Surat Jawaban 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jakarta, 24 September 2011

KONKLUSI JAWABAN DAN GUGATAN

Dalam Perkara No. 736/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR.


Antara
PT. Grand Soho Slipi : penggugat.d.K./Tergugat d.R.
Lawan
NY. Mardiana : Tergugat d.K./penggugat d.R.

Dengan Hormat,
Untuk dan atas nama Tergugat d.K/penggugat d.R. dengan ini hendak memajukan dalil dalil seperti
apa yang akan terurai di bawah ini sebagai konklusi jawaban dalam konpensi dan gugatan dalam
rekonpensi.

DALAM KONPENSI :

DALAM EKSEPSI :
Bahwa mengenai GUGATAN, PENGGUGAT mengakui bahwa dahulu pengembang proyek
perkantoran yang berdiri di atas tanah setempat dikenal Jalan Let. Jend. Suwondo Parman Kav 22-24
Jakarta Barat adalah ASTON SOHO
Bahwa didalam janji-janji, brosur-brosur dan presentasi-presentasinya PENGGUGAT
pengelolaan gedung dilakukan oleh MEREK DAGANG ASTON. Bahwa hal tersebut menjadi daya
tarik TERGUGAT untuk membeli sebuah unit perkantoran tersebut karena akan dikelola oleh
MEREK DAGANG ASTON yang terkenal dengan baik dalam mengelola gedung. Tetapi dalam
faktanya pengelolaan tersebut berubah menjadi GRAND SOHO SLIPI, tentu saja hal itu melanggar
Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999
Bahwa pada GUGATAN, PENGGUGAT mengakui bahwa pada tahun 2008 pembangunan
proyek perkantoran terhenti dan tidak dilanjutkan oleh PENGGUGAT KONPENSI sehingga
pembangunan proyek perkantoran terbengkalai
Bahwa ini tidak sesuai dengan Akta Notaris No. 199 tanggal 26 Februari 2008 tentang
Perjanjian Pengikatan Jual Beli pasal 1 angka 36 tentang "TANGGAL SELESAI PEMBANGUNAN"
antara PT. Grand Soho Slipi (PENGGUGAT) yang diwakili oleh Presiden Direktur Hindharto
Budiman dengan Mardiana (TERGUGAT) yang menyatakan bahwa pembangunan perkantoran akan
selesai pada tanggal 30-8-2008 (tiga puluh agustus dua ribu delapan)
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT,sebab TERGUGAT tidak
menyelesaikan pembayaran disebabkan PENGGUGAT yang cidera janji (wanprestasi) dalam
melaksanakan pembangunan proyek ASTON SOHO yang kini menjadi Perkantoran Grand Soho Slipi
Bahwa terhadap cidera janji tersebut PENGGUGAT akui sendiri dalam gugatannya maka
TERGUGAT menghentikan pembayaran sebab PENGGUGAT tidak memenuhi perjanjian yang
disepakati bersama, padahal TERGUGAT telah beberapa kali melakukan pembayaran dan
pembayaran tersebut tidak dikembalikan pada saat proyek aquo terhenti
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT, sebab Perkantoran Grand
Soho Slipi d/h Aston Soho Unit 8-1 seperti yang diperjanjikan dalam perjanjian dan brosur-brosur
pemasaran dari PENGGUGAT tidak pernah ada sampai hari ini, padahal TERGUGAT telah beberapa
kali melakukan pembayaran
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT , sebab TERGUGAT tidak
memiliki kewajiban pembayaran apapun kepada PENGGUGAT sejak PENGGUGAT tidak
menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian
Bahkan PENGGUGAT tidak memiliki itikad baik untuk mengembalikan uang TERGUGAT
yang telah dibayarkan
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT, sebab timbulnya
permasalahan ini disebabkan oleh PENGGUGAT, dan jalan keluar yang diinginkan oleh TERGUGAT
adalah agar uang segera dikembalikan sejak proyek tersebut berhenti dan menjadi tidak jelas unit 8-1
yang diperjanjikan, dan dengan berbagai alasan PENGGUGAT tidak mengembalikan uang
TERGUGAT selama bertahun-tahun
Bahwa biaya-biaya yang timbul selama proses pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan
adalah sudah menjadi resiko dari PENGGUGAT sendiri, sebab terbengkalainya proyek aquo adalah
disebabkan oleh PENGGUGAT sendiri
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT, sebab denda yang didalilkan
adalah suatu denda yang mengada-ada, bagaimana mungkin TERGUGAT diminta untuk
membayarkan sejumlah denda yang berasal dari suatu perjanjian, padahal objek perjanjian yang
diperjanjikan tidak pernah ada
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT pada angka 12 (duabelas)
halaman 3 (tiga), sebab sekali lagi TERGUGAT ingatkan kepada persidangan ini, objek perjanjian
yang diperjanjikan tidak pernah ada maka TERGUGAT tidak memiliki kewajiban pembayaran apapun
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT pada angka 13 (tiga belas)
halaman 3 (tiga), sebab ketentuan pasal 10 ayat (3) huruf a Perjanjian Pengikatan Jual-Beli berlaku
apabila objek yang diperjanjikan ada
Bahwa TERGUGAT dengan tegas menolak dalil PENGGUGAT pada angka 14 (empat belas)
halaman 3 (tiga), sebab TERGUGAT tidak melakukan wanprestasi, justru PENGGUGAT yang
melakukan wanprestasi dengan tidak dipenuhinya janji-janji PENGGUGAT dalam memenuhi
perjanjian dalam hal objek perjanjian berupa unit 8-1 proyek aquo ;

DALAM POKOK PERKARA :


Bahwa PT. Grand Soho Slipi adalah suatu Badan Hukum Indonesia yang dibuat berdasarkan
hukum Negara Indonesia sebagaimana tertuang di dalam Akta Pendirian Nomor 208 tertanggal 27
April 1988 yang dibuat di Jakarta dihadapan Benny Kristianto, SH., Notaris pada Kantor Notaris
Benny Kristianto, SH. dan perubahan-perubahannya, yang terakhir dengan Akta No. 02 tertanggal 25
April 2011
Bahwa PENGGUGAT adalah suatu Badan Hukum Indonesia yang didasarkan atas itikad baik
bersama untuk menyelesaikan pembangunan unit Proyek Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston
Soho), yang dalam hal ini adalah pemilik sekaligus pengembang Proyek Perkantoran Grand Soho
Slipi (dahulu Aston Soho) yang berdiri di atas tanah setempat dikenal Jalan Letnan Jenderal Suwondo
Parman Kav 22-24 Jakarta Barat, adalah bangunan yang terbengkalai sejak tahun 2008
Bahwa berdasarkan Anggaran Dasar perseroan, Direksi PT. Grand Soho Slipi diberikan hak
dan wewenang untuk dan atas nama perseroan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan
dalam segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan perseroan, serta
menjalankan segala tindakan perseroan tidak terbatas dengan pengelolaan tanah dan pembangunan
Proyek Perkantoran Grand Soho Slipi
Bahwa sejak saat terbengkalai tahun 2008 secara otomatis seluruh pembangunan terhenti dan
tidak dilanjutkan sampai PENGGUGAT kemudian diambil alih oleh Pihak yang dengan itikad baik
untuk melanjutkan pembangunan atas setiap unit Proyek Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston
Soho), termasuk unit yang dibeli oleh TERGUGAT
Bahwa Akta Notaris Nomor 199 Tanggal 26 Februari 2008 Tentang Perjanjian Pengikatan
Jual Beli Unit Perkantoran Aston Soho adalah satu-satunya yang melandasi hubungan hukum antara
PENGGUGAT dengan TERGUGAT dan oleh karena segala ketentuan mengenai kewajiban
pembayaran atas jual beli unit Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston Soho) akan tunduk pada
ketentuan yang tercantum di dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut
Bahwa TERGUGAT memiliki kewajiban untuk tetap melakukan pembayaran sebagaimana
tertuang di dalam Akta Notaris Nomor 199 Tanggal 26 Februari 2008 Tentang Perjanjian Pengikatan
Jual Beli Unit Perkantoran Aston Soho. Namun sampai dengan hari ini TERGUGAT tidak
menyelesaikan pembayaran atas pembelian unit Perkantoran Aston Soho tersebut
Bahwa berdasarkan Akta Notaris Nomor 199 Tanggal 26 Februari 2008 Tentang Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Unit Perkantoran Aston Soho, TERGUGAT telah sepakat membeli Unit
Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston Soho) Unit 8-1 dari PENGGUGAT dengan harga
pengikatan sebesar Rp 1.225.290.000,- (satu milyar dua ratus dua puluh lima juta dua ratus sembilan
puluh ribu rupiah) dengan cara diangsur. Bahwa angsuran pembayaran Unit 8-1 tersebut dilakukan
TERGUGAT hanya sampai pada angsuran keenam yaitu tertanggal 7 Agustus 2008, hingga total yang
sudah dibayarkan oleh TERGUGAT adalah sebesar Rp. 646.062.000,- (enam ratus empat puluh enam
juta, sehingga TERGUGAT masih memiliki kewajiban pembayaran sebesar Rp. 579.228.000,- (lima
ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus dua puluh delapan ribu rupiah)
Bahwa sampai dengan tanggal 18 Oktober 2011 TERGUGAT masih belum melaksanakan
kewajiban pembayaran sebesar Rp.579.228.000,-(lima ratus tujuh puluh sembilan juta dua ratus dua
puluh delapan ribu rupiah) kepada PENGGUGAT, maka kemudian PENGGUGAT dengan dilandasi
oleh itikad baik mengirimkan SURAT PERINGATAN TERTULIS pada tanggal 18 Oktober 2011,
yang dikirimkan melalui surat tercatat PENGGUGAT mencoba menghubungi dan mengingatkan
TERGUGAT untuk sesegera mungkin memenuhi kewajiban pembayaran cicilan pembelian unit
Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston Soho) yang akan dimilikinya tersebut serta untuk adanya
kepastian hukum dalam transaksi jual beli unit-unit Perkantoran Aston Soho tersebut
Bahwa sampai dengan batas waktu yang ditentukan, TERGUGAT tetapi tidak
menindaklanjuti permintaan PENGGUGAT untuk segera melakukan pembayaran atau setidaknya
untuk mencari jalan keluar atas permasalahan ini. Hal tersebut jelas merupakan suatu perbuatan
pelanggaran hukum atas kepentingan hukum PENGGUGAT, yakni berupa tindakan pembiaran (tidak
melakukan apa-apa) yang pada saat bersamaan tetap membebani PENGGUGAT dengan biaya-biaya
yang timbul selama proses pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan
Bahwa kewajiban TERGUGAT sebagaimana tersebut belum termasuk kewajiban denda
keterlambatan sebagaimana tertuang di dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli yakni Pasal 10 ayat 2
huruf a Perjanjian Pengikatan Jual Beli terdapat kewajiban denda yang harus dibayarkan oleh
TERGUGAT bilamana TERGUGAT tidak melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
Bahwa kewajiban pembayaran sebagaimana tersebut diatas belum termasuk kewajiban denda,
iuran dan beban yang lain yang melekat pada setiap unit Perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston
Soho) termasuk tapi tidak terbatas pada biaya pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan.
Keadaan ini jelas sangat merugikan PENGGUGAT karena harus menanggung beban dan tanggung
jawab pembangunan, perawatan dan perbaikan. Praktis sejak TERGUGAT tidak membayar
kewajibannya kepada PENGGUGAT, seluruh biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan objek
hukum harus ditanggung oleh PENGGUGAT
Bahwa TERGUGAT telah tidak melakukan pembayaran sejak tanggal 8 September 2008,
berdasarkan Perincian Jadwal Kewajiban Pembayaran TERGUGAT masih memiliki 10 (sepuluh)
jadwal kewajiban pembayaran yang jatuh tempo pada tanggal 8 (delapan) setiap bulannya. Bahwa
oleh karena yang bersangkutan telah tidak melakukan pembayaran sejak tanggal 8 September 2008,
maka praktis sejak tanggal tersebut sampai dengan diajukannya gugatan ini TERGUGAT telah
melalaikan kewajiban pembayaran dimaksud
Bahwa pada 1 Pasal 10 ayat 3 huruf a Perjanjian Pengikatan Jual Beli, bilamana TERGUGAT
tidak melakukan kewajibannya untuk angsuran, denda dan biaya-biaya lainnya selama 6 (enam) kali
pembayaran maka PENGGUGAT dapat membatalkan atau mengakhiri Perjanjian Pengikatan Jual
Beli
Bahwa oleh karena telah terbukti secara terang dan nyata, TERGUGAT dalam hal ini telah
tidak melakukan pembayaran selama 6 (enam) kali pembayaran sampai dengan hari ini maka
PENGGUGAT dengan ini menyatakan TERGUGAT telah wanprestasi dan tidak dapat memenuhi
klausul di dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli khususnya mengenai kewajiban pembayaran atas
pembelian unit perkantoran Grand Soho Slipi (dahulu Aston Soho) Unit 8-1. Sehingga dalam hal ini
PENGGUGAT berhak untuk mengajukan pembatalan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
Bahwa perihal adanya suatu keadaan wanprestasi TERGUGAT yakni tidak dipenuhinya
pembayaran sesuai dengan yang diperjanjikan secara hukum telah memberikan hak kepada
PENGGUGAT untuk membatalkan Perjanjian dengan mendasarkan pada Pasal 10 ayat 3 huruf a Akta
Notaris Nomor 199 Tanggal 26 Februari 2008 Tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli Unit
Perkantoran Aston Soho, hal mana bilamana syarat batal tersebut dipenuhi oleh salah satu pihak maka
Perjanjian Pengikatan Jual Beli tersebut dapat dibatalkan oleh Pengadilan dan membuat sesuatu
kembali semula, seperti seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan
Bahwa jual beli merupakan suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana satu pihak (si
penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lain (si pembeli)
berjanji untuk memberikan harga yang disepakati sebagai kompensasi atas perolehan hak milik
tersebut
Bahwa Pasal 1266 Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata) syarat
batal dianggap selalu dicantumkan di dalam dalam suatu perjanjian timbal balik (jual beli), manakala
salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian maka persetujuan tidak batal
demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan melalui pengadilan. Syarat batal yang dimaksud di
dalam Pasal 1266 tersebut, yang bilamana dipenuhi akan menghapus perikatan dan membawa segala
sesuatu kembali seperti keadaan semula (sebelum terjadinya perjanjian), dengan suatu konsekuensi
masing-masing pihak mengembalikan keadaan seperti semula
Bahwa Pasal 1265 Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata) telah
memberikan suatu landasan hukum kepada PENGGUGAT untuk meminta pembatalan bilamana
TERGUGAT tidak dapat memenuhi kewajibannya yang hal mana telah memenuhi syarat batal yang
diatur di dalam Pasal 10 ayat 3 huruf a Pasal 1265 Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi
akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan
semula,seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan
Bahwa berdasarkan dalil mulai angka 6 (enam) s/d 17 tersebut diatas PENGGUGAT dengan
ini memohon Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk membatalkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
tertanggal Akta Mahkamah Agung Republik Indonesia Notaris Nomor 199 Tanggal 26 Februari 2008
Tentang Perjanjian Pengikatan Jual Beli Unit Perkantoran Aston Soho dan mengembalikan keadaan
seperti semula (sedia kala) dimana tidak terdapat hubungan hukum antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT yang tentunya akan menerbitkan kewajiban pada PENGGUGAT untuk mengembalikan
pembayaran yang telah diterimanya kepada TERGUGAT.

DALAM REKONPENSI:

Bahwa seluruh dalil PENGGUGAT REKONPENSI yang terdapat dalam Bagian KONPENSI
diatas mohon dipakai sebagai pertimbangan dan satu kesatuan dalam GUGATAN REKONPENSI ini
Bahwa Pada akhir tahun 2007, TERGUGAT REKONPENSI melalui tim marketingnya yang
dipimpin oleh RACHEL LIM menandatangani dan membujuk PENGGUGAT REKONPENSI untuk
membeli unit perkantoran di gedung yang waktu itu diberi nama "ASTON SOHO" (sekarang telah
diubah namanya menjadi "GRAND SOHO SLIPI")
TERGUGAT REKONPENSI melalui tim marketingnya yang dipimpin oleh RACHEL LIM
memberikan PENGGUGAT REKONPENSI brosur-brosur, presentasi-presentasi dan janji-janji untuk
membuat PENGGUGAT REKONPENSI percaya bahwa di gedung tersebut akan dibangun sebuah
hotel "ASTON" yang bertaraf internasional dan berbintang empat, dengan tinggi 46 lantai, yang
terdiri dari 4 konsep yaitu :
- Office S.O.H.O "Smart Office Home Office" (lantai 6-10)
- Office Space (lantai 11-16)
- Condominium (lantai 21-26) Condotel/Service Apartment (lantai 21-26)
- Hotel (Aston) berbintang 4 (lantai 27-46)
Dengan berbagai fasilitas penunjang antara lain: ATM & Bank Centre, Restaurant & Cafe, Laundry,
Mini Market, Fitness Centre, Swimming Pool dan Function Room yang "Siap Huni dan Hand Over di
Juni 2008"
Bahwa sejak awal PENGGUGAT REKONPENSI sudah menerangkan bahwa PENGGUGAT
REKONPENSI mengharapkan gedung itu sudah siap dalam waktu dekat mengingat kondisi
PENGGUGAT REKONPENSI yang sudah harus mendapatkan tempat sebagai kantor baru.
PENGGUGAT REKONPENSI juga sudah menegaskan bahwa hal itu tidak bisa dilakukan dipenuhi
oleh TERGUGAT REKONPENSI maka PENGGUGAT REKONPENSI tidak akan membelinya.
Terhadap hal ini, TERGUGAT REKONPENSI melalui RACHEL LIM menjamin dan menjanjikan,
bahkan berulang-kali, bahwa unit yang mereka tawarkan akan selesai paling lambat bulan Juni 2008
Bahwa atas bujukan yang terus menerus dari TERGUGAT KONPENSI melalui RACHEL
LIM, pada bulan Desember 2007 PENGGUGAT REKONPENSI akhirnya setuju untuk membayar
kepada TERGUGAT REKONPENSI tanda jadi (booking fee) pembelian unit sejumlah Rp.
10.000.000,-(sepuluh juta rupiah)
Bahwa pada mulanya, PENGGUGAT REKONPENSI sudah curiga dengan sikap
TERGUGAT REKONPENSI yang terus berupaya menunda-nunda penandatanganan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli ("PPJB"), meski PENGGUGAT REKONPENSI terus diminta untuk mulai
membayar angsuran harga unit tersebut
Bahwa baru pada tanggal 26 Februari 2008 TERGUGAT REKONPENSI melalui RACHEL
LIM mengundang Penggugat untuk menandatangani PPJB di kantor Notaris Misahardi Wilamarta,
S.H. di mana PENGGUGAT REKONPENSI disodorkan suatu akta PPJB (yang telah disiapkan
sebelumnya) untuk diparaf dan ditandatangani oleh PENGGUGAT REKONPENSI
Bahwa sebelum menandatangani PPJB tersebut, PENGGUGAT REKONPENSI telah
mengajukan protes kepada TERGUGAT REKONPENSI berkenaan dengan batas waktu penyelesaian
gedung, dimana di dalam PPJB tertulis akan diselesaikan pada tanggal 30 Agustus 2008, padahal janji
TERGUGAT REKONPENSI maupun tim marketingnya yang dipimpin oleh RACHEL LIM kepada
PENGGUGAT REKONPENSI sebelumnya adalah gedung itu akan selesai paling lambat bulan Juni
2008. Terhadap protes PENGGUGAT REKONPENSI, TERGUGAT REKONPENSI berdalih bahwa
PPJB itu sudah baku (standard) dan tidak bisa diubah. Lebih lanjut, TERGUGAT REKONPENSI
menyatakan dan menjamin bahwa gedung tersebut akan selesai di bulan Juni 2008
Bahwa karena termakan oleh bujukan-bujukan dan janji-janji tersebut, PENGGUGAT
REKONPENSI akhirnya bersedia menandatangani PPJB tersebut. Saat menandatangani PPJB,
TERGUGAT REKONPENSI diwakili oleh HINDHARTO BUDIMAN (dahulu Presiden Direktur PT.
Grand Soho Slipi) yang menurut keterangannya, tindakannya telah disetujui oleh EKO KUMALA
HINDHARTO (dahulu Komisaris PT. Grand Soho Slipi)
Bahwa setelah PPJB ditandatangani kemudian diketahui bahwa janji-janji yang diberikan oleh
TERGUGAT REKONPENSI adalah bohong besar, antara lain terbukti berdasarkan fakta-fakta berikut
ini :
- Di gedung tersebut tidak ada hotel (apa lagi bertaraf internasional dan berbintang empat
seperti yang dijanjikan)
- Papan nama gedung tersebut pada akhir tahun 2008 tiba-tiba diganti menjadi "Grand Soho
Slipi", dan nama "Aston" dihilangkan
- Total lantai di gedung itu tidak sampai 46 lantai seperti yang dijanjikan;
- Fasilitas-fasilitas umum yang dijanjikan tidak ada
- Kolam renang yang berstandar internasional yang dijanjikan akan dibangun dan lokasinya
akan persis terlihat dari jendela unit 8-1 tidak pernah ada, padahal PENGGUGAT
REKONPENSI telah dibujuk dengan harga yang lebih mahal dari harga unit lainnya untuk
membeli unit 8-1 tersebut karena dijanjikan akan memperoleh pemandangan kolam (pool
view)
Bahwa selain itu, ternyata janji bahwa pembangunan gedung itu akan selesai di bulan Juni
2008 seperti yang telah berulang-kali dijanjikan, adalah kebohongan besar. Janji yang tertera di PPJB
bahwa gedung akan selesai tidak lebih dari tanggal 30 Agustus 2008 pun bohong. Bahkan sampai
dengan hari ini pun, saat gugatan ini didaftarkan, gedung tersebut masih belum selesai dibangun
Bahwa telah diakui oleh TERGUGAT REKONPENSI, bahwa TERGUGAT REKONPENSI
tidak mampu menyelesaikan pembangunan gedung tersebut. Baru di sekitar tahun 2011, PT.
PEMBANGUNAN PERSERO (persero) diundang masuk sebagai investor untuk meneruskan
pembangunan gedung tersebut. Meski mengalami kemajuan, namun sampai saat ini pun (atau lebih
dari 4 tahun sejak PENGGUGAT REKONPENSI diminta membayar tanda jadi) pembangunan
gedung itu belum juga selesai. Pada pertengahan tahun 2009, PENGGUGAT REKONPENSI
memperoleh informasi bahwa TERGUGAT REKONPENSI sesungguhnya belum menyelesaikan
perizinan terkait tanah dan bangunan gedung tersebut yang disyaratkan oleh Undang-undang. Bahkan,
sampai sekarang ada banyak kasus hukum berkaitan dengan perizinan gedung Grand Soho Slipi, yang
selama ini coba ditutup-tutupi oleh TERGUGAT REKONPENSI
Bahwa tindakan TERGUGAT REKONPENSI ini merupakan pelanggaran terhadap hak
konsumen, sebagaimana diatur oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Bahwa PENGGUGAT REKONPENSI telah menyampaikan teguran kepada TERGUGAT
REKONPENSI, telah melanggar ketentuan hukum (khususnya hukum perlindungan konsumen dan
hukum rumah susun), serta pengingkaran atas janji-janji yang pernah diberikannya kepada
PENGGUGAT REKONPENSI
Bahwa jelas terbukti bahwa PPJB dibuat oleh PENGGUGAT REKONPENSI atas dasar
kekhilafan dan penyesatan, dan karenanya PPJB harus dibatalkan dan TERGUGAT REKONPENSI
harus memulihkan keadaan PENGGUGAT REKONPENSI
Bahwa kemudian TERGUGAT REKONPENSI, membuat penawaran kepada PENGGUGAT
REKONPENSI untuk membatalkan/menarik kembali PPJB dan mereka akan mengganti sebagian
kerugian yang telah diderita PENGGUGAT REKONPENSI asalkan PENGGUGAT REKONPENSI
bersedia mengembalikan haknya atas pembelian unit tersebut kepada mereka. Dalam hal ini, telah
ditawarkan oleh TERGUGAT REKONPENSI, dan demi menghindari kerugian yang semakin besar
PENGGUGAT REKONPENSI akhirnya bersedia menerima tawaran tersebut, yakni bahwa
TERGUGAT REKONPENSI akan melakukan Buyback/'pembelian kembali unit 8-1 dari
PENGGUGAT REKONPENSI senilai total Rp. 1.200.000.000,- (satu milyar dua ratus juta rupiah)
Bahwa karena trauma dengan janji-janji yang tidak ditepati, kemudian disepakati bahwa
TERGUGAT REKONPENSI akan membayar denda keterlambatan sebesar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah) setiap hari keterlambatan pembayaran yang dilakukan
Bahwa setelah kesepakatan tersebut dibuat, TERGUGAT REKONPENSI meminta kesediaan
PENGGUGAT REKONPENSI untuk memperbolehkan pembayaran tersebut dilakukan dalam 6
termin. Alasan mereka pada waktu adalah karena adanya permintaan dari PT. PEMBANGUNAN
PERUMAHAN (persero) selaku manajemen baru TERGUGAT REKONPENSI
Bahwa karena tidak menyangka TERGUGAT REKONPENSI akan berani berbohong lagi,
PENGGUGAT REKONPENSI menyetujui 6 termin pembayaran tersebut (masing-masing sebesar Rp.
200.000.000,-(dua ratus juta rupiah), dengan sepengetahuan juga KUMALASARI WITJAKSANA
(sekarang Direktur PT. Grand Soho Slipi)
Bahwa ternyata dan sungguh-sungguh keterlaluan, TERGUGAT REKONPENSI sekali lagi
mengingkari janjinya untuk melakukan pembayaran tersebut. Sampai detik ini, tidak sepeserpun
rupiah yang pernah TERGUGAT REKONPENSI bayar kepada PENGGUGAT REKONPENSI
Bahwa PENGGUGAT REKONPENSI telah mengirimkan beberapa kali peringatan baik lisan
maupun tertulis kepada TERGUGAT REKONPENSI, namun tidak ada tanggapan yang baik dari
TERGUGAT REKONPENSI. Terdapat kekuatiran yang beralasan bahwa TERGUGAT
REKONPENSI akan berupaya mengalihkan, memindahkan atau mengasingkan harta kekayaan
mereka baik berupa barang-barang bergerak maupun yang tidak bergerak untuk menghindari
pemenuhan kewajiban TERGUGAT REKONPENSI kepada PENGGUGAT REKONPENSI.

Oleh karena itu PENGGUGAT REKONPENSI mohon kepada majelis hakim yang terhormat yang
memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk meletakkan sita jaminan atas harta kekayaan
TERGUGAT REKONPENSI antara lain :

PRIMAIR :
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT REKONPENSI untuk seluruhnya
2. Menyatakan TERGUGAT REKONPENSl telah melakukan Wanprestasi.
3. Menghukum TERGUGAT REKONPENSl membayar secara tunai dan sekaligus uang
sejumlah Rp. 1.200.000.000,- (satu milyar dua ratus juta rupiah) disertai dengan denda
keterlambatan sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) per hari terhitung sejak tanggal 24
maret 2012 sampai pembayaran lunas dilakukan.
Apabila Pengadilan Negeri berpendapat lain, maka :
SUBSIDAIR:
Dalam Peradilan yang baik, mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)
Hormat kuasa Tergugat d.K/Penggugat d.R.

BERNARD J. PASARIBU, SH

NAMA : MESIH NATALIA


NIM : 010002000132

Anda mungkin juga menyukai