lain. Kekuasaan ini berkaitan dengan peran yang
diemban oleh anggota keluarga dan didasarkan pada
tradisi/budaya setempat yang berlaku.
Berdasar tradisi secara umum, kekuasaan ini dimiliki oleh
seorang ayah/suami yang didukung oleh seluruh anggota
keluarga (Andarmoyo, 2016).

b) Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa


Adalah bentuk lain dari kekuasaan yang sah yang didasarkan
pada hak untuk menerima sesuatu dari orang yang mampu
memberikan bantuan. Secara umum, orang yang menerima
adalah orang yang membutuhkan/tidak berdaya, sedangkan
yang memberi adalah orang yang mampu memberikan
bantuan. Orang yang tak berdaya tersebut mempunyai
kekuasaan palsu dan orang lain karena ketidakberdayaannya.
Kekuasaan ini terjadi pada keluarga dimana salah satu anggota

xxxv
mengalami kecacatan atau ketidakmampuan yang lain
(Andarmoyo, 2016).
c) Kekuasaan reference/referent power
Adalah kekuasaan yang didasarkan pada proses identifikasi
positif terhadap orang lain. Kekuasaan ini dimiliki oleh seorang
anak untuk meniru peran yang dimainkan oleh orangtuanya
(Andarmoyo, 2016).
d) Kekuasaan ahli dan sumber/expert power
Tipe kekuasaan ini didasarkan dari orang yang mempunyai
sumber/keahlian yang berharga dalam jumlah yang besar.
Orang yang berkuasa memiliki sumber yang besar,
kemampuan, keahlian, keterampilan atau pengalaman yang
lebih dari orang lain. Kekuasaan ini dapat dimiliki oleh seorang
ayah karena memiliki penghasilan yang tinggi, atau dimiliki
oleh seorang ibu karena kepandaiannya mengatur keuangan
rumah tangga atau hal lain yang dapat ditonjolkan
(Andarmoyo, 2016).
e) Kekuasaan penghargaan/reward power
Kekuasaan yang terjadi karena adanya harapan bahwa yang
berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang
bersikap positif terhadap ketaatan seseorang. Kekuasaan ini
dimiliki oleh anak karena kepatuhannya. Tingkah laku anak
yang baik merupakan sumber kebanggaan orang tua sehingga
sering digunakan oleh anak untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan (Andarmoyo, 2016).
f) Kekuasaan dominasi/paksaan/coercive power
Kekuasaan yang berdasar persepsi dan kepercayaan bahwa
orang yang memiliki kekuasaan mungkin akan menghukum
dengan ancaman, paksaan atau kekerasan dari individu lain

xxxvi
jika tidak taat. Kekuasaan ini dimiliki oleh orang tua terhadap
anak (Andarmoyo, 2016).
g) Kekuasaan informasional/informational power
Kekuasaan yang didasarkan pada isi pesan persuasif seseorang
dapat dipengaruhi oleh penjelasan tentang kebenaran yang
diberikan secara hati-hati. Kekuasaan ini hampir sama dengan
kekuasaan ahli dengan ruang lingkup yang lebih sempit
(Andarmoyo, 2016).
h) Kekuasaan afektif/affective power
Kekuasaan yang didasarkan pada pemberian afeksi/perasaan
dan kehangatan serta seks. Kekuasaan ini secara umum
dimiliki oleh seorang istri atau ibu (Andarmoyo, 2016).
i) Kekuasaan manajemen ketegangan
Kekuasaan yang didasarkan dari kontrol untuk mengatasi
ketegangan dan konflik keluarga. Kekuasaan ini biasanya
menggunakan perdebatan, air mata ataupun ketidaksepakatan
ketika menghadapi konflik sehingga anggota keluarga yang lain
akan mengalah.

Pada akhirnya, kekuasaan harus diwujudkan dalam


pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan biasanya
dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan dalam keluarga.
Pemegang kekuasaan dalam keluarga tergantung pada hirarki
kekuasaan keluarga, tipe bentuk keluarga pembentukan
koalisi/persatuan, jaringan komunikasi keluarga kelas sosial,
tahap perkembangan keluarga, latar belakang budaya dan
religius, kelompok situasional, variabel individu, jenis kelamin,
usia dan keterampilan interpersonal serta rasa

xxxvii
ketergantungan emosi pasangan dan tanggung jawab untuk
menikah.

Berdasarkan pengaruh tersebut secara umum pemegang


kekuasaan terdiri dari tiga macam, yaitu:
(1) Patriarkal, artinya pemegang kekuasaan didasarkan pada
garis keturunan laki-laki.
(2) Matriakal, kekuasaan didasarkan pada garis keturunan
perempuan.
(3) Equalitarian/egalitarian, kekuasaan didasarkan keputusan
bersama antara laki-laki dan perempuan.

3) Struktur peran
a) Teori dan definisi peran
Peran menunjuk kepada beberapa set perilaku yang kurang
lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan
diterapkansecara normatif dari seorang akupun dalam situasi
sosial tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan
peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
menyangkut peran-peran tersebut (Nye, 1976 dalam
Andarmoyo, 2016).

b) Posisi atau status


Posisi atau status didefinisikan sebagai tempat seseorang
dalam suatu sistem sosial. Peran digolongkan menurut
pemikiran menyangkut posisi. Sementara peran adalah
perilaku yang berkaitan dengan siapa. Yang memegang suatu

xxxviii
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat
seseorang dalam suatu system social. Setiap individu
menempati posisi-posisi multiple-orang dewasa, pria, suami,
petani,dll. Yang berkaitan dengan masing-masing posisi ini
adalah sejumlah peran (Andarmoyo, 2016).
c) Okupun peran
Okupun peran (role occupant) adalah seseorang yang
memegang suatu posisi dalam struktur sosial (Andarmoyo,
2016).
d) Konflik peran
Konflik terjadi ketika akupun dari suatu posisi merasa bahwa ia
berkonflik dengan harapan-harapan yang tidak sesuai (Hardy
& Hardy, 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan dalam harapan yang terjadi dalam diri pelaku,
orang lain, atau dalam lingkungan (Andarmoyo, 2016).
Tipe-tipe konflik peran ada tiga:
(1) Konflik antara peran
(2) Intersender role conflict (konflik peran antar pengirim)
(3) Person role conflict
e) Konflik Antara Peran
Adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-
norma dari satu peran tidak kongruen dengan peran lain yang
dimainkan secara bersamaan oleh individu. Tipe konflik ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan berbagai peran atau besarnya tenaga
berlebihan yang dibutuhkan oleh peran-peran ini. Misal dalam
kasus keluarga dimana peran yang dijalankan oleh seseorang
adalah sebagai siswa, penjaga rumah, memasak, perkawinan,

xxxix
dan perawatan anak yang dilaksanakan sekaligus (Andarmoyo,
2016).
f) Intersender Role Conflict (Konflik Antara Pengirim)
Merupakan tipe konflik di mana ada dua orang atau lebih
memegang harapan-harapan yang bisa memicu terjadinya
konflik, menyangkut pemeran suatu peran. Misalnya, seorang
kepala perawat boleh jadi mengharapkan efisiensi dari suatu
tindakan; sedangkan pasien (Andarmoyo, 2016).
g) Person role conflict
Tipe ini meliputi suatu suatu konflik antara nilai-nilai internal
individu dan nilai-nilai eksternal yang dikomunikasikan kepada
pelaku oleh orang lain, dan membawa pelaku ke dalam situasi
yang penuh dengan stress peran. Missal keluarga dengan anak
remaja, remaja memiliki pemikiran internal menyangkut
perannya sebagai remaja sedangkan dalam kondisi lain
kelompok sebayanya menentukan suatu peran yang berbeda
(Andarmoyo, 2016).

h) Peran-peran formal keluarga


Andarmoyo (2016) peran formal bersifat eksplisit. Peran
formal keluarga adalah:
(1) Peran parental dan perkawinan
Nye dan gecas (1976), telah mengidentifikasi enam peran
dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri-ibu. Peran tersebut adalah
(a) Peran provider/penyedia
(b) Peran pengatur rumah tangga
(c) Peran perawatan anak

xl
(d) Peran sosialisasi anak
(e) Peran rekreasi
(f) Peran persaudaraan
(g) Peran terpeutik/ memenuhi kebutuhan afektif dari
pasangan
(h) Peran seksual
(2) Peran anak
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan
pertumbuhan fisik,psikis, sosial
(3) Peran kakek/nenek
Menurut bengston(1985) peran kakek/ nenek dalam
keluarga adalah:
(a) Semata-mata hadir dalam keluarga
(b) Pengawal
(c) Menjadi hakim
(d) Menjadi partisipan

i) Peran Informal Keluarga


Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individu (Satir, 1967) dan
/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
Keberadaan peran informal penting bagi tuntutan-tuntutan
integratif dan adaptif kelompok keluarga (Andarmoyo, 2016).
Andarmoyo, 2016 terdapat beberapa contoh peran-peran
informal atau tertutup. Peran-peran informal ini tidak bisa

xli
menghasilkan stabilitas keluarga, ada beberapa yang bersifat
adaptif dan ada yang merusak kesejahteraan sosial, yaitu:
- Pendorong
Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima
kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul
orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran
mereka penting dan bernilai untuk didengar.
- Pengharmonis
Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat di
antara para anggota menghibur menyatukan kembali
perbedaan pendapat.
- Initiator-kontributor
Inisiator-kontributor mengemukakan dan mengajukan ide-
ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau
tujuan dalam kelompok.
- Pendamai
Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian
dari konflik dan ketidaksepakatan. Pendamai menyatakan
polisinya dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian “setengah jalan”.
- Penghalang
Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang
ditolak tanpa alasan.

- Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau
superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok

xlii
tertentu dan membanggakan kekuasaanya dan bertindak
seakan-akan ia mengetahui segala-gala nya dan tampil
sempurna.
- Penyalah
Peran ini sama seperti penghalang dan dominator.
Penyalah adalah seorang yang suka mencari tahu
kesalahan, dan bersikap diktator.
- Pengikat
Seorang pengikat terus mengikuti gerakan dari kelompok,
menerima ide-ide dari orang lain kurang lebih secara pasif,
tampil sebagai pendengar dalam diskusi kelompok dan
keputusan kelompok.
- Pencari pengakuan
Pencari pengakuan berupaya mencari cara apa saja yang
tepat untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri,
perbuatan, prestasi, dan/masalah-masalahnya.
- Martir
Martir tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya
berkorban anggota keluarga.
- Keras hati
Orang yang memainkan peran ini mengumbar terus-
menerus dan aktif tentang semua hal yang “benar”, tidak
bedanya dengan sebuah komputer.
- Sahabat
Sahabat seorang teman bermain keluarga yang mengikuti
kehendak pribadi dan memaafkan perilaku keluarga
tingkah lakunya sendiri tanpa melihat konsekuensinya.
- Kambing hitam

xliii
Kambing hitam keluarga adalah masalah anggota keluarga
yang telah didentifikasi dalam keluarga.

- Penghibur
Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk
merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang
membutuhkan
- Pioneer keluarga
Pioneer keluarga membawa keluarga pindah ke suatu
wilayah asing, dan dalam pengalaman baru.
- Distractor dan orang yang tidak relevan
Distractor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan
perilaku yang menarik perhatian
- koordinator keluarga
coordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga
- penghubung keluarga
perantara keluarga adalah penghubung, ia mengirim dan
memonitor komunikasi dalam keluarga.
- Saksi
Peran dari sakasi sama dengan ”pengikut” kecuali dalam
beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati,
tidak melibatkan diri.
4) Struktur nilai
Nilai-nilai keluarga adalah didefinisikan sebagai suatu sistem ide,
sikap dan kepercayaan tentang suatu keseluruhan atau konsep
yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama
seluruh anggota keluarga dalam satu budaya yang lazim (parad
dan caplan, 1965). Sistem nilai keluarga dianggap sangat

xliv
mempengaruhi nilai-nilai pokok dari masyarakat, dan juga
dipengaruhi nilai-nilai subkultural keluarga serta kelompok-
kelompok referensi lain. Nilai-nilai dalam keluarga tidak bersifat
statis. Potensi keunggulan dari nilai-nilai keluarga berubah-ubah
dari waktu ke waktu, karena keluarga dan anggota terbuka
terhadap berbagi subkultur. Dalam membantu suatu keluarga,
nilai dan perilaku mereka perlu dipahami yang keluarga katakan
penting adalah mungkin adanya perbedaan luar biasa, hal ini
merujuk pada sesuatu yang nyata (perilaku keluarga yang
sebenarnya) versus sesuatu yang ideal (nilai-nilai keluarga)
(Andarmoyo, 2016).
b. Fungsi keperawatan keluarga
1) Teori fungsional keluarga
Keberadaan keluarga pada umumnya adalah untuk memenuhi
fungsi-fungsi keluarga. Fungsi keluarga, berbeda sesuai dengan
sudut pandang terhadap keluarga. Akan tetapi dari sudut
kesehatan keluarga yang sering digunakan adalah fungsi keluarga,
yang disusun oleh friedman. Berikut ini dijelaskan beberapa fungsi
keluarga, dari WHO Friedman dan Depkes RI.

Fungsi keluarga menurut WHO (1978 dalam Andarmoyo, 2016)


adalah sebagai berikut :
a) Fungsi Biologis
Artinya adalah fungsi untuk reproduksi, pemeliharaan dan
membesarkan anak, memberi makan, mempertahankan
kesehatan dan rekreasi. Syarat yang harus dipenuhi untuk
fungsi ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang
manajemen fertilitas, kesehatan genetik, perawatan selama

xlv
hamil, perilaku konsumsi yang sehat, serta melakukan
perawatan anak.
b) Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi untuk memenuhi sumber penghasilan,
menjamin keamanan finansial anggota keluarga dan
menentukan alokasi sumber yang diperlukan. Syarat untuk
memenuhi fungsi ini adalah keluarga mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai serta tanggung
jawab.
c) Fungsi Psikologis
Adalah fungsi menyediakan lingkungan yang dapat
meningkatkan perkembangan kepribadian secara alami, guna
memberikan perlindungan psikologis yang optimum. Syarat
yang harus dipenuhi untuk melaksanakan fungsi ini adalah
emosi stabil, perasaan antar anggota keluarga baik,
kemampuan untuk mengatasi stress dan krisis.

d) Fungsi Edukasi
Adalah fungsi mengajarkan keterampilan, sikap, dan
pengetahuan. Syarat yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan fungsi ini adalah anggota keluarga harus
mempunyai tingkat intelegensi yang meliputi pengetahuan,
keterampilan serta pengalaman yang sesuai.
e) Fungsi Sosiokultural
Adalah fungsi untuk melaksanakan transfer nilai-nilai yang
berhubungan dengan perilaku, tradisi/adat dan bahasa. Syarat
yang harus dipenuhi adalah anggota keluarga harus

xlvi
mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh
norma-norma perilaku serta mempertahankannya.
2) Fungsi Keluarga (Friedman)
Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Andarmoyo (2016),
yaitu:
a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah
(1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,
kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga.
(2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
(3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru.

b) Fungsi Sosialisasi Peran


Adalah Fungsi Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

xlvii
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga
dapat Membina hubungansosial pada anak, Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan
d) Fungsi Memenuhi kebutuhan Fisik dan Perawatan
Merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta
perawatan kesehatan.
e) Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian
dana serta pengaturan keseimbangan.
f) Fungsi Pengontrol/ Pengatur
Adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.
3) Fungsi Keluarga (PP N0/21 Th.1994 dan UU NO.10 Tahun 1992
dalam Andarmoyo, 2016)
a) Fungsi keagamaan
Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan
seluruh anggota keluarga menjadi insan yang taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa . Tugas dari fungsi keagamaan adalah:
(1) Membina norma/ajaran agama sebagai dasar tujuan hidup
seluruh anggota keluarga
(2) Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah
laku hidup sehari-hari seluruh anggota keluarga

xlviii
(3) Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama
dalam hidup sehari-hari
(4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak
tentang keagamaan yang tidak atau krang di perolehnya di
sekolah atau masyarakat
(5) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga
beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia
dan sejahtera

b) Fungsi Sosial Budaya


Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan dan
melestarikan sosial budaya indonesia dengan cara :
(1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma dan budaya masyarakat dan bangsa
yang ingin dipertahankan.
(2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma budaya asing yang tidak sesuai.
(3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga di mana
anggotanya mengadakan kompromi/adaptasi dari praktik
globalisasi dunia.
(4) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan
seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa untuk
terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
c) Fungsi Kasih Sayang
Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasib
sayang setiap anggota keluarga, antarkerabat, antargenerasi.
Termasuk dalam fungsi ini adalah :
(1) Menumbuhkan potensi kasih sayang yang telah ada di
antara anggota keluarga ke dalam simbol-simbol

xlix
nyata/ucapan dan perilaku secara optimal dan terus
menerus
(2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar
keluarga yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif
dan kualitatif.
(3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi
dan ikhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan
seimbang
(4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang
mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
pola hidup ideal menuju KKBS.

d) Fungsi Perlindungan
Adalah fungsi untuk memberikan rasa aman secara lahir dan
batin kepada setiap anggota keluarga. Fungsi ini menyangkut:
(1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik
dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari
luar keluarga.
(2) Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis maupun dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari
luar.
(3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan
keluarga sebagai modal menuju KKBS.
e) Fungsi Reproduksi
Memberikan keturunan yang berkualitas melalui : Pengaturan
dan perencanaan yang sehat dan menjadi insan pembangunan
yang handal dengan cara:
(1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat bagi anggota keluarga maupun bagi

l
keluarga sekitarnya.
(2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam usia, pendewasaan fisik
maupun mental.
(3) Mengamalkan kaidah repsoduksi sehat, bagi yang
berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak dan jumlah
ideal anak yang di inginkan dalam keluarga.
(4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai
modal yang kondusif menuju KBS.

f) Fungsi Pendidikan dan Sosialisasi


Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama
dari anggota keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan
fisik, mental, sosial dan spiritual secara serasi selaras dan
seimbang. Fungsi ini adalah :
(1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak
yang pertama dan utama
(2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat dimana anak dapat mencari
pemecahan masalah dari konflik yang dijumpai baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat
(3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang
hal-hal yang diperlukannya untuk meningkatkan
kematangan dan kedewasaan fisik dan mental, yang tidak/

li
kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat
(4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi
dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat
positif bagi anak, tetapi juga bagi orangtua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju
KKBS

g) Fungsi Ekonomi
Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis
produktif agar pendapatan keluarga meningkat dan tercapai
kesejahteraan
(1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam
lingkungan keluarga dalam rangka menopang
kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
(2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga.
(3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orangtua diluar rumah
dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan
serasi, selaras dan seimbang.
(4) Membina kegiatan dari hasil ekonomi keluarga sebagai
model mewujudkan NKKBS.

h) Fungsi Pembinaan Lingkungan


Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan
lingkungan alam sehingga terciota lingkungan yang serasi,
selaras dan seimbang.

lii
(1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup intern keluarga
(2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan ekstern keluarga
(3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup serasi, selaras dan seimbang antara
lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat
sekitarnya.
(4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju
KKBS.

Meskipun banyak fungsi-fungsi keluarga seperti disebutkan


diatas pelaksanaan fungsi keluarga di indonesia secara singkat
dapat disebutkan sebagai berikut :

(1) Asih : Memberi kasih sayang, perhatian, rasa aman, hangat


kepada seluruh anggota keluarga sehingga dapat
berkembang sesuai usia dan kebutuhan.
(2) Asah : Memenuhi pendidikan anak sehingga siap menjadi
manusia dewasa, mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan
masa depan.
(3) Asuh : Memelihara dan merawat anggota keluarga agar
tercapai kondisi yang sehat fisik, mental, sosial dan
spiritual.

6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Menurut Freeman dalam Setiadi (2012) membagi 5 tugas keluarga dalam
bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :

liii
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar
perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang aman untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk melakukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain di lingkungan
sekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke
pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik anatar keluarga dan
lembaga kesehatn (pemanfaatan fasilitas kesehatn yang ada) .

liv
7. Peran perawat keperawatan keluarga
Menurut Andarmoyo (2016) dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain adalah :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit
b. Mengenalkan masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga, dalam hal
ini perawat membantu keluarga dalam mengenalkan penyimpangan
dari keadaan-keadaan normal tentang kesehatan dan membantu
keluarga dalam melihat masalah secara objektif akan keuntungan dan
kerugian yang ditimbulkan dari masalah tersebut
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan
keluarga, yaitu berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan
keluarga baik secara individu maupun berkelompok
d. Fasilitator, yaitu menjadikan pelayanan kesehatan mudah dijangkau
dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang
dihadapi keluarga dan mampu membantu mencarikan jalan
pemecahannya
e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk
mengubah perilaku keluarga yang tidak sehat menjadi sehat atau
menjadi lebih sehat
f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan
petunjuk asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga di samping
menjadi penasihat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan
keluarga.

8. Prinsip-prinsip perawatan keluarga


Menurut Andarmoyo (2016) ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, prinsip
tersebut adalah:

lv
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
Dalam konteks ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai
fokus utama dalam pemberian asuhan keperawatan. Keperawatan
dipandang sebagai sistem yang berinteraksi dimana fokusnya adalah
dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi
keluarga serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan
kesehatan dan keluarga dengan lingkungan sekitarnya.
b. Dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan
keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan keluarga.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
perawat melibatkan peran serta aktif seluruh anggota keluarga mulai
dari merumuskan masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
e. Mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

lvi
Bermas dan Indonesia Sehat

1. Konsep GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)


a. Pengertian GERMAS
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan gerakan
nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI dalam mengoptimalkan
upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya
kuratif-rehabilitatif sebagai payung besar tercapainya hidup sehat,
dan penurunan prevalensi penyakit (Kemenkes RI, 2016).

Germas Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan


suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara
bersama- sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga,
karena masyarakat yang membentuk kepribadian (Kemenkes RI,
2016).

b. Perilaku GERMAS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan dari pola
hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku tersebut
dilakukan atas kesadaran keluarga sendiri sehingga dapat menolong
dirinya sendiri dan aktif dalam kegiatan lain di masyarakat. PHBS
berguna agar setiap keluarga yang menjalankan PHBS akan meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat dapat
meningkatkan produktivitas kerja dan biaya yang seharusnya
digunakan untuk berobat dapat digunakan untuk keperluan lainnya
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga.
PHBS di rumah tangga memiliki sepuluh indikator.
lvii
1) Yang pertama, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan maksudnya adalah
persalinan yang ditolong oleh bidan, dokter, maupun tenaga
medis lainnya. Hal ini diharapkan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi. Tenaga kesehatan merupakan orang yang
ahli dalam membantu persalinan karena itu keselamatan ibu dan
bayi dapat terjamin.

2) Yang kedua, memberikan bayi ASI eksklusif, ASI eksklusif adalah


ASI yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan tanpa memberikan
makanan dan minuman tambahan apapun. ASI merupakan
makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi yang dapat menjadikan
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
3) Yang ketiga, menimbang bayi dan balita setiap bulan,
penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan. Setelah bayi atau balita ditimbang
hasilnya akan dicatat pada buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
atau KMS (Kartu Menuju Sehat) maka akan terlihat apakah berat
badan bayi atau balita naik atau tidak naik.
4) Yang keempat, menggunakan air bersih, air adalah kebutuhan
dasar yang digunakan untuk keperluan sehari-hari agar tidak sakit
maupun terkena penyakit. Air bersih dapat dibedakan melalui
indra manusia, yaitu tidak berbau, jernih, bebas dari kotoran,
debu, dan tidak berasa. Menjaga kebersihan air sangat penting.
Jarak letak sumber air dengan jamban minimal adalah 10 meter.
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas dari kuman.
5) Yang kelima, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, tangan
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Jika tangan kotor

lviii
maka beresiko adanya kuman yang menempel. Cuci tangan
berfungsi untuk mengurangi/menghilangkan kuman yang
menempel pada tangan. Sabun dapat menghilangkan kotoran dan
membunuh kuman karena apabila tidak menggunakan sabun,
kuman masih menempel pada tangan.
6) Yang keenam, menggunakan jamban sehat, jamban merupakan
suatu ruangan yang memiliki fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok / tempat duduk dan air
untuk membersihkannya. Jamban harus dipelihara supaya tetap
sehat. Lantai jamban setidaknya harus selalu bersih dan tidak ada
genangan air. Syarat jamban yang sehat adalah tidak mencemari
sumber air minum (jarak minimal 10 meter), tidak berbau, kotoran
tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari
tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi
yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, dan
tersedia air, sabun, dan alat pembersih
7) Yang ketujuh, memberantas jentik di rumah, rumah bebas jentik
adalah rumah yang dilakukan pemeriksaan berkala tidak terdapat
jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik secara berkala adalah
pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di
dalam rumah secara teratur dalam seminggu. Agar rumah menjadi
bebas dari jentik maka perlu dilakukan pemberantasan nyamuk
dengan 3M plus, yaitu menguras, menutup, mengubur, plus
menghindari gigitan nyamuk. Rumah bebas jentik sangat
bermanfaat karena mengurangi populasi nyamuk menjadi
terkendali dan menjadikan penyakit yang ditularkan lewat nyamuk
menjadi berkurang.

lix
8) Yang kedelapan, makan buah dan sayur setiap hari. Sayur dapat
didefinisikan sebagai bagian dari sebuah tanaman yang umum
dapat dimakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi. Jenis
sayur berdasarkan definisi, yaitu sayuran daun, contoh dari
sayuran daun, yaitu sawi, kangkung, dan selada. Sayuran bunga,
contoh dari sayuran bunga, yaitu brokoli, kembang kol, dan bunga
turi. Sayuran buah, contoh dari sayuran buah, yaitu mentimun,
cabai, terong, dan tomat. Sayuran biji muda, contoh dari sayuran
biji muda, jagung muda, kacang panjang, buncis, dan kacang kapri
muda. Sayuran batang muda, contoh dari sayuran batang muda,
yaitu rebung, jamur, dan asparagus. Sayuran akar, contoh dari
sayuran akar, yaitu wortel, lobak, dan bit. Sayuran umbi, contoh
dari sayuran umbi, yaitu kentang, bawang bombay, bawang
merah, dan bawang putih.
9) Yang kesembilan, melakukan aktivitas fisik setiap hari, semua
anggota keluarga sebaiknya melakukan aktivitas fisik minimal 30
menit sehari. Aktivitas fisik adalah melakukan gerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

10) Yang kesepuluh, tidak merokok di dalam rumah, setiap anggota


keluarga tidak boleh merokok karena dalam satu batang rokok
yang dihisap mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya.
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun meskipun hanya satu batang per hari.
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok, tapi menghirup

lx
asap rokok orang lain.13 Penyediaan pangan sehat dan
percepatan perbaikan gizi. Gizi seimbang merupakan susunan
makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jumlah
maupun jenis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan ideal.
c. Indikator Perilaku GERMAS
Perilaku GERMAS diambil dari fokus kegiatan GERMAS pada tahun
2016-2017 yang berkaitan erat dengan status gizi, yaitu berupa
aktivitas fisik, konsumsi buah, dan konsumsi sayur. Konsumsi sayur
dan buah dinilai dengan form yang diadopsi dari kuesioner Riskesdas
2013 tentang perilaku konsumsi sayur dan buah. Frekuensi dan porsi
asupan sayur dan buah dikumpulkan dengan cara menghitung jumlah
hari konsumsi sayur dan buah dalam waktu seminggu dan jumlah
porsi rata-rata konsumsi sayur dan buah dalam sehari. Seseorang
dikategorikan “cukup” apabila mengkonsumsi sayur dan atau buah
minimal 5 (3 porsi sayur dan 2 porsi buah) porsi per hari selama 7 hari
dalam seminggu. Seseorang dikategorikan “kurang” apabila
mengkonsumsi sayur dan atau buah kurang dari ketentuan minimal 5
(3 porsi sayur dan 2 porsi buah) porsi per hari selama 7 hari dalam
seminggu.

Menurut Riskesdas 2013, aktivitas fisik dikelompokkan menjadi tiga,


yaitu aktivitas fisik berat, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas fisik
ringan. Aktivitas fisik berat merupakan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal sepuluh menit
sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari
biasanya, kegiatan ini berupa kegiatan seperti menimba air, mendaki
gunung, lari cepat, mencangkul, dan menebang pohon, serta kegiatan

lxi
berat lainnya yang dilakukan minimal selama tiga hari dalam
seminggu dan memiliki total waktu beraktivitas ≥1500 MET minute.
MET minute dari aktivitas fisik berat adalah lama waktu (menit) dalam
melakukan aktivitas seminggu dikalikan bobot sebesar 8 kalori.
Aktivitas fisik sedang merupakan kegiatan seperti menyapu dan
mengepel minimal lima hari atau lebih dengan total lamanya
beraktivitas 150 menit dalam seminggu. Aktivitas fisik ringan
merupakan kegiatan selain yang termasuk dalam kegiatan aktivitas
fisik berat dan aktivitas fisik sedang.

d. Langkah-langkah GERMAS
1) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang terencana dan terstruktur
serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Aktivitas fisik juga
merupakan setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga dan energi atau pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015).
Aktivitas fisik disebut juga aktivitas eksternal, yaitu sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai
kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, dan berolahraga. Setiap
kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut
intensitas dan sifat kerja otot. Latihan fisik dapat meningkatkan
kemampuan fungsional dan menurunkan kebutuhan oksigen otot
jantung yang diperlukan pada seseorang. Aktivitas fisik yang aktif
dilakukan 3-5 kali dalam seminggu minimal 30 menit sehari,
aktivitas fisik yang sering dilakukan seperti lari, senam, bermain
bola dan aktivitas olahraga lainnya (Kemenkes, 2015). Aktivitas
fisik yang cukup pada orang dewasa dapat menurunkan risiko
hipertensi dan penyakit jantung koroner.
lxii
Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor risiko independen
untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan
menyebabkan kematian secara global karena itu peran petugas
kesehatan sangat penting dalam pelaksanaan aktivitas fisik pada
masyarakat (WHO, 2010).

2) Mengonsumsi sayur dan buah


Konsumsi sayur dan buah diperlukan tubuh sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat dalam mencapai pola makan sehat
sesuai anjuran pedoman gizi seimbang untuk kesehatan yang
optimal. Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum
menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup
sehat sejumlah 400 gram per orang dalam sehari, yang terdiri dari
250 gram sayur dan 150 gram buah. Bagi masyarakat Indonesia
terutama balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram per orang
sehari dan bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400-600 gram
per orang sehari (Kemenkes RI, 2017).
Apabila terjadi kekurangan dalam mengkonsumsi buah dan sayur
akan menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin,
mineral, serat, dan tidak seimbangnya asam basa tubuh, sehingga
dapat menimbulkan berbagai penyakit (Khomsan, 2008). Dalam
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari sebenarnya kita perlu
mengikuti Pedoman Gizi Seimbang sesuai Permenkes No. 41
Tahun 2014. Sebanyak 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap
hari atau setengah bagian piring berisi buah dan sayur setiap kali
makan (Kemenkes RI, 2017). Mengkonsumsi buah dan sayur

lxiii
setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin dan
mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
serta mengandung serat yang tinggi (Departemen Kesehatan,
2008).
3) Tidak merokok
Rokok merupakan olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesia
lainnya yang mengandung Nikotin dan Tar dengan atau tanpa
bahan tambahan. Berhenti merokok memang tidak mudah,
terutama bagi Anda yang sudah bertahun tahun berkebiasaan
merokok. Namun jika Anda memiliki tekad kuat, maka tidak ada
kata mustahil. Tidak perlu khawatir dengan mitos-mitos yang
beredar, seperti berhenti merokok bisa membuat anda stres,
gemuk, dan lainnya.

Merokok dibedakan menjadi dua cara yakni cara yang pertama


adalah dengan menghisap dan menelan asap rokok ke dalam
paru-paru kemudian dihembuskan. Cara yang kedua dilakukan
dengan lebih modern yakni hanya menghisap sampai mulut
kemudian dihembuskan melalui mulut atau hidung. Perilaku
merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan dan menyebabkan ketergantungan pada perokok.
Begitu banyak manfaat kesehatan yang akan anda rasakan ketika
berhenti merokok, seperti yang disebutkan di atas,
menghindarkan orang-orang yang Anda cintai dari penyakit akibat
menjadi perokok pasif, dan menghemat uang.
4) Tidak mengkonsumsialkohol
Minuman keras (alkohol) dalam kehidupan manusia mempunyai
fungsi ganda yang saling bertentangan. Disatu sisi alkohol

lxiv
merupakan suatu zat yang dapat membantu umat manusia
terutama dalam bidang kedokteran yakni dapat digunakan sebagai
pembersih kulit, Perangsang nafsu makan dalam Tonikum dan
juga dapat digunakan untuk kompres. Akan tetapi disisi lain
alkohol atau minuman keras merupakan faktor yang sangat
membahayakan kesehatan karena sekarang ini minuman keras
dikalangan masyarakat atau khalayak ramai telah menjadi sumber
kerawanan dan kesenjangan dalam masyarakat itu sendiri
(Dirdjosisworo, 1994).
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung
alkohol (zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja terutama pada
otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku,
emosi, dan kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan dan
terus menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani,
rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan kejiwaan. Perilaku
penggunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan
yang cukup berkembang dan menunjukkan kecenderungan yang
meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam
bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian, perbuatan asusila, dan
maraknya premanisme (Surya, 2011). Alkohol Adalah minuman
apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat
merugikan dan membahayakan jasmani maupun rohani dan juga
perilaku serta cara berpikir kejiwaan, sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan masyarakat
sekitarnya.
5) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan adalah suatu upaya untuk mendeteksi
adanya kelainan yang terjadi pada tubuh, walaupun belum timbul
gejala. Apalagi ada beberapa keadaan sakit yang memang hanya

lxv
dapat diketahui kalau melakukan pemeriksaan kesehatan
misalnya pemeriksaan laboratorium. Penyakit yang bisa dideteksi
dengan pemeriksaan kesehatan antara lain penyakit kencing
manis, kadar kolesterol tinggi dan Trigliserida yang tinggi, kadar
asam urat yang tinggi, hipertensi dan gangguan jantung. Selain itu
pemeriksaan skrining awal adanya kemungkinan kanker dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium serta USG abdomen
(Ari F Syam 2016).

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugas kesehatan setiap 6


bulan, untuk memantau, memelihara serta meningkatkan status
kesehatan masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh data
atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan untuk
dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan (Ahmad Selvia, 2009).

Kegiatan Pemeriksaan kesehatan secara berkala secara rutin


sebagai upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap
penduduk usia>15 tahun keatas untuk mendeteksi secara dini
adanya faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis,
gangguan indera serta gangguan mental (Kemenkes RI, 2014).
Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala
yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang
dihadapi. Pemeriksaan kesehatan berkala membantu menemukan
gangguan kesehatan sebelum muncul, saat peluang untuk
ditangani dan disembuhkan masih sangat besar (Tim Esensi,
2012).

lxvi
6) Penggunaan Jamban
Menurut Menteri Kesehatan dr. Achmad Sujudi (2014),
menjelaskan bahwa pembuatan jamban merupakan usaha
manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup sehat. Dalam pembuatan jamban
sedapat mungkin harus diusahakan agar jamban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Penduduk Indonesia yang
menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54% saja padahal
menurut studi menunjukkan bahwa penggunaan jamban sehat
dapat mencegah penyakit diare sebesar 28% (Kamisah, S, 2009).
Perilaku menggunakan jamban merupakan cara yang paling
efektif, sederhana dan murah untuk mencegah timbulnya
penyakit. Dengan peningkatan pengetahuan tentang penggunaan
jamban merupakan pendekatan kesehatan secara preventif yang
efektif untuk menurunkan risiko timbulnya penyakit seperti diare,
kolera dan disentri.

e. Status Gizi pada GERMAS


Status gizi merupakan keseimbangan antara zat gizi dari makanan
yang masuk ke dalam tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk
keperluan proses tubuh. Status gizi memiliki parameter berupa berat
badan, tinggi badan, dengan klasifikasi berdasarkan IMT. Berat badan
menggambarkan jumlah zat gizi yang terdapat di dalam tubuh.
Pengukuran berat badan memerlukan alat dengan hasil ukuran yang
akurat. Untuk mendapat hasil yang akurat, alat memiliki syarat, yaitu
mudah digunakan, mudah didapat, ketelitian ukur 0,1 kg, skala mudah
dibaca, aman digunakan, dan telah dikalibrasi. Mengukur berat badan
dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak digital.

lxvii
Timbangan injak digital adalah timbangan badan yang menggunakan
teknik elektrik dengan hasil ukuran dalam bentuk angka yang mudah
dibaca.

2. Konsep Program Indonesia Sehat


a. Pengertian Program Indonesia Sehat
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda
ke-5 Nawacita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program
utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis.

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat adalah


perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum,
serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe
community).

b. Sasaran Pokok RPJMN


Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

lxviii
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:
1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
2) Meningkatnya pengendalian penyakit,
3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil,tertinggal dan perbatasan,
4) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan,
5) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
6) Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

c. Pilar Program Indonesia Sehat


Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu:
1) Penerapan paradigma sehat,
2) Penguatan pelayanan kesehatan, dan
3) Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi


pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya
promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan
pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan
mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta
kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada
tercapainya keluarga-keluarga sehat.
lxix
d. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat
Puskesmas
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di
tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan
Prokesga oleh Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader
kesehatan).
2) Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.
3) Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
4) Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah
oleh Pembina Keluarga.
5) Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar
gedung) oleh tenaga teknis/profesional Puskesmas.
6) Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh
tenaga pengelola data Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-


langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2
(Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan-Pengendalian-
Penilaian).

3. Program Nusantara Sehat


a. Pengertian Program Nusantara Sehat
Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan
yang dicanangkan oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus
kebijakan Kementerian Kesehatan untuk periode 2015 –2019 yaitu

lxx
penguatan pelayanan kesehatan primer yang didasari oleh
permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian
ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka
harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan
primer. Pelayanan primer ini mencakup tiga hal yang fisik
(pembenahan infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas), dan
sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan). Program ini
dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang
diutamakan oleh Pemerintah guna menciptakan masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan. Penguatan pelayanan kesehatan
primer adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan
melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan,
konseling serta skrining (penapisan). Program nusantara sehat
melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim, dilakukan
berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012. Salah
satu rekomendasi kajian menunjukkan bahwa penempatan tenaga
kesehatan untuk daerah tertentu lebih baik jika dilakukan berbasis
tim. Pendekatan yang dilakukan program nusantara sehat bersifat
komprehensif dengan melibatkan anggota tim dengan berbagai
jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi,
dan tenaga kefarmasian.

b. Tujuan dan manfaat program nusantara sehat

lxxi
Program nusantara sehat bertujuan untuk menguatkan pelayanan
kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar di DTPK dan DBK juga mempunyai tujuan menjaga
keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakan
pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga
kesehatan yang bertugas di DTPK. Program ini merupakan program
lintas unit utama di Kemenkes yang fokus tidak hanya pada kegiatan
kuratif tetapi juga promotif dan preventif untuk mengamankan
kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling
membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita. khusus tenaga kesehatan
dalam mendukung program nusantara sehat bertujuan untuk:
1) Memberikan pelayanan kesehatan untuk menjangkau remote
area
2) Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan
3) Menangani masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan
daerah
4) Meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas
5) Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
6) Menggerakkan pemberdayaan masyarakat
7) Mewujudkan pelayanan kesehatan terintegrasi dan
8) Meningkatkan dan melakukan pemerataan pelayanan
kesehatan (Permenkes RI No 16 tahun 2017).

c. Sasaran program nusantara sehat


Sasaran akhir penugasan khusus tenaga kesehatan dalam
mendukung program nusantara sehat yaitu:
1) Terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan
standar di puskesmas DTPK dan DBK

lxxii
2) Terwujudnya pelayanan kesehatan primer yang dapat
dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama oleh
masyarakat, terutama oleh mereka yang berada di wilayah-
wilayah terpencil di berbagai pelosok Nusantara Strategi dalam
mewujudkan keberhasilan penyelenggaraan Penugasan Khusus
Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara
Sehat, maka diperlukan strategi sebagai berikut:

a) Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan


tenaga kesehatan.
Penguatan regulasi untuk mendukung pengembangan dan
pemberdayaan tenaga kesehatan melalui percepatan
pelaksanaannya, peningkatan kerjasama lintas sektor dan
peningkatan pengelolaannya secara berjenjang di pusat dan
daerah.
Peningkatan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan.
Kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung
pembangunan kesehatan harus disusun secara menyeluruh,
baik untuk fasilitas kesehatan milik Pemerintah maupun
pemerintah daerah.
b) Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan meliputi penyebaran
tenaga kesehatan yang merata dan berkeadilan,
pemanfaatan tenaga kesehatan, dan pengembangan tenaga
kesehatan termasuk peningkatan kariernya. Peningkatan
pendayagunaan tenaga kesehatan diupayakan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan kesehatan di semua
lini dari daerah sampai pusat secara lintas sektor.

lxxiii
Pendayagunaan tenaga kesehatan di DTPK perlu
memperoleh perhatian khusus.
c) Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.
Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan
dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi
semua pemangku kepentingan dalam pengembangan
tenaga kesehatan serta legalisasi yang meliputi antara lain
sertifikasi melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan, dan
hak-hak tenaga kesehatan (Permenkes RI No.16 tahun
2017). Pemantauan dan evaluasi. Untuk memantau dan
mengevaluasi kinerja tim di lapangan, dikembangkan suatu
sistem monitoring internal dan eksternal.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memantau
dampak dari penempatan tim terhadap manajemen
Puskesmas, perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, dan
peningkatan cakupan program puskesmas serta manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan tim
nusantara sehat di puskesmas(Permenkes RI No. 16 tahun
2017).
d. Tugas Pokok dan Fungsi Setiap Tenaga Kesehatan dalam Puskesmas
1) Kepala puskesmas
Tugas adalah memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat dalam wilayah kerjanya.
2) Dokter
Tugas pokok adalah mengusahakan agar fungsi puskesmas
dapat diselenggarakan dengan baik. Fungsinya adalah sebagai
seorang dokter dan sebagai seorang manajer. Kegiatan pokok
adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, melakukan

lxxiv
pemeriksaan dan pengobatan penderita. Dalam rangka rujukan
menerima konsultasi, mengkoordinir kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat dan mengkoordinir pembinaan peran
serta masyarakat.
3) Dokter gigi
Tugas pokok adalah memberikan pelayanan sesuai dengan
profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien, merujuk pasien ke dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pengobatan atau pemeriksaan, merahasiakan
segala sesuatu yang diketahui tentang pasien, mengkoordinir,
memonitor seluruh program kesgilut di puskesmas,
mengkoordinasi, menggerakan perawat gigi dalam medis
teknis, membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam medis
teknis, bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan
tentang pelayanan kesehatan gigi di wilayahnya, menerbitkan
suatu keterangan dokter gigi, serta melaksanakan tugas dinas
lainnya yang diberikan oleh atasan.Fungsinya adalah
membantu kegiatan fungsi manajemen puskesmas.

4) Perawat
Tugas pokok adalah melaksanakan pelayanan pengobatan
jalan.Fungsinya adalah membantu dokter dalam melaksanakan
kegiatan puskesmas.Kegiatan pokok adalah memeriksa dan
mengobati penderita penyakit menular secara pasif,
memberikan pengobatan darurat pada penderita sakit gigi,
mengadakan surveilans penyakit menular, melakukan imunisasi

lxxv
pada bayi dan anak sekolah, penyuluhan kesehatan pada
penderita, mengadakan kunjungan follow up pada keluarga
penderita yang dipandang perlu, mengunjungi sebagian dari
sekolah yang ada di wilayah kerjanya dalam membantu
perawat lain yang mempunyai kegiatan pokok UKS (usaha
kesehatan sekolah), pengobatan sementara penderita jiwa dan
penyuluhan kesehatan jiwa, membantu melatih kader
kesehatan, membantu dokter kepala puskesmas melakukan
fungsi manajemen puskesmas dalam bidang pengobatan, ikut
serta dalam kegiatan posyandu dan posyandu USILA (usia
lanjut), memberikan pelayanan MTBS (manajemen terpadu
balita sakit) dan DDTK(deteksi dini tumbuh kembang).
5) Bidan
Tugas pokok adalah melaksanakan pelayanan KIA (kesehatan
ibu dan anak) dan KB (keluarga berencana). Fungsinya adalah
membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan–kegiatan di
puskesmas.Kegiatan pokoknya adalah melaksanakan
pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
balita di puskesmas serta memberikan pelayanan kontrasepsi
pada akseptor KB, menyampaikan cara PMT (pemberian
makanan tambahan) bagi yang membutuhkan dan penyuluhan
kesehatan dalam bidang KIA, KB, Gizi, melakukan imunisasi
pada ibu hamil dan bayi, melatih dukun bayi. memberikan
pelayanan MTBS dan DDTK, dan ikut serta dalam posyandu
USILA. Kegiatan lain adalah memberikan pengobatan ringan
bagi ibu, bayi dan balita yang berkunjung ke bagian KIA di
puskesmas, diagnosa dini penyakit gigi dan mulut serta
pengobatan sementara, membantu surveilans penyakit
menular, kunjungan ke rumah-rumah penderita yang

lxxvi
dipandang perlu untuk mendapatkan perawatan kesehatan
keluarga, pencatatan dan pelaporan kegiatannya, pengamatan
perkembangan mental bayi dan balita, membantu dokter
melaksanakan fungsi manajemen puskesmas, ikut serta secara
aktif dalam pengembangan peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dan kerjasama lintas sektoral, ikut serta dalam
posyandu dan posyandu USILA, memberikan pelayanan MTBS
dan DDTK.
6) Kesehatan lingkungan (sanitarian).
Tugas pokok adalah merubah, mengendalikan atau
menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang
memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsinya adalah membantu dokter dalam melaksanakan
kegiatan di puskesmas. Kegiatan pokok adalah penyuluhan
kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban
keluarga, kebersihan lingkungan serta penanaman pekarangan,
membantu masyarakat dalam pembuatan sumur,perlindungan
mata air, penampungan air hujan dan sebagainya serta melatih
pembuatan leher angsa untuk jamban keluarga, pengawasan
hygiene perusahaan dan tempat tempat umum.
7) Gizi.
Tugas pokok adalah melaksanakan kegiatan perbaikan gizi di
wilayah kerjanya. Fungsinya adalah membantu dokter
melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas. Kegiatan
pokoknya adalah merencanakan kegiatan gizi yang
dilaksanakan di puskesmas bersama pimpinan dan staf
puskesmas lain, melaksanakan kegiatan pelatihan gizi,
melaksanakan kegiatan gizi dalam rangka memperbaiki status
gizi masyarakat, melaksanakan koordinasi kegiatan gizi,

lxxvii
melaksanakan pemantauan dan penilaian, dan melaksanakan
bimbingan teknis dan pembinaan kader.

4. Peran Serta Tugas Fungsi Perawat


a. Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier
Barbara, 1995:21).
1) Peran Perawat Komunitas
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran
perawat profesional (element rool) antara lain :caregiver, client
advocate, counselor, educator, collaborator, coordinator change
agent, consultant dan interpersonal proses.
a) Care Client Giver
(1) Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu
keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai diagnosis
masalah yang terjadi
(2) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan
klien.
(3) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk
mengidentifikasi diagnosa keperawatan

lxxviii
b) Advocate
(1) Perawat adalah Bertanggung jawab membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concern) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya.
(2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan. anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat
harus mampu membela hak-hak klien.

c) Counselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari
dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual. Peran perawat
:
(1) Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.
(2) Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya.
(3) Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan
kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan

lxxix
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
(4) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah
keperawatan

d) Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktivitas dimana seorang
guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah
sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau
banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau
keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya.
(Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu
didapat dari pengetahuan baru atau keterampilan secara
teknis.
(1) Dilakukan kepada klien /keluarga, tim kes. Lain baik
secara spontan pada saat berinteraksi maupun formal.
(2) Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan.
(3) Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses
keperawatan.

e) Collaborator
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena
perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan

lxxx
bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu
mempercepat penyembuhan klien.
f) Coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagaikoordinatoradalah :
(1) Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien
dan menguntungkan klien.
(2) Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan
pada klien.
(3) Menggunakan keterampilan perawat untuk
Merencanakan Mengorganisasikan, Mengarahkan,
Mengontrol
g) Change Agent
Pembawa perubahan adalah seorangyangberinisiatif
membantu orla membuat perubahan pada dirinya atau pada
system (Kemp, 1986). Mengidentifikasi masalah, mengkaji
motivasi pasien dan membantu klien untuk berubah,
menunjukan alternated, menggali kemungkinan hasil dari
alternative, mengkaji sumber daya menunjukan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan
membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney)

2) Peran Perawat dalam Germas


Peranan perawat sebagai tenaga merupakan garda terdepan
dalam pelayanan kesehatan, bentuk dukungan germas bisa

lxxxi
dilakukan dengan meningkatkan upaya preventif dan promotif
terkait perilaku hidup tidak sehat dan sanitasi lingkungan yang
tidak baik (baik di fasyankes maupun di masyarakat langsung)
karena perawat merupakan profesi keperawatan yang terlibat
dalam setiap tahap rentang upaya kesehatan, mulai tindakan
promotif sampai dengan Rehabilitatif. Perawat dengan
kekuatan mengajak / mempunyai ide gerakan bersama yang
mengedepankan tindakan Promotif dan Preventif lewat
Germas sesuai Inpres No 1 tahun 2017.

b. Fungsi Perawat
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat
maupun sakit dimana segala  aktivitas  yang dilakukan  berguna 
untuk  pemulihan  Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki,  aktivitas  ini  dilakukan  dengan  berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk
Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi
masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi.

1) Fungsi Perawat Komunitas


Merupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai
dengan perannya, dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain :
a) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
lxxxii
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.

b) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya
atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai
tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c) Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara tam satu dengan lainya fungsi ini
dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan
kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainnya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan
bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat
yang telah diberikan.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Keturunan
1. Pengertian

lxxxiii
Penyakit keturunan adalah penyakit yang diturunkan turun-temurun
dari generasi ke generasi berikutnya oleh faktor genetic. Penyakit
keturunan memang sudah dimiliki oleh seorang anak sejak lahir atau
dalam kandungan, namun sebagian kasus orang tua hanya membawa
penyakit kepada anaknya, ini artinya penyakit tersebut sudah ada dalam
diri seorang anak, hanya saja penyakit tersebut akan aktif apabila dipicu
oleh lingkungan dan gaya hidup anak tersebut (Fransiska dkk, 2019).
2. Etiologi
Penyakit keturunan (genetic) disebabkan oleh adanya kelainan gen yang
diturunkan saat terjadinya pembuahan sel sperma terhadap ovum.
Penyakit genetic bisa saja diturunkan dari orang tua yang sehat, namun
memiliki gen yang rusak sehingga si anak akan memiliki gen yang rusak
juga.

3. Jenis-Jenis Penyakit Keturunan


a. Hipertensi
1) Pengertian
Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi yaitu
suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah pada pembuluh darah arteri. Hal tersebut mengakibatkan
jantung bekerja lebih keras agar dapat mengedarkan darah
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Keadaan tersebut akan
menyebabkan aliran darah terganggu, merusak pembuluh darah,
bahkan menyebabkan degeneratif dan kematian (Sari, 2017).

Hipertensi adalah sebagian peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
lxxxiv
tetapi juga menderita penyakit lain seperti saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, semakin beresiko
(NANDA, 2016).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan
abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. (Aspiani, 2014).

2) Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a) Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhiyaitu : (Aspiani, 2014).
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
Faktor genetic ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki -laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak
dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi
dari pada perempuan.
3) Diet Konsumsi
Diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
lxxxv
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam
yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari
pada yang seharusnya di dalam tubuh. Banyaknya cairan
yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume
darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah
inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra
yakni adanya peningkatan tekanan darah di dalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah
meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%
diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan
pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu
hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan
dapat menghabiskan berapa puntung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien.
Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta
untuk 12 menghindari alkohol agar tekanan darah pasien
dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting
agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

lxxxvi
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskulerrenal,
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri
renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin,
dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorbsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila
ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali ke
normal (Aspiani, 2014).

a. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart
rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan
oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem
kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan
tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti,
2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di vasomotor, pada medulladi otak. Pusat vasomotor
ini bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di

lxxxvii
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih
belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hipertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem
saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin,
angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon


rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,


menyebabkan pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

lxxxviii
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderungmenciptakan
keadaan hipertensi (Padila, 2013).

b. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan
terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Bruner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi
mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi
penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi
pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vaskulerserebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri
kepala sampai tengkuk pada klien hipertensi.

lxxxix
c. Klasifikasi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik
kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai Patokan dan
Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastol

Normal < 120 MmHg < 80 MmHg

Prehipertensi 120-129 MmHg < 80 MmHg

Hipertensi stage I 130-139 MmHg 80-89 MmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 MmHg ≥ 90 MmHg

(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018:


Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And
Management Of High Blood Pressure In Adults 2013).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi


primer dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer
adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi
primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin,
usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10%
xc
kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi
oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan
stres (Aspiani, 2014).

d. Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteridi dalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
(Aspiani, 2014).
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah
tinggi di otak dan akibat emboli yang terlepas dari pembuluh
selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa
memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantungakan meningkat, otot
jantung akan mengendur dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,

xci
banyak cairan tertahan di paru yang dapat menyebabkan sesak
nafas (edema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

e. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati
tekanan darah tinggi, berbagai macam cara memodifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014).
1. Pengaturan diet
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan
konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-
angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai
antihipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-
100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
c) Diet kaya buah sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.

xcii
2. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian
orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja
jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan
obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya
obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simple simpatomimetik, sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah, memperberat angina atau gejala
gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga
meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan
untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
aterosklerosis akibat hipertensi.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara
berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
b) Penatalaksanaan Farmakologis

xciii
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan :
Diuretik :Chlorthalidone, Hydromax, Lasix, Aldactone,
Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
Penghambat enzim pengubahangiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara
tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium

Analisa Data

No Data Masalah

1. Kesiapan peningkatan manajemen


- Warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung
kesehatan: PHBS
Duren Jakarta Barat mengatakan
bahwa penyakit 6 bulan terakhir yang
sering diderita adalah diare.

Data Objektif:

- 43% anggota keluarga di Dukuh II Rt

xciv
05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat
mengalami diare.
- 20% anggota keluarga di Dukuh II Rt
05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat
tidak menggunakan air bersih
- 20% anggota keluarga di Dukuh II Rt
05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat
memiliki kondisi rumah cukup
2. Data Subjektif : Perilaku kesehatan cenderung
beresiko : PHBS
- Warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung
Duren Jakarta Barat mengatakan
bahwa masih banyak keluarga yang
merokok di dalam rumah.

Data objekktif :

- 60% warga Dukuh II Rt 05 Rw03


Tanjung Duren Jakarta Barat yang
merokok.
- 60% warga Dukuh II Rt 05 Rw03
Tanjung Duren Jakarta Barat yang
merokok di dalam rumah.
- 28% warga Dukuh II Rt 05 Rw03
Tanjung Duren Jakarta Barat yang
menderita batuk pilek selama 6 bulan
terakhir.

xcv
xcvi
BAB III

HASIL SURVEY MAWAS DIRI

A. Hasil Survey Mawas Diri


a. Data Demografi
1. Umur

Penggolongan Usia
Bayi-Balita (0 bulan-5 tahun)
Lansia (>60 tahun)
13% Anak6%(6-11 tahun)
6%

Remaja (12-19 tahun)


19%

Dewasa (20 - 60 tahun)


56%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa jumlah usia penduduk yang paling banyak di
dominasi olehh usia Dewasa dengan presentasi 56%.

2. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Pria Wanita

50% 50%

97
Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa jumlah penduduk pria sama dengan jumlah
penduduk wanita dengan presentasi 50%.

3. Status Perkawinan

Status Perkawinan

Belum kawin
38%

Kawin
63%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa status perkawinan penduduk yang paling
banyak di dominasi oleh status kawin dengan presentasi 62%.

4. Agama

agama

Kristen
25%

Islam
75%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa jumlah agama yang di anut penduduk yang
paling banyak di dominasi oleh agama Islam dengan presentasi 75%.

98
5. Pendidikan

Pendidikan
Tamat PT Tidak pernah sekolah
13% 6%
SD
6%

SMA SMP
13% 6%

Tamat SLTA/MA
56%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa tingkat Pendidikan penduduk yang paling banyak
di dominasi oleh tingkat Pendidikan tamat SMA dengan presentase 56%.

6. Pekerjaan

Pekerjaan
Tidak bekerja
6%
IRT
25%
Sekolah
25%

Buruh
6%

TNI/POLRI
6%
PNS/PEG
Wiraswasta/swasta/jasa 6%
25%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk yang paling banyak di
dominasi oleh wiraswasta dengan presentase 25%.

99
7. Sarana bersih di lingkungan rumah

Apakah tersedia sarana bersih di lingkungan rumah?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi frekuensi sarana bersih di
lingkungan rumah sebanyak adalah 100%.

8. Sumber air terlindungi

Apa jenis sumber air terlindungi?

Tidak, (sumur terbuka, air


sungai, danau/telaga, dll)
40%

Ya, (PDAM, Sumur pompa,


sumur gali terlindung, mata
air terlindung)
60%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi frekuensi sumber air
terlindungi 60%.

9. Jamban keluaarga

100
Apakah tersedia jamban keluarga?

Ya, (Kloset/leher angsa/


plengsengan)
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa sebagian besar distribusi jamban keluarga
yang paling banyak memiliki 100%.

10. Jamban saniter

apakah jenis jamban saniter ?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa sebaagian besar distribusi jamban saniter yang
paling banyak memiliki 100%.

11. Gangguan skizofrenia

101
Apakah ada anggota keluarga yang pernah di diagnosa
menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia)?

Tidak
100%

Berdarsarkan hasil SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi frekuensi di diagnosis


skizofrenia tidak pernah dengan jumlah 100%.

12. Minum obat gangguan jiwa

Apakah selama ini anggota keluarga tersebut


meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur?

Tidak
100%

Berdarsarkan hasil SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi frekuensi minum obat


gangguan jiwa yang tidak pernah 100%.

13. Anggota keluarga yang dipasung

102
Apakah ada anggota keluarga yang di pasung?

Tidak
100%

Berdarsarkan hasi SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi frekuensi yang tidak di


pasung 100%.

14. Memiliki JKN

Apakah saudara mempunya kartu jaminan


kesehatan/JKN?

Tidak
38%

Ya
63%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi yang memiliki JKN sebanyak
62% dan yang tidak memiliki sebanyak 38%.

15. Kebiasaan merokok

103
Apakah saudara merokok?

Ya, (Setiap hari/


sering/kadang-kadang)
25%

Tidak, (tidak/sudah
berhenti)
75%

Berdasarkan hasil SMD menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kebiasaan merokok paling
banyak merokok dengan jumlah 25% dan yang tidak merokok 75%.

16. Buang air besar di jamban

Apakah saudara biasa buang air besar di jamban?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi buang air besar di jamban
ya 100%

17. Air bersih

104
Apakah saudara biasa menggunakan air bersih?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi penggunaan air bersih
terbanyak dengan jumlah 100%.

18. TB paru

Apakah saudara pernah di diagnosa menderita Tu-


berculosis (TB Paru)?

Tidak
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi TB paru yang tidak sejumlah
100%.

19. Obat Tb paru

105
Apakah meminum obat TBC secara teratur (selama 6
bulan)?

Tidak
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi penggunaan obat TB paru
sebagian besar tidak menggunakan obat sebanyak 100%.

20. Diagnosis hipertensi

Apakah saudara pernah di diagnosis menderita


tekanan darah tinggi/hipertensi?
Ya
13%

Tidak
88%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi di diagnosis hipertensi


sebanyak 12%.

21. Konsumsi obat hipertensi

106
Apakah selama ini saudara meminum obat tekanan
darah tinggi/hipertensi secara teratur?
Ya
6%

Tidak
94%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi tidak mengkonsumsi obat
hipertensi sebanyak 6%.

22. Pengkuran TD

Apakah saat ini dilakukan pengukuran TD?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi frekuensi dilakukan pengukuran


tekanan darah sebanyak 100%.

23. Program KB

107
Apakah saudara/pasangan saudara menggunakan alat
kontrasepsi/ikut program KB?

Ya
25%

Tidak
75%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi program KB sebanyak 25%.

24. Bersalin di fasilitaas kesehatan

Apakah saat ibu melahirkan bersalin di fasilitas


pelayanan kesehatan?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi bersalin di fasilitas kesehatan


sebanyak 100%.

25. Asi Eksklusif

108
Apakah bayi ini pada waktu usia 0-6 bulan hanya diberi
ASI Eksklusif?

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi bayi diberi asi eksklusif sebanyak
dengan presentase 100%.

26. Imunisasi

Apakah selama bayi usia 0-11 bulan diberikan


imunisasi lengkap (HB0,BCG,DPT-HB1,PT-HB2,PT-
HB3,Polio1,polio2,polio3,polio4,campak)

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi imunisasi dengan presentase 100%.

27. Pemantauan pertumbuhan balita

109
Apakah dalam satu bulan terakhir dilakukan pe-
mantauan pertumbuhan balita

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi dilakukan pemantauan pertumbuhan


balita dengan presentase 100%.

28. Kondisi rumah

Kondisi rumah
Cukup
20%

Baik
80%

Berdasarkan hasil SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi kondisi rumah terbanyak


adalah dengan kategori baik sebanyak 80%

29. Ventilasi rumah

110
Ventilasi rumah

Cukup
100%

Berdasarkan hasil SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi ventilasi rumah sdengan


kategori cukup dengan presentase 100%.

30. Pencahayaan rumah

Pencahayaan rumah

Baik
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi pencahayaan rumah dengan kategori
baik dengan presentase 100% .

31. Saluran buang limbah

111
Saluran buang limbah

Baik
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi saluran buang limbah terbanyak
adalah dengan kategori baik sebanyak 100%

32. Sumber air bersih

Sumber air bersih

Sehat
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi sumber air bersih dengan kategori
sehat sebanyak 100%.

33. Jamban memenuhi syarat

112
Jamban memenuhi syarat

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi jamban memenuhi syarat dengan
kategori ya sebanyak 100%.

34. Tempat sampah

Tempat sampah

Ada
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi tempat sampah dengan kategori baik
sebanyak 100%.

113
35. Rasio luas bangunan rumah

Rasio Luas bangunan rumah dengan jumlah anggota


keluarga 8m² / orang

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi rasio luas bangunan rumah memenuhi
syarat sebanyak 100%

36. Pemberian Asi eksklusif

Jika ada bayi, memberi ASI Eksklusif

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi pemberian asi eksklusif sebanyak
100%.

37. Penggunaan air bersih untuk makan dan minum

114
Menggunakan air bersih untuk makan dan minum

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi penggunaan air bersih untuk makan
dan minum sebanyak 100%

38. Penggunaan air bersih untuk kebersihan diri

Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri


Tidak
20%

Ya
80%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi penggunaan air bersih untuk
kebersihan diri sebanyak 80%.

39. Mencuci tangan menggunakan air bersih

115
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun sebanyak 100%

40. Memberantas jentik nyamuk

Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi memberantas jentik di rumah sekali
seminggu dengan kategori tidak sebanyak 100%

41. Aktivitas fisik tiap hari

116
Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Ya
100%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi aktivitas fisik setiap hari kategori ya
sebanyak 100%

42. Tidak merokok dalam rumah

Tidak merokok di dalam rumah

Ya
40%

Tidak
60%

Berdasarkan hasil SMD menunjukan bahwa distribusi tidak merokok didalam rumah
kategori ya sebanyak 40% dan distribusi merokok tidak didalam rumah dengan kategori tidak
sebanyak 60%

43. Masalah kesehatan 6 bulan terakhir

117
Penyakit yang sering di derita keluarga 6 bulan terakhir

Hipertensi Batuk Pilek


29% 29%

Diare
43%

Berdasarkan hasil SMD di RW 10 menunjukan bahwa distribusi masalah


kesehatan khusus 6 bulan terakhir terbanyak menderita diare 43%

118
B. Analisa SWOT
Matrix SWOT

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :.


1. Warga sudah di vaksin 1&2 1. Banyak yang belum memiliki
2. Terdapat kader Kesehatan JKN
3. Ibu hamil rutin memeriksakan 2. Banyak masyarakat merokok
kandungan ke faskes di dalam rumah
4. Setiap bulan terdapat posyandu 3. Tempat penampungan
5. Warga melakukan aktifitas fisik sampah terbuka (dibakar)
setiap hari 4. Tidak ada posyandu lansia
6. Ventilasi dan pencahayaan di setiap 5. Banyak warga yang merokok
rumah sudah baik di dalam rumah
7. Sumber air warga memiliki kualitas 6. Jarak antara puskesmas dan
yang baik dusun lebih dari 3 km
8. Warga setiap hari mengkonsumsi 7. Banyak masyarakat yang
lauk pauk, sayur dan buah belum memiliki jamban
9. Balita sudah melakukan imunisasi saniter
lengkap
10. Saluran pembuangan limbah sudah

119
cukup baik

Eksternal
Opportunities (O) : SO Strategi : WO Strategi :
1. Sebagian masyarakat 1. Memanfaatkan sarana informasi 1. Pemerintah desa Bersama
bekerja sebagai petani dan komunikasi untuk informasi puskesmas bekerja sama dalam
2. Adanya mahasiswa PPN IKI vaksin peningkatan penyediaan JKN bagi
yang berpraktik 2. Kader Kesehatan bekerja sama warga yang belum memiliki JKN
3. Terdapat bidan desa dengan puskesmas dalam 2. Memanfaatkan sarana informasi
4. Terdapat kerjasama antara peningkatan pelayanan Kesehatan dan komunikasi untuk informasi
puskesmas 3. Masyarakat bisa mengkonsumsi
5. memiliki tempat wisata sayur dan buah setiap hari
yang dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat
6. Terdapat sarana informasi
dan komunikasi

Threats (T) : (ST) Strategis (WT) Strategis


3. Banyak masyarakat yang 1. Memanfaatkan puskesmas untuk 1. Memanfaatkan sarana informasi
menderita diare peningkatan kesehatan masyarakat dan komunikasi untuk informasi

120
4. Sebagian masyarakat masih terkait dengan informasi
membeli obat secara bebas kesehatan
tanpa mengetahui manfaat
obat
5. Banyak masyarakat yang
belum memiliki antusias
untuk mendapatkan vaksin
covid-19
6. Banyak masyarakat yang
kurang mematuhi protokol
kesehatan dengan redaksi
menggunakan masker
7. Tidak ada posyandu lansia
di

121
A. IFE dan EFE
Tabel 3.14 IFE

Faktor Internal Bobot Rating Skor

STRENGTH 0.1

1) Warga sudah di vaksin 1&2 0.1 3 0.3

2) Terdapat kader Kesehatan 3 0.3


3) Ibu hamil rutin memeriksakan kandungan ke
0.1 3 0.3
faskes
4) Setiap bulan terdapat posyandu 0.1 4 0.4
5) Warga melakukan aktifitas fisik setiap hari
0.1 4 0.4
6) Ventilasi dan pencahayaan di setiap rumah
0.1 3 0.3
sudah baik
7) Sumber air warga memiliki kualitas yang baik 0.1 0.3
8) Warga setiap hari mengkonsumsi lauk pauk, 3
0.1
sayur dan buah
0.3
9) Balita sudah melakukan imunisasi lengkap
10) Saluran pembuangan limbah sudah cukup baik 0.1 3 0.3

0.1 0.2
3

Total Nilai 1 31 3.1

WEAKNESS

1) Banyak yang belum memiliki JKN 0.14 1 0.14

2) Banyak masyarakat merokok di dalam rumah 0.15 1 0.15

122
3) Tempat penampungan sampah terbuka 0.14 1 0.14
(dibakar)
0.14 1 0.14
4) Tidak ada posyandu lansia
5) Banyak warga yang merokok di dalam rumah 0.15 1 0.15

6) Jarak antara puskesmas dan dusun lebih dari 3 0.14 1 0.14


km
0.14 1 0.14
7) Banyak masyarakat yang belum memiliki
jamban saniter

Total Nilai 1 7 1

Total Nilai IFE 4.1

Keterangan:
Rating (nilai) antara 1 - 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai:
1 = Sangat lemah
2 = Tidak begitu lemah
3 = Cukup kuat
4 = Sangat kuat
Jadi, rating mengacu pada kondisi rumah sakit, sedangkan bobot mengacu pada industri
dimana perusahaan berada.
a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai
skornya.
b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total yang dinilai. Nilai rata-rata adalah
2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal lemah. Sedangkan
nilai yang berada diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti pada
matriks EFE, Matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya
tidak berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
Jika nilai diatas 2,5 : strength

123
Jika nilai dibawah 2,5: weakness

IFE = 4.1 dari hasil tersebut menunjukan Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta
Barat memiliki kekuatan lebih besar daripada kelemahan

Tabel 3.14

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

OPPORTUNITY
0.18 3 0.54
1) Sebagian masyarakat bekerja sebagai petani
0.16 3
2) Adanya mahasiswa PPN yang berpraktik 0.48
0.16 3
3) Terdapat bidan desa 0.48
0.16 3
4) Terdapat kerjasama antara puskesmas
0.18 4 0.48
5) memiliki tempat wisata yang dapat
0.16 4
meningkatkan ekonomi masyarakat 0.54
6) Terdapat sarana informasi dan komunikasi
0.48

Total Nilai 1 20 3

124
THREAT
0.2 1 0.2
1) Banyak masyarakat yang menderita hipertensi
namun tidak dikontrol dan tidak mengkonsumsi
0.2 1 0.2
obat
2) Sebagian masyarakat masih membeli obat 0.2 2 0.4
secara bebas tanpa mengetahui manfaat obat 0.2 2 0.4
3) Banyak masyarakat yang belum memiliki
antusias untuk mendapatkan vaksin covid-19 0.2 2 0.4
4) Banyak masyarakat yang kurang mematuhi
protokol kesehatan dengan redaksi
menggunakan masker
5) Tidak ada posyandu lansia

Total Nilai 1 1.6

Total Nilai EFE 4.6

Keterangan:
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing factor yang memiliki nilai:
1 = Sangat Lemah
2 = Tidak Begitu Lemah
3 = Cukup Kuat
4 = Sangat Kuat
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industry
dimana perusahaan berada.

125
a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing factor untuk menentukan nilai
skornya.
b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai. Nilai
rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal,
perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukkan
posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks IFE terdiri dari
cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada jumlah bobot
karena ia selalu berjumlah 1,0.
c. Jika range nilai 3-4 : opportunity
d. Jika range kurang dari 3: threat

EFE: 4.6 hasil tersebut menunjukan Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat
menerima dengan baik peluang yang ada dan menghindari ancaman.

B. Diagram Cartesius
Yaksis = T + O = 4.1
XAksis= S + W = 4.6

Opportunity
Ys

Strategi pembenahan Strategi agresif

Weaknesess X Strengths

Strategi bertahan Strategi diversivikasi

126
Kuadran positif – positif ini menandakan Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta
Barat sangat kuat dan berpeluang artinya Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta
Barat memiliki kekuatan dalam memanfaatan sistem pendukung.

C. Matrik IE
Matriks IE, sumbu horizontal X nilai IFE yang di bagai menjadi 3 daerah, yaitu:
1. 1,0-1,99 = IFE lemah
2. 2,0-2,99 = IFE rata-rata
3. 3,0-4,0 = IFE kuat
Hasil dari matriks IFE diatas adalah 4.1
IFE Kuat Rata-rata Lemah
EFE 3,0 – 4,0 3,0 – 2,0 1,0 – 1,99

Kuat I II III
4,0 – 3,0

Rata-rata IV V VI
3,0 – 2,0

Lemah VII VIII IX


1,0- 1,99

127
Matriks IE dengan sumbu vertical Y aalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu:

1. 1,0-1,99 = EFE lemah


2. 2,0- 2,99 = EFE rata-rata
3. 3,0-4,0 = EFE kuat

Hasil EFE diatas adalah 4.1

128
D. Analisa Data

No Data Masalah

1. Data Subjektif : Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan: PHBS

- Warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat


mengatakan bahwa penyakit 6 bulan terakhir yang sering
diderita adalah diare.

Data Objektif:

- 43% anggota keluarga di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung


Duren Jakarta Barat mengalami diare.
- 20% anggota keluarga di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung
Duren Jakarta Barat tidak menggunakan air bersih
- 20% anggota keluarga di Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung
Duren Jakarta Barat memiliki kondisi rumah cukup
2. Data Subjektif : Perilaku kesehatan cenderung beresiko

- Warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta Barat


mengatakan bahwa masih banyak keluarga yang
merokok di dalam rumah.

129
Data objekktif :

- 60% warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta


Barat yang merokok.
- 60% warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta
Barat yang merokok di dalam rumah.
- 28% warga Dukuh II Rt 05 Rw03 Tanjung Duren Jakarta
Barat yang menderita batuk pilek selama 6 bulan
terakhir.

130
E. Planning Of Action

No Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Petugas Sumber Waktu Tempat Indikator Keberhasilan
yang dana Pelaksanaan
terlibat

1 Promosi Peningkatan Masyarakat Mahasiswa, Swadaya Di Gedung 1. Terlaksananya


kesehatan: PHBS pengetahuan warga Dukuh II dan Kader serba guna penyuluhan
dan perilaku Rt 05 Rw03 Kesehatan tentang PHBS
PHBS Tanjung Duren menggunakan
Jakarta Barat media SAP dan
Promkes.
2. Peningkatan
Pengetahuan
masyarakat

2. Perilaku Peningkatan Masyarakat Mahasiswa, Swadaya Di Gedung 1. Terlaksananya


kesehatan pengetahuan warga Dukuh II dan Kader serba guna penyuluhan
cenderung perilaku Rt 05 Rw03 Kesehatan tentang diare
berisiko Kesehatan Tanjung Duren menggunakan

131
pada anak, Jakarta Barat media lembar
remaja, orang balik, power
tua point dan
promkes.
1. Masyarakat
memahami
penyuluhan yang
diberikan

132
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A Implementasi Kegiatan Dusun


1. Implementasi Kegiatan Dusun
Meliputi implementasi (persiapan dan pelaksanaan), Musyawarah Mufakat
Rukum Warga (MMRW). Saat MMRW yang dihadiri oleh peserta yang
didalamnya terdapat Ketua RW, RT dan perwakilan masyarakat, kader, maka
disepakati bersama masalah yang akan diambil di Desa Lebakmuncang yaitu :
a. a. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan:PHBS
1) Persiapan
Melakukan koordinasi dengan Kepala RW dan Kader.
Persiapan yang dilakukan kelompok:
a) Menyepakati hari dan tempat pelatihan dengan Kepala Dusun,
Ketua RW dan Ketua Rt, serta kader yang dilaksanakan.

2) Pelaksanaan
a) Berdasarkan kesepakatan dengan Ketua RW penyuluhan dimulai
sesuai waktu yang telah disepakati.
b) Acara dimulai dengan materi pertama disampaikan oleh anggota
kelompok yang bertugas dengan mengajukan pertanyaan
mengenai PHBS untuk mengetahui pengetahuan masyarakat
tentang PHBS (pre test) dilanjutkan dengan menjelaskan
mengenai PHBS dan menampilkan Power point berisi materi
PHBS. Setelah penjelasan dilakukan tanya jawab, mahasiswa
mengevaluasi kepada masyarakat untuk mengetahui pemahaman
masyarakat.

220
3) Kriteria Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
1. Alat dan media penyuluhan tentang PHBS
2. Pada saat menunjukan kegiatan, Ketua RW dan Kader
kesehatan serta masyarakat menerima dan meyetujui
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Pengumuman waktu dan tempat diberitahukan 3 hari
sebelum pelaksanaan
4. Permintaan ijin tempat 3 hari sebelum pelaksanaan
b) Evaluasi Proses
1. Persiapan dilakukan 60 menit sebelum pertemuan dimulai .
2. Peserta kooperatif dan berperan secara aktif selama
penyuluhan PHBS.
3. Penyuluhan berjalan lancar, pre test, post test, serta diskusi
tanya jawab dapat berjalan dengan baik.
4. Mahasiswa dapat berperan sesuai peran dan fungsinya
masing – masing.
c) Evaluasi hasil
1. Warga masyarakat sangat antusias mengikuti penyuluhan
PHBS.
2. Jumlah peserta 33 orang.
3. Peserta penyuluhan berperan aktif dalam penyuluhan.
4. Masyarakat dan Kader setiap RW mengatakan sangat
bermanfaat mengikuti penyuluhan ini karena selama ini
merasa kurang pengetahuan mengenai PHBS.

b. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

221
1) Persiapan
Melakukan koordinasi dengan Ketua RW dan Ketua RT, tokoh
masyarakat dan Kader.
Persiapan yang dilakukan kelompok:
b) Menyepakati hari dan tempat penyuluhan dengan Ketua RW dan
Ketua Rt, serta kader yang dilaksanakan.

2) Pelaksanaan
c) Berdasarkan kesepakatan dengan Ketua RT penyuluhan
dilaksanakan sesuai waktu yang telah di sepakati.
d) Acara dimulai dengan materi pertama disampaikan oleh anggota
kelompok dengan mengajukan pertanyaan mengenai diare untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang diare, (pre test)
dilanjutkan dengan menjelaskan mengenai diare dan
menampilkan Power point berisi materi diare. Setelah
penjelasan, dilakukan tanya jawab mahasiswa mengevaluasi
kepada masyarakat untuk mengetahui pemahaman masyarakat.

3) Kriteria Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
1. Alat dan media penyuluhan diare tersedia
2. Pada saat menunjukan kegiatan, Ketua RW, ketua RT dan
Kader kesehatan serta masyarakat meyetujui rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan.
e) Pengumuman waktu dan tempat diberitahukan 3 hari
sebelum pelaksanaan
f) Permintaan ijin tempat 3 hari sebelum pelaksanaan
b) Evaluasi Proses

222
2. Persiapan dilakukan 60 menit sebelum pertemuan dimulai
3. Peserta kooperatif dan berperan secara aktif selama
penyuluhan diare
4. Penyuluhan berjalan lancar, pre test, post test, serta diskusi
tanya jawab dapat berjalan dengan baik
5. Mahasiswa dapat berperan sesuai peran dan fungsinya
masing – masing.
c) Evaluasi hasil
1. Warga masyarakat sangat antusias mengikuti penyuluhan
diare.
2. Peserta penyuluhan berperan serta aktif dalam penyuluhan
3. Masyarakat mengatakan sangat bermanfaat mengikuti
penyuluhan ini karena selama ini merasa kurang
pengetahuan mengenai diare.

223
A. Implementasi, Evaluasi dan RTL

1. Implementasi, Evaluasi dan RTL Kegiatan Desa


Rencana Tindak Periode
No Masalah Implementasi Hambatan Evaluasi Hasil PJ
Lanjut Waktu

1. 1. Perilaku 1. Melakukan koordinasi - a. Struktur a. Meningkatkan Dalam


kesehatan dengan Ketua RW Pada saat kembali waktu
cenderung erwakilan masyarakat menunjukan kegiatan koordinasi antara sebulan
berisiko 2. Memberikan Ketua RW, dan Kader ketua RW dan dilakukan 2
penyuluhan kesehatan Kesehatan serta kader kesehatan, kali
mengenai diare masyarakat menerima dalam mengenai
kepada masyarakat dan menyetujui diare.
rencana kegiatan yang
b. Mengaktifkan
akan dilaksanakan.
kader untuk
Proses
membuat
b. Waktu pelaksanaan
kegiatan olahraga

260
Rencana Tindak Periode
No Masalah Implementasi Hambatan Evaluasi Hasil PJ
Lanjut Waktu

sesuai rencana yang di setiap RW.


telah disepakati
secara musyawarah.

2. 2. Promosi 1. Melakukan - a. Struktur


kesehatan: PHBS koordinasi dengan Pada saat
Ketua RW menunjukan
masyarakat, dan kegiatan, Ketua
Kader RW , Kader
2. Melakukan pre-test kesehatan serta
tentang PHBS kepada masyarakat dan
masyarakat meyetujui
3. Memberikan rencana kegiatan
penyuluhan yang akan
kesehatan mengenai dilaksanakan.
PHBS kepada b. Proses

261
Rencana Tindak Periode
No Masalah Implementasi Hambatan Evaluasi Hasil PJ
Lanjut Waktu

masyarakat  Waktu
Melakukan Post-test pelaksanaan
tentang PHBS kepada sesuai rencana
masyarakat  Peserta
mengisi
kuisioner pre
dan post test.
c. Hasil
 Sebelum
diberikan
penyuluhan 4
responden yang
mengetahui
tentang PHBS.
Setelah diberikan

262
Rencana Tindak Periode
No Masalah Implementasi Hambatan Evaluasi Hasil PJ
Lanjut Waktu

penyuluhan
kesehatan
tentang PHBS
sebanyak 29
responden yang
mengetahui
tentang PHBS.
Jadi, terdapat
peningkatan rata-
rata sebesar 75%

263
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktik kegiatan mata ajar keperawatan komunitas dapat
simpulkan sebagai berikut:
1. Temuan- temuan hasil kajian yang ditemukan di RW 10 Desa LebakMuncang antara
lain:
a. PHBS
b. diare
2. Dalam pelaksananaan praktek keperawatan komunitas, mahasiswa diterima dengan
baik oleh masyarakat, ini terbukti dari pendataan sampai evaluasi berjalan dengan
lancar.
A. Saran
Untuk lebih meningkatkan kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam menyelesaikan
masalah baik masalah kesehatan, dapat diajukan beberapa saran kepada berbagai pihak
sebagai berikut:
1. Pihak Masyarakat
Masyarakat harus lebih berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan pribadi
dan lingkungannya serta peningkatan kemandirian dalam menangani masalah umum
di masyarakatnya.
2. Pihak Puskesmas
a. Kerjasama antara Puskesmas dan Kader kesehatan terus ditingkatkan.
3. Pihak Mahasiswa
Koordinasi antara penanggung jawab kelompok dan pihak pendidikan berjalan terus
sampai akhir praktek keperawatan komunitas

264
265

Anda mungkin juga menyukai