MAKALAH Apresiasi
MAKALAH Apresiasi
MAKALAH Apresiasi
APRESIASI SENI
NIM:2020161011
Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku
bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial.
Pernikahan adalah hal spesial. Begitu pula dengan pelaksanaannya yang dinilai
istimewa dan sakral. Dengan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia,
pernikahan adat adalah sesuatu yang sakral dan penuh makna. Walaupun
sebagian orang lebih menganggap pernikahan adat lebih rumit dan mengeluarkan
banyak dana. Namun nggak sedikit juga orang-orang yang masih
mempertahankan kebudayaan mereka dengan melakukan prosesi pernikahan
adat Palembang di hari istimewanya.
1.Madik
2.Menyengguk
Tahap menyengguk dilakukan bila proses madik telah terlaksana, yang artinya
memasang “pagar”. Tujuannya agar gadis itu nggak dapat diganggu oleh senggung
(sejenis hewan musang) atau arti sesungguhnya nggak diganggu oleh laki-laki lain.
Acara ini untuk menunjukkan keseriusan calon pengantin laki-laki.
3. Berasan
Adalah musyawarah kedua belah pihak keluarga besar calon mempelai. Pada
pertemuan ini akan diputuskan persyaratan pernikahan baik secara adat maupun
secara agama, serta tahap prosesi adat selanjutnya. Syarat pernikahan secara
agama adalah penentuan mahar atau mas kawin. Sementara persyaratan
pernikahan secara adat dilaksanakan sesuai kesepakatan. Apakah Adat Berangkat
Tigo Turun, Adat Berangkat Duo Penyeneng, Adat Berangkat Adat Mudo, Adat
Tebas, atau Adat Buntel Kadut. Masing-masing memiliki persyaratan yang
berbeda.
*Adat Berangkat Tigo Turun, misalnya, pada seturun pertama berisi selendang
songket lepus, baju kurung songket tabor, kain songket pulir, lalu pada seturun
kedua harus ada kain songket cukitan juga baju kurung angkinan, dan lain lain.
*Adat Tebas semua persyaratan dikompensasikan dalam bentuk uang.
*Adat Buntel Kadut, pihak laki-laki harus memberikan sejumlah uang yang telah
dimufakatkan.
4.Mutuske Kato
Sesuai dengan namanya, pada acara ini kedua keluarga membuat keputusan
mengenai: Hari Nganterke Belanjo, Hari Pernikahan, Hari Munggah, Hari
Nyemputi dan Nganter Pengantin, Ngalie Turon, Pengantin Becacap atau Mandi
Simburan, serta Beratib. Pada acara ini pihak keluarga laki-laki membawa tujuh
tenong berisi gula pasir, tepung terigu, telur itik, emping, pisang, dan buah-
buahan. Perlengkapan lain yang perlu dibawa adalah sebagian dari beberapa
perlengkapan yang harus dipenuhi secara adat. Dan menjelang pulang, tenong
akan dikembalikan dan diisi dengan aneka jajanan khas Palembang.
5. Nganterke Belanjo
Hantaran dari pihak calon mempelai laki-laki ini juga dilengkapi dengan nampan-
nampan paling sedikit dua belas buah berisi aneka keperluan pesta, antara lain
berupa terigu, gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue dan jajanan. Lebih dari
itu diantar pula “enjukan” atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske
kato, yakni berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai
kesepakatan.
Bentuk gegawaan yang juga disebut masyarakat Palembang “adat ngelamar” dari
pihak laki-laki (sesuai dengan kesepakatan) kepada pihak perempuan berupa
sebuah ponjen warna kuning berisi duit belanjo yang diletakan dalam nampan,
sebuah ponjen warna kuning berukuran lebih kecil berisi uang pengiring duit
belanjo, empat belas ponjen warna kuning kecil diisi koin-koin logam sebagai
pengiring duit belanjo, selembar selendang songket, baju kurung songket, sebuah
ponjen warna kuning berisi uang “timbang pengantin” dua belas nampan berisi
aneka macam barang keperluan pesta, serta kembang setandan yang ditutup kain
sulam berenda.
Sesuai tradisi, bila akad nikah berlangsung sebelum acara munggah maka terlebih
dahulu utusan calon pengantin perempuan akan melakukan acara nganterke keris
ke rumah calon pengantin laki-laki.
8. Ngocek Bawang
9. Munggah
Tahap ini disebut juga acara puncak. Acara dimulai dengan kedatangan
rombongan keluarga pengantin pria sambil membawa sejumlah barang antaran,
dua belas macam, yang berisi tiga set kain songket, kain batik Palembang, kain
jumputan, kosmetik, buah-buahan, hasil bumi, aneka kue, uang dan perhiasan
sambil diiringi dengan bunyi rebana.
10. Nyemputi
Dua hari sesudah munggah biasannya dilakukan acara nyemputi. Pihak pengantin
laki-laki datang dengan rombongan menjemputi pengantin untuk berkunjung ke
tempat mereka, sedangkan dari pihak perempuan sudah siap rombongan untuk
nganter ke pengantin. Pada masa nyemputi penganten ini di rumah pengantin
laki-laki sudah disiapkan acara keramaian (perayaan). Perayaan yang dilakukan
untuk perempuan-perempuan pengantin ini baru dilakukan pada tahun 1960-an.
11. Nyanjoi
Pada masa nganter penganten oleh pihak besan laki-laki ini, di rumah besan
perempuan sudah disiapkan acara mandi simburan. Mandi simburan ini dilakukan
untuk menyambut malam perkenalan antara pengantin laki-laki dengan
pengantin perempuan. Malam perkenalan ini merupakan selesainya tugas dari
tunggu jeru yaitu perempuan yang ditugaskan untuk mengatur dan memberikan
petunjuk cara melaksanakan acara demi acara di saat pelaksanaan perkawinan.
Perempuan tunggu jeru ini dapat berfungsi sebagai penanggal atau penjaga
keselamatan berlangsungnya seluruh acara perkawinan yang kemungkinan akan
ada gangguan dari orang yang tak senang.
Yuk cari tahu bagaimana prosesi dan pakaian adat dalam pernikahan
adat Palembang!
Mulai dari prosesi, hingga pakaian pengantinnya yang indah. Salah satu
adat pernikahan yang masih banyak dilakukan di Indonesia adalah
pernikahan adat Palembang
Dikutip dari Batiqa, arti nama Palembang erat kaitannya dengan letak
geografis kota ini.