Membongkar Bentuk Pelecehan Dan Bias Gender Di Media Sosial
Membongkar Bentuk Pelecehan Dan Bias Gender Di Media Sosial
Membongkar Bentuk Pelecehan Dan Bias Gender Di Media Sosial
Sosial
ABSTRAK
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Pada bentuk yang ketiga yaitu pada pelecehan bentuk visual. Hal tersebut
terjadi karena pengguna media sosial memanfaatkan video call. Pelecehan terjadi
ketika pengguna media sosial meminta informan untuk melakukan aktivitas
sexual misalnya membuka sebagian baju atau sampai dengan tanpa busana sama
sekali.
Ketertarikan kaum muda terhadap isu gender terlihat dari atensi yang
diberikan oleh kaum muda di media sosial. Informan pada penelitian ini
mengikuti akun-akun yang menaruh perhatian pada isu kesetaraan gender. Tidak
hanya itu, tetapi mereka juga sudah dapat memilah akun mana yang layak untuk
dijadikan sumber informasi, mengingat tidak semua infomasi yang dibuat oleh
akun-akun serupa memiliki informasi yang valid. Sehingga jika salah dalam
penerimaan informasi, maka akan salah pemahaman kaum muda terhadap isu
gender tersebut.
Perhatian kaum muda tidak hanya sebatas mengakses isu gender di media
sosial tetapi juga membagikan konten tersebut ke pengikut ataupun teman mereka
di media sosial. Tidak jarang, mereka mendiskusikannya di paltform yang lebih
personal seperti whatsapp. Terdapat pula informan yang sudah terbiasa mengelola
akun yang kontennya fokus membahas isu gender.
Informan tidak hanya sadar mengenai isu gender itu sendiri tapi lebih
dari itu, mereka bahkan sudah dapat memilah mana informasi yang benar-benar
pro kesetaraan gender mana yang tidak. Hal ini terlihat dari bagaimana informan
menyikapi dan merespon konten- konten tentang kesetaraan gender yang ada di
media sosial.
Jika diurutkan sesuai dengan teori ketegangan sosial dari Merton, hal
tersebut merujuk kepada teori anomi yang dikemukakan oleh Durkheim
(Rosyidah & Nurdin, 2018). Pada masyarakat modern, norma dan standar
tradisional menjadi terabaikan tanpa tergantikan dengan yang baru, sehingga
mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur seseorang dalam
berperilaku. Kondisi tanpa adanya aturan tersebut biasa disebut anomi, kondisi
dimana tidak adanya norma yang berlaku dan mengatur perilaku masyarakat.
Tahapan selanjutnya yang terjadi akibat anomi ialah ketegangan di masyarakat.
Ketegangan tersebut dapat menimbulkan penyimpangan yang timbul akibat
kesenjang ekonomi dan perbedaan kesempatan yang ada di masyarakat. Sehingga
pada akhirnya, baik anomi maupun ketegangan dapat menimbulkan perilaku
menyimpang di masyarakat sebagai bentuk adaptasi yang dilakukan oleh
masyarakat.
Artikel ini berfokus pada kajian teoritis mengenai pelecehan seksual dan
kesetaraan gender yang dilakukan di media sosial. Fokus teori diatas digunakan
sebagai batasan dalam permasalahan pelecehan seksual yang terjadi pada jejaring
sosial sebagai dampak dari mulai lunturnya nilai-nilai yang dimiliki masyarakat
khususnya remaja akibat penggunaan media sosial. Belum adanya aturan dan
nilai-nilai baru yang berfungsi sebagai pedoman yang membatasi perilaku remaja
dalam berinteraksi di media sosial menjadikan perilaku menyimpang banyak
dilakukan pada ruang- ruang komunikasi virtual tersebut. Selain itu, adaptasi di
masyarakat yang dipengaruhi ketegangan sebagai dampak dari anomi di
masyarakat juga dapat memicu terjadinya beberapa perilaku menyimpang.
Remaja yang masih berada pada masa peralihan menuju dewasa, kerap
kali mencoba dan mengeksplor kegiatan-kegiatan baru dalam rangka pencarian
jati diri mereka di masyarakat. Dengan kemunculan media sosial sebagai ruang
baru untuk berinteraksi, memudahkan mereka dan meningkatkan rasa ingin tahu
mereka akan dunia yang lebih luas. Media sosial juga dijadikan sebagai sarana
untuk memuaskan hasrat baik yang bersifat positif maupun negatif yang tidak
dapat mereka lakukan di dunia nyata. Internet dan perkembangan teknologi
informasi merupakan alat yang berpotensi dalam perilaku menyimpang dan
merusak dalam kehidupan remaja yang menjadikan mereka sebagai korban secara
online. Pendapat tersebut menghasilkan sebuah konstruksi baru dalam
perkembangan penggunaan media sosial yaitu remaja yang menggunakan internet
dan media sosial telah membuka celah dalam diri mereka sendiri untuk menjadi
korban bullying, pelecehan seksual, dan perilaku menyimpang lainnya.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Asni. (2016). Membongkar Akar Bias Gender Dalam Hukum Islam (Telaah Fikih
Perempuan Perspektif Sejarah Sosial Hukum Islam). Jurnal Al mAiyyah,
9(1), 17–45.
Fatikhul, A., & Abdullah, A. (2019). Studi Fenomenologi Pelecehan Seksual Pada
Wanita Melalui Sosial Media. “CIVIC-CULTURE : Jurnal Ilmu Pendidikan
Dasar,” 3(1), 199–210.