Laporan Praktikum Ekologi Hewan Tanah
Laporan Praktikum Ekologi Hewan Tanah
Laporan Praktikum Ekologi Hewan Tanah
DISUSUN OLEH :
LABORATORIUM EKOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
2023
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah, sebagai berikut :
1. Penggaris
2. Tali rapia
3. Cangkul
4. Plastik laundry
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktiku ini adalah, sebagai berikut :
1. Cacing tanah
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah, sebagai
berikut :
1. Tanah disetiap empat lokasi yang berbeda (tanah bakaran sampah, tanah
di bawah pohon pisang, tanah padang rumput dan tanah dengan serasah
tebal) diukur dengan luas 50x50 cm, dan dibuat sebanyak 2 plot di setiap
lokasi, lalu diberi tanda.
2. Tiap plot digali sedalam 30 cm dan tanahnya dimasukkan ke dalam
plastik laundry.
3. Cacing tanah yang terlihat diambil, kemudian dihitung jumlahnya.
4. Perlakuan tersebut diulangi hingga semua plot habis.
5. Sisihkan hasil tiap plot di setiap lokasi.
6. Bandingkan hasil yang diperoleh di setiap lokasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah, sebagai berikut :
17 22
2. Tanah Bawah
Pohon Pisang
39
42 37
3. Tanah
Padang
Rumput 79
6 18
4. Tanah
Serasah Tebal
24
TOTAL 215
4.2 Pembahasan
Universitas Riau merupakan salah satu kawasan yang memiliki hutan yang
ditumbuhi beragai jenis vegetasi, diantaranya pohon, semak dan rumput.
Pepohonan juga menyebar di sekitaran jalan Universitas Riau dan salah satunya di
sekitaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Menurut
Nilawati & Nurdin, (2014). Pada kondisi lingkungan tersebut, lingkungan baik di
atas maupun di bawah permukaan tanah mempengaruhi keberadaan organisme di
dalam tanah, termasuk cacing tanah. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah
naungan yang diterima tanah, yang dapat mempengaruhi suhu tanah, yang
mencerminkan seberapa banyak radiasi matahari yang diserap tanah.
Dalam hal ini, tingkat naungan yang dihasilkan oleh vegetasi pohon sangat
kontras dengan vegetasi rumput, karena adanya kanopi seperti payung yang
melindungi tanah. Hal ini menghasilkan suhu tanah yang lebih rendah (27-30°C)
di bawah vegetasi pohon dan relatif lebih stabil daripada di bawah vegetasi
rumput (30-32°C). Suhu tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang
sangat penting yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah, umumnya cacing
tanah lebih menyukai lingkungan dengan suhu berkisar antara 22-25°C dan
menghindari lingkungan dengan suhu melebihi 30°C (Darmawati et al, 2022).
Pada praktikum ini diperoleh jumlah total cacing tanah yang ditemukan di
lingkungan FMIPA adalah sebanyak 215. Tanah padang rumput merupakan hasil
cacing terbanyak dibandingkan dengan yang lain yaitu 42 pada plot 1 dan 37 di
plot 2. Selanjutnya pada tanah bakaran sampah yaitu 38 plot 1 dan 35 plot 2. Pada
tanah bawah pohon pisang yaitu 17 di plot 1 dan 22 di plot 2, dan yang paling
sedikit adalah di tanah serasah tebal yaitu 6 di plot 1 dan 18 di plot 2.
Namun hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan yang di lakukan oleh
Wawan et al, (2021) yang menyatakan bahwa pada vegetasi berdaun lebar suhu
udara relatif lebih kecil dibandingkan pada vegetasi rumput sehingga cacing lebih
nyaman pada kondisi suhu di vegetasi berdaun lebar. Kelembaban udara pada
vegetasi berdaun lebar lebih tinggi dibandingkan kelembaban udara pada vegetasi
rumput. Pada vegetasi rumput terjadi pengalihan fungsi lahan menjadi lapangan
terbuka sehingga mengakibatkan tekstur tanah menjadi liat dan padat.
Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan teori disebabkan oleh kondisi
kekeringan yang terjadi di area serasah tebal yang ditumbuhi pohon besar dan area
tanah dibawah pohon pisang yang menyerap air disekitarnya, yang menyebabkan
sedikitnya kandungan air di area tersebut, sehingga populasi cacing di tanah
serasah tebal dan tanah di bawah pohon pisang merupakan populasi paling sedikit.
Hajiz et al, (2018) menyatakan bahwa cacing tanah lebih suka lingkungan yang
lembab dengan bahan organik yang melimpah, sehingga cacing tanah lebih
banyak dijumpai pada tanah bertekstur halus dengan kandungan bahan organik
yang tinggi.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah untuk plot yang digunakan tidak
perlu banyak, cukup satu plot saja di setiap lokasi karena satu plot saja sudah
dapat mewakili populasi cacing tanah di suatu lokasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawati, D., Mulyadi, A., Suwondo, S., & Saam, Z. 2022. Kondisi Eksisting
Ruang Terbuka Hijau Di Kampus Bina Widya Universitas Riau Pekanbaru.
Jurnal Ilmu Lingkungan 16(2) :.109-119.
Hajiz S, Wardati, Yulia AN. 2018. Pengaruh pemberian amelioran dan jumlah
cacing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Vigna radiata
L.). JOM FAPERTA 5(7) : 1–14.
Wawan, & Harahap, fajar siddik. 2021. Identifikasi Jenis dan Kepadatan Populasi
Cacing Tanah di Bawah Tegakan Kelapa Sawit Pada Berbagai Jenis Tanah
Mineral. Jurnal Agroteknologi Tropika 10(1) : 36–47.
Zulfikar. 2013. Keberadaan dan jenis cacing tanah di tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah cot buket Kabupaten Bireuen. JESBIO 2(3) : 25–28.
LAMPIRAN