BAB I Fikss

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergeseran paradigma proses pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran

telah memberi tantangan baru bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas.

Aktifitas belajar mengajar yang berlangsung dalam kelas difasilitasi oleh guru.

Oleh karena itu guru dituntut untuk lebih kreatif mengamati berbagai persoalan

yang terjadi saat proses berlangsung. Guru harus mampu melakukan berbagai

inovasi pembelajaran, baik berupa pendekatan, metode, media dan lembar kerja

peserta didik (LKPD) yang dapat diterapkan saat pembelajaran sesuai dengan

karakteristik bahan ajar serta kondisi siswa.

Penguasaan peserta didik terhadap suatu materi dapat dilihat dari

kecakapan yang dimiliki peserta didik diantaranya adalah kemampuan dalam

memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah juga menjadi hal yang

penting bagi siswa karena dalam belajar, siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan

secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan

kesempatan mencoba memecahkan masalah.

Kegiatan pembelajaran yang digunakan masih berfokus

pada Teacher Centered dalam pembelajaran, ketersediaan soal yang digunakan

hanya pada ranah mengingat, memahami dan menerapkan dalam artian jawaban

dari soal tersebut selalu ada didalam bahan ajar tanpa diperlukan penalaran atau

analisis, dampaknya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa rendah karena

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kurangnya ketersediaan soal

63
yang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang membuat hasil

belajar siswa juga ikut rendah.

Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan kepada siswa SMA

Zion Makassar, siswa menganggap bahwa Kimia merupakan salah satu mata

pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan mata pelajaran Kimia yang terlalu banyak

teori yang perlu dihafalkan. Pembelajaran kimia yang berlangsung menggunakan

model ceramah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Kimia,

diperoleh informasi bahwa sebagian besar hasil belajar siswa pada materi asam

basa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan

di sekolah minimal 75. Pemahaman siswa pada konsep asam basa masih cukup

rendah, dapat dilihat dari nilai ujian tengah semester genap kelas XI IPA tahun

ajaran 2019/2020 diperoleh nilai rata-rata sebesar 73. Secara umum kesulitan

belajar kimia siswa diperkirakan karena beberapa hal, yaitu model pembelajaran

yang digunakan guru secara umum adalah ceramah dan pemberian soal, siswa

memandang materi kimia sulit untuk dipahami serta rendahnya partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran. Dari hasil tersebut maka diperlukan sebuah model

pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Model pembelajaran Discovery learning merupakan model pembelajaran

penemuan. Model pembelajaran penemuan baik untuk diterapkan dalam

pembelajaran kimia khususnya materi asam basa. Peserta didik diarahkan untuk

mencari dan menemukan sendiri konsep dasar dari materi pelajaran melalui

sintaks-sintaks model discovery learning. Pada sintaks rumusan masalah dapat


menjadi sarana bagi siswa untuk menuangkan segala pertanyaan yang muncul

setelah mendapatkan stimulus. Dengan harapan pembelajaran yang ditemukan

sendiri akan memiliki kesan dalam ingatan peserta didik.

Salah satu materi yang diajarkan di kelas XI MIPA semester genap adalah

asam basa. Materi asam basa berisi konsep-konsep yang penting untuk dipelajari

dan dipahami peserta didik. Maka dari itu, diharapkan materi asam basa ini dapat

diajarkan dan disampaikan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran yang menarik

bagi peserta didik. Penggunaan Model pembelajaran Discovery Learning pada

pembelajaran asam basa diharapkan dapat menjadikan kegiatan pembelajaran

menjadi lebih menarik dan dapat mendukung hasil belajar asam basa menjadi

lebih tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian

yang berjudul “Keefektifan model pembelajaran discovery learning untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik (materi pokok asam basa)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah model pembelajaran

Discovery Learning efektif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

materi asam basa?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Discovery

Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi asam basa.
D. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru

Sebagai sarana informasi demi menunjang proses pembelajaran yang lebih

khususnya dalam mata pelajaran kimia.

2. Bagi sekolah

Memberikan informasi demi menunjang peningkatan hasil belajar peserta

didik melalui metode Question Student Have (QSH) dalam model discvery

learning.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian yang

membutuhkan metode dan model pembelajaran yang lebih berpusat pada

peserta didik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery learning adalah belajar dengan menemukan, dimana siswa

dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang dihadapi sehingga siswa dapat

mencari cara pemecahan masalah. Pembelajaran discovery learning memberikan

kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam membangun

pengetahuan yang akan mereka peroleh. Keterlibatan siswa pada proses

pembelajaran student-centered, aktif, menyenangkan dan memungkinkan

terjadinya informasi antar siswa, antara siswa dan guru dan antara siswa dengan

lingkungan (Saturnut, 2022).

Pembelajaran discovery learning berorientasi pada keterlibatan siswa

secara maksimal dalam kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal

dalam proses kegiatan belajar mengembangkan sikap kritis dan percaya diri siswa

tentang apa yang dikemukakan dalam proses menemukan. Dalam proses belajar

mengajar, dengan model discovery, seorang guru dalam menyajikan bahan

pelajaran tidak dalam bentuk utuh, selebihnya diserahkan kepada siswa untuk

mencari dan menemukan sendiri. Kemudian guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk menyampaikan hasil penemuannya (Alfitry, 2020).


Ciri-ciri discovery learning adalah : (1) mengekplorasi dan memecahkan

masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;

(2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru

dan pengetahuan yang sudah ada. Dari ketiga ciri-ciri tersebut, siswa dalam proses

pembelajarannya akan memiliki motivasi dari dalam diri mereka sendiri untuk

menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban atas problem

yang mereka hadapi (Haryanto,2020).

Pengertian model discovery learning menurut para ahli di atas yaitu suatu

proses pembelajaran dimana siswa secara aktif memperoleh pengetahuan yang

belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, tetapi mereka menemukan

sendiri. Dengan tujuan untuk membantu siswa untuk mempelajari konsep-konsep

dan keterampilan berpikir secara analitis praktis.

b. Langkah-Langkah Model Discovery Learning

Menurut (Marisya, 2020), Langkah-langkah model pembelajaran

discovery learning adalah sebagai berikut:

1) Stimulation (Pemberian Rangsangan/stimulus),

tahap ini merupakan tahap dimana guru menghadapkan siswa pada sesuatu

yang menimbulkan kebingungannya, agar timbul motivasi siswa untuk

menyelidiki. Kemudian guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

siswa berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap ini guru dapat

mengkondisikan siswa untuk membaca sejumlah sumber buku rujukan atau bisa

juga dengan menampilkan beberapa gambar di papan tulis. Selanjutnya arahkan

mereka untuk menentukan keterkaitan fokus masalah dengan sejumlah sumber


yang sesuai. Biarkan mereka membuka buku dan mempelajarinya agar mampu

menemukan jawaban sendiri,

2) Problem Statement (Identifikasi Masalah),

pada tahap ini siswa melakukan identifikasi masalah yang terjadi sesuai

dengan sejumlah hasil bacaannya tadi. Siswa melakukan identifikasi masalah

yang terjadi sesuai dengan sejumlah hasil bacaannya tadi. Selanjutnya siswa

memilih dan merumuskan hipotesis atas pertanyaan masalah dari fokus masalah

tadi. Selajutnya siswa merumuskan pertanyaan menjadi kalimat pernyataan

(statement) atau sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan,

3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa untuk melakukan proses

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan sesuai dengan

kebutuhan proses menjawab dan membuktikan jawaban-jawaban sementara dari

tahap sebelumnya. Jadi, pada tahap ini siswa akan menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis. Informasi dapat diperoleh dari hasil

bacaan buku, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan

narasumber atau teman mereka sendiri, melakukan uji coba sendiri dan berdiskusi.

Target dari tahap ini ialah peserta didik harus belajar secara aktif untuk

menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan,

4) Data Processing (Pengolahan Data)

Pada tahap ini guru dapat mengarahkan siswa untuk mampu mengolah

sejumlah data dan informasi berkenaan dengan upaya merumuskan jawaban atas

hipotesis. Data tersebut kemudian ditafsirkan sehingga terarah pada perumusan


jawaban. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan sebuah LKPD.

Siswa berdiskusi menyelesaikan LKPD secara bersama dengan menggunakan data

yang telah ia dapatkan tadi. Setelah merumuskan jawaban, siswa akan diarahkan

untuk merumuskan konsep dan kemudian siswa mendapatkan pengetahuan baru,

5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa menyajikan hasil diskusi kelompok secara bersama

didepan kelas. Kemudian akan ditanggapi oleh kelompok lain. Guru dapat

berpartisipasi langsung dalam membuktikan jawaban-jawaban yang dirumuskan

oleh siswa. Jika siswa kreatif dan gurunya mampu memberikan stimulus yang

tepat, maka siswa akan mampu mencermati setiap jawaban yang sesuai dengan

konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh dalam bentuk data atau

informasi. Pada akhir tahapan ini, peserta didik diberi kesempatan untuk

mengecek jawaban apakah hipotesis sudah benar atau belum,

6) Generalization (Menarik Kesimpulan)

Pada tahap ini, siswa dan guru secara bersama mengambil kesimpulan.

Merumuskan kesimpulan merupakan suatu keharusan dalam proses pembelajaran,

agar siswa dapat menemukan jawaban setelah melalui proses berpikir dalam

mencari data. Kesimpulan akan mengantar siswa pada sebuah bentuk pengetahuan

yang akurat. Berdasarkan analisis tersebut peneliti menemukan bahwa pada

langkah ini guru dapat mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulannya dari

materi pembelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning


Menurut Amyani (2018), model discovery learning memilki Kelebihan

maupun kekurangan dalam pelaksanaanna. Kelebihan tersebut adalah:


1). Mampu membuat siswa lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Model

Discovery Learning menuntut siswa untuk menemukan konsep, sehingga guru

hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator bukan sebagai sumber informasi;

2). Aktivitas siswa menemukan konsep membuat konsep lebih mudah dipahami

dibanding hanya mendapatkan konsep dari buku;

3). Peserta didik pembelajaran dengan tahapan model pembelajaran Discovery

Learning di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru sangat

menentukan aktivitas peserta didik.

Kelebihan pada model discovery learning menurut (Yuliana, 2018), dapat

di uraikan sebagai berikut:

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan‐

keterampilan dan proses‐proses kognitif,

b) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri,

c) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur berdiskusi, d)

Mampu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa berhasil

melakukan penelitian, dan

e) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Sementara itu kekurangannya menurut Saturnut (2022), yaitu

1) model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.

Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif yang rendah akan

mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau yang mengungkapkan


hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada

gilirannya akan menimbulkan frustasi. Model ini tidak cukup efisien untuk

digunakan dalam mengajar pada jumlah siswa yang banyak hal ini karena

waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk kegiatan menemukan pemecahan

masalah.

2) Model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam pengembangkan

pemahaman, namun aspek lainnya kurang mendapat perhatian. Model ini

menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa

yang memiliki kognitif yang rendah akan mengalami kesulitan dalam berpikir

abstrak atau yang mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis ata lisan, sehingga pada giliranna akan menimbulkan frustasi. Model

ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar pada jumlah siswa

yang banyak. Hal ini karena waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk

kegiatan menemukan pemecahan masalah.

2. Hasil Belajar

Belajar merupakan aktivitas mental untuk memperoleh perubahan tingkah

laku positif melalu latihan atau pengalaman dan menyangkut aspek kepribadian

baik secara fisik atupun psikis. Belajar menghasilakan perubahan dalam diri setiap

individu, dan perubahan tersebut mempunyai nilai positif bagi diri individu

(Setiawan, 2018) . Perubahan tingkah laku pada individu disyaratkan sebagai hasil

dari perbuatan belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional,

bersifat positif dan aktif, bersifat konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup

seluruh aspek tingkah laku (Khasana, 2021).


Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah

menyelesaikan latihan-latihan dalam pembelajaran. Perubahan yang terjadi dari

diri siswa baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan

perilaku yang dapat diukur digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi siswa dan

guru untuk melihat apakah siswa telah lulus atau tidak (Anggita, 2021). Hasil

belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar (Saragih, 2021). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah

dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami proses belajarnya (Sulastri, 2015).

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Dalam system pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum instruksional,

menggunakan klasiikasi hasil belajar dari taksonomi Bloom ang secara garis besar

membaginya menjadi tga ranah, yakni (Aunurrahman, 2014) :

a. Rana Kognitif

Rana Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektal yang terdidri dari

enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

evaluasi.

b. Rana Afektif

Rana Afektif terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, partisipasi, penilaian

da penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

c. Rana Psikomotorik
Rana Psikomotorik terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motoric, yakni

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah kemampuan dari seorang anak

yang di dapatkan setelah mendapatkan pelajaran.

B. Tinjauan Umum Materi Asam Basa

Materi asam basa diajarkan di Sekolah Menengah Atas pada kelas XI

MIPA pada semester genap menggunakan kurikulum 2013. Pembelajaran

dilaksanakan sebanyak 6 kali dengan alokasi waktu 2 x 40 menit setiap

pertemuan. Proses belajar mengajar dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dan

2 kali pertemuan untuk tes hasil belajar.

Materi asam basa dijabarkan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.10 yang

harus dicapai peserta didik, yaitu dapat menjelaskan konsep asam basa serta

kekuatannya dan kesetimbangan pengionannya dan KD 4.10 yang harus dicapai

peserta didik, yaitu dapat menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator

yang diekstrak dari bahan alam melalui percobaan.

Pencapaian kompetensi dasar tesebutt ditunjukkan oleh indicator

pencapaian sebagai berikut:

1) Menjelaskan ciri-ciri larutan yang bersifat asam dan basa dalam kehidupan

sehari-hari,

2) Mengelompokkan larutan asam dan basa berdasarkan ciri-ciri larutannya,

3) Menjelaskan defenisi asam dan basa berdasarkan teori asam basa,


4) membandingkan konsep asam basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry dan

Lewis serta menyimpulkannya,

5) Menghitung pH larutan asam kuat dan larutan basa kuat,

6) Menghitung Ka asam lemah dan Kb basa lemah yang diketahui konsentrasi dan

pHnya

7) mengidentifikasi perubahan warna indicator dalam berbagai larutan,

8) menjelaskan bahan alam yang dapat digunakan sebagai indicator dan

9) menentukan Indikator yang tepat untuk mengidentifikasi sifat keasaman suatu

larutan.

Untuk mencapai kompetensi yang ditunjukkan oleh indicator pencapaian

kompetensi tersebut, maka peserta didik diajarkan materi :

1. Ciri-ciri Larutan Asam Basa

2. Teori Asam Basa

3. Derajat Keasaman

4. Indikator Asam Basa

C. Kerangka Pikir

Kesulitan belajar yang dialami peserta didik kelas XI MIPA SMA Zion

Makassar diakibatkan oleh materi pelajaran kimia dan proses pembelajaran yang

berpusat pada guru. Salah satu meteri yang di anggap sulit dipahami yaitu materi

asam basa yang umumnya berupa pemahaman konsep. Kegiatan belajar yang

hanya berfokus pada penjelasan guru tanpa melibatkan peserta didik secara aktif

membuat siswa menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan siswa

menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran. Hal ini bisa diliat dari peserta
didik yang cenderung pasif. Peserta didik yang pasif pada akhirnya akan

mendapatkan hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan peserta didik

yang aktif.

Adanya situasi demikian perlu diadakan perbaikan dalam kegiatan belajar

agar yang dilakukan oleh guru tidak monoton dan membosankan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam

pembelajaran adalah model Discovery Learning.

Menurut (Sulistyowati,2012), model pembelajaran discovery learning

dapat membantu siswa untuk memaksimalkan pembelajaran dengan melibatkan

siswa aktif untuk menemukan konsep secara mandiri dan kelompok. Selain itu

siswa lebih berani bertanya dan mengemukakan pendapat karena siswa selalu

diberi kesempatan dalam menyampaikan pertanyan maupun pendapat dalam

pembelajaran.

Strategi pembelajaran melalui discovery learning yaitu proses

pembelajaran yang terjadi tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,

tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Model pembelajaran discovery learning

efektif terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik (Winoto & Prasetyo,

2020). Model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Debora

& Simangunsong, 2020). Penelitian yang mendukung keberhasilan dari

penggunaan discovery learning adalah penelitian Kurnianto, dimana hasil posttest

kelas eksperimen I adalah 76,3 dan eksperimen II adalah 74,4 sedangkan kelas

kontrol adalah 67,3 (Kurnianto et al., 2015). Seperti dikatakan Swaak, dan

Joolingenz dihubungkan dengan penelitian tersebut bahwa discovery learning


meningkatkan pemahaman siswa terhadap pengetahuan sebelumnya serta

meningkatkan aktivitas siswa (Swaak et al., 2004).

Dalam hal ini diharapkan metode Metode Question Student Have (QSH)

dalam model discovery learning efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik

kelas XI MIPA SMA Zion Makassar.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, kajian teori, tinjauan umum materi dan

kerangka piker yang telah diuraikan, maka dirumuskan hipotesis bahwa model

pembelajaran Discovery Learning efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik

kelas XI MIPA SMA Zion Makassar pada materi pokok asam basa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pre-Experimental Design yang melibatkan satu

kelas sebagai kelas eksperimen yang dilaksanakan di SMA Zion Makassar. Pre-

Eksperimental Design merupakan jenis penelitian yang terdapat variabel luar yang

ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2022/2023 di Kelas XI MIPA SMA Zion Makassar , Yayasan Bukit Zion

Gkkaup, dengan akreditasi A, yang bertempat di Jl.Dr.Wahidin Dudiro Husodo,

Kecamatan wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

C. Desain Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan One Group Pretest-Posttest

Design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa kelompok

pembanding. Pada penelitian ini dilakukan perlakuan (treatment) yaitu terlebih

dahulu diberikan pretest, setelah itu melakukan prosttest. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan

sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Hal ini bertujuan untuk melihat

deskriptif nilai N-gain dan diketahui seberapa besar keefektifan model


pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

pada materi asam basa. Adapun desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pre-Test Perlakuan Post-Test


Y1 T Y2

Keterangan:
Y1 : Nilai Pre-test kelompok eksperimen
T : Perlakuan (Treatment) dengan Menggunakan metode QSH
Y2 : Nilai Post-test kelompok eksperimen

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIPA SMA Zion
Makassar pada tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri dari 4 kelas XI MIPA.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random
sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan kelas dari populasi
secara acak karena dianggap keseluruhan populasi homogen. Di SMA Zion
Makassar terdapat 4 kelas XI MIPA dan tidak terdapat kelas unggulan, maka
dari itu, keseluruhan populasinya dianggap homogen. Sampel pada penelitian
ini adalah kelas XI MIPA Andes sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari
35 peserta didik.
E. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Varibel bebas pada penelitian ini ialah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran discovery learning dan variabel terikatnya

ialah hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA SMA Zion Makassar.
2. Definisi Operasional

a. Model pembelajaran discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Pengetahuan yang diperoleh

dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan yaitu, pengetahuan

itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain, hasil belajar penemuan

mempunyai efek transfer yang lebih baik dan secara menyeluruh belajar

penemuan dapat meningkatkan penalaran siswa dan keterampilan untuk

berpikir secara kritis. Dipilihnya model pembelajaran Discovery Learning

dengan pendekatan saintifik karena model ini memberikan kesempatan bagi

siswa untuk berpikir, menemukan, berpendapat, dan saling bekerja sama

melalui aktivitas belajar secara ilmiah, sehingga dapat melatih dan

meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta

mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting yang nantinya akan

berdampak pada peningkatan hasil belajar.

b. Hasil belajar adalah peningkatan nilai tes hasil belajar pada posttest yang

dibandingkan setelah sebelumnya melakukan pretest pada awal pertemuan.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda yang akan diberikan pada

awal dan akhir pertemuan sebagai pretest dan posttest pada kelas eksperimen.
Sebanyak 25 nomor soal dengan lima pilihan jawaban yang disediakan telah

melalui proses validasi sebelumnya. Validasi isi dilakukan oleh pihak yang

berkompeten dan validasi item yang terdiri dari indeks kesukaran (IP), daya

pembeda, validitas, dan reabilitas dilakukan oleh kelas yang telah belajar tentang

materi asam basa, yaitu kelas XII MIPA.

a. Indeks kesukaran

Indeks kesukaran menjukkan taraf kesukaran soal. Rumus mencari indeks

kesukaran (Arikunto, 2016) yaitu :

B
P=
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran/proporsi
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada soal tersebut
JS = jumlah seluruh peserta didik yang di tes

Berdasarkan hasil validasi item diperoleh 13 soal dengan kategori mudah, 11 soal

dengan kategori sedang dan 1 soal dengan kategori sukar (Lampiran B.4).

b. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah (Arikunto, 2016). Rumus yang digunakan untuk

menghitung daya pembeda soal yaitu :

JBA JBB
D= - atau D= PA – PB
JTA JTB

Keterangan :
D = daya pembeda atau deskriminasi
JBA = jumlah peserta didik jawab benar pada kelompok atas
JTA = jumlah seluruh peserta didik pada kelompok atas
JBB = jumlah peserta didik jawab benar pada kelompok bawah
JTB = jumlah seluruh peserta didik pada kelompok bawah
PA = indeks kesukaran kelompok atas
PB = indeks kesukaran kelompok bawah

Berdasarkan hasil validasi item diperoleh 0 soal kategori sangat jelek, 3 soal

kategori jelek, 14 kategori cukup, dan 8 soal kategori baik (Lampiran B.5).

c. Validitas

Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran

ukurnya (Darma, 2021). Validitas dicari menggunakan rumus korelasi product

moment dengan angka kasar (Arikunto, 2016) :

r xy N ∑ XY −¿¿ ¿
¿

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.

Berdasarkan validasi item diperoleh 0 soal kategori sangat rendah, 12 soal

kategori rendah, 10 soal kategori cukup, dan 3 soal kategori tinggi (Lampiran

B.6).

d. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek

yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran

hasil (Arikunto, 2016). Reliabilitas yang diperoleh untuk 25 item soal sebesar 0,70

dengan kategori tinggi ditentukan dengan rumus:

(
r11 = 2 1-
S1 + S2
St )
(Lampiran B.7).
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk

menunjukkan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang benar dan

sistematis sesuai sintaks model discovery learning. Lembar observasi ini berisikan

pernyataan yang memuat keterlaksanaan proses pembelajaran yang sesuai dengan

langkah-langkah model discovery learning sebanyak 23 nomor yang sebelumnya

telah divalidasi oleh validator ahli. Instrumen ini diisi oleh dua observer.

2. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Zion Makassar pada semester genap

tahun pelajaran 2022/2023. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan 6 kali

pertemuan. setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).

Pemberian posttest dilakukan satu kali pertemuan diluar dari proses pembelajaran,

untuk pelaksanaan proses pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan (4 x 2JP),

dan pemberian posttest dilakukan 1 kali pertemuan (2 x 40 menit). Terdapat 3

tahap yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a) Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menemukan tempat dan

subjek penelitian dengan cara menghubungi guru mata pelajaran kimia di

SMA Zion Makassar.

b) Melakukan Observasi dengan berkomunikasi dengan guru bidang studi

kimia kelas XI mengenai masalah atau kendala-kendala yang terjadi dalam

proses pembelajaran pada materi kimia yang akan diteliti.


c) Menyiapkan dan menyusun perangkat pembelajaran yang berupa RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKPD (Lembar Kerja Peserta

Didik), media pembelajaran dan Instrumen penilaian.

d) Melakukan validasi instrument dan perangkat pembelajaran.

e) Mengurus surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Menentukan sampel dari kelas XI MIPA yang akan dijadikan subjek

penelitian.

b) Memberikan pretest materi asam basa sebelum pembelajaran dimulai,

dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik

c) Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dengan

menggunakan model Discovery Learning. Sintaks penggunaan Model

Discovery Learning dapat dilihat pada Tabel 3.2

d) Memberikan Post-test kepada peserta didik (pada pertemuan akhir)

3. Tahap Akhir

Tahap ini dilakukan pemberian skor pada tes, membahas hasil pengolahan

data, dan penarikan kesimpulan dari penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes

awal (Pretest) dan tes akhir (posttest) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

peserta didik. Setiap item soal memiliki lima alternatif jawaban dan hanya satu

jawaban yang benar. Jika yang dijawab benar oleh peserta didik akan diberi skor

1, sedangkan bagi yang menjawab salah satu atau tidak menjawab kan diberi skor
0. Tes akhir (posttest) untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta

didik terhadap materi asam basa. Hasil test inilah yang kemudian dianalisis untuk

mengetahui Keefektifan Model pembelajaran Discovery Learning untuk melihat

hasil belajar peserta didik pada materi asam basa.

Tabel 3.2 Sintaks Model Discovery Learning

Pendidik Peserta didik


Fase 1 : Stimulation (Stimulasi/pemberian Fase 1 : Stimulation
rangsangan) (Stimulasi/pemberian
1. Pendidik menampilkan materi asam rangsangan)
basa dalam bentuk video, untuk diamati 1. Peserta didik mengamati
oleh peserta didik. kemudian video stimulasi yang
mengarahkan peserta didik untuk ditayagan dan menyimak
merumuskan masalah sendiri yang arahan guru untuk
berkaitan dengan stimulus yang merumuskan masalah sendiri
diberikan hingga sejalan dengan tujuan berkaitan dengan stimulus
pembelajaran. yang diberikan hingga sejalan
2. Pendidik membagi peserta didik dengan tujuan pembelajaran.
menjadi beberapa kelompok yang 2. Peserta didik duduk
terdiri atas 5-6 orang. Kemudian berdasarkan kelompok dan
membagikan LKPD pada setiap mengamati LKPD yang telah
kelompok. dibagikan.
fase 2 : Problem Statetment Fase 2 : Problem Statetment
(Idenifikasi masalah) (Idenifikasi masalah)
1. Guru mengarahkan peserta didik 1. Peserta didik mengidentifikasi
memunculkan permasalahan atau masalah/pertanyaan yang
pertanyaan yang terkait dengan muncul setelah mengamati
gambar/video yang di tampilkan. video/gambar stimulus yang
2. Guru membagikan LKPD bagi setiap di tampilkan.
anggota kelompok, lalu mengarahkan 2. Peserta didik mengisi LKPD
masing-masing peserta didik yang dibagikan dengan
menuliskan pertanyaan berdasarkan menuliskan pertanyaan yang
stimulus yang telah disajikan. muncul setelah di beri
stimulus
Fase 3 : Data Collecting Fase 3 : Data Collecting
(pengumpulan data) (pengumpulan data)
Pendidik memberikan waktu kepada Peserta didik mengumpulkan data
peserta didik untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai
atau informasi mengenai masalah-masalah masalah-masalah terkait dengan
terkait dengan rumusan maslah yang rumusan masalah yang terdapat
terdapat dalam LKPD dalam LKPD

Tabel 3.2 (Lanjutan)


Fase 4 : Data Processing Fase 4 : Data Processing
(Pengolahan data) (Pengolahan data)
1. Pendidik meminta peserta didik untuk 1. Peserta didik mengolah data
mengolah data atau informasi dengan atau informasi dengan
mendiskusikan hasil temuannya dalam mendiskusikan hasil
kelompok masing-masing dan temuannya dalam kelompok
merumuskan jawban dari masalah masing-masing dan
tersebut. merumuskan jawaban dari
2. Pendidik mengamati dan membantu masalah tersebut.
kelompok yang mengalami kesulitan 2. Peserta didik melapor ke guru
dalam mengerjakan LKPD. jika mengalami kesulitan
dalam mengerjakan LKPD
yang ada.

Fase 5 : Verification Fase 5 : Verification


1. Pendidik meminta salah satu 1. salah satu perwakilan dari
perwakilan setiap kelompok untuk setiap kelompok
menyampaikan hasil diskusi menyampaikan hasil
kelompoknya dan peserta didik secara diskusinya secara bergantian,
bergantian dan kelompok lain dan kelompok yang lain
mendengarkan kelompok yang lain mendengarkan kelompok yang
yang sedang menyampaikan hasil sedang menyampaikan hasil
diskusi kelompoknya untuk diskusi kelompokknya untuk
memperbaiki atau menambahkan memperbaiki atau
jawaban atas masalah/pertanyaan menambahkan jawaban atas
2. pendidik meminta peserta didik untuk masalah atau jawaban atas
mencocokkan antara hasil yang masalah atau pertanyaan
diperoleh dengan teori. 2. Peserta didik mencocokkan
antara hasil yang diperoleh
dengan teori.
Fase 6 : Generalization Fase 6 : Generalization
(menarik kesimpulan) (menarik kesimpulan)
1. Pendidik membimbing membimbing 1. Peserta didik menyimpulkan
dan mengarahkan peserta didik untuk materi pembelajaran yang
menyimpulkan materi pembelajaran telah dipelajari dengan
yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasa sendiri
menggunakan bahasa sendiri. pada kolom Generalization
2. Pendidik meminta salah satu peserta pada LKPD.
didik sebagai perwakilan kelas untuk 2. Salah satu peserta didik
menyampaikan kesimpulan dari materi sebagai perwakilan kelas
pembelajaran yang telah dipelajari. menyampaikan kesimpulan
3. Pendidik memberikan penguatan dari materi pembelajaran
kepada peserta didik mengenai materi yang telah dipelajari.
yang telah dipelajai. 3. Peserta didik mendengarkan
penjelasan pendidik.
G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk setiap komponen instrumen

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Langkah-langkah

pengolahan data dilakukan dengan menilai hasil belajar peserta didik setelah

melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery dearning.

Hasil post test dan pre test diperoleh dalam bentuk skor, untuk mengetahui nilai

yang diperoleh oleh peserta didik maka skor akan diubah ke nilai dengan

menggunakan rumus (Arikunto, 2016) sebagai berikut:

Jumlah skor benar x 100


Nilai = Jumlah skor maksimal

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan teknik

analisis data statistik secara deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran

umum mengenai karakteristik pemahaman materi peserta didik.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menjelaskan bagaimana data dikumpulkan dan

diringkas pada hal-hal penting pada data tersebut. Kegiatan yang berhubungan
dengan statistik deskriptif seperti menghitung mean (rata-rata hitung), median,

modus, mencari deviasi standar, nilai tertinggi dan nilai terendah (Santoso, 2010).

1) Nilai rata-rata

Nilai rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai data

kemudian dibagi dengan ukuran atau banyak nilai data (Novika et al., 2022).

Rumus untuk memperoleh nilai rata-rata data berkelompok yaitu (Lampiran C.2):

X =
∑ fixi
∑ fi

2) Median

Median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan dari nilai paling

kecil ke nilai paling besar (Novika et al., 2022). Rumus untuk memperoleh

median data berkelompok yaitu (Lampiran C.2):

( )
1
n-Fk
Me = b + P 2
f

3) Modus

Modus adalah nilai yang paling sering muncul pada data (Novika et al.,

2022). Rumus yang digunakan untuk memperoleh modus yaitu (Lampiran C.2):

Mo =b+P ( b1b1+b2 )
4) Standar Deviasi

Deviasi dalam ukuran penyebaran variansi dihitung dalam bentuk kuadrat

sehingga satuan dari variansi adalah kuadrat dari satuan nilai data. Standar
deviasi,yang sering disebut sebagai simpangan baku, didefinisikan sebagai akar

dari variansi (Novika et al., 2022).

Rumus untuk memperoleh standar deviasi data berkelompok yaitu (Lampiran

C.2): S = √ S2

b. Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan hasil belajar ditinjau dari ketuntasan perorangan, ketuntasan

kelas dan ketuntasan indikator.

1) Ketuntasan Perorangan

Menentukan persentase ketuntasan perorangan dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

JB
Tp = × 100%
Js
Keterangan:

Tp : Tuntas perorangan
JB : Skor tiap peserta didik
Js : Skor maksimal

Berikut nilai ketuntasan yang digunakan di SMA Zion Makassar, kriteria dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Ketuntasan Peserta Didik


Nilai Kriteria
≥75 Tuntas
< 75 Tidak Tuntas
(Sumber: SMA Zion Makassar).

2) Ketuntasan Kelas

Menentukan persentase ketuntasan kelas dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:


∑Tp
Tk = × 100%
n

Keterangan:
Tk : Tuntas kelas
∑Tp : Jumlah tuntas perorangan
n : Jumlah peserta didik

Kriteria ketuntasan kelas menurut Amral (2020) dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Nilai Ketuntasan Kelas


Tingkat Ketuntasan Kriteria
≥ 75 % Tuntas
< 75 % Tidak Tuntas

(Sumber: SMA Zion Makassar).

c. Uji N-Gain

Keefektifan pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat

dianalisis dengan cara mengadaptasi teori Hake mengenai gain ternormalisasi (N-

Gain). Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest. Gain menunjukkan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep peserta didik setelah proses

pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan N-Gain jenis average of gain yang

artinya setiap peserta didik memiliki nilai N-Gain masing-masing, kemudian

dirata-ratakan untuk melihat rata-rata gain dalam kelas. Menurut Hake (1998)

nilai N-gain dirumuskan sebagai berikut:

Nilai posttest-Nilai pretest


Normalized-gain (g) =
Nilai maksimum-Nilai pretest

Nilai N-gain yang diperoleh selanjutnya dikategorikan berdasarkan Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Klasifikasi Gain Ternormalisasi


Koefisien Normalisasi Klasifikasi
0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
0,00 < g < 0,30 Rendah
(Meltzer, 2002).
d. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis

data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistic ini

dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis

penelitian, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara

spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data terdistribusi normal

atau tidak. Pada penelitian ini digunakan one sample Kolmogorov-smirnov

dengan mengunakan taraf signifikan 5% atau 0,05.

H0 = data berasal dari populasi sidtribusi normal


H1 = data tidak berasal dari ppulasi distribusi normal.
Keterangan :
Jika pvalue < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan gain (peningkatan) hasil belajar

menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t satu

sampel (one sample t-test). Secara statistic, maka dirumuskan hipotesis kerja

sebagai berikut.

H0 : μ0 = 0,29 lawan H1 : μ g = 0,2

μ g : Parameter skoor rata-rata gain ternormalisasi

Dengan Rumus :
x−μ0
t=
s
√n

Keterangan :
t = t hitung
x = rata-rata sampel
μ0 = rata-rata spesifik atau rata-rata tertentu (yang menjadi perbandingan) = 0,30
(sedang).
S = standar deviasi sampel
n = jumlah sampel
Uji hipotesis digunakan untuk menguji apakah H 0 dan H1 yang dirumuskan
pada hipotesis statistic diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan ketentuan :

H0: μ ≤ μ0 , maka H0 diterima dan H1 ditolak

H1 : μ > μ0 , maka H0 ditolak dan H1 diterima

H0 : Penggunaan model discovery learning tidak efektif terhadap peningkatan


hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA Andes ZMA Zion Makassar pada materi
asam basa.

H1 : Penggunaan model discovery learning efektif terhadap peningkatan hasil


belajar peserta didik kelas XI MIPA Andes ZMA Zion Makassar pada materi
asam basa.

μ : Nilai yang dihitung

μ0 , : Nilai yang ditetapkan (g>0,30)

Kriteria pengujian, pada α = 0,05. Jika thitung > ttabel mak H0 ditolak dan H1
diterima artinya penggunaan model discovery learning efektif terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA Andes SMA Zion
Makassar pada materi asam basa. Sebaliknya, jika t hitung ≤ ttabel maka H0 diterima
dan H1 ditolak artinya penggunaan model discovery learning tidak efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA Andes ZMA Zion
Makassar pada materi asam basa
2. Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran diukur berdasarkan data pengisian lembar

observasi pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model

pembelajaran discovery learning. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif

dalam bentuk persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

rumus berikut:

F
Persentase keterlaksanaan pembelajaran = x 100%
A

Keterangan:

F : Jumlah skor rencana tindakan pembelajaran yang terlaksana


A : Jumlah skor rencana pembelajaran keseluruhan

Persentase keterlaksanaan pembelajaran digolongkan atas beberapa

kategori yang dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Konversi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran


Persentase Keterlaksanaan (%) Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Widoyoko, 2012).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

mengenai keefektifan model pembelajaran Discovery Learning untuk

meningkatan hasil belajar peserta didik di kelas XI MIPA Andes SMA Zion

Makassar pada materi pokok asam basa. Hasil dan analisis data penelitian

diperoleh dari kegiatan penelitan yang telah dilaksanakan selama enam kali

pertemuan. Berikut ini dijelaskan tentang hasil analisis statistik deskriptif dari

data yang telah dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

1. Hasil Belajar Peserta Didik

Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tes sebelum (pretest) dan

setelah (posttest) penggunaan model pembelajaran discovery learning pada

peserta didik di kelas XI MIPA Andes SMA Zion Makassar pada materi pokok

asam basa. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap nilai pretest dan posttest

peserta didik secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.


Tabel 4.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest
Hasil Belajar
No. Statistik
Pretest Posttest
1 Jumlah peserta didik 35 35
2 Nilai tertinggi 60 96
3 Nilai terendah 20 68
4 Nilai rata-rata 33,8 86
5 Median 25 82,7
6 Modus 25 89,85
7 Standar Deviasi 10,5127 6,73
(Sumber: Lampiran C.2)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar peserta didik, setelah dibelajarkan menggunakan dengan model

pembelajaran Discovery Learning pada materi pokok asam basa. Rata-rata nilai

pretest yang diperoleh peserta didik sebelum diberikan pembelajaran adalah

sebesar 33,58 sedangkan rata-rata nilai posttest peserta didik setelah diberikan

pembelajaran meningkat menjadi 86.

Selanjutnya data hasil tes peserta didik sebelum dan setelah diterapkan

penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dikategorikan berdasarkan

kriteria ketuntasan perorangan yang merujuk pada kriteria Ketuntantasan Minimal

(KKM) yang berlaku di SMA Zion Makassar yaitu dengan standar minimal 75

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Pretest dan
Posttest
Pretest Postest
Nilai Kriteria
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Presentasi (%)
≤ 75 Tuntas 0 0 33 95
< 75 Tidak Tuntas 35 100 2 5
Jumlah 35 100 35 100
Tabel 4.2 menunjukkan persentase ketuntasan peserta didik saat pretest hanya

0% yang artinya dari 35 peserta didik, tidak ada satupun yang tuntas. Sementara

persentase ketuntasan saat posttest mencapai 95% yang artinya terdapat 33 dari 35

peserta didik yang tuntas pada materi larutan penyangga. Hal ini menunjukkan

bahwa peserta didik setelah melalui pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning memberikan hasil yang lebih tinggi dan

mencapai ketuntasan kelas dibandingkan sebelum mereka diberi pembelajaran

dengan model pembelajaran Discovery Learning.

Selanjutnya deskripsi Normalized Gain setelah diterapkan model

pembelajaran Discver Learning diambil dari data pretest dan posttest peserta didik

yang kemudian dihitung menggunakan rumus N-Gain. Tujuannya adalah untuk

mengetahui seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran discovery learning

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi asam basa. Hasil

pengolahan data yang telah dilakukan pada Lampiran C.6 menunjukkan bahwa

hasil Normalized Gain peserta didik setelah diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Discovery Learning adalah 0,79. Untuk melihat persentase kategori

nilai N-gain hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3 N-Gain Hasil Belajar Peserta Didik


Kategori Nilai N-Gain Frekuensi Persentase
Tinggi g ≥ 0,70 30 85%
Perolehan
Sedang 0,30 ≤ g <70 5 15%
N-Gain
Rendah g < 0,30 0 0%
Rata-rata 0,79
(Sumber: Lampiran C.6)

Tabel 4.3 menunjukkan sebanyak 85% peserta didik yang memiliki nilai

N-Gain pada kategori tinggi dan 15% peserta didik pada kategori sedang. Artinya
dari 35 peserta didik terdapat 30 orang yang memperoleh N-Gain kategori tinggi

dan 5 orang yang memperoleh N-Gain kategori sedang. Tabel 4.3 juga

menunjukkan rata-rata perolehan N-Gain dari 35 peserta didik sebesar 0,79 yang

artinya keefektifan berada pada kategori Tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji N-Gain setiap indikator pencapaian kompetensi

yang bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi keefektifan model pembelajaran

Discovery Learning terhadap ketuntasan setiap indikator yang disajikan pada

Tabel 4.4 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7.

Tabel 4.4 N-Gain Indikator Pencapaian Kompetensi


Kategori
No. Indikator N-Gain
N-Gain
Mengidentifikasi ciri-ciri larutan yang bersifat
1 0,71 Tinggi
asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari
Mengelompokkan larutan asam dan basa
2 0,75 Tinggi
berdasarkan ciri-ciri larutannya
Menjelaskan defenisi asam dan basa
3 0,91 Tinggi
berdasarkan teori asam basa
Membandingkan konsep asam basa menurut
4 Arrhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis serta 0,77 Tinggi
menyimpulkannya
Menghitung pH larutan asam kuat dan larutan
5 0,74 Tinggi
basa kua
Menghitung Ka asam lemah dan Kb basa lemah
6 0,61 Sedang
yang diketahui konsentrasi dan pHnya
Mengidentifikasi perubahan warna indicator
7 0,78 Tinggi
dalam berbagai larutan,
Menyimpulkan bahan alam yang dapat
8 0,83 Tinggi
digunakan sebagai indicator
Menentukan Indikator yang tepat untuk
9 0,85 Tinggi
mengidentifikasi sifat keasaman suatu
Rata-Rata 0,81 Tinggi
(Sumber: Lampiran C.7)

1. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Hal yang menunjang hasil pembelajaran adalah observasi keterlaksanaan


pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang observer selama empat kali

pertemuan. Keterlaksanaan menggambarkan bagaimana pelaksanaan

pembelajaran kimia pada materi asam basa yang dilakukan peneliti dengan

menggunakan model pembejaran Discovery learning. Penilaian kedua observer

selanjutnya dirata-ratakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh

persentase keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori sangat baik yang

dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan lebih lengkapnya dapat dilihat Lampiran C.8.

Tabel 4.6 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran


Pertemuan Persentase (%) Keterangan
I 100 Sangat Baik
II 95 Sangat Baik
III 100 Sangat Baik
IV 90 Sangat Baik
(Sumber: Lampiran C.8)

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik berdasarkan

besarnya nilai N-gain serta mengetahui apakah model discovery learing efektif

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi asam basa. Penelitian

ini dilakukan sebanyak enam kali pertemuan yang terdiri dari satu kali pertemuan

untuk pemberian pretest, empat kali pertemuan untuk proses pembelajaran yang

dilaksanakan secara tatap muka dan satu kali pertemuan untuk posttest pada akhir

pertemuan. Penelitian dilaksanakan di SMA Zion Makassar di kelas XI MIPA

Andes dengan jumlah peserta didik sebanyak 35 orang.


Hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan perbedaan

rata-rata hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah melalui pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Nilai tertinggi

yang diperoleh peserta didik saat pretest sebesar 60 dan nilai terendah sebesar 20

dengan nilai rata-rata pretest yaitu 33,8. Sedangkan pada saat posttest nilai

tertinggi yang diperoleh peserta didik sebesar 96 dan nilai terendah sebesar 68

dengan nilai rata-rata posttest yaitu 86. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar setelah dilakukan pembelajaran dengan model discovery

learning pada materi asam basa.

Keefektifan pembelajaran salah satunya dapat diukur dari hasil belajar

peserta didik. Hasil belajar dapat ditinjau dari ketuntasan nilai yang diperoleh

peserta didik. Dari ketuntasan perorangan yang diperoleh dapat juga diketahui

ketuntasan kelas yang dicapai. Ketuntasan kelas tercapai apabila ≥80% peserta

didik di kelas tersebut mencapai nilai KKM (Amral, 2020). Tabel 4.2

menunjukkan ketuntasan peserta didik pada pretest tidak memenuhi kriteria

ketuntasan karena dari 35 peserta didik, tidak ada satupun yang melampaui nilai

75 (nilai KKM sekolah). Sehingga persentase ketuntasan kelas sebesar 0%.

Sedangkan pada posttest ketuntasan yang diperoleh peserta didik memenuhi

kriteria ketuntasan kelas, karena dari 35 peserta didik terdapat 33 peserta didik

yang melampaui nilai KKM 75. Sehingga ketuntasan kelas yang diperoleh sebesar

80%. Hal ini menunjukkan ketuntasan hasil belajar setelah melalui pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran dengan model discovery learning telah

memenuhi kriteria.
Keefektifan dalam penelitian ini diukur melalui analisis uji N-Gain

terhadap hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

menggunakan model discovery learning pada materi asam basa. Analisis N-Gain

diambil dari data pretest dan posttest peserta didik, tujuannya untuk mengetahui

seberapa tinggi keefektifan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

peserta didik setelah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran discovery

learning Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perolehan N-Gain dari

hasil analisis deskriptif terletak pada kategori tinggi dan sedang. Apabila

nilai N-gain pada tabel dirata-ratakan maka diperoleh nilai skor N-gain

sebesar 0,66 yang artinya pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran discovery learning efektif dalam meningkatkan hasil belajar dengan

kriteria keefektifan berada pada kategori sedang.

Analisis normalized gain pada tabel 4.3diperoleh rata-rata nilei peserta didik

yaitu 0,66. Sebagaimana menurut Nasiroh (2020), menyatakan bahwa efektivitas

dari penggunaan model dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai N-Gain.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perolehan n-gain sebesar 0,66 berada

pada kategori sedang yang berarti penggunaan model discovery learningpada

materi asam basa efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Pratiwi (2019)bahwa penggunakaan model

discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Data hasil analisis deskriptif pada tabel 4.1 hingga 4.3 menunjukkan bahwa

penggunaan mdel discovery learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik. Data tersebut mendukung hasil analisis inferensial yaitu uji
hipotesis yang telah dilakukan. Kebenaran hipotesis diuji dengan menggunakan

uji-t satu sampel, dimana sebelumnya telah dianalisis bahwa data perlehan n-gain

peserta didik tidak terdistribusi normal. Kemudian hasil pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji-t satu sampel untuk rata-rata n-gain diperoleh thitung =

9,17 dan nilai ttabel pada taraf kepercyaan 0,05 sebesar = 1,7. Hasil pengujian

hipotesis tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

penggunaan model pembelajaran discovery learning terhadap peningkatan hasil

belajar peserta didik kelas XI MIPA SMA Zion Makassar pada materi asam basa

yang didukung oleh penelitian Roestiyah (2011) yang menyatakan bahwa mdel

discovery learning efektif untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2019) ,

bahwa peserta didik mengalami peningkatan hasil belajar sesudah menerapkan

model discvery learning pada pembelajaran kimia. Selaras dengan penelitian

muspahji (2019), bahwa model pembelajaran discovery learning efektif

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Hal lain yang mendukung hasil belajar peserta didik adalah keterlaksanaan

pembelajaran. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran setip

pertemuan terglong dalam kategori sangat baik. Artina proses pembelajaran yang

dilakukan telah sesuai dengan rancangan tahapan model discovery learning secara

daring. Keterlakasanaan pembelajaran yang sangat baik akan berdampak positif

pada hasil belajar peserta didik. Hal ini didukung oleh teri yang dikemukakan

Dalyono (2009), bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu aspek

yang mempengaruhi hasil belajar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

keefektifan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil

belajar peserta didik materi pokok asam basa berada pada kategori tinggi dengan

rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,79.

B. SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dikemukakan

saran-saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang penerapan model discovery learning pada materi pkok yang

lain.
2. Diharapkan kepada guru bidang studi kimia untuk menggunakan model

discovery learning
84

Anda mungkin juga menyukai