Asal Usul Busana Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Asal-usul Busana

Pakaian

Busana atau pakaian (clothes, apparel, attire) adalah bahan atau


sesuatu yang dikenakan pada tubuh. Pakaian biasanya terbuat dari
kain atau tekstil tetapi pada zaman dahulu pakaian dapat terbuat dari
kulit binatang atau lembaran tipis lainnya yang disatukan. Pakaian
umumnya hanya manusia yang mengenakan dan merupakan ciri khas
semua manusia. Jumlah dan jenis pakaian yang dikenakan tergantung
pada jenis kelamin, bentuk tubuh, sosial, dan pertimbangan geografis.

Busana atau pakaian memiliki banyak fungsi dan tujuan: dapat


berfungsi sebagai perlindungan dari cuaca, permukaan kasar, tanaman
penyebab ruam atau gatal, gigitan serangga, serpihan, duri dan lain-
lain dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan luar.
Pakaian dapat melindungi dari kondisi dingin atau panas, menjadi
penghalang yang higienis, menjaga dari bahan-bahan infeksius dan
toksik. Pakaian juga memberikan perlindungan dari radiasi
ultraviolet.

Mengenakan busana juga merupakan norma sosial, dimana


kehilangan pakaian di depan orang lain dapat menjadikan hal yang
memalukan. Di sebagian besar dunia, tidak mengenakan pakaian di
depan umum sehingga alat kelamin, payudara atau bokong terlihat
bisa dianggap hal tidak senonoh.

 
Asal-usul Busana

Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping


kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal ini pun sudah dirasakan
manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring dengan
perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Dilihat dari
sejarah perkembangan kebudayaan manusia, dapat kita pelajari hal-
hal yang ada hubungannya dengan busana.

Pada dasarnya busana yang berkembang di masyarakat dewasa ini


merupakan pengembangan dari bentuk dasar busana pada peradaban
Barat. Namun busana barat pun hadir atas sumbangan yang tumbuh
dari tiga akar budaya yaitu Yunani Kuno, Romawi dan Nasrani.
Seiring dengan perkembangan zaman, busana mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS).

Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana seperti yang


ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu, bercocok tanam
dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan
memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam sekitarnya. Ketika
mereka berburu binatang liar, mereka mendapatkan dua hal yang
sangat penting dalam hidupnya yaitu daging untuk dimakan dan kulit
binatang untuk menutupi tubuh. Pada saat itu manusia baru berfikir
untuk melindungi badan dari pengaruh alam sekitar seperti gigitan
serangga, pengaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lain
yang berbahaya.
Cara manusia melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda, sesuai
dengan alam sekitarnya. Di daerah dingin, manusia menutup
tubuhnya dengan kulit binatang, khususnya binatang-binatang buruan
berbulu tebal seperti domba. Kulit binatang tersebut dibersihkan
terlebih dahulu dari daging dan lemak yang menempel lalu
dikeringkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita. Begitu
juga dengan daerah yang panas, mereka memanfaatkan kulit kayu
yang direndam terlebih dahulu lalu dipukul-pukul dan dikeringkan.
Ada juga yang menggunakan daun-daun kering dan rerumputan.
Selain itu ada yang memakai rantai dari kerang atau biji-bijian yang
disusun sedemikian rupa dan untaian gigi dan taring binatang.
Untaian gigi dan taring binatang ini dipakai di bagian leher,
pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pada panggul sebagai
penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh. Pemakaian untaian gigi,
taring dan tulang, selain berfungsi untuk penampilan dan keindahan
juga berhubungan dengan kepercayaan atau tahayul. Menurut
kepercayaan mereka, dengan memakai benda-benda tersebut dapat
menunjukkan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari
roh-roh jahat dan agar selalu dihormati. Cara lain adalah dengan
menoreh tubuh dan wajah dan diberi bahan pewarna yang lebih
dikenal men “tattoo”. Namun mentato menurut Roosmy M Sood dan
Dra. Arifah A Rianto, M.Pd (2003:44) bahwa semua yang dilakukan
oleh masyarakat primitif belum dapat dikatakan berbusana karena
seni berbusana baru muncul setelah masyarakat mengenakan penutup
tubuh dari kulit binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan.
Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit binatang
maupun kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah bentuk
dasar busana. Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yaitu:

 Kutang

Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua,


bahkan sebelum orang mengenal adanya kain lembaran yang
berupa tenunan, orang sudah mengenal bentuk pakaian ini. Bentuk
kutang menyerupai silinder atau pipa tabung yang berasal dari
kulit kayu yang dipukul-pukul sedemikian rupa sehingga kulit
tersebut terlepas dari batangnya dan dipakai untuk menutupi tubuh
dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan.

Pada zaman dahulu penduduk asli Amerika yaitu suku Indian


sudah mengenal pohon kutang yang kulitnya dipakai sebagai
penutup tubuh. Negeri asal kutang yaitu Asia, lalu dibawa ke Iran,
Asia kecil, Mesir dan Roma di Eropa. Di Asia dan Afrika bentuk
pakaian ini menjadi bentuk utama pakaian walaupun berbeda
ukuran panjang dan bentuknya.

Ada beberapa jenis pakaian kutang yang dikenal yaitu:

a. Tunik

Tunik atau disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk


busana kutang yang dikenal pada zaman prasejarah.
Pemakaiannya dari bawah buah dada sampai mata kaki yang
diberi dua buah tali/ban ke bahu. Bentuk pakaian ini sering
dipakai oleh wanita dan pria Mesir zaman purbakala.

Pada perkembangannya bentuk tunik dan cara pemakaiannya


disesuaikan dengan tingkat dan golongan pemakai; seperti
tunik talaris dipakai oleh para consul, tunik dengan ukuran
pendek(sebatas lutut), longgar dan memakai lengan panjang
hanya boleh dipakai oleh orang-orang istana. Tunik yang
sederhana dengan hiasan kancing pada leher dan pinggang
dipakai oleh golongan menengah pada abad ke 6 s.d ke 5 SM di
Bizentium. Abad ke 5 SM s.d abad ke 1 sesudah masehi di
Roma ada tunik permata. Perkembangannya sampai abad ke 5
sesudah masehi panjangnya sampai pertengahan betis.

Dengan masuknya agama islam di Aceh maka terbawa pulalah


setelan celana dengan tunik yang datang dari Pakistan yang
selanjutnya disebut dengan baju kurung.
Gambar macam-macam tunik

b. Kandys

Kandys merupakan busana yang berasal dari bentuk kutang yang


dipakai oleh pria Hebren di Asia Kecil pada zaman prasejarah.
Busana ini longgar dengan lipit-lipit pada sisi sebelah kanan dan
lengannya
berbentuk sayap.
Gambar kandys

c. Kalasiris

Kalasiris yaitu busana wanita Mesir zaman prasejarah. Kalasiris


berbentuk dasar kutang, panjangnya sampai mata kaki, longgar dan
lurus, adakalanya memakai ikat pinggang dan lengan setali. Kalasiris
kadang-kadang dipakai bersama mantel dan cape yang berbentuk syal
sebagai tambahan.

 Pakaian Bungkus

Bentuk pakaian bungkus merupakan pakaian yang berbentuk segi


empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan atau dibungkus
ke badan mulai dari dada, atau dari pinggang sampai panjang yang
diinginkan seperti celemek panggul. Pakaian bungkus ini tidak
dijahit, walaupun pada saat pakaian bungkus ini muncul jarum
jahit sudah ada. Pemakaian pakaian bungkus ini dengan cara
dililitkan ke tubuh seperti yang ada di India yang dinamakan sari,
toga dan palla di Roma, chiton dan peplos di zaman Yunani kuno,
kain panjang dan selendang di Indonesia.
Gambar bentuk pakaian bungkus

Pada perkembangannya, pakaian bungkus berbeda-beda dalam


cara pemakaiannya untuk tiap daerah, sehingga muncul pakaian
bungkus yang namanya berbeda-beda diantaranya:

a. Himation,

yaitu bentuk busana bungkus yang biasa dipakai para filosof


atau orang terkemuka di Yunani Kuno. Himation ini
panjangnya 12 atau 15 kaki, terbuat dari bahan wol atau
lenan putih yang seluruh bidangnya disulam. Busana ini
dapat dipakai di atas chiton atau dengan mantel. Bentuk
busana yang hampir menyerupai himation ini yaitu pallium
yang biasa dipakai di atas toga oleh kaum pria di Roma pada
abad kedua.
Gambar himation

b. Chlamys,

yaitu busana yang menyerupai himation, yang berbentuk longgar.


Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani Kuno.
Gambar chlamy
c. Mantel/shawl,

yaitu busana yang berbentuk segi empat panjang yang dalam


pemakaiannya disampirkan pada satu bahu atau kedua bahu. Pada
bagian dada diberi peniti sehingga muncul lipit-lipit dan pada kedua
ujungnya diberi jumbai-jumbai.

Gambar mantel/syawl
d. Toga,

merupakan bentuk pakaian resmi yang dipakai sebagai tanda


kehormatan di zaman republik dan kerajaan di Roma. Ada beberapa
jenis toga diantaranya yaitu toga palla yang dipakai saat berkabung
dan toga trabea yang dibuat menyerupai cape bayi.
Gambar toga

e. Palla,

yaitu busana wanita Roma di zaman republik dan kerajaan, dipakai di


atas tunika atau stola. Pemakaiannya hampir sama dengan shawl yang
disemat dengan peniti. Warna palla pada umumnya warna biru, hijau
dan warna keemasan.
Gambar palla

f. Paludamentum, sagum dan abolla,

yaitu sejenis pakaian jas militer di zaman prasejarah.

Gambar palludamentum
g. Chiton,

yaitu busana pria Yunani Kuno yang mirip dengan tunik di Asia.
Bahan chiton biasanya terbuat dari bahan wol, lenan dan rami yang
diberi sulaman dengan benang berwarna dan benang emas sebagai
pengaruh tenunan Persia.
Gambar chiton

h. Peplos dan haenos,

yaitu busana wanita Yunani Kuno yang bentuk dasarnya sama dengan
chiton, ada yang dibuat panjang dan ada yang pendek. Pada bagian
bahu ada lipit-lipit yang ditahan dengan peniti dan ada kalanya pada
pinggang juga dibuat lipit-lipit sehingga terlihat seperti blus. Peplos
dari Athena memakai ikat pinggang yang diikat di atas lipit-lipit di
pinggang.
Gambar peplos

i. Cape atau cope,

yaitu busana paling luar pada pakaian pria di Byzantium yang


berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau leher dan diberi hiasan
bros.
Gambar cape atau cope

 Poncho

Poncho terbuat dari kulit binatang, kulit pohon kayu dan daun-
daunan yang diberi lubang pada bagian tengahnya agar kepala bisa
masuk, sedangkan bagian sisi dibiarkan tidak dijahit. Poncho yang
dimaksud disini adalah suatu bentuk dasar pakaian yang berasal
dari penduduk asli Amerika, yaitu bangsa Mexico dan Peru-
Indian, yang pada waktu sekarang sudah hampir hilang di negeri
asalnya. Bentuk aslinya dipergunakan sebagai penutup badan
bagian atas, terdiri dari selembar kain yang dilipat melebar
ditengah-tengahnya. Pada lipatan ini dicari tengah-tengahnya,
dibuatkan lubang untuk lubang leher. Ciri khas bentuk dasar ini
bahwa tengah muka tidak mempunyai belahan seperti gambar
berikut.

Gambar poncho

Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana yang


dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul terlihat
pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke badan mulai
dari pinggang ke panggul. Berdasarkan bentuknya, poncho dapat
dibedakan menjadi poncho bahu dan poncho panggul.

 a. Poncho bahu


Poncho bahu yaitu poncho yang menutup bahu dan badan bagian atas.
Panjang poncho bahu ada yang sampai batas lutut dan ada yang
sampai betis. Poncho bahu biasanya dipakai oleh suku Indian
penduduk asli Amerika, Peru, Mexico dan Tiongkok. Disamping itu
juga dipakai
sebagai mantel
oleh suku
Teutonic, Trank
dan Sexon. Poncho
bahu diberi lobang
sehingga kepala
bisa masuk.
Poncho bahu ada
yang hanya
menutupi bahu
saja seperti poncho
bahu di Tiongkok,
sementara poncho
dari Mexico dibuat
dari bulu binatang
yang panjangnya sampai lutut dan ada juga yang sampai betis.

Gambar contoh poncho bahu


b. Poncho panggul

Poncho panggul
ditemukan pada
gambar seorang
laki-laki di istana
raja zaman Yunani
Kuno. Poncho
panggul yaitu
poncho yang
menutupi bagian
panggul sampai
panjang yang
diinginkan dan
pada badan bagian
atas terbuka.
Poncho panggul
ada yang hanya
menutupi panggul
saja dan ada juga
yang dibuat sampai
menutupi mata kaki.

Gambar contoh poncho panggul

Perkembangan bentuk poncho terlihat pada bentuk busana yang


dimasukkan dari kepala. Perkembangan celemek panggul terlihat
pada bentuk busana yang dibungkus atau dililitkan ke badan mulai
dari pinggang ke panggul.

 Celana

Celana merupakan bagian busana yang berfungsi untuk menutupi


tubuh bagian bawah, mulai dari pinggang, pinggul dan kedua kaki.
Bentuk dasar celana dibuat dari bahan berbentuk segi empat yang
dilipat dua mengikuti panjang kain dan bagian lipatan tersebut
digunting dan dijahit pada kedua sisinya. Untuk lobang kaki
sampai paha dibuat guntingan pada bagian tengahnya yang
kemudian dijahit, sehingga ada lobang untuk kaki. Pada bagian
pinggang dibuat lajur untuk memasukkan tali sebagai penahan
celana pada pinggang. Celana seperti ini masih banyak ditemui
dan dipakai oleh wanita di Aceh.

Gambar bentuk dasar celana

Bentuk ini muncul untuk melengkapi pakaian kaftan yang biasanya


dibuat menutupi seluruh tubuh, sehingga timbul ide untuk
memisahkan busana bawah dan atas. Busana atas disebut tunik dan
bawah dikenal dengan rok.
Dari rok inilah dirubah
menjadi bentuk celana yang
diberi lobang untuk
memasukkan kaki. Celana
biasa dipakai oleh wanita
dan laki-laki seperti di
Albania, Persia, Tiongkok,
Tunisia, dan Arab Saudi.

Bentuk celana bermacam-


macam, ada yang longgar
seperti celana perempuan
Turki dan ada yang sempit
seperti celana kuli di
Jepang. Pada abad ke 18
muncul celana yang
panjangnya sampai lutut
yang dikenal dengan culotte. Pada akhir abad ke 18 perkembangan
bentuk celana dipengaruhi oleh budaya barat sehingga muncul celana
pantaloons, yaitu celana panjang yang sampai mata kaki.

Gambar contoh bentuk celana


Berdasarkan bentuk dasar busana di atas maka berkembanglah
bentuk-bentuk busana yang kita kenal sekarang, yang sudah
disesuaikan dengan perkembangan zaman.

 Bentuk kaftan

Bentuk kaftan merupakan perkembangan dari bentuk dasar kutang


atau tunika yang dipotong bagian tengah muka sehingga terdapat
belahan pada bagian depan pakaian. Orang-orang Babylonia telah
lama menggunakanya sebagai penutup badan bagian atas. Bentuk
kaftan yang asli masih dipakai oleh petani di Mesir. Di Indonesia
dikenal dengan nama kebaya, di Jepang dikenal dengan kimono dan
di Negara-negara Timur Tengah dikenal dengan jubah. Busana kaftan
berbentuk baju panjang yang longgar, sisi lurus, berlengan panjang
dan ada belahan pada tengah muka. Dengan kata lain bentuk kaftan
memiliki ciri khas, mempunyai belahan disepanjang tengah muka dan
memakai lengan. Belahan ini ada kalanya disemat dengan peniti dan
ada juga yang dibiarkan lepas (tidak disemat) seperti gambar berikut.
Gambar kaftan

Anda mungkin juga menyukai