Perda No 4 TH 2020 TTG Perubahan Perda 19 TH 2014 TTG BPD - Sign

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BUPATI GARUT

PROVINSI JAWA BARAT


PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT
NOMOR 4 TAHUN 2020

TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT,
Menimbang : a. bahwa Badan Permusyawaratan Desa telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 19 Tahun 2014
tentang Badan Permusyawaratan Desa;
b. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa,
perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah
Kabupaten Garut Nomor 19 Tahun 2014 tentang Badan
Permusyawaratan Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 19
Tahun 2014 tentang Badan Permusyawaratan Desa;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5879);
2

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6321);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 89);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 6 Tahun 2016
tentang Urusan Pemerintahan Konkuren Kabupaten Garut
(Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GARUT

dan

BUPATI GARUT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 19
Tahun 2014 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Garut Tahun 2014 Nomor 19), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 4, angka 5 dan angka 9 diubah, sehingga


Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Garut.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Garut.
3

4. Camat atau yang disebut dengan nama lain adalah pemimpin dan koordinator
penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan
dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.
5. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang,
tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan pemerintahan daerah.
6. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain yang
selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
10. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan
oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
11. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

2. Ketentuan Pasal 2 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2
(1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.
(2) Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui proses pemilihan secara langsung atau
musyawarah perwakilan dengan menjamin keterwakilan perempuan.
(3) Dalam rangka proses pemilihan secara langsung atau musyawarah
perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa membentuk
panitia pengisian keanggotaan BPD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.
(4) Panitia pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling
banyak berjumlah 11 (sebelas) orang, yang terdiri atas unsur Perangkat Desa
paling banyak 3 (tiga) orang dan unsur masyarakat paling banyak
8 (delapan) orang.
4

(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan wakil
dari wilayah pemilihan.
(6) Mekanisme pengisian keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

3. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3
Persyaratan calon anggota BPD adalah:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD;
g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis; dan
h. bertempat tinggal di wilayah pemilihan.

4. Judul Bab IV diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IV
FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN HAK BPD SERTA
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA BPD

5. Judul Bagian Kesatu diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kesatu
Fungsi, Tugas, Wewenang dan Hak BPD

6. Diantara Paragraf 1 dan Paragraf 2 BAB IV disisipkan 2 (dua) paragraf, yakni


Paragraf 1A dan Paragraf 1B, serta diantara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 8A dan Pasal 8B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Paragraf 1A
Tugas BPD

Pasal 8A
BPD mempunyai tugas:
a. menggali aspirasi masyarakat;
b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
5

f. menyelenggarakan musyawarah Desa;


g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa
antarwaktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan
lembaga Desa lainnya; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 1B
Wewenang BPD

Pasal 8B
BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan mayarakat untuk mendapatkan aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan
tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada
Bupati melalui Camat;
j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara
tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan Anggaran
dan Pendapatan Belanja Desa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa
kepada Kepala Desa; dan
m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
6

7. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 10A,
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10A
(1) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dan
sampai dengan huruf d digunakan dalam musyawarah BPD.
(2) Selain hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), BPD berhak:
a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan yang
dilakukan di dalam negeri; dan
b. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten bagi pimpinan dan anggota BPD yang
berprestasi.

8. Judul BAB VI diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB VI
KELEMBAGAAN DAN PEMILIHAN PIMPINAN
BPD

9. Judul Bagian Kesatu diubah, dan ketentuan Pasal 13 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Bagian Kesatu
Kelembagaan BPD

Pasal 13
(1) Kelembagaan BPD terdiri atas:
a. pimpinan; dan
b. bidang.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan
kemasyarakatan; dan
b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua bidang.
(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPD.

10. Diantara Pasal 13 dan Pasal 14 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 13A sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 13A
Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPD diangkat 1 (satu) orang
tenaga staf administrasi BPD.
7

11. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 14
(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dan ayat (3) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam
rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggota termuda yang hadir dalam rapat.
(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling
lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
(4) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang berikutnya karena
pimpinan dan/atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau
pimpinan BPD lainnya berdasarkan kesepakatan pimpinan BPD.

12. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 14A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 14A
(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang
terpilih, ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah
mendapatkan pengesahan Camat atas nama Bupati.

13. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15
(1) Anggota BPD berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
apabila:
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan
tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan tanpa keterangan
apapun;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
d. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
e. tidak melaksanakan kewajiban;
f. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BPD;
g. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
8

i. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan


2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran atau
penghapusan Desa;
j. bertempat tinggal di luar wilayah asal pemilihan; dan/atau
k. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.
(3) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD berdasarkan hasil
musyawarah BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa.
(4) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada
Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian.
(5) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati
paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian.
(6) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BPD paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPD.
(7) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

14. Diantara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 15A sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 15A
(1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai
tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak
pidana terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai
pimpinan BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan BPD.
(3) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan pimpinan BPD
pengganti antar waktu.

15. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16
(1) Anggota BPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota BPD
nomor urut berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota BPD.
(2) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut berikutnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai calon anggota BPD, digantikan oleh calon anggota BPD nomor
urut berikutnya.

16. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17, disisipkan 3 (tiga) pasal, yakni Pasal 16A,
Pasal 16B dan Pasal 16C, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16A
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang diberhentikan antarwaktu
ditetapkan, Kepala Desa menyampaikan usulan nama calon pengganti
anggota BPD yang diberhentikan kepada Bupati melalui Camat.
9

(2) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan anggota BPD yang
diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat
menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD yang
diberhentikan kepada Bupati.
(3) Bupati meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD
dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
disampaikannya usul penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.
(4) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mulai berlaku
sejak pengambilan sumpah/janji dan dipandu oleh Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
(5) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji.

Pasal 16B
(1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan
anggota BPD yang digantikannya.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung 1 (satu) periode.

Pasal 16C
(1) Penggantian antarwaktu anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa
jabatan anggota BPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kosong sampai
berakhirnya masa jabatan anggota BPD.

17. Judul BAB IX dan ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IX
PENYELENGGARAN MUSYAWARAH BPD

Pasal 18
(1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan
Badan Permusyawaratan Desa terhadap hal-hal yang bersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan Desa,
evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulan pemberhentian anggota
BPD.
(3) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD dengan mekanisme, sebagai
berikut:
a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna
mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan
dilakukan dengan cara pemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan
sah apabila disetujui oleh paling sedikit 1/2 (satu perdua) ditambah
1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan
10

f. hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan


keputusan BPD dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh
sekretaris BPD.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan musyawarah BPD diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Garut.

Ditetapkan di Garut
pada tanggal 21 - 12 - 2020
B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN

Diundangkan di Garut
pada tanggal 21 - 12 - 2020
Pj. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GARUT,

ttd

BENNY BACHTIAR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2020 NOMOR 4

Mengetahui
Sesuai dengan aslinya
a.n. SEKRETARIS DAERAH,
ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA,
u.b.

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT


(4/199/2020)

Anda mungkin juga menyukai