Tugas Kuliah Semester IV

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

Oleh: Saeful Fachri

Kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan
berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang
penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan
umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi
ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah
pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.

Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu:


a. Kegagalan dari persaingan (failure of competition).
b. Adanya barang publik (public good).
barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Ini berarti: konsumsi
atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk
dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang berhak menikmati manfaat
dari barang tersebut. Sebagai contoh: jalan raya adalah barang publik, banyaknya pengguna jalan
tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut; semua orang dapat menikmati manfaat dari
jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan.
Istilah barang publik sering digunakan untuk merujuk pada barang yang non-eksklusif dan barang
non-rival. Ini berarti bahwa tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak mengkonsumsi barang
publik. Udara dapat dimasukkan sebagai barang publik karena secara umum tidak mungkin
mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang-barang yang demikian itu sering disebut sebagai
barang publik murni.
c. Eksternalitas.
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai pengaruh
terhadap pihak yang lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang terkena dampak
tersebut. Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus
seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas
negatif terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air.
Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau
dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima
akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya.
d. Pasar tidak lengkap.
e. Kegagalan informasi.
Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien) . Informasi
asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Biasanya para penjual yang lebih tahu tentang produk tersebut daripada sang
pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas
mungkin mengetahui dimana mobil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi,
informasi yang tidak tersedia bagi pembeli.
f. Adanya pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan (unemployment, and other macroeconomic
disturbances).
Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya faktor-faktor di bawah ini, yaitu:
a. Adanya Common goods
Sebelum pemerintah melakukan intervensi dengan menetapkan suatu kebijakan terhadap berbagai
barang, pemerintah harus dapat membedakan jenis barang-barang beserta permasalahannya. Jenis
barang tersebut, yaitu public good, common good, club good, dan private good. Common good
adalah barang yang tersedia bagi masyarakat dalam jumlah tidak terbatas, namun memiliki nilai
bersaing. Permasalahan yang terjadi pada common good dapat diselesaikan dengan adanya hak
kepemilikan sehingga dapat diperjual belikan secara individual. Common good yang dimiliki oleh
negara dan tidak bersifat natural monopoly harus diprivatisasi. Jika biaya privatisasi tersebut
menjadi masalah, maka sebaiknya privatisasi tersebut dilakukan kepada masyarakat umum daripada
secara individual.

b. Adanya Unsur ketidaksempurnaan pasar


Ketidaksempurnaan Pasar
Disebabkan oleh perkembangan ekspor tidak menciptakan perkembangan yang cukup laju pada
sektor-sektor ekonomi lainnya, seperti faktor :
• Mobilitas
• Produksi yang terbatas
• Tingkat pendidikan masyarakat sangat rendah
• Kurangnya pengembangan tehnologi
• Kurangnya tenaga wirausaha, dll

c. Adanya barang public


d. Adanya Eksternalitas
e. Adanya pasar tidak penuh (incomplete market)
f. Adanya kegagalan informasi
g. Unemployment
h. Adanya ketidakpastian (uncertainly)

Sumber :
Mangkoesoebroto Guritno, 1993, Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Barang_publik
http://pustaka.ut.ac.id
maswig.blogspot.com
Apa Penyebab Kegagalan Pasar?"

Kegagalan pasar adalah ketidakmampuan pasar yang bebas (pasar yang bersaing) untuk
mengalokasikan sumber-sumber dayanya secara efisien. Kegagalan pasar yang bersaing ini, dapat
disebabkan oleh 4 (empat) penyebab, yaitu sebagai berikut :

1.  Kekuatan Pasar (market share)

Inefisiensi dalam pasar yang bebas (pasar yang bersaing) akan muncul pada saat seorang produsen
atau pemasok suatu faktor input mempunyai kekuatan pasar. Efisiensi pasar menuntut agar semua
tingkat substitusi teknis marginal harus sama dalam produksi semua barang. Contoh kekuatan pasar
yang menyebabkan kegagalan pasar, produsen yang memiliki kekuatan pasar (monopoli), memilih
mengenakan harga yang lebih tinggi daripada biaya marginalnya dengan tetap memperoleh
keuntungan.

2.  Informasi yang tidak lengkap (asimetris information)

Jika konsumen tidak mempunyai informasi yang akurat tentang harga pasar atau kualitas produk,
maka sistem pasar tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Kekurangan informasi ini dapat
memberikan insentif kepada produsen untuk menawarkan terlalu banyak produk tertentu dan
terlalu sedikit produk lainnya. Di sisi lain, beberapa konsumen mungkin tidak akan membeli produk
meskipun mereka akan memperoleh keuntungan, sementara konsumen lain membeli produk yang
mengakibatkan mereka lebih dirugikan.

3.  Eksternalitas (externalities)

Eksternalitas terjadi apabila kegiatan konsumsi atau produksi mempunyai efek  tidak langsung (baik
keuntungan atau kerugian) terhadap kegiatan konsumsi atau produksi lain yang tidak langsung
tercermin dalam harga pasar. Misalnya produsen baja membuang limbah di sungai mengakibatkan
sungai tercemar. Produsen baja tidak menanggung biaya limbah yang sebenarnya dan menggunakan
terlalu banyak air limbah untuk memproduksi baja. Maka harga baja akan lebih rendah daripada jika
biaya produksinya mencerminkan biaya limbah cair tersebut. Akibatnya, terlalu banyak baja akan
diproduksi dan akan terdapat suatu inefisiensi keluaran.

4.  Barang publik (public goods)

Barang publik adalah barang yang tidak eksklusif dan tidak bersaing untuk mendapatkannya yang
dapat disediakan dengan murah. Namun begitu tersedia, akan sangat sulit mencegah orang-orang
untuk mengkonsumsinya. Kegagalan pasar muncul apabila pasar gagal menawarkan barang publik
atau barang yang bernilai bagi banyak orang. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu
contoh barang publik. Sebuah perusahaan mempertimbangkan melakukan riset teknologi baru yang
tidak dapat dipatenkan. Begitu penemuan tersebut dipublikasikan, perusahaan lain dapat menirunya
dan riset tadi tidak akan menguntungkan. Sehingga perusahaan tersebut cenderung untuk
mengalokasikan sumber daya yang terlalu sedikit dalam menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru.

Cara mengatasi kegagalan pasar

Tanggapan pemerintah untuk merespon semua kegagalan pasar yang mungkin termasuk:

Undang-undang – Memberlakukan undang-undang khusus. Misalnya, melarang merokok di


restoran,

Penyediaan langsung jasa dan barang untuk publik – pemerintah mengendalikan persediaan barang
yang memiliki eksternalitas positif. Misalnya, dengan menyediakan jumlah pendidikan tinggi, taman,
atau perpustakaan.

Perpajakan – menempatkan pajak atas barang-barang tertentu untuk mencegah penggunaan dan
menginternalisasi biaya eksternal. Misalnya, menempatkan pajak tertentu pada produk tembakau,
dan kemudian meningkatkan biaya konsumsi tembakau.

Subsidi – mengurangi harga barang yang didasarkan pada kepentingan publik yang diperoleh.
Misalnya, menurunkan biaya kuliah karena manfaat masyarakat dari pekerja yang berpendidikan
lebih tinggi. Subsidi yang paling tepat untuk mendorong perilaku yang memiliki eksternalitas positif.

Izin perdagangan – izin yang memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan sejumlah


sesuatu, polusi umumnya. Perusahaan dapat melakukan perdagangan izin dengan perusahaan lain
untuk menambah atau mengurangi apa yang bisa mereka hasilkan. Ini adalah upaya untuk
mengurangi polusi.

Perpanjangan hak milik – menciptakan privatisasi untuk barang non-pribadi tertentu seperti danau,
sungai, dan pantai yang dapat menciptakan pasar. Kemudian, orang bisa didenda karena mencemari
daerah tertentu.

Iklan – mendorong atau menghambat konsumsi.

Kerjasama internasional antara pemerintah – pemerintah bekerja sama dalam isu-isu yang
mempengaruhi masa depan lingkungan.
ISI

Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dibawah ini, yaitu :

1.  Adanya Common goods

2.  Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar

3.  Adanya barang publik

4.  Adanya eksternalitas

5.  Adanya pasar tidak jenuh

6.  Adanya kegagalan informasi

7.  Unemployment

8.  Adanya ketidakpastian

Barang Bersama (Common goods)

Dasar adanya sistem pasar persaingan adalah adanya hak pemilikan yang memberikan hak pemilikan
kepada setiap individu atas suatu barang sehingga ia dapat mengecualikan orang lain untuk
memanfaatkan barang itu .

Untuk beberapa jenis barang , hak pemilikan tidak dapat diberikan kepada satu individu melainkan
diberikan kepada sekelompok masyarakat , misalnya saja sebidang padang rumput milik desa dan
sebagainya.

Masalah yang ditimbulkan dalam kasus kekayaan bersama ada 2 faktor yaitu :indivisibility dan
jumlah kelompok masyarakat. Adanya indivisibility menyebabkan suatu kekayaan tidak dapat
diberikan hak pemilikannya kepada setiap anggota kelompok. Apabila jumlah kelompok hanya dua
orang , maka diantara kedua orang itu akan dapat dibuat suatu perjanjian yang mengatur
penggunaan kekayaan tersebut secara optimal akan tetapi apabila anggota kelompok semakin
banyak maka biaya untuk memperoleh persetujuan menjadi semakin besar dan mahal .

Dalam hal kekayaan bersama, apabila seseorang merasakan manfaat dan bersedia menanggung
biaya tanpa harus ikut menanggung free riders . Free riders adalah suatu sikap yang tidak
menyatakan dengan sebenarnya manfaat suatu barang atau jasa dengan maksud agar ia dapat
memanfaatkan barang tersebut tanpa harus membayarnya atau tanpa ikut menanggung biaya
pengadaan barang atau jasa tersebut.

Selain perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur kekayaan bersama , pemerintah juga
harus menetapkan sistem pembayaran yang sifatnya dipaksakan karena jelas setiap individu tidak
bersedia untuk menanggung biaya. Setiap pembayaran paksaan tersebut adalah yang umumnya
disebut pajak.

 
Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar

Alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien tidak dapat diserahkan pada mekanisme pasar oleh
karena adanya monopoli, atau adanya usaha yang mempunyai biaya marjinal yang selalu menurun ,
dan adanya usaha yang mempunyai biaya marginal nol. Mekanisme pasar dapat melakukan alokasi
factor-faktor ekonomi secara efisien hanya pada pasar persaingan sempurna oleh karena hanya pada
pasar persaingan sempurna terdapat kesamaan antar motivasi pengusaha dan tingkat produksi yang
oleh masyarakat dianggap efisien .

Barang Publik

Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat , akan tetapi tidak seorangpun yang
bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi daam jumlah  ,
barang public murni yang mempunyai dua karakteristik utama : yaitu penggunaanya tidak
bersaingan dan tidak diterapkan prinsip pengecualian . Oleh karena pihak swasta tidak mau
menghasilkan barang public murni, maka pemerintahlah yang harus menghasilkannya agar
kesejahteraan masyarajkat dapat ditingkatkan .

Eksternalitas

Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak mempunyai pengaruh
terhadap pihak yang lain dan tidak adanyan kompensasi yang dibayar oleh pihak yang menyebabkan
atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut. Jadi ada dua syarat
terjadinya eksternalitas , yaitu :

1. Adanya pengaruh dari suatu tindakan

2. Tidak adanya konpensasi yang dibayarkan atau diterima

Adanya pasar yang tidak lengkap

Suatu pasar dikatakan lengkap apabila pasar tersebut menghasilkan semua barang  dan jasa yang
biaya produksinya lebih kecil daripada harga yang mau dibayar oleh masyarakat.

Ada beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh pihak swasta dalam jumlah yang cukup
walaupun penyediaan jasa tersebut lebih kecil daripada apa yang mau dibayar oleh masyarakat.
Kondisi seperti ini yang disebut pasar tidak lengkap.

Adanya kegagalan informasi

Pada beberapa kasus masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tidak dapat disediakan oleh
pihak swasta , misalnya saja prakiraan cuaca.
Para petani, pelaut, sangat membutuhkan informasi mengenai prakiraan cuaca , akan tetapi  tidak
ada pihak swasta yang menyediakan informasi mengenai prakiraan cuaca. Dalam hal ini pemerintah
harus menyediakan informasi cuaca yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Kesimpulan

Bahwa pemerintah harus campur tangan dalam perekonomian untuk memperbaiki alokasi sumber-
sumber ekonomi karena sistem pasar tidak dapat melaksanakan alokasi sumber –sumber ekonomi
secara efisien. Sehingga roda perekonomian dapat dijalankan dengan baik, sesuai dengan yang
diharapkan . Oleh karena itu, dengan roda perekonomian yang baik, pemerintah  dapat
mensejahterakan masyarakat terutama  lapisan masyarakat menengah kebawah.
Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya
saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia
dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta
unsur-unsur yang berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang
pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang banyak merupakan sumber daya manusia untuk
melakukan pembangunan. Bangsa yang sedang membangun melalui pembangunan nasional yang
berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang kehidupan. Pembangunan nasional akan lebih
bermakna sejauh pembangunan itu mampu mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya
manusia sebagai pendukung pembangunan adalah perilaku produktif dari manusia dalam bentuk
tindakan nyata, sikap dan pengetahuan yang kondusif bagi terjadinya perubahan-perubahan dari
tradisi, sikap dan fikiran dalam menghadapi hari depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya
manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenai sumber daya
manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang di buat.
Menurut GBHN, penduduk Indonesia, salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang
besar dengan kualitas yang tinggi (tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi) akan menjadi modal
pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, kebijakan dalam bidang
kependudukan perlu diarahkan untuk mencapai jumlah penduduk yang menguntungkan serta
kualitas tertentu yang diharapkan dapat mencapai sasaran pembangunan tertent

BAB II

PEMBAHASAN

A PENGERTIAN SUMBER DAYA MANUSIA

 Secara sederhana (secara objektif) sumber daya diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau
kemampuan untuk memperoleh keuntungan. Sedangakan secara subjektif , sumber daya dapat
diartikan segala sesuatu baik berupa benda maupun bukan benda yang dibutuhkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara sederhana sumber daya manusia dapat diartikan sebagai
seluruh penduduk yang berada di suatu wilayah atau tempat dengan ciri-ciri demografis dan sosial
ekonomis. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data
kependudukan yang dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa atau
negara. Sumber daya manusia harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi
kuantitas bersangkut paut dengan jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk. Sedangkan kualitas
terutama terutama dilihat dari beberapa aspek, seperti tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan
kualitas tenaga kerja yang tersedia.

B KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA

 Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan komponen penting dalam setiap gerak
pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat
mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan
kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah
keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang
telah dicapai.  Agar menjadi sumber daya manusia yang tangguh penduduk harus mempunyai
kualitas yang memadai sehinga dapat menjadi modal pembangunan yang efektif. Tanpa adanya
peningkatan koalitas, jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan berbagai masalah dan
menjadi beban pembangunan.  Analisis mengenai kualitas sumber daya manusia sering dibedakan
menjadi kualitas fisik dan kualitas non fisik. Indikator yang dapat menggambarkan kualitas fisik
penduduk meliputi tingkat pendidikan, derajat kesehatan, dan indeks mutu hidup. Kualitas non fisik
meliputi kualitas spiritual keagamaan, kekaryan, etos kerja, kualitas kepribadian bermasyarakat, dan
kualitas hubungan selaras dengan lingkunganny

Sampai saat ini, baik kualitas fisik maupun non fisik sumbar daya manusioa Indonesia masih belum
sesuai dengan yang diharapkan. Karena adanya kesulitan pengukuran kualitas non fisik, sehingga
yang sering di jadikan patokan adalah kualitas fisik. Kualitas kehidupan fisik penduduk setiap negara
berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh lingkungan, letak geografis, dan
ras genetiknya. Negara-negara yang berada disekitar khatulistiwa, kualitas penduduknya tergolong
rendahdan negara-negara tersebut merupakan negara terbelakang di bidang ekonomi dibandingkan
dengan negara-negara yang berada di daerah subtropis. Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan
karena daerah-daerah disekitar khatulistiwa tidak mengenal pergantian musimseperti di daerah sub
tropis, sehingga mereka bisa hidup sepanjang tahun tanpa mengalami kesulitan mencari
perlindungan terutama di musim dingin. Hal inilah yang mendidik penduduknya kurang berfikir
untuk menghadapi tantangan alam, dan akhirnya menyebabkan sifat malas. Dengan keadaan yang
demikian, maka penduduk disekitar khatulistiwa hidupnya tetap miskin walaupun daerah-daerah
tersebut kaya akan sumber daya alam. Keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan penduduk di
daerah subtropis walaupun daerahnya tidak tersedia sumber daya alam yang banyak, namun
mereka sanggup menguasai teknologi, sehingga hasil penguasaan teknologi tersebut membuat
kualitas kehidupan mereka menjadi lebih baik. Indonesia yang mengedepankan sektor ekonomi yang
selama ini menjadi prioritas pembangunan, ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Tiga faktor utama penentu HDI (Human Development Indeks) yang dikembangkan
UNDP adalah :

1 Pendidikan

 Kualitas penduduk dalam bidang pendidikan sangat penting untuk diketahui, sebab dapat
menggambarkan kemampuan penduduk dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di bidang pendidikan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia adalah tingkat putus
sekolah yang tingi. Walaupun putus sekolah itu sudah terjadi  jauh sebelum krisis moneter, namun
semakin menjadi-jadi setelah Indonesia mengalami krisis moneter. Untuk mengukur tingkat
pendidikan penduduk, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan data penduduk yang masih buta
huruf, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat Universitas. Semakin tinggi presentase
penduduk yang yang masih berarti kualitas penduduk di nagara yang bersangkutan dilihat dari aspek
pendidikan sangat rendah. Dan secara umum bahwa tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih
relatif rendah bahkan ada yang masih buta huruf
Ada beberapa alasan yang menebabkan terjadinya kondisi tersebut di Indonesia, antara lain : 1.
Biaya pendidikan relatif mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh semua penduduk terutama
penduduk yang mempunyai penghasilan rendah. 2. Minat menyekolahkan masih sangat rendah,
terutama di daerah-daerah pedesaan terpencil. Dikalangan masyarakat pedesaan yang terpencil,
seorang anak masih dianggap sebagai salah satu komoditas atau unit ekonomi keluarga. Banyak anak
usia sekolah daripada disekolahkan lebih baik dipekerjakan untuk membantu orang tuanya 3. Sarana
dan prasarana pendidikan yang masih belum memadai dan proporsional, terutama untuk sekolah
lanjutan (SMP dan SMA). Keterbatasan daya tampung di SMP dan SMA, menyebabkn lulusan SD
tidak tertampung semuanya di tingkat yang lebih atas. Idealnya, kalau pemerintah telah menetapkan
kebijaksanan wajib belajar sembilan tahun, proporsi SD dan SMP harus seimbang. Oleh karena itu,
pemerintah harus terus berusaha secara maksimal untuk menyediakan layanan pendidikan yang
murah dan berkualitas. 4. Rendahnya kualitas sarana fisik Banyak sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi yang gedung-gedungnya telah rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak legkap dan banyak yang rusak, laboratorium tidak standart, serta pemakaian
teknologi informasi tidak memadai. Bahkan yang lebih parah masih banyak sekolah yang tidak
memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, dan tidak memiliki laboratorium. 5.
Rendahnya kualitas guru. Keadaan guru di Indonesia sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk melaksanakan tugasnya sebagai mana
tertuang dalam pasal 39 UU No.20/2003, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Sebagian besar guru di Indonesia dikatakan tidak layak
mengajar. Hal ini jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu, yang tingkat pendidikannya
hanya sampai SPG (SMA) atau berpendidikan D2 ke bawah. 6. Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai andil dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Menurut FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan 2005, idealnya
guru mempunyai gaji bulanan sebesar Rp 3.000.000. Tetapi kenyataannya sekarang rata-rata gaji
guru PNS Rp 1.500.000, guru bantu Rp 460.000, dan guru honorer rata-rata Rp10.000 per jam.
Dengan pendapatan yang seperti itu, banyak guru

yang melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les p[ada
sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang buku/LKS, pedagang ponsel dan pulsa, dan sebagainya.
Keadaan seperti ini juga mempunyai andil untuk mempengaruhi kualitas seorang guru. Seandainya
guru-guru di Indonesia telah sejahtera, maka mereka akan benar-benar memusatkan segala
aktivitasnya untuk melaksanakan tugasnya. Masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk,
merupakan suatu masalah yangperlu diatasi. Apabila tidak segera diatasi, persoalannya akan
semakin berat dan kompleks. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menangani masalah
redahnya tingkat pendidikan, antara lain : 1. Memperluas kesempatan belajar, baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Selain itu perlu dilakukan upaya penyadaran terhadap
masyarakat bahwa pendidikan merupakan media strategis guna meningkatkan kualitas sumber daya
insaniah. 2. Meringankan biaya pendidikan dan membebaskan biaya bagi yang tidak mampu, serta
memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi. Di dalam UUD juga dikatakan bahwa setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu sudah merupakan
kewajiban pemerintah untuk menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dan harganya
murah. 3. Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana serta prasarana pendidikan, seperti gedung-
gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, media pembelajaran dan pengangkatan guru serta ahli
kependidikan yang profesional.

2 Kesehatan

 Selain pendidikan, kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang perlu untuk
ditingkatkatkan, sebab jika penduduk terus-terusan sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, maka akan semakin rendah kualitas
penduduk berdasarkan tingkat kesehatan. Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih
memprihatinkan. Selain cakupan yang masih rendah, program yang diselenggarakan itu masih masih
terfragmentasi sehingga tidak menyentuh kebutuhan tumbuh kembang anak secara holistik.
Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini
mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan rendahnya
derajat kesehatan dan gizi. Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukkan dari kurangnya energi
dan protein (gizi makro) dan gizi mikro (terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai
dengan tahun 2000, keadaan gizi masyarakat menunjukkan kemajuan, yaitu terlihat dengan
menurunnya penderita masalah gizi utama (protein, karbohidrat) pada berbaga

kelompok umur. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai saat ini kekurangan gizi pada anak balita
meningkat, diantaranya menderita gizi buruk. Rendahnya derajat kesehatan dan gizi pada anak usia
dini lebih banyak terjadi pada anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di
wilayah pedesaan, serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai.
Sedangkan untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang
terjangkau, diwujudkan melalui revitalisasi sistim kesehatan dasar dengan memperluas jaringan yang
efektif dan efisien termasuk Posyandu dan Polindes, peningkatan  jumlah dan kualitas tenaga
kesehatan/revitalisasi kader PKK, pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk
kinerja sistim kesehatan yang komprehensif, serta memperbaiki sistim informasi pada semua
tingkatan pemerintah. Upaya surveillance

dan monitoring dilakukan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaporan hal-hal
penting, pengalokasian budget dan personil pada saat outbreak investigation, control

dan rapid response, peningkatan early warning system/penunjang kedaruratan, serta pengaplikasian
National Pandemic Preparedness Plan. Untuk pendanaan kesehatan, Depkes akan meningkatkan
anggaran sektor kesehatan nasional melalui APBN sebesar 5-15%, meningkatkan anggaran
kesehatan di daerah melalui APBD sebanyak 15%, melakukan penghapusan wajib setor hasil
pelayanan kesehatan di daerah, meningkatkan transfer dana dari pusat untuk sektor kesehatan
daerah melalui dana alokasi khusus (DAK), dana dekonsentrasi (Dekon), meningkatkan anggaran
untuk prevensi dan promosi serta membentuk sistim jaminan kesehatan sosial nasional (Askeskin).
Lebih lanjut Menkes menegaskan bahwa untuk melaksanakan pembinaan pembangunan kesehatan
diperlukan dukungan politis dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB). Selain itu semua desa harus memiliki tenaga bidan yang berkualitas (

capable 
) yang ditunjang dengan dukungan operasional yang memadai. Sejauh ini semua desa telah memiliki
Pondok Persalinan Desa yang dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional yang memadai. Semua
Puskesmas telah memiliki tenaga dokter dengan didukung tenaga paramedis dan non medis sesuai
standar dan dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional yang memadai. Semua Puskesmas juga
mampu melaksanakan pelayanan obstetrik dan neonatal dasar (PONED). Sedangkan semua rumah
sakit di kabupaten/kota mampu melaksanakan pelayanan obstetrik dan neonatal komperehensif
(PONEK). Pada akhirnya diperlukan kemauan dan kesadaran penduduk dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan anak

3 Ekonomi

 Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dalam perubahan perekonomian. Dalam artian
bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta
berdaya saing tinggi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut ada hal yang penting yang menyangkut
kondisi sumber daya manusia Indonesia, yaitu : Pertama adanya ketimpangan antara jumlah
kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi sekitar
92,73 juta orang, sementara  jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang, dan
ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).Angka ini meningkat terus
selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta. Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja
ada yang masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi
pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan
kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor
ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di
sisi lain, jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Kesempatan kerja yang
terbatas bagi lulusan perguruan tinggi menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran
sarjana di Indonesia' Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan
tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena pengangguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan
tinggi, karena ketidakmampuannya menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan
wirausaha mahasiswa. Masalah sumber daya manusia ini menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang di dukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya
keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-
rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumber daya alam intensif (hutan dan hasil tambang), arus
modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian bukan berasal dari
kemampuan produktivitas sumber daya manusia yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang
berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya
kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi persaingan ekonomi. Kenyataan ini belum
menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pad masa lalu.

Rendahnya alokasi APDN untuk sektor pendidikan pada serius dari pemerintah pusat terhadap
perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Padahal sudah saatnya perbaikan baik tingkat pusat
maupun daerah secara serius membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sekarang
bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah
seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang
dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian
nasional.

C RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MINERAL
DAN GEOLOGI

 Jumlah penduduk Indonesia yang sudah melebihi 200 juta jiwa merupakan potensi sumber daya
manusia yang sangat strategis bagi pelaksanaan pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur
dan sejahtera. Dengan potensi sumber daya manusia sebanyak itu kita tidak perlu cemas akan
kekurangan tenaga yang melaksanakan pembangunan bangsa dan mengelola sumber daya alam
yang berlimpah ini. Pengelolaan sumber daya alam dalam rangka pelaksanaan pembangunan
menuju masyarakat yang sejahtera masih sangat membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah
yang tidak sedikit. Namun di balik berlimpahnya sumber daya manusia tersebut kita tidak dapat
berpuas diri demikian saja. Karena sumber daya manusia yang berlimpah tersebut sebagian besar
dengan kualitas yang sangat rendah. Dari lebih 210 juta jiwa penduduk lebih dari separohnya
termasuk penduduk usia kerja. Dari pendudukusia kerja tersebut hanya kira-kira 65% saja yang
bekerja. Dari jumlah penduduk usia kerja terseut hanya sekitar 4% saja yang memiliki pendidikan di
atas SLTA (Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana). Sementara itu bagian terbesar bagi penduduk usia
kerja adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Memperhatikan kondisi tersebut diatas ternyata kualitas sumber daya manusia yang berada dalam
usia kerja masih sangat rendah. Demikian juga halnya dengan sumber daya manusia yang mengelola
bidang geologi dan sumber daya mineral yang baru sebagian kecil dengan tingkat pendidikan
Diploma atau Sarjana keatas. Pemanfaatan sumber daya mineral dan geologi sangat erat
hubungannya dengan sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya mineral dan geologi
diarahkan bagi peningkatan kesejahteraan sumber daya manusia Indonesia. Sedangkan untuk
pengelolaan sumber daya alam dan geologi diperlikan keahlian dan keterampilan sumber daya
manusia. Dalam pengelolaan sumber daya mineral dan geologi yang diselenggarakan oleh kontraktor
asing pada umumnya penggunaan sumber daya manusia untuk posisi tenaga ahli

atau terampil mengandalkan bantuan dari sumber daya manusia negara asing. Karena keterbatasan
kemampuan negara baik dari segi permodalan, teknologi maupun sumber daya manusia maka
kekayaan sumber daya mineral dan geologi tidak dapat dikelola sendiri. Pengelolaan sumber daya
mineral dan geologi yang masih mengandalkan tenaga asing ini  juga mempengaruhi terhadap hasil
yang diterima. Pada umumnya pengelolaan sumber daya mineral dan geologi dilakukan dengan
sistem bagi hasil dengan perusahaan asing, sehingga bagian yang diperoleh negara lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pengelolaan yang dilakukan sendiri. Dengan kewenangan penglolaan sumber
daya mineral dan geologi yang berada di tangan pemerintah, selama ini mengakibtkan daerah tidak
mempunyai kesempatan untuk ikut secara langsung dalam pengelolaan sumber daya mineral dan
geologi tersebut. Daerah hanya memperoleh bagian hasil dari pengelolaan sumber daya mineral dan
geologi

D PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

 Pengembangan sumber daya manusia dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan segala kedudukannya. Hal ini berarti
bahwa usaha itu tidak terbatas pada pembinaan kemampuan fisik melainkan juga kemampuan
mental sebagai pendukung suatu kebudayaan. Dengan demikian maka pengembangan sumber daya
manusia itu harus dapat mempersiapkan keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat
memenuhi kebutuhan hidup dirinya serta tanggungannya. Pengembangan sumberdaya manusia juga
harus dapat mempersiapkan seseorang untuk memainkan peranan sosial secara mantap sesuai
dengan kedudukan-kedudukannya di masyarakat. Oleh karena itu praktek komunikasi atau interaksi
sosial yang efektif itu hanya mungkin terselenggara kalau ada pranata yang terwujud atas dasar nilai-
nilai, maka pengembangan sumberdaya manusia berarti usaha aktif penanaman sikap dan
keterampilan pada anggota masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku sebagai pedoman
hidup yang mengembalikan pola tingkah laku sosial mereka. Melalui proses enkulturasi sebagai
pendidikan dalam arti luas, pengembangan sumber daya manusia menjelang diharapkan akan dapat
menghasilkan manusia Indonesia yang tangguh baik sebagai perorangan, sebagai anggota suatu
masyarakat ataupun sebagai pendukung suatu kebudayaan yang aktif. Dengan demikian manusia
Indonesia seutuhnya itu tidak hanya mampu berusaha memenuhi kebutuhan pokok bagi diri sendiri
ataupun tanggungannya semata, akan tetapi bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya ia
mampu mencapai tujuan bersama secara efektif. Disamping itu, sebagai pendukung kebudayaan ia
harus mampu mengembangkan gagasan kreativitas berkarya

kearah pembaharuan kebudayaan atas dasar tradisi setempat maupun secara selektif juga atas dasar
pengaruh kebudayaan asing yang akan memperkaya sisitem idea, sistem sosial, maupun sistem
teknologi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dari segi non fisik di utamakan pada segi-segi yang berkaitan dengan
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Yakni iman yang berkaitan dengan keselarasan
hubungan manusia dengan Tuhan Maha Pencipta, budi pekerti yang berkaitan dengan keselarasan
hubungan sesama manusia dan masyarakat, dan akal pikiran yang berkaitan dengan keselarasan
hubungan manusia dengan lingkungan alam.  Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam
pengembangan sumber daya manusia Indonesia dipandang dari segi kebudayaan. 1. Kenyataan
bahwa bangsa Indonesia ini hidup dalam masyarakat yang majemuk terdiri dari banyak suku bangsa
dan golongan dengan latar belakang anekaragam kebudayaan yang menjadi kerangka acuan dalam
pergaulan sosial. 2. Berkaitan dengan pembangunan yang pada hakikatnya merupakan usaha
peningkatan kesejahteraan di segala bidang. Dalam penyelenggaraannya dilakukan dalam tempo
yang relatif singkat, banyak teknologi dan ilmu pengetahuan asing yang diadopsi untuk
mempercepat proses. Akibatnya akan menuntut adaptasi (penyerapan) ke dalam sistem budaya
yang ada dan bahkan tidak mungkin akan menggeser nilai-nilai yang tidak sesuai lagi atau
mengembangkan nilai-nilai yang lebih cocok dengan tuntutan pembangunan. 3. Akibat kontak-
kontak dengan kebudayaan asing yang dipermudah oleh kemajuan teknologi pada akhir-akhir ini.
Hampir tidak mungkin bagi suatu masyarakat dewasa ini untuk menghindarkan diri dari pergaulan
antar bangsa dan intas budaya. Peralatan komunikasi dan transportasi yang di dukung oleh teknologi
modern memperlancar dan menambah intensitas kontak-kontak kebudayaan. Baik secara langsung
ataupun tidak langsung, orang dapat melakukan komunikasi tanpa mengenal batas lingkungan
geografis, politik maupun kebudayaan. Untuk mengatasi masalah yang pertama, di perlukan sistem
sosial yang mampu mengendalikan pergaulan antara sesama penduduk tanpa memandang asal
kesukuan maupun golongan. Akan tetapi untuk mengembangkan sistem sosial yang memadai
diperlukan landasan yang diterima sebagai kerangka acuan bersama, yaitu kebudayaan sebagai
sistem arti nilai, gagasan vital dan keyakinan, Dalam hal ini, pemerintah telah berusaha untuk
mengembangkan kebudayaan nasional yang diharapkan akan mendominasi kehidupan sosial bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Sistem-sistem sosial itu akan terwujud apabila orang telah
menghayati kebudayaan sebagai sistem nilai gagasan vital dan keyakinan yang akan menjadi
kerangka acuan yang

akan mendominasi pola tingkah laku angota masyarakat Indonesia hendaknya diarahkan pada
penanaman dan penghayatan nilai-nilai gagasan dan keyakinan yang disepakati bersama sebagai
pedoman hidup bernegara dn bermasyarakat. Enkulturasi juga berkaitan dengan proses
pembangunan yang pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan hidup bersama.
Akan tetapi upaya peningkatan kesejahteraan hidup bersama. Akan tetapi usaha peningkatan
kesejahteraan terencana dan diselenggarakan dalam tempo yang relatif singkat sering kali
menimbulkan banyak masalah. Usaha peningkatan kesejahteraan itu mendorong orang untuk
dengan cepat mendatangkan ilmu dan teknologi asing dan belum tentu sama dengan kebudayaan
yang mendominasi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dari sistem teknologi yang di impor,
akhirnya akan menuntut penyesuaian pada sistem sosial atau pola interaksi penduduk setempat
yang akhirnya cepat atau lambat akan menggeser nilai-nilai budaya setempat. Tidak semua teknologi
dan ilmu pengetahuan yang diserap akan menimbulkan perubahan pada sistem sosial dan sistem
idea setempat. Akan tetapi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya ketegangan, sudah sepatutnya
kalau setiap warga negara Indonesia di bekali dan diperkuat kesadaran mereka dengan pengetahuan
kebudayaan yang memadai sehingga mereka nantinya dapat secara selektif dan aktif menyerap
pengaruh kebudayaan asing. Disamping itu dengan bekal pengetahuan kebudayaan yang memadai
setiap warga negara Indonesia akan dapat melihat, memahami dan memilih-milih gejala dan
tantangan yang dihadapi untuk kemudian merencanakan serta menentukan sikap ataupun
perbuatan sesuai dengan nilai-nilai. Dengan bekal pengetahuan kebudayaan yang sama diharapkan
setiap warga negara Indonesia akan dapat menanggapi segala tantangan yang timbul dari
lingkungannya maupun perkembangan sejarah tanpa memastikan daya kreativitas yang inovatif
dalam menanggapi dinamika kebudayaan baik karena pengaruh sesama kebudayaan Indonesia yang
tumbuh dan berkembang di daerah maupun karena pengeruh ebudayan asing yang akan
memperkaya kebudayaan nasional. Sumber daya manusia harus dapat dibina dan diarahkan secara
tepat agar mampu mengembangkan potensinya, antara lain : 1. Manusia yang profesional, yang
memiliki keahlian dan ketarampilan sehingga mampu bekerja lebih produktif. 2. Manusia yang
berkembang kemampuan intelektualnya sehingga mampu menjadi pelopor perubahan masyarakat.
3. Manusia yang berjiwa wiraswasta yang mampu menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri,
tidak tergantung pada kesempatan kerja yang diciptakan pemerintah, tetapi juga mampu
menciptakan lapangan kerja bagi orang lain

 
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

 Sumber daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data kependudukan yang
dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan komponen penting dalam setiap
gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat
mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan
kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah
keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang
telah dicapai. Tiga faktor utama penentu HDI ( Human Development Indeks ) yang dikembangkan
UNDP adalah : 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Ekonomi Pengembangan sumber daya manusia dapat
diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dengan segala kedudukannya. Hal ini berarti bahwa usaha itu tidak terbatas pada
pembinaan kemampuan fisik melainkan juga kemampuan mental sebagai pendukung suatu
kebudayaan. Dengan demikian maka pengembangan sumber daya manusia itu harus dapat
mempersiapkan keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup
dirinya serta tanggungannya.

SARAN

 Dalam proses pembangunan, manusia secara individual menempati posisi sentral, karena manusia
bukan hanya sebagai subyek pendukung melainkan juga mencipta dan tujuan pembangunan. Dalam
proses pembangunan, manusia merupakan sumber daya yang berperan sebagai unsur pendukung
utama disamping sumber daya alam dan teknologi, oleh karena itu hendaknya kualitas sumber daya
manusia perlu di tingkatkatkan sehingga dapat mengelola potensi-potensi yang disediakan oleh alam
tanpa bantuan pihak asing dan dapat memperlancar pembangunan
Peran Pemerintah Dalam Perekonomian

a. Pemerintah sebagai pelaku ekonomi yaitu harus sebagai penyedia fasilitas :

1) Pemerintah melalui Bank Indonesia memberikan bantuan dana kepada Bank Bankyang sedang
mengalami kesulitan dana.

2) Memberikan bantuan modal kepada koperasi, usaha kecil, usaha menengah yang sedang
berkembang.

3) Membantu memasarkan hasil produksi perusahaan gula dan beras melalui perum bulog.

4) Pemerintah melalui departemen pekerjaan umum (PU) menyediakan prasarana berupa jalan
dan jembatan untuk membantu proses pendistribusian produk badan usaha.

5) Pemerintah mengimpor kedelai dari brasil untuk menjamin ketersedian bahan baku
perusahaan kecap dan produsen tempe.

b. Pemerintah sebagai pengatur ekonomi bertugas mengatur badan usaha agar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Perhujudan peran sebgai pengatur ekonomi dapat dilihat memlalui
beberapa peraturan dan kebijakan pemerintah sebagai berikut :

a) Pemerintah mellui UU No,5 tahun 1999 mengatur larangan praktik monopoli dan persaing tidak
sehat. Pada UU ini pemerintah mengatur persaingan usaha yang sehat menjamin adanya kepastian
kesampatan berusaha yang sama baik bagi pelaku usaha besar, menengah, kecil.

b) Melelui UU No, 25 tahun1992 pemerintah mengatur kegiatan koperasi, dlam UU ini diatur
segala sesuatu yang berkaitan dengan koperasi mulai dari tata cara pendirian, kperasi onalisasi, tata
cara pembubaran koperasi.

c) Pemerintah melalui peraturan pemerintah (PP) No,16 tahun1997 mengatur tentang waralaba.
PP ini menmgatur segala sesuatu yang berkaitan dengan tata cara penyelenggaraan waralaba.

d) Pemerintah mengatur pemanfaatan tenaga nuklir PP No,64 tahun 2000 pada PP in di atur
tentang segala sesuatu berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir, mulai dari perizinan, tata cara
pemanfaatan, pengolahan limbah, kewajiban dan penanggung jawab pemegang izin.
pengertian Ekonomi Publik

Ekonomi Publik merupakan cabang Ilmu Ekonomi yang menelaah masalah-masalah ekonomi publik
(publik dapat diartikan masyarakat, pemerintah atau negara) seperti kebijakan subsidi atau
perpajakan, regulasi atau deregulasi, nasionalisasi atau privatisasi, sistem jaminan sosial, ketahanan
pangan, kebijakan teknologi, pertahanan dan keamanan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.
Ekonomi publik juga disebut dengan finansial publik. Wikipedia menyebutkan bahwa financial publik
mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari
kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial).Montesqieu, seorang ahli tata
Negara, menyebutkan bahwa kekuasaan negara dapat dipisahkan menjadi kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh pemerintah yaitu presiden dan
para pembantunya, pada umumnya paling berpengaruh terhadap suatu perekonomian. Hal ini
karena eksekutif paling banyak bersinggungan secara langsung dengan aktivitas ekonomi melalui
pembelanjaan dan kebijakan ekonominya.

Peran Pemerintah dalam Ekonomi

Pemerintah sebagai pelaku (yang umumnya mendominasi, terutama pada ekonomi di Negara
berkembang) memiliki peran sebagai berikut:

* menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian;


* mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak;
* memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan
simpanan, dan asuransi;
* membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya
persenjataan;
* meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, dan
* menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar, menyantuni
fakir miskin, dan sebagainya.

Beberapa Landasan Ekonomi Publik

Timbulnya disiplin ilmu ekonomi publik didasarkan beberapa landasan pikir sebagai berikut:

1. Masalah kunci dalam perekonomian adalah masalah mikroekonomi, yaitu menyangkut distribusi
produksi, dan alokasi konsumsi serta masalah makroekonomi yaitu menyangkut pengangguran,
inflasi, kapasitas produksi, serta pertumbuhan ekonomi.
2. Sistem Perekonomian suatu negara berkaitan dengan siapa pelaku ekonomi (pemerintah atau
bukan) serta bagaimana keputusan ekonomi diambil. Apakah melalui perencanaan terpusat atau
mekanisme harga.
3. Pandangan-pandangan tentang peran pemerintah dalam perekonomian dewasa ini semakin
konvergen (cenderung mendekat satu terhadap yang lain). Secara umum saat ini diakui swasta
bahwa harus mengambil peran utama dalam pasar. Namun bila terjadi kegagalan pasar dan
pemerintah berpotensi dapat memperbaiki kegagalan tersebut, maka sudah sepatutnya pemerintah
memperbaiki kegagalan tersebut sepanjang diyakini mampu mengatasinya.
4. Pendekatan ilmiah menjamin kesimpulan yang ditarik dari suatu analisis yang bersifat sahih.
Sedangkan kita tahu bahwa analisis sektor publik terdiri dari empat tahap, yakni deskripsi kegiatan
pemerintah dalam perekonomian, telaahan konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut, tinjauan
atas kriteria keberhasilan keputusan publik, dan evaluasi atas proses politik yang mengarah pada
pengambilan keputusan tentang kebijakan publik.

Inti ekonomi publik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh atau campur tangan pemerintah atau
Negara dalam kehidupan ekonomi. Ekonomipublik adalah satu bagian atau subsistem ilmu
ekonomi, maka prinsip-prinsip atau hokum dalam ilmu ekonomi pada umumnya juga berlaku
dalam ekonomi publik, meskipun terdapat pengecualian dan pengkhususan .

Ilmu adalah suatu penjelasan atau studi yang menggunakan metode dan sistematika tertentu.
Metode tersebut digunakan baik dalam pendekatan maupun dalam analisisnya. Sistematika adalah
urutan dalam menggadakan penjelasa atau analisisnya.   

Ilmu keungan Negara, intinya adalah ilmu yang mempelajari penerimaan dan penjualan Negara,
sedangkan ekonomi publik mempelajari segala kegiatan pemerintah dalam mempengaruhi kegiatan
atau kehidupan ekonomi masyarakat segala macam kegiatan pemerintah akan Nampak dalam
penerimaan dan pengeluaran Negara. Subject matters Ilmu Keungan Negara sama dengan subject
matters ekonomi publik.

prinsip-prinsip ekonomi yang bersifat universal seperti prinsip efisiensi dan


aktivitas, law  of' diminishing return, elastisitas dan lain-lain juga berlaku dalam ekonomi publik,
pengkhususan dan pengecualian terletak pada kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya
harus berdasarkan, hokum (lebih-lebih Indonesia adalah suatu negara hukum), teori atau prinsip-
prinsip pajak ideal, hokum Wanner dan lain-lain. Kebijakan ekonomi bisa saja berdasarkan pada
teori-teori ekonomi yang ada (bahkan teori- teori tersebut masi dipertanyakan) namun kebijakan-
kebijakan tersebut juga dipengaruhi o1eh moral, etika dan kepercayaan ideologis.

Teori-teori ekonomi alternatif dapat juga diilhami dengan komposisl moral terkait dengan peraturan
dan tanggung jawab pada pemerintah setempat dan juga tanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri. Arah bidang proposisi yang berbeda tersebut akan membedakan pengertian dari sektor
publik dari sector swasta yang ada.

Dalam ilmu ekonomi, barang publik yang baik adalah non-bersaing dan non-dipisahkan. Dalam
ekonomi, barang publik Suatu yang baik adalah yang non-bersaing dan tidak dipisahkan. Non-
persaingan berarti bahwa konsumsi yang baik dengan satu orang tidak mengurangi ketersediaan
yang baik untuk dikonsumsi oleh orang lain, dan non-excludability tidak ada yang dapat secara
efektif dikecualikan dari penggunaan yang baik. Dalam dunia nyata, mungkin tidak ada yang
namanya yang benar-benar non-disaingi dan non-dipisahkan baik, tetapi ekonom berpikir bahwa
beberapa perkiraan barang konsep cukup dekat untuk analisis akan bermanfaat secara ekonomis.
Non-persaingan Bahwa berarti konsumsi yang baik dengan satu orang tidak Mengurangi
ketersediaan yang baik untuk dikonsumsi oleh orang lain, dan non-excludability tidak ada yang dapat
secara efektif dikecualikan dari penggunaan yang baik. Dalam dunia nyata, mungkin ada ada yang
namanya yang benar-benar tidak disaingi dan non-dipisahkan baik, tetapi ekonom Berpikir Bahwa
barang Mendekati Beberapa konsep cukup dekat untuk analisis akan bermanfaat secara ekonomis.

Misalnya, jika satu individu dilihat seorang dokter ada kurang satu kunjungan dokter bagi orang lain,
dan mungkin untuk mengecualikan orang lain dari mengunjungi dokter, melainkan sebuah
menyaingi dan dipisahkan baik swasta. Misalnya, Jika dilihat seorang individu satu dokter ada kurang
satu kunjungan dokter bagi orang lain, dan mungkin untuk mengecualikan orang lain Mengunjungi
dari dokter, melainkan sebuah menyaingi dan swasta baik dipisahkan. Sebaliknya, menghirup udara
tidak secara signifikan mengurangi jumlah udara yang tersedia bagi orang lain, atau orang-orang
secara efektif dapat dikecualikan dari menggunakan udara. Sebaliknya, tidak menghirup udara
Mengurangi secara signifikan jumlah udara yang Tersedia bagi orang lain, atau orang-orang secara
efektif dapat dikecualikan dari Menggunakan udara. Hal ini membuat publik, tapi satu yang secara
ekonomis sepele, seperti udara adalah gratis baik. Hal ini membuat publik, tapi satu yang secara
ekonomis sepele, seperti udara gratis adalah baik. Yang kurang lurus-maju contoh adalah pertukaran
file musik MP3 di internet: penggunaan file-file ini oleh seseorang tidak membatasi penggunaan oleh
orang lain dan hanya ada sedikit kontrol yang efektif atas pertukaran file musik ini dan file foto .
Yang kurang lurus-maju adalah contoh Pertukaran file MP3 musik di internet: penggunaan file-file ini
oleh seseorang tidak membatasi penggunaan oleh orang lain dan hanya ada sedikit kontrol yang
efektif atas Pertukaran file musik ini dan file foto. 

A.    Efisiensi Konsumen Dan Efisiensi Produsen

Baran-barang swasta, yaitu. barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar dapat menyebutkan
alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisian. Dalam makalah ini akan dibahas mengenal efsiensi
alokasi sumber-sumber ekonomi dalam perekonomian yang menggunakan sistem pasar tanpa
adanya campur tangan pemerintah. Dalam pembahasan ini analisi dibagi menjadi dua, yaitu efisiensi
konsumen dan efisiensi produsen. Jadi kita anggap bahwa masyarakat dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan konsumen dan golongan produsen.

Dalam perekonomian yang meggunakan sistem pasar, harga barang dan jasa, upah dan sebagainya
ditentukan oleh permitiman dan penawaran. Dalam sistem perekonomian pasar yang sempurna,
harga-harga merupakan data, yang berarti tidak ada satu pihak pun, baik produsen maupun
konsumen secara sendiri-sendiri dapat mempengaruhi harga. Hal ini disebabkan oleh karena dalam
sistem pasar persaingan sempurna, seorang pengusaha ataupun pembeli hanya merupakan sebagia
yang sangat kecil sehigga peranannya menjadi tidak berarti. Bagi seorang konsumen, permintaan
akan suatu barang hanya merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh
konsumen, sehingga la tidak dapat mempengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah
permintaannya akan barang tersebut, walaupun konsumen secara berkelompok dapat
mempengaruhi tingkat harga. Dalam analisa efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yang
digunakan untuk mempermudah analisi, yaitu.

1.      Dalam masyakat hanya ada 2 orang konsumen, A dan B.

2.      Hanya ada dua barang swasta yang bersedia, makanan dan pakaian

3.      Distribusi pendapatan sudah tertentu


Setiap konsumen, dalam menentukan berapa jumlah barang yang diminta sanggat dipengaruhi oleh
harga barang-barang tersebut dan tingakat pendapatan

Makanan Diagram 1 Keseimbangan Konsumen

B.    Efisiensi Produsen

Untuk menganalisis efisiensi produksi analisa pareto dapat pula dipergunakan. kita anggap bahwa
dalam perekonomian hanya terdapat dua orang produsen yang menghasilkan dua jenis barang (X
dan Y), serta hanya menggunakan dua jenis factor produksi variable sedangkan pada diagram 2.5.b.
tenaga kerja yang merupkan factor variable.

HFT menunjukkan hasil produksi apabila produsen menggunakan tambahan satu factor dengan
asumsi penggunaan factor produksi lainnya tidak berubah, adanya factor produksi yang sifatnya
tetap ini menunjukkan bahwa HFT merupakan suatu analisis jangka pendek. Diagram 2.7
menunjukkan kurva produksi sama (KPS = iqount) yaitu tempat kedudukan dari kombinsasi
pwnggunaan tanah dan tenaga kerja.

 Diagram 2 Kurva-kurva kemungkinan konsumen besar (KKB ; Grand Utility Possibility Curva)

Tingkat produksi II, pada Diagram 2.6 dapat dicapai dengan menggunakan tanah sebanyak T 1.   Unit
dan tenaga kerja sebanyak B, yang ditunjukkan oleh titik K pada diagram 2.7 akan tetapi pada
diagram dapat pula diketahui bahwa tingkat produksi II 1. Tidak hanya dapat dicapai dengan
kombinasi tenaga dan tanah sebanyak T 1.B1, tetapi juga dengan kombinasi T2
Dan B2, T3, dan B3. Jumlah tenaga yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai yang ditentukan 
oleh besarnya dana yang tersedia, harga dari tanah dan upah tenaga.

Fungsi pemerintah menurut Adam Smit

1.      Fungsi Peradilan

2.      Fungsi Keamanan

3.      Fungsi Pekerjaan umum

Tujuan yang hendak dicapai menetukan arah setiap kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah
kegiatan yang didasarka oleh prinsip-prinsip rasional. Suatu kegiatan termasuk ekonomi akan
dilakukan dengan penuh gairah apabila didorong  oleh motivasi tertentu.

Tujuan dalam masyarakat intinya ada dua macam yaitu tujuan yang merupakan penjumlahan tujuan
perorangan yang dinamakan tujuan bersama dan tujuan masyarakat yang terpisah dengan tujuan
perorangan yang dinamakan tujuan kolektif

Tujaun bersama dan tujuan kolektoif masyarakat dalam masyarakat yang kebudayaannya telah
berkembang dan mengakar dapat dijumpai dalam cerita-cerita rakyat, kesenian dan kebudayaan
pada umumnya.

Tujuan yang lebih spesifik tercantum dalam aspek kebijaksanaan berbagai ilmu social termasuk ilmu
politik, ilmu hokum, dan ilmu ekonomi. Dalam kebijakasaan ekonomi termasuk didalamnya
kebijaksanaan Ekonomi Publik, semua tujau –tujuan masyarakat telah tercermin dalam trilogi
kebijajksanaan yaitu tujuan

 Alokasi

 Distribusi

 Stabilisasi

Tujuan merupakan salah satu unsure kebijaksaan ekonomi disamping subjek, objek, instrument
waktu dan daerah atau tujuan. Mempelajari teori-teori tahap pertumbuhan ekonomi dalam Ekonomi
Sosial sangat berfaedah dalam mempelajari motivasi ekonomi yang sangat diperlukan dalam
mecapai trilogy kebijaksanaan Ekonomi Publik.

Dalam mencapai berbagai tujuan atau subtujuan dapat bersifat saling tabrakan atau konflikbtetapi
dapat pula bersifat saling membantu atau komplementer. Apabila sarana atau masukan untuk
mencapai berbagai tujuan tersebut sama dan dalam keadaan langka maka akan menimbulkan
konflik. Apabila terjadi konflik, maka harus dilaksanakan prioritas dan atau mencari titik optimalitas
ongkos alternative yang berlangsung dikorbankan adalah the next best.

Apabia sarana atau masukan yang digunakan dalam berbagai tujuan belum dalam keadaan langka
dan produksinya bersifat saling membutuhlkan atau saling memberikan maka akan menimbulkan
komplementaritas atau saling melengkapi.

Daftar Pusataka
 Diktat : Drs Roike. I.J Pangkey, MS. DEA

 http://one.indokripsi.com/ekonomi

 www.wikipedia_ekonomi.htm

Read more: http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/teori-ekonomi-dan-konsep-ekonomi-


publik.html#ixzz49CdT3un9
MAKALAH EKONOMI PUBLIK

Taliwang, 01 April 2011

Ilmu Ekonomi Publik adalah cabang Ilmu Ekonomi yang menelaah masalah-masalah

ekonomi khalayak ramai (publik/masyarakat, pemerintah/negara) seperti kebijakan

subsidi/pajak, regulasi/ deregulasi, nasionalisasi/privatisasi, sistem jaminan sosial, ketahan-an

pangan, kebijakan teknologi, pertahanan dan keamanan, pendidikan, kesehatan, dan

sebagainya.

Menurut Montesqieu, kekuasaan negara dapat dipisahkan menjadi kekuasaan

legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam prakteknya, kekuasaan eksekutif (pemerintah, yaitu

presiden dan para pembantunya) lazimnya paling berpengaruh terhadap suatu perekonomian.

Peranan pemerintah dalam perekonomian antara lain

a) menetapkan kerangka hukum (legal framework) yang melandasi suatu perekonomian,

b) mengatur/meregulasi perekonomian dengan alat subsidi dan pajak,

c) memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit,

penjaminan simpanan, dan asuransi,

d) membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan oleh perusahaan swasta, misalnya

persenjataan,

e) meredistribusikan (membagi ulang) pendapatan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya,

dan

f) menyelenggarakan sistem jaminan sosial, misalnya memelihara anak-anak terlantar,

menyantuni fakir miskin, dan sebagainya

Beberapa Landasan Ekonomi Publik

Masalah kunci perekonomian adalah masalah mikro (distribusi produksi, alokasi

konsumsi) dan masalah makro (pengangguran, inflasi, kapasitas produksi, pertumbuhan).

Sistem Perekonomian berkaitan dengan siapa (pemerintah atau bukan) atau bagaimana

keputusan ekonomi diambil (melalui perencanaan terpusat atau mekanisme harga).

Pandangan-pandangan tentang peran pemerintah dalam perekonomi-an semakin konvergen


(cenderung mendekat satu terhadap yang lain), yakni secara umum swasta harus mengambil

peran utama dalam pasar.

Namun bila terjadi kegagalan pasar dan pemerintah berpotensi dapat memperbaiki

kegagalan tersebut, maka seyogyanya pemerintah memperbaiki kegagalan tersebut sepanjang

diyakini bahwa memang mampu.

Pendekatan ilmiah menjamin kesimpulan yang ditarik dari suatu analisis bersifat

sahih. Analisis sektor publik terdiri dari empat tahap, yakni deskripsi kegiatan pemerintah

dalam perekonomian, telaahan konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut, tinjauan atas

kriteria keberhasilan keputusan publik, dan evaluasi atas proses politik yang mengarah pada

pengambilan keputusan tentang kebijakan publik.

SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Jenis Kegiatan Pemerintah

Jenis kegiatan pemerintah antara lain adalah:

a) Menyediakan sebuah kerangka kerja/ sistem yang legal, yang diperlukan untuk membawa

perekonomian ke fungsinya semula.

b) Memproduksi barang dan jasa, yang berguna untuk pertahanan, pendidikan, keamanan,

perhubungan, dan sebagainya.

c) Mempengaruhi apa yang diproduksi oleh sektor privat (swasta), melalui subsidi, pajak, kredit

dan peraturan (undang-undang).

d) Membeli barang dan jasa dari sektor privat dan kemudian menyalurkannya ke perusahaan

dan rumah tangga.

e) Melakukan redistribusi pendapatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kegiatan pemerintah:

a. Adanya perang.

b. Peningkatan pendapatan masyarakat.

c. Adanya urbanisasi.

d. Perkembangan demokrasi.
Ukuran Kegiatan Pemerintah

Ukuran kegiatan pemerintah dapat dilihat dari seberapa besar ukuran sektor publiknya

dan suatu indikator yang mudah digunakan yaitu seberapa besar ukuran pengeluaran publik

relatif terhadap total perekonomian

Pemerintah meningkatkan pendapatan untuk membayar seluruh pengeluarannya

melalui beberapa macam jenis pajak dan apabila terjadi defisit maka defisit tersebut akan

dibiayai melalui pinjaman.

Adam Smith mengemukakan teori bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi:

a. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan.

b. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.

c. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan.

Peran pemerintah dalam perekonomian modern terbagi menjadi peran alokasi, peran

distribusi dan peran stabilisasi. Kegagalan pemerintah dikarenakan beberapa faktor yang

mengakibatkan peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju kondisi Pareto optimal tidak

dapat tercapai.

EFISIENSI PASAR

Efisiensi Pareto

Efisiensi Pareto terjadi apabila alokasi dari kekayaan tidak membuat seseorang

sejahtera dengan membuat orang lain dirugikan.Terdapat 2 prinsip yang perlu diperhatikan

dalam teori fundamental dari ekonomi kesejahteraan: teori pertama, menjelaskan kepada kita

bahwa ekonomi adalah persaingan (dan kondisi yang memuaskan) adalah efisien Pareto, dan

teori kedua mengimplikasikan setiap alokasi efisiensi Pareto dapat dicapai oleh mekanisme

pasar yang desentralisasi

Efisiensi menurut perspektif pasar tunggal terjadi pada saat marginal benefit sama dengan

marginal cost.

Analisis Efisiensi Ekonomi

Terdapat 3 (tiga) aspek dari Pareto Efficiency. Pertama, efisien dalam pertukaran. Kedua,
efisien dalam produksi. Ketiga, efisiensi dalam keseluruhan (overall/mix efficiency).

Efisiensi dalam pertukaran adalah suatu pengalokasian sejumlah barang yang tertentu

jumlahnya dalam suatu ekonomi pertukaran disebut (pareto) efisien jika, melalui realokasi

barang-barang, tidak seorang individupun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi

kesejahteraan individu lainnya.

Efisiensi dalam produksi terjadi apabila dalam suatu masyarakat dengan dalam

mengalokasikan sumber-sumber produksi jika tidak ada suatu barang yang dapat diproduksi

tanpa keharusan mengu-rangi produksi barang lainnya. Efisiensi keseluruhan dalam suatu

ekonomi adalah jika tidak seorangpun yang dapat ditingkatkan kesejahteraannya dengan

tanpa membuat kesejahteraan yang lainnya berkurang.

KEGAGALAN PASAR

Hak Milik, Paksaan Kontrak dan Kegagalan Pasar

Pemerintah harus aktif melindungi warga negara dan hak milik, pelaksanaan kontrak, dan

mendefinisikan hak milik yang tersedia sebagai dasar bekerjanya semua ekonomi pasar.

Terdapat 6 (enam) faktor penyebab kegagalan pasar yaitu:

a. Kegagalan dari persaingan (failure of competition).

b. Adanya barang publik (public good).

c. Eksternalitas.

d. Pasar tidak lengkap.

e. Kegagalan informasi.

f. Adanya pengangguran, inflasi, dan ketidakseimbangan (unemployment, and other

macroeconomic disturbances).

Peran Pemerintah dalam Redistribusi

Salah satu peran penting dari pemerintah adalah kegiatan dalam mengadakan redistribusi

pendapatan atau mentransfer pendapatan. Hal ini memberikan koreksi terhadap distribusi

pendapatan yang ada di masyarakat.

Terdapat dua aspek analisis dari sektor publik yaitu pendekatan normatif yang memfokuskan
pada apa yang harus dilakukan pemerintah dan pendekatan positif yang memfokuskan pada

penggambaran dan penjelasan secara nyata apa yang dilakukan pemerintah dan

konsekuensinya.

EFISIENSI DAN KEMERATAAN

Efisiensi, Distribusi, dan Pilihan Sosial

Terdapat trade-off antara kemerataan dan efisiensi.

Kurva indifferen untuk individu menggambarkan bagaimana mereka membuat trade-

off antara barang yang berbeda, kurva kepuasan sosial menggambarkan bagaimana

masyarakat membuat trade-off antara tingkat kepuasan dari individu yang berbeda.

Fungsi kesejahteraan sosial menyediakan sebuah dasar untuk merangking beberapa

alokasi dan sumber daya dan kita memilih alokasi yang menghasilkan tingkat tertinggi dari

kesejahteraan masyarakat. Prinsip Pareto mengatakan kita harus memilih alokasi yang paling

sedikit dari beberapa individu better off dan tidak seorangpun worse off. Ini berarti bahwa

jika beberapa individu kepuasannya meningkat dan tidak seorangpun kepuasannya menurun

kesejahteraan sosial meningkat.

Menganalisis Pilihan Sosial dan Pilihan Sosial dalam Praktek

Jika proyek tidak Pareto improvement, pendekatan umum yang digunakan adalah

menggunakan efek efisiensi dan pemerataan. Jika proyek sebuah proyek mempunyai

keuntungan bersih yang positif dan mengurangi ketidakmerataan, maka proyek dijalankan

dan sebaliknya. Dan Jika efisiensi menunjukkan keuntungan tetapi kemerataan banyak yang

hilang, maka terdapat trade-off secara umum akan diterapkan kebijakan sistem pajak untuk

redistribusi pendapatan.

Cara yang standar yang dapat dilakukan untuk mengukur keuntungan (benefit) dari

beberapa program atau proyek khususnya individu, adalah dalam bentuk “willingness to

pay”.

Keuntungan sosial diukur oleh tambahan keuntungan yang diterima oleh semua individu.

Jumlah yang diperoleh menunjukkan kemauan membayar total dari semua individu di
masyarakat. Perbedaan antara kemauan membayar dan biaya total dari proyek dapat disebut

sebagai efek efisiensi dari proyek.

TEORI BARANG PUBLIK

Barang Publik dan Syarat Efisiensi untuk Barang Publik

Terdapat dua bentuk dasar dari kegagalan pasar terkait dengan barang publik:

underconsumption dan undersupply. Dalam kasus barang nonrival, exclusion adalah tidak

diinginkan karena menghasilkan underconsumption. Tetapi tanpa exclusion, yang mana

terdapat masalah undersupply.

Keengganan individu berkontribusi secara sukarela untuk menyediakan barang publik

akan menimbulkan masalah free rider.

Barang publik murni adalah barang publik di mana biaya marginal untuk

menyediakannya terhadap tambahan orang adalah nol dan di mana tidak mungkin melarang

orang untuk menerima barang. Pertahanan nasional adalah salah satu dari sedikit contoh

barang publik murni.

Barang publik murni disediakan secara efisien ketika penjumlahan dari tingkat

marginal substitusi (atas semua individu) adalah sama dengan transformasi marginal

Kurva permintaan untuk barang publik atau Kurva permintaan kolektif adalah penjumlahan

secara vertikal dari permintaan individu yang ada dalam masyarakat.

Barang Privat yang Disediakan oleh Publik

Jika barang privat bebas tersedia maka akan terjadi over-consumpption. Ketika

individu tidak membayar untuk mendapatkan barang, dia akan meminta sampai pada titik di

mana keuntungan marginal yang dia terima dari barang tersebut sama dengan nol.

Kesejahteraan yang hilang dapat diukur oleh perbedaan individu yang ingin bayar

dengan peningkatan output dan biaya produksi meningkat.

Pemerintah menentukan cara untuk membatasi konsumsi. Metode untuk membatasi

konsumsi barang disebut rationing system. Harga menyediakan satu rationing system. Kedua,

cara umum untuk me-rationing barang publik adalah ketentuan yang seragam bagi penawaran
barang dalam jumlah yang sama untuk setiap orang. Seperti penyediaan pada tingkat yang

seragam untuk bebas pendidikan bagi semua individu meskipun individu ada yang menyukai

lebih atau sedikit. Keuntungan utama dari ketentuan publik bagi barang; tidak mengikuti

untuk beradaptasi terhadap perbedaan kebutuhan individu dan hasrat seperti dalam pasar

privat

TEORI PILIHAN PUBLIK

Mekanisme Publik untuk Alokasi Sumberdaya

Tidak seperti pengeluaran dalam barang swasta yang konvensional, yang ditentukan

melalui sistem harga, pengeluaran barang publik ditentukan melalui proses politik.

Penentuan penyediaan barang publik melalui sistem mayoritas sederhana dapat menimbulkan

masalah karena adanya Arrow Paradoks, kecuali pada masyarakat yang sangat homogen di

mana preferensi mereka semuanya sama sehingga dapat dilakukan pemilihan secara

aklamasi.

Alternatif untuk Penentuan Pengeluaran Barang Publik

Teori pengeluaran pemerintah yang di kemukakan oleh Lindahl adalah teori yang

sangat berguna untuk membahas penyediaan barang publik yang optimum dan secara

bersamaan juga membahas mengenai alokasi pembiayaan barang publik antara anggota

masyarakat. Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini hanya membahas mengenai

barang publik tanpa membahas mengenai penyediaan barang swasta yang dihasilkan oleh

sektor swasta

Tidak tersedianya gambaran yang cukup dari proses politik. Keluaran dari proses

politik. dalam pandangan ini, merefleksikan kekuatan politik dari kelompok kepentingan

spesial.

Kelompok kepentingan mempunyai power yang ditunjukkan melalui:

a) Biaya yang rendah untuk memilih dan mendapatkan informasi, khususnya untuk pemilih

yang mendukung aktivitas mereka. Mereka menyediakan informasi, dan kadang mereka

menyediakan transportasi, perawatan anak, dan yang lainnya.


b) Penyediaan informasi bagi si politisi,

c) Penyuapan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada politisi.

Pemerintahan yang efektif tergantung pada kualitas pelayanan terhadap masyarakat/publik

PRODUKSI PUBLIK DAN BIROKRASI

Monopoli Alamiah: Produksi Publik Barang-Barang Swasta serta Perbandingan Efisiensi

pada Sektor Publik dan Swasta

Monopoli alamiah adalah produksi yang dikuasai oleh satu perusahaan. Karena

banyaknya output yang diproduksi seiring dengan menurunnya biaya produksi, maka

perusahaan pada monopoli alamiah memiliki struktur biaya menurun . Ada beberapa

pembatas yang mengakibatkan mengapa perusahaan pemerintah cenderung kurang efisien

daripada perusahaan swasta, namun ada beberapa pengecualian yang membuktikan

ketidakbenar-an pendapat tersebut.

Sumber Ketidakefisienan pada Sektor Publik, Korporatisasi dan Perkembangan Konsensus

pada Peran Pemerintah dalam Produksi

Alasan inefisiensi pada sektor publik :

a. Perbedaan organisasi :

1) Mendapat subsidi pemerintah, tidak akan bangkrut.

2) Lebih berorientasi politik.

3) Tidak adanya kompetisi.

4) Pembatasan pegawai (pegawai tidak dapat dipecat, gaji lebih rendah).

5) Prosedur pembelian lebih rumit.

6) Pembatasan anggaran

b. Perbedaan individu

1) Tidak adanya insentif.

2) Tujuan birokrat : memaksimumkan organisasi.

Ada beberapa alasan mengapa pada tahap korporatisasi, efisiensi sering tercapai,

antara lain adanya kebebasan bertindak, perbedaan usaha, dan dana yang terbatas. Alasan
lain, jika tanpa motif keuntungan, maka pencapaian hasil tidak akan optimal. Para pekerja

pada perusahaan pemerintah bekerja lebih baik setelah menjadi perusahaan swasta, karena

mendapat pendapatan yang lebih tinggi.

Peranan pemerintah dalam produksi merupakan debat yang tiada habisnya. Ada

konsensus bahwa pemerintah seharusnya tidak terlibat dalam produksi barang swasta umum.

Atau dapatkah tercapai efisiensi dengan cara korporatisasi? Sangat sulit mengukur performa

dari sektor publik dan sektor swasta dan sangat tidak mungkin semua produksi

dikompetisikan, walaupun sudah ada beberapa yang saat ini mulai terbuka kompetisi,

misalnya pada sektor komunikasi, kesehatan dan pendidikan.


Hal 2.1

Fungsi pemerintah dalam ekonomi sektor publik berkaitan erat dengan pemerintah yang
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijakan publik. Kebijakan publik diperlukan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui penyediaan barang-barang publik dan barang-
barang konsumsi lain. Dalam ekonomi publik peran pemerintah sangat penting. Peran pemerintah
itu diantaranya sebagai fungsi alokasi . Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh
sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang
publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan pembeli.
Barang swasta adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar, yaitu melalui transaksi
antara penjual dan pembeli. Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini
disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar. Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang
atau jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya barang tersebut tidak hanya dirasakan secara
pribadi akan tetapi dinikmati oleh orang lain.

Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pasar gagal menyediakan barang dan jasa yang tidak
mempunyai sifat pengecualian, yaitu pengecualian oleh orang yang memiliki suatu barang tehadap
orang lain dalam menikmati barang tersebut. Jalan raya adalah salah satu contoh barang publik yang
tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian secara teknis maupun secara ekonomis. Secara teknis
setiap orang membutuhkan jalan sehingga kalau pun ada seseorang pemakai jalan maka tidak
mungkin orang lain dilarang untuk menikmati atau memanfaatkan jalan tersebut. Jadi barang publik
murni merupakan barang yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak dapat diterapkan
prinsip pengeculian atas barang tersebut. Jadi dalam fungsi alokasi ini, peran pemerintah adalah
untuk mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien. Berkaitan
dengan peran ini, maka yang perlu diperhatikan adalah berapa besar harus menyediakan barang-
barang publik seperti jalan dan berapa dana yang harus dialokasikan untuk membangun sebuah
jalan.

Selain peranan alokasi maka fungsi lain pemerintah adalah berperan sebagai alat distribusi
pendapatan atau kekayaan. Adapun distribusi dapat dikatakan sebagai penyaluran atau pembagian
pengiriman kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Pembagian barang keperluan sehari-
hari terutama dalam masa darurat oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk dan
sebagainya. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkan oleh sistem pasar mungkin
dianggap oleh masyarakat sebagai tidak adil. Masalah keadilan dalam distribusi pendapatan
dikatakan sebagai suatu masalah yang rumit dalam teori ekonomi. Ada sebagian ahli ekonomi yang
berpendapat bahwa masalah efisiensi ekonomi harus dipisahkan dari masalah keadilan. Perubahan
ekonomi dikatakan efisien apabila perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu golongan
dalam masyarakat dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak memperburuk keadaan golongan yang
lain. Secara sederhana, fungsi distribusi ini merupakan fungsi menyeimbangkan, menyesuaikan
pembagian pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.

Selain peranan alokasi dan distribusi, peranan utama pemerintah adalah sebagai stabilisasi ekonomi.
Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada swasta akan berpengaruh terhadap keadaan
yang akan menimbulkan penggangguran dan inflasi. Inflasi dan deflasi merupakan hal yang dapat
mengganggu stabilitas ekonomi. Pemerintah berperan untuk menciptakan keadaan yang aman dan
nyaman dalam kehidupan bernegara demi terciptanya kondisi masyarakat yang sejahtera. Diantara
ketiga fungsi ekonomi pemerintah, fungsi stabilisasi ini merupakan yang paling kecil kewenangan
dan dukungannya terhadap peran pemerintah daerah dan bahkan hampir tak mendapatkan bagian
untuk berperan dalam fungsi stabilisasi. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa fungsi stabilisasi
berbeda antar satu daerah dengan daerah lain dalam suatu negara. Pemerintah lebih berperan
sebagai stabilitator untuk menjaga agar perekonomian berjalan normal yaitu dengan cara menjaga
agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor perekonomian tidak merembet ke sektor lain.
Selain itu peran pemerintah untuk menjaga agar perekonomian terhindar dari inflasi dan kepastian
hukum terjaga. Tanpa adanya campur tangan pemerintah perekonomian akan tidak terkendali
sehingga nantinya akan menimbulkan penganguran tenaga kerja yang akan mengganggu stabilitas
ekonomi.

ALOKASI

Alokasi adalah suatu kegiatan yang meliputi penyediaan berebagai jasa pemerintah untuk
masyarakat dan dengan demikian menyertakan alokasi sumber-sumber daya kedalam produksi
daripada jasa-jasa ini dan bukannya ke dalam keluaran sector swasta menurut John F. Due (dalam
Rudi sitompul : 4 ). Beberapa diantara jasa-jasa ini merupakan barang-barang umum misalnya,
pertahanan nasional; sebagian yang lain eksternalitas misalnya, pendidikan; sebagian lagi disediakan
pemerintah untuk menghindar monopoli pribadi dan ongkos mengumpulkan biaya-biaya misalnya,
jalan-jalan raya. Kegiatan-kegiatan alokasi ini muncul sebagai akibat dari kegagalan mekanisme pasar
untuk menyesuaikan produksi berbagai macam barang-barang yang disukai masyarakat. Dipandang
dalam pengertian tujuan untuk mencapai penghasilan riil perkapita yang maksimal. Bertolak pada
pola pembagian pendapatan, menurut John F. Due (dalam Rudi sitompul : 4 ) maka penyesuaian
optimal dalam perekonomian pasar hanya dapat dicapai dengan syarat-syarat sebagai berikut :

1.      Tidak adanya pengaruh-pengaruh luar pada produksi dan konsumsi yakni bahwa dalam
pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi dan dalam pemakaian barang-barang untuk
memenuhi kebutuhan, tidk ada saling pengaruh antara para produsen dan para konsumen.
Pemakaian sumber-sumber ekonomi dalam produksi oleh satu perusahaan tidak mempengaruhi
biaya atau hasil dari lain perusahaan. Semua biaya untuk masyarakat yang disebabkan produksi
barang-barang akan tamkpak sebagai biaya-biaya untuk para produsen. Semua kenikmatan dari
barang-barang tertentu akan dikecap secara terpisah dan tersendiri oleh pembeli barang-baramg
tersebut dan tidak secara umum oleh masyarakat seluruhnya dan konsumsi barang-barang ini oleh
satu orang tidak akan menimbulkan kenikmatan atau biaya-biaya untuuk orang lain.

2.      Harga-harga barang adalah pada tingkat yang mencerminkan biaya riil dari produksi secara
relatif. Maka harga-harga adalah sama dengan biaya marginl dan harga-harga factor produksi
merupakan persamaan dri persediaan dan permintaan akan factor produksi itu.
Syarat-syarat ini akan tercapai dengan persaingan murni di dalam semua pasar faktor produksi
maupun barang-barang dengan penggunaan penuh dari sumber-sumber ekonomi dan dengan
adanya kegiatan-kegiatan penyesuaian yang sejalan dengan assumsi maksimalisasi yang dikehendaki
oleh pemilik pemilik factor produksi, perusahaan-perusahaan dan rumah tangga-rumah tangga.
Dalam berbagai keadaan syarat-syarat untuk mencapai penyesuaian optimal dari alokasi sumber-
sumber ekonomi dalam pengertian kesukaan-kesukaan konsumen tidak akan tercapai. Maka sebagai
pengakuan dari kegagalan ini orang lebih menghendaki kegiatan-kegiatan pemerintah untuk
menghilangkan kekurangan-kekurangan ini semuanya dipndang dalam kerangka untuk mencapai
tujuan maksimalisasi pendapatan riil per kapita. Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat
disediakan oleh sektor swasta. Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini
disebut barang publik, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual dan
pembeli. Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini disebabkan karena
adanya kegagalan sistem pasar. Sistem pasar tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh
karena manfaat dari adanya barang tersebut yang tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi
juga akan dinikmati oleh orang lain.

Untuk barang-barang yang manfaatnya dirasakan oleh semua orang, sekali barang ini tersedia, tidak
ada seorang pun yang bersedia untuk membayar biaya penyediaan barang tersebut, oleh karena
setiap orang tahu bahwa apa yang mereka bayar hanya merupakan sebagian kecil dari total biaya.
Jadi kesimpulannya, peranan pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar
alokasi sumber-sumber ekonoomi dilaksanakan secara efisien. Kegiatan dalam mengalokasikan
faktor-faktor produksi maupun barang-barang dan atau jasa-jasa untuk memuaskan atau memenuhi
kebutuhan masyarakat. Jadi kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu maupun
kebutuhan masyarakat yang secara efektif tidak dapat dipuaskan oleh mekanisme pasar. Alokasi
sumber daya yang efisien dapat didefinisikan sebagai kondisi dalam struktur pasar di mana semua
sumber daya yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga memaksimalkan laba bersih dicapai
melalui penggunaan mereka. Alokasi efisiensi mengacu pada situasi di mana keterbatasan sumber
daya dialokasikan oleh pemerintah sesuai dengan keinginan konsumen. Di sinilah peran alokasi
pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah perlu menyediakan barang publik yang dibutuhkan
masyarakat khususnya ketika swasta tidak dapat menyediakannya. Selama pemerintah konsisten
dengan tidak berorientasi pada keuntungannya dan menjunjung tinggi tujuan negara, pengadaan
barang publik untuk peningkatan kesejahteraan umum dan kepentingan bersama sangat penting
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Due, Jhon F. 1968. “Keuangan Negara: Perekonomian Dari Sektor Publik. Pn. Universitas Indonesia.
Jakarta.

Due, Jhon F & Friedlaender. 1984. “Keuangan Negara: Perekonomian Sektor Publik. Pn. Erlangga.
Jakarta.

Penentu–Penentu Pengeluaran Pemerintah

Penentu–Penentu Pengeluaran Pemerintah

Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung
kepada banyak faktor. Yang penting diantaranya adalah: jumlah pajak yang akan diterima, tujuan-
tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek dan pembangunan ekonomi jangka panjang, dan
pertimbangan politik dan keamanan. 

1. Proyeksi Jumlah Pajak yang Diterima Jumlah pajak yang diramalkan adalah salah satu faktor
penting yang menentukan besarnya pengeluaran pemerintah. Dalam menyusun anggaran
belanjanya, pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak
yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat dikumpulkan, makin banyak
pula perbelanjaan pemerintah yang akan dilakukan. Universitas Sumatera Utara

2. Tujuan-Tujuan Ekonomi yang Ingin Dicapai Faktor yang lebih penting dalam penentuan
pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah.
Pemerintah penting sekali peranannya dalam perekonomian. 

Kegiatannya dapat memanipulasi/mengatur kegiatan ekonomi ke arah yang diinginkan. Beberapa


tujuan penting dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari
inflasi dan mempercepat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tujuan-
tujuan tersebut, seringkali pemerintah membelanjakan uang yang lebih besar dari pendapatan yang
diperoleh dari pajak. Untuk mengatasi pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang lambat,
misalnya, pemerintah perlu membiayai pembanguan infrastruktur, irigasi, jalan-jalan, pelabuhan dan
mengembangkan pendidikan. Usaha seperti itu memerlukan banyak uang, dan pendapatan dari
pajak saja tidak cukup untuk membiayainya. Maka, untuk memperoleh dana yang diperlukan,
pemerintah terpaksa meminjam atau mencetak uang. 3) Pertimbangan Politik dan Keamanan
Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara selalu menjadi salah satu tujuan penting
dalam menyusun anggaran belanja pemerintah. Kekacauan politik, perselisihan diantara berbagai
golongan masyarakat dan daerah sering berlaku di berbagai negara di dunia. Keadaan seperti itu
akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar, terutama apabila operasi
militer perlu dilakukan. Ancaman kestabilan dari negara luar juga dapat menimbulkan kenaikan yang
besar Universitas Sumatera Utara dalam pemgeluaran ketentaraan dan akan memaksa pemerintah
membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan pajak
A.      Pengeluaran Pemerintah Pusat

Belanja Negara dan daerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan
pusat dan daerah serta pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Belanja Negara dan daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementerian Negara
atau lembaga pemerintahan pusat.

Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut:

a.      Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.

b.      Belanja pemerintah pusat menurut fungsi. Rincian belanja negara dan daerah menurut fungsi,
terdiri atas pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,lingkungan hidup,
perumahan, dan fasilitas umum, kesehatan,pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta
perlindungan sosial.

c.       Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja, meliputi:

1) belanja pegawai

Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada
pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal

PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal. Contoh : gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang
berhubungan dengan pegawai.

2) belanja barang

Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan serta
pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja
perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.
Belanja barang ini terdiri dari belanja pengadaan barang dan jasa, belanja pemeliharaandan belanja
perjalanan
v  Belanja barang dikelompokan menjadi tiga ketegori:

q  Belanja pengadaan barang dan jasa : Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk
membiayai keperluan kantor sehari-hari.

pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian
peralatan kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang
bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga,
pengadaan kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur
Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian).

q  Belanja Pemerintahan : Adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan asset


tetap atau asset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar
kecilnya jumlah belanja. Contoh : pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor,
rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintaha

q  Belanja Pengeluaran : Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas
dalam rangka pelaksanaan

3) belanja modal

 belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dam aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan
untuk dijual.

4) pembayaran bunga utang

belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membayar kewajiban atas penggunaan pokok utang
baik utang dalam negeri maupun luar negeri, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan persyaratan
dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang baru, termasuk untuk biaya terkait dengan
pengelolaan utang

5) subsidi

Pengertian Subsidi
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen , distributor dan konsumen
bahkan masyarakat dalam bidang tertentu

 Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor, subsidi di beberapa


bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan subsidi
untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada produksi pangan.

Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang perdagangan dengan


memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi
dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam bentuk
subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan
yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah.

6) belanja hibah

belanja Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, atau jasa dari Pemerintah kepada BUMN,
pemerintah negara lain, lembaga/organisasi internasional, pemerintah daerah khususnya pinjaman
dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan ke daerah yang tidak perlu dibayar kembali,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, tidak secara terus-menerus, bersifat sukarela dengan
pengalihan hak dan dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah

7) bantuan social

Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi
dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat atau lembaga kemasyarakatan
di bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan pangan.

B.      Pengeluaran Pemerintah Negara

Pengeluaran pemerintah Negara terdiri atas pengeluaran belanja,bagi hasil kedaerah yang menjadi
otoritasnya, dan pembiayaan.

Belanja terdiri atas tiga macam:

pengeluaran, yaitu belanja rutin, belanja modal,dan belanja tidak terduga.

ü  Pengeluaran rutin, yaitu pembelanjaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Pembelanjaan
yang termasuk dalam posisi, di antaranya:

Belanja pegawai

Belanja barang dan jasa

Belanja pemeliharaan

Belanja perjalanan dinas

Belanja pinjaman

Belanja subsidi

Belanja hibah

Belanja bantuan social, dan

Belanja operasional lainnya.


ü  Belanja modal, terdiri atas belanja aset tetap dan belanja asset lainnya.

ü  Adapun belanja tidak terduga, yaitu pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Bagi hasil pendapatan ke daerah yang menjadi otoritas dilakukan melalui tiga hal antaranya:

Bagi hasil pajak kekabupaten/kota, bagi hasil retribusi kekabupaten/kota, dan bagi hasil pendapatan
lainnya kekabupaten/kota.

Adapun pengeluaran pembiayaan, di antaranya untuk pembayaran pinjaman, penyertaan modal


pemerintah, belanja investasi permanen,dan pemberian pinjaman jangka panjang.

C.      Pengeluaran Pemerintah Daerah

Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk
dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah meliputi:

1.     Dana Bagi Hasil

2.     Dana Alokasi Umum

3.     Dana Alokasi Khusus

4.     Dana Otonomi Khusus.

a.    Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi. Pengaturan DBH dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah  merupakan penyelarasan
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam Undang-
Undang tersebut dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak penghasilan (PPh) pasal
25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta sektor pertambangan panas
bumi sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH. Dana Bagi
Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

b.    Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah
Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU
merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan
pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum terdiri dari:

1.     Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi

2.     Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota

Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan Presiden. Setiap
provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara
mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Besaran DAU dihitung menggunakan
rumus/formulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan variabel jumlah penduduk dan luas
wilayah yang ada di setiap masing-masing wilayah/daerah.

c.         Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).

Dasar Hukum

·         UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah; dan

·         PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Mekanisme Pengalokasian DAK

·         Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:

1.     Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari
penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD;

2.     Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur


penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah; dan

3.     Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat menggambarkan
kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.

Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu

1.     Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK dan

2.     Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah


·         Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.

·         Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

·         Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

d.    Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi
khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Dana otonomi khusus tahun anggaran 2011 direncanakan sebesar Rp10.421.312.993.000,00


(sepuluh triliun empat ratus dua puluh satu miliar tiga ratus dua belas juta sembilan ratus sembilan
puluh tiga ribu rupiah).

·         Belanja aparatur daerah

1.      Belanja Administrasi Umum

Menurut Halim (2004 : 70), “belanja administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah
daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik dan bersifat
periodik”. Kelompok belanja administrasi umum terdiri atas 4 jenis belanja, yaitu: belanja pegawai/
personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan.

Jenis belanja pegawai/ personalia untuk belanja aparatur daerah meliputi objek belanja :

a)      Gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah

b)      Gaji dan tunjangan pegawai

c)      Biaya perawatan dan pengobatand) Biaya pengembangan sumber daya manusia

Jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi objek belanja :

a)      Belanja tetap dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD

b)      Gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah

c)      Gaji dan tunjangan pegawai daerah

d)      Biaya perawatan dan pengobatan

e)      Biaya pengembangan sumber daya manusia


Menurut Halim (2004 : 71), “jenis belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah
daerah untuk penyediaan barang dan jasa.” Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian belanja
aparatur daerah terdiri atas objek belanja berikut :

a)        Biaya bahan pakai habis kantor

b)        Biaya jasa kantor

c)         Biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor

d)        Biaya sewa kantor

e)        Biaya makanan dan minuman kantor

f)          Biaya pakaian dinas

g)        Biaya bunga utang

h)        Biaya depresiasi gedung (operasional)

i)          Biaya depresiasi alat angkutan (operasional)

j)          Biaya depresiasi alat kantor dan rumah tanggak) Biaya depresiasi alat studio dan alat
komunikasi (operasional)

Jenis belanja ini untuk bagian belanja pelayanan publik terdiri atas objek belanja berikut ini :

a)      Biaya bahan pakai habis kantor

b)      Biaya jasa kantor

c)      Biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor

d)      Biaya sewa kantor

e)      Biaya makanan dan minuman kantor

f)       Biaya pakaian dinas

g)      Biaya bunga utang

h)      Biaya depresiasi gedung (operasional)

i)        Biaya depresiasi alat-alat besar (operasional)

j)        Biaya depresiasi alat angkutan (operasional)

k)      Biaya depresiasi alat bengkel dan alat ukur (operasional)

l)        Biaya depresiasi alat pertanian (operasional)

m)   Biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga

n)      Biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional)


o)      Biaya depresiasi alat-alat kedokteran (operasional)

p)      Biaya depresiasi alat-alat laboratorium (operasional)

Menurut Halim (2004 : 71), “belanja perjalanan dinas merupakan jenis belanja pemerintah daerah
untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan.”

2.      Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Menurut Halim (2004 : 72), “belanja operasi dan pemeliharaan merupakan semua belanja
pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik.” Menurut Halim
(2004 : 72), kelompok belanja ini meliputi jenis belanja :

a.     belanja pegawai/personalia

b.     belanja barang dan jasa

c.      belanja perjalanan dinas

d.     belanja pemeliharaan.

Menurut Halim (2004 : 72), jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja aparatur daerah
maupun pelayanan publik meliputi objek belanja berikut

a.      honorarium/ upah

b.      uang lembur

c.       insentif

Jenis belanja barang dan jasa baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik
meliputi objek belanja :

a)   Biaya bahan/ material

b)   Biaya jasa pihak ketiga

c)    Biaya cetak dan penggandaan

d)   Biaya sewa

e)   Biaya makanan dan minuman

f)     Biaya bunga utang

g)   Biaya pakaian kerja.

“Jenis belanja perjalanan dinas dan jenis belanja pemeliharaan memiliki klasifikasi yang sama dengan
klasifikasi jenis belanja ini pada kelompok belanja administrasi umum, baik untuk bagian belanja
aparatur daerah maupun pelayanan publik.” (Halim, 2004 : 73)
3.      Belanja Modal

Menurut Halim (2004 : 73), “belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya
akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja
administrasi umum.”Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian
aparatur daerah maupun pelayanan publik :

a)         Belanja modal tanah

b)         Belanja modal jalan dan jembatan

c)          Belanja modal bangunan air (irigasi)

d)         Belanja modal instalasi

e)         Belanja modal jaringan

f)           Belanja modal bangunan gedung

g)         Belanja modal monument

h)         Belanja modal alat-alat besar

i)           Belanja modal alat-alat angkutan

j)           Belanja modal alat-alat bengkel

k)          Belanja modal alat-alat pertanian

l)           Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga

m)       Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi

n)         Belanja modal alat-alat kedokteran

o)         Belanja modal alat-alat laboratorium

p)         Belanja modal buku/ perpustakaan

q)         Belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan

r)          Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman

s)          Belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan.

·         Belanja pelayanan public


Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
public.

Pembina dalam penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pimpinan lembaga negara,
pimpinan kementerian, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, pimpinan lembaga komisi
negara atau yang sejenis, dan pimpinan lembaga lainnya terhadap pimpinan lembaga negara dan
pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis yang dibentuk berdasarkan undang-undang.

gubernur pada tingkat provinsi melaporkan hasil perkembangan kinerja pelayanan publik masing-
masing kepada dewan perwakilan rakyat daerah provinsi dan menteri dan bupati pada tingkat
kabupaten.

walikota pada tingkat kota wajib melaporkan hasil perkembangan kinerja pelayanan publik masing-
masing kepada dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota.

gubernur dan penanggung jawab mempunyai tugas untuk mengoordinasikan kelancaran


penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan pada setiap satuan kerja,
melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik dan melaporkan kepada pembina
pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik di seluruh satuan kerja unit pelayanan public.

Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara bertugas merumuskan
kebijakan nasional tentang pelayanan publik, memfasilitasi lembaga terkait untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi antarpenyelenggara yang tidak dapat diselesaikan dengan mekanisme
yang ada, melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik dengan
mengumumkan kebijakan nasional tentang pelayanan publik atas hasil pemantauan dan evaluasi
kinerja, serta hasil koordinasi, membuat peringkat kinerja penyelenggara secara berkala dan dapat
memberikan penghargaan kepada penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara
bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

pelayanan publik ini meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif
yaitu pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata.

Pelayanan atas jasa publik merupakan penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah, suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan kekayaan daerah yang dipisahkan

Skala kegiatan pelayanan publik didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang digunakan dan
jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan sebagai penyelenggara
pelayanan publik yaitu tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur
dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda termasuk tindakan administratif oleh instansi
nonpemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
2.      Belanja administrasi umum

Ø  Belanja Aparatur Daerah adalah bagian belanja berupa : Belanja Administrasi Umum, Belanja
Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal/Pembangunan yang dialokasikan pada atau
digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampaknya
(impact) tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik). 

Ø Belanja Pelayanan Publik adalah bagian belanja berupa : Belanja Administrasi Umum, Belanja
Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal/Pembangunan yang dialokasikan pada atau
digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampaknya
(impact) secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik).

Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri.
perlayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat
demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber
daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

Apa Bedanya ? 

Kedua pengertian diatas dikutif dari Lampiran VIII Kepmendagri No. 29 Thn 2002 <1>, sepintas
keduanya tidak berbeda, tapi kalau dicermati menjelang akhir kalimat terdapat perbedaannya yaitu
“tidak secara langsung” dan “secara langsung”, jadi kata tidak itu saja kunci perbedaannya. Bila
dalam penyusunan APBD mengalami kesulitan memahaminya khususnya pada Susunan Belanja,
wajar-wajar saja. Kenapa disebut wajar karena dari pengertiannya saja, sulit dibedakan dan sangat
kurang penjelasannya. Dilain pihak sebagian masyarakat dan aparatur daerah beranggapan bahwa
Belanja Aparatur itu adalah Belanja Rutin. Sedangkan Belanja Publik (demikian sering disebut) adalah
Belanja Pembangunan, dianalogkan dengan Sistem Anggaran yang lalu. Suatu analog sederhana dan
keliru dapat menimbulkan salah faham
Peran Pemerintah dan Sektor Swasta dalam Memperluas Keterlibatan Sektor Keuangan (Editorial
Opini)

juga tersedia di: English

Artikel ini terbit di Jakarta Post

Yoko Doi, Spesialis Keuangan di Bank Dunia Jakarta

Materi lainnya

Oped

(1 dari 4): Keterlibatan Sektor Keuangan, Pengentasan Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi

(2 dari 4): Keterlibatan Sektor Keuangan: Memberi Kemudahan bagi Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri

(3 dari 4): Peran Pemerintah dan Sektor Swasta dalam Memperluas Keterlibatan Sektor Keuangan

(4 dari 4): Keterlibatan Menyeluruh Sektor Keuangan : Hari Esok yang Lebih Baik bagi Seluruh
Penduduk Indonesia

Website

Bank Dunia dan Sektor Keuangan di Indonesia


Seperti telah disinggung pada dua artikel terlebih dahulu mengenai keterlibatan sektor keuangan
(financial inclusion) di Indonesia, perluasan akses terhadap layanan keuangan memberikan
kontribusi bagi pengentasan kemiskinan maupun pertumbuhan ekonomi. Ketidakmerataan
distribusi sektor keuangan merintangi pertumbuhan perusahaan-perusahaan berukuran kecil
maupun rumah tangga yang miskin. Meningkatkan akses terhadap layanan keuangan akan
membutuhkan tindakan dari sisi permintaan maupun penawaran, oleh sektor pemerintah maupun
swasta. Pada negara-negara seperti Indonesia, dengan porsi besar penduduk yang hanya memiliki
akses minim terhadap layanan keuangan dan rata-rata bahkan belum pernah membuka rekening
bank, pertanyaannya adalah: apa peran pemerintah dan sektor swasta dalam meningkatkan
keterlibatan keuangan bagi bagian penduduk yang lebih besar, dan sampai sejauh mana terdapat
kesempatan bagi kemitraan pemerintah-swasta yang inovatif untuk mendorong keterlibatan sektor
keuangan yang lebih besar bagi bagian penduduk yang saat ini belum dilayani/ belum tersentuh oleh
bank?

Pemerintah berada pada posisi yang tepat untuk mengambil prakarsa untuk meningkatkan akses
terhadap layanan keuangan di Indonesia pada berbagai bidang. Selain itu, sektor swasta harus
melihat potensi pasar sangat besar bagi layanan keuangan yang belum tersentuh oleh pasar saat
ini. Bersama-sama, dapat dijumpai kesempatan-kesempatan bagi solusi dan kemitraan yang inovatif
untuk memanfaatkan segmen pasar yang baru ini.

Dari sudut pandang sektor publik, pertama-tama suatu strategi dan kebijakan keterlibatan sektor
keuangan nasional harus ditempatkan untuk memberikan pedoman umum dan berjangka panjang
bagi penyusun kebijakan dan pemain pasar. Kedua, pengumpulan data dan analisis secara berkala
mengenai akses terhadap keuangan dari sisi permintaan dan sisi penawaran dibutuhkan sebagai
dasar bagi pembuatan kebijakan yang efektif. Ketiga, memperkuat kerangka hukum dan aturan yang
ada bagi berbagai lembaga keuangan resmi akan menjadi suatu langkah yang penting dalam
meningkatkan akses terhadap keuangan. Bagi setiap pemberi layanan keuangan utama, terdapat
aspek-aspek kerangka peraturan yang dapat direformasi demi peningkatan akses terhadap keuangan
tanpa melanggar prinsip kehati-hatian. Di titik ini, Indonesia dapat mencermati contoh-contoh yang
berasal dari negara-negara berkembang lainnya untuk mendapat ide-ide yang telah berhasil
dilaksanakan di tempat lain.

Sebagai contoh, pemerintah dapat memperluas kerangka peraturan bagi pemberi layanan untuk
menggunakan perbankan lewat ponsel (mobile banking). Saat ini peraturan Bank Indonesia
memperkenankan pemberi layanan non-bank untuk menerbitkan uang elektronik hanya untuk
kepentingan pembayaran. Rintangan utama adalah persyaratan ijin yang dibutuhkan. Selain itu,
peraturan mengenal nasabah (know-your-customer, KYC) dapat disesuaikan untuk
memperkenankan agen pihak ketiga untuk mendaftarkan nasabah baru atau memperkenankan
aplikasi jarak jauh untuk rekening bank baru dalam suatu batasan tertentu yang relatif rendah.
Saat ini, nasabah harus datang ke kantor lembaga keuangan, yang dapat menjadi hambatan bagi
mereka yang hidup di daerah yang lebih terpencil di pedesaan.
Berkaitan dengan bank-bank umum, salah satu masalah utama yang dihadapi banyak nasabah
dengan rekening yang kecil adalah biaya administrasi bulanan. Dapat diluncurkan peraturan yang
mempermudah bank-bank untuk menutup rekening tidak aktif yang belum mencapai saldo nol,
karena tidak ada kebijakan mengenai rekening tidur tampaknya merupakan salah satu alasan yang
cukup berarti mengenai adanya biaya administrasi bulanan tersebut.

Reformasi kebijakan juga dapat membantu memperluas peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
terutama untuk membantu mereka yang beroperasi di daerah-daerah yang lebih terpencil. BPR
berukuran kecil dapat memperoleh manfaat dari keringanan persyaratan laporan dan reformasi
peraturan KYC, dan Indonesia dapat memetik manfaat dari pengalaman negara lain yang
terdokumentasi dengan baik seperti dari Afrika Selatan, Kenya dan Filipina dalam meninjau
peraturan seperti itu. Selain itu, pengecualian persyaratan NPWP dari syarat pemberian kredit
berukuran kecil dapat membuka akses terhadap banyak rumah tangga miskin dan usaha mikro.
Sejumlah perubahan kebijakan yang berguna dapat menetapkan suatu tingkat yang rendah bagi
modal awal minimum untuk BPR kecil di lokasi terpencil dan memperkenankan investor dan LSM
asing untuk bermitra dengan BPR yang lebih besar yang mencari permodalan.

Sebagai penjamin simpanan bank, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah berprestasi baik sejak
pendiriannya di tahun 2005 dalam menutup BPR yang mengalami masalah dan membayar kembali
simpanan yang dijamin. Selain memastikan bahwa LPS terus mendapat pendanaan yang memadai,
juga terdapat kebutuhan akan komunikasi yang lebih baik akan batas jaminan simpanan kepada para
penabung, terutama di daerah-daerah dengan pemahaman keuangan yang masih rendah.

Indonesia memiliki sejumlah besar koperasi simpan pinjam yang memberikan layanan keuangan
kepada rumah tangga berpenghasilan rendah. Dibutuhkan pengawasan koperasi yang memadai
untuk memastikan sektor koperasi yang sehat dan memangkas risiko yang dapat dihadapi oleh
penabung UMKM dan rumah tangga miskin yang disebabkan oleh kepailitan suatu koperasi. Selain
itu, penyesuaian lain terhadap kebijakan dapat memperkenankan suku bunga berbasis pasar yang
lebih lentur, kemudahan untuk membuka kantor cabang baru, dan memberikan kriteria yang lebih
longgar bagi pelaporan dan pengungkapan.

Pemerintah juga dapat mempertimbangkan revitalisasi rancangan UU keuangan mikro yang akan
memperkenankan lembaga keuangan lain (lembaga keuangan mikro non-bank dan non-koperasi)
untuk mendapatkan status hukum yang kuat untuk memberikan akses terhadap layanan keuangan,
dan membantu daya jangkau mereka di luar daerah operasi tradisional mereka di pulau Jawa dan
Bali. Sangatlah penting bahwa UU itu mendorong akses terhadap keuangan berdasarkan praktik
terbaik dari pengalaman internasional dan memberikan kerangka peraturan yang kuat dan
pengawasan yang optimal mengenai peran yang harus dimainkan oleh pemerintah. Sementara itu,
ketetapan bersama yang ditandatangani pada bulan Desember 2009 memberikan kerangka hukum
sementara bagi lembaga keuangan mikro non-bank dan non-koperasi untuk memastikan
keberlanjutan akses terhadap keuangan hingga UU Keuangan Mikro resmi ditetapkan.

Sektor swasta dan pemerintah harus bekerja sama dalam memaksimalkan penggunaan teknologi
baru untuk menawarkan solusi-solusi inovatif untuk meningkatkan akses terhadap keuangan.
Sebagai contoh, Indonesia telah maju dengan cepat dalam pengembangan layanan perbankan lewat
ponsel. Tetapi Indonesia dapat melangkah lebih maju dengan memanfaatkan potensi pemberi
layanan telekomunikasi untuk menjangkau kaum miskin yangbelumtersentuh bank di daerah-daerah
pedesaan . Akan tetapi, peraturan yang sekarang berlaku membatasi para pemberi layanan tersebut
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin: tidak ada fasilitas layanan penarikan uang maupun
pengiriman uang antar individu. Pada bagian ini, Bank Indonesia menjadi penentu dalam
mereformasi peraturan untuk memberdayakan pemberi layanan uang elektronik non-bank dan
memperkenankan bank-bank dan non-bank untuk memberikan layanan yang lebih luas melalui
solusi perbankan lewat ponsel yang berbiaya rendah. Dengan sangat dikenalnya layanan pesan
singkat ponsel (short-messaging services, SMS), maka jika bank-bank dan pemberi layanan
telekomunikasi dapat menawarkan layanan perbankan lewat ponsel dengan menggunakan SMS
sebagai mekanisme transaksi, maka kemungkinan besar layanan itu akan mendapatkan minat besar,
termasuk yang berasal dari segmen pasar masyarakat miskin yang sebelumnya belum tersentuh oleh
perbankan.

Di Filipina, pengiriman dana antar individu (person-to-person transfer) diperkenankan lewat


perbankan melalui ponsel, sehingga pekerja migran Filipina di luar negeri dapat mengirim uang
bernilai jutaan dolar Amerika ke kampung halamannya setiap bulan. Indonesia juga dapat melakukan
hal yang sama, jika diperkenankan oleh kerangka peraturan yang berlaku. Dengan demikian,
terdapat alasan yang kuat bagi program percontohan yang memperkenankan pengiriman uang
seperti demikian, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk kemitraan pemerintah-swasta.

Dengan kepemimpinan dari sektor publik untuk memberikan insentif bagi sektor swasta untuk
meningkatkan keterlibatan, segmen berukuran besar dari penduduk Indonesia yang belum tersentuh
bank dapat secara cepat mencapai sasaran pemerintah dalam keterlibatan sektor keuangan.

Yoko Doi adalah seorang Ahli Keuangan pada kantor Bank Dunia di Jakarta.
Indikator Kinerja

Definisi Indikator Kinerja

Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut
Lohman (2003), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan
untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan
berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan
kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan
dalam ukuran-ukuran tertentu. 

Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance
measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat
perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-
hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung
kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja
secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja
ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi. 

Definisi Critical Success Factors (CSF)

Critical Success Factors (faktor keberhasilan utama) adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area CSF ini menggambarkan preferensi manajerial dengan
memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.
Suatu CSF dapat digunakan sebagai indikator kinerja atau masukan dalam menetapkan indikator
kinerja. Identifikasi terhadap CSF dapat dilakukan terhadap berbagai faktor misalnya, potensi yang
dimiliki organisasi, kesempatan, keunggulan, tantangan, kapasitas sumber daya, dana, sarana-
prasarana, regulasi atau kebijakan organisasi, dan sebagainya. Untuk memperoleh CSF yang tepat
dan relevan, CSF harus secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap
organisasi mempunyai CSF yang berbeda-beda karena sangat tergantung pada unsur-unsur apa dari
organisasi tersebut yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan.
CSF sering disamakan pengertiannya dengan key performance indicator (KPI) yang sebenarnya
sangat berbeda. KPI adalah sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci
baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis.
Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capain kinerja. Berikut
ini contoh CSF Sebagai Masukan dalam Penetapan Indikator Kinerja Perguruan Tinggi

Critical Success Factors dalam Penetapan Indikator Kinerja Perguruan Tinggi

No Critical Success Tujuan Strategik Indikator Kinerja


. Factors (CSF)

1 Layanan Memantau secara Pelayanan yang


berkualitas dan terus menerus tepat waktu dan
tepat waktu untuk memastikan berkualitas
bahwa pelayanan
berkualitas dan
tepat waktu

2 Pegawai yang Memantau proses Tingkat


bermutu tinggi recruitment dan ketrampilan
dan terlatih seleksi pegawai pendidikan yang
untuk sesuai dengan
menghasilkan bidang kerja
pegawai bermutu
tinggi

3 Dosen yang Memastikan bahwa Kehadiran


berkualitas para dosen telah
Keterlambatan
melaksanakan
aktivitas sesuai Publikasian
dengan tujuan
untuk menciptakan Penelitian
lulusan berkualitas

4 Sistem Menciptakan Efektifitas metode


pengajaran yang sistem pengajaran pengajaran
efektif dan yang efektif dan
efisien. efisien. Kurikulum sesuai
dengan kebutuhan
pasar kerja

5 Kelengkapan Memastikan bahwa Kesesuaian


sarana dan PT mempunyai fasilitas
prasarana fasilitas pendukung pendukung
yang memadai perguruan tinggi
dengan standar
yang ditetapkan
Dikti.

Pengembangan Indikator Kinerja

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program
telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda
tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indikator kinerja perlu
mempertimbangkan komponen berikut:

1.   Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya,karena output yang
dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan.
Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indicator kinerja proksi, misalnya belanja per kapita.

2.   Penggunaan (utilization)

Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan
(supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume absolut
atau persentase tertentu, misalnya persentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-rata
jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

3.   Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indicator yang paling sulit diukur, karena
menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Penggunaan indicator kualitas dan standar
pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu menekankan indicator ini justru
dapat menyebabkan kontra produktif. Contoh indicator kualitas dan standar pelayanan misalnya
perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
4.   Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal
yang telah ditetapkan.

5.   Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi
pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment), dapat juga
digunakan untuk menetapkan indicator kepuasan. Namun demikian, dapat juga digunakan indicator
proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indicator kinerja tersebut memerlukan kerja sama
antar unit kerja.

  

Syarat-syarat Indikator Ideal

Indikator kinerja bisa berbeda untuk setiap organisasi, namun setidaknya ada persyaratan umum
untuk terwujudnya suatu indikator yang ideal. Menurut Palmer (1995), syarat-syarat indikator yang
ideal adalah sebagai berikut:

1.   Consitency. Berbagai definisi yang digunakan untuk merumuskan indicator kinerja harus
konsisten, baik antara periode waktu maupun antar unit-unit organisasi.

2.   Comparibility. Indikator kinerja harus mempunyai daya banding secara layak.

3.   Clarity. Indikator kinerja harus sederhana, didefinisikan secara jelas dan mudah dipahami.

4.   Controllability. Pengukuran kinerja terhadap seorang manajer publik harus berdasarkan pada
area yang dapat dikendalikannya.

5.   Contingency. Perumusan indikator kinerja bukan variabel yang independen dari lingkungan
internal dan eksternal. Struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas
lingkungan eksternal harus dipertimbangkan dalam perumusan indikator kinerja.

6.   Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua aspek perilaku yang cukup
penting untuk pembuatan keputusan manajerial.

7.   Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-faktor utama yang merupakan
keberhasilan organisasi.
8.   Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indicator spesifik sehingga relevan untuk kondisi
dan kebutuhan tertentu.

9.   Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan indikator kinerja harus
merupakan harapan yang realistik dan dapat dicapai.

Sementara itu, syarat indikator kinerja menurut BPKP (2000) adalah sebagai berikut:

1.   Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

2.   Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitaitf, yaitu dua atau lebih
mengukur indicator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.

3.   Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.

4.   Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran,
hasil, manfaat, dan dampak serta proses.

5.   Harus cukup flesibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan kegiatan

6.    Efektif. Data/informasi yang berkaitan dengan indicator kinerja yang bersangkutan dapat
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia. 

Indikator Kinerja Sebagai Pembanding

Pemerintah daerah dapat melakukan sejumlah perbandingan dalam upaya melakukan pengukuran
kinerja di organisasinya. Beberapa perbandingan yang bisa dilakukan antara lain:

1.   Membandingkan kinerja tahun ini dengan kinerja tahun lalu.

2.   Membandingkan kinerja tahun ini dengan berbagai standar yang diturunkan dari pemerintah
pusat atau dari daerah sendiri.

3.   Membandingkan kinerja unit atau seksi yang ada pada sebuah departemen dengan unit atau
seksi departemen lain yang menyediakan jasa layanan yang sama.

4.   Membandingkan dengan berbagai ketentuan  pada sektor swasta.

5.   Membandingkan semua bidang dan fungsi yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
dengan bidang dan fungsi yang sama pada pemerintah daerah lain.
Kategori Pengukuran Kinerja

Kesenjangan Harapan Pengukuran Kinerja

Banyaknya komentar masyarakat tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan instansi pemerintah


dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya menunjukkan harapan dan kepedulian publik
yang harus direspon. Namun, antara harapan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah
dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola dan pejabat pemerintahan sering berbeda. Artinya,
terjadi kesenjangan harapan (expectation gap) yang bisa menimbulkan ketidakharmonisan antara
instansi pemerintah dengan para direct users dari masyarakat .

Expectation gap merupakan kesenjangan yang terjadi karena adanya perbedaan antara harapan
masyarakat dengan apa yang sebenarnya menjadi pedoman mutu manajemen suatu organisasi yang
menyediakan layanan publik. Hal ini sebagai akibat dari belum adanya sistem pengukuran kinerja
formal yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah. Para pengelola
pemerintahan sering mempunyai anggapan bahwa ukuran keberhasilan suatu instansi pemerintah
ditekankan pada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. Jadi, suatu instansi
dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran pemerintah walaupun hasil maupun
dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh di bawah standar.
Keberhasilan ini hanya ditekankan pada aspek input tanpa melihat tingkat output maupun
dampaknya. Sementara masyarakat mengharapkan keberhasilan instansi pemerintah adalah
tindakan nyata yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pada era reformasi saat ini, fenomena pengukuran keberhasilan yang hanya menekankan pada input
seperti di atas banyak mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dipertimbangkan untuk memperbaiki indikator keberhasilan suatu instansi pemerintah agar lebih
mencerminkan kinerja sesuangguhnya. Dalam modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah harus memperhatikan
seluruh aktivitas. Tingkat keberhasilan harus diukur tidak semata-mata kepada input dari program
instansi tetapi lebih ditekankan kepada output, proses, manfaat, dan dampak dari program instansi
tersebut bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui suatu pengukuran kinerja, keberhasilan suatu
instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan sumber daya
yang dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam
perencanaan strategis. 

Peran Indikator Kinerja


Dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah sangat dibutuhkan adanya
indikator yang jelas oleh stakeholders. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitaif dan / atau kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan
sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Dengan demikian, tanpa adanya
indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan
kebijaksanaan maupun program suatu instansi pemerintah. Dengan indikator kinerja, suatu
organisasi mempunyai wahana yang jelas bagaimana dia akan dikatakan berhasil atau tidak berhasil
di masa yang akan datang.

Indikator kinerja suatu organisasi hendaknya dapat dipahami secara sama baik oleh manajemen
maupun stakeholders. Dengan indikator yang sama dan persepsi yang sama maka penilaian
keberhasilan diharapkan menggunakan kriteria yang sama sehingga lebih obyektif. Indikator kinerja
instansi pemerintah semestinya tidak hanya dipahami pejabat atau aparatur instansi pemerintah,
namun juga penting bagi pihak lain seperti legislatif, investor, kreditur, institusi internasional,
pengamat, dan juga masyarakat umum.  Jadi dengan adanya indikator yang jelas diharapkan akan
menciptakan konsensus berbagai pihak baik internal maupun eksternal untuk menghindari
kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program dan dalam menilai keberhasilan suatu instansi
pemerintah.

Berbagai Kategori Pengukuran Kinerja

Dari berbagai aspek dan perspektif dalam pengukuran kinerja sebagaimana dipaparkan di atas, maka
dapat dirinci berbagai kategori sebagai tolok ukur penilaian kinerja organisasi sektor publik.
Kategori-kategori ini dapat diterapkan pada setiap jenis organisasi sektor publik dengan modifikasi
sesuai dengan karakteristik dan keunikan organisasi yang bersangkutan. 

1.  Ukuran-ukuran finansial

a.  Ukuran Biaya

1.      Kemampuan untuk mencapai pengurangan biaya yang telah dianggarkan (budgeted cost
reductions)

2.      Kemampuan untuk merealisasikan pengeluaran atau biaya sebagaimana dianggarkan dalam
satu periode secara efisien.
3.      Kemampuan untuk merealisasikan pengeluaran atau biaya sebagaimana direncanakan dalam
anggaran fleksibel satu periode secara efisien (misalnya biaya-biaya yang bisa dikeluarkan dalam
batas toleransi tertentu untuk setiap unit produk atau layanan yang dihasilkan dan disediakan).

b.  Ukuran Pendapatan

·         Kemampuan untuk mencapai penjualan (penyediaan layanan) atau target pertumbuhan
penjualan (penyediaan layanan) sebagaimana dianggarkan dengan efektif.

·         Kemampuan untuk mencapai peningkatan atau perluasan market share (pangsa pasar) dengan
efektif.

c. Ukuran Tingkat Pengembalian dan Surplus

·      Kemampuan untuk mencapai marjin kontribusi sebagaimana ditargetkan.

·      Kemampuan untuk mencapai tingkat surplus atau income tertentu sebagai ditargetkan.

·      Kemampuan untuk mencapai arus kas tertentu sebagaimana ditargetkan.

·      Kemampuan untuk mencapai tingkat surplus setelah mempertimbangkan investasi total atau
beban biaya modal (misalnya dengan menghitung residual income-nya)

·      Kemampuan untuk mencapai return on asset (ROA), return on investment (ROI), dan return on
equity (ROE).

·      Peningkatan harga pasar saham organisasi jika organisasi yang bersangkutan go public melalui
pasar modal.

2.  Ukuran Produktivitas

·      Jumlah output yang bisa dihasilkan untuk setiap pegawai atau setiap jam kerja efektif.

·      Jumlah output yang bisa dihasilkan untuk setiap unit bahan mentah (input).

·      Tingkat pengurangan atau penurunan produk rusak atau cacat.

·      Jumlah waktu yang dibutuhkan organisasi secara keseluruhan untuk menghasilkan setiap unit
produk atau layanan.

·      Proporsi nilai tambah (value-added) dari total jam kerja efektif.

·      Proporsi waktu menganggur (idle time) dari total jam kerja efektif.

3.  Ukuran Kualitas


·      Persentase produk tidak sempurna (defective products) misalnya produk rusak, cacat, kembali,
dan / atau layanan yang tidak memenuhi standar pelayanan minimum (SPM).

·      Jumlah biaya yang digunakan untuk mengganti (warranty costs) atau membayar kembali
(reimbursements) atas produk atau pelayanan yang tidak memadai.

·      Jumlah biaya-biaya kualitas yang dikeluarkan dalam penerapan sistem manajemen mutu terpadu
(total quality management system).

·      Penilaian pelanggan (masyarakat sebagai direct users) atas kualitas layanan atau produk.

4.  Ukuran Pelayanan

·      Kepuasan pelanggan (masyarakat sebagai direct users) atas kualitas layanan atau produk yang
disediakan.

·      Penilaian pihak ketiga (misalnya LSM, YLKI, atau auditor independen) atas tingkat kepuasan
pelanggan.

·      Prosentase produk atau layanan yang disediakan secara tepat waktu.

·      Jumlah keluhan atau komplain pelanggan (masyarakat sebagai direct users) setiap periode
tertentu misalnya hari, minggu atau bulan.

·      Kemampuan untuk memenuhi produk atau layanan yang dibutuhkan pelanggan (masyarakat).

5.  Ukuran Inovasi

·      Jumlah produk atau jenis layanan baru yang berhasil disediakan setiap periode.

·      Prosentase penyediaan produk atau layanan yang digunakan untuk pengembangan pasar baru.

·      Waktu yang diperlukan untuk mengenalkan produk/layanan baru kepada masyarakat.

·      Pembandingan dengan organisasi sejenis lain yang memiliki kinerja terbaik (benchmarking).

6.  Ukuran Personalia

·      Tingkat perputaran pegawai (turnover)

·      Jumlah pegawai yang membolos (absen) setiap bulan.

·      Tingkat kepuasan pegawai

·      Jumlah pelatihan dan pengembangan pegawai


Ukuran-ukuran kinerja tersebut tidak mutlak sama antara organisasi sektor publik. Penggunaan
ukuran-ukuran kinerja tersebut sangat tergantung pada karakteristik organisasi dan jenis
pendekatan pengukuran kinerja yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai