LP HDR & SP HDR

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN :

FADILA ARISMA P ( 2019012415)

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN


PRODI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. KASUS (MASALAH UTAMA):
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan
situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial
seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti
akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang
lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan
kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri
seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah
terganggunya kondisi mental atau psikologi seseorang yang
dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-
hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah
keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan
dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan, hubungan
antara manusia.
2. Tanda dan Gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi,
gangguan penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan
halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk
mengakhiri hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah
3. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai
dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita
dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif
dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive,
kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita.
Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria
berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman
sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu
curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang
percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui
rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang
yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor
lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat
pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di
otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak berdaya.

4. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.
Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.Stressor yang
dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur
tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang,
cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga
dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau
fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri.

e. Rentang Respon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang
latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri
adaptif dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa
yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

C. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh
2. Kesiapan meningkatkan konsep diri
3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional)
4. Ketidakefektifan performa peran
5. Gangguan identitas pribadi
E. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga
kontes popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
penyalahgunaan obat-obatan.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat.
Mekanisme Pertahanan Ego:
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:
Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015).


Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri


Rendah diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12
Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH
%20BAB%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah


diakses dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-
eliniasury-8333-2-babii.pdf pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_
ISOLASI_SOSIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLA
SI_SOSIAL pada 12 Juni 2018
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP )
HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN :

FADILA ARISMA P ( 2019012415)

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN


PRODI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2021
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
A. Kondisi Klien
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas
menurun, cemas dan takut
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-
apa, mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/
seseorang
B. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
C. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan
dengan Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya
Mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di
sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh Saya tahu nama Mas siapa dan senang dipanggil
dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita
nilai ,kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih “
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di
ruang tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?
2. Kerja
“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
Mas lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa?
Mencuci piring ……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas
miliki”.
“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5
(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur
Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu
bantal dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai
dari atas ya bagus! Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu
sebelah pinggir masukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan
letakkan di sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut ,nah letakkan
sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa
melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .
3. Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? yach?, Mas ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas praktekkan
dengan baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus
sekali..
“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa
kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa
melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita
akan latihan mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis
makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


A. Kondisi
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
B. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah
C. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki yang lain (yang belum dilakukan)
D. Tindakan Keperawatan.
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah
sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi :
“assalammua ‘laikum, Mas… masih ingat saya??? baguss
Bagaimana perasaan Mas pagi ini ? Wah tampak gembira”
“ Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin
tadi pagi ? Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),
Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa
kegiatan itu Mas “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur
ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur

2. Kerja :
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapanya, yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Mas bisa
mneggunakan air yang mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa – makanan.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto,
lalu buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat
sampah, kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan
sabut tepes yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai
disabuni bilas dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa
sabun sedikitpun di piring tersebut, setelah itu Mas bisa
mengkeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik,
sekarang dilap tanganya
3. Terminasi :
“bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi
kegiatan sehari – hari Mas. mau berapa kali Mas mencuci piring ?
bagus sekali Mas mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya
benar kita akan latihan mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum

CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan
yang dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)

Anda mungkin juga menyukai